Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mikha Hermawan

NIM : 17.C1.0094
Matkul : PLKH Keacaraan Pidana 01

NOTA KEBERATAN
(EKSEPSI)

Dalam Perkara Pidana Nomor :


761/Pid/2006/PN Smg

Atas Nama Terdakwa :


Vina Amelia

Diajukan oleh :
Penasihat Hukum Terdakwa
Mikha Hermawan, S.H.
Di Pengadilan Negeri Semarang
Semarang, 12 September 2006
Semarang, 12 September 2006
No : 761/PID.B/2006/PN SMG
Hal : NOTA KEBERATAN (EKSEPSI)

Kepada
Yth. Ketua Majelis Hakim Perkara No : 761/Pid.b/2006/PN Smg
Di Pengadilan Negeri Semarang
Jl. Siliwangi No.512, Kembangarum, Kec. Semarang Barat, Kota Semarang

Dengan hormat,
Perkenankan saya, Mikha Hermawan, S.H. selaku Advokat berkewarganegaraan Indonesia
yang beralamat kantor di Jl. Karang Bendo V No. 10, Gajah Mungkur, Kota Semarang.
Berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Hakim Perkara No. 761/PID.B/2006/PN SMG tentang
Penunjukan Mikha Hermawan, S.H. sebagai Penasihat Hukum Terdakwa secara Cuma-
Cuma. Dalam hal ini bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk membela
hak dan kepentingan hukum Terdakwa yaitu :
Nama : Vina Amelia
Tempat & Tgl Lahir : Semarang, 21 Maret 1983
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Mangga II No. 11 RT001/RW004, Kota Semarang
Bahwa dalam hal ini hedak mengajkan Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum REG.PERK.NO.PDM: 761/Semar/E.p.1/IV/2006 tanggal 12 September
2006, dengan uraian sebagai berikut :
Adapun eksepsi ini kami buat dengan sistematika sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Eksepsi
3. Permohonan
4. Penutup
1. PENDAHULUAN
Setelah pada persidangan lalu kita mendengarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa, maka kini perkenankanlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa
menyampaikan eksepsi/tangkisan/keberatan dalam perkara yang tengah diperiksa ini.
Berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Yang Terhormat, kiranya kami merasa sangat
perlu untuk menyampaikan eksepsi ini demi kepentingan hukum dan keadilan serta
memperoleh jaminan perlindungan hak-hak asasi tersangka/terdakwa atas kebenaran,
kepastian hukum dan keadilan. Selain itu, eksepsi ini perlu kami sampaikan demi
perlindungan hukum yang lebih luas bagi masyarakat pada umumnya maupun pembangunan
hukum dalam proses beracara pada persidangan perkara pidana yang semuanya itu telah pula
dijamin oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai landasan
hukum beracara di negara ini.

2. EKSEPSI
1. Dasar Hukum
Bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, berbunyi sebagai berikut :
“Dalam hal terdakwa atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak
wenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus
dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan
pendapatnya, hakim mempertimbangkan kebenaran tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan”.
2. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Sah

 Bahwa berdasarkan Pasal 54 KUHAP yang menyatakan bahwa “Guna kepentingan


pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau
lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut
tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.”
 Bahwa Pasal 54 KUHAP sudah menegaskan bahwa tersangka atau terdakwa berhak
mendapatkan bantuan hukum dengan cara menunjuk Penasihat Hukumnya sendiri dan
berhak didampingi disetiap tingkat pemeriksaan, baik ditingkat penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan di Pengadilan. Terlepas Penasihat Hukum yang ditunjuk menjalankan
profesinya dengan baik atau ttidak, tetapi penasihat hukum harus menjalankan perintah
undang-undang dan tetap menjamin hak asasi terdakwa. Lantas, bagaimana jika pejabat
yang melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa melanggar KUHAP? Maka dapat
dikatakan tujuan hukum acara sebagai landasan bagi aparat penegak hukum untuk
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum telah gagal diterapkan
bahkan dapat dikatakan sebagai suatu penyalahgunaan jabatan (abuse of power).
Bahwa berdasarkan Pasal 137 KUHAP “Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan
terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya
dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan yang berwenang mengadili.”
Bahwa berdasarkan BAB XV tentang Penuntutan Pasal 137 sd Pasal 144 UU No 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana, Jaksa Penuntut Umum adalah pejabat yang bersangkutan
pada tingkat pemeriksaan tahap penuntutan. Oleh karenanya Jaksa Penuntut Umum
berkewajiban melaksanakan perintah undang-undang yang diatur dalam KUHAP termasuk
ketentuan Pasal 54 KUHAP

 In casu, Terdakwa telah disangka di penyidikan dengan melanggar Pasal 346 KUHP yang
menyatakan bahwa “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.” Mengharuskan pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap
Terdakwa wajib memberikan hak kepada terdakwa untuk menunjuk Penasihat Hukumnya
sendiri dalam hal pendampingan pemeriksaan sebagaimana dimaksud Pasal 54 KUHAP.
Bahwa pada tahap penyidikan ini, terdakwa yang bersangkutan yaitu Vina Amelia telah
menunjuk Mikha Hermawan, S.H, selaku Penasihat Hukum terdakwa.
Bahwa, begitu pula pada tahap Pemeriksaan di Pengadilan, Terdakwa yang didakwa
melanggar Pasal 346 KUHP, telah menunjuk Mikha Hermawan, S.H, selaku Penasihat
Hukum terdakwa.

 Lalu bagaimana pada tahap Penuntutan? Saat pelimpahan berkas perkara atas nama
Terdakwa dari penyidikan di Kepolisian ke tahap Penuntutan di Kejaksaan, Jaksa Penuntut
Umum yang bersangkutan dan yang memeriksa Tedakwa wajib melaksanakan ketentuan
Pasal 54 KUHAP. Bahwa setelah mempelajari berkas perkara atas nama Terdakwa
termasuk Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa, ternyata Jaksa Penuntut Umum selaku
Pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa, tidak memperbolehkan
terdakwa untuk didampingi penasihat hukumnya pada saat proses pemeriksaan.
 Bahwa ketentuan Pasal 54 KUHAP adalah bagian dari Hukum Acara Pidana yang wajib
ditaati dalam penegakan hukum pidana dan memiliki konsekuensi hukum bila dengan
sengaja mengabaikan atau lalai menerapkan hukum acara sebagaimana kaidah hukum
dibawah ini:
1. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 510 K/Pid/ 1988 tanggal 28 April 1988, yang
menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima;
2. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1565 K/Pid/1991 tanggal 16 September 1993 yang
menyatakan : apabila syarat-syarat permintaan dan/atau hak tersangka/terdakwa tidak
terpenuhi seperti halnya penyidik tidak memperbolehkan terdakwa untuk menunjuk
didampangi penasihat hukum bagi terdakwa sejak awal penyidikan, tuntutan penuntut umum
dinyatakan tidak dapat diterima;
3. Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 03 Pid/2002/PTY tertanggal 07 Maret
2002, menyatakan penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum tidak dapat diterima
karena didasarkan pada penyidikan yang tidak sah, yaitu melanggar Pasal 54 KUHAP;
4. Putusan Pengadilan Negeri Blora, No: 11/Pid.B/2003/PN.Bla tertanggal 13 Februari 2003,
menyatakan penuntutan tidak dapat diterima karena dilakukan atas dasar BAP yang batal
demi hukum, karena dilakukan dengan melanggar ketentuan Pasal 54 KUHAP;
5. Putusan Pengadilan Negeri Tegal No: 34/Pid.B/1995/PN.Tgl tertanggal 26 Juni 1995 yang
menyatakan penyidikan yang dilakukan oleh Mabes Polri tidak sah karena Pasal 54 KUHAP
tidak diterapkan sebagaimana mestinya, sehingga penuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima.

 Bahwa oleh karena Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan pemriksaan terhadap
Tedakwa pada tahap Penuntutan tidak melaksanakan perintah Pasal 54 KUHAP
tersebut. Maka Surat Dakwaan yang dibuat dan disusun oleh Jaksa Penuntut Umum
dengan REG.PERK.NO.PDM: 761/Semar/E.p.1/IV/2006 tanggal 12 September 2006,
adalah hasil dari bentuk pelanggaran formal yuridis dan harus dinyatakan tidak
sah dan batalkan demi hukum.

3. PERMOHONAN
Bahwa atas uraian eksepsi/keberatan yang telah kami sampaikan maka dengan ini kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang
pemeriksa perkara aquo agar berkenan memutuskan :
1. Mengabulkan atau menerima eksepsi dari penasihat hukum tersebut;
2. Menyatakan Surat Dakwaan REG.PERK.NO.PDM: 761/Semar/E.p.1/IV/2006 tanggal
12 September 2006, tidak sah dan harus dibatalkan demi hukum;
3. Menyatakan bahwa terdakwa Vina Amelia tidak dapat dipersalahkan atau dihukum
berdasarkan surat dakwaan yang batal demi hukum tersebut;
4. Membebankan Biaya Perkara Kepada Negara.

4. PENUTUP
Demikianlah eksepsi ini kami sampaikan kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim. Atas
perhatian serta terkabulnya eksepsi/keberatan ini kami ucapkan terima kasih dan bila ada
kekurangan atau kesalahan didalamnya kami mohon maaf atas keterbatasan kami selaku
manusia.

Hormat kami,
Penasihat Hukum Terdakwa

Mikha Hermawan, S.H.

Anda mungkin juga menyukai