Interpretasi Wahbah Az-Zuhaili Dalam Qs. Ar-Rum Ayat 41 Menurut Tafsir Al-Munir Dan Korelasinya Dengan Lumpur Lapindo Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

INTERPRETASI WAHBAH AZ-ZUHAILI DALAM QS.

AR-RUM AYAT
41 MENURUT TAFSIR AL-MUNIR DAN KORELASINYA DENGAN
LUMPUR LAPINDO SIDOARJO
Ditujukan kepada Ustadz Dr. H. Rizal Mustansyir, M.A
Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester III Mata Kuliah Penghantar Filsafat

Oleh:
Berliana Zaneta Najwa

NIM:
21070662

PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH


PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan manfaat penelitian

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Wahbah Az-Zuhaili

1. Riwayat Hidup Wahbah Az-Zuhaili

2. Riwayat Pendidikan Wahbah Az-Zuhaili

3. Corak Penafsiran Wahbah Az-Zuhaili

B. Penafsiran pada QS. Ar-Rum ayat 41 Menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-
Munir

C. Pemaparan secara Kontekstual tentang Lumpur Lapindo

D. Kontekstualisasi Surat Ar-Rum ayat 41 serta korelasinyaa dengan Lumpur Lapindo


Sidoarjo

E. Peran Manusia dalam Melestarikan Alam

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
BAB V DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah Saw, dibaca
dengan mutawatir dan bernilai ibadah dengan membacanya. Di dalamnya mengandung
hal-hal yang berhubungan dengan keimanan manusia kepada Allah Swt, berbagai jenis
ilmu pengetahuan, dan peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku atau akhlak dan
tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial,
sehingga mampu meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Membahas tentang kejadian, suatu keadaan alam, bisa terjadi sewaktu-waktu sesuai
dengan kehendak-Nya. Namun bukan berarti meniadakan upaya manusia sebagai tokoh
yang mengalami bahkan sebagai peran utama dengan kejadian tersebut. Karena pada
hakikatnya semenjak manusia diciptakan oleh Allah mempunyai karakter dasar yaitu
tidak pernah merasa puas. Apabila diberi kesenangan, manusia takabbur dan lalai
melakukan hal-hal yang dapat merusak alam contohnya, dan sebaliknya jika diberi
kesulitan manusia akan bersedih.
Problematika yang terjadi dikalangan kita dalam ruang lingkup lingkungan hidup
tidak terlepas dari ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat berkembang pesat.
Alat-alat canggih hadir dengan segala kecanggihannya. Hal ini yang dapat membantu
manusia dalam hal meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan, selain hal yang
demikian dengan menggunakan kecanggihan yang tidak teratur akan berdampak pada
turunnya kualitas sumberdaya alam dan kehancuran disekitar sebuah area kehidupan.1
Dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, aktifitas yang dilakukan manusia terhadap
alam selalu menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan itu sendiri. Sebagai makhluk
hidup yang mempunyai kelebihan dari makhluk hidup lainnya, manusia mempunyai
kemampuan eksploitatif terhadap alam, sehingga mampu merubah alam sesuai dengan
apa yang di inginkannya. Namun demikian walaupun alam tidak memiliki kemampuan
aktif-eksploitatif terhadap manusia, namun apa yang terjadi terhadap alam akan terasa
pengaruhnya bagi kehidupan manusia.2

1
Siti Noor Aini, “Relasi Antara Manusia Dengan Kerusakan Alam” Telaah atas
Penafsiran Tantawi Al-Jauhari dalam kitab Al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-karim, Skripsi
Fakultas Ushuluddin Univeritas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010, hlm. 147.
2
Terkait korelasinya dengan permasalahan ini, peneliti tertarik untuk meneliti makna
dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 41 dengan langkah mengkomparasikan dengan
pendapat mufasir salah satunya Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir lalu dikaitkan
dengan problem dalam masyarakat Sidoarjo yakni Lumpur Lapindo.
Tragedi Lumpur Lapindo telah terjadi dengan runtun waktu yang lama dan masih
sangat berpengaruh pada lingkungan serta masyarakat Sidoarjo, Jawa Timur hingga saat
ini. Peristiwa ini disebabkan karena Peristiwa ini menjadi suatu tragedi ketika banjir
lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan
industri. Tidak ada yang dapat memprediksi kapan semburan ini berhenti.
Berangkat dari sekilas problem Lumpur Lapindo Sidoarjo, dalam normatif islam
Al-Qur’an telah menerangkan bahwa alam diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang
seimbang, berisi aturan-aturan yang disesuaikan dengan kehidupan manusia. Akan tetapi
dalam hal ini manusia berprilaku tidak terpuji hingga dapat menyebabkan kerusakan alam
bahkan menghancurkan.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,
maka penulis merumuskan dua persoalan utama yang akan diteliti dan dikaji secara
lebih mendalam, yaitu:

1. Membahas tentang biografi Wahbah Az-Zuhaili serta corak penafsirannya


2. Bagaimana penafsiran QS. Ar-Rum ayat 41 menurut penafsiran Wahbah Az-
Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir
3. Bagaimana penjelasan tentang perstiwa Lumpur Lapindo
4. Bagaimana kaitannya pendapat mufassir tersebut mengenai kerusakan pada
QS. Ar-Rum ayat 41 dengan problem Lumpur Lapindo Sidoarjo
5. Bagaimana seharusnya peran manusia dalam pelestarian alam

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

2
Zairin, “Keruskan Lingkungan dan Jasa Ekosistem”
http://unihaz.ac.id/upload/all/KERUSAKAN_LINGKUNGAN_DAN_JASA_EKOSISTEM_
-_ZAIRIN.pdf
3
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang biografi Wahbah Az-Zuhaili serta corak penafsirannya
2. Mencoba mengungkap penafsiran pada QS. Ar-Rum ayat 41 menurut penafsiran
Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir
3. Memaparkan penjelasan tentang Lumpur Lapindo
4. Menjelaskan kaitan mengenai makna ayat pada QS. Ar-Rum ayat 41 dengan
problem Lumpur Lapindo
5. Serta menjelaskan bagaimana seharusnya peran manusia sebagai objek utama
dalam pelestarian alam

BAB II
4
PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Wahbah Az-Zuhaili


1. Riwayat Hidup Wahbah Az-Zuhaili
Wahbah Az-Zuhaili bernama lengkap Wahbah bin Al-Syeikh Must}ofa Az-
Zuhaili, lahir dari keluarga sederhana dan ayahnya seorang petani pada tahun 1351 H/
1932 M, di desa Dir Atiyah yang terletak di salah satu peloksok kota Damsyik, Suria.
Ia putera Syekh Mustofa Az-Zuhaili seorang petani sederhana nan alim, hafal Al-
Qur’an, rajin menjalankan ibadah dan gemar berpuasa. Wahbah Az-Zuhaili adalah
seorang yang cerdik cendekia (alim allamah) yang menguasai berbagai disiplin ilmu
(mutafannin). Seorang ulama fikih kontemporer peringkat dunia, pemikiran fikihnya
menyebar ke seluruh dunia Islam melalui kitab-kitab fikihnya. 3

Di bawah pendidikan ayahnya, Wahbah menerima pendidikan dasar Agama


Islam. Setelah itu, ia di sekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah di kampungnya, hingga
jenjang pendidikan formal berikutnya.4 ia dibesarkan di lingkungan ulama-ulama
mazhab Hanafi, yang membentuk pemikirannya dalam mazhab fiqih. Walaupun
bermazhab Hanafi, namun beliau tidak fanatik terhadap fahamnya dan senantiasa
menghargai pendapat-pendapat mazhab lain.

2. Riwayat Pendidikan Wahbah Az-Zuhaili


Pada masa kecilnya ia mulai belajar Alquran dan Ibtidaiyah di kampungnya, ia
menamatkan pendidikan Ibtidaiyah di Damaskus pada tahun 1946 M. lalu
melanjutkan pendidikannya di kuliah Syariah dan tamat pada tahun 1952 M. lalu ia
pindah ke Kairo Mesir, beliau mengikuti beberapa kuliah secara bersamaan. Yaitu di
Fakultas Bahasa Arab di Universitas Al-Azhar dan Fakultas Hukum Universitas Ain
Syams.5 Selama belajar di al-Azhar, Wahbah Az-Zuhaili berhasil mendapatkan gelar
doktor dengan yudisium summa cum laude.
Setelah memperoleh ijazah Doktor, ia bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas
Syari’ah, Universitas Damaskus pada tahun 1963, kemudian menjadi asisten dosen
pada tahun 1969, dan menjadi Profesor pada tahun 1975. ia menjadi dosen tamu di

3
Abu Samsudin, “Wawasan Alquran Tentang Ulu Albab”, (Skripsi, Program Sarjana,
UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016), P.1
4
Syaiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Alquran, (Yogyakarta : Kaukaba Dipantara,
2013), P.136-137
5
4Khabib Abdul Aziz, “Implikasi Nilai-Nilai Ibadah Puasa Terhadap Pendidikan
Karakter”Studi Tentang Puasa Dalam Kitab Al-fiqh Al-islam Wa Adillatuhu Karya Prof Dr
Wahbah Azzuhaili”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Walisongo, Semarang, 2015), P.70
5
sejumlah Universitas di Negara-negara Arab, seperti pada Fakultas Syari’ah dan
Hukum, serta Fakultas Adab Pascasarjana Universitas Benghazi Libya. Pada
Universitas Khurtum, Universitas Ummu Darman, Universitas Afrika, yang ketiganya
berada di Sudan. Wahbah Az-Zuhaili sangat produktif dalam menulis, mulai dari
artikel dan makalah, sampai kitab besar yang terdiri dari enam belas jilid. Badi‟ as-
Sayyid al- Lahlam dalam biografi Syekh Wahbah Az-Zuhaili yang ditulisnya dalam
buku berjudul Wahbah Az-Zuhaili al-Alim, al-Faqih.6

3. Corak Penafsiran Wahbah Az-Zuhaili


Melihat pada corak-corak penafsiran, maka tafsir Al-Munir yang juga
memiliki corak penafsiran tersendiri. Dengan melihat dari manhaj dan metode yang
digunakan serta analisa dari penilaian penulis lainnya bahwa corak penafsiran Tafsir
Al-Munir ini adalah bercorak kesastraan dan sosial kemasyarakatan serta adanya
nuansa kefiqhian (fiqh) yakni karena adanya penjelasan hukum-hukum yang
terkandung didalamnya. Bahkan sebagaimana telah disinggung sebelumnya meskipun
juga bercorak fiqh dalam pembahasannya akan tetapi penjelasannya menyesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada masyarakat. Sehingga, bisa
dikatakan corak penafsiran Tafsir al-Munir sebagai corak yang ideal karena selaras
antara ‘adabi, ijtima’i, dan fiqhnya.7
Dalam penyusunan tafsir al-munir ini wahbah Az-Zuhaili mengatakan tujuan
utama dalam menyusun kitab tafsir ini adalah mempererat hubungan antara seseorang
muslim dengan Al-Qur’an berdasarkan ikatan akademik yang kuat, karena Al-Qur’an
merupakan hukum dasar bagi kehidupan umat manusia secara umum dan umat islam
secara khusus.

B. Penafsiran pada QS. Ar-Rum ayat 41 menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir
Al-Munir
Dalam tafsir Al-Munir dikatakan pada lafadz ‫ َظَهَر اْلَفَس اُد ِفى اْلَبِّر َو اْلَبحْر‬memiliki
arti yaitu suatu kondisi yang kacau dan rusak, seperti kekeringan, paceklik, banjir,
kebakaran, aksi aksi kejahatan, dsb. Dalam ayat ini menerangkan dengan jelas bahwa

6
Khabib Abdul Aziz, “Implikasi Nilai-Nilai Ibadah Puasa Terhadap Pendidikan
Karakter”Studi TentangPuasa Dalam Kitab Al-fiqh Al-islam Wa Adillatuhu Karya Prof Dr
Wahbah Az-zuhaili”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Walisongo, Semarang, 2015), P.71
7
Abu Samsudin, “Wawasan Alquran Tentang Ulu Al-bab Studi Komparasi Terhadap
Pemikiran Wahbah Alzuhaili Dalam Tafsir Almunir Dengan Muhammad Quraish Shihab
Dalam Tafsir Almisbah”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Sunan Ampel, 2016), P.9
6
kerusakan, kekacauan, dan penyimpangan telah muncul dimana-mana pada alam ini.
Banyaknya kemadharatan. Terjadinya ketidakseimbangan alam ini salah satu faktor
penyebabnya adalah manusia itu sendiri. Karena manusia sering berbuat kerusakan
seperti kemaksiatan, kedurhakaan, kekafiran, kedzhaliman, pelanggaran terhadap hal
yang harus dihormati.
Kebanyakan manusia menentang dan memusuhi agama Allah, hilangnya
kesadaran muraqabah kepada Allah Swt, memakan harta orang lain tanpa hal dengan
cara yang tidak sah. Hal itu supaya mereka merasakan balasan yang diberikan oleh
Allah Swt atas sebagian perbuatan mereka dan buruknya prilaku mereka berupa
kemaksiatan, kedurhakaan. Serta dapat diharapkan manusia sadar dan insaf atas
segala perbuatan yang dilakukannya. Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di
antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian.
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-
buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Al-A’araf: 168)

C. Pemaparan secara kontekstual tentang Lumpur Lapindo


Tragedi Lumpur Lapindo dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini
menjadi suatu tragedi ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi area
persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan industri. Hal ini wajar mengingat
volume lumpur diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu meter kubik perhari (setara
dengan muatan penuh 690 truk peti kemas berukuran besar). Akibatnya, semburan
lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi
aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Awal pertama diketahui bahwa itu semburan Lumpur Lapindo oleh
masyarakat sekitar pada tanggal 29 Mei 2006. Masyarakat mengaku menemukan
adanya gas yang mulai muncul dengan suhu 60 derajat celcius. Semburan lumpur
tersebut ternyata tidak kunjung berhenti dan mulai menganggu aktivitas warga
disekitar lokasi. Hingga saat ini penyebab tragedi Lumpur Lapindo belum diketahui
secara pasti. Para ahli geologi dalam hal ini juga berpendapat ada dua teori yang dapat
menjelaskan asal mula semburan Lumpur Lapindo.
Pertama, semburan bisa terjadi akibat kesalahan prosedur dalam kegiatan
pengeboran PT. Lapindo Brantas, teori kedua menjelaskan, bisa jadi semburan
muncul secara bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui,

7
diduga oleh sebagian masyarakat terkait dengan pemasangan casing yang seharusnya
dilakukan sehingga membuat runtuhnya dinding sumur sehingga Lumpur menyembur
ke luar dan tidak bisa dikendalikan.8
Dampak tragedi ini sangat merugikan khususnya warga Sidoarjo, Lumpur
Lapindo saat ini telah tercatat mengenangi 19 desa , kejadian tersebut membuat lebih
dari 10.426 unit rumah dan 77 rumah ibadah terendam lumpur, serta memaksa
puluhan ribu jiwa mengungsi.9
Peristiwa ini merupakan problematika yang sangat parah karena telah
memakan kerugian yang sangat banyak. Menjadi jelaslah bahwa Kasus Lapindo ini
bukanlah semata masalah kerusakan fisik yang ditimbulkan akibat lumpur yang terus
meluap itu, melainkan juga bencana sosial karena bentukan dari struktur dan proses
sosial -politik dalam masyarakat sebagai konsekuensi dari kehancuran ruang-ruang
fisik.
D. Kontekstualisasi Surat Ar-Rum ayat 41 dengan Lumpur Lapindo Sidoarjo
Setelah dijabarkan dengan jelas penafsiran menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam
kitab tafsirnya pada pembahasam diatas serta apa yang dimaksud dengan Lumpur
Lapindo Sidoarjo, maka melalui analisis penulis dapat ditarik hasil sebagai berikut:
1. Seperti yang telah diketahui bahwa Lumpur Lapindo merupakan kerusakan yang
disebabkan oleh ulah manusia atas kesalahannya yang dapat menyebabkan
berbagai macam kerusakan pada alam ini serta dapat merugikan khususnya pada
masyarakat Sidoarjo, seperti rerumahan hancur, terganggunga sistem transportasi
yang menghubungkan Sidoarjo dan daerah sekitar, dsb.
Wahbah Az-Zuhaili berpendapat dalam tafsirnya bahwa kerusakan adalah
penyebabnya manusia telah berbuat kerusakan seperti kemaksiatan, kedurhakaan,
kekafiran, kedzhaliman, pelanggaran terhadap hal yang harus dihormati. Karena
Allah memberikan segala yang ada di alam ini untuk dilestarikan, untuk dihormati.
Akan tetapi manusia mengabaikannya oleh karena itu, diharapkan manusia dapat
mengakui kesalahannya, sadar akan apa yang ia lakukan serta insaf.
8
Andrian Salam Wiyono, “Penyebab Lumpur Lapindo hingga Dampaknya bagi
masyarakat” dalam https://www.merdeka.com/jateng/penyebab-lumpur-lapindo-hingga-
dampaknya-bagi-masyarakat-perlu-diketahui-kln.html, diakses tanggal 25 November 2022
9
Puspasari Setyaningrum, “Lumpur Lapindo: Penyebab, dampak, ganti rugi, hingga
“harta karun” logam tanah jarang” dalam
https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/26/205822478/lumpur-lapindo-penyebab-
dampak-ganti-rugi-hingga-temuan-harta-karun-logam?page=all, diakses tanggal 24
November 2022

8
2. Wahbah Az-Zuhaili menyimpulkan merebaknya fenomena kerusakan dan
penyimpangan di alam yang merupakan bentuk kerusakan terbesar. Munculnya
kerusakan adalah sebab kehancuran dan kebinasaan di dunia serta hukuman di
akhirat. Hukuman di dunia atas kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh
sebagian manusia hingga menimbulkan sesuatu yang fatal. Hendaknya manusia
kapan pun dan di mana pun haruslah mengambil iktibar dan memetik pelajaran dari
orang-orang terdahulu, memperhatikan dan merenungkan bagaimana akibatnya.

E. Peran Manusia dalam melestarikan alam


Peran manusia merupakan elemen yang sangat penting sebagai peran dalam
objek utama menjaga pelestarian alam. Manusia merupakan pemegang amanah dan
memiliki tanggungjawab yang harus dilaksanakan di muka bumi. Dengan mengemban
amanah dan tanggungjawab tersebut manusia berkewajiban untuk mengetahui
komponen lingkungan, memelihara, melindungi, dan menjaga kelestarian alam.

Beberapa peran manusia dalam upaya pelestarian alam diantaranya:

1. Bertanggung jawab untuk menjaga dan membersihkan lingkungan serta


makanannya. Sebagaimana dalam QS. ‘Abasa (80): 24-32
2. Bersikaplah menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta
melestarikannya, tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan. Pengelolaan
terhadap kelestarian lingkungan merupakan wujud tindakan preventif terhadap
terjadinya perubahan lingkungan akibat kegiatan dan aktivitas manusia.10
3. Tidak mengekspolitasi alam secara berlebihan, mengingat keterbatasan sumber
daya alam yang ada. Eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan tanpa
memperhatikan aspek peran dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat
mendatangkan berbagai macam bencana.
4. Menjaga kelestarian lingkungan dengan cara meningkatkan pemanfaatan sumber-
sumber energi yang tidak akan habis sebagai pengganti minyak bumi atau batu
bara, misalnya penggunaan energi sinar matahari, angin, geothermal, tenaga air,
pasang air laut, dan sebagainya.11

10
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, op. cit., h. 302.
11
http://www.mikirbae.com/2015/02/kewajiban-dan-hak-kitaterhadap.html, op.cit.
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan yang cukup panjang berkenaan dengan
penafsiran Wahbah Az-Zuhaili tentang makna ayat dalam QS. Ar-Rum ayat 41 dan
korelasinya dengan Lumpur Lapindo Sidoarjo, serta analisis yang telah dilakukan

10
penulis atas tafsir al-munir, maka dapat diambil kesimpulan guna menjawab rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Corak penafsiran Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya yaitu Tafsir Al-Munir.

Corak penafsiran Tafsir Al-Munir ini adalah bercorak kesastraan dan sosial
kemasyarakatan serta adanya nuansa kefiqhian (fiqh) yakni karena adanya penjelasan
hukum-hukum yang terkandung didalamnya. Bahkan sebagaimana telah disinggung
sebelumnya meskipun juga bercorak fiqh dalam pembahasannya akan tetapi
penjelasannya menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada
masyarakat. Sehingga, bisa dikatakan corak penafsiran Tafsir al-Munir sebagai corak
yang ideal karena selaras antara ‘adabi, ijtima’i, dan fiqhnya.12

2. Makna pada QS. Ar-Rum ayat 41 menurut penafsiran Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab
tafsirnya yaitu Al-Munir
Beliau mengatakan Dalam ayat ini menerangkan dengan jelas bahwa
kerusakan, kekacauan, dan penyimpangan telah muncul dimana-mana pada alam ini.
Banyaknya kemadharatan. Terjadinya ketidakseimbangan alam ini salah satu faktor
penyebabnya adalah manusia itu sendiri. Karena manusia sering berbuat kerusakan
seperti kemaksiatan, kedurhakaan, kekafiran, kedzhaliman, pelanggaran terhadap hal
yang harus dihormati.
3. Pengertian secara kontekstual tentang Lumpur Lapindo Sidoarjo
Suatu peristwa terjadinya kesalahan pada saat pengeboran terkait pemasangan
casing yang seharusnya dilakukan sehingga membuat runtuhnya dinding sumur
sehingga Lumpur menyembur ke luar dan tidak bisa dikendalikan. Hingga Lumpur
Lapindo menyebar dan mengenangi beberapa desa di Sidoarjo.
4. Kaitan antara QS. Ar-Rum ayat 41 dengan Lumpur Lapindo
Lumpur Lapindo merupakan kerusakan yang disebabkan oleh ulah manusia
atas kesalahannya yang dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan pada alam
ini serta dapat merugikan. Sejalan dengan pendapat Wahbah Az-Zuhaili yang pada
intinya penyebab kerusakan adalah manusia , karena telah berbuat kerusakan seperti
kemaksiatan, kedurhakaan, kekafiran, kedzhaliman, pelanggaran terhadap hal yang
harus dihormati. Karena Allah memberikan segala yang ada di alam ini untuk
dilestarikan, untuk dihormati.

12
Abu Samsudin, “Wawasan Alquran Tentang Ulu Al-bab Studi Komparasi Terhadap
Pemikiran Wahbah Alzuhaili Dalam Tafsir Almunir Dengan Muhammad Quraish Shihab
Dalam Tafsir Almisbah”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Sunan Ampel, 2016), P.9
11
5. Bagaimana peran manusia dalam melestarikan alam
Peran manusia merupakan elemen yang sangat penting sebagai peran dalam
objek utama menjaga pelestarian alam. Oleh karena itu manusia memiliki kewajiban
dalam melestarikan alam diantaranya: bertanggung jawab, mengelola lingkungan
dengan baik, Tidak mengekspolitasi alam secara berlebihan, meningkatkan
pemanfaatan sumber energi, dsb.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abu Samsudin, “Wawasan Alquran Tentang Ulu Al-bab Studi Komparasi Terhadap
Pemikiran Wahbah Alzuhaili Dalam Tafsir Almunir Dengan Muhammad Quraish Shihab
Dalam Tafsir Almisbah”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Sunan Ampel, 2016), P.9
Abu Samsudin, “Wawasan Alquran Tentang Ulu Albab”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN
Sunan Ampel, Surabaya, 2016), P.1
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, op. cit., h. 302.

http://www.mikirbae.com/2015/02/kewajiban-dan-hak-kitaterhadap.html, op.cit.

Khabib Abdul Aziz, “Implikasi Nilai-Nilai Ibadah Puasa Terhadap Pendidikan Karakter
”Studi TentangPuasa Dalam Kitab Al-fiqh Al-islam Wa Adillatuhu Karya Prof Dr
Wahbah Az-zuhaili”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Walisongo, Semarang, 2015), P.71

Khabib Abdul Aziz, “Implikasi Nilai-Nilai Ibadah Puasa Terhadap Pendidikan


Karakter”Studi Tentang Puasa Dalam Kitab Al-fiqh Al-islam Wa Adillatuhu Karya Prof
Dr Wahbah Azzuhaili”, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Walisongo, Semarang, 2015),
P.70

Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur di


Sidoarjo.
Puspasari Setyaningrum, “Lumpur Lapindo: Penyebab, dampak, ganti rugi, hingga “harta
karun” logam tanah jarang”, dalam
https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/26/205822478/lumpur-lapindo-penyebab-
dampak-ganti-rugi-hingga-temuan-harta-karun-logam?page=all, diakses tanggal 24
November 2022
Siti Noor Aini, “Relasi Antara Manusia Dengan Kerusakan Alam” Telaah atas Penafsiran
Tantawi Al-Jauhari dalam kitab Al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-karim, Skripsi Fakultas
Ushuluddin Univeritas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010, hlm. 147.

Suryandaru, YS (2009) Kasus Lumpur Lapindo dalam Bingkai Media Massa. Surabaya:
LPPM Unair & TIFA Foundation.
Syaiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Alquran, (Yogyakarta : Kaukaba Dipantara,
2013), P.136-137

Zairin, “Keruskan Lingkungan dan Jasa Ekosistem”


http://unihaz.ac.id/upload/all/KERUSAKAN_LINGKUNGAN_DAN_JASA_EKOSIST
EM_-_ZAIRIN.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai