Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.’’W’’ USIA 67 BULAN DENGAN


GIZI KURANG DI POLI TUMBANG RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG
LOMBOK TIMUR-NTB TAHUN 2023

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Stase Keperawatan Anak

Di Susun Oleh :
FAISAL., S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Resume Asuhan Keperawatan Pada An.’’W’’ Usia 67 Bulan Dengan Gizi Kurang
Di Poli Tumbang Rsud Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur-Ntb Tahun 2023
tanggal 27 sampai 02 Dsember 2023
telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(FAISAL.,S.Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Apriani Susmita Sari, M.Kep) (Yuni Listyawati, S. Kep., Ns.)

Kepala Ruangan

(Yuni Listyawati, S. Kep., Ns.)

ii
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TUMBANG
1. Definisi
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari
perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi
sampai maturitas/dewasa. Istilah tumbuh kembang sebenarnya menckup 2
peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,
yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik tetapi juga ukuran
dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh hasil dari
pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk
belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik
secara fisik maupun secara mental.
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan/ maturitas.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,
organ, dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
kognitif, Bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan prilaku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2014).

1
2. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak
Tabel 1. Tahap-tahap tumbuh kembang anak
1 Masa prenatal
a. Masa zigot/mudigah Konsepsi- 2 minggu
b. Masa embrio 2 minggu- 8/12 minggu
c. Masa janin/fetus 9/12 minggu- lahir
 Masa fetus dini 9 minggu-trimester ke 2
 Masa fetus lanjut Trimester akhir kehamilan
2 Masa bayi/infancy Usia 0-1 tahun
a. Masa neonatal Usia 0-28 hari
 Masa neonatal dini 0-7 hari
 Masa neonatal lanjut 8-28 hari
b. Masa pascaneonatal 29 hari-12/15 bulan

3 Masa anak dini Usia 1-3 tahun


4 Masa prasekolah Usia 3-6 tahun
5 Masa sekolah Usia 6-18 tahun
a. Masa praremaja Usia 6-11 tahun
 Masa remaja dini 11-13 tahun
 Masa remaja pertengahan 14-17 tahun

 Masa remaja lanjut 17-20 tahun

Sumber:Soetjiningsih, 2014
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Setiap individu yang normal akan mengalamai tahapan/ fase
perkembangan. Yang berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal
dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan dan
bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Perkembangan itu
mengikuti pola atau arah tertentu.Yang merupakan hasil perkembangan dan
tahap sebenarnya yang merupakan syarat bagi perkembangan selanjutnya.
Pemantauan perkembangan perlu dilakukan sejak dini agar dapat
segera mengenali gangguan perkembangan kemampuan gerak, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada anak berlangsung optimal sesuai
umur mereka, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal, faktor internal meliputi
genetik dan hormone sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan

2
a. Faktor Internal (genetik)
Faktor internal merupakan modal dasar mencapai hasil
pertumbuhan.Melalui genetik yang berada di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.Faktor
genetic antara laim termasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologis, jenis kelamin, obstetric dan suku bangsa atau
bangsa.Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis laki-laki
setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak
perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki
atau anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
ketika mereka mencapai pubertas.
b. Faktor Eksternal (lingkungan)
Secara garis besar faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua
yaitu: lingkungan prenatal dan lingkungan pascanatal. Lingkungan
pranatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu: gizi ibu
pada waktu hamil, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, anoksia.
1) Gizi pada waktu ibu hamil
Nutrisi ibu hamil terutama dalam tiga bulan terakhir
kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin. Sumplemen zat
besi, asam folat dan vitamin c dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya anemia.Selama hamil calon ibu wajib mengkomsumsi
makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan.Makanan dengan
porsi kecil namun sering dapat dianjurkan dengan memperbanyak
komsumsi sayuran dan buah-buahan.Pastikan bahwa calon ibu
mengandung memiliki status gizi yang baik, tidak mengalami KEK
(Kurang Energi Kronis) dan anemia.
2) Mekanis
Posisi fetus yang tidak normal bisa menyebabkan kelainan
bawaan.Demikian pula trauma dan cairan ketuban yang kurang
dapat menyebabkan kelaian bawaan pada bayi yang dilahirkan

3
3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, dan Thalidomid
dapat menyebabkan kelainan bawaan seperti palatoskisis karenan
organogenesis, yaitu masa yang sangat peka terhadap zat-zat
teratogen.
4) Endokrin
Hormon yang berperan dalam pertumbuhan janin,antara lain:
somatotropin, hormon plasenta, hormon toriod, insulin dan peptide
peptida lain dengan aktivitas mirip insulin. Ibu hamil dengan
diabetes dapat menyebabkan makrosomia, pembesaran jantung,
hyperpla adrenal karena produksi insulin tidak seimbang
5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen sebelum umur kehamilan 18
minggu dapat mengabitkan kelainan pada janin, seperti mikrosefali,
spino bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan bawaan mata, serta kelaianan jantung
6) Infeksi
Infeksi pada tiga bulan pertama dan kedua TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simplek) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan jantung bawaan.
7) Kelainan imonologi
Eritroblastosis fetalis atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membertuk antibody terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan menyebabkan hemolisis, selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kren icterus yang akan
menyebabkan kerusan jaringan otak.
8) Anoksia embrio
Akibat ganguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu karena penurunan oksigen ke janin.

4
9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu hamil, dan lain-lain yang dapat menyebabkan stress
pada ibu hamil, dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin
Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
anak yaitu: lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial,faktor
keluarga, dan faktor adat istiadat.
a) Lingkungan biologis
Berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah ras, jenis kelamin, umur,
gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit kronis, fungsi
metabolism yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
b) Lingkungan fisik
Dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah cuaca, keadaan geografis,
sanitasi lingkungan,dan radiasi. Sanitasi lingkungan yang kurang baik
memungkinkan terjadinya berbagai penyakit, antara lain diare, cacingan
dan infeksi saluran oencarnaan yang mengakibatkan penyerapan zat-zat
gizi saluran pencernaan yang mengakibatkan penyerapan sat-sat gizi
terganggu sehingga pertumbuhan pun terganggu.
c) Faktor psikososial
Antara lain: stimulasi (rangsangan), motivasi, ganjaran atau hukuman,
stress, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang, serta kualitas
interaksi anak dan orang tua.Pengaruh sikap orang tua pada hubungan
keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak, pada dasarnya
hubungan orang tua-anak tergantung pada sikap orang tua. Jika orang
tua menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan jauh lebih baik
ketimbang bila sikap orang tua tidak positif
d) Faktor keluarga dan adat istiadat
Antara lain: pekerjaan atau pendapatan keluarga, stabilitas rumah
tangga, adat istiadat, norma dan tabu, serta urbanisasi dapat
memengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak sehingga
pertumbuhan terganggu.25 Seperti hubungan dengan anggota keluarga

5
sangat dipengaruhi keadaan rumah tangga- pola kehidupan dirumah,
macam orang yang mewarnai kehidupan kelompok dirumah, status
ekonomi dan sosial keluarga dalam masyarakat dan kondisi lain yang
member suatu rumah tangga suatu karakter yang khusus. Beberapa dari
kondisi tersebut menunjang hubungan keluarga yang baik dan yang lain
menimbulkan hubungan keluarga yang buruk.
Adapun kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum
dibagi menjadi 3, yaitu:
1) kebutuhan fisik biomedis (ASUH), meliputi:
a) Pangan / Gizi sebagai kebutuhan vital
Faktor utama yang mempengaruhi status gizi siswa adalah
kecukupan komsumsi makanan .makanan berperan untuk menunjang
kelangsungan hidup maupun pencapain tumbuh kembang anak.
Beberapa penelitian menemukan bahwa komsumsi anak sekolah,
terutama daerah yang tertinggal hanya mencukupi 70% dari
kebutuhan energinya per hari.Dengan keadaan seperti itu, apabila
terjadi terus menerus maka dapat menimbulkan masalah kesehatan
pada anak yaitu terjadinya kurang energi protein (KEP).27
b) Perawatan kesehatan dasar, seperti imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan anak secara teratur
c) Papan / pemukiman yang layak
d) Hygiene perorangan, seperti sanitasi lingkungan
Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan meliputi akses atau
keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan
kesehatan yang baik, seperti imunisasi, pemeriksaan kesehatan,
penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi, serta sarana
kesehatan yang baik.28
e) Kesegaran jasmani, seperti rekreasi, dll.
2) Kebutuhan emosi/ kasih sayang (ASIH)
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan menciptakan hubungan yang erat
mesra dan sekalaras antara ibu/ pengganti ibu dengan anak.Hubungan

6
tersebut merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbang yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Adapun cara untuk
menciptakan hubungan yang erat, mesra dan selaras dapat ditempuh
dengan melakukan kontak fisik dan psikis terhadap anak, seperti
berdialog atau memeluk.
3) Kebutuhan akan stimulasi (ASAH)
Stimulasi merupakan cikal bakal dalam proses pembelajaran (pendidikan
dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) berpengaruh
terhadap perkembangan mental psikososial: kecerdasan keterampilan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral etika, produktivitas,
dan sebagainya.
Yang dikatakan anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang
dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat
umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak dapat dibagi menjadi dua yaitu:
factor lingkungan prenatal dan faktor lingkungan pascanatal. Faktor
prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan.Sedangkan faktor
pascanatal merupakan lingkungan setelah lahir
4. Pola Tumbuh Kembang Anak
a. Pola Chepalocaudal
Pola chepalocaudal merupakan rangkain di mana pertumbuhan
tercepat selalu terjadi di atas yaitu kepala.Pertumbuhan fisik dalam
ukuran, berat badan dan perbedaan ciri fisik secara bertahap bekerja dari
atas ke bawah.Contohnya, dari leher ke bahu, ke batang tubuh bagian
tengah dan seterusnya. Pola yang sama ini terjadi di daerah kepala.
Bagian atas kepala seperti mata dan otak tumbuh lebih cepat dari pada
bagian di bawahnya, seperti janggut. Perkembangan sensoris dan
motorik juga biasanya berproses menurut prinsip chepalocaudal.Sebagia
contoh, bayi melihat objek sebelum mereka dapat mengendalikan tubuh

7
mereka dan mereka menggunankan tangan mereka jauh sebelum mereka
dapat merangkak atau berjalan.Meskipun demikian, salah satu studi
baru-baru ini menemukan bahwa bayi meraih mainan dengan kaki
mereka sebelum mereka menggunakan tangan mereka. Umumnya, bayi
pertama kali menyentuk mainan dengan kaki mereka saat mereka berusia
12 minggu dan dengan tangan mereka saat ,mereka berusia 16 minggu
b. Pola Proximodistal
Pola proximodistal merupakan rangkain pertumbuhan yang dimulai
dari pusat dan bergerak kea rah tangan dan kaki.Contohnya, kendali otot
tubuh dan lengan matang sebelum kendali tangan dan jari.Lebih jauh,
bayi menggunakan seluruh tanggannya sebagi kesatuan sebelum mereka
dapat mengontrol beberapa jari mereka. Merujuk pola proxomodistal
(dari dalam keluar), pertumbuhan dan perkembangan motoris bergerak
dari bagian tengah tubuh keluar.Dalam rahim, kepada dan tubuh lebih
dahulu berkembang sebelum tangan dan kaki, kemudian telapak tangan
dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki.Sepanjang masa bayi dan
anak-anak awal, tangan dan kaki tumbuh lebih cepat ketimbang
telapaknya. Mirip dengan hal ini, anak-anak belajar untuk
mengembangkan kemampuan menggunakan tangan dan kaki bagian atas
( yang lebih dekat bagian tengah tubuh), baru kemudian bagian yang
lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan untuk menggunakan telapak
tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki.31 Berdasarkan
urain diatas dapat penulis simpulkan bahwa pola-pola pertumbuhan anak
dapat dibagi menjadi dua yaitu Pola Chepalocaudal dan Pola
Proximodistal.Pola chepalocaudal merupakan rangkaian pertumbuhan
dimana pertumbuhan tercepat selalu dari kepala sedangkan Pola
Proximodistal merupakan pertumbuhan yang mulai dari pusat tubuh dan
bergerak keaarah tangan dan kaki
5. Aspek –aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1) Motorik kasar (gross motor)

8
merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang
besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011, hlm
210). Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali
dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-
lain (Hidayat, 2009, hlm.25).
2). Motorik halus (fine motor Skills)
merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan
koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat
(Papilia, Old & Feldman, 2010, hlm. 316). Perkembangan motorik
halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari -jari kaki,
menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit
benda, melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26).
3). Bahasa (language)
adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan
bahasa diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut
satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,
mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti larangan
dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26).
4). Prilaku sosial (personal social)
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan
adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain dengan
permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika
dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan
sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26). Untuk menilai perkembangan
anak yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara tentang faktor
kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan,

9
kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak (Hidayat,
2009, hlm. 38).
6. Perkembangan anak usia 5 tahun
Pada masa kanak-kanak awal, pertumbuhan fisiknya tidak secepat
masa bayi atau sebelumnya, tetapi ada banyak kemampuan fisik yang makin
berkembang baik pada masa ini terutama dari segi kualitasnya. Ada
kemajuan dalam perkembangan otot, sistem saraf, dan koordinasi
motoriknya sehingga anak dapat melakukan berbagai kegiatan yang lebih
tinggi tingkatannya, yang selanjutnya akan meningkatkan kemampuan
kognitif, sosial, da emosinya. Pola pertumbuhan bevariasi pada setiap anak
karena ada berbagai factor ysng mempengaruhi, antara lain faktor bawaan,
kurangnya hormon pertumbuhan, gizi buruk, infeksi kronis, dann gangguan
emosional. Perkembangan fisik ini berkaitan dengan perkembangan tubuh
anak yang berhubungan dengan badan, otot, tulang, sistem saraf, koordinasi
motorik dan sensorik. Berikut ini penjelasan perkembangan fisik anak
secara rinci pada masa anak-anak awal:
a. Pertumbuhan fisik
b. Tinggi dan Berat Badan
Bila pertumbuhan bayi pada tahun pertama sangat cepat, maka
pada tahun kedua mulai agak melambat. Pertambahan tinggipada masa
ini rata-ata 2,5 inci setiap tahun dan berat badan bertambah 5-7 pon per
tahun; dan anak perempuan sedikit lebih pendek dan lebih ringan
daripada anak laki-laki. Tinggi badan seseorang sangat tergantung
pada aasal usul etnis/ras, factor gizi dan kesehatan, jenis kelamin, dan
perbedaan individual. Belum ada statistic pertumbuhan tinggi dan
berat badan anak-anak Indonesia (Christiana, 2012).
c. Proporsi Tubuh
Menurut Hurlock (1978) proporsi tubuh atau perbandingan besa
kecilnya anggota badan secara keseluruhan pada anak-anak jelas
berbeda dari proporsi orang dewasa. Beberapa anggota tubuh tertetu
mempunyai irama pertumbuhan sendiri, ada yang tumbuh lambat dan

10
ada yang tumbuh cepat, dan semuanyaakan mencapai taraf kematangan
ukuran tepat pada saatnya. Akan tetapi, pertumbuhan dan
perkembangan tubuh sertaanggotanya adalah proses
berkesinambungan. Grafik pertumbuhan tinggi dan berat badan
menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi badan anak lebih cepat
daripada pertmbuhan berat badannya. Pada tahap akhir kehidupan mas
kanak-kanaknya kaki dan tangan tumbuh lebih cepat daripada
badannya sehingga anak terlihat seolah-olah berupa kaki dan tangan
belaka
d. Perkembangan fisik
1. Perkembangan Motorik
Anak-anak usia 2-6 tahun mengalami kemajuan pesat dlam
keterampilan motorik, baik keterampilan motorik kasa yang
melibatkan otot-otot besar, seperti berlari, melompat, memanjat,
(walking, hopping, jumping), dan keterampilan-keterampilan motorik
halus sebagai hasil koordinasi otot-otot kecil dengan mata dan tangan
seperti menggambar, menggunting dan menempelkan kertas. Menurut
Santrock (2012) perkembangan keterampilan motorik kasar dan
motorik halus pada masa kanak-kanak awal adalah sebagai berikut:
a) Keterampilan Motorik Kasar (GrossMotoric Skills) Pada usia
kira-kira 2,5-3 tahun, anak mulai dapat melompat dengan kedua
kakinya, yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena berkaitan
dengan kematangan otot-ototnya. Juga anak sudah dapat berlari
kesana kemari, tetapi belum mampu berhenti dengan tibatiba atau
membalik. Aktivitas-aktivitas ini merupakan sumber kebanggaan
bagi anak. Sekitar usia empa tahun sudah menguasai cara berjalan
orang dewasa dan sudah dapat lari, berhenti dan berputar
membalik. Kemampuan berlari anak seperti orang dewasa dan
berlari dalam aktvitas permainan, dapat dilakukan pada usia
sekitar 5-6 tahun. Pada usia empat tahun ini anak mampu berdiri

11
diatas satu kaki dan menangkap bola yang dilemparkan
kepadanya.
b) Keterampilan Motorik Halus (Fine Motoric Skills) Dibandingkan
dengan pada masa bayi, keterampilan motorik halus pada masa
anak awal ini sudah meningkat. Pada usia tiga tahun telah mamp
memegang benda berukuran kecil diantara ibu jari dan telunjuk,
walaupun masih agak kaku. Juga sudah dapat membangun menara
dari balok-balok meski belum dalam posisi tegak lururs. Bila
memasang potongan-potongan gambar darri permainan puzzle,
gerakannya masih kasar dan sering kali memaksakan potongan
gambar walau kurang pas/cocok dengan tempatnya. Pada usia
empat tahun, koordinasi motorik halusnya sudah mengalami
kemajuan dan gerakannya sudah lebih tepat, bahkan cenderung
ingin sempurna dalam melakukan sesuatu, misalnya dalam
menyusun balok-balok, sehingga mereka suka membongkar lagi
balok-balok yang sudah disusun sebelumnya. Saat usia lima tahun
koordinasi motorik anak makin sempurna. Tangan, lengan, dan
jarinya semuanya bergerak bersama dibawah perintah mata. Pada
usia enamm tahun, anak sudah dapat mengikat tali sepatunya,
menggunakan martil/pukul besi, mengelem kertas dan merapikan
bajunya sebagai akibat proses myelinisasi yang meningkat di
sistem 8 saraf pusat. Myelinisasi merupakan proses menutupi
akson dengan selapu myelin, yang berefek pada meningkanya
kecepatan berjalannya informasi darisatu neuron ke neuron
lainnya.
e. Perkembangan kognitif
Pada usia ini, cara berpikir anak ditandai dengan kreativitas, bebas,
dan penuh imaginasi/daya khayal. Hal ini tampak pada gambar-gamabar
yang dibuat, missal: menggamabar langit dengan warna hijau, pohon
warna ungu, dan mobil berjalan di atas awan. Perkembangan kognnitif
dapat ditinjau melalui beberapa teori. Di dalam buku Deteksi Tumbuh

12
Kembang Anak (Sulistyawati, 2014) berikut ini adalah teori-teori
perkembangan kognitif:
1. Teori Piaget Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, maka
pada masa kanak-kanak awal ini ada pada tahap pra-operasional.disebut
tahap pra-operaional karena pada masa ini anak belum siap untuk terlibat
dalam operation atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran
logis. Menurut Piaget, pada tahap ini pemikiran anak makin kompleks
dan mampu menggunakan pemikiran simbolis. Pada berpikir simbolis,
anak mengembangkan kemampuan untuk mebayangkan secara mental
suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis semcam
itu disebut fungsi simbolis. Anak-anak prasekolah menunjukkan fungsi
simbolis melalui imitasi tertunda (deffered imitation), bermain sandiwara
(pretend play), dan kemampuan menggunakan sistem simbol (kata) untuk
berkomunikasi
2. Teori Lev Vygotsky Sama halnya dengan teori Piaget, Vygotsky juga
menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan
mereka sendiri. Tetapi menurut Vygotsky, fungsi mental memiliki
koneksi sosial. Anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih
sisematis, logis dan 9 rasional sebagai akbat percakapan dengan orang
lain yang ahli. Jadi menurur Vygotsky, orang lain dan bahasa memegang
peran penting dalam perkembangann kognitif anak
f. Perkembangan sosio-emosional
Selama tahun kedua dari kehidupan seorang anak akan
memperlihatkan kemajuan yang berarti dalam pengenalan dirinya.
Dimasa kanak-kanak awal, anak-anak akan berkembang sehingga mereka
mampu mengenali dirinya. Menurut Erik Erikson (1968) dalam buku
Santrock (2012) perkembangan emosi kanak-kanak awal terkait dengan
tahap inisisatif versus rasa bersalah. Mulai sekarang anak-anak lebih
yakin bahwa mereka adalah diri mereka sendiri, selama masa kanak-
kanak awal mereka mulai menemukan pribadi yang diinginkan. Secara
intensif kanakkanak awal, mereka mengidentifikasi kepada orang tuanya

13
yang hampir selalu terlihat kuat dan cantik, meskipun sering kali tidak
masuk akal, tidak sependapat dan kadang membahayakan. Selama kanak-
kanak awal, mereka menggunakan keterampilan perspektual, motorik,
kognitif, dan bahasa untuk melakukan sesuatu. Mereka memiliki
kelebihan energi yang memungkinkan mereka untuk melupakan
kegagalan-kegagalan dengan cepat mendekati area-area baru yang lebih
menarik, meskipun area itu terlihat bahaya.
Selain itu, pada usia sekitar 4-5 tahun, anak-anak mulai
menjelaskan diri mereka dalam istilah sifat-sifat psikologis, namun
mereka juga mulai mempersepsikan orang lain demikian. Bisa saja
berkata “Guruku baik sekali”
g. Perkembangan moral
Perkembangan moral (moral development) yaitu mencakup
perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan, dan
kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorangketika
berinteraksi dengan orang lain. 10 Menurut Harlock (1978), dalam tahap
perkembangan moral ini, anak-anak secara otomatis mengikuti peraturan
tanpa berfikir atau menilai, dan ia menganggap orang dewasayang
berkuasa sebagai mahakuasa. Ia juga menilai bahwa semua perbuatan
sebagai benar atau salah berdasarkan akibat-akibatnya dan bukan
berdasarkan motivasi yang mendasarinya. Menurut sudut pandang anak,
perbuatan salah akan mengakibatkan hukuman. Anak mengetahui bahwa
suatu perbuatan yang baik apabila salah satu temannya diberi hadiah yang
dijanjikan oleh orang lain, artinya anak tahu bahwa tindakan itu baik dan
benar. Begitu juga, relasi dengan teman sebayanya ( yaitu yang tingkat
usia dan kematangannya sama ), pada masa kanak-kanak awal, hubungan
dengan teman sebayanya semakin meningkat dan banyak menghabiskan
waktu. Salah satu fungsi terpenting adalah sebagai sumber informasi dan
pembanding di luar lingkungan keluarga. Contoh relasinya yaitu bermain,
mereka mampu menentukan siapa yang salah dansiapa yang menang,
meskipun kadang diakhiri dengan pertengkaran.

14
h. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sistem komunikasi berdasarkan kata-kata dan tata
bahsa. Sekali anak mengenal kata, mereka dapat menggunakannyauntuk
mempresentasikan objek dan tindakan. Menurut Prof. DR. M. Djawad
Dahlan (2012) perkembangan bahasa anak memiliki dua tipe, yaitu:
1. Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri
(moonolog)
2. Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak
dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi kedalam lima
bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan
atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang
menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang
lain, (c) 11 command (perinah), request (permintaan) dan threat
(ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban)
Dari beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ternyata
walaupun terdapat banyak perbedaan antara bahasa seorang anak yang
berusia dua tahun, tiga tahun, dan empat tahun, yang lebih menonjol
adalah perbedaan yang menyangkut pragmatic. Pada anak usia 3 tahun,
anak meningkatkan kemampuan bicaranya tentang sesuatu yang tidak ada
secara fisik, yaitu mereka mengembangkan penguasaan karakteristik
bahasa yang dikenal sebagai pemindahaan ( displacement ) sebagai
contoh: mengetahui kata “meja”, contoh lain yaitu anak sudah dapat
mengatakan kata-kata yang menggambarkan waktu yang akan datang,
misalnya “ nanti aku akan sekolah”, “ besok kalau sudah besar aku akan
jadi pilot pesawat terbang”. Mereka sudah mampu mengerti kataganti
misalnya, kamu, saya, dan kita (Santrock, 2012).
Usia anak antara 4-5 tahun, anak sudah mengerti kata depan dan
bisa menggunakannya, misal “di atas”, “di bawah”. Atau pembicaraan
seperti orang dewasa, contoh: “ Ani mau makan, tapi aku enggak mau”.
Pada usia 5-6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan

15
kata. Anak- anak ini biasanya memiliki kosa kata pembicaraan sekitar
2.600 kata, dan memahami lebih dari 20.000 kata.
7. Gangguan tumbuh kembang anak
a. Gagal Tumbuh (Failure to Thrive)
Merupakan kegagalan untuk tumbuh dimana sebenarnya anak tersebut
lahir dengan cukup bulan akan tetapi dalam pertumbuhan dan
perkembangan sekanjutnya mengalami kegagalan pertumbuhan fisik
dengan malnutrisi dan retardasi perkembangan sosial dan motoric.
Actor yang mempengaruhi terjadinya gagal tumbuh adalah gangguan
psikologisosial dimana anak tidak mendapatkan kasih saying dari
orang tua sehingga banyak dijumpai pada panti – panti. Ciri gagal
tumbuh yang lain adalah secara organic tidak ditemukan adanya
kelainan dan secara anamnesa anak ditelantarkan dalam
perawatannya.
b. Gangguan Makan
Gangguan makan pada anak sering dijumpai pada masyarakat awam
yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
anak dan memahami pentingnya nutrisi pada anak, gangguan makan
pada anak yang sering kit temukan seperti penolakan makan, pika,
gangguan regurgitasi pada masa bayi, anoreksia nervosa, dan bulimia.
c. Gangguan Tidur
Gangguan tidur merupakan gangguan yang dialami anak selama tidur,
gangguan ini dapat mempengaruhi pertumbiuhan dan perkembangan
pada anak apabila gangguan ini berlangsung lama dan terus –
menerus. Gangguan dalamm tidur dalam hal ini adalah gangguan tidur
terror dan gangguan tidur berjalan (somnambulisme). Gangguan tidur
terror ditandai dengan anak kadang – kadang sering menangis pada
tengah malam, menjerit, merintih, dan lain – lain kondisi demikian
apabila terjadi kadang – kadang hal tersebut tidak akan menjadi
masalah akan tetapi hal terbut apabila berlangsung terus akan
menganggu tugas – tugas perkembangan anak. Gangguan tidur yang

16
kedua yang dapat menyebabkann gangguan dalam tumbuh kembang
adalah gangguan tidur berjalan atau istilahnya disebut
somnambulisme merupakan episode berulang bangkit dari tempat
tidur dan berjalan sewaktu tidur, kondisi tersebut kadang – kadang
kita jumpai pada anak, hal tersebut apabila kondisi berlangsung lama
maka mempengaruhi perkembangan pada anak.
d. Enuresis Fungsional
Merupakan gangguan dalam pengeluaran urine yang involunter pada
waktu siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari
empat tahun keatas mengingat pada umur tersebutkondisi sfingter
ekterna vesika urinaria sudah mampu dikontrol akan tetapi pada usia
demikian belum bisa, hal tersebut dapat disebabkan beberapa factor
diantaranya kegagalan dalam toilet training pada anak dan adanya
negative reinforcement (pemberian hukuman lebih ditekankan
daripada pujian) sehingga terjadi kegagalan dalam proses berkemih
sehingga dapat terjadi en-uresis fungsinal. Keadaan demikian apabila
berlangsung lama dan panjang maka akan mengganggu tugas dalam
perkembangan anak.
e. Enkopresis Fungsional
Enkopresis fungsional merupakan gangguan dalam pengeluaran tinja
yang tidak terkontrol pada anak yang terjadi secara berulang ulang
tanpa adanya konstipasi tanpa adanya penyebab organik pada anak
yang berumur lebih dari empat tahun. Kondisi demikian dapat
disebabkan karena kondisi psikologis pada anak karena kegagalan
dalam melakukan buang air besar. Kondisi tersebut apabila dibiarkan
terlalu lama dapat mengganggu dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
f. Gagap
Merupakan gangguan dalam arus bicara pada anak yang ditandai
dengan adanya pengulangan suara, suku kata alau terjadi bloking
dalam bicara. Gagap ini dapat terjadi disebabkan karena faktor

17
psikologis anak atau juga disebabkan oleh kelainan neurologis yaitu
gangguan dalam dominasi serebral. Kondisi tersebut apabila
berlangsung lama pada masa pra sekolah dapat menyababkan
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
g. Multisme Efektif
Merupakan gangguan bicara pada anak yang ditandai dengan menolak
untuk berbicara pada situasi sosial seperti disekolah, di tempat umum,
keadaan demikian disebabkan oleh karena gangguan psikologis pada
anak, beberapa ahli mengatakan bahwa multisme efektif digunakan
anak dalam rangka mengurangi perasaan takut tetapi ada juga sebagai
untuk menarik perhatian agar selalu diperhatikan.
h. Gangguan Perkembangan Spesifik
Gangguan perkembangan spesifik pada anak tersebut dapat meliputi
gangguan perkembangan membaca dan menulis, gangguan
perkembangan berhitung, gangguan perkembangan berbahasa,
gangguan perkembangan, artikulasi, gangguan perkembangan motoric
yang spesifik.
Gangguan perkembangan membaca dan menulis merupakan
keterlambatan dalam hal membaca dan menulis keadaan tersebuta
disebut dengan disleksia yang artinya kesulitan dengan kata atau
bahasa, biasanya ditandai dengan kesalahan dalam membaca seperti
imam dibaca mami dan anak sulit membedakan kanan dan kiri dan
lain – lain, untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan
terapi wicara. Disamping perkembangan membaca dan menulis
terdapat gangguan perkembangan berhitung merupakan keterlambatan
pada anak dalam msalah berhitung, keadaan tersbut dapat disebut
sebagai diskalkulia, kemudian keterlambatan dalam berbahasa hal ini
terdapat dua hal keterlambatan atau gangguan diantaranya tipe seseptif
yang merupakan gangguan dalam mengambangkan bahasa (decoding)
dan ekspresi vocal bahasa (encoding) yang merupakan merupakan
gangguan dalam persepsi sensorik yaitu pengenalan symbol visual

18
atau auditorik bukan karena retardasi mental, autisme atau yang lain.
Sedangkan gangguan dalam bahasa yang lain adalah gangguan bahasa
tipe ekspresif dimana terjadi gangguan perkembangan ekspresi vocal
bahasa (encoding) sedangkkan kemampuan pengaertian bahasa
(decoding) masih baik.
i. Retardasi Mental
Merupakan gangguan dalam perkembangan dimana terjadi gangguan
dalam fungsi intelektual yang sub normal adanya perilaku adatif sosial
dan timbul pada masa perkembangan yaitu di bawah umur 18 tahun.
Terjadi gangguan dalam fungsi intelektual subnormal disini adalah
dilakukan tes psikologis dengan tes angka taraf kecerdasan
Intelligence Quatient (IQ) dimana anak akan mempunyai IQ dibawah
70, kemudian perilaku adatif sosial pada anak dengan retardasi mental
dapat dilihat dengan cara kemampuan anak dalam melakukan tugas
kemandirian atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tugas
perkembangan pada usianya belum optimal. Berdasarkan tingkatan
dalam retardasi mental dpat dibagi menjdai empat kelompok retardasi
mental diantaranya.
(a)Retardasi mental ringan dengan taraf IQ : 50 – 70
(b)Retardasi mental sedang dengan taraf IQ : 35 – 49
(c)Retardasi mental berat dengan taraf IQ : 20 – 34
(d)Retardasi mental sangat berat dengan taraf IQ : kurang dari 20
j. Autism
Autism dikenal dengan sindroma keanner dengan memiliki gejala
tidak mampu bersosialisasi, mengalami kesulitan mengguanakan
bahasa, berperilaku berulang – ulang serta bereaksi tidak biasa
terhadap rangsangan sekitarnya dengan kata lain pada anak autism
dapat terjadi kelainan emosi, intelektual dan kemauan atau gangguan
pervasive. Dapat secara singkat dikatakan bahwa autism merupakan
suatu keaddaan anak dapat berbuat semaunya sendiri baaik cara
berpikir atau berperilaku.

19
Ciri yang ada pada anak autism antara lain : tidak peduli dengan
lingkungan sosialnya, tidak bereaksi normal dalam pergaulan sosial,
perkembangan bahsa dan biacara tidak normal serta adanya reaksi
terhadap lingkungan terbatas sedang pada pemeriksaan status mental
ditemukan adanya kurangnya observasi lingkungan, rendahnya
ingatan meskipun baru saja terjadi, dan kurangnya peduli terhadap
lingkungan sekitar.
k. Penganiayaan dan Pengabaian Anak
Merupakan tindakan yang disengaja yang dapat memberikan orang
lain dapat menimbulkan sakit, cedera fisik atau emosional pada anak
atau beresiko terhadap sakit atau cedera. Terdapat empat jenis
penganiyaan pada anak diantaranya penganiyaan secara fisik,
penganiyaan secara emosional, penganiyaan sosial dan pengabaian,
keesemuanya dapat dipicu oleh lingkungan yang ada di sekitar anak.
Gejala dari jenis penganiyaan fisik maka terdapat cedera, apabila
penganiyaan secara emosional dapat terjadi keguncangan pada jiwa
anak dan juga dapat menimbulkan kekacauan mental, kemudian
penganiyaan seksual terjadi iritasi atau laserasi pada genital eksterna,
infeksi saluran kemih atau penyakit genital serta adanya kehamilan
dan gejala pada pengabaian adalah kurangnya perawatan pada diri
anak terjadi kegagalan untuk tumbuh, keterlambatan perkembangan,
gangguan makan, kurang perawatan diri, dan lain – lain.
8. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Sebagaimana telah dijelaskan,bahwa untuk mengetahi adanya
penyimpangan pertumbuhan,parameter yang digunakan asalah berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB) dan llingkar kepala anak (LKA). Parameter
tersebut termasuk ukuran antropometri dan paling mudah dilakukan di
lapangan.
a. Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
1) Pengukuran Berat Badan

20
Dalam menentukan pengukuran berat badan anak,hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah
ditera (distandarisasi/kalibrasi) secara berkala. Timbangan yang
digunakan dapat dacin atau timbangan injak.
b. Untuk menimbang anak usia kurang satu tahun,dilakukan dengan
posisi berbaring. Usia 1-2 tahun dilakukan dengan posisi duduk
dengan menggunakan dacin. Lebih dari dua tahun,penimbangan
berat badan dilakukan dengan posisi berdiri.
Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah sebagai berikut:
a. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Bila
perlu,cukup pakaian dalam saja.
b. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Bila menggunakan timbangan
dacin,masukan saja anak dalam gendongan,lalu kaitkan gendongan
ke timbangan.
c. Bila dengan berdiri,ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak
tanpa dipegangi.
d. Letakkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk
mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
e. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan.
f. Bila anak tidak mau ditimbang,ibu disarankan untuk menimbang
berat badannya lebih dahulu. Kemudian anak digendong oleh ibu
dan ditimbang. Berat badan anak adalah selisih antara berat badan
ibu bersama anak dan berat badan ibu.
2) PengukuranTinggi Badan
Untuk menentukan tinggi badan dibagi menjadi dua,yaitu dengan cara
berbaring dan berdiri. Pengukuran tinggi badan secara berbaring untuk
anak belum bias berdiri tegak. Biasanya untuk anak yang berusia
kurang dari dua tahun. Adapun cara pengukurannya adalah sebagai
berikut :

21
a. Siapkan papan atau meja pengukur. Bila tidak ada,dapat digunakan
pita pengukur (meteran)
b. Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi),luruskan lutut
sampai menempel meja (posisi ekstensi).
c. Teruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak
kaki tegak lurus dengan meja pengukur),lalu ukur sesuai dengan
skala yang tertera.
d. Bila tidak ada papan pengukur,dapat dengan cara memberi tanda
pada tempat tidur (tempat tidur harus rata dan datar) berupa garis
atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi.
Lalu ukur kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan dengan cara
berdiri,dilakukan pada anak yang sudah berdiri tegak. Biasanya untuk
anak yang berusia dua tahun atau lebih. Adapun cara pengukurannya
sebagai berikut.
a. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak,sehingga tumit
rapat sedangkan bokong,punggung,dan bagian belakang kepala
berada dalam garis vertical dan menempel pada alat pengukur.
b. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki dengan sebilah papan
dengan posisi horizontal dan bagian kaki,lalu ukur sesuai dengan
skala yang tertera.
Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak, gangguan daya ingat, dan gangguan
daya dengar. Untuk upaya deteksi perkembangan di tingkat
puskesmas, jenis instrumen yang digunakan adalah:
a. Kuesioner Pra-Skrining Perkembngan (KPSP)
b. Tes Daya Lihat (TDL)
c. Tes Daya Dengar Anak (TDD)
d. Denver Developmental Screening Test (DDST)
1) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)

22
KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang
tua. Tes ini dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining
pendahuluan untuk pekembangan anak usia 0-72 bulan. Tujuannya
adalah untuk pemeriksaan perkembangan anak normal atau ada
penyiimpangan. Skrining dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
guru TK/PAUD terlatih.
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah formulirr KPSP sesuai
umur anak dan alat untuk pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola besar,
bola tennis, kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah,
kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit.
Cara menghitung umur anak:
a. Usia ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: anak usia 9 bulan 16 hari
dibulatkan 10 bulan, usia 9 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 9 bulan.
b. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah
yang lebih kecil dari usia anak.
c. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP
6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang
diberikan adalah KPSP 9 bulan.
Daftar pertanyaan KPSP berjumlah 10 nomor, yang menjadi 2 yaitu
pertanyaan yang harus dijawab oleh orang tua/pengasuh dan perintah
yang harus dilakukan sesuai dengan pertanyaan pada KPSP. Pertanyaan
dala KPSP harus dijawab ya atau tidak oleh orang tua. Interpretasi hasil
KPSP adalah sebagai berikut:
(a)Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10 berarti anak normal sesuai tahap
perkembangan. Jawaban “ya” berarti anak bisa, pernah, sering, atau
kadang-kadang melakukan.
(b)Bila jawaban “ya” kurang dari 9 maka perlu diteliti tentang:
a. Cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya apakah sudah
sesuai
b. Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan.

23
c. Apabila ada kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang
1) Bila setelah diteliti jawaban “ya” berjumlah 7-8 berarti
meragukan dan perlu diperiksa ulang 2 minggu kemudian
dengan pertanyaan yang sama. Jika jumlah jawaban tetap
sama kemunginan ada penyimpangan.
2) Bila jawaban “ya” berjumlah 6 atau kurang berarti ada
penyimpangan. Anak perlu dirujuk ke rumah sakit untuk
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2) Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata Anak Prasekolah
Tes ini merupakan alat untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta
kelainan mata. Tujuan tes ini untuk mendeteksi secara dini adanya
kelainan daya lihat pada usia prasekolah, sehingga bila ada
penyimpangan bisa dapat ditangani. Dengan demikian, kesempatan untuk
memperoleh ketejaman daya lihat menjadi lebih besar. Tes ini dilakukan
tiap enam bulan pada anak prasekolah umur 36-72 bulan, dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih, dan petugas terlatih
lainnya.
Untuk melakukan tes daya lihat, diperlukan ruangan yang bersih dan
tenang, serta dengan penyinaran yang baik, kursi untuk anak dan
pemeriksa, alat penunjuk dan alat ‘kartu E’ yang digantungkan setinggi
anak duduk. ‘Kartu E’ ini berisi huruf E yang terdiri dari empat baris.
Baris pertama huruf E berukuran paling besar kemudian brangsur-angsur
mengecil pada baris keempat. Jarak antara ‘kartu E’ dan anak sekitar 3
meter.
Secara normal, anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila
anak tidak dapat melihat huruf E pada baris ketiga, maka perlu dirujuk
untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Kemungkinan anak
mengalami gangguan daya lihat.
Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksa kesehatab matanya. Perlu
ditanyakan dan diperiksa adakah hal sebagai berikut.
a. Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur, atau pusing.

24
b. Perilaku sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, dan sering,
mengkedip-kedipkan mata.
c. Kelainan mata seperti bercak bitot, uling, mata merah, dan keluar air.
Bila ditemukan satu atau lebih kelainan diatas, maka anak perlu
dirujuk.
3) Tes Daya Dengar Anak (TDD)
Tanpa pendengaran yang baik, anak tidak dapat belajar berbicara atau
mengikuti pelajaran sekolah dengan baik. Oleh karena itu, perlu deteksi
secara dini fungsi pendengaran anak, seehingga kemampuan
pendengaran dan bicara anak dapat berkembang dengan baik. Tujuan
TDD adalah untuk menemukan gangguan pendengaran secara dini, agar
segera dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Tes TDD dapat diakukan tiap tia bulan pada bayi
<12 bulan dan tiap enam bulan pada anak >12 bulan oleh tenaga
kesehatan, guru TK/PAUD terlatih, dan petugas terlatih lainnya.
Peralatan yang diperlukan adalah instrument untuk TDD sesuai usia
anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia, dan mainan
(boneka kubus, sendok, cangkir, dan bola).
Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan
dengan kelompok usia anak. Jawaban ‘ya’ jika anak menurut orang
tua/pengasuh dapat melakukan perintah dan jawaban ‘tidak’ jika anak
tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah. Jika anak di bawah 12
bulan, pertanyaan ditujukan untuk kemampuansatu bulan terakhir. Setiap
pertanyaan perlu dijawab ‘ya’. Apabila ada satu atau lebih jawaban
‘tidak’ berarti pendengaran anak tidak normal, sehingga perlu
pemeriksaan lebih lanjut.
4) Denver Development Screening Test (DDST)
DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak. Pelaksanaan DDST tergolong cepat dan mudh, serta
mempunyai validitas yang tinggi. DDST bukan untuk mendiagnosis atau
untuk tes kecerdasan (IQ).

25
Untuk melaksanakan DDST diperlukan ruangan yang bersih dan tenang.
Adapun peralatan yang diperlukan adalah sebagai berikut.
1) Meja tulis dengan kursinya, dan matras
2) Perlengkapan tes
a. Gukungan benang wol merah (diameter 10 cm)
b. Kismis
c. Kerincingan dengan gagang yang kecil
d. 10 buah kubus berwarna berukuran 2,5 x 2,5 cm
e. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
f. Bel kecil
g. Bola tenis
h. Pensil merah
i. Boneka kecil dengan botol susu
j. Cangkir plastic dengan gagang/pegangan
k. Kertas kosong
3) Formulir denver II
a. Berisi 25 gugus tugas perkmbangan disusun menjadi empat sektor
untuk menjaring fungsi berikut.
1. Personal sosial (personal social)
2. Motoric halus (fine motor adaptive)
3. Bahasa (language)
4. Motoric kasar (gross motor)
b. Skala umur bagian atas formulir terbagi dalam bulan dan
tahun lahir sampai berusia enam tahun.
c. Setiap ruang antara umur mewakili satu bulan (untuk usia kurang
dari 64 bulan) dan mewakili tiga bulan (untuk anak diatas 2-6
tahun).
d. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat
batas kemampuan perkembangan 25%, 50%, 75%, dan 90% dari
populasi anak lulus tugas perkembangan tersebut.

25 50 755 90

26
e. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada
ujung kotak sebelah kiri. R (report) = L (laporan) yang berarti bisa
berdasarkan laporan orang tua atau bila mungkin, penilai dapat
menilai langsung.
4) Langkah pelaksanaan
(a)Sapa orang tua/pengasuh
(b)Jelaskan tujuan
(c)Jalin komunikasi yang baik dengan anak
(d)Hitung umur anak dan buat garis umur
(e)Catat nama anak, tanggal lahir, tanggal pemeriksaan
(f) Umur anak dihiung dengan cara tanggal pemeriksaan saat ini
dikurangi tanggal lahir, dengan ketentuan sebagai berikut.
1) 1 tahun : 12 bulan
2) 1 bulan : 30 hari
3) 1 minggu : 7 hari

(>15 hari dibulatkan 1 bulan, 15 hari dihilangkan )


Bila anak lahir premature, koreksi factor prematuritas bila umur anak < 2
tahun. Misalnya, anak A lahir tanggal 2 Januari 2011. Anak lahir
premature tiga minggu. Tanggal pemeriksaan 15 Januari 2012 maka usia
anak saat ini adalah sebagai berikut.
Tanggal periksa : 2012 – 2 – 25
Tanggal lahir : 2011 – 1 – 2
Umur anak 1 (tahun), 1 (bulan), 23 (hari). Karena anak lahir premature
dan berusia di bawah 2 tahun, maka perlu dikoreksi sebagai berikut.
1 – 1 – 23
21
1 (tahun) – 1 (bulan) – 2 (hari)
(masih perlu tiga minggu unutuk menjadi aterm. Tiga minggu = 21
hari). Jadi, umur anak saat ini adalah 1 tahun lebih 1 bulan.

27
5) Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal
peeriksaan pada ujung atas garis umur.

6 9 12 15

6) Lakukan pemeriksaan tiap tugas perkembangan untuk tiap sektor.


Dimulai dari sektor dan tugas yang paing mudah di sebelah kiri garis,
terpotong bila mungkin ke sebelah kanan.
7) Beri skor penilaian
P :Pass/lulus
F :Fail/gagal
R :Refusal/menolak
Interpretasi
1) Lebih (advanced)
Bilamana lulus/lewat pada uji coba di sebelah kanan garis
umur.
2) Normal
a. Bila gagal/menolak melakukan tugas perkembangan
disebelah kanan garis umur
b. Lulus (P), gagal (F), atau menolak (R) tugas perkembangan
pada garis umur terletak antara persentil 25 – 75.

3) Caution/peringatan
a. Gagal (F) atau menolak (R) terletak lengkap di persentil
75 – 90.
4) Delayed/keterlambatan
a. Gagal (F) atau menolak (R) terletak lengkap di sebelah
kiri garis umur.
5) No opportunity/tidak ada kesempatan

28
a. Dari laporan orang tua anak tidak dapat kesempatan
melakukan
b. Hasil tidak masuk ke dalam kesimpulan.
Langkah mengambil kesimpulan :
1) Normal jika
a. Tidak ada keterlambatan/minimal paling banyak satu
peringatan
b. Lakukan ulangan pada control berikutnya
2) Suspect/suspek jika
a. Ada  2 peringatan dan/atau  1 keterlambatan
b. Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu
3) Unstestable/tidak dapat diuji jika
a. Ada skor menolak  1 ujicoba di sebelah kiri garis umur
b. Uji ulang 1 – 2 minggu
4) Abnormal jika
a. Didapatkan dua atau lebih keterlambatan pada dua sektor
atau lebih
b. Dalam satu sektor didapatkan dua atau lebih keterlambatan
ditambah satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan
dan pada sektor tersebut, serta tidak ada yang lulus pada
kotak yang terpotong garis usia.
9. Peran Petugas Kesehatan Dalam Upaya Deteksi Tumbuh Kembang
Dalam upaya mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal, khususnya pada masa balita, diperlukan persiapan-persiapan baik
dari orang tua maupun petugas kesehatan. Petugas keehatan diharapkan
dapat memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai upaya yang dapat
dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya,sehingga dapat tumbuh
dan berkembang secara baik. Di lapangan, petugas yang mempunyai peran
cukup penting dalam upaya tersebut adalah tenaga perawat dan bidan.
a. Dalam kandungan (masa pranatal)

29
1 Memantau perubahan fisik selama hamil apakah terjadi secara normal.
Petugas perlu mengobservasi penambahan berat badan ibu selama
hamil. Penambahan berat badan yang tidak sesuai dapat berpengaruh
pada pertumbuhan janin.
2 Memantau secara dini resiko tinggi selama kehamilan. Apabila
ditemukan tanda-tanda risiko tinggi, maka segera dilakukan rujukan
agar kondisi ibu dan bayi bisa diselamatkan
3 Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi secara baik selama
kehamilan. Ibu perlu tahu bahwa saat hamil kebutuhan gizi meningkat
karena untuk kesehatan ibu dan janin yang dikandung.
4 Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat bebas.
Apabila ibu sakit,segera periksa ke dokter dan jangan menggunakan
obat-obat bebas tanpa sepengetahuan dokter. Ada beberapa obat yang
bila diminum selama hamil dapat menimbulkan kecacatan atau
gangguan pada janin.
5 Menganjurkan ibu untuk menghindari infeksi. Ada beberapa penyakit
infeksi yang dapat menimbulkan gangguan fsisik atau mental pada
janin,sehingga beresiko mengalami gangguan tumbuh kembang.
Kelompok penyakit infeksi terssebut adalah TORCH, yaitu
Toxoplasmosis, Rubella,Cytomegalovirus dan herpes.
6 Menganjurkan ibu untuk menghindari stress psikologik. Perasaan
tertekan, tidak tenang, atau gangguan psikologik lainnya dapat
mempengaruhi perkembangan janin
7 Memberikan stimulus pada janin yang dikandungnya dengan
mengajak komunikasi, mendengarkan suara musik, atau ceramah –
ceramah agama dapat merangsang pendengaran janin.
b. Saat kelahiran (masa natal)
Adanya gangguan dan penanganan persalinan yang tidak benar juga
dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sesuai dengan buku acuan
nasional pelayanan kesehatan dan neonatal (2000), bahwa peran petugas
pada masa persalinan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini

30
adanya komplikasi dan bersama keluarga memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu bersalin baik fisik maupun psikologisnya. Untuk
meminimalkan dampak pada kelahiran bayi,hal-hal yang perlu
diperhatian adalah sebagi berikut.
1. Hindari menunda rujukan pada ibu hamil risiko tinggi degan harapan
dapat menolong kelahiran anaknya ssecara normal. Hal ini sering
berakibat fatal.
2. Apabila ada tanda-tanda risiko tinggi pada proses kelahiran, segera
rujuk sehingga ibu dan anak dapat diselamatkan
3. Apabila saat lahir bayi mengalami gangguan,segera berikan
pertolongan pertama,selanjutnya segera dirujuk
4. Apabila bayi lahir normal,harus dijaga kestabilan kondisinya. Sering
terjadi karena kelalaian petugas,bayi yang normal dan sehat menjadi
memburuk keadaannya bahkan meninggal.
c. Setelah kelahiran (masa passcanatal)
Setelah bayi lahir, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah
memulihkan kondisi ibu dan memelihara kesehatan bayi. Setelah masa
transisi lewat, hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Segera setelah lahir, ASI dapat
mulai diberikan. Selain untuk memenuhi nutrisi, juga merupakan
upaya memberikan stimulus sensori motor.
2. Memenuhi kebutuhan dasar yang meliputi asah,asih, dan asuh.
3. Memantau pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan pedoman
deteksi tumbuh kembang balita, serta memberikan stimulus sesuai
tahap perkembangannya.

B. KONSEP DASARASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan masalah tumbuh kembang antara lain
ditemukannya adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian

31
tumbuh kembang. Adanya perubahan pertumbuhan fisik, seperti berat
badan, tinggi badan yang tidak sesuai dengan standar pencapaian,
perubahan perkembangan saraf seperti gangguan motorik, bahasa, dan
adaptasi sosial akan mempengaruhi tumbuh kembang dari anak.
Pada pengkajian memuat identitas (anak dan orang tua), riwayat tumbuh
kembang anak, riwayat penyakit dahulu, genogram, riwayat anak,
pemeriksaan pertumbuhan anak (BB, TB, LILA, lingkar kepala), dan hasil
observasi pelaksanaan DDST anak (pengkajian personal sosial, motorik
halus, motorik kasar, dan bahasa).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan NANDA
2015-2017 adalah:
a. Resiko pertumbuhan tidak proporsional dibuktikan dengan faktor
resiko individual, malnutrisi.
b. Resiko keterlambatan perkembangan dibuktikan dengan faktor resiko
individual, defisit perhatian.
c. Resiko cedera dibuktikan dengan faktor resiko eksternal, hambatan
fisik, desain rumah.
d. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan ditandai dengan
mengekspresikan keinginan untuk memenuhi status
imunisasi/vaksinasi
e. Resiko jatuh ditandai dengan faktor resiko anak usia ≤ 2 tahun dan
faktor resiko lingkungan pemajanan pada kondisi cuaca tidak aman
(lantai basah)
f. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh ditandai dengan faktor resiko
aktivitas yang berlebihan
g. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d suplai ASI tidak cukup ditandai
dengan ketidakadekuatan defekasi bayi dan kurang penambahan berat
badan bayi.

32
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
NOC NIC
1 Resiko Setelah dilakukan asuhan NIC: Terapi Nutrisi
pertumbuhan keperawatan selama _x24 jam 1. Lengkapi pengkajian nutrisi 1. Menentuka terapi nutrisi yang
tidak diharapkan resiko pertumbuhan tidak sesuai kebutuhan akan diberikan
proporsional proporsional dapat diatasi dengan 2. Monitor instruksi diet yang 2. Menghindari diet yang tidak
dibuktikan kriteria hasil: sesuai untuk memenuhi sesuai pada pasien dan
dengan NOC: Pertumbuhan kebutuhan nutrisi pasien membantu dalam memantau
faktor resiko 1. Persentil berat badan berdasarkan perhari sesuai kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien
individual, jenis kelamin 3. Tentukan jumlah kaloi dan
malnutrisi. 2. Persentil berat badan berdasarkan tipe nutrisi yang diperlukan 3. Tipe nutrisi yang sesuai
umur untuk memenuhi kebutuhan mempengaruhi status gizi
3. Berat badan normal nutrisi dengan kolaborasi pasien
4. Tinggi badan normal bersama ahli gizi sesuai 4. Suplemen nutrisi yang sesuai
5. Persentil tinggi/panjang badan kebutuhan. mempengaruhi keadaan nutrisi
berdasarkan umur 4. Pilih suplemen nutrisi sesuai pasien
6. Persentil tinggi/panjang badan kebutuhan 5. Membantu menambah energi
berdasarkan jenis kelamin 5. Sediakan pasien makanan dan dan zat pembangun di dalam
7. Persentil lingkar kepala minuman bernutrisi yang tubuh
berdasarkan umur tinggi protein, tinggi kalori Ibu pasien paham akan edukasi
dan mudah dikonsumsi, tentang terapi nutrisi yang
sesuai kebutuhan dijelaskan perawat
Edukasi Ibu
Edukasi ibu pasien tentang
rencana terapi nutrisi
2 Resiko Setelah dilakukan asuhan NIC: Peningkatan 1. Hubungan saling percaya akan
keterlambata keperawatan selama _x24 jam Perkembangan Remaja memudahkan dalam
n diharapkan resiko keterlambatan 1. Bangun hubungan saling melaksanakan intervensi
perkembang perkembangan dapat diatasi dengan percaya antara remaja dan 2. Menghargai kemampuan pasien
an kriteria hasil: care giver atau keluarganya dalam mengambil keputusan
dibuktikan NOC: Perkembangan 2. Dorong remaja untuk aktif
dengan Anak:Remaja dalam pengambilan keputusan 3. Memantau tingkat pengetahuan
faktor resiko 1. Menggunakan keterampilan kesehatan terkait dengan klien dan keluarga mengenai
individual, interaksi sosial yang efektif dirinya pertumbuhan dan
defisit 2. Mencurahkan perasaan negatif 3. Dikusikan dengan remaja dan perkembangan yang normal
perhatian keluarganya mengenai tingkat 4. Membantu pasien menentukan

33
dengan cara yang tidak merusak pertumbuhan dan identitas seksualnya
3. Menghormati orang lain perkembangan yang normal 5. Memotivasi klien menjadi
4. Menggunakan strategi koping pada remaja serta prilaku remaja yang sehat.
yang efektif yang sesuai
5. Mendiskusikan perasaan distress 4. Fasilitasi perkembangan 6. Komunikasi yang efektif dalam
dengan orang dewasa yang identitas seksual rangka menjaga hubungan
mendukung 5. Dukung upaya untuk saling percaya
6. Menehindari aktivitas seksual menghindari alkohol, rokok, 7. Meningkatkan kepercayaan diri
berisiko tinggi dan obat-obatan terlarang pasien dalam berhubungan
6. Dukung keterampilan dengan orang lain
berkomunikasi yang efektif 8. Hubungan yag baik antara
orang tua dan anak akan
7. Dukung perkembangan membentuk kepribadian anak.
remaja dan jaga hubungan
sosial
8. Tingkatkan hubungan yang
efektif antara orang tua dan
anak remaja
3 Resiko Setelah dilakukan asuhan NIC: Manajemen Lingkungan:
cedera keperawatan selama _x24 jam Keselamatan
dibuktikan diharapkan resiko cedera dapat 1. Identifikasi hal-hal yang 1. Mengendalikan hal-hal yang
dengan diatasi dengan kriteria hasil: membahayakan di lingkungan berisiko pada keselamata klien
faktor resiko NOC:Perilaku Pencegahan Jatuh 2. Singkirkan bahan berbahaya 2. Mengendaikan terjadinya resiko
eksternal, 1. Memberikan pencahyaan yang dari lingkungan jika cedera yang lebih parah
hambatan memadai diperlukan
fisik, desain 2. Mengunakan bangku dan tangga 3. Modifikasi lingkungan untuk 3. Membantu pasien tetap aman
rumah. dengan aman meminimalkan bahan berada di lingkungannya
3. Menghilangkan pasir, tumpahan berbahaya dan berisiko
dan benda-benda berbahaya dari 4. Sediakan alat untuk 4. Antisipasi jika terjadi hal-hal
lantai beradaptasi (pegangan yang tidak diingnan terjadi
4. Menyesuaikan ketinggian toilet tangan) (terpleset)
sesuai yang diperlukan 5. Monitor lingkungan terhadap
5. Menyesuaikan ketinggian tempat terjadinya perubahan status 5. Memastikan lingkungan tetap
tidur sesuai yang diperlukan keselamatan aman bagi semua orang

Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Laki-Laki

34
Umur 24-60 Bulan

Panjang Badan (cm)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 78.0 81.0 84.1 87.1 90.2 93.2 96.3
25 78.6 81.7 84.9 88.0 91.1 94.2 97.3
26 79.3 82.5 85.6 88.8 92.0 95.2 98.3
27 79.9 83.1 86.4 89.6 92.9 96.1 99.3
28 80.5 83.8 87.1 90.4 93.7 97.0 100.3
29 81.1 84.5 87.8 91.2 94.5 97.9 101.2
30 81.7 85.1 88.5 91.9 95.3 98.7 102.1
31 82.3 85.7 89.2 92.7 96.1 99.6 103.0
32 82.8 86.4 89.9 93.4 96.9 100.4 103.9
33 83.4 86.9 90.5 94.1 97.6 101.2 104.8
34 83.9 87.5 91.1 94.8 98.4 102.0 105.6
35 84.4 88.1 91.8 95.4 99.1 102.7 106.4
36 85.0 88.7 92.4 96.1 99.8 103.5 107.2
37 85.5 89.2 93.0 96.7 100.5 104.2 108.0
38 86.0 89.8 93.6 97.4 101.2 105.0 108.8
39 86.5 90.3 94.2 98.0 101.8 105.7 109.5
40 87.0 90.9 94.7 98.6 102.5 106.4 110.3
41 87.5 91.4 95.3 99.2 103.2 107.1 111.0
42 88.0 91.9 95.9 99.9 103.8 107.8 111.7
43 88.4 92.4 96.4 100.4 104.5 108.5 112.5
44 88.9 93.0 97.0 101.0 105.1 109.1 113.2
45 89.4 93.5 97.5 101.6 105.7 109.8 113.9
46 89.8 94.0 98.1 102.2 106.3 110.4 114.6
47 90.3 94.4 98.6 102.8 106.9 111.1 115.2
48 90.7 94.9 99.1 103.3 107.5 111.7 115.9

35
49 91.2 95.4 99.7 103.9 108.1 112.4 116.6
50 91.6 95.9 100.2 104.4 108.7 113.0 117.3
51 92.1 96.4 100.7 105.0 109.3 113.6 117.9
52 92.5 96.9 101.2 105.6 109.9 114.2 118.6
53 93.0 97.4 101.7 106.1 110.5 114.9 119.2
54 93.4 97.8 102.3 106.7 111.1 115.5 119.9
55 93.9 98.3 102.8 107.2 111.7 116.1 120.6
56 94.3 98.8 103.3 107.8 112.3 116.7 121.2
57 94.7 99.3 103.8 108.3 112.8 117.4 121.9
58 95.2 99.7 104.3 108.9 113.4 118.0 122.6
59 95.6 100.2 104.8 109.4 114.0 118.6 123.2
60 96.1 100.7 105.3 110.0 114.6 119.2 123.9

Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Laki-Laki Umur 24-60
Bulan

Berat Badan (Kg)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.1
25 8.8 9.8 11.0 12.4 13.9 15.5 17.5
26 8.9 10.0 11.2 12.5 14.1 15.8 17.8
27 9.0 10.1 11.3 12.7 14.3 16.1 18.1
28 9.1 10.2 11.5 12.9 14.5 16.3 18.4
29 9.2 10.4 11.7 13.1 14.8 16.6 18.7
30 9.4 10.5 11.8 13.3 15.0 16.9 19.0
31 9.5 10.7 12.0 13.5 15.2 17.1 19.3
32 9.6 10.8 12.1 13.7 15.4 17.4 19.6
33 9.7 10.9 12.3 13.8 15.6 17.6 19.9
34 9.8 11.0 12.4 14.0 15.8 17.8 20.2

36
35 9.9 11.2 12.6 14.2 16.0 18.1 20.4
36 10.0 11.3 12.7 14.3 16.2 18.3 20.7
37 10.1 11.4 12.9 14.5 16.4 18.6 21.0
38 10.2 11.5 13.0 14.7 16.6 18.8 21.3
39 10.3 11.6 13.1 14.8 16.8 19.0 21.6
40 10.4 11.8 13.3 15.0 17.0 19.3 21.9
41 10.5 11.9 13.4 15.2 17.2 19.5 22.1
42 10.6 12.0 13.6 15.3 17.4 19.7 22.4
43 10.7 12.1 13.7 15.5 17.6 20.0 22.7
44 10.8 12.2 13.8 15.7 17.8 20.2 23.0
45 10.9 12.4 14.0 15.8 18.0 20.5 23.3
46 11.0 12.5 14.1 16.0 18.2 20.7 23.6
47 11.1 12.6 14.3 16.2 18.4 20.9 23.9
48 11.2 12.7 14.4 16.3 18.6 21.2 24.2
49 11.3 12.8 14.5 16.5 18.8 21.4 24.5
50 11.4 12.9 14.7 16.7 19.0 21.7 24.8
51 11.5 13.1 14.8 16.8 19.2 21.9 25.1
52 11.6 13.2 15.0 17.0 19.4 22.2 25.4
53 11.7 13.3 15.1 17.2 19.6 22.4 25.7
54 11.8 13.4 15.2 17.3 19.8 22.7 26.0
55 11.9 13.5 15.4 17.5 20.0 22.9 26.3
56 12.0 13.6 15.5 17.7 20.2 23.2 26.6
57 12.1 13.7 15.6 17.8 20.4 23.4 26.9
58 12.2 13.8 15.8 18.0 20.6 23.7 27.2
59 12.3 14.0 15.9 18.2 20.8 23.9 27.6
60 12.4 14.1 16.0 18.3 21.0 24.2 27.9

Grafik Lingkar Kepala

37
DAFTAR PUSTAKA

38
Alia An Dhiva.(2016). Mengenal 5 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini.
Tersedia di https://www.parentingclub.co.id/smart-stories/mengenal-5-
aspek-perkembangan-anak-usia-dini. Diakses tanggal 7 Februari 2022.
Bulechek, Gloria M.(2016). Nursing Intervention Clasification (NIC). USA:
ELSEVIER.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Herdman, T.Heater. (2015). NANDA Internasional Inc. nursing diagnoses:
definition &classification 2015-2017. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul.(2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:
Salemba Medika.
Moorhead, Sue, dkk. (2015). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Singapura:
Elsevier.
M.Sitanggang. (2017).Askep Anak Sehat. Tersedia di
http://www.academia.edu/13568169/ASKEP_ANAK_SEHAT. Diakses
tanggal 7 Februari 2022
Soetjinningsih & Gde Ranuh. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC.
Susilaningru, Rekawati dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.

39

Anda mungkin juga menyukai