Anda di halaman 1dari 8

Kerangka Acuan Kerja

(KAK)

FEASIBILITY STUDY POTENSI PRODUKSI ARAK BALI DALAM


RANGKA MENDUKUNG INVESTASI PEMBANGUNAN PABRIK
WISKY DI BALI

Tahun Anggaran 2023


I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Bali merupakan daerah yang menjadi tujuan utama wisatawan baik wisatawan mancanegara
maupun domestik untuk berwisata. Hal tersebut karena Bali itu memiliki banyak keindahan dan atraksi
budaya yang mengundang daya tarik wisatawan. Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang
memiliki beragam jenis minuman tradisional, keberadaan minuman tradisional Bali ini bisa menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang ke Bali, masing-masing dari
minuman tradisional tersebut memiliki makna filosofinya sendiri-sendiri. Hal ini tidak terlepas dari
keberadaan masyarakat Bali yang masih memegang teguh adat istiadatnya, minuman tradisional Bali
memegang peranan yang penting terutama untuk upacara-upacara keagamaan seperti misalnya tuak,
arak dan brem yang tidak bisa dipisahkan dari setiap prosesi upacara keagamaan, oleh karena itu
keberadaan minuman tradisional Bali harus dilestarikan sehingga tetap menjadi aset kuliner bangsa dan
tidak punah ditengah-tengah pesatnya serbuan minuman modern.
Arak adalah salah satu produk tradisional Bali, masyarakat Bali memanfaatkan minuman Arak ini
untuk upacara adat, juga bisa digunakan sebagai penghangat tubuh disaat musim dingin. Arak adalah
minuman fermentasi yang dihasilkan dari berbagai macam buah dan tumbuhan, arak mengandung etil
alkohol atau etanol, yang mengandung karbohidrat dalam produk hasil pertanian melalui fermentasi dan
distilasi, atau fermentasi tanpa distilasi, arak Bali merupakan minuman beralkohol yang populer di Bali,
bahkan Arak merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat di berbagai desa adat yang ada di Bali.
Selain itu, setiap upacara di Bali ada aktivitas yang dikenal sebagai metetabuh, yaitu membuang Arak ke
tanah, arak merupakan aspek penting dari ritual keagamaan di Bali, dimana tujuannya adalah untuk
menjaga keseimbangan alam agar aktivitas manusia tidak terganggu. Jenis minuman arak Bali secara
resmi dinyatakan masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) berdasarkan informasi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Ketetapan arak Bali masuk dalam
WBTb diterbitkan melalui Surat Keputusan Mendikbudristek Nomor 414/P/2022 tentang Penetapan
Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2022.
Sebagai destinasi wisata terbesar dari manca negara mendorong banyak pengusaha untuk
membuka tempat hiburan bagi wisatawan yang menyediakan berbagai jenis minuman beralkohol.
Dengan semakin pesat perkembangan tempat hiburan yang menyediakan minuman beralkohol semakin
tinggi pula tingkat konsumsi minuman beralkohol yang cukup signifikan pada masyarakat. Gubernur Bali I
Wayan Koster melihat adanya ketidaksinkronan dalam pemasaran minuman beralkohol. Menurutnya,
Bali sebagai destinasi wisata membutuhkan pasokan miras yang cukup tinggi bagi wisatawan.
"Sekarang ini, dengan produksi yang ada, tercatat 92 persen miras yang beredar di Bali itu impor dan
hanya 8 persen yang diproduksi di masyarakat lokal Bali. Kan nggak benar ini. Kemudian nilainya Rp 7
triliun dari bea cukainya saja, belum lagi segi omzetnya," kata Koster dalam keterangan tertulis yang
diterima detikcom, Selasa (2/3/2021).
Koster menjelaskan alam Bali yang dianugerahi pohon kelapa, enau, dan lontar secara tradisional dapat
menghasilkan tuak sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat setempat. Kemudian tuak ini
juga bisa diproses menjadi gula secara tradisional oleh masyarakat. Secara alami diproses
menjadi arak Bali yang telah berkembang dari zaman ke zaman dan secara turun-temurun
menjadi sumber penghidupan.

"Tetua kami di Bali menjadikan arak sebagai minuman yang menyehatkan kehidupannya dengan
mengkonsumsi secara terbatas, bukan untuk mabuk," ujar Koster.

Sebelum berkebun dan menjelang tidur, lanjut Koster, tetua di Bali minum arak dengan takaran
satu sloki atau setengah sloki. Menurutnya, rutinitas ini akan menjadikan sehat. Sementara itu,
yang tidak boleh dilakukan adalah mengkonsumsinya dan memperdagangkan secara bebas
sehingga mengakibatkan dampak negatif bagi masyarakat.

Baca artikel detiknews, "Kebutuhan Miras di Bali Tinggi, Tapi Cuma 8% Diproduksi Warga Lokal"
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5477471/kebutuhan-miras-di-bali-tinggi-tapi-cuma-8-
diproduksi-warga-lokal.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Baca artikel detiknews, "Kebutuhan Miras di Bali Tinggi, Tapi Cuma 8% Diproduksi Warga Lokal"
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5477471/kebutuhan-miras-di-bali-tinggi-tapi-cuma-8-
diproduksi-warga-lokal.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


Arak Bali merupakan minuman beralkohol yang sudah sangat familiar di masyarakat, bahkan arak
merupakan mata pencaharian masyarakat dari berbagai desa adat di Bali terutama di daerah
Karangasem dan Buleleng. Berdasarkan data dari Badan POM, Provinsi Bali merupakan produsen arak
terbesar di Indonesia dengan total produk yang terdaftar adalah 422 jenis produk. Minuman arak ini pada
umumya digunakan oleh masyarakat untuk penghangat badan serta keperluan upacara adat. Untuk
minuman yang mengandung alkohol pemerintah mengatur tata kelola baik produksi maupun
distribusinya.
Diantara 34 provinsi di Indonesia dilakukan survei dan menyatakan bahwa, Bali menjadi provinsi yang
mengkonsumsi minuman beralkohol dengan peningkatan paling tajam dan Jakarta menjadi
provinsi dengan permintaan minuman beralkohol yang paling tinggi (JawaPos.com, 2021).
Bali sangat identik dengan produkproduk tradisional yang memiliki ciri khasnya sendiri. Salah satunya
produk tradisional arak. Ada banyak tempat penghasil arak di Bali salah satunya di Desa Tri Eka
Buana Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.Desa Tri Eka Buana sangat
terkenal dengan kualitas araknya yang sangat baik, desa ini memiliki sejarah dan legenda tentang
arak serta produksinya sudah di lakukan secara turun temurun. Di kutip dari nusabali.com di Desa
Tri Eka Buana
Melihat potensi yang besar ini Pemerintah Daerah Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 1
tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali.Penerbitan
Pergub bertujuan untuk memanfaatkan minuman khas Bali itu sebagai sumber daya ekonomi
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Selain itu,
peraturan ini diharapkan dapat mengontrol menjualan arak mengingat sebelum di keluarkannya Pergub
penjualan arak sangat tidak terkontrol.

setelah Pergub Bali No 1 Tahun 2020 diundangkan, berbagai inovasi produk dan pengemasan
arak tumbuh seiring meningkatnya permintaan pasar. Produksi arak Bali setelah diberlakukan
Pergub Bali No 1 Tahun 2022 dinyatakan mencapai 40,1 juta liter per tahun atau meningkat
dari sebelumnya, yakni 16,4 juta liter per tahun.

Meningkatnya produksi arak Bali juga dinyatakan berimbas terhadap jumlah petani dan perajin
arak Bali, dari semula 922 keluarga menjadi 1.486 keluarga.

Hal itu dipengaruhi membaiknya harga jual bahan baku arak, yaitu, tuak, dari semula Rp 3.000
atau Rp 4.000 per liter menjadi Rp 5.000-Rp 6.000 per liter.

Dalam sambutannya, Minggu, Koster mengingatkan para pengusaha arak agar ikut
bertanggung jawab meningkatkan kesejahteraan petani dengan berbagi keuntungan secara adil.

Minuman beralkohol

ISTIMEWA/PEMPROV BALI

Bali merayakan Hari Arak Bali setiap 29 Januari. Tangkapan layar dari tayangan acara
perayaan Hari Arak Bali tahun 2023, yang dilangsungkan secara daring dan secara luring dari
area The Nusa Dua, Badung, Minggu (29/1/2023).

Baca juga: Arak Bali Pun Jadi ”Hand Sanitizer”

Dalam buku Bali, Sekala and Niskala volume II tentang kumpulan tulisan Fred B Eiseman Jr
mengenai masyarakat Bali, tradisi, dan keahliannya diulas pula tentang produk minuman
beralkohol khas Bali. Tiga minuman beralkohol khas ”Pulau Dewata” yang disebut Eiseman
pada buku cetakan ketiga (1995) itu adalah tuak, arak, dan brem.

Tuak adalah minuman hasil fermentasi dari nira kelapa, nira lontar, atau nira enau. Adapun
arak dihasilkan dari proses distilasi tuak. Arak juga dapat dihasilkan dari proses pengolahan
buah-buahan, misalnya, salak. Sementara brem dihasilkan dari ”memasak” beras ketan dengan
ragi.

Tiga macam minuman yang diproduksi masyarakat Bali itu mengandung alkohol dengan kadar
alkohol berbeda-beda. Arak memiliki kandungan alkohol mulai 15 persen, tuak mengandung
alkohol sekitar 10 persen, sedangkan kandungan alkohol pada brem berkisar mulai 3 persen
sampai 5 persen.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada Oktober 2022 memasukkan
arak Bali bersama Uyah (garam) Amed dan tujuh bentuk warisan budaya Bali lainnya,
termasuk sate lilit, serombotan, dan lontar Bali sebagai warisan budaya tak benda Indonesia di
Provinsi Bali.
Arak Bali menjadi warisan budaya tak benda untuk kategori kemahiran kerajinan tradisional.
Arak Bali juga sudah diinvestarisasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai
bentuk kekayaan intelektual komunal di Bali.

Serangkaian penyelenggaraan kegiatan KTT G20 di Bali Gubernur Bali Wayan Koster
meminta pihak hotel, yang menjadi akomodasi delegasi KTT G20, agar menggunakan arak
Bali dan produk lokal Bali lainnya, termasuk produk pertanian, perikanan, dan industri lokal
lainnya, menjadi bahan hidangan bagi tetamu hotel.

Beberapa hotel di area Kuta Selatan dan Nusa Dua, Badung, yang menjadi tempat
penyelenggaraan kegiatan serangkaian KTT G20 itu, menyajikan sajian minuman (welcome
drink) dengan menggunakan arak Bali.

”Penetapan Hari Arak Bali ini akan berdampak besar terhadap perkembangan industri
minuman beralkohol tradisional di Bali,” kata Adnyana lebih lanjut.

Menurut Adnyana, regulasi berupa Pergub Bali No 1 Tahun 2020, yang dikuatkan dengan
Surat Keputusan Gubernur Bali No 929/03-I/HK/2022 tentang Hari Arak Bali memberi
kepastian dan perlindungan bagi petani dan perajin arak dan brem Bali. ”Hari Arak Bali
bertujuan meningkatkan nilai dan harkat arak Bali, yang sudah diakui pemerintah,” ujarnya
menambahkan.

Adapun Kenak menambahkan, regulasi tersebut juga memudahkan pembelian arak untuk
upacara keagamaan di Bali. Situasi tersebut berdampak terhadap ekonomi masyarakat.

Kenak menyatakan, minum arak di Bali juga bentuk kearifan lokal karena menyuguhkan arak
kepada saudara, kerabat, dan tamu menguatkan kekerabatan di Bali.

”Namun, harus sesuai aturan karena jika arak diminum berlebihan, bisa memabukkan,”
katanya.

Editor:
AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
Bagikan
balifeatureproduk lokalwarisan budaya tak bendautamawarisan leluhurficersekala niskalapergub baliktt
g20kerajinan tradisionalaktualarak baliitdc nusa duaphdi balihari arak balisk gubernur balidewan arak
balikekayaan intelektual komunalpetani arak
Komentar Pembaca
1
akses artikel tersisa. Daftar untuk 5 akses grati

Mengingat produksi arak di bali cukup masif Pemerintah Provinsi Bali memberikan
perhatian khusus terhadap produksi maupun distribusi minuman beralkohol atau Arak Bali,
perhatian pemerintah tersebut diwujudkan dalam ketentuan Peraturan Gubernur Bali
Nomor 1 tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali
Menguraikan Minuman Fermentasi dan Destilasi adalah minuman yang dibuat dari bahan
baku lokal secara tradisional dan turun – temurun, dikemas secara sederhana yang
mengandung ethil alkohol/etanol ( C2H5OH ) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi.
Arak yang diproduksi oleh petani mengacu kepada Peraturan Gubernur Bali No 1 Tahun
2020 pasal 7 menyebutkan bahwa Arak Bali yang diproduksi oleh petani itu adalah sebagai
bahan baku yang kemudian disalurkan melaui koperasi, kemudian koperasi menyalurkan
kepada produsen yang memiliki Ijin Usaha Industri sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 20/ M -DAG/PER/4/2014 tentang Pengedalian dan Pengawasan
Terhadap Pengadaan,Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol dan produsen yang
telah memiliki Ijin Usaha Indsutri tersebut wajib memproduksi minimal beralkohol dengan
standar keamanan dan mutu sebagaimana diatur dalam Perarturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2016. Produk minuman beralkohol yang
sudah memenuhi standar mutu dan keamanan akan diberikan ijin edar dari Badan POM
agar dapat beredar secara resmi di masyarakat. Disamping ijin edar dari Badan POM
minuman beralkohol tersebut harus memiliki pita cukai dari Kementerian Keuangan. Oleh
karena itu minuman yang beredar di masyarakat yang sudah memiliki jin edar dan sudah
resmi beredar di masyarakat. (Mahentoro)

A. MAKSUD
Maksud kegiatan penyusunan peta potensi dan peluang investasi Kabupaten Kutai
Kartanegara adalah:
1. Memberikan gambaran dan informasi kepada investor mengenai potensi investasi
yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai penunjang Ibu Kota Negara (IKN)
2. Mengakomodasi potensi unggulan daerah yang dapat dijadikan peluang daerahnya
dalam menarik minat investasi di di Kabupaten Kutai Kartanegara.

B. TUJUAN
Tujuan kegiatan penyusunan peta potensi dan peluang investasi Kabupaten Kutai
Kartanegara adalah:
1. Menentukan industri potensial
2. Menentukan lokasi pengembangan kawasan industri
3. Menyusun dokumen rona awal Rencana Pembangunan Kawasan Industri di
Kabupaten Kutai Kartanegara

C. PENERIMA MANFAAT
Penerimaan manfaat dari kegiatan ini adalah Pemerintah Daerah melalui DPMPTSP
Kabupaten Kutai Kartanegara, asosiasi industri, pelaku usaha industri, dan calon
investor.

D. LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup tahapan dan substansi pekerjaan ini meliputi:
1. Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;
2. Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praksis terkait pengembangan
kawasan industri;
3. Inventarisasi kebutuhan data dan penyiapan perangkat survei;
4. Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan industri berdasarkan rencana
pembangunan dan rencana tata ruang baik nasional (RPJPN, RTRWN dan RIPIN),
pulau/kepulauan (RTR Pulau/Kepulauan), provinsi (RPJPD, RPJMD, RTRW
Provinsi dan RPIP), kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, RTRW Kabupaten dan
RPIK), serta kebijakan sektoral oleh Kementerian/Lembaga terkait.
5. Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;
6. Pengumpulan data dan informasi lanjutan di kawasan potensial industri;
7. Penyusunan peta dasar;
8. Analisis data
9. Penyusunan draft laporan akhir
10. Pembahasan draft laporan akhir
11. Finalisasi dan penyerahan laporan akhir

E. OUTPUT KAJIAN
Output kajian adalah berupa buku laporan yang berisi (1) hasil analisis penentuan
industri potensial; (2) hasil analisis penentuan lokasi pengembangan kawasan industri;
dan (3) hasil rona awal rencana pembangunan kawasan industri di Kabupaten Kutai
Kartanegara.

F. TENAGA AHLI
Tenaga yang dibutuhkan pada kegiatan ini sebanyak 4 orang dengan rincian sebagai
berikut:

Tabel 1. Kebutuhan Tenaga Profesional Ahli


Kualifikasi
No Posisi/Jabatan
Pendidikan Pengalaman Jumlah
Orang
1. Ahli Ekonomi Regional S2 Ekonomi 3 tahun 1
2. Ahli Pemetaan S1 Geografi 5 tahun 1
3. Ahli Agribisnis S1 Agribisnis 5 tahun 1
4 Ahli Sosial Ekonomi S1 Sosial/Ekonomi/ Manajemen 5 tahun 1

G. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan ini adalah selama 2 (dua) bulan
kalender yang dijadwalkan pada tahun 2023.

K. SUMBER PENDANAAN
Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebesar
Rp150.000.000,- (Seratus lima puluh juta rupiah) yang bersumber dari anggaran Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun Anggaran 2023.

L. PENUTUP
Demikian KAK ini disusun untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai