Originality Assessment
14%
Overall Similarity
v 8.0.7 - WML 4
FILE - MAKALAH FIQIH KELUARGA KEL.5 FIX.PDF
MAKALAH KONSEP MAHRAM DALAM PERNIKAHAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Kelompok Mata Kuliah: Fiqih Keluarga Dosen Pengampu: H. Ismail, M.S.I Disusun
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan pada kami
sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
Dosen pengampu mata kuliah Fiqih Keluarga yang telah membimbing kami dalam proses
pembelajaran. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas terstruktur dari mata kuliah “Fiqih
Keluarga: Konsep Mahram Dalam Pernikahan” Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mendapat tantangan dan hambatan. Oleh karena itu, banyak mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
.......................................................................................................... DAFTAR
ISI......................................................................................................................... BAB I:
PUSTAKA ...........................................................................................................
tentu sangat kontropersi jika ingin keluar rumah atau berpergian karena mengharuskan
ditemani dengan mahramnya. Tentu hal ini sangat mencemaskan bagi mayoritas
perempuan yang harus bekerja sampai larut malam. Meskipun ada seorang ayah dan
kakak laki-lakinya yang bisa saja menemaninya dengan bentuk pengorbanannya. Akan
tetapi, bagaimana jadinya bila seorang ayah atau kakak laki-lakinya yang memiliki
kesibukannya sendiri-sendiri sehingga tidak bisa untuk menemani sampai selesai. Hal ini
lah yang perlu dipahami bahwa setiap perempuan memerlukan seorang mahram untuk
menemani disetiap kehidupannya. Kata mahram berasal dari bahsa arab dari kata harama
yang berarti mencegah, bentuk mashdar dari haram yang artinya dilarang atau tidak
adanya ikatan pernikahan, sedangkan muhrim dan musharah bila digabung artinya orang-
orang yang haram untuk dinikahi karena adanya hubungan kekeluargaan dari hasil suatu
pernikahan. Mahram itu sangat penting bagi perempuan karena bertujuan untuk menjaga
dari hal-hal yang berbahaya serta untuk melindungi saat perempuan tersebut saat
bepergin sebagai antisipasi dari hal fitnah. B. Rumusan Masalah 1. Apa Yang Dimaksud
Dengan Mahram? 2. Bagaimana Dasar Hukum Mahram Dalam Pandangan Al-Qur’An Dan
Dalam Pernikahan.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Mahram Kata mahram berasal dari bahasa arab
dari isim maful dari kata kharuma-yahkrumukharaman. Kharaman disini berarti larangan
atau penegasan, sedangkan kata ihram merupakan pakaian bagi orang yang sedang
melakukan rangkaian ibadah haji dan umroh.didalam disiplin ilmu Fiqh mahram adalah
semua orang yang haram untuk dinikahi karena adanya ikatan nasab kekeluargaan,
persusuan, dan pernikahan dalam islam. Umumnya di masyarakat sekitar lebih familiar
dengan kata muhrim dibandingkan dengan mahram. Padahal sebenarnya muhrim disini
berarti pakaian bagi seseorang yang sedang menjalankan ibadah haji dan umroh sebelum
bertahallul. Sedangkan kata mahram adalah orang yang tidak boleh untuk dinikahi karena
sebab adanya hubungan keluarga. Menurut Imam Ibnu Qudamah mahram adalah semua
orang yang haram dinikahi untuk selama-lamanya karena ada hubungan nasab,
persusuan, dan pernikahan. Adapun menurut Imam Ibnu Atsir mahram ialah semua orang
yang haram untuk dinikahi selama-lamanya seperti bapak, anak, saudara, paman, dan
dan bepergiannya seorang wanita dalam perjalanan lebi dai 3 hari asal ditemani dengan
kepala, rambut, tangan, dan kaki. Adapun hubungan mahram yang sifatnya sementara
yaitu haram untuk dinikahi karena adanya hubungan darah, 5 tetapi tidak membuat
halalnya berduaan, bepergian berdua atau melihat sebagian dari auratnya. B. Dasar
Hukum Mahram Dalam Pandangan Al-Qur’An Dan Hadist Adapun dasar hukum mahram
dalam pernikahan yang terkandung dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat 22-23 yang
berbunyi: َﻭَﻝ6 ًﺗَﻨْﻜِﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻧَﻜَﺢَ ﺁﺑَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻦ ِﺳَﺎﺀِ ﺇَِﻝَّ ﻣَﺎ ﻗَﺪْ ﺳَﻠَﻒَ ۚ ﺇِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻓَﺎﺣِﺸَﺔً ﻭَﻣَﻘْﺘًﺎ ﻭَﺳَﺎﺀَ ﺳَﺒِﻴﻞ
ْﺣُﺮ ِﻣَﺖ 1 َﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﻬَﺎﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺑَﻨَﺎﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺧَﻮَﺍﺗُﻜُﻢْ ﻭَﻋَﻤَّﺎﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺧَﺎَﻟَﺘُﻜُﻢْ ﻭَﺑَﻨَﺎﺕُ ﺍْﻟَْﺦِ ﻭَﺑَﻨَﺎﺕُ ﺍْﻟُْﺨْﺖِ ﻭَﺃُﻣَّﻬَﺎﺗُﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﺘِﻲ ﺃَﺭْﺿَﻌْﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺧَﻮَﺍﺗُﻜُﻢْ ﻣِﻦ
ْﺍﻟﺮَّﺽَ ﺍﻋَﺔِ ﻭَﺃُﻣَّﻬَﺎﺕُ ﻧِﺴَﺎﺋِﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺑَﺎﺋِﺒُﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﺘِﻲ ﻓِﻲ ﺣُﺠُﻮﺭِﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﻧِﺴَﺎﺋِﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﺘِﻲ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻢْ ﺑِﻬِﻦَّ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻢْ ﺑِﻬِﻦَّ ﻓَﻞَ ﺟُﻨَﺎﺡَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢ
ﻭَﺣَﻠَﺌِﻞُ ﺃَﺑْﻨَﺎﺋِﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﻠَﺒِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻥْ ﺗَﺠْﻤَﻌُﻮﺍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻟُْﺨْﺘَﻴْﻦِ ﺇَِﻝَّ ﻣَﺎ ﻗَﺪْ ﺳَﻠَﻒَ ۗ ﺇِﻥَّ َّﻟﻼَّ ﻛَﺎﻥَ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَﺣِﻴﻤًﺎTerjemahan“Dan
janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahnmu, terkecuali pada
masa yang telah lampau. 8 Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan
istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaan dari istri yang telah kamu
campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan),
maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak
bersudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Nisa: 22-23). Ayat diatas menjelaskan
bahwa wanita-wanita yang haram untuk dinikahi. Pada ayat 22 menunjukan bahwa tidak
diperbolehkannya seorang laki-laki menikahi mantan istri dari ayahnya yang telah
meninggal, 10 ketentuan tersebut menghapus peristiwa yang terjadi pada masa jahiliyah
yang dimana ada seorang anak yang menikahi istri ayahnya sendiri yang telah meninggal
perkenankan karena istri ayahnya merupakan ibu kandungnya sendiri. Adapun ayat 23
menjelaskan bahwa golongan wanita yang tidak dinikahi yang dihukumi haram dengan
memiliki latar belakang dan illat-illat-nya karena bertentanga dengan hikmah yang
terkandung didalam pernikahan itu sendiri, seperti adanya sebab hubungan darah dengan
Saudara perempuan sepersusuan 10. Ibu-ibu istrimu 11. Anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaan dari istri yang telah kamu campuri 12. Istri-istri anak kandungmu. C.
Macam-Macam Mahram Mahram dalam pernikahan dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut: 1. Mahram Muabbad Mahram Muabbad yaitu larangan untuk selamanya, artinya
9 orang-orang yang haram melakukan pernikahan untuk selamanya. Terbagi menjadi tiga
yaitu karena keturunan, adanya ikatan perkawinan, dan ikatan persusuan. a) Karena
nasab atau keturunan. 1 Yang termasuk ke dalam kelompok ini yaitu Ibu, nenek (dari ibu
atau bapak) keatas, anak perempuan, cucu perempuan dan setelahnya kebawah, saudara
perempuan sekandung, seayah dan seibu, bibi baik dari ayah ataupun ibu, anak
perempuan dari saudara laki-laki sekandung, 3 anak perempuan dari saudara laki-laki
seayah, anak perempuan dari saudara laki-laki seibu, saudara perempuan sekandung,
saudara perempuan seayah, dan saudara perempuan seibu. b) Karena adanya ikatan
perkawinan. Yaitu orangtua istri atau mertua, anak tiri perempuan, istri ayah atau ibu tiri,
dan menantu perempuan. c) Karena ikatan persusuan. Maksudnya adalah ketika seorang
laki-laki dan perempuan tidak mempunyai hubungan darah atau dilahirkan oleh orang tua
yang berbeda akan tetapi mereka menyusu dengan wanita atau ibu yang sama,
maka menjadi haram untuk menikah karena adanya ikatan persusuan. 2. Mahram
Mu'aqqat Mahram mu'aqqat adalah ketika seorang perempuan dilarang dikawin sampai
keadaan tertentu atau sementara waktu. Jika nanti kondisi dan keadaan telah berubah,
maka mahram itu menjadi halal. Adapun prempuan-perempuan yang dilarang dinikahi
hingga batas
waktu tertentu, yaitu perempuan 1 yang menjalani masa iddah, perempuan yang ditalak
3 kali oleh suaminya, perempuan yang sedang ihram haji maupun umrah, perempuan
musyrik dan lain sebagainya. D. Implikasi Adanya Mahram Dalam Pernikahan 6 Mahram
adalah wanita yang haram dinikahi oleh laki-lak karena adanya ikatan nasab, sepersusuan
dan ikatan perkawinan, seperti halnya dalam Q.S al-Nisa ayat 23. Awalnya persoalan
mahram ini berkaitan dengan larangan untuk 3 laki-laki menikahi perempuan yang
menjadi mahramnya, tetapi kemudian berimplikasi hukum bagi kehidupan sosial mereka.
Seperti keharusan perempuan dibarengi mahramnya ketika mau bepergian jauh atau
berada di ranah publik, baik dalam beribadah, seperti melaksanakan haji atau umrah,
ataupun dalam berkerja dan berinteraksi sosial di ranah publik. Ada kendala psikologis
ketika perempuan bersama-sama dengan laki-laki lain yang bukan mahramnya, jika tidak
ada suami atau mahram dari keluarganya sendiri. Padahal di zaman modern ini,
perempuan dihadapkan pada tuntutan dan juga tantangan untuk berperan aktif dalam
dunia publik. Dinyatakan oleh Ibn Rusyd dalam Bidayat al- Mujtahid, berpendapat bahwa
larangan perempuan untuk bepergian jauh tanpa mahram itu tidak berlaku ketika ibadah
haji. Karena, ibadah haji merupakan kewajiban dan perintah agama. Selama ada jaminan
keamanan, maka perempuan boleh pergi untuk melaksanakan ibadah haji tanpa
mempunyai jalinan emosi yang kuat, sehingga perlindungan bisa diberikan. Apabila terjadi
sesuatu yang buruk pada perempuan juga bisa dihindari oleh kehadiran kerabatnya. Hal
tersebut sangat diperhatikan karena apabila perempuan berpergian jauh sendirian akan
rawan bahaya, mungkin dari kejahatan perampok, binatang buas atau kesulitan lain yang
memang harus melibatkan bantuan laki-laki yang menjadi mahramnya. Kondisi yang aman
memberikan keamanan bagi perempuan. Dengan kata lain, jika hadis tentang mahram
dipahami secara teks, maka akan muncul pengekangan terhadap perempuan, sementara
kalau dipahami secara kontekstual, maka akan berimplikasi pada munculnya rasa
tanggungjawab bersama untuk menciptakan kondisi dan situasi yang aman dan tentram
menghormati orang-orang senasab, karena di dalam pernikahan pasti ada masalah dan
penceraian sehingga bisa merusak hubungan kekeluargaan yang selama ini sudah terjalin
dengan baik. b) Ulama menjelaskan bahwa pernikahan antara keluarga dekat akan
melahirkan anak yang lemah baik jasmani maupun ruhaninya. c) Pernikahan antara
kerabat berpotensi besar mengakibatkan keturunan yang mudah terkena penyakit cacat
fisik, dan lainnya. Pesan dari adanya mahram yaitu agar perempuan dihormati, dimuliakan
dan dijaga kehormatannya. Adanya mahram dalam Al-Qur'an merupakan perintah untuk
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari tulisan di atas dapat di simpulkan bahwa mahram
adalah seorang perempuan yang di haramkan untuk dinikahi oleh seorang laki-laki, sebab
biasanya masih ada keterkaitan hubungan seperti kekeluargaan bisa di sebut juga sebagai
(nasab). Namun pada awalnya hal seperti ini ada hubunganya dengan konteks suatu
bentuk larangan bagi laki-laki untuk menikahi seorang kaum perempuan yang menjadi
mahromnya tersebut, tetapi pada akhirnya sebuah hukum bagi kehidupan sosialnya.
Kemudian dasar hukum mahram juga terdapat dalam AnNisa ayat 22-23 yang di jelaskan
bahwa adanya larangan untuk menikah dengan seseorang Wanita yang telah dinikahi oleh
ayahnya tetapi di bolehkan dalam hal jangka waktu yang cukup lama. Macam-macam dari
hikmah mahram itu sendiri yaitu Mahram Muabbad artinya larngan selamanya bagi calon
yang mau menikah biasanya di sebabkan karena adanya iktan perkawinan dan mahram
mu'aqqat adalah ketika seorang perempuan dilarang dikawin sampai keadaan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA Abdul, M. (2010). Konsep Mahram dalam Al-Qur'an (implikasi bagi
mobilitas kaum perempuan di ranah publik. Musawa, 1-18. Ahmad, R. (2021). 7 Studi
Penafsiran Ayat Ahkam tentang larangan perkawinan dalam hukum keluarga islam. jurnal
dalam islam: tafsir surat an-nisa ayat 22 dan 23. Malang: Universitas islam negeri maulana