Anda di halaman 1dari 18

lOMoARcPSD|29645373

MAKALAH
MURABAHAH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer

Dibuat oleh:
Kelompok 3

Mochamad Riza Alwafiq 2231811009


Muhammad Fahreiji 2231811004

PROGRAM STUDI PERBANGKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
TAHUN PEMBELAJARAN 2023/2024

i
lOMoARcPSD|29645373

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi wabarokatuh
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas
limpahan rahmah serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

mata kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer ini dengan lancar dan tanpa ada
halangan yang berarti.
Sholawat teriring salam, senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihiwassalam. Berkat beliaulah agama Islam menjadi
rahmatallil’alamin dan ilmu pengetahuan dapat kita peroleh.
Makalah ini kami susun dan kami selesaikan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer yang berjudul “Murabahah”.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
memohon maaf apabila dalam penyajian makalah ini kurang berkenan atau
bahkan menyinggung pembaca sekalian. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi wabarokatuh

ii
lOMoARcPSD|29645373

DAFTAR ISI

Halaman judul ....................................................................................................... i


Kata pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Murabahah ................................................................................ 2
B. Dasar Hukum Murabahah .......................................................................... 2
C. Rukun dan Syarat Murabahah .................................................................... 3
D. Jenis-jenis Murabahah ................................................................................ 4
E. Ilustrasi dalam Implementasi Murabahah .................................................. 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
lOMoARcPSD|29645373

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang universal sebagai pedoman yang mengatur
segala aspek kehidupan manusia, pada garis besarnya menyangkut dua
bagian pokok, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah adalah menghambakan
diri kepada Allah swt dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nyya. Sedangkan muamalah ialah kegiatan-kegiatan antar
manusia yang meliputi aspek ekonomi, politik, dan sosial.
Adapun bentuk-bentuk jual beli yang telah dibahas olah para ulama
dalam fikih muamalah islamniyah terbilang sangat banyak. Jumlahnya
bisa mencapai belasan atau puluhan. Dari sekian banyak itu ada salah atu
jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok
dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah,
yaitu jual beli murabahah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari murabahah?
2. Apa landasan hukum murabahah?
3. Apa rukun dan syarat murabahah?
4. Apa jenis-jenis murabahah?
5. Bagiamana ilustrasi dalam implementasi murabahah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian murabahah.
2. Untuk mengetahui dasar hukum murabahah.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat murabahah.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis murabahah.
5. Untuk mengetahui ilustrasi dalam implementasi murabahah.

1
lOMoARcPSD|29645373

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Murabahah
Menurut bahasa, murabahah berasal dari kata kerja raabaha,
yuraabihu, muraabahah yang berarti saling menguntungkan. Bai’
murabahah adalah jual-beli dengan harga pokok dengan keuntungan
tambahan yang diketahui.
Sedangkan menurut istilah adalah jual-beli barang pada harga pokok
(asal) dengan tambahan keuntungan yang disepakati.1
Murabahah adalah menjual barang dengan harga yang diketahui di
antara penjual dan pembeli dengan mengambil laba yang ditentukan di
antara keduanya.2
Dari pengertian di atas dan penjelasan di atas dapat disimpulkan,
bahwa bai’ murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan, yang jangka waktunya sesuai dengan kesepakatan.
Pembiayaan murabahah tersebut diberikan kepada nasabah dalam rangka
pemenuhan kebutuhan produksi
B. Dasar Hukum Murabahah
1. Alquran3
٢٧٥... ‫ٱلربَ ٰو ْۚا‬
ِّ ‫ٱَّللُ ۡٱلبَ ۡي َع َوح ََّر َم‬
َّ ‫ َوأَ َح َّل‬...
Artinya: “Padahal Allah swt sudah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah: 2 (275))

ٖ ‫ ِّإ َّ َّٓل أَن تَكُونَ تِّ ٰ َج َرةً عَن تَ َر‬...


٢٩... ْۚۡ‫اض ِّمنكُم‬
Artinya: “ Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlau atas dasar
suka sama suka di antara kalian” (QS. An-Nisa: 4 (29))
2. Hadis

1
Syarif Hidayatullah, Qawa’id Fiqiyyah dan Penerapannya Dalam Transaksi Keuangan
Syariah Kontemporer (Muamalat, Malliyah, Muashirah), (Jakarta: Gramata Publishing, 2012),
hlm.131-133.
2
Izzudin Karimi, Fikih Muyassar Panduan Praktis Fikih dan Hukum Islam, (Jakarta:
Darul Haq, 2015), hlm.356.
3
Ibid.,hlm.357.
2
lOMoARcPSD|29645373

،‫ اَ ْلبَيْع إِلَى أَ َج ٍل‬:‫ ثَالَث فِي ِْهن ا ْلبَ َركَة‬:َ‫سل َم قَال‬


َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ َ ‫أَن الن ِبي‬
َ ‫صلى للا‬
‫ت لَ ِل ْلبَي ِْع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬
ِ ‫ َو َخ ْلط ا ْلب ِر ِبالش ِعي ِْر ِل ْلبَ ْي‬،‫ارضَة‬
َ َ‫َوا ْلمق‬
“Dari Shuhaib bahwa Nabi SAW bersabda: ada 3 hal yang
mengandung berkah: jual-beli tidak secara tunai, muqaradhah
(mudharabah) dan campur gandum dengan jewawut untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk di jual.” HR.Ibnu Majah.4
3. Ijma
Mayoritas ulama sepakat mengatakan dibolehkan jual-beli
dengan cara murabahah. Pada dasarnya, semua bentuk muamalah
boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

C. Rukun dan Syarat Murabahah


1. Pihak yang berakad (penjual dan pembeli), harus:
a. Berakal dan baligh (cakap hukum)
b. Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan terpaksa atau berada di
bawah tekanan atau ancaman.
2. Objek yang diperjualbelikan, harus:
a. Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang.
b. Memberikan manfaat atau sesuatu yang bermanfaat.
c. Penyerahan objek murbahah dari penjual kepada pembeli dapat
dilakukan.
d. Merupakan hak milik penuh dari pihak yang berakad.
e. Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang
diterima pembeli.
3. Akad atau sighat, harus:
a. Jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
b. Antara ijab dan qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang
maupun harga yang disepakati.
4. Harga yang disepakati, harus:

4
Syarif Hidayatullah, Qawa’id Fiqiyyah..., hlm.135.
3
lOMoARcPSD|29645373

a. Diketahui harga pertama (harga dasar). Disyaratkan agar harga


pertama diketahui oleh pembeli, karena mengetahui harga adalah
salah satu syarat untuk syahnya jual-beli dan karena harga awal
(harga pokok) dijadikan dasar dalam transaksi murabahah.
b. Diketahui keuntungan: seyogyanya keuntungan harus diketahui,
karena keuntungan itu merupakan bagian dari harga. Pengetahuan
terhadap harga adalah salah satu syarat untuk sahnya jual beli.
D. Jenis-jenis Murabahah
Transaksi jual beli dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan
beberapa cara pembayarannya juga. Murabahah dapat dikelompokkan
dalam beberapa jenis murabahah sebagaimana diilutrasikan pada gambar
berikut:5

Dilihat dari proses pengadaan barang murabahah dapat dibagi


menjadi:
1. Murabahah Tanpa Pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan objek jual
beli dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada
yang akan membeli atau tidak, ada yang pesan atau tidak, jika barang
dagangan sudah menipis, penjual akan mencari tambahan barang
dagangan. Pengadaan barang dilakukan atas dasar
persediaanminimum yang harus dipelihara. Sebagai contoh dapat
dlihat pada supermaket, ada yang beli atau tidak, begitu persediaan

5
Wiroso, Produk Perbankan Syariah (Jakarta: LPEE Usakti,2009), hlm. 171
4
lOMoARcPSD|29645373

sudah sampai pada jumlah persediaan minimum yang harus


diperlihara, maka langsung dilakukan pengadaan barang. Untuk
memberikan gambaran yang lebih lengkap dapat diberikan ilutrasi
sebagai berikut:

Dalam Murabahah tanpa pesanan ada dua tahapan yang


terpisah yaitu tahapan pengadaan barang dan tahapan alur pembelian
barang.

a. Alur pengadaan barang (bank syariah sebagai pembeli) Dalam


alur ini tidak memperhatikan ada yang membeli atau tidak, yang
diperhatikan adalah pemenuhan ketentuan penyediaan persediaan
minimum, dengan memperhatikan jangka waktu pengiriman,
kelangkaan barang dan sebagainya. Umumnya proses ini
dilakukan oleh pedagang grosir dan retail yang menjual
kebutuhan masyarakat seperti supermaket, toko dan sebagainya.
b. Alur proses jual beli (bank syariah sebagai penjual) dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1) H. Abdullah melakukan negosiasi dan menyepakati
persyaratan yang terkait dengan jual beli tersebut.
2) Pembeli (H Abdulah) melakukan negosiasi jual beli dengan
LKS Ridho Gusti tentang barang, syarat pembayaran dan

5
lOMoARcPSD|29645373

sebagainya, sampai diperoleh kesepakatan kedua belah pihak


dan dilakukan akad jual beli Murabahah
3) Berdasarkan akad Murabahah tersebut LKS Ridho Gusti
mengirimkan barang yang telah disepakati kedua belah pihak
Tahap terakhir dilakukan pembayaran harga barang sesuai
kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik
dengan tunai, tangguh maupun dengan cicilan.
2. Murabahah Berdasarkan Pemesanan (Pemesanan Pembelian)
Pemikiran mengenai penjualan Murabahah berdasarkan
Pemesan Pembelian tampaknya muncul karena dua alasan: Pertama,
Untuk mencari pengalaman. Dalam akad dicantumkan bahwa, salah
satu pihak yaitu pemesan pembelian meminta pihak lain untuk
bertindak sebagai pembeli (untuk membeli sebuah asset), dan
pemesan berjanji akan membeli aset tadi dan bersedia memberikan
keuntungan kepadanya, tergantung pada pengalaman (kepiawaian)
pembeli. Orang-orang memerlukannya, karena sebagian mereka tidak
mengetahui nilai barang-barang, karena itu diminta meminta
kepiawaian mereka yang mengetahui, dan bahkan bisa secara
sukarela. Kedua, Untuk mendapatkan pembiayaan (kredit). Pemesan
Pembelian meminta pembeli untuk membelikan asset dan berjanji
untuk membeli kembali disertai dengan keuntungan penjualan, dengan
pengertian bahwa pembeli akan menjual asset kepada pemesan
pembelian dengan syarat-syarat pembiayaan secara penuh maupun
parsial.
Pembiayaan ini umumnya merupakan suatu pendorong bagi
pihak yang berhubungan denganbank-bank syariah untuk bertransaksi
atas dasar penjualan Murabahah berdasarkan Pemesan
Pembelian.Namun demikian kedua tujuan tersebut dapat digabungkan
sehingga kenaikan kredit pembelian yang disebabkan oleh berbagai
alasan pada saat ini, telah meningkatkan permintaan terhadap tipe
penjualan seperti itu. Dalam jenis ini pengadaan barang (barang

6
lOMoARcPSD|29645373

syariah sebagai pembeli) yang merupakan obyek jual beli, dilakukan


atas dasar pesanan yang diterima (bank syariah sebagai penjual).
Apabila tidak ada yang pesan maka tidak dilakukan pengadaan
barang. Pengadaan barang sangat tergantung pada proses jual belinya.
Hal ini dilakukan untuk menghindari persediaan barang yang
menumpuk dan tidak efesien.
Untuk memberikan gambaran atas murabahah berdasarkan
pesanan ini dapat diberikan ilutrasi sebagai berikut:

Dari gambar diatas transaksi Murabahah berdasarkan pesanan


dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Hj. Aminah sebagai pembeli akhir memesan barang kepada Bank


Syariah Ridho Gusti (bank syariah sebagai penjual) dan dilakukan
juga negosiasi harga jual, syarat pembayaran yang dilakukan dan
syarat lainnya. Sebagai tanda keseriusan Aminah dapat
memberikan uang muka kepada Bank Syariah Ridho Gusti yang
besarnya sesuai kesepakatan
b. Berdasarkan pesanan Hj. Aminah tersebut Bank Syariah Ridho
Gusti melakukan pengadaan atau pemesanan kepada PT Al
Barakah sebagai pemasok, barang yang sesuai pesanan Aminah
dan syarat-syarat pembayarannya. Sebagai tanda keseriusan Bank

7
lOMoARcPSD|29645373

Syariah Ridho Gusti memberikan uang muka kepada Al Barakah,


yang besarnya sesuai kesepakatan.
c. Tahap berikutnya adalah PT Al Barakah menyerahkan barang
pesanan kepada Bank Syariah Ridho Gusti, sehingga barang
tersebut menjadi penguasaan Bank Syariah Ridho Gusti.Atas
pembelian barang tersebut, Al Barakah dapat memberikan diskon
kepada Bank Syariah Ridho Gusti.
d. Oleh karena barangnya telah ada dan telah disetujui oleh Hj.
Aminah, termasuk keuntungan dan harga jualnya, maka dilakukan
akad Jual Beli Murabahah
e. Berdasarkan akad Jual Beli Murabahah, Bank Syariah Ridho
Gusti menyerahkan barang yang dibeli oleh Hj. Aminah.
f. Tahap terakhir adalah Hj. Aminah melakukan pembayaran atas
harga jual barang. Pembayarannya dapat dilakukan dengan tunai
atau dengan tangguh / cicilan sebesar harga jual yang disepakati.
Janji Pemesan pembelian di dalam Murabahah berdasarkan
Pemesan Pembelian bisa mengikat bisa tidak. Para Ulama
Syari`ah Salaf menyepakati mengenai bolehnya penjualan ini dan
mengatakan bahwa pemesan tidak mesti terikat untuk memenuhi
janjinya. Sedangkan menurut Lembaga Fiqh Islam, baru-baru ini
telah mengatur bagi Pemesan Pembelian agar diberikan pilihan
apakah akan membeli aset atau menolaknya ketika ditawarkan
kepadanya oleh pembeli. Hal tersebut berlaku agar transaksi
tersebut tidak mengarahkan seseorang untuk menjual apa yang
tidak dimilikinya karena ini adalah haram, atau melakukan
tindakan lain yang diharamkan oleh Syari`ah sebagaimana
diterangkan secara rinci oleh para Ulama Syari`ah Salaf. Tetapi,
sebagian Ulama Syari`ah Modern telah membolehkan bentuk
perjanjian seperti ini, yaitu mengikat Pemesan Pembelian;
contohnya penjualan Murabahah dengan kewajiban pada pemesan
pembelian untuk mengambil pesanan.

8
lOMoARcPSD|29645373

1) Penjualan Murabahah kepada Pemesan Pembelian Mengikat


a) Jika pembeli menerima permintaan pemesan, pembeli
harus membeli asset yang diakhiri/ditutup dengan akad
penjualan yang sah antara dia dan penjual asset.
Pembelian ini dianggap merupakan pelaksanaan janji
yang mengikat secara hukum antara pemesan dan
pembeli.
b) Pembeli menawarkan asset kepada pemesan, yang harus
diterima berdasarkan janji yang mengikat di antara kedua
belah pihak secara hukum, dan oleh karena itu harus
sesuai dengan ketetapan yang berlaku dalam akad
penjualan.
c) Di dalam bentuk penjualan seperti ini, diperbolehkan
untuk membayar hamish gedyyah ketika menandatangani
akad aslinya, tetapi sebelum pembeli membeli asset.
Hamish gedyyah didefinisikan sebagai jumlah yang
dibayarkan dari Pemesan Pembelian karena adanya
permintaan dari pemesan dan hal ini dilakukan untuk
meyakinkan bahwa pemesan serius di dalam permintaan
akan asset tersebut. Tetapi, jika pemesan menolak
membeli asset tersebut, maka kerusakan yang timbul
(terjadi) dari aset tersebut harus diganti dari hamish
gedyyah yang dibayarkan.
d) Pembeli dapat menarik hemish gedyyah sejumlah
kerusa-kan yang terjadi bila pemesan menolak membeli
asset. b) Jika jumlah hamish gedyyah kurang dari jumlah
kerusakan yang dialami pembeli, maka pembeli dapat
meminta kepada pemesan untuk mendapatkan
kekurangannya (kerugiannya). Sebagian bank-bank
Islam telah menggunakan urboun sebagai suatu alternatif
terhadap hamish gedyyah, dimana urboun di dalam Fiqih

9
lOMoARcPSD|29645373

Islam adalah: sejumlah uang yang dibayarkan di muka


kepada penjual. Jika pembeli memutuskan untuk
melakukan transaksi dan menerima aset, maka urboun
akan diperlakukan sebagai bagian dari harga yang
dibayar di muka, jika tidak maka urboun akan ditahan
oleh penjual. Jadi, pada kasus urboun, pembeli
mengambil urboun secara penuh apakah dia lebih atau
kurang dari kerusakan. Tetapi, pada kasushamish
gedyyah pembeli hanya akan mengurangkan jumlah
kerugian sebenarnya yang dideritanya, dan jika jumlah
hamish gedyyah melebihi kerugian dia bisa
mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemesan..
Itulah perbedaan antara hamish gedyyah dan urboun.
2) Murabahah berdasarkan Pemesan Pembelian Tidak Mengikat
a) Salah satu pihak (pemesan pembelian atau purchase
order) meminta pihak lain (pemb (1) eli) untuk membeli
sebuah aset dan menjanjikan bahwa apabila dia membeli
aset tersebut, maka pemesan akan membelinya dari dia
sesuai dengan harganya (sudah termasuk mark-up
keuntungan). Permintaan ini dianggap sebagai kemauan
untuk membeli, bukan penawaran.
b) Jika pembeli menerima permintaan ini, dia akan membeli
aset untuk dirinya sendiri berdasarkan akad penjualan
yang sah antara dia dan penjual (vendor) aset tersebut.
c) Pembeli harus menawarkan lagi kepada pemesan
menurut syarat-syarat perjanjian pertama, tentunya
setelah kepemilikan asetnya secara sah dimiliki pembeli.
Hal ini dianggap sebagai suatu penawaran dari pembeli.
d) Ketika aset ditawarkan kepada pemesan, dia harus
mempunyai pilihan untuk mengakhiri suatu akad
penjualan atau menolak membelinya, dengan kata lain

10
lOMoARcPSD|29645373

pemesan tidak wajib memenuhi janjinya. Jika dia


memilih melakukan suatu akad, maka itu akan dianggap
sebagai suatu penerimaan tawaran tersebut. Kemudian
suatu akad penjualan yang sah harus dibuat antara
pemesan dan pembeli.
e) Apabila terjadi bahwa pemesan menolak membeli asset
tersebut, maka asset tersebut tetap akan menjadi milik
pembeli yang berhak untuk menjualnya melalui cara-cara
yang diperbolehkan.
f) Jika diharuskan bahwa pemesan harus membayar cicilan
pertama, maka pembayaran tersebut harus dilakukan
setelah akad tersebut ditandatangani dan cicilan tersebut
merupakan bagian dari harga penjualan tersebut.
Dilihat dari cara pembayaran, murabahah dibagi menjadi:
1. Pembayaran Tunai, yaitu pembayaran dilakukan secara tunai
saat barang diterima
2. Pembayaran Tangguh atau Cicilan, yaitu pembayaran dilakukan
kemudian setelah penyerahan barang baik secara tangguh
sekaligus dibelakang atau secara angsuran
Dalam praktek, khususnya pada Bank Syariah, baik bank umum
syariah, cabang syariah dari bank konvensional, maupun BPR Syariah,
saat ini banyak yang menjalankan murabahah berdasarkan pesanan,
sifatnya mengikat dan pembayarannya dilakukan secara tangguh atau
cicilan. Pada saat ini belum ada perbankan yang melaksanakan murabahah
tanpa pesanan dengan pembayaran tunai atau tangguh seperti supermaket.
Murabahah tanpa pesanan banyak dilaksanakan oleh Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (BMT) dan koperasi syariah, termasuk pembayaran yang
dilakukan cara tunai.
E. Ilustrasi dalam Implementasi Murabahah
Ilustrasi transaksi murabahah dalam kehidupan sehari hari dapat
dilihat pada pasar tradisional atau toko elektronik, dimana pada pasar

11
lOMoARcPSD|29645373

tersebut telah tersedia barang yang diperjualbelikan, barang tersebut siap


untuk dipakai dan diserahkan saat terjadi kesepakatan akad murabahah
(kalau penyerahan barang dilakukan kemudian, karena masih dalam proses
produksi disebut dengan salam atau istishna). Kemudian pedagang
menawarkan harga jual barang (sayangnya pedagang tidak
memberitahukan harga perolehannya) untuk dilakukan negosiasi, sampai
terjadi kesepakatan harga jualnya. Pada saat harga jual disepakati
pedagang menyerahkan barang yang diperjualbelikan dan pihak lain
sebagai pembeli membayar harga jual tersebut. Akad murabahah dalam
perbankan syariah dapat diaplikasikan untuk produk-produk antara lain: 6
1. Pembelian Barang
Dalam perbankan konvensional dikenal adanya kredit investasi,
kredit konsumtif, kredit kendaraan bermotor, kredit kepemilikan
rumah dan kredit lain yang terkait dengan pengadaan barang. Dalam
perbankan syariah untuk keperluan apa saja yang terkait dengan
pengadaan barang, seperti kepemilikan rumah,kepemilikan sepeda
motor atau mobil dan sebagainya, selama barang yang diperjual
belikan merupakan barang jadi yang siap untuk dipergunakan, dalam
penguasaan penjual pada saat akad dilaksanakan dapat
mempergunakan akad murabahah, dengan pembayaran sekarang
secara tunai atau dengan pembayaran kemudian secara tangguh.
Perbedaan murabahah dengan kredit investasi adalah, jika kredit
investasi bank menyediakan uang untuk diserahkan kepada nasabah
dan nasabah yang membeli barang keperluannya sendiri, sedangkan
murabahah bank menyediakan barang untuk diserahkan kepada
nasabah saat akan murabahah disepakati Dikategorikan disini
termasuk kepemilikan rumah pada bank syariah, dimana rumah yang
diperjual belikan sudah jadi (kalau masih dalam proses pembuatan
akan mempergunakan akad istishna), juga kepemilikan kendaraan
bermotor atau mobil dan sebagainya

6
Wiroso, Produk Perbankan Syariah (Jakarta: LPEE Usakti,2009), hlm. 223
12
lOMoARcPSD|29645373

2. Modal Kerja
Jika bank syariah memberikan modal kerja dengan akad
murabahah, maka yang dibiayai adalah modal kerja inventori
(persediaan barang dagangan sebagai modal kerja), seperti misalnya
perusahaan kayu sebagai modal kerjanya adalah persediaan kayu. Atas
modal kerja inventori ini bank syariah dapat mempergunakan akad
murabahah dimana bank syariah sebagai penjual dan nasabah
(perusahaan kayu) sebagai pembeli, dan persediaan barang dagangan
merupakan obyek barang yang diperjual belikan. Jika bank syariah
memberikan modal kerja dalam bentuk uang tidak diperkenankan
mempergunakan akad murabahah tetapi dapat mempergunakan akad
mudharabah atau musyarakah.
3. Renovasi Rumah
Jika bank syariah membiayai nasabah untuk renovasi rumah
dengan akad murabahah, maka kedudukan bank syariah sebagai ”toko
bahan bangunan’. Bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli, yang diperjualbelikan adalah bahan bangunan seperti pasir,
semen, kayu, bata merah, besi dan sebagainya. Jika renovasi rumah
dengan akad murabahah bank syariah tidak diperkenankan untuk
membiayai tenaga kerjanya (tenaga kerja bukan tanggung jawab toko
bahan bangunan). Begitu juga setelah jual beli material kemudian
renovasi rumahnya tidak selesai bukan tanggung jawab bank syariah
sebagai penjual atau toko bahan bangunan, setelah jual beli material
oleh nasabah materialnya dipergunakan untuk membangun masjid
(bukan untuk renovasi) bukan tanggung jawab bank syariah sebagai
toko bahan bangunan.
Yang perlu dipahami dalam menjalankan transaksi murabahah
ini pelaksana perbankan syariah, hendaknya mengetahui ilmu
perdagangan seperti misalnya dalam penentuan harga perolehan
barang, risiko yang timbul akibat barang tersebut dan sebagainya.

13
lOMoARcPSD|29645373

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bai’ murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan, yang jangka waktunya sesuai dengan kesepakatan.
Pembiayaan murabahah tersebut diberikan kepada nasabah dalam rangka
pemenuhan kebutuhan produksi. Jual-beli dengan cara murabahah
diperbolehkan, karena pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali dalil ada yang mengharamkannya.
Dalam pelaksanaan jual beli murabahah ada rukun dan syarat yang
harus dipenuhi yaitu, pelaku jual beli (penjual dan pembeli), objek yang
diakadkan, akad/sighat dan harga yang disepakati kedua belah pihak.
Jenis-jenis murabahah dapat dilihat segi dari proses pengadaan
barang murabahah dan dari segi cara pembayaran. Dari segi proses
pengadaan barang murabahah dibagi menjadi 2, yaitu murabahah tanpa
pesanan dan murabahan berdasarkan pesanan. Sedangkan dari segi cara
pembayaran murabahah dibagi menjadi 2, yaitu murabahah dengan
pembayaran tunai dan murabahah dengan pembayaran yang ditangguhkan.
Ilustrasi transaksi murabahah dalam kehidupan sehari hari dapat
dilihat pada pasar tradisional atau toko elektronik, dimana pada pasar
tersebut telah tersedia barang yang diperjualbelikan, barang tersebut siap
untuk dipakai dan diserahkan saat terjadi kesepakatan akad murabahah
(kalau penyerahan barang dilakukan kemudian, karena masih dalam proses
produksi disebut dengan salam atau istishna).

14
lOMoARcPSD|29645373

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, M. Yazid. 2009. Fiqh Muamalahi. Yogyakarta: Logung Pustaka.


Hidayatullah, Syarif. 2012. Qawa’id Fiqiyyah dan Penerapannya Dalam
Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer (Muamalat, Malliyah,
Muashirah). Jakarta: Gramata Publishing.
Karimi, Izzudin. 2015. Fikih Muyassar Panduan Praktis Fikih dan Hukum
Islam. Jakarta: Darul Haq.
Wiroso. 2009. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPEE Usakti.

15

Anda mungkin juga menyukai