Anda di halaman 1dari 34

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

TEKS CERPEN
Bahasa Indonesia Kelas IX Semester Ganjil

Nama Mahasiswa : Yopi Desri, S.Pd.


Nomor Peserta : 201698300491
Bidang Studi : Bahasa Indonesia

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ADI BUANA SURABAYA
2022
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Sekolah : SMP Negeri 4 Kandis
Kelas/ Semester : IX/ Ganjil
Tahun Ajaran : 2022/2023
Materi pokok : Teks Cerita Pendek
Alokasi waktu :1 kali pertemuan (2 x 40 menit)

A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku: jujur, disiplin, santun, percaya diri,
peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara: kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalamranah konkret dan
ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.6 Menelaah struktur dan 3.6.1 Menentukan struktur teks cerita


kebahasaan teks cerita pendek yang didengar dan dibaca.
pendek yang dibaca dan 3.6.2 Menelaah struktur teks cerita yang
didengar didengar dan dibaca berita.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintific dan TPACK,
dengan model Problem Based Learning berbatuan media puzzle, peserta didik
mampu:
1. menentukan struktur teks cerita pendek yang didengar dan dibaca secara tepat;
2. menelaah teks struktur teks cerita pendek dengan memperhatikan struktur, secara
benar.
D. MATERI
1. Teks cerita pendek.
2. Struktur teks cerita pendek.

E. PENDEKATAN & METODE


1. Pendekatan : Saintific, dan TPACK
2. Model : Problem Based Learning (PBL)
3. Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan presentasi

F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER BELAJAR


1) Media : Puzzle
2) Alat
a. Laptop,
b. LCD Proyektor,
c. papan tulis,
d. spidol,
e. perekat kertas,
f. karton
3) Bahan
a. Teks cerita pendek
b. Power Point materi struktur teks cerita pendek
c. LKPD
G. Sumber Belajar
Trianto, Agus, dkk. 2017. "Buku Guru Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX (Edisi Revisi).
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Trianto, Agus, dkk. 2017. "Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX (Edisi Revisi).
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi 10 Menit
salam. (Sikap sosial- PPK)
2. Guru dan peserta didik melakukan doa
bersama. (Religius-PPK)
3. Guru menanyakan kabar dan mengecek
kehadiran pesertadidik. (Kedisiplinan-PPK)
4. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru
tentang keterkaitan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari.
(Apersepsi)
5. Guru menyampaikan informasi mengenai
tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung melalui salindia. (TPACK)
6. Peserta didik menerima penjelasan guru
terkait langkah-langkah pembelajaran dan
penyampaian proses penilaian
Inti Problem Based Learning 60 Menit
Tahap 1 (Orientasi peserta didik pada
masalah)
7. Peserta didik mengamati video struktur teks
cerpen untuk terlibat dalam pemecahan
masalah dengan mengajukan beberapa
pertanyaan. (saintific, mengamati, menanya,
TPACK).
Tahap 2 (Mengorganisasikan peserta didik
untuk belajar)
8. Pendidik membagi peserta didik ke dalam
beberapa kelompok. (komunikasi,
Kolaborasi)
9. Pendidik membagikan puzzle struktur teks
cerpen dan puzlle teks cerpen, beserta
LKPD (mencermati, berfikir kritis )
Tahap 3 (Membimbing
penyelidikan)
10. Peserta didik dibimbing oleh pendidik untuk
mengumpulkan data dan informasi yang
sesuai dariberbagai referensi atau sumber,
kemudian menandai kalimat yang termasuk
struktur teks cerita pendek , menentukan
yang nantinya dipasangkan pada peta kertas
karton yang sudah disediakan .
11. Peserta didik secara berkelompok bertanya
jawab untuk kegiatan menentukan
strukturteks cerpen, dan menelaah struktur
teks cerpen. (saintific, menalar)
12. Peserta didik m e n d a p a t penjelasan
mengenai hal-hal yang belumdipahami oleh
peserta didik (Mencermati, berfikir kritis)
13. Peserta didik selalu diingatkan mengenai
batas waktu pengerjaandiskusi.
(kominikasi,displin)

Tahap 4 (Mengembangkan dan menyajikan


hasil karya )
14. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk
menghasilkan solusi pemecahan masalah
mengenai paragraf yang termasuk struktur
cerita pendek , menentukan dan menelaah
dengan media puzzle. (saintific, menalar,
berfikir kritis)
15. Guru memantau peserta didik dalam
merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan
hasil teks cerita pendek. (kolaborasi)
16. Peserta didik melakukan kunjungan-
kunjungan ke kelompok yang lain terkait
hasil analisis yang telah dibuat dalam kertas
karton dengan presentasi (kolaborasi)
Tahap 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah)
17. Kelompok lain menanggapi hasil kelompok
yang telah di pajang (komunikasi)
18. Guru memberikan penguatan kepada peserta
didik akan materi struktur teks cerita pendek
melalui salindia.(TPACK)

Penutup 19. Peserta didik bersama guru menyimpulkan 10 Menit


pembelajaran tentang teks struktur teks cerita
pendek melalui salindia (komunikasi,
TPACK)
20. Peserta didik bersama pendidik melakukan
refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan. (kolaborasi)
21. Peserta didik bersama guru menutup
kegiatan pembelajaran dengan do’a dan
salam. (religius-PPK)

I. PENILAIAN
1. Teknik Penialian
a. Sikap : jurnal
b. Pengetahuan : penugasan
c. Keterampilan : unjuk kinerja
2. Bentuk Instrumen
a. Sikap : lembar observasi
b. Pengetahuan : pilihan ganda
c. Keterampilan : rublik penialaian

J. Program Tindak Lanjut


a. Remedial
Peserta didik yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Miminal) diberi
pembelajaran remedial sesuai indikator yang belum tuntas.
b. Pengayaan
Peserta didik yang telah tuntas diberi tugas mandiri dan menjadi tutor teman sebaya.
Kandis, September 2022

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

ALIMAN, S. Pd.I YOPI DESRI, S.Pd


NIP 197708092007011006 NI PPPK 198712232022212024

LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Lampiran 1: Bahan Ajar
2. Lampiran 2: Media Pembelajaran
3. Lampiran 3: LKPD
4. Lampiran 4: Kisi-kisi, Instrumen dan Rubrik Penilaian
POHON KERAMAT
Yus R. Ismail

Disebelah barat kampong ada gunung yang tidak begitu besar. Disebut gunung barangkali tidak
tepat karena areanya terlalu kecil. Lebih tepatnya disebut bukit. Tapi, penduduk kampung, sejak
dulu sampai sekarang, menyebutnya dengan Gunung Beser.
Meski areanya kecil, jangan Tanya siapa saja penduduk yang pernah masuk ke dalam Gunung
Beser. Mereka akan bergidik hanya membayangkan keangkerannya. Mereka, dari kakek-nenek
sampai anak-anak, hapal cerita keangkeran Gunung Beser.
Konon, saat pendudukan Belanda, di kampong saya ada seorang maling budiman. Seperti Jaka
Sembung dari Cirebon atau Robin Hood dari Inggris. Maling Budiman itu sering merampok
harta milik Belanda atau orang-orang kaya yang tidak loyal kepada rakyat yang menderita. Harta
hasil jarahan itu secara diam-diam dibagikan kepada rakyat.
Sekali waktu, maling budiman yang selalu menutup wajahnya saat merampok dan menyantuni
rakyat itu, ketahuan oleh Belanda. Maling budiman itu ternyata salah seorang penduduk
kampong. Dia dikejar oleh pasukan Belanda dan centeng-centeng demang.
Jayasakti, begitu nama si maling budiman itu, lari ke Gunung Beser dan bersembunyi. Bertahun-
tahun pasukan Belanda dan centeng-centeng demang mengepung Gunung Beser, tapi Jayasakti
tidak pernah menyerah. Pasukan Belanda dengan dipandu centeng-centeng demang pernah
melacak Jayasakti ke dalam Gunung, tapi tidak ada seorang pun dari mereka yang selamat. Kata
orang-orang pintar, Jayasakti bersemedi dan tubuhnya menjadi pohon harum yang baunya
dibawa angina ke sekitar gunung.

Karena cerita yang dipercaya kebenarannya itu, tidak seorangpun berani masuk ke kelebatan
Gunung Beser. Mereka menghormati perjuangan yang pernah dilakukan si Maling budiman.
Tapi selain itu, konon, mereka takut masuk ke dalam gunung karena dulu ada beberapa orang
pencari kayu bakar yang nekat masuk ke dalam tetapi dia bernasib seperti pasukan Belanda dan
centeng-centeng demang itu, tidak bisa kembali.

Siapa pun akan berhati-hati bila harus berhubungan dengan Gunung Beser, Para pencari kayu
bakar dan penyabit rumput hanya benari sampai ke kaki gunung, sebelum mengambil air dari
danau kecil untuk kebutuhan kebun dan sawah, ketua kampung mengadakan syukuran kecil dan
meminta ridho dari penguasa Gunung Beser.

Sejak saya ingat, cerita yang diketahui seluruh penduduk kampung juga meliputi kharisma
Gunung Beser. Tiap malam tertentu, katanya dari Gunung Beser keluar cahaya yang begitu
menyejukkan. Hanya orang tertentu yang bisa melihat cahaya itu. Konon, bila bila seseorang
dapat melihat cahaya itu dengan mata batinnya, maka ia termasuk orang yang bijaksana dan
tinggi ilmunya. Bila ada seorang saja dari seluruh penduduk kampung yang melihat cahaya itu,
artinya Mbah Jayasakti begitu penduduk kampung menyebut penghuni Gunung Beser,
melindungi kampung. Akan tetapi, bila ada orang yang sembrono melanggar keheningan
Gunung Beser. Mbah Jayasakti bisa marah. Jangankan menebang pohon tanpa izin, masuk saja
ke dalam gunung bisa kualat, itulah sebabnya penduduk kampung begitu takut mengganggu
ketenangan Gunung Beser.
***
Bagi saya Gunung Beser menyimpan kenangan tersendiri. Sejak umur 5 tahun saya sering tidur
di rumah kakek. Setiap subuh kakek membangun saya dan mengajak pergi ke masjid kecil di
pinggir sawah. Saya yang kadang masih merasa ngantuk, begitu turun dari rumah selalu takjub
melihat Gunung Beser berdiri kokoh. Saya merasa kesegaran pagi-harum dedaunan dan bau
tanah-adalah bau khas Gunung Beser. Saya selalu berharap begitu turun dari rumah bisa melihat
gunung bercahaya.

Selesai shalat, kakek biasa mengontrol air sawah. Saya selalu menguntitnya dari belakang tanpa
banyak bicara. Barangkali anak lain akan mengeluh karena air dan udara sawah dingin. Akan
tetapi, saya tidak, saya menyukai kesegaran air dan udaraa itu. Tak jarang saya mandi di
pancuran sawah.

Dari pematang yang lebar-lebar, saya menyaksikan bagaimana Gunung Beser memberikan air
yang melimpah. Nama Gunung Beser sendiri berrarti mengeluarkan air terus-terusan. Mata air
yang berada di kaki gunung mengalirkan sungai yang lumayan besar. Sebagian air itu dialirkan
ke kampung untuk memenuhi bak-bak mandi. Sisanya banyak mata air kecil yang dipakai
penduduk sebagai pancuran.

Saya beberapa kali melihat petani berburu berang-berang atau tikus. Mareka mengasapi seluruh
lubang yang ditemui. Bila ada buruan yang keluar, orang mengejar sambil terak-teriak. Tentu
pemukul tidak ketinggalan ikut bereaksi. Sekali berburu, puluhan tikus atau berang-berang bisa
didapatkan.

Bila panen tiba, setiap petani yang punya sawah luas akan mengadakan syukuran. Para tetangga
diundang. Ikan ditangkap atau ayam disembelih. Saya selalu senang. Selain sering dibawa kakek
ke tempat syukuran, saya senang dengan hari-hari di sawah. Anak-anak seluruh kampung
mengalihkan tempat bermain ke sawah. Ada yang bikin baling-baling, bermain musik dengan
terompet-terompet kecl dari pohon padi, atau berburu burung Beker.
***
Kedamaian kampung saya mulai terusik saat jalan besar yang menghubungkan kota kecamatan
dan kota kabupaten diperbesar dan diaspal. Memang aspal alakadarnya, tidak sebagus sekarang.
Akan tetapi jalan itu memberikan gejolak tersendiri. Para petani hilir mudik ke kota kabupaten,
menjual hasil bumi. Anak-anak remaja tidak sedikit yang kemudian meneruskan sekolah ke kota.
Pembangunan pabrik-pabrik semakin santer diinformasikan orang kecamatan.

Perkenalan kampung saya dengan dunia luar, menyadarkan penduduk bahwa di luar sana sudah
banyak yang terjadi. Kebutuhan hidup semakin meningkat. Kampung saya semakin sibuk.
Ngobrol-ngobrol santai di masjid sehabis shalat jarang dilakukan para orang tua. Bila panen tiba,
undangan syukuran semakin jarang. Panen pun hanya dilakukan oleh segelintir orang, tidak lagi
merupakan pesta kampung.

Kebutuhan yang semakin mendesak itu memaksa penduduk kampung untuk memfungsikan
segala yang dipunyai. Para lulusan sekolah dari kota merencanakan untuk membuat pertanian
terpadu di kaki gunung dengan melibatkan seluruh penduduk. Pengelolaan kaki gunung itu
dilakukan dengan gotong royong. Pembangunan pabrik air mineral dan tekstil mulai dibuat orang
kota. Saya waktu itu sudah meningkat remaja.

Perselisihan antarpenduduk mulai terasa ketika penggerak pembangunan yang merupakan


lulusan sekolah dari kota itu merencanakan untuk membuka sebagian Gunung Beser, untuk
perluasan lahan pertanian dan kebutuhan pabrik. Banyak penduduk yang tidak setuju. Akan
tetapi, tidak sedikit yang mendukungnya.

Semakin banyak penduduk yang mendukung pembukaan Gunung Beser. Sebagian yang masih
menghormati kharisma Gunung Beser, datang ke rumah kakek. Mereka meminta pendapat
kakek. Saya tidak tahu apa yang dikatakan sebelum mereka pulang. Besoknya waktu wakil dari
panitia pembangunan itu datang ke rumah kakek. Mereka tahu bahwa kakek adalah kunci dari
masalah ini. Penduduk yang tidak setuju dengan pembukaan Gunung Beser hanya akan
mendengarkan apa yang dikatakan kakek.

Saya tidak begitu jelas menangkap apa yang dibicarakan mereka. Akan tetapi, dari nada suara
yang semakin meninggi, saya tahu bahwa mereka bersitegang. Saya mengintip peristiwa itu dari
balik kamar. Saya bersiap meloncat seandainya mereka melakukan kekerasan terhadap Kakek.
Akan tetapi, kejadian yang saya lamunkan itu tidak terjadi. Mereka pulang setelah terlebih
dahulu menyalami kakek. Besoknya saya baru tahu bahwa kakek menyetujui pembukaan
sebagian Gunung Beser.

"Saat ini saat sulit", kata Kakek ketika malamnya saya menanyakan kenapa Kakek menyetujui
pembukaan sebagian Gunung Beser. "Semakin banyak kebutuhan hidup dan semakin banyak
orang yang merasa pintar. Tapi, orang-orang pintar itu tidak tahu tentang kebijaksanaan. Mereka
tidak sadar bahwa sebagian besar manusia yang ada di dunia ini adalah yang ada di bawah
standar kepintaran. Kisah Mbah Jayasakti masih diperlukan untuk melindungi Gunung Beser. "

Saya kurang mengerti apa yang dikatakan Kakek. Dan ketika malam besoknya kakek bercerita
bahwa Mbah Jayasakti dan keangkeran Gunung Beser itu tidak ada, saya semakin tidak mengerti
dengan kakek kalau begitu, kenapa tidak dari dulu Gunung Beser itu dibuka?

"Gunung Beser akan marah kalau dibuka," kata Kakek.


"Kan Mbah Jayasakti dan keangkeran itu tidak ada."
"Ya, tidak ada. Akan tetapi, Gunung Beser akan tetap marah bila dibuka."
"Kenapa Kakek menyetujui?"
"Mereka berjanji akan membuka sampai perbatasan kaki gunung saja."
Pembukaan kaki Gunung Beser itu akan dilakukan bergoton-royong Bantuan tenaga dan dana
besar dari pihak pabrik disambut masyarakat. Kejadian yang semakin langka itu ditandai dengan
syukuran kampung yang dipimpin oleh pak bupati yang sengaja datang. Tidak ada kejadian-
kejadian aneh selama pembukaan kaki gunung. Tanaman pun tumbuh bagus karena tanahnya
memang subur dan air melimpah. Rumah-rumah dibangun karena pabrik-pabrik membutuhkan
pekerja banyak yang sebagian besar didatangkan dari daerah lain.
Para penggerak pembangunan itu mendapatkan pujian dari hampir seluruh penduduk kampung.
Mereka dibicarakan di setiap pertemuan resmi dan tidak resmi.
Kakek meninggal tidak lama kemudian. Kematian Kakek tidak mendatangkan perhatian yang
besar dari penduduk. Saya sedikit cemburu kepada penggerak pembangunan yang sudah
mencuri perhatian penduduk dari Kakek itu. Tapi, kecemburuan itu bisa diredam karena saya
yang sudah masuk sekolah menengah mengagumi juga apa yang mereka lakukan.
Keberhasilan pertanian dan pabrik itu memberi kemewahan tersendiri bagi kampung saya.
Sarana-sarana umum dibangun. Banyak rumah memiliki pesawat televisi. Semakin banyak
anak- anak yang meneruskan sekolah ke kota. Akan tetapi, kepercayaan bahwa keangkeran
Gunung Beser itu tidak ada, mendorong penduduk untuk membuka Gunung Beser lebih jauh.
Tempat- tempat pertanian baru dibuka, rumah-rumah dibangun, pengusaha-pengusaha yang
memanfaatkan mata air besar dibangun. Izin-izin pengelola Gunung Beser banyak dimiliki
orang. Pohon-pohon besar ditebang. Yang tidak punya izin, berdagang kayu sembunyi-
sembunyi.
Gunung Beser bercahaya siang malam. Sinar matahari memantul dari bangunan-bangunan
dan daerah-daerah kering. Malam bercahaya oleh semaraknya listrik. Penduduk kampung,
termasuk saya, menyambut kemajuan itu. Akan tetapi, mereka termasuk saya, tidak
menyadari bahwa di kampung semakin sering terdengar berita adanya perkelahian petani
gara-gara berebut air, para remaja putus sekolah kebingungan mencari kerja karena
menggarap lahan pertanian yang semakin tidak subur itu terasa rendah, musim yang datang
tidak lagi bersahabat. Tiba-tiba saya merasa bahwa hal seperti itu merupakan bagian dari
kampung saya.
Kekeringan di musin kemarau dan banjir-banjir kecil di musim hujan tidak asing. Tapi, para
penduduk tidak menyerah. Alam hars ditaklukkan. Kipas angin dan kulkas menjadi
kebutuhan di musim kemarau. Bendungan-bendungan kecil dibangun untuk menanggulangi
musim hujan.
Tiba-tiba saya merasa bahwa persahabatan dengan alam menghilang dari kamus kampung saya.

Perlawanan terhadap alam itu berakhir ketika tahun yang oleh peneliti disebut El Nino itu
tiba. Kekeringan membakar kampung saya. Banyak bangunan dan lahan yang angus. Dan,
saat musim hujan tiba banjir besar melanda. Rumah-rumah hanya kelihatan atapnya. Saya
sedang duduk diatas rumah ketika bantuan puluhan perahu itu tiba.
Saya hanya bisa mencatat peristiwa-peristiwa seperti itu tanpa mengerti apa yang tekah
terjadi. Seperti kebanyakan remaja di kampung saya, saya kebingungan dengan banyak
peristiwa. Saya merasa bahwa keinginan saya satu-satunya saat ini adalah bermain gitar dan
berteriak sepuas- puasnya.

Cerpen oleh : Yus R. Ismail, judul asli "Pohon Keramat

Daftar Pustaka

Trianto, Agus, dkk. 2017. "Buku Guru Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX (Edisi Revisi).
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Trianto, Agus, dkk. 2017. "Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas IX (Edisi Revisi).
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
MEDIA PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Kandis


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX / Ganjil
Materi : Menelaah Struktur teks Cerpen
Nama Media : Puzzle, Salindia, Teks Cerpen

1. Media puzzle

4
2. Salindia
3. Video
Link youtube https://www.youtube.com/watch?v=wqxtC9sani0&t=298s
Lembar Kerja Peserta Didik

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Kandis


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi : Menelaah Struktur Teks Cerpen

Kompetensi Dasar:
3.6 Menelaah struktur dan kebahasaan teks cerita pendek yang
didengar dan dibaca.
Tujuan Pembelajaran:
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintific dan TPACK,
dengan model
Problem Based Learning, peserta didik mampu:
1. Menentukan struktur teks cerita pendek yang didengar dan dibaca
secara tepat;
2. Menelaah teks cerita pendek dengan memperhatikan struktur secara
benar.

Petunjuk Petunjuk belajar


Belajar 1. Bentuklah kelompok dengan anggota
tim 4-5 orang
2. Identifikasilah setiap bagian-bagian
dari teks cerpen dan beri keterangan
3. Pasangkan potongan-potongan teks
cerpen berikut sesuai dengan strktur
teks cerpen !
4. Setelah dipasangkan urutkanlah
bagian-bagian cerpen sesuai dengan
struktur teks cerpen yang tepat!
5. Setelah diurutkan tempelkanlah hasil
kerja kelompokmu di kertas karton
yang disediakan dengan rapi!
6. Pajanglah hasil diskusi kelompokmu
masing-masing di papan yang telah
disediakan !
KELOMPOK
1.
2.
3.
4.
5.

Lembar kerja 1
Berilah keterangan isi setiap paragraf dari cerpen “ Pohon Keramat ” untuk mendapatkan
gambaran strutur teks yang benar pada kolom keterangan tentang

Isi Cerpen Tentang:


1. Di sebelah barat kampung ada
gunung yang tidak begitu besar.
Disebut gunung barangkali tidak tepat
karena areanya terlalu kecil. Lebih
tepatnya disebut bukit. Tapi,
penduduk kampung, sejak dulu
sampai sekarang, menyebutnya
dengan Gunung Beser.
2. Meski areanya kecil, jangan tanya
siapa saja penduduk yang pernah
masuk ke dalam Gunung Beser,
mereka akan bergidik hanya
membayangkan keangkerannya.
Mereka, dari Kakek-nenek sampai
anak-anak, hafal cerita keangkeran
Gunung Beser.
3. Saat pendudukan Belanda, di kampung .
saya ada seorang tokoh yang melawan
Belanda yang berjuang sendirian tanpa
pasukan bernama Jayasakti. Tentu saja
tokoh ini menjadi incaran Belanda untuk
ditangkap dan dipenjarakan. Jayasakti lari
dari kampung ke Gunung Beser dan
bersembunyi agar Belanda tidak
menimpakan kemarahan kepada
masyarakat kampungnya. Bertahun-
tahun pasukan Belanda dan centeng-
centeng Demang mengepung Gunung
Beser, tapi Jayasakti tidak pernah
menyerah. Pasukan Belanda dengan
dipandu centeng-centeng demang
pernah melacak Jayasakti ke dalam
gunung, tapi tidak ada seorang pun dari
mereka yang selamat. Kata orang-orang
pintar, Jayasakti bersemedi dan tubuhnya
menjadi pohon harum yang baunya
dibawa angin ke sekitar gunung.
4. Karena cerita itu dipercaya
kebenarannya, tidak seorang pun
penduduk berani masuk ke kelebatan
Gunung Beser. Mereka menghormati
perjuangan yang pernah dilakukan Mbah
Jayasakti. Selain itu, konon, mereka takut
masuk ke dalam gunung karena dulu ada
beberapa orang pencari kayu bakar
nekad masuk ke dalam, akan tetapi dia
bernasib seperti pasukan Belanda dan
centeng-centeng demang itu, tidak bisa
kembali. Siapa pun akan berhati-hati bila
berhubungan dengan Gunung Beser. Para
pencari kayu bakar dan penyabit rumput
hanya berani sampai ke kaki gunung.
5. Sejak saya ingat, cerita yang diketahui
seluruh penduduk kampung juga meliputi
kharisma Gunung Beser. Tiap malam
tertentu, katanya, dari Gunung Beser
keluar cahaya yang begitu menyejukkan.
Hanya orang tertentu yang melihat
cahaya itu. Konon, apabila seseorang
dapat melihat cahaya itu dengan mata
batinnya, maka ia termasuk orang yang
bijaksana dan tinggi ilmunya. Apa bila
ada seorang saja dari seluruh penduduk
kampung yang bisa melihat cahaya itu,
artinya Mbah Jayasakti, begitu penduduk
kampung menyebut penghuni Gunung
Beser, melindungi kampung. Tapi bila ada
orang yang sembrono melanggar
keheningan Gunung Beser, Mbah
Jayasakti bisa marah. Jangankan
menebang pohon tanpa izin, masuk saja
ke dalam gunung bisa kualat. Bisa-bisa
dianggap mata-mata Belanda oleh Mbah
Jayasakti. Itulah sebabnya penduduk
kampung begitu takut mengganggu
ketenangan Gunung Beser.
6. Bagi saya, Gunung Beser menyimpan
kenangan tersendiri. Sejak umur 5 tahun
saya sering tidur di rumah Kakek. Setiap
subuh Kakek membangunkan saya dan
mengajak pergi ke masjid kecil di pinggir
sawah. Saya yang kadang masih merasa
ngantuk, begitu turun dari rumah selalu
takjub melihat Gunung Beser berdiri
kokoh. Saya merasa kesegaran pagi--
harum dedaunan dan bau tanah adalah
bau khas Gunung Beser. Saya selalu
berharap begitu turun dari rumah bisa
melihat gunung itu bercahaya.
7. Selesai sholat Kakek biasa mengontrol air
sawah. Saya selalu menguntitnya dari
belakang tanpa banyak bicara. Barangkali
anak lain akan mengeluh karena air dan
udara sawah dingin. Tapi, saya tidak. Saya
menyukai kesegaran air dan udara itu.
Tak jarang saya mandi di pancuran
sawah.
8. Dari pematang yang lebar-lebar saya
menyaksikan bagaimana Gunung Beser
yang seperti patung raksasa hitam itu
lambat laun bercahaya tertimpa sinar
matahari. Saya sering beranggapan
bahwa cahaya itu bukan dari matahari,
tapi keluar dari hati saya sendiri. Setiap
melihat dedaunan yang bergoyangan,
saya sering melamun melihat Jayasakti
sholat di atas daun pisang.
9. Bagi sawah-sawah di kampung saya, air
tidak mesti diperebutkan. Gunung Beser
memang memberikan air yang melimpah.
Nama Gunung Beser sendiri berarti
mengeluarkan air terus-terusan. Mata air
yang berada di kaki gunung mengalirkan
sungai yang lumayan besar. Sebagian air
itu dialirkan ke kampung untuk
memenuhi bak-bak mandi. Sisanya yang
masih melimpah mengairi sawah dan
kolam. Selain itu, masih banyak mata air
kecil yang dipakai penduduk sebagai
pancuran.
10. Oleh karena itu, belum pernah ada berita
para petani berkelahi karena berebut air.
Kakek dan para petani lain yang juga
sering mengontrol sawah pagi-pagi,
bukan mengontrol takut sawah
kekeringan, tepi memeriksa kalau ada
urugan kecil atau lubang-lubang yang
dibikin ketam. Atau siapa tahu ada
berang-berang yang menyerang kolam.
Biasanya pemangsa ikan itu menyisakan
kepala ikan di atas pematang. Bila hal itu
terjadi, kemarahan para petani tidak akan
terbendung lagi. Berang-berang itu akan
diburu oleh orang sekampung.
11. Saya beberapa kali melihat para petani
berburu berang-berang atau tikus.
Mereka mengasapi seluruh lubang yang
ditemui. Bila ada buruannya yang keluar,
orang-orang mengejar sambil berteriak-
teriak. Tentu pemukul tidak ketinggalan
ikut beraksi. Sekali berburu, puluhan
tikus atau berang-berang bisa
didapatkan.
12. Bila panen tiba, setiap petani yang punya
sawah luas akan mengadakan syukuran.
Para tetangga diundang. Ikan ditangkap
atau ayam disembelih. Saya selalu
senang. Selain sering dibawa Kakek ke
tempat syukuran, saya senang dengan
hari-hari di sawah. Anak-anak seluruh
kampung mengalihkan tempat bermain
ke sawah. Ada yang membikin baling-
baling, bermain musik dengan teromet-
terompet kecil dari batang padi, atau
berburu burung beker. Saya pernah
mengikuti seluruh permainan itu. Saya
bermain dengan anak dari kelompok
mana saja. Setiap orang di kampung
saling mengenal, termasuk anak-anak.
Isi Cerpen Tentang:
13. Bagi anak-anak, sawah adalah tempat
yang paling banyak memberi kenangan.
Kami mandi sore di pancuran sawah.
Setiap sore, kecuali hari Jumat, anak-anak
belajar ngaji di masjid. Kakek awalnya
mengajar, tapi akhirnya diteruskan oleh
Kang Hasim. Saya menjadi anak emas bila
Kang Hasim mengajar. Selain dari Kang
Hasim, saya belajar ngaji dari Kakek
dulunya, bagi saya ngaji bukan hal baru.
Sejak sebelum sekolah, setiap malam
Kakek mengajar saya. Maka pelajaran
yang diberikanKang Hasim kepada anak-
anak lain sering merupakan hal yang
sudah saya hapal betul.
14. Pulang dari mengontrol sawah sering
saya diajak Kakek jalanjalan ke pasar yang
buka seminggu sekali. Kakek membeli
berbagai keperluan sehari-hari dan saya
selalu punya jajanan enak. Kalau tidak
kue serabi, saya memilih kue pukis. Aku
sering oleh para pedagang itu saya
dikasih sebungkus besar kue sebelum
saya memilih.
15. Saya merasa waktu itu Kakek adalah
orang yang dihormati oleh penduduk
kampung. Siapa pun akan mengangguk
hormat bila bertemu Kakek. Di sawah
saat mengontrol air Kakek menjadi
tempat bertanya bila ada masalah. Dan
Kakek adalah orang yang memutuskan
apakah tikus atau berang-berang yang
mulai merusak itu harus diburu segara
atau tidak.
16. Sering Kakek juga diminta mengobati
orang-orang yang sakit. Apalagi bila sakit
itu dikarenakan oleh makhluk halus yang
‘main-main’. Bila ada orang yang
kesambet oleh penghuni Gunung Besar,
mereka juga membawanya ke rumah
Kakek. Saya tidak tahu bagaimana Kakek
mengobatinya. Mungkin beliau memakai
doa-doa, tapi tidak jarang Kakek malah
membawa si sakit ke rumah Pak Mantri.
17. Kedamaian kampung saya mulai terusik
saat jalan besar menghubungkan dengan
kota kecamatan dan kota kabupaten
diperbesar dan diaspal. Memang aspal
alakadarnya, tidak sebagus sekarang.
Tapi, jalan itu memberikan gejolak
tersendiri. Para petani hilir mudik ke kota
kabupaten, menjual hasil bumi. Anak-
anak remaja tidak sedikit yang kemudian
meneruskan sekolah ke kota.
Pembangunan pabrik-pabrik semakin
santer diinformasikan orang kecamatan.
18. Perkenalan kampung saya dengan dunia
luar, menyadarkan penduduk bahwa di
luar sana sudah banyak yang terjadi.
Kebutuhan hidup semakin meningkat.
Kampung saya semakin sibuk. Ngobrol-
ngobrol santai di sawah atau di masjid
sehabis sholat jarang dilakukan para
orang tua. Bila panen tiba, undangan
syukuran semakin jarang.Panen pun
hanya dilakukan oleh segelintir orang,
tidak lagi merupakan pesta kampung.
Isi Cerpen Tentang:
19. Kebutuhan yang semakin mendesak itu
memaksa penduduk kampung untuk
memfungsikan segala yang dipunyai. Para
lulusan sekolah dari kota merencanakan
untuk membuat pertanian terpadu di
kaki gunung dengan melibatkan seluruh
penduduk. Pengelolaan kaki gunung itu
dilakukan dengan gotong-royong.
Pembangunan pabrik air mineral dan
tekstil mulai dibuat orang kota. Saya
waktu itu sudah meningkat remaja.
20. Perselisihan antarpenduduk mulai terasa
ketika penggerak pembangunan yang
merupakan lulusan sekolah dari kota itu
merencanakan untuk membuka sebagian
Gunung Beser, untuk perluasan lahan
pertanian dan kebutuhan pabrik. Banyak
penduduk yang tidak setuju. Tapi, tidak
sedikit yang mendukungnya.
21. “Saat ini adalah waktunya untuk
membangun demi kemajuan. Dan kita
tidak akan pernah bisa maju bila masih
takut dengan hal hal yang tidak masuk
akal.” Begitu di antaranya kata-kata yang
biasa diucapkan para penggerak
pembangunan dan orang kabupaten yang
memperjuangkan perluasan pabrik.
22. “Apanya yang mesti ditakuti dari
penghuni Gunung Beser? Mereka malah
telah memberikan apa yang dipunyainya.
Air yang melimpah, tanah yang subur,
udara yang segar. Dan, kita tidak bisa
memanfaatkan kekakayaan itu karena
kita takut oleh hal-hal yang tidak perlu
ditakutkan,” kata mereka.
23. Semakin banyak penduduk yang
mendukung pembukaan Gunung Beser.
Sebagian yang masih menghormati
kharisma Gunung Beser, datang ke
rumah Kakek. Mereka meminta pendapat
Kakek. Saya tidak tahu apa Kakek katakan
sebelum mereka pulang. Besoknya wakil
dari panitia
pembangunan itu datang ke rumah
Kakek. Mereka tahu bahwa Kakek adalah
kunci dari masalah ini. Penduduk yang
tidak setuju dengan pembukaan Gunung
Beser hanya akan mendengarkan apa
yang dikatakan Kakek.
24. Saya tidak begitu jelas menangkap apa
yang dibicarakan mereka. Tapi, dari nada
suara yang semakin meninggi, saya tahu
bahwa mereka bersitegang. Saya
mengintip peristiwa itu dari bilik kamar.
Saya bersiap meloncat seandainya
mereka melakukan kekerasan terhadap
Kakek. Tapi, kejadian yang saya lamunkan
itu tidak terjadi. Mereka pulang setelah
terlebih dahulu menyalami Kakek.
Besoknya saya baru tahu bahwa Kakek
menyetujui pembukaan sebagian Gunung
Beser.
25. “Saat ini saat sulit,” kata Kakek ketika
malamnya saya menanyakan kenapa
Kakek menyetujui pembukaan sebagian
Gunung Beser. “Semakin banyak
kebutuhan hidup dan semakin banyak
orang yang merasa pintar. Tapi, orang-
orang pintar itu tidak tahu tentang
kebijaksanaan. Mereka tidak sadar
bahwa sebagian besar manusia yang ada
di dunia ini adalah yang ada di bawah
standar kepintaran. Kisah Mbah Jayasakti
masih diperlukan untuk melindungi
Gunung Beser.”
26. Saya kurang mengerti apa yang dikatakan
Kakek. Dan ketika malam besoknya Kakek
bercerita bahwa Mbah Jayasakti dan
keangkeran Gunung Beser itu tidak ada,
saya semakin tidak mengerti dengan
Kakek. Kalau begitu, kenapa tidak dari
dulu Gunung Beser itu dibuka?
27. “Gunung Beser akan marah kalau
dibuka,” kata Kakek. “Kan Mbah Jayasakti
dan keangkeran itu tidak ada.” “Ya, tidak
ada. Tapi, Gunung Beser tetap akan
marah bila dibuka.” “Kenapa Kakek
menyetujui?” “Mereka berjanji akan
membuka sampai perbatasan kaki
gunung saja.”
28. Pembukaan kaki Gunug Beser itu akan
dilakukan dengan bergotong-royong.
Bantuan tenaga dan dana besar dari
pihak pabrik disambut masyarakat.
Kejadian yang semakin langka itu ditandai
dengan syukuran kampung yang dipimpin
oleh pak bupati yang sengaja datang.
Tidak ada kejadian-kejadian aneh selama
pembukaan kaki gunung. Tanaman pun
tumbuh bagus karena tanahnya memang
subur dan air melimpah. Rumah-rumah
dibangun karena pabrik-pabrik
membutuhkan pekerja banyak yang
sebagian besar didatangkan dari daerah
lain.
29. Para penggerak pembangunan itu
mendapat pujian dari hampir seluruh
penduduk kampung. Mereka dibicarakan
di setiap pertemuan resmi dan tidak
resmi.
30. Kakek meninggal tidak lama kemudian.
Kematian Kakek tidak mendatangkan
perhatian yang besar dari penduduk.
Saya sedikit cemburu kepada penggerak
pembangunan yang sudah mencuri
perhatian penduduk dari Kakek itu. Tapi,
kecemburuan itu bisa diredam karena
saya sudah masuk sekolah menengah
mengagumi juga apa yang mereka
lakukan.
31. Keberhasilan pertanian dan pabrik itu
memberi kemewahan tersendiri bagi
kampung saya. Sarana-sarana umum
dibangun. Banyak rumah memiliki
pesawat televisi. Semakin banyak anak-
anak yang meneruskan sekolah di kota.
Tapi, kepercayaan bahwa keangkeran
Gunung Beser itu tidak ada, mendorong
penduduk untuk membuka Gunung Beser
lebih jauh. Tempat-tempat pertanian
baru dibuka, rumah-rumah dibangun,
perusahaan-perusahaan yang
memanfaatkan mata air besar dibangun,
izin-izin pengelola Gunung Beser semakin
banyak dimiliki orang. Pohon-pohon
besar ditebang. Yang tidak punya izin,
berdagang kayu sembunyi-sembunyi.
Gunung Beser bercahaya siang malam.
Sinar matahari memantul dari bangunan-
bangunan dan daerah-daerah kering.
Malam bercahaya oleh semaraknya
listrik. Penduduk kampung, termasuk
saya, menyambut kemajuan itu. Tapi,
mereka, termasuk saya, tidak menyadari
bahwa di kampung semakin terdengar
berita adanya perkelahian petani gara-
gara berebut air, para remaja putus
sekolah kebingungan mencari kerja
karena menggarap lahan pertanian yang
semakin tidak subur itu terasa rendah,
musin yang datang tidak lagi bersahabat.
Tiba-tiba saya merasa bahwa hal seperti
itu bukan merupakan bagian dari
kampung saya.
Kekeringan di musim kemarau dan banjir-
banjir kecil di musim hujan tidak lagi
asing. Tapi, para penduduk tidak
menyerah. Alam harus ditaklukkan. Kipas
angin dan kulkas menjadi kebutuhan di
musim kemarau. Bendungan-bendungan
kecil dibangun untuk menanggulangi
musim hujan.Tiba-tiba saya merasa
bahwa persahabatan dengan alam
menghilang dari kamus kampung saya.
Perlawanan terhadap alam itu berakhir
ketika tahun yang oleh peneliti disebut El
Nino itu tiba. Kekeringan membakar
kampung saya. Banyak bangunan dan
lahan yang hangus. Dan, saat musim
hujan tiba banjir besar melanda. Rumah-
rumah hanya kelihatan atapnya. Saya
sedang duduk di atas atap rumah ketika
bantuan puluhan perahu itu tiba.
Saya hanya bisa mencatat peristiwa-
peristiwa seperti itu tanpa mengerti apa
yang telah terjadi. Seperti kebanyakan
remaja di kampung saya, saya
kebingungan dengan banyak hal. Satu hal
yang pasti, kita harus lebih dekat
bersahabat dengan alam agar alam lebih
bersahabat dengan kita. Pohon memang
keramat, harus dihargai, dihormati,
dijaga dipelihara. Tanpa pohon bencana
akan lebih sering terjadi menimpa kita.
Mbah Jayasakti mestinya berubah
menjadi kesadaran ilmu. Kakek benar,
banyak orang cuma merasa pintar
padahal tidak.

Lembar kerja 2
Berikut ini adalah potongan-potongan teks cerpen dan struktur yang harus
dipasangkan dan diurutkan sesuai dengan struktur teks cerpen yang utuh !
Potongan 1

Potongan 2

Potongan 3

Potongan 4
Tempat Pengerjaan tugas (Kertas Karton)

Potongan Teks Struktur

Nilai Tanda Tangan Tanda Tangan


Guru Orangtua
INSTRUMEN PENILAIAN
MATERI STRUKTUR TEKS CERPEN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Kandis


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Materi : Menelaah Struktur Teks Cerpen

Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.6 Menelaah struktur dan 3.6.1 Menentukan struktur teks cerita


kebahasaan teks cerita pendek yang didengar dan dibaca.
pendek yang dibaca dan 3.6.2 Menelaah struktur teks cerita yang
didengar didengar dan dibaca berita.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintific dan
TPACK, dengan model Problem Based Learning berbatuan media puzzle,
peserta didik mampu:
1. menentukan struktur teks cerita pendek yang didengar dan dibaca secara tepat;
2. menelaah teks struktur teks cerita pendek dengan memperhatikan struktur, secara
benar.

Penilaian Pembelajaran
1. Penilaian sikap
a. Kisi –kisi penilaian sikap
Butir nilai sikap Teknik penilaian Bentuk instrumen
Disiplin Observasi Lembar pengamatan

Tanggung jawab Observasi Lembar pengamatan

Percaya diri Observasi Lembar pengamatan

b. Lembar Penilaian Sikap (observasi saat pembelajaran berlangsung)

No Nama Aspek yang diniliai


Disiplin Tanggung jawab Percaya diri

Kolom Aspek perilaku di nilai dengan angka yang sesuai


kreterian berikut:4: Sangat Baik,
3: Baik,
2: Cukup,
1: Kurang
c. Kisi – kisi penilaian pengetahuan

Kompetensi Materi Indikator Soal Level Bentuk


No
Kognitif Soal
3.6 Menelaah Teks Disajikan kutipan Pilihan
struktur dan Cerpen teks cerpen peserta ganda
1 C4
kebahasaan didik bisa
tekscerita menentukan bagian
pendek yang struktur teks cerpen
didengar dan
dibaca. Disajikan kutipan Pilihan
2 C4
teks cerpen peserta ganda
didik bisa
menentukan bagian
struktur teks cerpen

Disajikan kutipan Pilihan


3 C4
teks cerpen peserta ganda
didik bisa
menentukan bagian
struktur teks cerpen

Disajikan kutipan Pilihan


4 C4
teks cerpen peserta ganda
didik bisa
menentukan hasil
telaah yang sesuai
dengan teks cerpen

Disajikan kutipan Pilihan


5 C4
teks cerpen peserta ganda
didik bisa
menentukan bagian
struktur teks cerpen

Soal

1. Bacalah teks berikut ini!


....
“Apa-apaan sih, elo? Posternya kan jadi sobek!!!”
“Sorry, Rin! Gue bener-bener nggak sengaja!”
Rinta sama sekali nggak ngegubris pembelaan Anya. Ia masih memandangi poster Blur
kesayangannya yang kini sudah terbagi dua karena robek. “Rin, sorry,ya. Gue . . . .”
“Aah! Udah, deh! Pulang, sana!” potong Rinta kesal, matanya sudah sembap, hampir nangis.
Anya
nggak mau memperburuk keadaan. Ia pun langsung keluar dari kamar Rinta dan bergegas
pulang.
Kutipan teks cerpen tersebut memuat bagian struktur. . . .
A. orientasi
B. resolusi
C. komplikasi
D. Koda
Bacalah cerpen singkat berikut ini untuk menjawab soal nomor 2 s.d. 4 !
Senyum Karyamin
Karya : Ahmad Thohari
1) Mereka tertawa bersama. Mereka, para pengumpul batu itu, memang pandai
bergembira dengan cara menertawakan diri mereka sendiri. Dan Karyamin tidak ikut
tertawa, melainkan cukup tersenyum. Bagi mereka, tawa atau senyum sama-sama sah
sebagai perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi mereka adalah simbol
kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap
licinnya tanjakan. Pagi itu senyum Karyamin pun menjadi tanda kemenangan atas
perutnya yang sudah mulai melilit dan matanya yang berkunang-kunang.
2) Karyamin melangkah pelan dan sangat hati-hati. Beban yang menekan pundaknya
adalah pikulan yang digantungi dua keranjang batu kali. Jalan tanah yang sedang
didakinya sudah licin dibasahi air yang menetes dari tubuh Karyamin dan kawan-
kawan, yang pulang balik mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material di atas
sana. Karyamin sudah berpengalaman agar setiap perjalananya selamat. Yakni
berjalan menanjak sambil menjaga agar titik berat beban dan badannya tetap berada
pada telapak kaki kiri atau kanannya. Pemindahan titik berat dari kaki kirike kaki
kanannya pun harus dilakukan dengan baik. Karyamin harus memperhitungkan
tarikannapas serta ayunan tangan demi keseimbangan yang sempurna.
3) Sebelum habis mendaki tanjakan, Karyamin mendadak berhenti. Dia melihat dua
buah sepeda jengki diparkir di halaman rumahnya. Denging dalam telinganya
terdengar semakin nyaring. Kunangkunang di matanya pun semakin banyak. Maka
Karyamin sungguh-sungguh berhenti,dan termangu. Dibayangkan istrinya yang
sedang sakit harus menghadapi dua penagih bank harian. Padahal Karyamin tahu,
istrinya tidak mampu membayar kewajibannya hari ini, hari esok, hari lusa, dan entah
hingga kapan, seperti entah kapan datangnya tengkulak yang telah setengah bulan
membawa batunya.
4) ”Ya, kamu memang mbeling, Min. di gerumbul ini hanya kamu yang belum
berpartisipasi. Hanya kamu yang belum setor uang dana Afrika, dana untuk menolong
orang-orang yang kelaparan di sana. Nah, sekarang hari terakhir. Aku tak mau lebih
lama kau persulit.” Karyamin mendengar suara napassendiri. Samar-samar Karyamin
juga mendengar detak jantung sendiri. Tetapi karyamin tidak melihat bibir sendiri
yang mulai menyungging senyum.
5) Kali ini Karyamin tidak hanya tersenyum, melainkan tertawa keras-keras. Demikian
keras sehingga mengundang seribu lebah masuk ke telinganya. Seribu lunang masuk
ke matanya. Lambungnya yang kampong berguncang-guncang dan merapuhkan
keseimbangan seluruh tubuhnya. Ketika melihat tubuh Karyamin jatuh terguling ke
lembah Pak Pamong berusaha menahannya. Sayang, gagal.

2. Nomor 3 pada cerpen singkat di atas termasuk struktur teks cerpen bagian . . . .
A. Orientasi
B. Rangkaian
C. peristiwa
D. Komplikasi

3. Nomor 5 pada cerpen singkat di atas termasuk struktur teks cerpen bagian . . . .
A. Komplikasi
B. Orientasi
C. Rangkaian peristiwa
D. Resolusi

4. Berdasarkan cerpen singkat di atas, pembahasan dan telaah yang tepat adalah . . . .
A. Dalam cerpen tersebut, terdapat unsur kebahasaan majas, kata teknis, dan kata kerja
mental. Sedangkan dari segi strukturnya terdiri atas orientasi,rangkaian peristiwa,
komplikasi, dan resolusi.
B. Dalam cerpen tersebut, terdapat unsur kebahasaan kata teknis, dan kata kerja mental.
Sedangkan dari segi strukturnya terdiri atas orientasi, komplikasi, dan resolusi.
C. Dalam cerpen tersebut, terdapat unsur kebahasaan majas, dialog, dan konjungsi.
Sedangkan dari segi strukturnya terdiri atas orientasi dan resolusi.
D. Dalam cerpen tersebut, terdapat unsur kebahasaan majas, dialog, dan konjungsi.
Sedangkan dari segi strukturnya terdiri atas orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi,
dan resolusi.

5. Bila ada yang bertanya , siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang
menyanggah bahwa perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung serupa sabut
kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun, lantaran sifat kikirnya dari
tahun ke tahun semakin mengakar; pada sebuah pergunjingan yang penuh kedengkian,
seseorang menambahkan kata kikir di belakang nama ringkas itu, hingga ia ternobat sebagai
Banun Kikir. Konon, hingga riwayat ini disiarkan, belum ada yang sanggup menumbangkan
rekor kekikiran Banun.
Bagian struktur teks cerpen di atas adalah …
A. Orientasi
B. Komplikasi
C. Koda
D. Abstraks

Rubik penilaian Pengetahuan


No Kunci Skor
soal jawaban
1. A 20
2. C 20
3. A 20
4. B 20
5. C 20
100
Penilaian Keterampilan

No Nama Aspek yang Nilai


Dinilai (rata-rata)
Ketepatan Sistematika Bahasa Kemampuan
jawaban penyampaian menjawab
pertanyaan
1
2
3

Instrumen (Rubrik penilaian)


No Aspek Deskripsi 1 2 3
1 Ketepatan jawaban Peserta didik mampu mempresentasikan jawaban dengan tepat
2 Sistematika Peserta didik mampu mempresentasikan hasil diskusi
penyampaian jawaban dengan sistematis
3 Bahasa efektif Peserta didik mampu mempresentasikan jawaban dengan
Bahasa yang efektif
4 Kemampuan Peserta didik mampu menjawab pertanyaan kelompok
menjawab lain dengan benar dan sopan
pertanyaan

Keterangan
1: tidak tepat, lengkap, sesuai
2: kurang tepat, lengkap, sesuai
3: tepat, lengkap, sesuai

N= Skor Perolehan x 100


(12) Skor Maksimal

Anda mungkin juga menyukai