Anda di halaman 1dari 7

SOSIOLINGUISTIK KELOMPOK 6

1. Nur Azilawati 122111133005


2. Azzahra Dewa Isatilova 122111133011
3. Arizqa Novi Ramadhani 122111133014
4. Shela Yusrifa Rahman 122111133022
5. Hanan Salma Rofidah 122111133025
6. Ashila Rizka Putri 122111133092

HIPERREALITAS BAHASA PADA KELOMPOK MOTIVATOR BISNIS

PENDAHULUAN (3) rizqa, sheli, monz


Bahasa dalam dunia postmodern tidak lagi dimaknai sebagai cerminan dari realitas. Terdapat
kenyatan-kenyataan diluar realitas sesungguhnya yang seolah ditutupi oleh bahasa itu sendiri.
Kenyataan-kenyataan diluar realitas itu diwujudkan dalam bentuk yang beragam, permainan
bahasa misalnya. Permainan bahasa melibatkan citra, tanda, dan simbol untuk menciptakan
dunia yang mencoba ideal. Masyarakat era saat ini terjebak dalam representasi yang
dihasilkan oleh permainan bahasa tersebut, yang kemudian dikenal dengan nama hiperrealitas
bahasa. Hiperrealitas bahasa adalah sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Jean Baudrillard.
Dalam pandangannya, hiperrealitas merupakan suatu kondisi dimana batas antara realitas dan
representasi yang berupa simbol dan tanda-tanda menjadi kabur atau bahkan tidak berbatas.
Hiperrealitas menciptakan citra yang melampaui realitas yang ada sehingga bahasa dipakai
sebagai alat untuk menciptakan kondisi yang paling baik, paling ideal, dan tidak realistis.
Hiperrealitas bahasa dicirikan oleh penggunaan bahasa yang dilebih-lebihkan secara makna
dengan tujuan untuk memanipulasi pemakai bahasa kepada kenyataan yang sesungguhnya
tidak realistis.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan fenomena hiperrealitas


semakin mudah dijumpai dalam masyarakat. Wacana politik, iklan-iklan komersil, dan
interaksi publik di media sosial menjadi wilayah hiperrealitas bahasa. Banyak wacana yang
beredar di masyarakat mengandung representasi dari realitas semu yang dilebih-lebihkan
guna menggiring masyarakat pada keadaan yang tidak sebenarnya. Maka untuk memperjelas
fenomena hiperrealitas seperti yang dimaksud, akan dijabarkan contoh penggunaan bahasa
iklan senada dengan fakta-fakta realitas masyarakat konsumer di Indonesia. Sebuah
fenomena masyarakat dalam mengonsumsi teh. Saat ini, pemilihan produk teh tidak hanya
digunakan sebagai objek untuk melengkapi kebutuhan dalam rumah tangga, sebab teh telah
dicitrakan dalam berbagai simbol stabilitas dalam ruang lingkup sosial. Jika dikaitkan dengan
logika Baudrillard, maka konsumsi yang sesungguhnya dalam mengonsumsi teh adalah
mengonsumsi citra sosialnya.

Teh SariWangi adalah sebuah produk teh yang sengaja dimuati nilai citra “mari ngeteh mari
bicara” sebagai kalimat andalannya. Simbol citraan yang dipilih oleh Sariwangi untuk
menjual produknya yaitu ruang keluarga yang kekurangan waktu untuk pembicaraan intim
bagi keluarga pekerja. Dalam iklan teh SariWangi dipilih beberapa aktor untuk
menyampaikan simbol citraan yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah pekerja
kantoran, ibu rumah tangga, dan seorang anak remaja. Dalam iklan tersebut, digambarkan
seorang anak remaja yang hendak menonton konser band kesayangannya dan menyampaikan
keinginan serta izin kepada ayahnya terlebih dahulu. Semula disambut dengan ekspresi yang
hendak marah, ayah menolak keinginan putrinya. Namun, adegan selanjutnya mendatangkan
seorang ibu dengan menyajikan teh SariWangi hangat di dalam gelas sambil senyum bahagia
dan penuh kebanggaan. Adegan selanjutnya, setelah meminum satu teguk teh SariWangi
hangat tersebut, ayah memperbolehkan putrinya untuk menonton konser.

Penggambaran iklan tersebut menjadikan teh SariWangi sebagai solusi bagi keluarga pekerja
untuk mengatasi kekurangan waktu berbicara dalam setiap persoalan yang ada. Sebagai
akibat dari iklan tersebut, masyarakat konsumer tidak hanya membeli teh SariWangi
berdasarkan rasa dan kandungan yang terdapat di dalam teh. Lebih dari itu, masyarakat
memilih teh SariWangi berdasarkan citra yang dilekatkan pada teh tersebut. Masyarakat
membeli teh SariWangi untuk seolah-olah kembali menemukan cara berbicara di dalam
keluarga pekerja yang dianggap mulai terkikis dalam relasi sosial masyarakat konsumen itu
sendiri. Hal ini bisa di ditemukan dalam pilihan teh keluarga Indonesia. Dapat ditemukan
ketika akan berkunjung ke rumah saudara atau teman, banyak yang akan menyuguhkan teh
SariWangi sebagai minuman penyambut dan pendamping dalam berbicara atau berdiskusi.
Meskipun secara tidak sadar ada aktivitas konsumsi tanda tetapi para masyarakat konsumer
mengakui bahwa pilihan itu berdasarkan iklan yang disaksikan setiap hari di televisi.

Berdasarkan gambaran tersebut, kajian hiperrealitas bahasa menjadi wilayah irisan antara
kajian wacana, semiotika, dan sosiolinguistik. Analisis wacana mengkaji hiperrealitas dari
sudut pandang persepsi publik. Semiotika mengkaji hiperrealitas berdasarkan citra, simbol,
atau tanda-tanda yang digunakan sebagai alat permainan bahasa. Berikutnya, sosiolinguistik
yang merupakan kajian antara bahasa dan penggunaannya dalam masyarakat, dalam hal ini
menitikberatkan kajian pada kelompok masyarakat yang menggunakan hiperrealitas itu.
Sosiolinguistik berupaya untuk menelusuri pola-pola penggunaan hiperrealitas bahasa yang
dipakai oleh kelompok masyarakat tertentu.

Riset ini dilakukan untuk mengetahui hiperrealitas bahasa yang digunakan oleh kelompok
masyarakat motivator bisnis. Motivator bisnis sering kali menggunakan pola bahasa yang
kuat, penuh semangat, dan memotivasi untuk menciptakan kesan positif dan memberikan
dorongan kepada pendengarnya agar dapat mengambil langkah-langkah positif dalam
mencapai tujuan dan kesuksesan. Banyak kutipan dari motivator bisnis menggunakan bahasa
yang cermat, mudah dimengerti, dan efektif sesuai dengan audiens serta memperhitungkan
latar belakang, nilai, dan kebutuhan mereka. Motivator bisnis sering memberikan motivasi
yang menggambarkan semangat dan tekad untuk memulai dan menjalankan bisnis. Hal ini
dikarenakan dalam menjalankan bisnis diperlukan adanya kerja keras, ketangguhan, dan
tekad yang kuat. Selain itu, mereka juga menggunakan strategi dalam penggunaan bahasa
seperti optimisme, aksi, cerita inspiratif, keuletan, visualisasi dan imajinasi, tanggung jawab,
dan lain sebagainya. Melalui penggunaan hiperrealitas bahasa seperti penggambaran yang
intens, visualisasi yang kuat, dan penggunaan kata-kata yang membangkitkan emosi,
motivator dapat menciptakan dampak emosional dan motivasional yang lebih mendalam
untuk memungkinkan audiens menjadi lebih terlibat dan termotivasi dalam mencapai tujuan
bisnisnya. Hal ini menciptakan pembentukan gambaran kesuksesan yang kuat dan mendalam
yang dapat dirasakan secara langsung oleh pendengarnya.

PEMBAHASAN zahra, zila, sila


Kutipan-kutipan motivator bisnis atau pengusaha sukses seringkali menggunakan
hiperrealitas bahasa yang memotivasi dan membangkitkan semangat positif. Bahasa
digunakan untuk menciptakan gambaran yang membangun kepercayaan diri, membuka
peluang, dan merangsang tindakan. Banyak kutipan dari motivator dan pengusaha sukses
menekankan penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Hal tersebut
bertujuan agar pesan-pesan mereka dapat dijangkau banyak orang, menunjukkan bahwa
kesuksesan itu sendiri dapat dicapai oleh siapapun. Hal tersebut berkaitan dengan bahasa
digunakan sebagai alat untuk menciptakan keyakinan diri dan memvisualisasikan
keberhasilan.
Kutipan-kutipan motivator bisnis juga kebanyakan menekankan pentingnya tindakan dan
tekad. Hiperrealitas bahasa yang terbentuk digunakan sebagai katalis untuk mendorong orang
untuk bertindak, mengatasi hambatan, dan mencapai tujuan mereka. Realitas bahasa dalam
kutipan-kutipan tersebut seringkali memberikan pesan yang menggugah dan merangsang
individu untuk mengambil kendali atas kehidupan mereka sendiri. Namun, perlu diingat
bahwa di samping kutipan-kutipan tersebut dapat memberikan motivasi dan inspirasi, tidak
semua orang setuju bahwa hiperrealitas bahasa dapat sepenuhnya menentukan nasib atau
kesuksesan seseorang. Beberapa orang mungkin melihatnya sebagai pendekatan yang terlalu
sederhana, padahal faktor-faktor seperti keadaan ekonomi, pendidikan, dan peluang yang ada
juga memainkan peran penting dalam perjalanan seseorang menuju kesuksesan. Berikut
merupakan beberapa contoh kutipan motivator bisnis yang berhubungan dengan hiperrealitas
bahasa:
1. “Saya bisnis itu cari rugi, sehingga jika rugi saya tetapi semangat dan jika
untung bertambahlah syukur saya.” - Bob Sadino
Kutipan dari Bob Sadino tersebut mencerminkan sikapnya terhadap bisnis dan realitas
dalam pengalaman berwirausaha. Dalam konteks ini, Bob Sadino berusaha
menyampaikan bahwa dia tidak takut menghadapi risiko atau kerugian dalam dunia
bisnis, dengan melebih-lebihkan pada pernyataan saya bisnis itu cari rugi .... Padahal,
realitanya setiap pebisnis pasti mengharapkan keuntungan. Akan tetapi, pernyataan
tersebut sebenarnya juga mencerminkan kenyataan pada hiperrealitas di mana
pengusaha tidak menghindari risiko, tetapi justru merangkulnya sebagai bagian dari
pengalaman bisnis yang sebenarnya. Hal tersebut mencerminkan gagasan hiperrealitas
karena realitasnya tidak hanya tentang keuntungan atau kerugian materi, tetapi juga
tentang pengalaman, semangat, dan sikap terhadap situasi yang mungkin tidak sesuai
dengan harapan awal.

2. “Jika anda menemukan peluang bisnis atau investasi yang berada di luar
kemampuan anda, artinya itulah waktunya anda mengubah peribahasa lama di
pikiran anda menjadi Berutang Pangkal Kaya.” - Joe Hartanto
Kutipan oleh Joe Hartanto mencerminkan ide yang bisa dikaitkan dengan konsep
hiperrealitas. Kutipan tersebut mengindikasikan bahwa ketika seseorang menemui
peluang bisnis atau investasi yang tampaknya melebihi kemampuannya bisa menjadi
saat yang tepat untuk mengubah paradigma dengan menyoroti cara pandang yang
berbeda terhadap utang. Secara konvensional, utang dianggap sebagai beban finansial,
tetapi dalam konteks ini, utang dilihat sebagai langkah awal untuk mencapai
kekayaan. Pernyataan tersebut mencerminkan ide hiperrealitas dengan
memutarbalikkan persepsi konvensional mengenai utang. Dalam pandangan baru ini,
utang menjadi modal awal untuk menciptakan peluang dan kekayaan. Alih-alih
terpaku pada kekurangan sumber daya, seseorang diundang untuk melihat utang
sebagai sarana untuk memanfaatkan peluang yang mungkin sebelumnya dianggap
tidak terjangkau. Meskipun demikian, realitas dikembalikan pada tindakan dan latar
belakang individu, karena tidak semua orang bisa menyikapi utang dengan konsep
yang baru.

3. “Jika kamu ingin menang di abad ke-21 ini, kamu harus memberi wewenang
kepada orang lain, memastikan orang lain lebih baik dari kamu. Maka kamu
akan sukses.”- Chairul Tanjung
Kutipan dari tokoh motivasi di atas mengubah pandangan tradisional mengenai
keberhasilan, dan menggantinya dengan konsep keberhasilan kolektif yakni
didasarkan pada kolaborasi dan pengembangan orang lain dengan tujuan keberhasilan.
Dalam dunia bisnis, menggunakan metode dengan mengembangkan potensi anggota
tim akan lebih mencapai keberhasilan jangka panjang karena dapat menciptakan
budaya kerja sama dalam suatu kelompok dan memotivasi karyawannya untuk terus
belajar dan berkembang.
kamu harus memberi wewenang kepada orang lain, memastikan orang lain lebih baik
dari kamu, pada penggalan kutipan ini menunjukkan bahwa dengan memberi
tanggung jawab dan menunjukkan pentingnya mempercayai anggota akan
menciptakan lingkungan di mana orang lain dapat lebih tumbuh dan berkembang
dengan tidak bersaing secara langsung akan tetapi bekerja sama untuk mencapai
keberhasilan bersama. Namun, beberapa orang mungkin lebih cenderung untuk
menekankan keunggulan pribadi tanpa memberikan perhatian yang cukup pada
kesejahteraan bersama. Pemikiran bahwa meningkatkan dan mengembangkan potensi
diri lebih berpeluang untuk mencapai apa yang diinginkan dibandingkan harus
dilakukan secara berkelompok dengan anggota tim. Dapat dikatakan bahwa mereka
cenderung lebih individualistik dan kompetitif.
Maka kamu akan sukses, berdasarkan kutipan ini dengan menerapkan metode
kolaboratif dengan mengembangkan potensi bersama belum menjamin keberhasilan
maupun kesuksesan dapat dicapai, dan tidak menutup kemungkinan jalan untuk
menggapai sebuah sukses itu dapat dilakukan dengan mandiri atau individualistik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa, gagasan mengenai pendekatan seperti ini tergantung
kepada masing-masing individu dan strategi kelompok untuk mencapai tujuan
tersebut.

4. “Orang membutuhkan tiga hal untuk bisa sukses berbisnis atau mendapatkan
uang, yakni adanya ilmu, modal, dan relasi” -Merry riana
Pada kutipan motivasi di atas menekankan bahwa kunci untuk mencapai keberhasilan
dalam bisnis yakni membutuhkan tiga hal utama yaitu ilmu, modal, dan relasi.
Penggalan kutipan…adanya ilmu, modal, dan relasi ini adalah yang paling mencolok,
karena ketiganya belum tentu dapat direalisasikan dalam dunia bisnis saat ini. Dalam
dunia bisnis memang membutuhkan pengetahuan yang mencukupi mengenai pasar
bisnis, modal yang tidak hanya uang tetapi juga sumber daya manusia, serta koneksi
dengan orang lain untuk memperlancar bisnis baik dalam sosial maupun di jejaring
digital. Namun, realitanya saat ini menggapai kesuksesan tidak hanya bergantung
pada faktor-faktor yang disebutkan, tetapi juga pada kemampuan untuk menyatukan
dan mengelola ketiga hal utama tersebut secara efektif. Seseorang mungkin memiliki
pengetahuan yang baik tetapi tidak memiliki modal yang mencukupi, atau memiliki
modal tetapi kurang memiliki koneksi dalam industri. Sehingga, untuk menggapai
kesuksesan yang dinyatakan oleh Merry Riana, harus dapat mengoptimalkan
kombinasi ilmu, modal, dan relasi sesuai dengan konteks dan tantangan yang dihadapi
dalam dunia bisnis. Elemen-elemen yang disebutkan tetap relevan, namun metode dan
konteksnya mungkin berubah karena perkembangan dalam dunia bisnis yang terus
berevolusi.

5. “Bermimpilah dengan mata terbuka, karena tidak ada hal-hal besar yang sulit
dicapai selama kita bermimpi dengan mata terbuka.” - William Tanuwijaya
Kutipan oleh William Tanuwijaya yang merupakan seorang pendiri Tokopedia dapat
membantu kita lebih fokus dan proaktif dalam mencapai tujuan. Bermimpi dengan
mata terbuka mengisyaratkan orang-orang untuk dapat berani memiliki keinginan
yang menjadi tujuan hidup dengan berbagai kesempatan dan peluang yang akan
dihadapi karena dengan membuka mata yang seluas-luasnya dapat menciptakan
berbagai kemungkinan yang ada dalam menggapai mimpi tersebut. Dalam kutipannya
juga menegaskan bahwa tidak ada hal-hal besar yang sulit dicapai selama orang-orang
dapat bermimpi dengan mata terbuka, karena dengan bermimpi, orang-orang pun
harus mempunyai berbagai perencanaan untuk menggapai mimpinya, pun dengan
mata yang terbuka dapat diartikan dengan orang-orang mampu fokus dan proaktif
untuk mewujudkan mimpi-mimpi dengan tindakan yang nyata.

PENUTUP
Sejalan dengan pandangan Baudrillard, hiperrealitas bahasa ditonjolkan dengan penggunaan
bahasa yang cenderung dilebihkan dari makna aslinya dengan tujuan untuk memanipulasi
pengguna bahasa kepada kenyataan yang sesungguhnya tidak realistis. Bahasa yang
digunakan para motivator bisnis tidak hanya merepresentasikan realitas, tetapi juga
menciptakan gambaran yang melebihi kenyataan itu sendiri, sehingga melalui penguasaan
bahasa, kelompok motivator bisnis dapat menciptakan narasi yang mengangkat semangat dan
membangun suasana yang lebih dari sekadar kata-kata. Kesimpulannya, bahasa bukan hanya
alat komunikasi, tetapi juga kunci untuk membentuk persepsi dan mencapai tujuan motivasi
dalam dunia bisnis.

Anda mungkin juga menyukai