TIM PENYUSUN:
1. Nila Sari, S.Km, M.Km
2. Theresia Hutasoit, ST.RMIK
TAHUN 2020/2021
VISI DAN MISI
VISI
MISI
internasional.
hasil penelitian.
VISI
Adapun Visi D-III Perekam dan Informasi Kesehatan yaitu “Menjadi prodi yang
unggul dalam bidang manajemen rekam medis dan informasi kesehatan (RMIK)
MISI
profesi.
kesehatan.
Adapun tujuan Program Studi D-III Perekam dan Informasi Kesehatan, yaitu:
masyarakat
informasi kesehatan
pelayanan kesehatan
tinggi
SASARAN
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan maka sasaran Program Studi D-III
4. Pemantapan Penelitian
7. Pengembangan IT
Puji Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan baik. Modul ini disusun sebagai salah satu bahan ajar yang diperuntukkan
kepada mahasiswa program studi D-III Perekam dan Infokes UIM khususnya
tim Dosen Perekam daan infokes Universitas Imelda Medan (UIM) berdasarkan
dapat mencapai CPMK yang telah ditentukan. Materi di dalam buku ini berisi
bahan kajian yang dibutuhkan sesuai CPMK dan kompetensi yang diajarkan
penyakit terkait diagnosa dan tindakan. Selain itu, modul ini juga memuat latihan
atau tugas mahasiswa yaitu tugas terstruktur dan kegiatan mandiri dengan
Penulis dan tim telah berusaha dalam menyusun modul ini sesuai dengan
dan tim menyadari bahwa modul ini mungkin masih memiliki kekurangan.
Sehingga penulis dan tim mengharapkan adanya saran atau masukan positif agar
Akhirnya, penulis dan tim berharap modul ini dapat digunakan oleh mahasiswa
Tim Pengajar
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
eklampsia.
Gawat janin atau fetal : adalah kondisi yang menandakan bahwa janin
distress
kekurangan oksigen selama masa kehamilan
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Formulir keterangan penyebab kematian yang dibuat dokter berisikan runtutan
penyebab penyakit yang menyebabkan pasien meninggal. Penentuan penyebab
dasar kematian atau underlying cause of death (UCOD) menggunakan tata cara
atau rule yang telah distandarkan oleh WHO (World Health Organization).
Informasi UCOD yang tepat dapat mendukung para pengambil keputusan dan
kebijakan serta mengoptimalkan layanan kesehatan, namun informasi tersebut
banyak yang tidak akurat sehingga berpengaruh pada laporan kematian.
B. Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas tentang Underlying Cause of Death . Bab ini
menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling berkaitan satu sama lain yaitu
Topik 1 : Konsep Underlying Cause of Death
Topik 2 : Konsep Underlying Cause Of Death Memilih Sebab Utama
Kematian
B. Uraian Materi
Topik 1 : Konsep Underlying Cause of Death
Topik 2 : Konsep Underlying Cause Of Death Memilih Sebab Utama
Kematian
TOPIK 1
Underlying Cause of Death
1. Pengertian UCOD
Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan acuan dalam menentukan diagnosis
kematian:
b. Penyebab antara: Bila lebih dari 2 sebab terekam, harus dilakukan seleksi
sesuai aturan berdasarkan konsep sebab yang mendasari kematian
(Underlying cause of death)
1. Aturan Seleksi
Bila lebih dari 1 kondisi diisi, maka untuk menentukan sebab langsung pilih
baris terbawah pada bagian I.
Contoh :
(b) Hypertension
b. Rule 1
Bila lebih dari 1 rangkaian yang berakhir pada kondisi yang disebut
pertama, pilih dari kejadian yang disebut pertama.
Contoh:
(a) Bronchopneumonia
c. Rule 2
Bila tidak ada laporan kejadian yang berakhir pada kondisi pertama,
dipilih kondisi yang disebut pertama.
Contoh :
d. Rule 3
Bila kondisi yang dipilih pada prinsip umum, rule 1 atau rule 2
adalah suatu akibat langsung dari kondisi/keluhan lain yang
dilaporkan pada bagian I atau II, pilih kondisi primer ini.
Contoh 1 :
I (a) Kaposi’s sarcoma
II AIDS
sarcoma (B21.0)
Contoh 2 :
II HIV disease
Contoh 3 :
I (a) Tuberculosis
II HIV disease
2. Aturan Modifikasi
Jika penyebab terpilih adalah keadaan pada bab XVIII, kecuali untuk
SID dan keluhan yang diklasifikasikan di tempat lain pada R00-R94 atau
R96-R99, pilih kembali penyebab kematian seperti penyebab tersebut
tidak diklasifikasikan pada bab XVIII
Contoh :
Contoh :
Pilih Cardiac arrest (I46.9). Abaikan dental caries yang dipilih dengan
menggunakan prinsip umum, sebab hal tersebut dapat
dipertimbangkan sebagai keluhan yang tidak begitu penting.
c. Aturan C keterkaitan
d. Aturan D kekhususan
Contoh:
(a) Meningitis
(b) Tuberculosis
Jika penyebab terpilih adalah keluhan awal penyakit dan keluhan yang
lebih parah tercantum pada sertifikat. Aturan ini tidak berlaku untuk
penyakit”kronik”akibat penyakit”akut” kecuali sistem klasifikasi
memberikan catatan khusus.
Contoh:
Tidak digunakan bila diketahui penyebab utama antara lain: F01- F09,
F70-F79, G81-G83, H54, H90-H91, N46, N47, O30, P07, P08, T79.
Rangkuman
Untuk penyebab kematian World Health Assembly telah mendefinisikan
bahwa sebab kematian adalah semua penyakit, keadaan sakit atau cedera yang
dapat menimbulkan kematian dan kecelakaan atau kekerasan yang menimbulkan
cedera yang mematikan. Definisi ini bertujuan untuk menganjurkan agar seluruh
informasi yang relevan dicatat dan pembuat sertifikat tidak mengisi beberapa
kondisi sedangkan kondisi yang lain tidak diisi. Dalam definisi tidak dicantumkan
gejala dan cara kematian seperti heart failure atau respiratory failure.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Baca dan cermati tugas dibawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
• Dikumpulkan paling lama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan
• Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lain
• Membagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 8-9 mahasiswa, yang mana
masing-masing kelompok yang diberikan dosen dengan mengaitkan ke
dalam teori dan konsep.
Kelompok 1: Kelompok Statistik Mortalitas
Kelompok 2: Konsep Dasar Sebab Utama Kematian
Kelompok 3: Bentuk Sertifikat
• Laporan tugas dituangkan kedalam file word dan dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
1. Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta
3. Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Pada waktu yang hampir bersamaan hidup pula seorang ahli metodologi besar
Linnaeus (1707-1778) salah satu risalahnya berjudul Genera Morborum.
William Cullen
Di awal abad ke-19, klasifikasi penyakit yang paling umum digunakan adalah
karya William Cullen (1710-1790) dari Edinburgh yang diterbitkan pada tahun
1785 dengan Judul Synopsis Nosologiae Methodicae.
Pioneer statistik kesehatan
Pada tahun 1593, pembaptisan dan penguburan pertama kali tercatat di Inggris
untuk wilayah London. London Bills of Mortality ini dilanjutkan sampai tahun
1837. Tujuannya adalah mengidentifikasi awal peningkatan kejadian kematian
karena wabah atau epidemi lainnya. Pada tahun 1836 kemudian digantikan
oleh Registrar General’s Returns sesuai dengan undang-undang pendaftaran
Kelahiran dan Kematian 1837 melihat berdirinya General Register Office for
England and Wales (GRO).
kematian.
1864
Sistem kesepakatan tahun 1855 direvisi dan diterbitkan “sur le modèle de celle de
W. Farr”, yaitu sesuai dengan model Farr, dengan prinsip utamanya: klasifikasi
oleh letak anatomis. Tahun 1874, 1880 dan 1886 melihat perbaikan lebih lanjut
pada sistem ini. Meskipun tidak pernah diterima secara universal, hal itu menjadi
dasar Daftar Internasional Penyebab Kematian.
Konferensi Revisi Kelima menyetujui tiga daftar: daftar 200 judul yang terperinci,
daftar antara 87 judul dan daftar ringkasan 44 judul. Delegasi Kanada menyajikan
versi modifikasi dari daftar penyakit “Standard Morbidity Code” yang diterbitkan
pada tahun 1936 oleh Dominion Council of Health of Canada, dalam
subdivisinya, ini sesuai dengan Daftar Internasional Penyebab Kematian 1929.
Mereka menyarankan daftar ini dijadikan sebagai dasar Daftar Penyakit
Internasional, namun usulan tersebut tidak dilakukan pebahasan.
Namun, dalam resolusinya, konferensi tersebut menekankan pentingnya
klasifikasi penyakit sesuai dengan daftar penyebab kematian, dan
merekomendasikan agar Institut Statistik Internasional dan PBB, yang diwakili
oleh Mixed Committee, harus membuat draf daftar internasional Penyakit bekerja
sama dengan organisasi dan ahli yang berkepentingan lainnya. Sementara itu,
konferensi tersebut merekomendasikan sejauh mungkin untuk menjelaskan
berbagai daftar penyakit nasional yang kemudian digunakan dengan daftar
penyebab kematian internasional secara rinci. Sebuah resolusi lebih lanjut
menyangkut masalah pemilihan penyebab kematian utama jika sertifikat kematian
menyatakan beberapa penyebab kematian bersama. Masalah ini menjadi subyek
penelitian yang panjang terutama di Amerika Serikat, namun tanpa mencapai pada
sebuah solusi. Konferensi tersebut merekomendasikan kepada pemerintah AS
untuk menunjuk sebuah komite untuk memusatkan perhatian pada masalah ini.
Tahun 1945, Komite Amerika Serikat untuk Penyebab Bersama Kematian
Sesuai dengan resolusi Konferensi Revisi Kelima, “United States Commitee on
Joint Causes of Death” diangkat untuk menangani masalah penyebab bersama
kematian. Selain pemerintah AS, anggota komite ini juga termasuk perwakilan
dari Kanada dan Inggris serta dari Organisasi Kesehatan PBB.
Komite tersebut mengakui adanya kaitan erat antara masalah penyebab kematian
bersama dan daftar penyebab kematian (penyakit fatal) di satu sisi dan daftar
penyakit (non-fatal diseases) di sisi lain. Oleh karena itu, klasifikasi penyebab
penyakit dan penyakit seharusnya tidak sebanding, seperti yang direkomendasikan
oleh Konferensi Revisi Kelima, namun digabungkan secara ideal dalam satu
daftar. Daftar tunggal akan membuat klasifikasi menjadi lebih mudah dan karena
dasar bersama akan menghasilkan statistik morbiditas dan mortalitas yang
sebanding. Sebuah subkomite mempresentasikan draft Proposed Statistical
Classification of Diseases, Injuries and Causes of Death, draf tersebut diadopsi
oleh Committee on Joint Causes of Death setelah dimodifikasi berdasarkan uji
coba lapangan.
Revisi Ketujuh terbatas pada perubahan penting dan amandemen kesalahan dan
inkonsistensi. Struktur ICD-7 tetap sama seperti untuk ICD-6, jumlah dan struktur
klasifikasi yang diterbitkan (Daftar Tabular inklusi dan subkategori empat
karakter (VAS), daftar Tabel tiga kategori kategori (DAS), daftar A, B, C
dan Alphabetical Index) adalah identik.
Revisi Kedelapan sedikit lebih radikal daripada Ketujuh namun tidak mengubah
struktur dasar dan prinsip umum klasifikasi penyakit berdasarkan preferensi
menurut etiologi mereka. Bersama dengan ICD-8, dua daftar tabulasi khusus juga
disetujui. Daftar D dengan 300 penyebab tabulasi kematian di rumah sakit dan
Daftar C dengan 100 penyebab tabulasi morbiditas dan mortalitas perinatal.
Meskipun mempertahankan struktur dasar yang sama, ICD-9 berisi banyak rincian
baru pada tingkat dari empat karakter subkelompok / subkategori di berbagai
bagian, subdivisi lima karakter opsional menjadi mungkin. Selain itu, sistem
dagger dan asterisk diperkenalkan, memungkinkan klasifikasi manifestasi
penyakit pada sistem organ tertentu bersamaan dengan penyakit umum yang
mendasarinya dalam bentuk klasifikasi ganda. Selanjutnya, 5 daftar tabulasi
khusus ICD-8 digantikan oleh 3 daftar tabulasi khusus baru: indeks sistematis
dasar, daftar penyebab kematian yang sangat singkat dan daftar penyakit yang
sangat singkat. Bagian ICD-9 adalah dua indeks sistematis yang terpisah,
klasifikasi E (penyebab eksternal luka dan keracunan) dan klasifikasi V (Faktor-
faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan layanan
kesehatan).
1) Struktur ICD 10
Struktur ICD 10 menurut Hatta (2013:135), bahwa ICD 10 terdiri atas 3 Volume :
a) Volume I
(1) Pengantar
(2) Pernyataan
(6) Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk subkatagori empat
karakter
(9) Definisi-definisi
(1) Pengantar
c) Volume 3
a) Pengantar
4) Penggunaan ICD 10
a. Tentukan tipe peryataan yang akan dikode, dan buka volume 3 Alphabetical
index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cedera atau kondisi
lain yang terdapat pada Bab I-XIX (Vol. 1), gunakanlah ia sebagai “leadterm”
untuk dimanfaatkan sebagai panduan menelusuri istilah yang dicari pada seksi I
indeks (volume 3). Bila pernyataan adalah penyebab luar (external cause) dari
cedera (bukan nama penyakit) yang ada di Bab XX (Vol. 1), lihat dan cari
kodenya pada seksi II di Indeks (Vol. 3).
b. “Lead term” (kata panduan) untuk penyakit dan cidera biasanya merupakan
kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya. Sebaiknya jangan
menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan
sebagai kata panduan. Walaupun demikian, beberapa kondisi ada yang
diekspresikan sebagai kata sifat eponim (menggunakan nama penemu) yang
tercantum di dalam indeks sebagai “Lead term”.
c. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah istilah
yang akan dipilih pada Volume 3.
d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah lead term (kata
dalam tanda kurung = modifier, tidak akan mempengaruhi kode). Istilah lain
yang ada di bawah lead term (dengan tanda (-) minus = idem = indent) dapat
mempengaruhi nomor kode, sehingga kata-kata diagnostik harus
diperhitungkan).
e. Ikuti secara hati-hati rujukan silang (cross references) dan perintah see and see
also yang terdapat dalam indeks.
f. Lihat daftar tabulasi (Volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling tepat.
Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi keempat
yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di dalam volume 1 dan
merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam indeks (vol. 3). Perhatikan
juga perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code) serta aturan
cara penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan
dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
g. Ikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang dipilih atau bagian
bawah suatu bab (chapter), blok, kategori, atau subkategori.
h. Tentukan kode yang anda pilih.
i. Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode untuk
pemastian kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang diagnosis utama di
berbagai formulir rekam medis pasien, guna menunjang aspek legal rekam
medis yang dikembangkan.
b. Nephritis
Nephritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman
umumnya bakteri streptococcus. Nefritis akut banyak diderita oleh anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh infeksi penyakit menular. Sedangkan neffritis kronis
yang diderita oleh orangtua ditandai dengan tekanan darah tingggi dan
pengerasan pembuluh darah ginjal.
Terminologi Medis :
Root : Nephr (ginjal)
Suffix : Itis (Inflamasi/peradangan)
Arti : terjadinya inflamasi atau peradangan pada bagian glomerulus ginjal
b. Nephritis Interstisial
Nefritis interstrisial adalah infeksi yang menyebabkan peradangan dan
pembengkakan pada ginjal. Peradangan ini akan terjadi pada bagian diantara
nefron yanng bernama interstitium renal, sehingga menyebabkan nefritis
interstitial, terkadang dikenal sebagai nefritis tubulointerstitial.
Terminologi Medis :
Root : Nephr (ginjal)
Prefix : inter (diantara)
Suffix : Itis (Inflamasi/peradangan)
3. Hydrocele
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan
yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan
antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Prefix : Hydro (cairan)
Root : -
Suffix: chele (Hernia)
5. Atrhophy of testis
Penyebab paling sering terjadi atrofi testis adalah gangguan hormonal, dapat
dikarenakan tumor di otak, penggunaan steroid untuk mempercepat pertumbuhan
otot, dsb. Ukuran testis yang normal bervariasi sesuai usia. Ukuran testis bayi
akan membesar hingga mencapai puber. Saat dewasa, ukuran testis cenderung
tidak berubah. Dokter umumnya mengukur volume testis, dimana angka normal
adalah sekitar 12 - 30 cm3.
Terminogi Medis :
Root : testis (testis)
Prefix : A (kurang,tanpa)
Suffix : trhophy (pertumbuhan,pengembangan)
Rangkuman
Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit
degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian.
Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim
pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena
infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap
penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya
kematian bayi dan balita di sesuatu daerah.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Mahasiswa berdiskusi dan masing-masing kelompok mempresentasekan
topic yang diberikan dosen dengan mengaitkan kedalam teori dan konsep.
• Adapun judul kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1: Memilih Sebab Utama Kematian
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Konsep penyebab dasar kematian merupakan hal penting dalam menentukan kode
mortalitas. Penyebab dasar kematian adalah suatu kondisi, kejadian atau keadaan
yang tanpa penyebab dasar tersebut pasien tidak akan meninggal (Sarimawar dan
Suhardi. 2008). Sebagai contoh, penderita kanker meninggal dan penyebab
langsungnya adalah gagal jantung sebagai akibat dari carcinomatosis. Tititk
awalanya adalah neoplasma colon. Maka urutannya adalah neoplasma ganas colon
menyebabkan carcinomatosis, selanjutnya menyebabkan gagal jantung. Pada
contoh tersebut, gagal jantung merupakan kejadian terakhir dari urutan penyakit
yang diawali dengan kanker colon. Neoplasma maligna colon merupakan kondisi
yang harus dikode sebagai penyebab dasar kematian( UCoD)
B. Deskripsi Materi
Bab IV ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan semester IV dalam memahami materi kuliah
secara khusus setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu
menganalisis kondisi pencetus urutan kejadian penyebab kematian
D. Uraian Materi
I. Identifikasi Kondisi Pencetus Urutan Kejadian Penyebab Kematian
II. Pengertian Kondisi Pencetus Urutan Penyebab Kematian
III. Macam-macam Kondisi Penyebab Macam Kematian
I. Identifikasi Kondisi Pencetus Urutan Kejadian Penyebab Kematian
Banyak kasus yang dapat berkontribusi dalam suatu kematian. Dalam hal ini
seluruh kasus harus terdokumentasi dalam sertifikat kematian. Kasus yang telah
terdokumentasi dengan lengkap merupakan sumber data dalam menentukan satu
penyebab kematian. Penyebab tunggal tersebut merupakan penyebab dasar
kematian (Underlaying cause of Death (UCoD). Penyebab dasar kematian tersebut
memiliki banyak fungsi salah satunya sebagai landasan menyusun program
preventif primer, untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat.
Bagian I dari sertifikat kematian terdiri dari 3-4 baris tergantung pada
kebiasan setempat untuk mencatat urutan dari kejadian menuju kematian. Jika
terdapat dua atau lebih penyebab kematian maka urutan waktu harus dicatat oleh
pembuat sertifikat. Setiap kejadian dalam urutan harus dicatat di baris yang
terpisah.
1. Penyebab langsung kematian dituliskan pada baris pertama;
2. Penyebab dasar kematian dituliskan pada baris terbawah;
3. Penyebab antara dituliska pada baris yang terletak antara baris pertama dan
baris terbawah;
Dengan demikian sertifikat yang lengkap berisi informasi tentang:
I. (a) Penyebab langsung
(b) Penyebab antara dari (a)
(c) Penyebab antara dari (b)
(d) Penyebab dasar dari (c)
II. Penyebab lain yang berkontribusi
1. Glomerular Diseases
a. Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal di mana terjadi
peradangan pada glomerulus. Glomerulus merupakan bagian ginjal yang berfungsi
sebagai penyaring dan membuang cairan serta elektrolit berlebih, juga zat sisa
(sampah) dari aliran darah. Kerusakan pada glomelurus akan menyebabkan
terbuangnya darah serta protein melalui urine.
Kondisi glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa berbeda-beda. Ada
yang mengalaminya dalam waktu singkat (akut) dan ada yang jangka panjang
(kronis). Penyakit ini juga bisa berkembang pesat sehingga mengakibatkan
kerusakan ginjal dalam beberapa minggu atau bulan, keadaan ini disebut rapidly
progressive glomerulonephritis (RPGN).
Glomerulonefritis akut biasanya merupakan respons tubuh terhadap infeksi yang
sedang terjadi pada tubuh. Sedangkan glomerulonefritis kronis seringkali tidak
diketahui penyebabnya dan tidak bergejala, sehingga dapat menyebabkan
kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki kembali. Glomerulonefritis kronis
yang ditemukan awal, dapat dicegah perkembangannya.
b. Gejala-gejala Glomerulonefritis
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis bergantung kepada jenis
penyakit ini, apakah akut atau kronis. Gejala yang umumnya muncul, antara lain
adalah:
1. Urine yang berbuih dan berwarna kemerahan.
2. Hipertensi.
3. Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, dan perut.
4. Kelelahan.
5. Frekuensi buang air kecil berkurang.
6. Munculnya cairan di paru-paru yang menyebabkan batuk.
Glomerulonefritis kronis seringkali sulit terdeteksi karena dapat berkembang
tanpa menimbulkan gejala. Apabila muncul gejala, gejalanya dapat serupa dengan
gejala yang ada pada glomerulonefritis akut. Namun, berbeda dengan
glomerulonefritis akut, pada glomerulonefritis kronik dapat terjadi frekuensi
buang air kecil yang meningkat di malam hari.
d. Nephritis
Nephritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman
umumnya bakteri streptococcus. Akibat nefritis ini seseorang akan
menderita uremia atau edema.
Uremia adalah masuknya kembali urine (C5H4N4O3) dan urea ke dalam
pembuluh darah sedangkan edema adalah penimbunan air di kaki karena
terganggunya reabsorpsi air. Nefritis akut banyak diderita oleh anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh infeksi penyakit menular. Sedangkan nefritis
kronis yang diderita oleh orang tua ditandai dengan tekanan darah tinggi dan
pengerasan pembuluh darah ginjal.
2. Renal Tubulo-interstitial Disease
a. Pyelonephritis
Pyelonephritis adalah infeksi yang melibatkan ginjal. Pembengkakan jaringan
menyertai proses infeksi. Bakteri yang paling umum adalah Escherichia coli,
Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Pseudomonas dan Staphylococcus
saprophyticus. Biasanya infeksi dimulai pada saluran kemih bagian bawah dan
naik ke atas. Identifikasi infeksi dan inisiasi pengobatan penting untuk mencegah
infeksi semakin memburuk.
b. Nefritis Interstitial
Nefritis interstisial adalah infeksi yang menyebabkan peradangan dan
pembengkakan di ruang sekitar nefron. Nefron adalah sekelompok jaringan dalam
ginjal yang berbentuk tabung melingkar kecil dengan bola di salah satu ujungnya.
Fungsi nefron adalah sebagai penyaring limbah sekaligus penyalur urin ke saluran
uretra yang menghubungkan ginjal ke kandung kemih. Setiap ginjal memiliki 1
juta nefron.Penyakit ini dapat berupa akut atau kronis.
Nefritis interstisial adalah kondisi yang memiliki beberapa gejala tertentu. Gejala
utamanya meliputi demam dan ruam. Urin mungkin mengandung sel-sel eosinofil,
sejenis sel darah putih. Sering kali, penderita mungkin tidak merasakan gejala
apapun sampai fungsi ginjal sudah sangat terganggu. Jika sudah mencapai tahap
ini, gejala gagal ginjal (kelemahan, mual, gatal-gatal, muntah, pembengkakan
kaki, dan rasa logam di mulut) sudah dapat terjadi. Ketika infeksi sudah
menyebabkan nefritis, penderita akan mengalami demam, menggigil, nyeri
punggung, dan gangguan kencing (rasa terbakar, frekuensi terganggu, anyang-
anyangan, dan kencing berdarah). Tekanan darah mungkin menjadi tinggi dan
kadang-kadang sulit untuk dikendalikan. Selain itu, masih terdapat juga beberapa
ciri dan gejala yang tidak disebutkan di atas.
3. Kasus Hydrocele
Hidrokel adalah penumpukan cairan di sekeliling testis, penumpukan cairan ini bisa
menyebabkan pembengkakan dan menimbulkan nyeri pada kantung buah zakar
(skrotum). Hidrokel biasanya terjadi pada bayi laki-laki yang baru lahir, tetapi juga
bisa dialami oleh pria dewasa. Meski umumnya tidak berbahaya, pemeriksaan
dokter tetap diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan hidrokel disebabkan
oleh penyakit serius, seperti kanker testis.
a. Jenis Hidrokel
Hidrokel dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Hidrokel non komunikan
Hidrokel ini terjadi ketika celah di antara rongga perut dan skrotum (kanal
inguinal) menutup, tetapi cairan di dalam skrotum tidak terserap oleh tubuh.
2. Hidrokel komunikan
Hidrokel ini terjadi ketika kanal inguinal tidak menutup sehingga cairan dari
rongga perut terus mengalir ke dalam skrotum dan dapat naik kembali ke perut.
Hidrokel komunikan dapat disertai hernia inguinalis.
c. Pencegahan Hidrokel
Hidrokel pada bayi akibat kelainan perkembangan janin tidak dapat dicegah.
Namun, pada pria dewasa, hidrokel bisa dihindari. Langkah yang bisa dilakukan
meliputi:
1. Mencegah penyakit kaki gajah (filariasis) dengan menghindari bepergian ke
tempat yang mengalami wabah filariasis serta menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
2. Menghindari aktivitas yang menyebabkan skrotum cedera
3. Memakai pelindung khusus di area selangkangan saat melakukan olahraga
yang melibatkan benturan.
4. Other disorders of kidney and Ureter
Ginjal normal pada umumnya seukuran kepalan tangan. Sedangkan atrofi ginjal
merupakan suatu keadaan di mana ukuran ginjal menyusut ke ukuran abnormal
dengan fungsi yang abnormal.
Atrofi ginjal tidak sama dengan hipoplasia ginjal, hipoplasia ginjal merupakan
suatu kondisi di mana ginjal berukuran lebih kecil saat proses perkembangan di
dalam rahim dan pada saat kelahiran. Dan pada renal sclerosis, pengerasan pada
ginjal tersebut terbagi 3 : 1. Unilateral, 2. Bilateral, 3. unspecified
Dimana ginjal berukuran kecil, bisa dari congenital hypoplasia atau
peyusutan pyelonephritik ataupun kombinasi dari keduanya. Jika Dari hipoplastik,
biasanya faktor predisposisi adalah infeksi. Tetapi ada 2 jenis ginjal kecil, 1 Dari
perkembangan embryonik ataupun yang tidak.
5. Atrhophy of testis
Pengertian atrofi adalah pembuangan sebagaian atau seluruh struktur tubuh, dapat
terjadi karena berbagai hal seperti:Pasokan pembuluh darah yang jelek, infeksi,
trauma, kurangnya hormon, radiasi, ganggguan metabolisme.
Penyebab paling sering terjadi atrofi testis adalah gangguan hormonal, dapat
dikarenakan tumor di otak, penggunaan steroid untuk mempercepat pertumbuhan
otot, dsb. Ukuran testis yang normal bervariasi sesuai usia. Ukuran testis bayi
akan membesar hingga mencapai puber. Saat dewasa, ukuran testis cenderung
tidak berubah. Dokter umumnya mengukur volume testis, dimana angka normal
adalah sekitar 12 - 30 cm3.
Selain volume, struktur testis harus bagus (saluran testis, pembuluh darah di
sekitarnya juga bagus, agar menghasilkan sperma dalam jumlah yang cukup.
Kelainan ini bisa berupa :
1. Kelaianan prostat dengan penyakit penyerta:Prostatitis (gonokokal,
trikomonal, tuberkulosis)
2. Kelaianan testis dan epididimis dengan penyakit penyerta: Klamidia
(epididimis, orchitis), gonokokal ( epididimis, orchitis), mumps orchitis,
tuberkulosis (epididimis, testis)
3. Balanitis di penyakit terklasifikasi lainnya: Balanitis (amuba, candida)
4. Kelanian organ genital pria dengan penyakit terklasifikasi lainnya: Sikokel
filarial, tunika vaginalis, herpes viral dari traktus genital pria, tuberkulosis
dari vesika seminalis
e. Pyelostomy
d. Cystocele
hernia pada kandung kemih (terjadi penurunan posisi kandung kemih
c. Hanya diperbolehkan mengisi satu kode untuk bagian (a) atau (c); Namun
untuk bagian (b) dan (d) diperbolehkan mengisi lebih dari satu;
e. Rule seleksi untuk kematian umum (7 hari ke atas) tidak diterapkan pada
sertifikat kematian perinatal;
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
a. Masing-masing kelompok mencari membuat membuat skema dalam
4. Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC Price
5. Sylvia Anderson, PhD, RN, Wilson Lorraine, PhD, RN, 2002, Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology clinical concept of
disease processes),EGC: Jakarta.
BAB III
ATURAN MODIFIKASI UNTUK SELEKSI PENYEBAB KEMATIAN
(Mey lisa, A.Md., MIK,.SKM)
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat memahami bagaimana
melakukan cara pengkodingan dengan baik dan benar sesuai dengan aturan
terminologi untuk melakukan kodefikasi penyakit dan tindakan berdasarkan ICD
10 dan ICD 9 CM. Koding klinis atau koding medis adalah suatu kegiatan yang
mentransformasikan diagnosis penyakit, prosedur medis dan masalah kesehatan
lainnya dari kata-kata menjadi suatu bentuk kode, baik numerik atau alfanumerik,
untuk memudahkan penyimpanan, retrieval dan analisis data. Koding merupakan
suatu proses yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan tentang aturan
koding sesuai perangkat yang digunakan, anatomi, patofisiologi, persyaratan
dokumentasi kinis, kebijakan dan regulasi serta standar. Kompleksitas ini
menimbulkan situasi yang menantang bagi para koder profesional dalam
melakukan telaah semua fakta dalam dokumen secara hati-hati agar dapat
menentukan kode dengan etis dan tepat. Koder profesional harus memiliki
pemahaman yang jernih tentang sumber terpercaya untuk kaidah koding yang
digunakan. Tata cara penetapan kode ditentukan oleh perangkat koding yang
digunakan. Di Indonesia, khususnya untuk kepentingan reimbursement digunakan
ICD-10 versi th. 2010 untuk kode diagnosis penyakit sedangkan untuk koding
prosedur medis menggunakan ICD-9-CM versi th 2010 (Permenkes No.76 th
2016).
B. Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas tentang Aturan Modifikasi Untuk Seleksi Penyebab
Kematian . Bab ini menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling berkaitan
satu sama lain yaitu
Topik 1 : Aturan Modifikasi Untuk Seleksi Penyebab Kematian
Topik 2 : Langkah-langkah Penyediaan Data Penyebab Kematian
Topik 3 : Sertifikat Medis
C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Adapun yang menjadi kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan adalah
mahasiswa mampu menentukan aturan modifikasi untuk seleksi penyebab
kematian
D. Uraian Materi
Topik 1 : Aturan Modifikasi Untuk Seleksi Penyebab Kematian
Topik 2 : Langkah-langkah Penyediaan Data Penyebab Kematian
Topik 3 : Sertifikat Medis
TOPIK 1
ATURAN MODIFIKASI UNTUK SELEKSI PENYEBAB
KEMATIAN
Nila Sari, S.Km, M.Km
Pengecualian:
1. Kondisi Tertentu Yang Berawal Pada Periode Perinatal (P00-P96)
2. Penyakit Infeksi Dan Parasitik Tertentu (A00-B99)
3. Komplikasi Kehamilan, Persalinan Dan Nifas (O00-O99)
4. Malformasi, Deformasi Kongenital & Abnormalitas Kromosom (Q00-Q99)
5. Penyakit Endokrin, Nutrisional dan Metabolik (E00-E90)
6. Cedera, Keracunan Dan Akibat Dari Sebab Luar Lainnya (S00-T98)
7. Neoplasma (C00-D48)
8. Gejala, Tanda, Dan Temuan Abnormal Klinis Dan Laboratorik, Tak
Terklasifikasi Di Tempat Lain (R00-R99)
II. Jenis-jenis Aturan-Aturan Umum Untuk Seleksi Penyebab Dasar
Kematian
Bab IV terdiri dari Blok Kategori yang meliputi Penyakit Genital dan Sistem
Urinaria sebagai berikut:
1. N00-N08 Penyakit Glomerulus
2. N10-N16 Penyakit Tubulo-interstisialis Ginjal
3. N17-N19 Gagal Ginjal
4. N20-N23 Urolithiasis
5. N25-N29 Penyakit Ginjal Dan Ureter Lainnya
6. N30-N39 Penyakit Sistem Urinaria Lain
7. N40-N51 Penyakit Organ Genital Pria
8. N60-N64 Penyakit Pada Payudara
9. N70-N77 Penyakit Peradangan Pada Organ Panggul Wanita
10. N80-N98 Penyakit Non- Peradangan Pada Traktus Genitalia Wanita
11. N99 Penyakit Traktus Urogenitalia lainnya.
CATATAN LAIN
Beberapa catatan dalam Bab ini adalah:
1. Penyakit Glomerulus (N00-N08)
Kategori N00 – N08 Dapat disertai kode tambahan, jika diinginkan, untuk:
a. Chronic Kidney Disease yg berkaitan (N18.-)
b. kode dari Bab XX untuk sebab luar atau
c. tambahan kode gagal ginjal akut atau tak spesifik (N17 atau N19)
d. Dan terdapat Pengecualian: hypertensi renal disease (I12.-)
Gambar Subkategori 4 karakter untuk Kategori N00-N08
(Sumber: ICD-10, Volume 1, Bab XIV)
Pada kelompok N17-N19 tdp kode tambahan Bab XX untuk sebab luar (agen
eksternal). Perhatikan juga exclusion yg cukup luas pd blok kategori ini.
Rangkuman
Setiap Bab Dalam ICD-10 memiliki kekhususan tersendiri yang dapat berbeda
dengan ketentuan dalam bab lain. Demikian pula hal nya dengan Bab XIV
Penyakit Sistem Genitourinary. Penyakit Sistem Urinary merupakan sebgian isi
Bab XIV. Pada awal bab XIV terdapat PENGECUALIAN, di mana kondisi-
kondisi terkait penyakit digestif TIDAK dikode pada bab tersebut melainkan
berada pada kategori dalam bab atau bagian lain ICD-10. Masing-masing Bab
terdiri atas beberapa Blok Kategori yang merupakan pengelompokan penyakit
sejenis untuk memudahkan pengklasifikasiannya. Bab XIV terdiri dari 11 Blok
Kategori, 6 diantaranya adalah Blok Kategori Penyakit Sistem Urinary. Pada Bab
XIV ini terdapat 9 (sembilan) kode asterisk dengan tanda (*) yang mengingatkan
koder untuk mencari pasangannya kode dagger di bagian lain ICD-10 ini. Adapun
kode asterisk yang terkait penyakit sistem urinary ada 6 buah. Tiap Blok Kategori
maupun 3-karakter Kategori dan 4-karakter Sub-kategori dapat disertai petunjuk
khusus (note) ataupun keterangan dalam inclusion dan exclusion yang harus
dibaca baik-baik dan dipatuhi guna memperoleh kode dengan akurat. Termasuk
Kategori N18 yang mengalami perubahan-perubahan pada tiap edisi.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari mencari kode penyakit system
genitourinary berdasarakan ICD 10 Vol 1 kemudian ke ICD 10 Vol 3 dan
berdiskusi dengan kelompok membahas sesuai judul yang diberikan.
Adapun judul kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Glomerular diseases (N00–N08) Renal Failure (N17-
N19)
b. Kelompok 2 :Urolithiasis (N20–N23), Renal tubulo-interstitial diseases
(N10–N16)
c. Kelompok 3: Inflammatory diseases of female pelvic organs (N70–
N77).
Disorders of breast (N60–N64).
d. Kelompok 4 : Noninflammatory disorders of female genital tract (N80–
N98), disorders of kidney and ureter (N25–N29)
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
TOPIK 2
LANGKAH-LANGKAH PENYEDIAAN DATA PENYEBAB KEMATIAN
Nila Sari, S.Km, M.Km
I. Langkah-Langkah Penyediaan data Penyebab Kematian
Gambar. 6.1
Catatan Bab XIII Penyakit Sistem Muskuloskeletal (Sumber: ICD-10,
Volume 1, Bab XIII)
A. PENGECUALIAN
PENGECUALIAN:
Kondisi Tertentu Yang Berawal Pada Periode
Perinatal (P00-P96) Gangguan Sendi
Temporomandibular Tertentu (K07.6)
B. ISI BAB
C. KATEGORI ASTERISK
Bab ini banyak kode asterisknya. Ingat, kode asterisk tidak pernah
berdiri sendiri.
Harus dengan kode dagger dari bab lain.
M01* Infeksi Direct Persendian Pada Penyakit Infeksi Dan Parasit
Yang Terklasifikasi Di Bagian Lain
M03* Arthropati Reaktif Dan Postinfeksi Pada Penyakit Yang
Terklasifikasi Di Bagian Lain
M07* Arthropati Psoriatik Dan Enteropatik
M09* Arthritis Juvenilis Pada Penyakit Yang Terklasifikasi Di Bagian
Lain M14* Arthropati Pada Penyakit Yang Terklasifikasi Di Bagian Lain
M36* Penyakit Jaringan Ikat Sistemik Pada Penyakit Yang
Terklasifikasi Di Bagian Lain
M49* Spondylopati Pada Penyakit Yang Terklasifikasi Di Bagian
Lain
M63* Penyakit Otot Penyakit Yang Terklasifikasi Di Bagian Lain
M68* Penyakit Synovium Dan Tendon Pada Penyakit Yang
Terklasifikasi Di Bagian Lain
Untuk Bab XIII tidak terdapat Catatan Khusus Bab (Chapter Specific
Note) seperti bab sebelumnya.
E. CATATAN LAIN
DARI KELAINAN
Gambar 6.2
Gambar 6.3
Catatan untuk Arthropati Infeksius (Sumber: ICD-10, Volume 1, Bab XIII)
Gambar 6.4
Catatan untuk Arthrosis (Sumber: ICD-10, Volume 1, Bab XIII)
Gambar 6.5
Catatan untuk kategori M23 (Sumber: ICD-10, Volume 1, Bab XIII)
Gambar 6.6
Catatan untuk Dorsopati (Sumber: ICD-10, Volume 1, Bab XIII)
b. Entesopati (M76)
Rangkuman
Setiap Bab Dalam ICD-10 memiliki kekhususan tersendiri yang dapat berbeda
dengan ketentuan dalam bab lain. Demikian pula hal nya dengan Bab XIV
Penyakit Sistem Genitourinary. Penyakit Sistem Urinary merupakan sebgian isi
Bab XIV. Pada awal bab XIV terdapat PENGECUALIAN, di mana kondisi-
kondisi terkait penyakit digestif TIDAK dikode pada bab tersebut melainkan
berada pada kategori dalam bab atau bagian lain ICD-10. Masing-masing Bab
terdiri atas beberapa Blok Kategori yang merupakan pengelompokan penyakit
sejenis untuk memudahkan pengklasifikasiannya. Bab XIV terdiri dari 11 Blok
Kategori, 6 diantaranya adalah Blok Kategori Penyakit Sistem Urinary. Pada Bab
XIV ini terdapat 9 (sembilan) kode asterisk dengan tanda (*) yang mengingatkan
koder untuk mencari pasangannya kode dagger di bagian lain ICD-10 ini. Adapun
kode asterisk yang terkait penyakit sistem urinary ada 6 buah. Tiap Blok Kategori
maupun 3-karakter Kategori dan 4-karakter Sub-kategori dapat disertai petunjuk
khusus (note) ataupun keterangan dalam inclusion dan exclusion yang harus
dibaca baik-baik dan dipatuhi guna memperoleh kode dengan akurat. Termasuk
Kategori N18 yang mengalami perubahan-perubahan pada tiap edisi.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari mencari kode penyakit system
genitourinary berdasarakan ICD 10 Vol 1 kemudian ke ICD 10 Vol 3 dan
berdiskusi dengan kelompok membahas sesuai judul yang diberikan.
Adapun judul kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Glomerular diseases (N00–N08) Renal Failure (N17-
N19)
b. Kelompok 2 :Urolithiasis (N20–N23), Renal tubulo-interstitial diseases
(N10–N16)
c. Kelompok 3: Inflammatory diseases of female pelvic organs (N70–
N77).
Disorders of breast (N60–N64).
d. Kelompok 4 : Noninflammatory disorders of female genital tract (N80–
N98), disorders of kidney and ureter (N25–N29)
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Tugas 2 : Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
a. Buatlah 5 soal dan pembahasan pada setiap kelompok terkait dengan
dengan aturan modifikasi untuk seleksi penyebab kematian
b. Soal dan pembahasan diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12,
jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
d. Tugas dikirim ke email: thresiahts@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2015), Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Legawati (2018) . Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Wineka Media
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2018, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Masternal
dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
TOPIK 3
SERTIFIKAT MEDIS
I. Sertifikat Medis
I. Pengantar
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan
dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan
masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun
lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
5. Definisi Mortalitas
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi
selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi
umur penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan
kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Definisi kematian tersebut harus diketahui, untuk mendapatkan data
kematian yang benar. Kematian hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi
kelahiran hidup atau keadaan mati selalu didahului dengan keadaan hidup.
Oleh karena itu, harus dibedakan dengan Lahir hidup (live birth) dan Lahir
mati (fetal death). Lahir hidup (live birth) yaitu peristiwa keluarnya hasil
konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya
kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi; hasil konsepsi bernafas dan
mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali
pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali pusat sudah
dipotong atau belum. Lahir Mati (fetal death) yaitu peristiwa menghilangnya
tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut
dikeluarkan dari rahim ibunya. Lahir mati dibedakan menjadi:
Stillbirth (late fetal death) yaitu kematian yang terjadi pada janin yang berusia
20-28 minggu Keguguran yaitu kematian janin yang terjadi pada awal
kehamila. Aborsi yaitu kematian janin yang terjadi pada awal kehamilan
8. Indikator Morta
alitas
Bermacam-macam indikator
i mortalitas atau angka kematian
yang umum dipakaii adalah:
eksterna, genetalia interna dan panggul. Genetalia interna terletak di dalam rongga
a. Genetalia Eksterna
Organ genetalia eksterna disebut pula vulva
Bagian yang menonjol di atas simfisis dan ditutupi rambut pada wanita
setelah pubertas.
2.Labia mayora
Organ ini merupakan dua lipatan membulat besar, terdapat pada sisi kiri dan
kanan. Daerah ini mengandung banyak jaringan lemak dan sebasea, kelenjar
3. Labia minora
Labia minora merupakan dua lipatan tipis dari kulit yang berwarna merah
muda, terletak di sebelah dalam labia mayor pada sisi kiri dan kanan.
4. Klitoris
Klitoris analog dengan penis, merupakan bagian kecil yang sangat sensitive
5. Vestibulum
6. Bulbus Vestibuli
Bulbus vestibule terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus ossis
pubis, pada sisi kiri dan kanan. Organ ini mengandung banyak pembuluh
konstriktor vagina.
7. Kelenjar skene
Organ ini terdiri-dari dua buah, terletak di kiri & kanan bawah orifisium uretra.
8. Kelenjar bartholini
Kelenjar bartholini terdiri-dari dua buah, terletak di kedua sisi vagina, yaitu
pada ligamentum triangulare dan bermuara di kiri & kanan dekat fossa
navikulare.
9. Introitus/Ostium vagina
Introitus vagina menempati dua per tiga bagian bawah vestibulum, ditutupi
10. Perineum
empat cm.
b. Genetalia Interna
1. Vagina/liang senggama/liang kemaluan
2. Uterus
Organ ini berbentuk seperti buah peer atau advokat, dan berongga. Pada
keadaan tidak hamil, organ ini sebesar telor ayam kampung. Ukuran uterus
: panjang 7-7,5 cm; lebar di atas 5,25 cm; tebal dinding 1,25 cm; berat 57
gram.
Terdapat dua buah tuba (kiri dan kanan). Masing-masing tuba berasal dari
pelvis.
1. Ovarium
suprarenalis dan testis, tetapi kedua ovarium terletak di atas pintu masuk
pelvis pada saat bayi lahir, dan baru turun ke kavum pelvis setelah tempat
Rangkuman
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan
dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan
dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas
(ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Mahasiswa menjawab soal yang diberikan dosen berhubungan dengan aturan
modifikasi untuk seleksi penyebab kematian dengan mengaitkan kedalam teori
dan konsep.
Soal:
1. Seorang perempuan, umur 28 tahun, G1P0A0 hamil 32 minggu datang ke
BPM dengan keluhan sering BAK di malam hari sejak 2 hari yang lalu. Hasil
anamnesis: dalam semalam BAK sampai 3-4 kali, gerak janin dirasakan aktif.
370 C, TFU 30 cm, teraba puki, kepala sudah masuk PAP 4/5.
Pembahasan soal:
…………………………………………………………………………….
Polindes dengan keluhan bengkak pada kaki sejak 1 minggu yang lalu. Hasil
a. 1 minggu
b. 2 minggu
c. 4 minggu
d. 6 minggu
e. 8 minggu
Pembahasan soal:
…………………………………………………………………………….
untuk kunjungan ulang . Hasil anamnesis: sering merasa lelah dan mudah
a. Hemoglobin
b. Glukosa urin
c. Reduksi Urin
d. Inspekulo
e. USG
Pembahasan soal:
…………………………………………………………………………….
untuk melakukan kunjungan ulang. Hasil anamne- sis: ibu sering pusing dan
N 80 x/menit, P 20 x/menit, TFU 30 cm, puka, kepala belum masuk PAP, DJJ
120 x/menit, Hb 10,5 gram%. Diagnosis apakah yang paling mungkin pada
kasus tersebut?
a. Bayi besar
b. Anemia ringan
c. Anemia berat
d. Panggul sempit
e. Hipotensi
Pembahasan soal:
…………………………………………………………………………….
BPM dengan keluhan lemah. Hasil anamnesis: sering letih dan lesu. Hasil
80 x/menit, P 20 x/menit, TFU 30 cm, puka, kepala, DJJ 120 x/menit, Hb 10 gr/
dL. Bidan memberikan tablet Fe+asam folat. Kapankah waktu yang tepat untuk
mengeval uasi keefektifan asuhan pada kasus tersebut?
a. 1 minggu
b. 2 minggu
c. 3 minggu
d. 4 minggu
e. 5 minggu
Pembahasan soal:
…………………………………………………………………………….
Penerimaan diri
Kebutuhan seksual
Tanda-tanda persalinan
Teknik pernafasan
Pembahasan soal:
…………………………………………………………………………….
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk: Membuat daftar istilah medis dan terminology medis terkait sertifikat
medis dan sertifikat penyebab kematian perinatal.dengan cara diketik dan hasil
tugas ke dalam file word dengan font times new roman 12, spasi 1,5. Cover
sertakan judul tugas, nama, NIM, program studi dan logo. Dikirim ke email:
yernimariani@gmail.com
KUNCI JAWABAN
Tugas 1 Triage
2. E Amenore (tidak dapat haid), mual dan muntah, mengidam, pingsan, tidak
ada selera makan, payudara membesar, tegang
Penjelasan: Tanda-tanda presumtif (tidak pasti) hamil salasatunya Amenore
(Tidak dapat haid) artinya tidak semua wanita yang tidak haid, mual dan
muntah, mengidam, pingsan, tidak ada selera makan, payudara membesar,
tegang dikatakan hamil .
3. C (Tanda – tanda inpartu)
Penjelasan: Tanda – Tanda Inpartu, his yang lebih kuat, sering dan teratur,
keluar lendir bercampur darah, VT : serviks mendatar dan membuka.
4. B (Perkembangan janin pada kehamilan minggu ke 16-20)
Penjelasan: Hidung dan telinga tampak jelas, kulit merah, rambut mulai
tumbuh, dan semua bagian sudah terbentuk lengkap, pembuluh darah terlihat
dengan jelas
5. D (Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari)
Penejelasan :Pada kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan ) bukanlah bagian
memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
Tugas 2 Triage
Penjelasan dalam kasus tersebut seorang ibu hamil primpara hamil 8 bulan
mengeluh sering BAK pada malam hari adalah normal dan menjadi prioritas
utama rencana penyelesaian masalahnya karena kondi- si kehamilannya
secara umum baik dan normal. Ibu perlu mengetahui apa yang menjadi
keluhan utamanya sehingga fokus KIE yang diberikan adalah KIE tentang
penyebab sering BAK, untuk pembahasan option yang lain merupakan bagian
2. B (2 Minggu )
minggu TFU 30 cm dan tidak ada kelainan lain, sehingga sesuai dengan pola
kunjungan ulang ibu hamil normal bahwa jika memasuki ke- hamilan TM III
3. A (Hemoglobin)
4. B (Anemia Ringan)
diatas 11 gr/dl.
5. D (4 Minggu)
kembali.
merasakan ce- mas apakah persalinannya akan normal, apakah bayi yang
Erawati AD (2010) Buku ajar asuhan kebidnan persalinan normal. Jakarta: EGC.
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan
dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan
masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun
lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kematian dewasa
umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif,
kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi
dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas
(ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi
buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga
mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di
sesuatu daerah.
B. Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas tentang penggunaan Sertifikat kematian, interpretasi isian
(entry) sertifikat kematian . Bab ini menguraikan pokok bahasan atau topik yang
saling berkaitan satu sama lain yaitu
Topik 1 : Penggunaan Sertifikat Kematian, Interpretasi Isian (Entry)
Sertifikat Kematian
Topik 2 : Interpretasi Sertifikat Kematian
Topik 3 : Interpretasi Isian Sertifikat Kematian
C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Adapun yang menjadi kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan adalah
mahasiswa mampu mnerapkan penggunaan Sertifikat kematian, interpretasi isian
(entry) sertifikat kematian (C3)
D. Uraian Materi
Topik 1 : Penggunaan Sertifikat Kematian, Interpretasi Isian (Entry)
Sertifikat Kematian
Topik 2 : Interpretasi Sertifikat Kematian
Topik 3 : Interpretasi Isian Sertifikat Kematian
TOPIK 1
PENGGUNAAN SERTIFIKAT KEMATIAN, INTERPRETASI ISIAN
(ENTRY) SERTIFIKAT KEMATIAN
(Yerni Mariana, M.Kes)
Idealnya data kemaatian dapat diperoleh dari hasil Registrasii Vital, karena
menyajikan data keematian secara langsung. Namun dataa registrasi di
Indonesia masih belum
be dapat menyajikan data kematian secara lengkap.
Beberapa sumber daata kematian yaitu Sensus Penduduk, Surveey, dan sumber-
sumber lain sepertii Rumah Sakit, dinas pemakaman, kantor polisi
p dan lain-
lain. Contoh pembentukan istilah medis untuk penyakit terkait dengan sertifikat
kematian..
Pemeriksaan vagina dan cervix uteri untuk determinasi penyebab hasil Pap smear
test yang abnormal
Cystoscopy: cyst/o→
→Root – kandung kemih Scopy →suffix
B. ISI BAB
Untuk Bab X tidak terdapat Catatan Khusus Bab (Chapter Specific Note)
seperti bab sebelumnya.
E. CATATAN LAIN
Gambar 4.2
Kode tambahan pada kategori Sinusitis Akut (Sumber: ICD-10, Volume 1,
Bab X)
2. Kelompok Penyakit Influenza dan Pneumonia (J09 – J18)
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Kategori Baru Dalam versi 2010 (Sumber: ICD-10, Volume 1, Bab X)
3. Kelompok Penyakit Saluran Bawah Kronik (J40 – J47).
Gambar 4.5
Gambar 4.7
Koding kombinasi pada J44.0 (Sumber: ICD-10, Volume 1, Bab X)
Gambar 4.10 Penyakit Paru Akibat Sebab Luar (Sumber: ICD-10, Volume
1, Bab X)
5. Kategori Oedem Pulmoner
Untuk kategori ini, perhatikan kondisi-kondisi pengecualiannya. Ada
beberapa kondisi di mana oedem pulmo tidak dikode J81. Lihat Gambar
4.11 berikut ini
Rangkuman :
Terminologi medis adalah bahasa profesional bagi mereka yang secara langsung
ataupun tidak langsung berkecimpung di bidang pelayanan kesehatan.
Kompleksitas istilah kerapkali bisa menyulitkan kemampuan konsentrasi
pembelajaran, khususnya bagi mahasiswa bidang studi manajemen rekam medis-
informasi kesehatan. Mereka dituntut harus memahami secara tepat ejaan dan arti
istilah-istilah medis klinis diagnoses serta prosedur tindakan medis-operasi.
Terminologis pada kehamilan dan persalinan sangat banyak seperti
Adenofibromatous hypertrophy, Metritis, Endometriosis of rectovaginal dan lain
sebagainya yang terdiri dari root, suffix dan prefix.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 8-9 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari penyakit yang berhubungan sebab
kematian perinatal menjelaskan etiologi dan patofisiologi penyakit atau
alur jalannya penyakit.
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA.
2 Kelompok Mandiri
Petunjuk : Membuat daftar istilah medis dan terminology medis terkait dengan
Sertifikat kematian, interpretasi isian (entry) sertifikat kematian dengan cara
diketik dan hasil tugas ke dalam file word dengan font times new roman 12, spasi
1,5. Cover sertakan judul tugas, nama, NIM, program studi dan logo. Tugas
dikirim ke email: thresiahts@gmail.com
TOPIK 2
1. Pengertian UCOD
Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan acuan dalam menentukan diagnosis
kematian:
1. Aturan Seleksi
Bila lebih dari 1 kondisi diisi, maka untuk menentukan sebab langsung pilih
baris terbawah pada bagian I.
Contoh :
(b) Hypertension
Pilih Prostatic Adenoma sebagai UCOD karena kondisi pada bagian (d)
menyebabkan (c), kondisi pada (c) menyebabkan (b) dan kondisi pada (b)
menyebabkan (a).
b. Rule 1
Bila lebih dari 1 rangkaian yang berakhir pada kondisi yang disebut
pertama, pilih dari kejadian yang disebut pertama.
Contoh:
(a) Bronchopneumonia
c. Rule 2
Bila tidak ada laporan kejadian yang berakhir pada kondisi pertama, dipilih
kondisi yang disebut pertama.
Contoh :
d. Rule 3
Bila kondisi yang dipilih pada prinsip umum, rule 1 atau rule 2 adalah
suatu akibat langsung dari kondisi/keluhan lain yang dilaporkan pada
bagian I atau II, pilih kondisi primer ini.
II AIDS
II HIV disease
Contoh 3 :
I (a) Tuberculosis
II HIV disease
2. Aturan Modifikasi
Dalam beberapa kasus sebab yang mendasari kematian yang telah dipilih,
dengan menggunakan aturan-aturan di atas tidak terpakai atau informatif.
Misalnya untuk kondisi senilitas atau proses penyakit umum seperti
Aterosklerosis. Dalam hal ini diterapkan cara modifikasi sesudah penggunaan
prinsip umum, rule 1, rule 2, dan rule 3. Ada 6 aturan modifikasi, yaitu:
Jika penyebab terpilih adalah keadaan pada bab XVIII, kecuali untuk SID
dan keluhan yang diklasifikasikan di tempat lain pada R00-R94 atau R96-R99,
pilih kembali penyebab kematian seperti penyebab tersebut tidak
diklasifikasikan pada bab XVIII
Contoh :
Contoh :
Pilih Cardiac arrest (I46.9). Abaikan dental caries yang dipilih dengan
menggunakan prinsip umum, sebab hal tersebut dapat dipertimbangkan
sebagai keluhan yang tidak begitu penting.
c. Aturan C keterkaitan
Jika penyebab terpilih berkaitan dengan penyebab lain akibat sifatnya atau
catatan yang digunakan untuk pengkodean penyebab kematian, gunakan
kombinasi keluhan tersebut.
Jika hubungan antar 2 kondisi hanya terjadi akibat satu keluhan disebabkan oleh
keluhan yang lain, kode kombinasi kedua keluhan tersebut hanya jika hubungan
sebab akibat dapat dimungkinkan.
d. Aturan D kekhususan
Contoh:
(a) Meningitis
(b) Tuberculosis
Jika penyebab terpilih adalah keluhan awal penyakit dan keluhan yang lebih
parah tercantum pada sertifikat. Aturan ini tidak berlaku untuk
penyakit”kronik”akibat penyakit”akut” kecuali sistem klasifikasi memberikan
catatan khusus.
Contoh:
Pilih kondisi tertiary syphilis(A52.9) karena kondisi ini merupakan lanjutan dari
keluhan/ stadium awal.
Tidak digunakan bila diketahui penyebab utama antara lain: F01- F09, F70-
F79, G81-G83, H54, H90-H91, N46, N47, O30, P07, P08, T79.
Rangkuman
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan
dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan
masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun
lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kematian dewasa
umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif,
kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi
dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas
(ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor
gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular,
sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan
balita di sesuatu daerah.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Mahasiswa masing-masing kelompok membuat gambar r anatomi sesuai
topik yang diberikan.
1. Anatomi Sertifikat Kematian Kardiovaskular
2. Anatomi Sertifikat Kematian Penyakit Sistem Respirasi
3. Anatomi Sertifikat Kematian Penyakit Sistem Muskuloskletal
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
a. Membuat tabel perbedaan penjelasan masing-masing isian sertifikat
kematian diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12, jenis tulisan
Times New Roman, spasi 1,5
b. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
c. Tugas dikirim ke email: thresiahts@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Surabaya. 2017
3. Aturan Ketiga
Sub kategori yg tersedia harus diutamakan untuk kondisi utama drpd kategori
diluar Bab XV, jika pd kondisi ini dinyatakan mempersulit kehamilan atau
mrp alasan perawatan obstetri. Kode yg relevan dg bab-bab lain digunakan
sbg diagnosa sekunder.
Contoh :
Perhatikan sub group O30-O48. Bila diminta mencari Placenta Previa maka ada
beberapa cara yaitu:
- cara 1 adalah sebagai berikut. Buka buku vol 3 → Leadterm Placenta,
Placental
- Cross check → buku Vol 1 → O44.1 (Placenta Previa dengan perdarahan)
- Cara ke 2 adalah perhatikan kembali sub group O30-O48, bila diminta
mencari Placenta Previa maka langkah lain adalah sebagai berikut.
- Buka buku vol 3 → Leadterm Placenta, Placental: (ada perintah ‘see also
condition’) harus mencari ke ‘condition’ → cari alphabet C yakni Condition —
‘see Disease’ → ada perintah lagi ‘lihat disease’ → alphabet D cari ‘disease’
→ Placenta telusur lagi → Placenta tidak ada perdarahan -→ (complicating
pregnancy or childbirth O43.9)
Rangkuman
Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit
degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian.
Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim
pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena
infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap
penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya
kematian bayi dan balita di sesuatu daerah. Mortalitas atau kematian dapat
menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus kematian
terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat
istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna
untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari dan menjelaskan kasus yang
berhubungan dengan Interpretasi Sertifikat Kematian dengan mengaitkan
kedalam teori dan konsep
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2.Tugas Mandiri
Petunjuk:
a. Buatlah 5 soal dan pembahasan pada setiap kelompok terkait
terminologi kondisi kesehatan karena penyebab luar.
b. Soal dan pembahasan diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12,
jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
d. Tugas dikirim ke email: thresiahts@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Pengantar Pendahuluan
Pada BAB V ini mahasiswa/i D-3 Perekam medis akan mempelajari bagaimana
mengkalsifikasikan terminolog medis dalam konsep dasar pembentukan istilah
medis pada malformasi kongenital. Terminologi medis adalah bahasa profesional
bagi mereka yang secara langsung ataupun tidak langsung berkecimpung di
bidang pelayanan kesehatan. Terminologis ini akan membantu mahasiswa untuk
melakukan proses selanjutnya yaitu proses pengkodingan. Susunan struktur
istilah medis rata-rata dirasa sangat sulit dan komplek untuk dipahami oleh
mahasiswa bidang kesehatan. Kompleksitas istilah kerapkali bisa menyulitkan
kemampuan konsentrasi pembelajaran, khususnya bagi mahasiswa bidang studi
manajemen rekam medis-informasi kesehatan. Mereka dituntut harus memahami
secara tepat ejaan dan arti istilah-istilah medis klinis diagnoses serta prosedur
tindakan medis-operasi, sebagai masukan ke sistem informasi asuhan klinis dan
manajemen kesehatan, serta sistem penagihan biaya pelayanan-asuhan kesehatan
yang diaplikasikan.
B. Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas tentang penggunaan penggunaan Medical Mortality Data
Sheet (MMDS). Bab ini menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling
berkaitan satu sama lain yaitu
Topik 1 : Konsep Medical Mortality Data Sheet (MMDS) I
Topik 2 : Konsep Medical Mortality Data Sheet (MMDS) II
Topik 3 : Penentuan Penyebab Kematian Perinatal I
Topik 4 : Klasifikasi dan Kodefikasi BAB XXI ICD-10
Topik 5 : Internasional Clasifications of Primary Care (ICPC) & International
Clasifications of Fungtioning (ICF)
C. Kemampuan/Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Adapun yang menjadi kemampuan/tujuan akhir yang diharapkan adalah
mahasiswa mampu mnerapkan penggunaan Medical Mortality Data Sheet
(MMDS)
D. Uraian Materi
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari diagnose penyakit istilah terminology
medisnya. dan berdiskusi dengan kelompok membahas sesuai judul yang
diberikan. Adapun judul kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Kelainanan jantung bawaan
b. Kelompok 2 : Celah bibir atau bibir sumbing
c. Kelompok 3 : Cerebral palsy
d. Kelompok 4 : Hidrocepalus
e. Kelompok 5: Atresia oesophagus
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
a. Buatlah 5 soal dan pembahasan pada setiap kelompok terkait terkait
Konsep Medical Mortality Data Sheet (MMDS) - I
b. Soal dan pembahasan diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12,
jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
d. Tugas dikirim ke email: thresiahts@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Rangkuman :
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan
dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan
masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun
lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kematian dewasa
umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif,
kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi
dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas
(ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi
buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga
mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di
sesuatu daerah.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok Berdiskusi dan membahas bersama dengan
membentuk 4 kelompok mencari kode penyakit penyakit pada kasus
morbiditas dan mortalitas, berdasarakan ICD 10,
1. Karsinoma sel transisional pada trigonum bladder
2. Appendisitis akut dengan perforasi
3. Katarak diabetes, tergantung insulin
4. Perikarditis meningokokus
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
a. Buatlah 5 soal dan pembahasan pada setiap kelompok terkait terkait
Klasifikasi dan kodefikasi Aturan dan tata cara kodefikasi diagnosis
(general coding) untuk kasus mortalitas dan morbiditas
b. Soal dan pembahasan diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12,
jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
d. Tugas dikirim ke email: thresiahts@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Banyak faktor yang terkait dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu kematian bayi endogen dan
kematian bayi eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut
kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak
lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama
kehamilan. Kematian eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi
yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan
luar. Beberapa penelitian menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi dan budaya
mempengaruhi kelangsungan hidup anak melalui berbagai faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor ibu, faktor lingkungan, kekurangan gizi, trauma,
dan upaya pencegahan dari individu itu sendiri.Faktor ibu adalah termasuk umur
ibu, paritas, dan jarak kehamilan. Faktor lingkungan yaitu berhubungan dengan
media penyebaran penyebab penyakit seperti udara, air, makanan, kulit, tanah,
serangga, dll. Kekurangan gizi yaitu kekurangan kalori, protein dan kekurangan
vitamin dan mineral, sedangkan faktor upaya pencegahan penyakit individu, yaitu
imunisasi dan pengobatan (Wahyuni CS, 2009).
a. Umur Ibu
Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap optimal
untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 35 tahun. Sedangkan dibawah atau di
atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan (Wahyuni
CS, 2009). Umur ibu < 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi
kehidupan sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan. Pada umur tersebut rahim dan panggul ibu belum
berkembang dengan baik hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami
persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain karena
ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang
tua. Sebaliknya jika umur ibu > 35 tahun, tubuh ibu sudah kurang siap lagi
menghadapi kehamilan dan persalinan. Pertambahan umur akan diikuti oleh
perubahan perkembangan dari organ-organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan
mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana
organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan, disertai kejiwaan
yang belum bersedia menjadi seorang ibu. Usia hamil yang ideal bagi seorang
wanita adalah antara umur 20-35 tahun karena pada usia tersebut rahim sudah siap
menerima kehamilan, mental juga sudah matang dan sudah mampu merawat bayi
dan dirinya.
b. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri atas 3
kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas,
(2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-5 dan (3) Golongan
grande multipara adalah golongan ibu dengan paritas > 5. Kehamilan yang paling
optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat. Kehamilan pertama dan setelah
kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi. Jadi, persalinan yang paling
aman adalah persalinan kedua dan ketiga. Grande multipara adalah istilah yang
digunakan untuk wanita dengan kehamilan lebih dari lima. Kehamilan pada
kelompok ini sering disertai penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan
antepartum, perdarahan post partum, dan lain-lain. Kehamilan dan persalinan anak
kelima atau lebih risiko meningkat karena kehamilan dan persalinan berulang-
ulang akan mengakibatkan berkurangnya cadangan zat-zat tambahan, misalnya
asam folat, Fe, iodium, vitamin A, vitamin B, dan vitamin D, kelelahan pada
tubuh ibu dan alat kandungan.
c. Jarak Antar Kelahiran
Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan
< 2 tahun atau > 4 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. Jarak
antara dua kehamilan yang < 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan
normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul beban
yang lebih berat. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan
kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu
diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin yang kurang baik,
mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika jarak
kehamilan antara dua kehamilan > 4 tahun, di samping usia ibu yang sudah
bertambah juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan
persalinan pertama.
Maturitas adalah kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi normal
terakhir sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin.
Berdasarkan umur kehamilan, persalinan dapat dibedakan atas:
1. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 22-
36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur.
2. Normal (partus matures) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu (antara
259 hari dan 280 hari), janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.
3. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus normal atau pada kehamilan > 40 minggu.
f. Anemia Ibu
Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam sel-sel
darah merah, yaitu kurang dari 11 gr%. Tanda-tanda ibu menderita anemia seperti
perasaan lesu, sering mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir, dan
kuku pucat serta penglihatan berkunang-kunang. Wanita yang berat badannya 55
kilogram, memerlukan tambahan zat besi untuk pembentukan hemoglobin
sejumlah 500 miligram, untuk pembentukan janin 290 miligram dan untuk
plasenta 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat melahirkan
diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil selama Sembilan bulan
kehamilan adalah 1.000 miligram.
g. Pendidikan Ibu
Ibu yang berpendidikan rendah (kurang dari SMP) mempunyai risiko sebesar 2,2
kali untuk terjadinya kematian perinatal dibanding dengan ibu yang berpendidikan
tinggi. Latar belakang pendidikan ibu mempengaruhi sikapnya dalam memilih
pelayanan kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan
peningkatan berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi
kondisi perinatal.
h. Kondisi Kehamilan
Bayi dari ibu yang pada saat hamilnya mengalami keluhan mempunyai risiko 2,4
kali untuk terjadinya kematian perinatal dibanding dengan ibu yang pada saat
hamilnya tidak mengalami keluhan. Komplikasi kehamilan sebenarnya dapat
dicegah minimal dapat diminimalisir walau 15-20% kehamilan normal bisa
berubah menjadi komplikasi pada saat persalinan. Salah satu cara yang efektif
untuk memantau adanya komplikasi adalah deteksi dini kehamilan berisiko tinggi,
dengan cara melakukan pemeriksaan yang teratur dan berkualitas. Di puskesmas
deteksi dini risiko tinggi kehamilan ini sudah menjadi program, walau masih
dengan cara sederhana yaitu masih dalam tahap seleksi awal, secara biomedis,
namun manfaatnya masih bisa dirasakan. Karena pada dasarnya semua kehamilan
adalah berisiko tinggi maka deteksi dini atau kewaspadaan tinggi ini hendaknya
dilakukan pada semua kehamilan, tidak hanya kehamilan berisiko saja.
i. Riwayat Kehamilan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus, partus
prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklampsia/eklampsia, Ketuban
Pecah Dini (KPD), kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan
tumor (mioma atau kista ovari) serta semua persalinan tidak normal yang pernah
dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-
keadaan tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan
kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan.
f. Penyakit Infeksi
Infeksi terjadi melalui kuman yang menulari janin dengan cara kontak langsung
dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman, misalnya:
1. Pada keadaan ketuban pecah dini, kuman dari vagina masuk ke dalam rongga
amnion.
2. Partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vagina yang tidak
memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik memungkinkan masuknya
kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam rongga amnion.
3. Pada ibu yang menderita gonore, kuman menulari janin pada saat janin
melalui jalan lahir.
b. Penyebab antara: Bila lebih dari 2 sebab terekam, harus dilakukan seleksi
sesuai aturan berdasarkan konsep sebab yang mendasari kematian
(Underlying cause of death)
1. Aturan Seleksi
Bila lebih dari 1 kondisi diisi, maka untuk menentukan sebab langsung pilih
baris terbawah pada bagian I.
Contoh :
(b) Hypertension
Rangkuman
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan
dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan
masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan.
Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun
lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kematian dewasa
umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif,
kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi
dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas
(ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor
gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular,
sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan
balita di sesuatu daerah
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari kode penyakit kelainan malformasi
berdasarakan ICD 10 Vol 1 kemudian ke ICD 10 Vol 3 dan berdiskusi
dengan kelompok membahas sesuai judul yang diberikan. Adapun judul
kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Congenital malformations of the nervous system (Q00–
Q07) Congenital malformations of eye, ear, face and neck (Q10–Q18).
b. Kelompok 2 : Congenital malformations of the circulatory system
(Q20–Q28) Congenital malformations of the respiratory system (Q30–
Q34)
c. Kelompok 3 : Congenital malformations of the urinary system
Congenital malformations of genital organs (Q50–Q56)
d. Kelompok 4 :Congenital malformations and deformations of the
musculoskeletal system (Q65–Q79), Chromosomal abnormalities, not
elsewhere classified (Q90–Q99).
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
a. Buatlah 5 soal dan pembahasan pada setiap kelompok terkait terkait
penyebab kematian Perinatal - I sebagai bank soal
b. Soal dan pembahasan diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12,
jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
d. Tugas dikirim ke email
TOPIK 4
KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI BAB XXI ICD-10
Nila Sari, S.Km, M.Km
Coding adalah salah satu kegiatan pengolahan data rekam medis untuk
memberikan kode dengan huruf atau dengan angka atau kombinasi huruf dan
angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang
ada dalam rekam medis harus di beri kode dan selanjutnya di indeks agar
memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi
perencanaan, managemen, dan riset bidang kesehatan. Pemberian kode ini
merupakan kegiatan klasifikasi penyakit dan tindakan yang mengelompokan
penyakit dan tindakan berdasarkan criteria tertentu yang telah disepakati.
Pemberian kode atas diagnosis klasifikasi penyakit yang berlaku dengan
menggunakan ICD-10 untuk mengkode penyakit, sedangkan ICOPIM dan ICD-
9-CM digunakan untuk mengkode tindakan, serta komputer (on-line) untuk
mengkode penyakit dan tindakan.
Pengertian ICD-10
ICD merupakan singkatan dari International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problems dimana memuat klasifikasi diagnostik penyakit
dengan standar internasional yang disusun berdasarkan sistem kategori dan
dikelompokkan dalam satuan penyakit menurut kriteria yang telah disepakati
pakar internasional.Sehingga ICD dapat dikatakan sistem penggolongan penyakit
dan masalah kesehatan lainnya secara internasional yang ditetapkan menurut
kriteria tertentu.Klasifikasi penyakit bisa didefinisikan sebagai sebuah sistem
kategori tempat jenis penyakit dimasukkan sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. WHO (2005)
Fungsi ICD-10
Sebagaimana dikemukakan oleh Gemala Hatta (2008:134), fungsi ICD salah
satunya adalah sebagai berikut:
1. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan
kesehatan.
2. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.
3. Bahan dasar dalam pengelompokan DRG’s (Diagnosis-Related Groups)
untuk sistem penagihan biaya pelayanan.
4. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.
Stuktur ICD-10
Menurut Gemala Hatta (2008:135), dalam buku ICD-10 terdiri dari 3 volume,
yaitu:
1. Volume 1
1. Volume 2 :
Buku ICD-10 volume 2 adalah buku petunjuk penggunaan ICD-10 yang berisi :
Penjelasan tentang ICD (International Classification Of Diseases and Health
Problems).
Cara penggunaan ICD-10.
Aturan dan petunjuk pengkodean morbiditas dan mortalitas.
Presentasi statistik.
Riwayat perkembangan ICD
2. Volume 3 :
Disebut Alphabetical Indeks (Indeks abjad). Yang terdiri dari :
Susunan indeks secara umum.
Seksi I : indeks abjad penyakit, bentuk cedera.
Seksi II : penyebab luar cedera.
Seksi III : Tabel obat dan zat kimia.
Perbaikan terhadap volume 1.
1. Jika diagnosis yang lebih spesifik (penyakit atau cidera) tidak dibuat pada
akhir rawat inap maka diizinkan memberi kode “R” atau kode “Z” sebagai
kode kondisi utama.
2. Jika diagnosis utama masih disebut “suspect” dan tidak ada informasi lebih
lanjut atau klarifikasi maka harus dikode seolah-olah telah ditegakkan.
Kategori Z03.- (Medical observation and evaluation for suspected diseases and
conditions) diterapkan pada “Suspected” yang dapat dikesampingkan sesudah
pemeriksaan.
contoh :
Kondisi utama : Suspected acute Cholecystitis
Kondisi lain :–
Diberi kode Acute Cholecystitis (K81.0) sebagai diagnosis utama
4. Aturan Reseleksi Diagnosis MB1-MB5
RULE MB1 :
Kondisi minor direkam sebagai ”diagnosis utama” (main condition), kondisi yang
lebih bermakna direkam sebagai ”diagnosis sekunder” (other condition).
Diagnosis utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yang terjadi, dan
jenis spesialis yang mengasuh, pilih kondisi yang relevan sebagai ”Diagnosis
utama
Contoh :
Diagnosis utama : Sinusitis akut
Diagnosis sekunder : Carcinoma endoservik, Hypertensi
Prosedur : Histerektomi Total
Spesialis : Ginekologi
Reseleksi Carcinoma endoserviks sebagai kondisi utama.
RULE MB2 :
Kondisi yang direkam sebagai diagnosis utama menggambarkan suatu gejala yang
timbul akibat suatu kondisi yang ditangani. Suatu gejala yang diklasfikasikan
dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab
XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis,
terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada
kondisi ini terapi diberikan maka reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis
utama.
Contoh:
Diagnosis Utama : Hematuria
Diagnosis Sekunder : Varises pembuluh darah tungkai
bawah, Papiloma dinding posterior kandung kemih
Tindakan : Eksisi diatermi papilomata
Specialis : Urologi
Reseleksi Papiloma dinding posterior kandung kemih (D41.4) sebagai diagnosis
utama.
RULE MB4 :
Spesifisitas
Bila diagnosis yang terekam sebagai diagnosis utama adalah istilah yang umum,
dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat tentang topografi atau sifat
dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi terakhir sebagai diagnosis utama :
Contoh:
Apabila suatu gejala atau tanda dicatat sebagai kondisi utama yang karena satu
dan lain hal gejala tersebut dipilih sebagai kondisi utama. Bila ada 2 atau lebih
dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik sebagai kondisi utama, pilih
yang pertama disebut.
Contoh :
Diagnosis Utama : Sakit kepala karena stess dan tegang atau sinusitis akut
Diagnosis Sekunder :–
Pengkodean Morbiditas
Dalam menentukan kode ICD digunakan analisis morbiditas selama pasien
berada ditempat pelayanan kesehatan, dari analisis morbiditas ditemukan kondisi
utama atau diagnosa yang relevan dengan treatment dan investigasi selama
berada dalam pelayanan kesehatan tersebut.
Kondisi utama adalah suatu diagnosis/ kondisi kesehatan yang
menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan, yang ditegakan
pada akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab atas kebutuhan sumber daya
pengobatanya. (Gemala Hatta, 2008:140) Selain memilih diagnosa utama, dalam
berkas rekam medis terdapat diagnosa tambahan, maka pisahkanlah mana yang
merupakan diagnosa utama dan mana yang merupakan diagnosa tambahan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi sekunder sebagaimana dikemukakan
oleh Gemala Hatta (2008:140). “kondisi sekunder adalah diagnosis yang
menyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama
episode pelayanan”.
Pengertian Diagnosa
Menurut Handayani dan Sutikno (2008), diagnosis sendiri didefinisikan sebagai
suatu proses penting pemberian nama dan pengklasifikasian penyakit-penyakit
pasien, yang menunjukkan kemungkinan nasib pasien dan yang mengarahkan
pada pengobatan tertentu. Diagnosis sebagaimana halnya dengan penelitian-
penelitian ilmiah, didasarkan atas metode hipotesis. Dengan metode hipotesis ini
menjadikan penyakit-penyakit begitu mudah dikenali hanya dengan suatu
kesimpulan diagnostik. Diagnosis dimulai sejak permulaan wawancara medis dan
berlangsung selama melakukan pemeriksaan fisik. Dari diagnosis tersebut akan
diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang terarah, perincian pemeriksaan fisik yang
dilakukan untuk menentukan pilihan tes-tes serta pemeriksaan khusus yang akan
dikerjakan. Data yang berhasil dihimpun akan dipertimbangkan dan
diklasifikasikan berdasarkan keluhan-keluhan dari pasien serta hubungannya
terhadap penyakit tertentu. Berdasarkan gejala-gejala serta tanda-tanda yang
dialami oleh penderita, maka penegakkan diagnosis akan lebih terpusat pada
bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan demikian penyebab dari gejala-gejala dan
tanda-tanda tersebut dapat diketahui dengan mudah dan akhirnya diperoleh
kesimpulan awal mengenai penyakit tertentu.
Bagian ini memuat klasifikasi utama, terdiri dari kategori tiga karakter dan
subkategori empat karakter dalam 22 bab, daftar tabulasi khusus (special
tabulation lists), dan definisi regulasi nomenklatur.
Bagian ini berisi deskripsi tentang sejarah ICD, struktur dan prinsip
klasifikasi, aturan-aturan koding morbiditas dan mortalitas serta penjelasan
mengenai statistik.
Bagian ini berisi petunjuk praktis bagi pengguna ICD agar dapat
memanfaatkan klasifikasi dengan baik. Bagian ini terdiri dari 3 bagian
(section) :
Section I : Mengenai penyakit dan cedera (Diseases & nature of injury)
Setiap Bab dalam ICD-10 memiliki kekhususan berupa catatan-catatan yang perlu
diperhatikan dalam menentukan kode penyakit. Umumnya catatan tersebut berupa
tata cara pengalokasian kode, atau tambahan subklasifikasi. Dapat pula berupa
keterangan mengenai kode tambahan opsional yang dapat diberikan terkait
klasifikasi tertentu dalam bab tersebut. Mengenai kekhususan ini akan dibahas
terpisah dalam artikel selanjutya.
Semua rumah sakit yang menjadi mitra BPJS Kesehatan wajib menggunakan
output dari aplikasi INA CBG untuk mengajukan tagihan pembiayaan atas
pelayanan yang sudah dilakukan. Untuk itu perlu kesiapan berbagai profesi yang
terkait dan bertanggungjawab dalam pelayanan kesehatan dengan system
pembiayaan INA-CBG's ini. Pemahaman tentang INA-CBG's, koding diagnosis
dengan ICD 10 dan ICD - 9 CM merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh
profesi-profesi yang terkait, terutama Dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP), petugas koding rekam medis dan petugas yang bertanggung jawab untuk
pengajuan klaim. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pelatihan dan
pendampingan dalam menerapkan kaidah koding diagnosis dan tindakan serta
penerapannya dalam INA-CBrG's dan tidak ada perbedaan pemahaman antara
DPJP, petugas koding dan verifikator BPJS Kesehatan
INDEX
Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke
dalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi).
Didalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien.
Jenis indeks biasa dibuat :
1. Indeks Pasien
Indeks Pasien adalah satu kartu katalog yang berisi nama semua pasien yang
pernah brobat di rumah sakit.
Kegunaan indeks penderita adalah sebagai kunci untuk menemukan berkas rekam
medis seorang penderita.
INDEKS KEMATIAN
Informasi yang tetap dalam indeks kematian
1.Nama penderita
2.Nomor rekam medis
3.Jenis kelamin
4.Umur
5.Kematian : kurang dari sejam post operasi
6.Dokter yang merawat
7.Hari perawatan
8.Wilayah
1.Sentralisasi
Sentralisasi ini diartikan menyimpan berkas rekam medis seorang pasien dalam
satu kesatuan baik catatan-catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-catatan
selama seorang pasien dirawat
2.Desentralisasi
Dengan desentralisasi terjadi pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan
rekam medis penderita dirawat. Rekam medis disimpan disatu tempat
penyimpanan, sedangkan rekam medis penderita dirawat disimpan di bagian
pencatatan medik.
Rangkuman
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari kode penyakit kelainan malformasi
berdasarakan ICD 10 Vol 1 kemudian ke ICD 10 Vol 3 dan berdiskusi
dengan kelompok membahas sesuai judul yang diberikan. Adapun judul
kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Congenital malformations of the nervous system (Q00–
Q07) Congenital malformations of eye, ear, face and neck (Q10–Q18).
b. Kelompok 2 : Congenital malformations of the circulatory system
(Q20–Q28) Congenital malformations of the respiratory system (Q30–
Q34)
c. Kelompok 3 : Congenital malformations of the urinary system
Congenital malformations of genital organs (Q50–Q56)
d. Kelompok 4 :Congenital malformations and deformations of the
musculoskeletal system (Q65–Q79), Chromosomal abnormalities, not
elsewhere classified (Q90–Q99).
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
a. Buatlah 5 soal dan pembahasan pada setiap kelompok terkait
Terminologi medis Perinatal asfiksia sebagai bank soal
b. Soal dan pembahasan diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12,
jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
d. Tugas dikirim ke email
TOPIK 5
International Clasifications of Primary Care (ICPC) & International Clasifications
of Fungtioning (ICF)
Kemudian pada Zaman Mesir kuno, terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut:
1. Dewa Thoth
seorang ahli pengobatan, yang sampai dijuluki dengan Dewa Kebijaksanaan. ia
mengarang antara 36 s.d 42 buku. Enam buku diantaranya mengenai masalah
kedokteran (Tubuh manusia, penyakit, alat-alat pengobatan dan kebidanan)
2. Imhotep
Hidup di zaman piramid antara 3000 – 2500 SM, menjabat sebagai Kepala Arsitek
Negeri dan Penasehat Medis Raja Fir’aun. ia adalah seorang dokter yang
mendapat kehormatan sebagai medical demiggod. ia membuat papyrus yaitu
dokumen imlu kedokteran kuno yang berisi 43 kasus pembedahan.
3. Ebers Papyrus
Papyrus ini oleh Universitas Leipzing (Polandia) berisi observasi yang cermat
mengenai penyakit dan pengobatan yang dikerjakan secara teliti dan mendalam.
Pada zaman Yunani kuno, terdapat seseorang yang dikenal sebagai dewa
kedokteran yakniAeculapius. Tongkatnya yang dililit oleh ular menjadi simbol
kedokteran sampai saat ini. Selain itu dikenal juga Hippocrates sebagai bapak
ilmu kedokteran. beliaulah yang banyak menulis tentang pengobatan penyakit
dengan metode ilmu modern, mengenyampingkan ramalan dan pengobatan
mistik, serta melakukan penelitian observasi dengan cermat yang sampai saat ini
masih dianggap relevan. hasil penelitian terhadap pasien tersebut sampai saat ini
juga masih dapat dibaca oleh para dokter. beliau mengajarkan pentingnya
menuliskan catatan penemuan medis kepada murid-muridnya.
Setelah zaman yunani berakhir kemudian berganti dengan zaman Romawi. di
zaman ini terdapat tokoh-tokoh yang cukup berperan dalam perkembangan dunia
kedokteran yaitu Galen dan St. Jerome yang memperkenalkan pertama kali istilah
rumah sakit (Hospitalia) yang didirikannya pertama kali di Roma italia pada tahun
390 MPada perkembangan zaman keemasan Dinasti Islam, Avicena (Ibnu Sina)
dan Rhazes merupakan tokoh yang berperan dalam penulisan catatan klinik yang .
lebih baik maupun buku-buku kedokteran seperti “Treatise on Smallpox and
Measles”.
Pentingnya rekam medis mulai sangat terasa sejak didirikannya Rumah Sakit St.
Barthelomew di London. RS ini sangat menekankan pencatatan laporan/ instruksi
medis yang harus dilakukan oleh seorang dokter sebagai bentuk
pertanggungjawabannya kepada pasiennya. RS ini juga yang mempelopori adanya
pendirian perpustakaan kedokteran.
Abad 20 rekam medis baru menjadi pusat perhatian secara khusus pada beberapa
rumah sakit, perkumpulan/organisasi/ikatan tenaga medis (dokter) di negara barat.
Pada tahun 1902 American Hospital Association (AHA) untuk pertama kalinya
melakukan diskusi rekam medis. Hingga tahun 1905 seorang dokter
berkebangsaan Amerika dr. Wilson mengemukakan pidato ilmiahnya tentang “A
clinical chart for the record of patient in small hospital” atau inti pidatonya yaitu
tentang pentingnya nilai rekam medis yang lengkap demi kepentingan pasien
maupun pihak rumah sakit. Perkembangan berikutnya yaitu sebagai berikut;
Rekam medik (RM) merupakan salah satu sumber informasi sekaligus sarana
komunikasi yang dibutuhkan baik oleh penderita, maupun pemberi pelayanan
kesehatan dan pihak-pihak terkait lain (klinisi, manajemen RSU, asuransi dan
sebagainya), untuk pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan tata
laksana/pengelolaan atau tindakan medik. Rekam medis pasien adalah cakupan
informasi resmi yang mengidentifikasi pasien dan mendokumentasi hasil
pemeriksaan, penatalaksanaan kasus, kemajuan dan hasil pengobatan. Rekam
medik merupakan data tertulis yang dapat menjadi alat bukti yang sah menurut
hukum.
Guna mengungkapkan informasi apa saja yang dapat diperoleh dari RM, maka
dilakukan suatu studi eksplorasi terhadap rekam medik rawat jalan dan rawat inap
di beberapa RSU pemerintah. RM dianggap bersifat informatif bila memuat
informasi sebagai berikut:
1. karakteristik/demografi penderita (identitas, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
sebagainya.
2. tanggal kunjungan, tanggal rawat/selesai rawat.
3. riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya.
4. catatan anamnesis, gejala klinik yang diobservasi, hasil
5. pemeriksaan penunjang medik (lab, EKG, radiologi dan sebagainya)
6. pemeriksaan fisik (tekanan darah, denyut nadi, suhu dan sebagainya).
7. catatan diagnosis.
8. catatan penatalaksanaan pendenita, tindakan terapi obat (nama obat, regimen
dosis), tindakan terapi non-obat.
9. nama/paraf dokter yang menangani (diagnosis, penunjang, pengobatan) dan
petugas perekam data (paramedik).
Rekam Medik (RM) mencatat semua hal yang berhubungan dengan perjalanan
penyakit penderita dan terapinya selama dalam perawatan di unit pelayanan
kesehatan. Karenanya, RM dapat menjadi sumber informasi, baik bagi
kepentingan penderita, maupun pihak pelayanan kesehatan, sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil tindakan medik atau menentukan kebijakan tata
laksana / pengelolaan.
RM menyimpan data klinik penderita baik yang rawat inap maupun rawat jalan,
disamping itu RM dapat pula bertindak sebagai suatu scratch pad yang antara lain
berisi pendapat/ pandangan, kesan, atau permintaan (requests) pada anggota tim
kesehatan lainnya untuk suatu layanan/tindakan/rujukan bagi penderita yang
bersangkutan serta tanggapan atas permintaan/ pendapat/kesan tersebut. Dengan
demikian RM juga berfungsi sebagai sarana komunikasi antar anggota tim
kesehatan yang terlibat dalam pelayanan tersebut.
IDI :
Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien.
2. Manfaat
Permenkes no. 749 a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5
manfaat yaitu:
1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien.
2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
3. Bahan untuk kepentingan penelitian
4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 6 manfaat, yang
untuk mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:
1. Adminstrative value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif
pelayanan kesehatan.
2. Legal value: Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan
3. Financlal value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya
pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien
4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian
dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.
5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan
pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan
lainnya.
6. Documentation value: Rekam medis merupakan sarana untuk penyimpanan
berbagai dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
Menurut Depkes RI, 1994, manfaat rekam medis, diantaranya :
(c) diberikan kepada sarana kesehatan lain yang saat ini menangani pasien,
Di pihak lain, audit medis yang mereview rekam medis dapat saja menemukan
kesalahan-kesalahan orang, kesalahan prosedur, kesalahan peralatan dan lain-lain,
sehingga dapat menimbulkan rasa kurang nyawan bagi para profesional (dokter,
perawat, dan profesi kesehatan lain). Oleh karena itu perlu diingat bahwa audit
medis bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan medis dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan bukan untuk mencari kesalahan dan
menghukum seseorang. Tindakan manajemen yang diusulkan oleh panitia untuk
mengoreksi perilaku dan atau kapasitas perorangan harus dilakukan secara
bijaksana sehingga tidak terkesan sebagai sanksi hukuman. Boleh dikatakan
bahwa audit medis tidak mencari pelaku kesalahan (liable person/parties),
melainkan lebih ke arah menemukan risiko yang dapat dicegah (avoidable risks) –
sehingga arahnya benar-benar menuju peningkatan kualitas dan safety.
Dengan demikian dalam melaksanakan audit medis perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Semua orang / staf yang turut serta dalam audit medis adalah mereka yang
telah disumpah untuk menjaga kerahasiaan kedokteran sebagaimana diatur
dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1966, dikenal memiliki
integritas yang tinggi dan memperoleh penunjukan resmi dari direksi.
2. Semua formulir data yang masuk dalam rangka audit medis tetap memiliki
tingkat kerahasiaan yang sama dengan rekam medis, termasuk seluruh
fotokopi dan fax.
3. Harus disepakati tentang sanksi bagi pelanggaran atas rahasia kedokteran ini,
misalnya penghentian penugasan / akses atas rekam medis, atau bahkan
penghentian hubungan kerja.
4. Seluruh laporan audit tidak diperkenankan mencantumkan identitas pasien,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Seluruh hasil audit medis ditujukan untuk kepentingan perbaikan pelayanan
medis di rumah sakit tersebut, tidak dapat dipergunakan untuk sarana
kesehatan lain dan tidak digunakan untuk menyalahkan atau menghukum
seseorang atau satu kelompok orang.
6. Seluruh hasil audit medis tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di
pengadilan (dalam keadaan tertentu, rekam medis tetap dapat digunakan
sebagai bukti di pengadilan)
Kewajiban : Pasien wajib memberikan keterangan yang benar dan lengkap tentang
identitas, berbagai latar belakang serta masalah kesehatan yang dihadapinya.
– Identitas pasien
– Pemeriksaan fisik
– Diagnosis/masalah
– Tindakan/pengobatan
– Identitas pasien
– Pemeriksaan
– Diagnosis/masalah
– Tindakan/pengobatan
– Riwayat sekarang
1. Masalah aktif
Masalah yang masih atau sedang berlangsung.
Masalah yang masih membutuhkan pemeriksaan dan penanganan selanjutnya.
Masalah yang masih membutuhkan terapi atau tindakan khusus.
Masalah yang dapat mempengaruhi perawatan pasien saat ini maupun masa
yang akan datang (faktor resiko yang akan datang)
2. Masalah inaktif
Masalah yang masih tetap ada pada pasien tetapi tidak memerlukan tindakan
khusus, misal polio 10 tahun yang lalu dengan atrofi 1 kaki, sekarang sudah
bekerja tetapi jalannya pincang,dsb.
Masalah masa lalu yang mungkin terjadi penyebab atau diduga ada kaitannya
dengan masalah yang sekarang, misal : anak dengan riwayat kelahiran asfiksia
berat saat ini mendderita sering kejang.
Masalah yang telah lampau tetapi ada kemungkinan kambuh lagi, misalnya
ulkus peptikum, TBC paru dsb.
Sedangkan cara membuat Daftar Masalah adalah sebagai berikut :
1. Setiap masalah yang yang perlu di jadikanmasalah harus dimasukkan ke
dalam daftar masalah.
2. Setiap masalahdi beri nomor secara berurutan menurut tanggal ditemukannya
masalah.
3. Setiap masalah ditulis secara jelas dan objektif sesuai fakta yang ada baik
anamnesis, pemeriksaan jasmani, maupun pemeriksaan penunjang.
4. Bila timbul masalah baru, masalah tersebut harus ditambahkan dalam daftar
masalah.
5. Tidak boleh menggunakan istilah yang tidak lazim digunakan.
6. Bila terdapat 2 masalah atau lebih yang saling berhubungan tetapi
penanganannya berbeda masalah ditulis sendiri-sendiri, kecuali bila
penanganannya sama ditulis sindroma (1 masalah).
7. Sekali satu nomor dipakai untuk sebuah masalah -> nomor tidak boleh
digunakan untuk masalah lain walaupun masalah teratas.
8. Daftar masalah diletakkan di bagian terdepan dari berkas rekam medik agar
masalahnya dapat diketahui secara cepat.
9. Dokter harus membuat prioritas penyelesaian masalah.
A = Assessment (Penilaian) :
Status masalah sekarang/diagnosis kerja (working diagnosis), diagnosis, diagnosis
banding (defferential diagnosis), ICD (International Classification of Diseases)
P = Plan (Rencana) :
Penatalaksanaan medikamentosa dan nonmedikamentosa, rencana pemeriksaan
penunjang, target penatalaksanaan, edukasi pasien.
8.5. Genogram
Genogram adalah suatu gambar/diagram/ susunan pohon keluarga dari pasien
yang disusun oleh dokter keluarga berdasarkan informasi dari pasien dan
keluarganya, yang di dalamnya tercantum keterangan kesehatan seluruh anggota
keluarganya, sehingga memungkinkan terlacaknya masalah pasien dan keluarga
yang sebenarnya, terutama kesehatan yang erat hubungannya dengan penyakit
herediter dan atau penyakit menular. Adapun tujuan pembuatan genogram ini
ialah :
Mendapatkan gambaran tentang latar belakang keluarga
Mengetahui masalah – masalah kesehatan dalam keluarga yang potensial
mempunyai hubungan dengan masalah kesehatan yang ada pada pasien
Sedangkan waktu pembuatannya adalah :
Pada saat pasien datang pertama kali
Kunjungan berikutnya
Pada beberapa kali kunjungan
Syarat genogram yang baik yaitu :
Tercantum sekurang – kurangnya 3 generasi, yang lahir terlebih dahulu di
sebelah kiri
Tercantum nama, umur, tanda hidup/mati, penyebab kematian, keadaan
kesehatan dari seluruh anggota keluarga dan anggota keluarga yang tinggal
satu atap.
Tercantum kedaan hubungan antar personal anggota keluarga yang mungkin
harus diperhatikan dokter
Tercantum keadaan sosial anggota keluarga yang mungkin mempengaruhi dan
dipengaruhi keadaan kesehatan keluarga
Simbol – simbol yang digunakan dibuat sederhana dan mudah dilihat
Tercantum keterangan/catatan kaki dari semua simbol dan singkatan yang
digunakan
Tercantum tanggal pembuatan dan nama pembuatannya
Coding adalah salah satu kegiatan pengolahan data rekam medis untuk
memberikan kode dengan huruf atau dengan angka atau kombinasi huruf dan
angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang
ada dalam rekam medis harus di beri kode dan selanjutnya di indeks agar
memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi
perencanaan, managemen, dan riset bidang kesehatan. Pemberian kode ini
merupakan kegiatan klasifikasi penyakit dan tindakan yang mengelompokan
penyakit dan tindakan berdasarkan criteria tertentu yang telah disepakati.
Pemberian kode atas diagnosis klasifikasi penyakit yang berlaku dengan
menggunakan ICD-10 untuk mengkode penyakit, sedangkan ICOPIM dan ICD-
9-CM digunakan untuk mengkode tindakan, serta komputer (on-line) untuk
mengkode penyakit dan tindakan.
Pengertian ICD-10
ICD merupakan singkatan dari International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problems dimana memuat klasifikasi diagnostik penyakit
dengan standar internasional yang disusun berdasarkan sistem kategori dan
dikelompokkan dalam satuan penyakit menurut kriteria yang telah disepakati
pakar internasional.Sehingga ICD dapat dikatakan sistem penggolongan penyakit
dan masalah kesehatan lainnya secara internasional yang ditetapkan menurut
kriteria tertentu.Klasifikasi penyakit bisa didefinisikan sebagai sebuah sistem
kategori tempat jenis penyakit dimasukkan sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. WHO (2005)
Fungsi ICD-10
Sebagaimana dikemukakan oleh Gemala Hatta (2008:134), fungsi ICD salah
satunya adalah sebagai berikut:
5. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan kesehatan.
6. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.
7. Bahan dasar dalam pengelompokan DRG’s (Diagnosis-Related Groups) untuk
sistem penagihan biaya pelayanan.
8. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.
Stuktur ICD-10
Menurut Gemala Hatta (2008:135), dalam buku ICD-10 terdiri dari 3 volume,
yaitu:
2. Volume 1
Pusat-pusat kolaborasi WHO untuk klasifikasi penyakit.
Laporan konferensi Internasional yang menyetujui revisi ICD-10.
Daftar kategori 3 karakter.
Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk sub kategori empat
karakter.
Daftar morfologi neoplasma.
Daftar tabulasi khusus morbiditas dan mortalitas.
Definisi-definisi.
Regulasi-regulasi nomenklatur.
Daftar tabulasi mortalitas terdiri atas :
2. Volume 2 :
Buku ICD-10 volume 2 adalah buku petunjuk penggunaan ICD-10 yang berisi :
4. Symptoms (gejala), tanda dan temuan abnormal dan situasi yang bukan
penyakit :
Hati-hati dalam mengkode diagnosis utama untuk BAB XVIII (kode “R”) dan
XXI (kode “Z”) untuk kasus rawat inap.
3. Jika diagnosis yang lebih spesifik (penyakit atau cidera) tidak dibuat pada
akhir rawat inap maka diizinkan memberi kode “R” atau kode “Z” sebagai
kode kondisi utama.
4. Jika diagnosis utama masih disebut “suspect” dan tidak ada informasi lebih
lanjut atau klarifikasi maka harus dikode seolah-olah telah ditegakkan.
Kategori Z03.- (Medical observation and evaluation for suspected diseases and
conditions) diterapkan pada “Suspected” yang dapat dikesampingkan sesudah
pemeriksaan.
contoh :
Kondisi utama : Suspected acute Cholecystitis
Kondisi lain :–
Contoh:
Diagnosis Utama : Hematuria
Diagnosis Sekunder : Varises pembuluh darah tungkai
bawah, Papiloma dinding posterior kandung kemih
Tindakan : Eksisi diatermi papilomata
Specialis : Urologi
Reseleksi Papiloma dinding posterior kandung kemih (D41.4) sebagai diagnosis
utama.
RULE MB4 :
Spesifisitas
Bila diagnosis yang terekam sebagai diagnosis utama adalah istilah yang umum,
dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat tentang topografi atau sifat
dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi terakhir sebagai diagnosis utama :
Contoh:
Apabila suatu gejala atau tanda dicatat sebagai kondisi utama yang karena satu
dan lain hal gejala tersebut dipilih sebagai kondisi utama. Bila ada 2 atau lebih
dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik sebagai kondisi utama, pilih
yang pertama disebut.
Contoh :
Diagnosis Utama : Sakit kepala karena stess dan tegang atau sinusitis akut
Diagnosis Sekunder :–
Pengkodean Morbiditas
Dalam menentukan kode ICD digunakan analisis morbiditas selama pasien
berada ditempat pelayanan kesehatan, dari analisis morbiditas ditemukan kondisi
utama atau diagnosa yang relevan dengan treatment dan investigasi selama
berada dalam pelayanan kesehatan tersebut.
Kondisi utama adalah suatu diagnosis/ kondisi kesehatan yang
menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan, yang ditegakan
pada akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab atas kebutuhan sumber daya
pengobatanya. (Gemala Hatta, 2008:140) Selain memilih diagnosa utama, dalam
berkas rekam medis terdapat diagnosa tambahan, maka pisahkanlah mana yang
merupakan diagnosa utama dan mana yang merupakan diagnosa tambahan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi sekunder sebagaimana dikemukakan
oleh Gemala Hatta (2008:140). “kondisi sekunder adalah diagnosis yang
menyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama
episode pelayanan”.
Pengertian Diagnosa
Menurut Handayani dan Sutikno (2008), diagnosis sendiri didefinisikan sebagai
suatu proses penting pemberian nama dan pengklasifikasian penyakit-penyakit
pasien, yang menunjukkan kemungkinan nasib pasien dan yang mengarahkan
pada pengobatan tertentu. Diagnosis sebagaimana halnya dengan penelitian-
penelitian ilmiah, didasarkan atas metode hipotesis. Dengan metode hipotesis ini
menjadikan penyakit-penyakit begitu mudah dikenali hanya dengan suatu
kesimpulan diagnostik. Diagnosis dimulai sejak permulaan wawancara medis dan
berlangsung selama melakukan pemeriksaan fisik. Dari diagnosis tersebut akan
diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang terarah, perincian pemeriksaan fisik yang
dilakukan untuk menentukan pilihan tes-tes serta pemeriksaan khusus yang akan
dikerjakan. Data yang berhasil dihimpun akan dipertimbangkan dan
diklasifikasikan berdasarkan keluhan-keluhan dari pasien serta hubungannya
terhadap penyakit tertentu. Berdasarkan gejala-gejala serta tanda-tanda yang
dialami oleh penderita, maka penegakkan diagnosis akan lebih terpusat pada
bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan demikian penyebab dari gejala-gejala dan
tanda-tanda tersebut dapat diketahui dengan mudah dan akhirnya diperoleh
kesimpulan awal mengenai penyakit tertentu.
Bagian ini memuat klasifikasi utama, terdiri dari kategori tiga karakter dan
subkategori empat karakter dalam 22 bab, daftar tabulasi khusus (special
tabulation lists), dan definisi regulasi nomenklatur.
Bagian ini berisi deskripsi tentang sejarah ICD, struktur dan prinsip
klasifikasi, aturan-aturan koding morbiditas dan mortalitas serta penjelasan
mengenai statistik.
Bagian ini berisi petunjuk praktis bagi pengguna ICD agar dapat
memanfaatkan klasifikasi dengan baik. Bagian ini terdiri dari 3 bagian
(section) :
Section I : Mengenai penyakit dan cedera (Diseases & nature of injury)
Struktur dari volume 3 ini berisikan daftar lead term, modifiers dan
perkiraan kode ( yang harus di cross-check dengan volume 1).
Setiap Bab dalam ICD-10 memiliki kekhususan berupa catatan-catatan yang perlu
diperhatikan dalam menentukan kode penyakit. Umumnya catatan tersebut berupa
tata cara pengalokasian kode, atau tambahan subklasifikasi. Dapat pula berupa
keterangan mengenai kode tambahan opsional yang dapat diberikan terkait
klasifikasi tertentu dalam bab tersebut. Mengenai kekhususan ini akan dibahas
terpisah dalam artikel selanjutya.
1. Indeks Pasien
Indeks Pasien adalah satu kartu katalog yang berisi nama semua pasien yang
pernah brobat di rumah sakit.
Kegunaan indeks penderita adalah sebagai kunci untuk menemukan berkas rekam
medis seorang penderita.
3.Indeks Dokter
Indeks Dokter adalah suatu kartu katalog yang berisikan nama dokter yang
memberikan pelayanan medik kepada pasien. Kegunaan untuk menilai pekerjaan
dokter dan bukti pengadilan
1.Sentralisasi
Sentralisasi ini diartikan menyimpan berkas rekam medis seorang pasien dalam
satu kesatuan baik catatan-catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-catatan
selama seorang pasien dirawat.
2.Desentralisasi
Dengan desentralisasi terjadi pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan
rekam medis penderita dirawat. Rekam medis disimpan disatu tempat
penyimpanan, sedangkan rekam medis penderita dirawat disimpan di bagian
pencatatan medik.
Rangkuman
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari kode penyakit kelainan malformasi
berdasarakan ICD 10 Vol 1 kemudian ke ICD 10 Vol 3 dan berdiskusi
dengan kelompok membahas sesuai judul yang diberikan. Adapun judul
kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Congenital malformations of the nervous system (Q00–
Q07) Congenital malformations of eye, ear, face and neck (Q10–Q18).
b. Kelompok 2 : Congenital malformations of the circulatory system
(Q20–Q28) Congenital malformations of the respiratory system (Q30–
Q34)
c. Kelompok 3 : Congenital malformations of the urinary system
Congenital malformations of genital organs (Q50–Q56)
d. Kelompok 4 :Congenital malformations and deformations of the
musculoskeletal system (Q65–Q79), Chromosomal abnormalities, not
elsewhere classified (Q90–Q99).
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
3. Latar Belakang
4. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
e. Buatlah 5 soal dan pembahasan pada setiap kelompok terkait
Klasifikasi dan kodefikasi Aturan dan tata cara kodefikasi diagnosis
(general coding) untuk malformasi kongenital
f. Soal dan pembahasan diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12,
jenis tulisan Times New Roman, spasi 1,5
g. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
h. Tugas dikirim ke email
DAFTAR PUSTAKA
Legawati (2018) . Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Wineka Media
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2018, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Masternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta