Anda di halaman 1dari 4

Deskripsi Hoeridjah Adam

Hoeridjah Adam lahir pada 6 Oktober 1936 di Padang Panjang, Hindia Belanda
Hoeridjah Adam merupakan putri dari pasangan Syech Adam Balai-Balai dengan Fatimah yang
mencintai seni. Pada tahun 1943, Hoeridjah mulai mengikuti forum-forum Pendidikan kesenian
di Gedung Kebudayaan Padang Panjang yang dipimpin oleh Muhammad Sjafei sebagai pendiri
INS Kayutanam. Setelah lulus SMP pada tahun 1951 di Padang Panjang, Hoeridjah mulai belajar
kepada guru silat dan tari tradisional yang bernama Pakih Nandung. Lebih dari 12 jenis tari
Minang tradisional telah dipelajari dan dikuasainya, antara lain tari sewah, tari padang, tari
piring, tari sibandi-udin, dan tari gelombang. Setelah tamat dari INS, pada tahun 1955 Hoeridjah
melakukan hijrah ke Yogyakarta untuk memperdalam ilmu seninya di Akademi Seni Rupa
Indonesia (ASRI) namu tidak selesai, karena pada 1 Januari 1957 Hoeridjah menikah dengan
Ramudin yang merupakan seorang Violis dan dikarunia lima orang anak. Ramudin menjadi
pendorong bagi Hoeridjah dalam berkarya sesuai dengan yang dicita-citaknnya dan selalu
membimbing Hoeridjah dalam latihan dan mengadakan pertunjukan.

Pada tahun 1958, ia diangkat menjadi anggota DPRD Sumatera Barat mewakili golongan
seniman dan menjabat hingga 1963. Hoeridjah dan timnya mengadakan pertunjukkan ke segala
pelosok desa di Sumatera Barat. Tim Kesenian Hoeridjah mengadakan pertunjukkan pertama
kalinya pada tanggal 8 Mei 1958 di Kota Bukittinggi. Pada 1963 sebagai perwakilan tim
kesenian Sumatera Barat, Hoeridjah memimpin tim tari yang akan memeriahkan acara Ganefo di
Jakarta. Rombongan tari tim keseniaan Sumatera Barat Hoeridjah Adam terpilih sebagai salah
satu dari tiga daerah yang lolos dan tampil dalam Indonesia Cultural Evening di Istana Olahraga
Bung Karno.

Pada Tahun 1968, Hoeridjah memutuskan untuk pindah ke Jakarta karena merasa adat
dan lembaga-lembaganya mulai sempit untuk mengembangkan kreasi-kreasinya. Di Jakarta,
Hoeridjah bersama rekannya mendirikan Bengkel tari di Taman Ismail Marzuki (TIM).

Pada tahun 1969, Hoeridjah banyak menghasilkan beberapa karya yaitu mencipatakan
Tari Payung dengan dimasukkan gerakan - gerakan pencak silat untuk memberi aksentuasi
tajam, kuat, dan cepat pada adegan-adegan tertentu dan melukiskan pengantin baru yang tengah
berbulan madu. Sepasang Api Jatuh Cinta juga merupakan karya ciptaan Hoeridjah Adam yang
berupa komposisi tunggal untuk ditarikan sendiri olehnya, cara menarikan karyanya ini sambil
memegang piring dengan sebatang lilin di atas kedua tangan. Kemudian menciptakan drama tari
Malin Kundang yang dipentaskan di Jakarta dan merupakan karya terakhir Hoeridjah Adam
sebelum wafat dan sebagainya.

Pada tahun 1970, Hoeridjah mengikuti Expo’70 di Osaka, Jepang bersama rombongan
Indonesia yang dipimpin oleh Sampurno. Dalam pertunjukkan di Osaka, tim Hoeridjah
membawakan tari lilin, tari pring, dan tari payung. Pada tahun 1971, ia mulai menjadi pengajar
tari pada mata kuliah tari untuk Akademi Teater Tari Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta
(LKPJ) dan Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padang Panjang. Pada tanggal 10
November 1971, Hoeridjah menjadi seorang di antara penumpang pesawat Merpati yang jatuh di
laut lepas pantai barat Sumatera Barat.

Pada bulan Mei 1977, Presiden Soeharto menyematkan pengahargaan Anugerah Seni
untuk Hoeridjah Adam atas jasa-jasanya di bidang kesenian. Selanjutnya pada tahun 2011,
Presiden Susilo Bambang Yudhyono menganugerahkan Bintang Budaya Parama Dharma untuk
Hoeridjah.
1936  6 Oktober 1936

1943  mengikuti forum-forum Pendidikan kesenian di Gedung Kebudayaan Oadang Panjang


yang dipimpin oleh Muhammd Sjafei sebagai pendiri INS Kayutanan.

1951  mulai belajar kepada guru silat dan tari tradisional yang Bernama Pakih Nandung

1955  melkaukan hijrah Yogyakarta untuk memperdalam ilmu seninya di Akademi Seni Rupa
Indonesia (ASRI) namu tidak selesai.

1957  Hoeridjah menikah dengan Ramudin yang merupakan seorang Violis dan dikarunia lima
orang anak.

1958  Ia diangkat menjadi anggota DPRD Sumatera Barat mewakili golongan seniman dan
menjabat hingga 1963. Hoeridjah mengadakan pertunjukkan pertama kalinya pada tanggal 8 Mei
1958 di Kota Bukittinggi.

1963  sebagai perwakilan tim kesenian Sumatera Barat, Hoeridjah memimpin tim tari yang
akan memeriahkan acara Ganefo di Jakarta. Rombongan tari tim keseniaan Sumatera Barat
Hoeridjah Adam terpilih sebagai salah satu dari tiga daerah yang lolos dan tampil dalam
Indonesia Cultural Evening di Istana Olahraga Bung Karno.

1968  Hoeridjah memutuskan untuk pindah ke Jakarta karena merasa adat dan lembaga-
lembaganya mulai sempit untuk mengembangkan kreasi-kreasinya. Di Jakarta, Hoeridjah
bersama rekannya mendirikan Bengkel tari di Taman Ismail Marzuki (TIM).

1969  Hoeridjah banyak menghasilkan beberapa karya yaitu mencipatakan Tari Payung,
Sepasang Api Jatuh Cinta, menciptakan drama tari Malin Kundang yang dipentaskan di Jakarta
dan merupakan karya terakhir Hoeridjah Adam sebelum wafat dan sebagainya.

1970  Hoeridjah mengikuti Expo’70 di Osaka, Jepang bersama rombongan Indonesia yang
dipimpin oleh Sampurno

1971  Ia mulai menjadi pengajar tari pada mata kuliah tari untuk Akademi Teater Tari
Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LKPJ) dan Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI)
Padang Panjang.
10 November 1971  Hoeridjah menjadi seorang di antara penumpang pesawat Merpati yang
jatuh di laut lepas pantai barat Sumatera Barat. (Wafat)

Mei 1977  Presiden Soeharto menyematkan pengahargaan Anugerah Seni untuk Hoeridjah
Adam atas jasa-jasanya di bidang kesenian.

2011  Presiden Susilo Bambang Yudhyono menganugerahkan Bintang Budaya Parama


Dharma untuk Hoeridjah

Sumber:

http://jakgo-dev.smartcity.jakarta.go.id/artikel/konten/1788/huriah-adam

https://id.wikipedia.org/wiki/Huriah_Adam

http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/Huriah-Adam?lang=id

DESFIARNI-KOREOGRAFER WANITA.pdf

file:///C:/Users/Aini/Downloads/Documents/digital_2018-1_20453953-D2354-R%20Aj%20Siti
%20Nurchaerani%20Kusumastuti.pdf

Anda mungkin juga menyukai