Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN
“HARGA DIRI RENDAH”

Oleh :

IRVAN NURYASAPUTRA
NIM : 048STYJ22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama pasien: Harga Diri Rendah


B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian.
 Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
mengnalisa seberapakah perilaku sesuai dengan ideal diri. (kulliat,
2002).
 Harga diri rendah adalah merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan diri. (case
kaitio, 1997).
 Harga diri rendah merupakan gangguan konsep diri merasa gagal
mencapai keinginan.
2. Etiologi
Menurut kelliat, gangguan harga diri rendah disebabkan secara :
a. Situasianal
Yaitu terjadi secara tiba-tiba,misalnya pemerkosaan di tuduh
KKN, harus operasi, kecelakaan, dicerai pasangannya, putus hubungan
kerja, dipernjara secara tiba-tiba.
Pasien yang dirawat dapat terjadi harg diri rendah karena:
- Privacy yang kurang diperhatikan. Misalnya pemeriksaan yang
sembarangan pemasangan alat yang tidak sopan.
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang yang tidak
tercapai karena dirawat / penyakit / sakit.
- Perlakuakn petugas yang tidak menghargai. Misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan yang
dilakukan tanpa persetujuan.
b. Kronik.
Yaitu parasaan negatif terhadap diri yang telah berlangsung lama
yaitu sebelum sakit dirawat di rumah sakit.
Kejadian sakit akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya
sendiri.
3. Faktor Prediposisi
1) Perolokan orang tua tidak takut.
2) Kegagalan yang terulang kembali.
3) Ideal dari yang ditetapkan.
4) Ketergantungan terhadap orang lain.
4. Faktor Presipitasi
1) Pisah dengan orang tua yang berarti.
2) Cita-cita yang tidak bisa dicapai.
3) Keluarga tidak harmonis.
4) Pola asuh yang ketat.
5. Rentang respon konsep diri.
R. Adaptif R. Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kesatuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

a. Fator psikologi.
Pada klien yang mengalami gangguan konsep diri harga diri rendah
diakibatkan karena koping individu tidak efektif, maka klien akan
merasa minder, tidak mampu, tidak bicara, yang terjadi karena :
- Privasi yang kurang diperhatikan.
- Harapan akan struktur.
- Perlakukan petugas yang kurang baik.
Dari ketiga hal diatas akan menyebabkan individu sering menyadari
sehingga ia akan memikirkannya secara terus-menerus sehingga
rangsangan internal turut di ikuti yang kemudian akan mengakibatkan
ia merasuk diri.
C. Pohon Masalah

RPK

halusinasi

Isolasi sosial Defisit perawatan diri

harga diri rendah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


 Isolasi social
 Harga diri rendah
 Halusinasi
 Deficit peraatan diri
 Resiko perilaku kekerasan

E. Diagnosa keperawatan dan prioritas


Harga Diri Rendah

F. Rencana tindakan keperawatan


 Diagnosa : harga diri rendah
 TUM :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain seacara optimal
Tindakan :
Pasien Keluarga

SP I p SP I k
1. Mengidenfikasi kemampuan 1. Mendiskusikan masalah yang
dan aspek positif yang dimiliki dirasakan keluarga dalam
pasien merawat pasien
2. Membantu pasien menilai 2. Menjelaskan pengertian, tanda
kemampuan pasien yang masih dan gejala harga diri rendah
dapat digunakan yang dialami pasien beserta
3. Membantu pasien memilih proses terjadinya
kegiatan yang akan dilatih 3. Menjelaskan cara-cara
sesuai dengan kemampuan merawat pasien harga diri
pasien rendah
4. Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih SP II k
5. Memberikan pujian yang wajar 1. Melatih keluarga
terhadap keberhasilan pasien mempraktekkan cara merawat
6. Menganjurkan pasien pasien dengan harga diri
memasukkan dalam jadwal rendah
kegiatan harian 2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
SP II p pasien harga diri rendah
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien SP III k
2. Melatih kemampuan kedua 1. Membantu keluarga membuat
3. Menganjurkan pasien jadual aktivitas di rumah
memasukkan dalam jadwal termasuk minum obat
kegiatan harian (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Keperawatan Kumunitas FIK UI (2000), kumpulan proses keperawatan :


Makalah Keperawatan Jiwa. Jakarta Tidak Dipublikasikan.
Kaplan, MSI Sadokk, MD (2000) sinopsi, psikiatrik, Edisi 7: Jakarta : Binapura
Aksora.
Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc.
Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart, Gall Wiscartt, 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3. EGC. Jakarta
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
(PERTEMUAN PERTAMA )

Masalah Utama :
Pertemuan :
Hari/tanggal :

A. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien
Ds :

Do :

2. Diagnose keperawatan
Harga diri rendah

3. Tujuan khusus
a. TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. TUK 2 : pasien dapat memilih kegiatan yang akan dilatih, dan
mampu melatih sesuai kemampuan yang dipilih

4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan pasien realistis
c. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Orentasi
a. Salam terapeutik
“Salamat pagi mas ?” perkenalan nama saya Alin Dwi Adrianti, cukup
dipanggil Alin. Mas sendiri sendiri siapa namanya? Senang dipanggil
apa?
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan mas pada pagi hari ini?”
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita latihan kemampuan yang anda
miliki ?
2) Waktu : “Mau berapa lama? Bagaimana kalau 5 menit saja?”
3) Tempat : “Mau dimana kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau
disini saja?”
2. Kerja
”T, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana
dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah
bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki!”

”T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di


rumah sakit? (mis. Ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada
tiga kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini!”

”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita
lihhat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”

”Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. Nah sekarang kita pasang lagi seprainya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan di sebeah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut! Bagus!”
”T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”

3. Terminasi
a. Evaluasi pasien (subyektif)
“Bagaimana perasaan anda setelah berlatih merapikan tempat tidur ?”
b. Evaluasi obyektif
Coba sebutkan apa saja kemampuan yang mas lakukan ! bagus!
c. Tindak lanjut pasien
“Baiklah mas, bagaimana kalua kita masukkan ke dalam kegiatan
hariannya ? mau berapa kali sehari ?”
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Baiklah mas, besok kita akan berlatih kemampuan yang
kedua?”
2) Waktu : “Bagaimana kalau besok jam 09.00 pagi?”
3) Tempat : “Tempatnya mau dimana mas? Disini atau disana ?

Anda mungkin juga menyukai