Tim Penyusun:
1. Ali Sabela,S.Kep,Ns,M.Kep
2. dr. Yanda Ardanta, M.Kes
3. Mey Lisa, Amd.RM, SKM
VISI
Menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan karakter
kewirausahaan sehingga mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di
Tingkat Nasional pada tahun 2024.
MISI
VISI
Menjadi prodi yang unggul dalam bidang manajemen rekam medis dan informasi
MISI
SASARAN
4. Pemantapan Penelitian
7. Pengembangan IT
Rangkuman ……………………………………………………….. 14
Tugas ………………………………………………………………. 14
PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Penghantar Pendahuluan ………………………………….. 26
B. Prasyarat …………………………………………………….. 26
C. Deskripsi Materi …………………………………………….. 28
D. Kemampuan/Tujuan Akhir yang diharapakan …………… 28
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Bab 1 ini berjudul Struktur anatomi dan fisiologi sistem pencernaan merupakan
bagian yang harus Anda kuasai dalam mata kuliah Sistem pencernaan. Salah satu
capaian pembelajaran pada program studi D-III Perekam dan Informasi kesehatan
adalah mewujudkan kompetensi sebagai Coder yaitu kemampuan menentukan kode
penyakit terkait diagnosa dan tindakan berdasarkan kode etik, mampu beradaptasi
dengan berbagai situasi dan mendokumnetasikannya secara tepat. Setelah mempelajar
bab ini Anda diharapkan mampu menjelaskan struktur, anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan. Untuk mencapai kompetensi tersebut pokok-pokok materi yang harus
anda pelajari meliputi : 1. Struktur dan Fungsi Anatomi pencernaan.
B. Deskripsi Materi
Bab I ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan semester II dalam memahami materi kuliah kodefikasi
terkait sistem pencernaan dengan beban 1 sks teori, dan 2 sks praktik laboratorium
(praktik laboratoium akan dibahas khusus di dalam modul praktikum).
Sebagai bab awal di dalam modul ini, membahas tentang struktur dan fungsi anatomi
sistem pencernaan dimulai dari mulut sampai dengan anus. Pada bab I ada 1 topik
yang akan dibahas dimana nantinya akan menguraikan pokok bahasan atau topik
yang saling berkaitan dengan bab selanjutnya.
D. Uraian Materi
I. Pengertian Sistem pencernaan
II. struktur dan fungsi sistem pencernaan
I. Pengertian Sistem perkemihan
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan
bagaimana alat tubuh itu bekerja. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
susunan atau Hal ini sesuai dengan pendapat Sloane E. (2004: 1) yang
mendifinisikan Anatomi berasal dari bahasa yunani “ana” dan “tome” yang
berarti memotong atau memisahkan. Evelyn C. Pearce. (2004:1) yang
mengatakan Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan tubuh yang
berhubungan satu sama lain potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja.
II. Struktur dan Fungsi Sistem Perkemihan
Sistem pencernaan terdiri dari :
fungsi saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terusmenerus pada tubuh
akan air, elektrolit dan zat gizi, sehingga siap diabsorbsi. Selama dalam proses
pencernaan, makanan dihancurkan menjadi at-zat sederhana yang dapat diserap dan
digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan teradi karena
kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan. Setiap jenis
zat ini mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan
tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya. (Setiadi, 2007:62).
Struktur anatomi dan fisiologi masing-masing sistem organ pencernaan secara lebih
mendetail.
1. Oris (rongga mulut)
Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau oral mempunyai beberapa
fungsi diantaranya dapat menganalisis material makanan sebelum menelan, proses
mekanis dari ( gigi, lidah, dan permukaan palatum ), lubrikasi oleh sekresi saliva serta
digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak.
Rongga mulut ini dibatasi oleh mukosa mulut yang memiliki Stratified Squamus
Epithelium. Bagian atap dari rongga mulut adalah palatum, sedangkan bagian dasar
adalah lidah.Bagian posterior rongga mulut terdapat uvula yang bergantung pada
palatum. ( muttaqin, 2011 ).
Bagian pada oris terdiri dari;
1. Pipi dan bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara,
disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam diselimuti oleh
selaput lendir (mukosa).
2. Gigi
Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada
umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah dan gigi tetap
(permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
Fungsi gigi:
1. gigi seri untuk memotong makanan,
2. gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan
3. gigi geraham untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-
Potong
3. Lidah
Fungsi Lidah:
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.
4. Kelenjar ludah
1. Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot
pengunyah dengan kulit pipi. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35 %.
2. Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai
rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %.
3. Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari
kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi
seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %.Kelenjar ludah
menghasilkan enzim ptyalin atau amilase.
Fungsi saliva
Melarutkan makanan secara kimia, Melembabkan dan melumasi makanan,
Mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose, Zat buangan, Zat anti bakteri
dan anti bodi.
2. Faring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
3.Esophagus
Fungsi Gaster
Penyimpanan makanan
Memproduksi kimus
Digesti protein
Memproduksi mucus
Memproduksi glikoprotein
penyerapan
5.Intestinum Minor
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
m, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus halus terdiri dari tiga bagian
a. Usus dua belas jari (duodenum),
b. Usus kosong (jejunum), dan
c. Usus penyerapan (ileum)
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap
ke hati melalui Vena porta.Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yangmembantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.
Lapisan usus halus
lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( 2 sirkuler ),
lapisan otot memanjang ( 2 Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Lambung melepaskan
makanan ke dalam usus dua belas jari(duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari(duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6.INTESTINUM MAYOR
Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri ini juga penting untuk
fungsi normal dari usus.
Fungsi usus besar, terdiri dari :
1. Menyerap air dari makanan
2. Tempat tinggal bakteri E.Coli
3. Tempat feses
Usus besar terdiri dari
Seikum
Usus buntu atau sekum (bahasa latin* caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar.
Kolon asendens
Panjang 13 cm, terletak di abdomen bawah sebelah kanan membujur ke atas.
Kolon transversum
Panjangnya ±38 cm, Membujur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens
Kolon desendens
Panjangnya ±25 cm, Terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur dari
atas ke bawah
Kolon sigmoid
Lanjutan dari kolon desendens terletak miring, Terletak dalam rongga pelvis
sebelah kiri, Bentuknya menyerupai huruf S, Ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
REKTUM
Rektum (bahasa latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feces
Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh.
7.HATI
Merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma,dan penetralan obat.
Hati juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulaid alam hepat- atau hepatik dari kata
Hunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah kedalam
Vena yang bergabung dengan !ena yang lebih besar dan pada akhirnyamasuk ke
dalam hati sebagai Vena porta. Jena porta terbagi menjadi pembuluh- pembuluh kecil
di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut
dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan
ke dalam sirkulasi umum.
8. KANDUNG EMPEDU
Kandung empedu (bahasa inggris “gallbladder”) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 8% ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap. bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. 0rgan ini terhubungkan dengan hati
dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting
yaitu;
membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol
9. PANKREAS
Pankreas adalah organ aksesoris pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama: menghasilkan enzim pencernaan atau fungsi eksokrin serta
menghasilkan beberapa hormon atau fungsi endokrin. Pankreas terletak pada kuadran
kiri atas abdomen atau perut dan bagian kaput/kepalanya menempel pada organ
duodenum. Produk enzim akan disalurkan dari pankreas ke duodenum melalui saluran
pankreas utama.
fungsi dari pankreas adalah:
Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glukagon, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan
dari hati.
Meregulasi gula darah
Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang mana
mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot. Insulin
juga merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya.
Rangkuman
Sistem Pencernaan (digestion) adalah proses perubahan bahan makanan yang
komplek menjadi senyawa-senyawa sederahana oleh enzim dalam tubuh”( Kusuma
2006:367). Dengan demikian pencernaan merupakan proses penghancuran atau
perubahan suatu zat makanan dari yang kompleks menjadi sederhana akibat
adanyagerakan atau di bantu oleh enzim, agar lebih mudah di serap oleh tubuh.
Sedangkan fungsi saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terusmenerus
pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, sehingga siap diabsorbsi. Selama dalam
proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi at-zat sederhana yang dapat diserap
dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Dalam sistem pencernaan ada 2 istilah yang
terjadi yaitu sistem pencernaan dengan mekanik dan sistem pencernaan dengan
kimiawi.
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Baca dan cermati tugas dibawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
• Dikumpulkan palinglama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan
• Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lain
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 8-9 mahasiswa, yang mana
masing-masing kelompok mencari gambar dengan rapi dan tuliskan nama-nama
struktur anatomi sesuai topik yang diberikan.
Kelompok 1: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
Kelompok 2: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
Kelompok 3: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
Kelompok 4: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
• Laporan tugas dituangkan kedalam file word dan dengan kertas A4 times new
roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB 1
TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2. Kegiatan Mandiri
Petunjuk :
a. Buatlah resume hasil diskusi seluruh kelompok .
b. Resume diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12, jenis tulisan
Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
DAFTAR PUSTAKA
2. Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta
4. Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
BAB II
GANGGUAN FUNGSI DARI BERBAGAI PENYAKIT PADA SISTEM
TUBUH MANUSIA BESERTA ISTILAH MEDIS DAN TINDAKAN YANG
TERKAIT MELIPUTI SISTEM FUNGSI DASAR TUBUH, SISTEM
PENCERNAAN
(dr. Yanda Ardanta, M.Kes)
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Pada Bab sebelumnya dalam mata kuliah Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit, dan
Masalah Penyakit Tekait II, Saudara telah mempelajari anatomi fisiologi sistem
pencernaan. Saudara telah mempelajari bagaimana bentuk dan susunan organ-organ
sistem pencernaan secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya serta hubungan
organ-organ yang satu satu dengan yang lain serta bagaimana organ-organ tersebut
bekerja secara normal.
Pada Bab ini, mahasiswa akan mempelajari gangguan fungsi dan penyakit pada
sistem pencernaan tubuh manusia sehingga menimbulkan berbagai masalah
kesehatan.
Dalam mempelajari bab ini sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai dari
rangkuman materi pembelajaran yang disajikan pada Bab Topik dan mengerjakan
soal-soal latihan serta apabila telah yakin memahaminya, barulah Anda
diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari materi pembalajaran topik berikutnya.
Satu hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi pembalajaran yang
sulit Anda pahami. Cobalah terlebih dahulu mendiskusikan materi pembelajaran
yang sulit dengan sesama mahasiswa atau teman sejawat. Apabila masih dibutuhkan,
Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan narasumber pada kegiatan
pembelajaran tatap muka.
Di dalam bab ini juga tersedia tugas terstruktur berupa tes formatif dan tugas
mandiri. Hendaknya semua tugas ini Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan
mengerjakan semua tugas yang ada, Anda akan dapat menilai sendiri tingkat
penguasaan atau pemahaman terhadap materi pembelajaran yang disajikan. Dan
membantu Andamengetahui bagian-bagian mana dari materi pembalajaran yang
disajikan di dalam bab, masih belum sepenuhnya dipahami.
Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bab ini adalah sekitar 2 x
100 menit. Oleh karena itu, Anda dapat membuat catatan mengenai hal-hal yang perlu
didiskusikan pada waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran terstruktur (secara daring
atau tatap muka).
Keberhasilan Anda mempelajari bab ini tentunya sangat tergantung pada
keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang materi
pembalajaran yang belum Anda pahami kepada nara sumber pada saat dilaksanakan
kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan Anda. Di samping
itu, Anda juga harus berusaha dengan sunggug-sungguh untuk menyelesaikan semua
tugas yang ada di dalam bab ini. Yakinlah bahwa Anda akan berhasil dengan baik
apabila memiliki semangat belajar yang tinggi. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan
YME agar senantiasi diberikan kemudahan belajar.
Selamat Belajar dan Semoga Sukses !
B. Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas gangguan fungsi dan penyakit pada sistem pencernaan
tubuh manusia, mulai dari Rongga Mulut, Esofagus, Lambung, Usus Halus dan Usus
Besar serta Hati, sesuai dengan klasifikasi penyakit berdasarkan ICD 10, meliputi :
a) Penyakit Infeksi Saluran Cerna
b) Penyakit Tumor Saluran Cerna
c) Penyakit Trauma Saluran Cerna
d) Penyakit Inflamasi Saluran Cerna
C. Kemampuan/ Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan gangguan
fungsi dan penyakit pada sistem pencernaan tubuh manusia sehingga menimbulkan
berbagai masalah kesehatan.beserta istilah medis dan tindakan yang terkait (C2).
D. Uraian Materi
I. Patofisiologi Penyakit System pencernaan
II. Penyakit dan istilah medis Pada Sistem pencernaan
1.Patofisiologi Penyakit Infeksi pada Sistem Pencernaan
Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada salah satu organ
sistem pencernaan, atau lebih dari satu organ pencernaan secara bersamaan.
Sistem pencernaan terdiri dari sejumlah organ, mulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Organ hati, pankreas, dan kantung empedu
juga berperan dalam mencerna makan, namun tidak dilewati oleh makanan atau
terletak di luar saluran pencernaan.
Sistem pencernaan berfungsi menerima dan mencerna makanan menjadi
nutrisi yang dapat diserap. Nutrisi tersebut kemudian disalurkan ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Sistem pencernaan juga berfungsi memisahkan dan membuang
bagian makanan yang tidak bisa dicerna oleh tubuh. Ketika tubuh tidak dapat
mencerna makanan dengan baik, kondisi tersebut dapat menyebababkan intoleransi
makanan.
II. Penyakit dan istilah medis Pada Sistem pencernaan
1. Penyakit Infeksi Rongga Mulut
a. Karies Dentis
No. ICD-10 : K02 Dental Caries
Masalah Kesehatan
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses
demineralisasiyang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis
yang berasaldari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit
yangpaling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan
penyakitperiodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.
Akibat yang ditimbulkan oleh karies gigi inibermacam-macam mulai dari yang ringan
sampai yang berat, oleh karena salahsatu penyebab dari karies gigi adalah adanya
aktifitas bakteri.Bakteri yangbersarang pada karies gigi itu bisa menembus ke
pembuluh darah dan akhirnyamengumpul di jantung.
Manifestasi Klinik
Hasil Anamnesis (Keluhan)
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat
berwarna coklat atau hitam.Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang
tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut.
Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah
rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies
akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang
berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudahmencapai kamar pulpa, akan
terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama
kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa
dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi
abses.
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi, diantaranya adalah faktor
di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi.
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva),
substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya
akan terbentuk apabila terjadi interaksi antar keempat faktor tersebut.
Faktor resiko:
a) Laki-laki
b) Usia anak-anak
c) Kebiasaan makan
d) Tingkat sosial –ekonomi
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, penilaian risiko karies pada anak
berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu: kondisi klinik, karakteristik
lingkungan, dan kondisi kesehatan umum.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter gigi adalah pemeriksaan klinis,
disertai pemeriksaan radiografik bila dibutuhkan, tes sensitivitas pada gigi yang
dicurigai sudah mengalami nekrosis, dan tes perkusi untuk melihat apakah infeksi
sudah mencapai jaringan penyangga gigi.
d) Karies Profunda
Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa
sehingga terjadi peradangan pada pulpa.Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa
rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati,
dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies
lainnya.
Penatalaksanaan
Biasanya perawatan yang diberikan adalah pembersihan jaringan gigi
yangterkena karies dan penambalan (restorasi). Bahan tambal yang digunakan dapat
bermacam-macam, misalnya resin komposit (penambalan dengan sinar danbahannya
sewarna gigi), glass ionomer cement,kompomer, atau amalgam (sudahmulai jarang
digunakan).
Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat,
biasanyadigunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan.
Pada karies yangsudah mengenai jaringan pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran
syaraf. Bila kerusakan sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat diperbaiki lagi, maka
harusdilakukan pencabutan (ekstraksi).
Masalah Kesehatan
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
Stomatitis aftosa rekurens (SAR) merupakan penyakit mukosa mulut tersering
dan memiliki prevalensi sekitar 10 – 25% pada populasi.Sebagian besar kasus bersifat
ringan, self-limiting, dan seringkali diabaikan oleh pasien. Namun, SAR juga dapat
merupakan gejala dari penyakit-penyakit sistemik, seperti penyakit Crohn, penyakit
Coeliac, malabsorbsi, anemia defisiensi besi atau asam folat, defisiensi vitamin B12,
atau HIV. Oleh karenanya, peran dokter di pelayanan kesehatan primer dalam
mendiagnosis dan menatalaksana SAR sangat penting.
Stomatitis Herpes
Stomatitis herpes merupakan inflamasi pada mukosa mulut akibat infeksi virus
Herpes simpleks tipe 1 (HSV 1).Penyakit ini cukup sering ditemukan pada praktik
layanan primer sehari-hari.Beberapa diantaranya merupakan manifestasi dari kelainan
imunodefisiensi yang berat, misalnya HIV.Amat penting bagi para dokter di
pelayanan kesehatan primer untuk dapat mendiagnosis dan memberikan tatalaksana
yang tepat dalam kasus stomatitis herpes.
Stomatitis Herpes
a. Luka pada bibir, lidah, gusi, langit-langit, atau bukal, yang terasa nyeri.
b. Kadang timbul bau mulut.
c. Dapat disertai rasa lemas (malaise), demam, dan benjolan pada kelenjar limfe
leher.
d. Sering terjadi pada usia remaja atau dewasa.
e. Terdapat dua jenis stomatitis herpes, yaitu:
i. Stomatitis herpes primer (episode tunggal)
ii. Stomatitis herpes rekurens (berulang)
f. Rekurensi dipicu oleh beberapa faktor : demam, paparan sinar matahari, trauma,
dan kondisi imunosupresi seperti HIV, penggunaan kortikosteroid sistemik, dan
keganasan.
Pemeriksaan fisik
1. Tanda anemia (warna kulit, mukosa konjungtiva)
2. Pemeriksaan abdomen (distensi, hipertimpani, nyeri tekan)
3. Tanda dehidrasi akibat diare berulang
Pemeriksaanlab :
1. Darah perifer lengkap
2. MCV, MCH, dan MCHC
Stomatitis Herpes
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:
a. Lesi berupa vesikel, berbentuk seperti kubah, berbatas tegas, berukuran 2 – 3
mm, biasanya multipel, dan beberapa lesi dapat bergabung satu sama lain.
b. Lokasi lesi dapat di bibir (herpes labialis) sisi luar dan dalam, lidah, gingiva,
palatum, atau bukal.
c. Mukosa sekitar lesi edematosa dan hiperemis.
d. Demam
e. Pembesaran kelenjar limfe servikal
f. Tanda-tanda penyakit imunodefisiensi yang mendasari
Pemeriksaan penunjang
Tidak mutlak dan tidak rutin dilakukan.
Stomatitis Herpes
Diagnosis stomatitis herpes dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisis.
Stomatitis Herpes
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan :
a. Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan analgetik seperti Parasetamol atau
Ibuprofen. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% juga memberi efek anestetik
sehingga dapat membantu.
b. Pilihan antivirus yang dapat diberikan :Acyclovir, Valacyclovir, Famcyclovir
(belum ada data keamanan pada anak), diberikan per oral.
Manifestasi Klinik
Keluhan dan gejala berkorelasi positif dengan komplikasi gastritis. Secara
garis besar, menurut Update Sydney System, gastritis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : 1.
Monahopik, 2. Atopik, dan, 3. Bentuk Khusus. Dan ada lagi bentuk lainnya,
Gastropati, karena tidak ditemukan adanya radang.
Kebanyakan pasien gastritis tanpa gejala, biasanya keluhan yang tidak khas. Kelhan
yang sering : nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai mual dan kadang muntah.
Penatalaksanaan
Bertujuan untuk melakukan eradikasi kuman Helicobacter pylori, dengan
kombinasi berbagai antibiotic dan proton pump inhibitor.
Antibiotika pilihan : Klaritromisin, Amoksisilin, Metronidazol dan tetrasiklin.
b. Appendisitis Akut
No. ICD-10 : K35 Acute Appaendicitis
Masalah Kesehatan
Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada apendik,
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui, dan jika tidak
ditangani segera dapat menyebabkan perforasi.
Penyebab:
o Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan apendisitis akut
o Erosi mukosa usus karena parasit Entamoeba hystolitica dan benda asing lainnya
Manifestasi Klinik
Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium kemudian menjalar
ke Mc Burney.Apa bila telah terjadi inflamasi (>6 jam) penderita dapat menunjukkan
letak nyeri karena bersifat somatik.
Gejala Klinis :
a. Muntah
b. Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam sesudah nyeri
c. Disuria
d. Obstipasi
e. Gejala lainnya :demam tidak terlalu tinggi (37,50C - 38,50C) tetapi bila suhu
lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
f. Variasi lokasi anatomi apendiks mempengaruhi keluhan nyeri somatik
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
o Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit
o Kembung bila terjadi perforasi
o Penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.
Palpasi
o Terdapat nyeri tekan Mc Burney
o Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
o Adanya defans muscular
o Rovsing sign positif
o Psoas sign positif
o Obturator Sign positif
Perkusi
Nyeri ketok (+) dinding perut
Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena peritonitis
generalisata akibat appendisitis perforata.
Colok dubur
Nyeri tekan pada jam 9-12
Diagnosis Klinis
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar diagnosis apendisitis
akut.
Pemeriksaan Penunjang
o Laboratorium darah perifer lengkap :
Jumlah leukosit dan neutrofil akan meningkat. Jika jumlah lekosit >18.000/mm3
Perforasi dan Peritonitis.
Urinalisis : konfirmasi kelainan urologi
Pengukuran HCG bila dicurigai kehamilan ektopik
o Foto polos abdomen :Tidak banyak membantu, kecuali adanya tanda perforasi.
Komplikasi :
1. Perforasi apendiks
2. Peritonitis umum
3. Sepsis
Proses terjadi IBD secara umum diawali adanya infeksi, toksin, produk bakteri
atau diet intralumen, yang terjadi pada individu yang rentan dan dipengaruhi oleh
faktor genetika, defek imun, lingkungan sehingga terjadi kaskade proses inflamasi
pada dinding usus.
Manifestasi Klinik
Diare kronik yang disertai atau tanpa darah dan nyeri perut merupakan
manifestasi klinik kolitis yang paling umum.Beberapa manifestasi ekstra intestinal,
seperti artritis, uvitis, pyoderma, eritema nodosum dan kolangitis.
Selain itu ada juga gangguan nutrisi. Gambaran klinik kolitis ulseratif, relatif lebih
menunjukkan adanya serangan daripada penyakit Chron.
Hal ini disebabkan karena distribusi inflamasi anatomi saluran cerna pada
Kolitis Ulseratif adalah pada kolon, sedangkan penyakit Chron lebih bervariasi, mulai
dari rongga mulut sampai anorectal.
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Adanya gambaran klinik yang bervariasi ini, memerlukan pengetahuan yang
cukup memadai untuk membedakanya dengan penyakit lain. Gambaran klinik,
bahkan endoskopi dan radiologi, sulit membedakan penyakit Chron dengan
tuberculosis usus.Pemeriksaan histopatologi juga sulit membedakan penyakit
inflamaasi kronik usus lainnya.
Tidak ada parameter lab spesifik untuk penyakit inflamasi usus ini.
Secara paktis, diagnosis penyakit kolitis ini didasarkan pada :
• Anamnesis akurat tentang perjalanan penyakit
• Gambaran klinik
• Data laboratorium menyingkirkan penyakit inflamasi lain (misal TB Usus)
• Temuan endoskopik yang diikuti konfirmasi histopatologi
• Temuan gambaran radiologic khas
• Pemantauan perjalanan penyakit akut-remisi-eksaserbasi kronik.
Penatalaksanaan
Mengingat etiologi dan pathogenesis IBD yang belum jelas, maka pengobatan
lebih ditekankan pada penghambatan proses inflamasi yang terjadi.
Eliminasi berbagai faktor pemicu inflamasi, termasuk penggunaan obat metronidazole
pada penyakit Chron. Penggunaan kortikosteroid juga merupakan obat pilihan pada
penyakit kolitis ulseratif (derajat sedang dan berat) dan penyakit Chron (semua
derajat), yaitu prednisone, metil prednisolone.Dan dalam keadaan berat diberikan
kortikosteroid parenteral.
Selain itu, dapat juga digunakan obat golongan asam amino salisilat (misalnya
preparat sulfasalazine) dan golongan imunosupresif (misalnya 5-ASA atau
metotreksat, siklosporin, azatioprin.
4. Lainnya
a. Peritonitis
No. ICD-10 : K65 Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum.Peritonitis dapat disebabkan oleh
kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan penyulitnya misalnya perforasi
apendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus abdominalis.Ileus obstruktif dan
perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena trauma abdomen.
Manifestasi Klinik
Hasil Anamnesis (Subjective)
a. Nyeri hebat pada abdomen yang dirasakan terus-menerus
selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun
tersebar di seluruh abdomen. Intensitas nyeri semakin kuat saat
penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan.
b. Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita
akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak
letargik dan syok.
c. Mual dan muntah timbul akibat adanya kelainan patologis
organ visera atau akibat iritasiperitoneum.
d. Kesulitan bernafas disebabkan oleh adanya cairan dalam
abdomen, yang dapat mendorong diafragma.
Pemeriksaan Fisik
a) Pasien tampak letargik dan kesakitan
b) Dapat ditemukan demam
c) Distensi abdomen disertai nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen
d) Defans muskular
e) Hipertimpani pada perkusi abdomen
f) Pekak hati dapat menghilang akibat udara bebas di bawah
diafragma
g) Bising usus menurun atau menghilang
h) Rigiditas abdomen atau sering disebut perut papan
i) Pada colok dubur akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus
muskulus sfingter ani menurun dan ampula rekti berisi udara.
Komplikasi
1. Septikemia
2. Syok
Penatalaksanaan
Pasien segera dirujuk setelah penegakan diagnosis dan penatalaksanaan awal, seperti
berikut:
a. Memperbaiki keadaan umum pasien
b. Pasien puasa
c. Dekompresi saluran cerna dengan pipa nasogastrik atau intestinal
d. Penggantian cairan dan elektrolit dilakukan secara intravena
e. Pemberian antibiotik spektrum luas intravena.
f. Tindakan-tindakan menghilangkan nyeri dihindari untuk tidak
menyamarkan gejala
b. Hepatitis Virus
No. ICD-10 : K75 Other Inflammatory liver disease
Masalah Kesehatan
Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang hati
yang disebabkan oleh virus hepatitis. Hampir semua hepatitis virus disebabkan oleh 1
(satu) dari 5 jenis virus, yaitu virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis b (HBV), virus
hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV). Semua virus
hepatitis yang menyerang manusia adalah jenis virus RNA, kecuali virus Hepatitis B
(Virus DNA).
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai peynyakit hati di seluruh
dunia. Di Indonesia, HAV merupakan hepatitis virus yang paling banyak dirawat.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinik hepatitis virus bervariasi mulai dari infeksi asimtomatik
tanpa kuning sampai dengan yang sangat berat, yaitu hepatitis fulminant, yang
menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
Gejala hepatitis virus akut terbagi dalam 4 tahap, yaitu :
a) Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala
atau ikterus.Fase berbeda untuk tiap jenis virus.
b) Fase Prodromal (PraIkterik)
Fase antara timbulnya keluhan pertama dengan timbulnya
gejala icterus.Awitan dapat singkat ditandai dengan malaise
umum, myalgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran nafas atas
dan anoreksia.Mual muntah berhubungan dengan gangguan
penghidu dan pengecap.Demam derajat rendah pada HAV.
c) Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5 – 10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala.Diikuti fase perbaikan
klinik yang nyata.
d) Fase Konvalesen
Diawali dengan menghilangnya icterus atau keluhan lain, tetapi
hepatomegali atau abnormlitas fungsi hati tetap ada.
Keadaan akut biasanya membaik dalam 2-3 minggu. Pada
HAV, perbaikan klinik dan lab lengkap terjadi dalam 9 minggu
dan 16 minggu untuk HBV.
Penatalaksanaan
Infeksi Sembuh Spontan :
• Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia
• Mempertahannkan asupan kalori dan cairan yang cukup
(makan pagi dengan porsi besar paling ditoleransi)
• Aktivitas fisik tidak berlebihan
• Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitia A.
• Pemberian interferon untuk HCV menurunkan resiko infeksi
HCV kronik.
• Peran Lamivudin dan Adefovir pada hepatitis B akut belum
jelas.
• Kortikosteroid tidak bermanfaat.
• Pencegahan dengan imunoprofilaksis (Vaksin)
c. Kolesistitis
No. ICD-10 : K81 Cholesystitis
Masalah Kesehatan
Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan
dan demam.Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah
stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu.
Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di
ductus sistikus sehingga terjadi stasis cairan empedu, dan sebagian kecil tanpa adanya
batu empedu.
Manifestasi Klinik
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di
sebelah kanan atas epigastrium, nyeri tekan dan kenaikan suhu tubuh.Kadang kala
rasa sakit menyebar ke pundah atau scapula kanan dan dapat berlangsung selama 60
menit tanpa reda. Berat ringannya gejala sangat bervariasi dan tergantung kelainan
inflamasi yang ringan sampai gangrene/ perforasi kandung empedu.
Penatalaksanaan
Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet
ringan, obat penghilang nyeri dan antispasmodic.
Pemberian antibiotic pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi
peritonitis, kolangitis dan septikemi.
Kolesistektomi pada kolesistitis akut masih diperdebatkan.
1. Tumor Lambung
No. ICD-10 :K031 Other Diseases of stomach and duodenum
Masalah Kesehatan
Tumor gaster terdiri ataas tumor jinak dan tumor ganas.Tumor jinak lebih
jarang daripada tumor ganas. Jenis tumor ganas yang terbanyak adalah
adenokarsinoma, menempati urutan ke3 setelah tumor kolon dan pankreas. Faktor
resiko kanker lambung adalah infeksi Helicobacter pylori,diet tinggi nitrat
(nitrosamin), makanan diasapkan dan diasinkan, rokok dan atrofi lambung.
Manifestasi Klinik
Keluhan utama tumor ganas lambung adalah berat badan menurun(82%), nyeri
epigastrium (63%), muntah (41%), keluhan pencernaan lain (40%), anoreksia (28%),
keluhan umum (25%), disfagis (18%), nausea (18%), kelemahan (17%), sendawa
(10%), hematemesis (7%), regurgitasi (7%) dan lekas kenyang (5%).
Penatalaksanaan
• Pembedahan (tujuan kuratif dan paliatif)
• Kemoterapi (tunggal dan kombinasi), misalnya 5 FU, epirubusun,
karnisetin.
• Radiasi :
o Resektabel dapat diberikan 40-50 gy
o Kasus lanjut paliatif : < 40 gy
1. Tumor Kolorektal
No. ICD-10 :K062 – 63 Other Diseases of colon, anus and rectum
Masalah Kesehatan
Tumor kolorektal dapat dibagi menjadi polip kolon dan kanker kolon. Klasifikasi
polip kolon, ada 3 tipe yaitu neoplasma epitelium, non neoplasma, submuksoa.
Secara epidemiologi, kanker kolorektal menduduki urutan ke-4 di dunia, dengan
jumlah pasien perempuan lebih sedikit daripada laki-laki.
Penyebab terjadinya kanker kolorektal timbul akibat interaksi faktor genetika dan
faktor lingkungan.
Manifestasi Klinik
Sebagian besar kasus didiagnosis pada pasien berumur > 50 tahun dan sudah stadium
lanjut. Keluhan yang paling sering : Perubahan pola defekasi dan perdarahan per anus
(hematokezia) dan konstipasi.
Umumnya berkembang lambat, tanda dan gejala timbul akibat sebagai bagai bagian
komplikasi missal ileus obstruksi.
Obstruksi sebagian awalnya ditandai nyeri abdomen, namun bila obstruksi total
terjadi akan menyebabkan nausea, muntah, distensi dan obstipasi.
Penatalaksanaan
• Kemoprevensi : Aspirin dan obat NSAIDs lain menurunkan
mortalitas kanker kolorektal
• Endoskopi dan operasi :
o Umumnya polipektomi : Polip Adenomentasi
o Biopsi atau elektrokoagulasi bipolar : Ukuran polip < 5mm
o Hemikolektomi : Tumor yang lebih besar
• Terapi ajuvan : Menurunkan resiko rekuren kanker kolon
2. Tumor Hepar
No. ICD-10 :K76-77 Other Diseases of liver
Masalah Kesehatan
Karsinoma Hepatoseluler (Hepatocellular Carcinoma = HCC) merupakan
tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit. Dari seluruh tumor ganas hati
yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC, 10% Kolangiokarsinoma, 5% adalah
jenis lainnya. HCC meliputi 5,6 % dari seluruh kasus kanker pada manusia dan
menempati peringkat ke5 pada laki-laki dan ke9 pada perempuan. HCC juga
merupakan kanker yang menempati urutan ke3 dari kanker saluran cerna setelah
kanker kolorektal dan kanker lambung. Ada hubungan kuat antara infeksi virus
hepatitis dan alkohol dngan HCC, terutama infeksi virus hepatitis B dan C. Di
Indonesia, ditemukan paling sering pada kelompok umur 50 dan 60 tahun dengan
predominan pada laki-laki.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai gejala yang jelas
dan nyata gagal hati. Gejala yang paling sering ditemukan nyeri atau perasaan tak
nyaman di kuadran kanan atas abdomen. Keluhan gastrointestinal lain : anoreksia,
kembung, konstipasi dan diare.
Temuan fisik yang tersering pada HCC adalah hepatomegali dengan atau tanpa bruit
hepatik, splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot.
Penatalaksanaan
Resektabilitas HCC sangat rendah, karena sering disertai penyakit sirosis
hepatis, dan sering multinodular. Penatalaksanaan, meliputi :
• Reseksi hepatic Pasien HCC non sirosis hepatis
• Trasnplantasi Hati
• Ablasi Tumor Perkutan (Destruksi sel neoplastic dengan bahan
imia atau microwave laser, modifikasi suhu
• Terapi Paliatif : Stadium menengah – lanjut HCC
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik trauma abdomen bervariasi, mulai dari gejala yang tidak
bermakna sampai timbul gejala dan tanda syok dan koma.
Tanda utama adanya cedera organ intraperitoneal adalah ;
• Kekakuan dinding perut
• Iritas peritoneal dan nyeri tekan
• Tanda – tanda perdarahan saluran cerna
• Syok hipovolemik
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis riwayat kejadian trauma yang dialami dan pemeriksaan fisik untuk
menentukan jenis trauma yang ada.
Pemeriksaan penunjang :
• Laboratorium : darah dan pemeriksaan kimia lain tidak begitu
bermanfaat, kecuali untuk menentukan adanya perdarahan dan
syok
• Radiologi :
o Foto polos dada dan perut serta CT Scan untuk menentukan
adanya kelainan pada rongga dada dan perut
o USG ; juga dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan
pada abdomen
• Pemeriksaan DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) :
Pemeriksaan untuk menentukan ada tidaknya perdarahan
intraperitoneal dengan memeriksa cairan bilasan peritoneum.
Penatalaksanaan
Prinsip Umum sesuai dengan skema triase penanganan trauma (Gambar di bawah).
Tindakan penatalaksanaan spesifik tergantung jenis dan derajat trauma abdomen yang
dijumpai, misalnya pembedahan laparatomi.
Penatalaksanaan
Target penatalaksanaan :
• Menyembuhkan lesi esophagus
• Menghilangkan gejala/ keluhan
• Mencegah kekambuhan
• Memperbaiki kualitas hidup
• Mencegah timbulnya komplikasi
Manifestasi Klinik
Secara umum, pasien tukak lambung mengeluh dyspepsia.Dispepsia dalah
suatu sindroma klinik terdiri dari keluhan beberapa penyakit saluran cerna, seperti
mual, muntah kembung dan nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati
dan cepat merasa kenyang.
Pada tukak duodeni, rasa sakit timbul pada waktu pasien merasa lapar, rasa
sakit biasbisa membangunkan pasien tengan malam dan rasa sakit hilang setelah
makan dan minum obat antasida.
Pada tukak lambung, rasa sakit timbul setelah makan (beda dengan tukak duodeni),
rasa sakit sebelah kiri (tukak duodeni, beda karena rasa sakit sebelah kanan dan
tengah). Rasa sakit mulai dari satu titik, akhirnya menyebar dan menjalar ke
punggung, terutama bila ada komplikaasi tukak ke pankrea
Penatalaksnaan
Tujuan :
• Menghilangkan keluhan/ gejala
• Menyembuhkan tukak
• Mencegah kekambuhan tukak
• Mencegah komplikasi
Tata laksana yang dapat dilakukan, terdiri dari :
• Non Medikamentosa
o Istirahat
o Diet :Hati-hati makanan pedas dan merangsang asam
lambung, hindari penggunaan obat NSAIDs.
• Medikamentosa
o Antasida
o Penangkal kerusakan mukosa : Sukralfat, Koloid Bismuth,
Antihistamin-2, Proton pump inhibitor,
• Tindakan operasi :
o Elektif (Untuk tukak refrakter dan gagal obat)
o Darurat (bila ada komplikasi)
o Tukak lambung dengan sangkaan keganasan (Corpus dan
Fundus 70% keganasan)
o Jenis Tindakan operasi :
Antrektomi
Anastomosis gastroduodenostomi
EG junction
Esofagastro jejunostomi
Radikal/ sub total gastrektomi
3. Irritable Bowel Syndrome
No. ICD-10 : K058 Irritable Bowel Syndrome
Masalah Kesehatan
Irritable Bowel Syndrome adalah suatu penyakit gastrointestinal fungsional,
yang ditandai adanya sakit perut, distensi abdomen dan gangguan pola defekasi tanpa
ada gangguan organik. Gejala yang bervariasi dan sulit untuk didiagnosis, karena
tidak pemeriksaan laboratorium yang spesifik.
Banyak faktor yang menyebabkan Irritable Bowel Syndromeantara lain: gangguan
motilitas, intoleransi makanan, abnormalitas sensori, hipersensitivitas visceral, paska
infeksi usus.
Manifestasi Klinik
Adanya IBS predominan diare dan predominan konstipasi.
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
PenatalaksanaanIBS :
• Modifikasi diet
o Peningkatan konsumsi serat (IBS Konstipasi)
o Kontrol konsumsi serat (IBD Diare)
o Hindari makanan pencetus
• Intevensi psikologi (Psikoterapi) : Mengatasi kecemasan pasien
terhadap penyakit
• Farmakoterapi untuk menghilangkan gejala :
o Nyeri abdomen : Antispasmodik antikolinergik
o Konstipasi : Laksatif osmotik
o Diare : Loperamid
4. Malabsorbsi Intestinal
No. ICD-10 : K090 Intestinal Malaborption
Masalah Kesehatan
Malabsorpsi intestinal adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan pada proses
absorpsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi. Pada umumnya pasien
datang dengan diare sehingga kadang kala sukit membedakan apakah diare
disebabkan malaborpsi atau sebab lain.
Banyak hal dapat menjadi penyebab timbulnya malaborpsi (lihat pada tabel di
bawah).
Manifestasi Klinik
Pasien biasanya datang dengan keluhan diare kronik, feses berbentuk cair,
karena tidak ada absorbs di usus halus. Bila terjadi malabsorpsi lemak, maka pasien
mengeluh faeces berlemak (steatorea).
Penatalaksanaan
Secara umum tata laksana malabsorpsi tergantung penyebabnya, meliputi
pembatasan nutrisi, suplementasi vitamin dan mineral serta obat-obatan.
Pemberian nutrisi pada pasien dengan malabsorpsi biasanya sedikit-sedikit tetapi
sering, menghindari konsumsi susu, pembatasan lemak (< 30 gr/ Hari). Suplementasi
kalsium untuk pasien dengan hipokalsemia. Pemberian vitamin (A,D, E,K) juga dapat
dipertimbangkan.
RANGKUMAN
Bab ini telah membahas berbagai gangguan fungsi dan penyakit pada sistem
pencernaan tubuh manusia, mulai dari Rongga Mulut, Esofagus, Lambung, Usus
Halus dan Usus Besar serta Hati, sesuai dengan klasifikasi penyakit berdasarkan
ICD 10. Aspek pembahasan penyakit, mencakup organ yang mengalami gangguan
dan masalah kesehatan yang ditimbulkan, manifestasi klinik dan diagnosis penyakit
serta penanganan yang dapat dilalukan. Pembahasan bab dari berbagai organ sistem
saluran pencernaan ini,meliputi :
a) Penyakit Infeksi Saluran Cerna
b) Penyakit Tumor Saluran Cerna
c) Penyakit Trauma Saluran Cerna
d) Penyakit Inflamasi Saluran Cerna
TUGAS
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari diagnose penyakit istilah terminology
medis dan berdiskusi dengan kelompok membahas sesuai judul yang
diberikan. Adapun judul kelompok sebagai berikut:
1. Penyakit infeksi pada system pencernaan
2. Penyakit Tumor pada system pencernaan
3. Penyakit trauma pada system pencernaan
4. Penyakit imunologi pada system pencernaan
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new
PENDAHULUAN
A.Pengantar Pendahuluan
Pada Bab sebelumnya dalam mata kuliah Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit, dan
Masalah Penyakit Tekait II, Saudara telah mempelajari anatomi fisiologi dan
patofisiologi sistem pencernaan. Saudara telah mempelajari bagaimana bentuk dan
susunan organ-organ sistem pencernaan secara keseluruhan maupun bagian-
bagiannya serta hubungan organ-organ yang satu satu dengan yang lain serta
bagaimana organ-organ tersebut bekerja secara normal maupun bila mengalami
gangguan/ fungsi.
Pada Bab ini, mahasiswa akan mempelajari kembali berbagai istilah pada
diagnosis medis dan prosedur medis yang terkait pada kelainan/ gangguan pada
sistem pencernaan tubuh manusia.
Dalam mempelajari bab ini sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai
dari rangkuman materi pembelajaran yang disajikan pada Bab Topik dan mengerjakan
soal-soal latihan serta apabila telah yakin memahaminya, barulah Anda
diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari materi pembalajaran topik berikutnya.
Satu hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi pembalajaran
yang sulit Anda pahami. Cobalah terlebih dahulu mendiskusikan materi
pembelajaran yang sulit dengan sesama mahasiswa atau teman sejawat. Apabila
masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan narasumber
pada kegiatan pembelajaran tatap muka.
Di dalam bab ini juga tersedia tugas terstruktur berupa tes formatif dan tugas
mandiri. Hendaknya semua tugas ini Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan
mengerjakan semua tugas yang ada, Anda akan dapat menilai sendiri tingkat
penguasaan atau pemahaman terhadap materi pembelajaran yang disajikan. Dan
membantu Andamengetahui bagian-bagian mana dari materi pembalajaran yang
disajikan di dalam bab, masih belum sepenuhnya dipahami.
Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bab ini adalah sekitar 2 x
100 menit. Oleh karena itu, Anda dapat membuat catatan mengenai hal-hal yang perlu
didiskusikan pada waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran terstruktur (secara daring
atau tatap muka).
Keberhasilan Anda mempelajari bab ini tentunya sangat tergantung pada
keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang materi
pembalajaran yang belum Anda pahami kepada nara sumber pada saat dilaksanakan
kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan Anda. Di samping
itu, Anda juga harus berusaha dengan sunggug-sungguh untuk menyelesaikan semua
tugas yang ada di dalam bab ini. Yakinlah bahwa Anda akan berhasil dengan baik
apabila memiliki semangat belajar yang tinggi. Jangan lupa berdoa kepada Tuhan
YME agar senantiasi diberikan kemudahan belajar.
Selamat Belajar dan Semoga Sukses !
B.Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas pengertian dan dasar pembentukan terminology
medis dan prosedur medis pada gangguan fungsi dan penyakit pada sistem
pencernaan tubuh manusia sesuai dengan klasifikasi prosedur medis ICD
9CM.
C.Kemampuan/ Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian terminologi diagnosis medis dan prosedur medis pada gangguan fungsi dan
penyakit pada sistem pencernaan tubuh manusia.
D.Uraian Materi
I. Terminologi Medis Diagnosis Penyakit Sistem Pencernaan
1.Terminologi Medis Diagnosis Penyakit Sistem Pencernaan
Beberapa Contoh Root dan Pengertian
TUGAS
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
• Masing-masing kelompok mencari diagnose penyakit istilah terminology
medis dan berdiskusi dengan kelompok membahas sesuai judul yang
diberikan. Adapun judul kelompok sebagai berikut:
1. Penyakit infeksi pada sistem pencernaan
2. Penyakit tumor pada sistem pencernaan
3. Penyakit trauma pada sistem pencernaan
4. Penyakit imunologi pada sistem pencernaan
• Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new
2.Kegiatan Mandiri
Petunjuk:
b. Membuat resume materi perkuliahan
c. Resume diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12, jenis tulisan Times
New Roman, spasi 1,5
d. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
DAFTAR PUSTAKA
1. Marie A. Moisio and EMER w. Moisio. 2014. Medical Terminology a
Strudent Centered. Approach. Boston. USA Cengage Learning..
2. Medical Terminology Practice, 2014. California.
3. Anggraini M., Irmawati, Garmelia, E., Kresnowati, L. Klasifikasi,
Kodefikasi Penyakit dan masalah Terkait I : Anatomi, Fisiologi, Patologi,
Terminologi Medis dan Tindakan Pada Sistem Kardiovaskuler, Respirasi,
dan Muskuloskeletal. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
(RMIK). PPSDM-BPPSDMK Kemenkes RI. 2017.
BAB IV
ATURAN DAN TATACARA KODEFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN
PADA SISTEM PENCERNAAN
(Mey lisa, A.Md., MIK,.SKM)
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Pada bab ini berjudul menentukan aturan dan tatacara kodefikasi penyakit dan
tindakan pada sistem Pencernaan yaitu bagian yang harus Anda kuasai dalam Mata
Kuliah pengantar kodefikasi terkait sistem pencernaan dan sistem endokrin. Salah
satu capaian pembelajaran pada Program Studi D-III Perekam dan Infokes adalah
mewujudkan kompetensi sebagai Coder yaitu kemampuan menentukan kode penyakit
terkait dignosa dan tindakan berdasarkan kode etik, mampu berdaptasi dengan
berbagai situasi dan mendokumentasikannya secara tepat. Setelah mempelajari bab ini
Anda diharapkan dapat memahami bagaimana melakukan cara pengkodingan dengan
baik dan benar sesuai dengan aturan terminologi untuk melakukan kodefikasi penyakit
dan tindakan berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM. Koding klinis atau koding medis
adalah suatu kegiatan yang mentransformasikan diagnosis penyakit, prosedur medis
dan masalah kesehatan lainnya dari kata-kata menjadi suatu bentuk kode, baik
numerik atau alfanumerik, untuk memudahkan penyimpanan, retrieval dan analisis
data.
B. Deskripsi Materi
Materi yang akan dibahas pada bab ini, yaitu : K00-K14 Penyakit rongga mulut
dan kelenjar ludah, K20-K31 Penyakit kerongkongan, lambung dan usus dua belas
jari, K35-K38 Penyakit pada lampiran, K40-K46 Hernia, K50-K52 Enteritis dan
kolitis tidak menular.
D. Uraian Materi
I. I. Defenisi Koding
II. II. Blok Kategori yang meliputi Penyakit pada sistem pencernaan
III. III. Kategori Asterisk
I. Defenisi Koding
Koding klinis atau koding medis adalah suatu kegiatan yang
mentransformasikan diagnosis penyakit, prosedur medis dan masalah kesehatan
lainnya dari kata-kata menjadi suatu bentuk kode, baik numerik atau alfanumerik,
untuk memudahkan penyimpanan, retrieval dan analisis data. Koding merupakan
suatu proses yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan tentang aturan koding
sesuai perangkat yang digunakan, anatomi, patofisiologi, persyaratan dokumentasi
kinis, kebijakan dan regulasi serta standar. Dalam mempelajari koding diagnosis
penyakit sistem pencernaan, maka kita harus mengenal terlebih dahulu struktur bab
XI tentang Penyakit Sistem Pencernaan. Penyakit-penyakit Sistem Pencernaan
merupakan sebagian dari isi Bab XI.
Sebagaimana bab yang lain juga, maka di bawah judul bab senantiasa terdapat
Exclusion (Pengecualian), termasuk dalam Bab XI ini.
Pengecualian:
1. Penyakit infeksi dan parasit tertentu (A00-B99)
2. Neoplasma (C00-D48)
3. Penyakit endokrin, gizi, dan metabolik (E00-E90)
4. Komplikasi kehamilan, melahirkan, dan nifas (O00-O99)
5. Kondisi tertentu yang berasal dari masa perinatal (P00-P96)
6. Malformasi, deformasi, dan kelainan kromosom kongenital (Q00-Q99)
7. Tanda, gejala, dan penemuan klinis dan labor abnormal, NEC (R00-R99)
8. Cedera, keracunan, dan konsekuensi lain penyebab luar tertentu (S00-T98)
II. Blok Kategori yang meliputi Penyakit Genital dan Sistem Urinaria
Bab XI terdiri dari Blok Kategori yang meliputi Penyakit Genital dan Sistem Urinaria
sebagai berikut:
III. K00-K14 Penyakit rongga mulut, kelenjar saliva dan rahang
CATATAN LAIN
Beberapa catatan dalam Bab ini adalah:
1. Penyakit rongga mulut, kelenjar saliva dan rahang
Keterangan
Exclude 1
Notasi ini berarti bahwa penyakit tersebut “tidak dikodekan dalam penyakit
ini”. Exclude 1 mengindikasikan bahwa kode tersebut tidak dapat digunakan dalam
waktu yang bersamaan dengan kode dimana notasi Exclude 1 dicantumkan. Notasi ini
digunakan untuk dua kondisi yang tidak dapat muncul dalam waktu yang bersamaan,
contohnya penyakit kongenital dan penyakit yang baru didapat.
Exclude 2
Notasi ini berarti bahwa penyakit tersebut ‘tidak termasuk dalam kategori ini’.
Notasi ini menunjukkan bahwa kondisi yang dimaksud bukan merupakan bagian dari
kondisi penyakit yang dikodekan, namun pasien mungkin saja memiliki kedua kondisi
tersebut pada saat bersamaan. Bila excludes 2 muncul di bawah kode penyakit, Anda
dapat menggunakan kode dan kode exclude secara bersamaan.
2. Penyakit esofagus, lambung dan duodenum
K20 Esofagitis
Abses esofagus
Esofagitis: NOS, zat kimia, peptik
Gunakan kode penyebab eksternal (Bab XX), kalau perlu, untuk identifikasi
penyebab.
Kecuali: esofagitis reflux (K21.0)
dengan gastroesophageal reflux disease (GERD) (K21.0)
– perforasi
– ruptura
K35.1 Appendisitis akut dengan abses peritoneum
Abses appendiks
– abses peritoneum
– perforasi
– ruptura
Appendisitis:
– kronik
– rekurens (berulang)
Faekalith appendiks
Sterkolith appendiks
4.Hernia (K40-K46)
Note: Hernia dengan gangren tambah obstruksi diklasifikasikan pada
hernia dengan gangren.
Termasuk: hernia: didapat, rekurens
K40.3 Hernia inguinalis unilateral atau tidak jelas, dengan obstruksi, tanpa
gangren
– inkarserata
– irreducible
– menyebabkan obstruksi
– strangulasi
K40.9 Hernia inguinalis unilateral atau tidak jelas, tanpa obstruksi atau
gangren
– inkarserata
– irreducible
– menyebabkan obstruksi
– strangulasi
K41.9 Hernia femoralis unilateral atau tidak jelas, tanpa obstruksi atau
gangren
– inkarserata
– irreducible
– menyebabkan obstruksi
– strangulasi
– inkarserata
– irreducible
– menyebabkan obstruksi
– strangulasi
hernia paraesofagus
– hiatus (Q40.1)
– diaphragmatika: (Q79.0)
– inkarserata
– irreducible
– menyebabkan obstruksi
– strangulasi
Termasuk: Hernia:
– lumbalis
– obturatorius
– pudendum
– retroperitoneum
– siatika
– irreducible
– menyebabkan obstruksi
– strangulasi
K45.8 Hernia abdominalis lain yang dijelaskan tanpa obstruksi atau gangren
Termasuk: enterokel
epiplokel
K46.0 Hernia abdominalis yang tidak jelas dengan obstruksi, tanpa gangren
– inkarserata
– irreducible
– menyebabkan obstruksi
– strangulasi
K46.9 Hernia abdominalis yang tidak jelas, tanpa obstruksi atau gangren
megakolon (K59.3)
– duodenum
– ileum
– jejunum
Ileitis:
– regionalis
– terminalis
Kolitis:
– granulomatosa
– regionalis
– kolon
– usus besar
– rektum
– NOS di negara tempat asal usul kondisi ini bisa dianggap non-infeksi.
– infeksiosa (A09)
Aterosklerosis mesenterika
Insuffisiensi vaskuler mesenterika
K56.1 Intussusception
K56.2 Volvulus
Enterostenosis
Kecuali: penyakit divertikulum usus halus dgn kolon dengan perforasi dan
abses (57.4)
Kecuali: penyakit divertikulum usus halus dgn kolon tanpa perforasi atau
abses (57.5)
Kecuali: penyakit divertikulum usus halus dgn kolon dengan perforasi dan
abses (57.4)
Kecuali: penyakit divertikulum usus halus dgn kolon tanpa perforasi atau
abses (57.5)
K57.4 Penyakit divertikulum usus halus dengan kolon dengan perforasi dan
abses
K57.5 Penyakit divertikulum usus halus dengan kolon tanpa perforasi atau
abses
K59.0 Konstipasi
Gunakan kode penyebab eksternal (Bab XX), kalau perlu, untuk identifikasi
agen toksik
Proktalgia fugax
Atonia kolon
Termasuk: abses daerah anus dan rektum dengan atau tanpa fistula
Abses perianus
Abses perirektum
Ulkus soliter
Ulkus sterkoralis
Proktitis NOS
– duodenum (K26.-)
– appendiks (K35.0)
K63.4 Enteroptosis
K63.5 Polip kolon
K65 Peritonitis
Kecuali: Peritonitis:
– nifas (O85)
– neonatus (P78.0-P78.1)
– aseptik (T81.6), kimiawi (T81.6), akibat talkum atau zat asing lain (T81.6)
appendisitis (K35.-)
Abses:
– peritoneum
– mesenterium
– omentum
– subhepatika
– subdiaphragmatika
– subfrenika
– retroperitoneum
– retrokaekum
– abdominopelvis
Peritonitis (akut):
– generalisata
– pelvis laki-laki
– subfrenika
– suppuratif
Saponifikasi mesenterium
Adhesi:
– diafragma
– lambung
– usus
– mesenterium
– omentum
– (dinding) perut
– pelvis pria
Adhesive bands
K66.1 Haemoperitoneum
haemochromatosis (E83.1)
– NOS
– akut
– subakut
– kronik
Gunakan kode penyebab eksternal (Bab XX), kalau perlu, untuk identifikasi
agen toksik
Kholestasis ‘murni’.
– granuloma hepatika,
– peliosis hepatis
– alkoholik (K70.1)
Sirrhosis (hati):
– NOS
– makronoduler
– mikronoduler
– jenis campuran
– kriptogenik
– portal
– postnekrotik
hepatitis:
– virus (B15-B19)
Abses hati:
– NOS
– kholangitika
– hematogenik
– limfogenik
– pileflebitik
Pileflebitis
Hepatitis NOS
Angiomatosis hepatis
Hepatitis:
– cytomegalovirus (B25.1†)
– toxoplasma (B58.1†)
– sarcoidosis (D86.8†)
– berylliosis (J63.2†)
– duktus sistikus
– kantong empedu
Kholesistolitiasis
– duktus komunis
Kholelitiasis hepatika
K81 Kholesistitis
Angiokholesistitis
Empyema kantong empedu
Kholesistitis: gangrenosa
Kholesistitis: supuratif
Oklusi
Striktura
Adhesi
Atrofi
Diskinesia
Hipertrofi
Tak berfungsi
Ulkus
K82.9 Penyakit kantong empedu, tak dijelaskan
K83.0 Cholangitis
Cholangitis:
– NOS
– asendens
– primer
– sekunder
– rekuren
– membentuk sklerosis
– membentuk stenosis
– suppuratif
Kecuali: kholangitis destruktif nonsuppuratif kronik (K74.3)
Oklusi
Striktura
Fistula kholedokhoduodenalis
Adhesi
Atrofi saluran empedu
Hipertrofi
Ulkus
Abses pankreas
Nekrosis pankreas:
– akut
– infektif
Pankreatitis:
– NOS
– akut (rekuren)
– subakut
– haemoragika
– suppuratif
Pankreatitis kronik:
– NOS
– infeksiosa
– rekuren
– relapsing
Atrofi
Batu pankreas
Sirosis
Fibrosis
Infantilisme pankreatika
Gluten-sensitive enteropathy
Steatorea idiopatik
Sprue nontropis
K90.1 Sprue tropis
Sprue NOS
Steatorrhoea tropis
– pascabedah (K91.2)
– kongenital (Q43.8)
Sindroma:
– dumping
– pasca-gastrektomi
– pasca-vagotomi
K92.0 Haematemesis
K92.1 Melaena
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
1. Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 mahasiswa
2. Masing-masing kelompok mencari mencari kode penyakit system pencernaan
berdasarakan ICD 10 Vol 1 kemudian ke ICD 10 Vol 3 dan berdiskusi dengan
kelompok membahas sesuai judul yang diberikan. Adapun judul kelompok
sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Disease of oral cavity, salivary gland and jaws (K00-K14),
Noninfective enteritis and colitis (K50-K52)
b. Kelompok 2 Diseases of oesophagus, stomach and duodenum (K20-K31),
Other diseases of intestines (K55-K63), Disease of peritoneum (K65-K67)
c. Kelompok 3 Diseases of appendix (K35-K38), Disease of liver (K70-K77),
Other diseases of the digestive system ( K90-K93)
d. Kelompok 4 Hernia ( K40-K46), Disorders of gallbladder, biliary tract and
pancreas (K80-K87)
3. Laporan tugas dituangkan dalam bentuk makalah dengan kertas A4 times new
roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
4. Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB I
SKENARIO/TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Bab 1 ini berjudul Anatomi Fisiologi sistem Endokrin dan merupakan bagian
yang harus Anda kuasai dalam Mata Kuliah pengantar kodefikasi terkait sistem
pencernaan dan sistem Endokrin. Salah satu capaian pembelajaran pada Program
Studi D-III Perekam dan Infokes adalah mewujudkan kompetensi sebagai Coder
yaitu kemampuan menentukan kode penyakit terkait dignosa dan tindakan
berdasarkan kode etik, mampu berdaptasi dengan berbagai situasi dan
mendokumentasikannya secara tepat. Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan
dapat memahami Anatomi Fisiologi sistem Endokrin. Secara khusus Anda diharapkan
dapat menjelaskan Anatomi Fisiologi organ sistem endokrin. Untuk mencapai
kompetensi tersebut pokok-pokok materi yang harus Anda pelajari meliputi: (1)
Anatomi Sistem Endokrin, (2) Fisiologi Sistem Endokrin.
A. Deskripsi Materi
Materi yang akan dibahas pada BAB ini yaitu Anatomi Fisiologi Sistem
Endokrin. Capaian pembelajaran akan mendukung dalam pencapaian profil
kompetensi sebagai tenaga rekam medik yang mampu berperan sebagai coder.
3. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat dalam sel target
5. Mempunyai pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga
mempengaruhi beberapa sel target yang berlainan.Di dalam tubuh terdapat
sekitar 50 jenis hormon yang diedarkan dalam pembuluh darah Mekanisme
kerja hormon pada sel target organ adalah dengan cara menduduki reseptor.
Satu reseptor spesifik untuk satu jenis hormon saja. Hormon Gastrin,
Berfungsi: Memacu sekresi enzim pepsinogen
V. Peranan Hormon
Hormon berperan dalam regulasi tubuh
1. Perubahan metabolisme tubuh
2. Siklus reproduksi
3. Proses pertumbuhan dan perkembangan
Hormon berfungsi dalam mengatur homeostasis, metabolisme, reproduksi dan
tingkah laku. Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar
kelangsungan hidup dapat dipertahankan. Contohnya pengendalian tekanan darah,
kadar gula dalam darah, dan kerja jantung
Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior, bagian tengah,
dan bagian posterior. Kelenjar hipofisis menghasilkan bermacam-macam hormon
yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.Disebut master kelenjar karena mengontrol
fungsi kelenjar endokrin lainnya, seperti suhu, aktivitas tiroid, pertumbuhan selama
masa awal kelahiran, produksi urine, produksi testosteron pada laki-laki dan ovulasi
dan estrogen pada wanita produksi. Tugas kelenjar hipofisis / kelenjar pituitary ini
yakni mengawasi kelenjar lain dan menjaga kadar hormon.
Berdasarkan strukturnya, kelenjar hipofisis terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian depan (lobus anterior), bagian tengah (intermediet), dan bagian belakang
(posterior). Bagian tengahnya hanya dimiliki oleh bayi, sementara pada orang dewasa
telah hilang atau tinggal sisanya saja. Oleh karena itu, pada orang dewasa, kelenjar
hipofisis hanya tersusun dua bagian saja yakni bagian depan dan bagian belakang.
Hormon yang dihasilkan anterior Hipofisis
1. Hormon Somatotrofin (growth hormone)
Pertumbuhan sel dan anabolisme protein
2. Tiroid Stimulating Hormone (TSH)
Merangsang tiroid menseksresikan tiroksin
3. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH)
Merangsang korteks ginjal untuk berproduksi.
4. Prolaktin
Merangsang glandula mamae untuk berproduksi(STH/GH) yang berfungsi
mempengaruhi pertumbuhan. Kekurangan pada anak-anak menyebabkan kretinisme.
Kelebihan pada saat anak-anak menyebabkan gigantisme, bila terjadi pada masa
dewasa menyebabkan akromegali (Terjadi pada saat dewasa, penderita mengalami
pembesaran tulang rahang dan wajah. Kulit bertambah tebal, diikuti gangguan akibat
penekanan saraf oleh massa tulang yang bertambah)
5. Tiroksin : hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar gondok
Pada wanita
1. Follicle Stimulating Hormone (FSH), merangsang perkembangan folikel pada
ovarium dan sekresi estrogen
2. Luteinizing Hormone (LH), merangsang ovulasi dan merangsang korpus
luteum menghasilkan progesteron.
Pada pria
1. Follice Stimulating Hormone (FSH), merangsang terjadi spermatogenesis.
2. Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICTH), merangsang sel-sel interstitial
testis untuk berkembang dan memproduksi testosteron.
3. Estrogen adalah hormon yang menentukan ciri-ciri atau tanda seks sekunder
pada wanita. Fungsi hormon Estrogen lainnya yaitu Mengatur siklus
menstruasi
Kelenjar Paratiroid
Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid. Kelenjar ini
menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk mengatur konsentrasi ion
kalsium dalam cairan ekstraseluler . Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah
dengan cara merangsang reabsorpsi kalsium di ginjal. Fungsi umum kelenjar
paratiroid adalah:
a. mengatur metabolisme fosfor
b. mengatur kadar kalsium darah
Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas, sehingga
dikenal dengan pulau – pulau langerhans. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon
insulin dan glukagon. Insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke
sel – sel tubuh menembus membran sel.
Di dalam otot, glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan.
Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan
pembentukan lemak (lipogenesis). Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan
rangsangan untuk mensekresikan insulin. Sebaliknya glukagon bekerja secara
berlawanan terhadap insulin.
Kelenjar Kelamin
Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur,
hormon estrogen dan hormon progesterone. Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel
de Graaf dan dirangsang oleh FSH. Estrogen berfungsi menimbulkan dan
mempertahankan tanda – tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya
perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus. Progesteron dihasilkan
oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH, fungsinya untuk mempersiapkan dinding
uterus agar dapat menerima sel telur yang sudah dibuahi.
Testis
Testis pada mamalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel benih (sel
germinal), tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus. Testis mensekresikan
hormon testosteron yang berfungsi merangsang pematangan sperma
(spermatogenesis) dan pembentukan tanda–tanda kelamin pria, misalnya pertumbuhan
kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi hormon tersebut
dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian anterior.
Rangkuman:
1. Kelenjar endokrin manusia menghasilkan sejenis bahan kimia yang dinamakan
hormon. Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, sehingga hormon yang
dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hormon
adalah Zat kimia dalam bentuk senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin.darah akan mengangkut hormon ke organ sasaran, disebut juga kelenjar
buntu karena hormon yang dihasilkan tidak dialirkankan melalui suatu saluran
tetapi langsung masuk kedalam pembuluh darah. Hormon dari kelenjar endokrin
mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh hingga mencapai organ – organ
tertentu.
2. Pembagian kelenjar Endokrin Kelenjar hipofisis - terletak pada dasar otak besar,
Kelenjar tiroid - terletak di daerah leher, Kelenjar paratiroid - terletak di dekat
kelenjar tiroid, Kelenjar pankreas - terletak di dekat ventrikulus (perut besar),
Kelenjar adrenal - terletak di bagian atas ginjal, Ovarium - terletak di daerah
abdomen (perut), Testis - terletak di buah zakar dalam skrotum
Tugas
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Baca dan cermati tugas dibawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
• Dikumpulkan palinglama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan
• Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lain
• Membagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 8-9 mahasiswa, yang mana
masing-masing kelompok mencari gambar dengan rapi dan tuliskan nama-nama
struktur anatomi sesuai topik yang diberikan.
Kelompok 1: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
Kelompok 2: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
Kelompok 3: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
Kelompok 4: Anatomi dan fisiologi sistem Pencernaan
• Laporan tugas dituangkan kedalam file word dan dengan kertas A4 times new
roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
• Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB 1
TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2.Kegiatan Mandiri
Petunjuk :
a. Buatlah resume hasil diskusi seluruh kelompok .
b. Resume diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12, jenis tulisan Times
New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
DAFTAR PUSTAKA
1. Syaifuddin, 2014. Panduan Praktik Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan, Trans Info media, Jakarta.
2. Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta
4. Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
BAB VI
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Pada bab VI ini Anda akan mempelajari materi mengklasifikasikan konsep
terminologi medis konsep dasar pembentukan istilah medis pada kehamilan,
persalinan. Terminologi medis adalah bahasa profesional bagi mereka yang secara
langsung ataupun tidak langsung berkecimpung di bidang pelayanan kesehatan.
Susunan struktur istilah medis rata-rata dirasa sangat sulit dan komplek untuk
dipahami oleh mahasiswa bidang kesehatan. Kompleksitas istilah kerapkali bisa
menyulitkan kemampuan konsentrasi pembelajaran, khususnya bagi mahasiswa
bidang studi manajemen rekam medis-informasi kesehatan. Mereka dituntut harus
memahami secara tepat ejaan dan arti istilah-istilah medis klinis diagnoses serta
prosedur tindakan medis-operasi, sebagai masukan ke sistem informasi asuhan klinis
dan manajemen kesehatan, serta sistem penagihan biaya pelayanan-asuhan kesehatan
yang diaplikasikan. Anda akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau
pemahaman terhadap materi pembelajaran yang disajikan dalam bab ini. Bab ini akan
membantu anda untuk mengembangkan kemampuan membaca, menuliskan kembali
dengan ejaan tepat, Arti bahasa medis khusus ini, agar mereka dapat menjadi
pengelola informasi klinis dan kesehatan yang profesional. Upaya ditekankan pada
peningkatan pengetahuan tentang tipe-tipe dan arti unsur kata pembentuk istilah,
pengenalan arti singkatan kata istilah medis, kemampuan mengeja istilah medis
dengan benar melalui penguasaan metode logis yang ditemui di dalam ilmu
terminologi medis.
B. Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas gangguan fungsi dan penyakit pada sistem endokrin,
nutrisi dan metabolisme tubuh manusia, mulai dari hipotalamus dan hipofisis, kelenjar
tiroid dan paratiroid, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal (suprarenalis), kelenjar gonad
(kelamin), organ lain terlibat dalam gangguan nutrisi dan kelainan mtebolisme tubuh,
sesuai dengan klasifikasi penyakit berdasarkan ICD 10, meliputi :
a) Kelainan Sistem Endokrin
b) Gangguan Nutrisi
c) Kelainan Metabolik
D. Uraian Materi
Pemeriksaan Fisik
1. Benjolan di leher depan
2. Takikardia
3. Demam
4. Exopthalmus
5. Tremor
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin, SGOT, SGPT, gula darah sewaktu
2. EKG
a. Hipotiroidisme
No. ICD X : E02-03Hypothyroidsm
Defisiensi iodium merupakan penyebab umum terjadinya hipotiroidisme,
yaitu kurang produksi hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid.Penyebabnya :
a) Primer :
a. Autoimmun (penyakit Hashimoto)
b. Iatrogenik
c. Obat
d. Kongenital
e. Defisiensi iodium
b) Transien :
a. Silent tiroiditis
b. Tiroiditis subakut
c) Sekunder :
a. Hipopituitarisme
b. Penyakit tumor hipotalamus
Penanganan :
Bergantung jenis penyebab hipotiroidisme.Terapi pengganti hormon tiroid untuk
penyebab defisiensi primer tiroid masih menjadi pilihan, misalnya levotiroksin
sintetis. Pemberian hormone tiroksin T4 dengan mempertahankan kadar TSH normal
secara dini pada hipotiroid kongenital dilakukan untuk mencegah kerusakan otak
permanen.
b. Diabetes Mellitus
No. ICD-10 : E11 Non-insulin-dependent diabetes mellitus
Masalah Kesehatan
Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes Association (ADA)
adalah kumulan gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja
insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.Kelainan organ
penyebab DM adalah Pankereas.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi
peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013). Proporsi penduduk ≥15 tahun
dengan diabetes mellitus (DM) adalah 6,9%. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation
(IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta
pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan
angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah
penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.
Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah Puasa
2. Gula Darah 2 jam Post Prandial
3. Urinalisis
Komplikasi
1. Akut :Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
2. Kronik :
a) Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah perifer,
Pembuluh darah otak
b) Mikroangiopati:Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
c) Neuropati
d) Gabungan: Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
Penatalaksanaan
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan
pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkankualitas hidup
penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaanmeliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasiakut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambatprogresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas danmortalitas DM.
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan polahidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik)bersamaan dengan intervensi farmakologis
dengan obat antihiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.Obat
antihiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataukombinasi.
Pada keadaan emergensi dengan dekompensasimetabolik berat, misalnya:
ketoasidosis, stres berat, beratbadan yang menurun dengan cepat, atau adanya
ketonuria harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atauTersier.
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perluselalu dilakukan
sebagai bagian dari upayapencegahan dan merupakan bagian yang
sangatpenting dari pengelolaan DM secara holistik.
c. Hiperparatiroidisme
No. ICD X : E21Hyperparathyroidism
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana produksi hormon paratiroid
berlebihan akibat respon fisiologi berkurangnya kadar kalsium di dalam darah.
Terjadi pada 1 antara 500 populasi umum, yang didominasi oleh kelompok usia post-
menopause.
Sehingga istilah hiperparatiroidisme cenderung tidak bersifat patologi, tetapi
lebih disebabkan karena proses kompensasi metabolik. Walaupun demikian,
hiperparatiroidisme dapat terjadi akibat penyakit ginjal dan suatu keadaan
hipokalsemia kronik, misalnya defisiensi vitamin D atau malabsorpsi.
Penanganan :
• Operasi termasuk paratiroidektomi
• Observasi dan pemberian medikamentosa
(Hormon pengganti, Calcium sensing receptor agonis
Manifestasi Klinik
Bervariasi, berupa 1 atau lebih tanda dan gejala berikut :
• Defisiensi 1 atau lebih hormone hipofisis
• Kelebihan hormone (terutama prolactin, GH dan ACTH)
• Efek massa tumor ( sakit kepala dan hemianopsia bilateral)
• Ditemukan tidak sengaja pada pemeriksaan CT Scan/ MRI
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
• Mengembalikan fungsi Hipofisis seoptimal mungkin dan mencegah
kekambuhan massa tumor.
• Pilihan terapi yang tersedia :
o Primer (Supresi hormone dengan pemberian bromokriptin
dan analog somatostatin)
o Substitusi hormone
o Radiasi eksterna
o Bedah (Adenomektomi)
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
• Uji Supresi Deksametson (Skrining Awal)
• Uji Stimulasi Corticotropin Releasing Hormone (CRH)
• Pemeriksaan Ct Scan Abdomen
Penatalakasanaan
• Tergantung penyebabnya
• Bila adenoma adrenal : Eksplorasi adrenal dan eksisi tumor
• Bila hyperplasia bilateral : Adrenalektomi bilateral dan bias
dengan kombinasai pemberian penghambat steroidogenesis
Faktor Risiko
Berat badan lahir rendah, HIV, Infeksi TB, pola asuh yang salah
Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium: gula darah, Hb, Ht, preparat apusan darah, urin rutin,
feses
b) Antropometri
c) Foto toraks
d) Uji tuberkulin
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antropometri. Anak didiagnosis dengan gizi buruk, apabila:
1. BB/TB < -3SD atau 70% dari median (marasmus).
2. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:
BB/TB >-3SD atau marasmik-kwashiorkor BB/TB <-3SD).
Komplikasi
Anoreksia, Pneumonia berat, Anemia berat, Infeksi, Dehidrasi berat,
Gangguan elektrolit, Hipoglikemi, Hipotermi, Hiperpireksia, Penurunan kesadaran
2. Obesitas
No. ICD-10 : E66.9 obesity unspecified
Masalah Kesehatan
Obesitas merupakan keadaan dimana seseorang memiliki kelebihan lemak
(body fat) sehingga orang tersebut memiliki risiko kesehatan. Riskesdas 2013,
prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7% lebih
tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Sedangkan pada perempuan di
tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1
persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%). WHO,
dalam data terbaru Mei 2014, obesitas merupakan faktor risiko utama untuk penyakit
tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung dan stroke),
diabetes, gangguan muskuloskeletal, beberapa jenis kanker (endometrium, payudara,
dan usus besar). Dari data tersebut, peningkatan penduduk dengan obesitas, secara
langsung akan meningkatkan penyakit akibat kegemukan.
Penyebab
1. Ketidakseimbangnya asupan energi dengan tingkatan aktifitas fisik.
2. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan antara lain kebiasaan makan
berlebih, genetik, kurang aktivitas fisik, faktor psikologis dan stres, obat-
obatan (beberapa obat seperti steroid, KB hormonal, dan anti-depresan
memiliki efek samping penambahan berat badan dan retensi natrium), usia
(misalnya menopause), kejadian tertentu (misalnya berhenti merokok,
berhenti dari kegiatan olahraga, dsb).
Indeks Masa Tubuh (IMT/Body mass index/BMI) menggunakan rumus :Berat Badan
(Kg)/Tinggi Badan kuadrat (m2). Pemeriksaan fisik lain sesuai keluhan untuk
menentukan telah terjadi komplikasi atau risiko tinggi.
2. Pengukuran lingkar pinggang (pada pertengahan antara iga terbawah
dengan krista iliaka, pengukuran dari lateral dengan pita tanpa menekan
jaringan lunak).
Risiko meningkat bila laki-laki >85 cm dan perempuan >80cm.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan risiko dan komplikasi, yaitu pemeriksaan kadar gula darah,
profil lipid, dan asam urat.
Komplikasi
Diabetes Mellitus tipe 2, Hipertensi, penyakit kardiovakular, Sleep apnoe,
abnormalitas hormon reproduksi, Low back pain, perlemakan hati
Obesitas dikelompokkan menjadi obesitas risiko tinggi bila disertai dengan 3
atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Hipertensi
2. Perokok
3. Kadar LDL tinggi
4. Kadar HDL rendah
5. Kadar gula darah puasa tidak stabil
6. Riwayat keluarga serangan jantung usia muda
7. Usia (laki-laki > 45 thn, atau perempuan > 55 thn).
3. Defisiensi Vitamin
No. ICD X : E50-55(Vitamin deficiencies)
Masalah Kesehatan
Penyebab defisiensi vitamin adalah pemasukan dari diet yang tidak
mencukupidan gangguan absorbsi.Pada defisiensi vitamin A juga dapat terjadi
karenakegagalan mengubah karoten menjadi vitamin A atau hilangya vitamin A
daritubuh dengan cepat.Vitamin B1 dapat terjadi pada pecandu alkohol,
sedangkandefisiensi vitamin B2 saja jarang terjadi. Defisiensi vitamin B6 biasanya
terjadidalam kombinasi dengan defisiensi vitamin B-komples yang lain
padaalkoholisme atau sindrom malabsorbsi atau pada penderita diet yang buruk.
Vitamin B12 dapat terjadi karena insufisiensi dalam diet atau adanya
parasiteintestinal (Diphyllobothrium latum).Defisiensi vitamin C sering terjadi pada
masalaktasi dan pada orang tua dengan pemasukan yang rendah, serta pada
pecandualkohol.Kukurangan vitamin D kemungkinan banyak terjadi di daerah yang
tidakselalu mendapat sinar matahari.
Gangguan kekurangan vitamin E dapat terjadipada orang yang mengalami gangguan absorbsi lemak, seperti cystic fibrosis
dangangguan pada transport lipid.Defisiensi vitamin K dapat terjadi karena dietyang kurang mengandung vitamin K, absorbsi
inadekuat akibat flora ususabnormal, malabsorbsi dan defisiensi empedu, defisiensi faktor-faktor pembekuanyang tergantung
vitamin K.
Defisiensi
No. Anamnesis Pemeriksaan Fisik Penatalaksanaan
Vitamin
Bercak bitot,xeroftalmia,
Buta senja, nafsu makan keratomalasia dengan perforasi
berkurang, perubahan kulit, kornea, kebutaan, Vitamin A 25.000-50.000 IU/hari
1 A (Retinol)
perubahan mata, gangguan hiperkeratosis,metaplasia mebran peroral
pertumbuhan mukosa, retardasi pertumbuhan,
anemia
Beri-beri kering :Kelemahan otot,
badan kurus, kelumpuhan kaki, Neuropati perifer, kelemahan otot,
gangguan syaraf. anoreksia, gagal jantung kongestif,
2 B1 (Tiamin) Vitamin B1 5 - 30 mg/hari
Beri-beri basah: Sesak nafas, afonia, hilangnya refleks tendon,
cepat lelah,kesemutan, oftalmoplegia total
berdebardebar, tidak nafsu
makan.
Manifestasi Klinik
Amiloidosis sistemik pada umumnya progresif dan fatal,tetapi perjalanan
penyakitnya masih tetap belum diketahuipasti.Amioloidosis dapat mengenai
semua umurdan jenis kelamin.Manifestasi klinistergantung dari distribusi dan
jumlah timbunan arniloid,dan gejalanya tidak spesifik. Gejala dan tanda yang
sudahdiketahui pada amiloidosis sistemik adalah makroplosisa, sindrom nefrotik,
gagal ginjal, sindrom carpal tunnel, neuropati sensorik dan motorik, gagal jantung
atau aritmia, hepatosplenomegali, diare, malabsorpsi, ulkus, limpadenopati,
gangguan pembekuan darah, fragilitas kapiler, dan gangguan agregasi trombosit.
Gejala amiloidosis AL yang paling sering terdapat paa diskrasia sel plasma
atau sel B, atau gamopati monoklona.
Amiloidosis AA (sekunder) terdapat pada penyakitinflamasi menahun atau
infeksi; penyakit yang seringmenyertai adalah artritis rematoid, arteritis rematoid
juvenilis, dan ankilosis spondilitis.Malaria, lepra, dan tuberkulosis merupakan
infeksi menahun dan seringmenyertai amiloidosis AA.
Diagnosis
Diagnosis klinis amiloidosis merupakan salah satutantangan dalam
kedokteran. Langkah pertama adalahkecurigaan secara klinis, selanjutnya
dilakukan pendekatanoleh beberapa disiplin ilmu dan terrnasuk dalam
pendekatanini adalah riwayat keluarga, pemeriksaan klinis, dan mempelajari
jaringan. Teknikya yang lebih akurat adalah pemeriksaan dengan skintigrafi untuk
mendeteksi deposit pada organ dan pemeriksaan ini non-invasif.
Penanganan
Sampai saat ini tidak ada pengobafan yang diprediksiefektif untuk
pencegahan fibrilogenesis atau memobilisasideposit yang sudah stabil, tetapi
beberapa pasien pernahdilaporkan mengalami regresi deposit.Tindakan primer
adalah memperbaiki kondisi yangmendasarinya untuk mencegah produksi yang
berlebihandari protein prekursor atau mengurangi deposit atau pembentukan fibril.
Penggunaan melfalan, deksametason, kolkisin, ataukombinasinya dapat
digunakan untuk amiloidosis AL danternyata dapat memperbaiki fungsi organ
yang terkena.
b. Penyebab
Pengeluaran karbondioksida oleh paru yang tidak adekuat akan
menyebabkanterjadinya asidosis respiratorik. Sebagaimana terjadi pada penyakit
paru berikut ini:
Pneumonia
Emfisema
Asma Bronchiale
Bronkitis kronis
Udema paru
c. Gejala
Gejala yang dirasakan berupa sakit kepala dan rasa mengantuk yang akan
berlanjutmenjadi penurunan kesadaran dan koma jika keadaannya semakin
memburuk. Kondisiini akan membuat ginjal berusaha untuk mengkompensasi
asidosis dengan menahanekskresi bikarbonat yang bersifat basa keluar dari ginjal.
Dengan demikian diharapkankondisi asidosis yang berarti kelebihan asam akan
dapat berkurang dengan adanyabikarbonat yang bersifat basa.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan menjadi:
Keasaman tubuh meningkat karena mengkonsumsi zat asam
atau bahan yangdiubah menjadi asam seperti metanol dan
aspirin.
Keasaman tubuh yang berlebihan akibat dari penyakit
seperti diabetes mellitus tipe I. Pada diabetes yang tidak
terkendali, tubuh akan memecah lemak untukmenjadi energi
dengan sisa akhir asam yang disebut keton.
Ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah
yang seharusnya.Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidakberfungsi secara
normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai
asidosistubulusrenalis, biasanya terjadi pada penderita gagal
ginjal.
Bertambahnya asam laktat.
Bahan beracun seperti salisilat, methanol dan asetazolamid
atau ammonium klorida.
Kehilangan basa yang berlebihan dari saluran pencernaan
karena Diare ataukolostomi.
c. Gejala
Pada asidosis metabolik ringan sering tidak menimbulkan gejala,tetapi
dijumpaibeberapa gejala seperti mual, kelelahan dan muntah. Pernafasan menjadi
dalam atausedikit cepat.Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat
turun,menyebabkan syok, koma dan kematian.
3. Alkalosis Respiratorik
a. Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan di mana darah menjadi basa
karenahiperventilasi pernafasan sehingga kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam atau disebut hipervemtilasi seperti pada
seseorangyang sedang mengalami kecemasan. Adapun penyebab lain dari
alkalosis respiratorikadalah:
Rasa nyeri
Sirosis hati
Kadar oksigen darah yang rendah
Demam
Overdosis aspirin.
c. Gejala
Penderita merasa cemas, rasa gatal di sekitar bibir dan wajah.Jika
keadaannya makinmemburuk bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
4. Alkalosis Metabolik
a. Definisi
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan di mana darah dalam keadaan
kelebihan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Jika tubuh terlalu banyak kehilangan asam, maka akan terjadi alkalosis
metabolic seperti pada penderita yang muntah berkepanjangan. Selain itu juga
dapat terjadipada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak bahan yang
mengandung bahanbasa seperti soda bikarbonat.
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat mengakibatkan penderita menjadi
mudah tersinggung, ototberdenyut dan kejang otot mungkin juga
tidak menampakkan gejala sama sekali. Bilaterjadialkalosis
menjadi bertambah berat dapat terjadi spasme otot
yangberkepanjangan.
RANGKUMAN
Bab ini telah membahas berbagai gangguan fungsi dan penyakit pada
sistem endokrin, nutrisi dan metabolism tubuh manusia, mulai dari hipotalamus
dan hipofisis, kelenjar tiroid dan paratiroid, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal
(suprarenalis), kelenjar gonad (kelamin), organ lain terlibat dalam gangguan
nutrisi dan kelainan mtebolisme tubuh, sesuai dengan klasifikasi penyakit
berdasarkan ICD 10. Aspek pembahasan penyakit, mencakup organ yang
mengalami gangguan dan masalah kesehatan yang ditimbulkan, manifestasi klinik
dan diagnosis penyakit serta penanganan yang dapat dilalukan. Pembahasan bab
dari berbagai organ sistem saluran pencernaan ini,meliputi :
a) Kelainan sistem endokrin
b) Gangguan nutrisi
c) Kelainan metabolik
Tugas:
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk:
• Baca dan cermati tugas dibawah ini, kemudian kerjakan secara berkelompok
• Dikumpulkan palinglama 1 minggu setelah tugas ini diumumkan
• Sampaikan hasil tugas secara berurutan kepada dosen dan kelompok lain
• Membagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 8-9 mahasiswa, yang mana
masing-masing kelompok mencari gambar dengan rapi dan tuliskan nama-
nama struktur anatomi sesuai topik yang diberikan.
Kelompok 1: Membuat diagnosa penyakit endokrin
Kelompok 2: Membuat diagnosa penyakit nutrisi
Kelompok 3: Membuat diagnosa penyakit metabolisme
• Laporan tugas dituangkan kedalam file word dan dengan kertas A4 times
A. PENDAHULUAN
1. Pengantar Pendahuluan
Pada Bab sebelumnya dalam mata kuliah Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit,
dan Masalah Penyakit Tekait II, Saudara juga telah mempelajari anatomi fisiologi
serta patofisiologi sistem endokrin, nutrisi dan metabolism tubuh manusia.
Saudara telah mempelajari bagaimana bentuk dan susunan organ-organ sistem
endokrin, nutrisi dan metabolisme secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya
serta hubungan organ-organ yang satu satu dengan yang lain serta bagaimana
organ-organ tersebut bekerja secara normal.
Pada Bab ini, mahasiswa akan mempelajari terminologi diagnosis medis
dan prosedur medis terkait gangguan fungsi dan penyakit pada sistem endokrin
tubuh manusia sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Dalam mempelajari bab ini sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai
dari rangkuman materi pembelajaran yang disajikan pada Bab Topik dan
mengerjakan soal-soal latihan serta apabila telah yakin memahaminya, barulah
Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari materi pembalajaran topik
berikutnya.
Satu hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi
pembalajaran yang sulit Anda pahami. Cobalah terlebih dahulu mendiskusikan
materi pembelajaran yang sulit dengan sesama mahasiswa atau teman sejawat.
Apabila masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan
narasumber pada kegiatan pembelajaran tatap muka.
Di dalam bab ini juga tersedia tugas terstruktur berupa tes formatif dan
tugas mandiri. Hendaknya semua tugas ini Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan
mengerjakan semua tugas yang ada, Anda akan dapat menilai sendiri tingkat
penguasaan atau pemahaman terhadap materi pembelajaran yang disajikan. Dan
membantu Andamengetahui bagian-bagian mana dari materi pembalajaran
yang disajikan di dalam bab, masih belum sepenuhnya dipahami.
Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bab ini adalah sekitar
2 x 100 menit. Oleh karena itu, Anda dapat membuat catatan mengenai hal-hal
yang perlu didiskusikan pada waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran
terstruktur (secara daring atau tatap muka).
Keberhasilan Anda mempelajari bab ini tentunya sangat tergantung pada
keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang
materi pembalajaran yang belum Anda pahami kepada nara sumber pada saat
dilaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan
Anda. Di samping itu, Anda juga harus berusaha dengan sunggug-sungguh untuk
menyelesaikan semua tugas yang ada di dalam bab ini. Yakinlah bahwa Anda
akan berhasil dengan baik apabila memiliki semangat belajar yang tinggi. Jangan
lupa berdoa kepada Tuhan YME agar senantiasi diberikan kemudahan belajar.
Selamat Belajar dan Semoga Sukses !
B. Deskripsi Materi
Bab ini akan membahas terminology medis dan prosedur medis pada
gangguan fungsi dan penyakit pada sistem endokrin, nutrisi dan metabolisme
tubuh manusia, mulai dari hipotalamus dan hipofisis, kelenjar tiroid dan
paratiroid, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal (suprarenalis), kelenjar gonad
(kelamin), sesuai dengan klasifikasi prosedur medis berdasarkan ICD 9CM.
C. Kemampuan/ Tujuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
terminologi diagnosis medis dan prosedur medis pada gangguan fungsi dan
penyakit pada sistem endokrin, nutrisi dan meteabolisme tubuh manusia.
D. Uraian Materi
1.Terminologi Diagnosis Medis Pada Penyakit Sistem Endokrin,
Nutrisi Dan Metabolisme
1.Terminologi Diagnosis Medis Pada Penyakit Sistem Endokrin,
Nutrisi Dan Metabolisme
Beberapa Contoh Root dan Pengertian
TUGAS
1. Tugas Terstruktur
Petunjuk/Langkah Pembelajaran :
1. Mahasiswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok dengan kelainan endokrin
2. Kelompok dengan gangguan nutrisi
3. Kelompok dengan kelainan metabolic
2. Laporan tugas dituangkan kedalam file word dan dengan kertas A4 times
new roman font 12 spasi 1,5 rata kiri kanan.
3. Bentuk laporan tugas disusun dengan mengikuti format sebagai berikut :
SAMPUL DEPAN (COVER)
DAFTAR ISI
BAB 1
TEMA : JUDUL TUGAS DISKUSI
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
2.Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PROBLEM/ANALISIS MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
2.Kegiatan Mandiri
Petunjuk :
a. Buatlah resume hasil diskusi seluruh kelompok .
b. Resume diketik dengan kertas A4 dengan ukuran font 12, jenis tulisan
Times New Roman, spasi 1,5
c. Pada bagian cover sertakan nama dan NIM dan logo
DAFTAR PUSTAKA
1. Marie A. Moisio and EMER w. Moisio. 2014. Medical Terminology
a Strudent Centered. Approach. Boston. USA Cengage Learning.
2. Medical Terminology Practice, 2014. California.
3. Anggraini M., Irmawati, Garmelia, E., Kresnowati, L. Klasifikasi,
Kodefikasi Penyakit dan masalah Terkait I : Anatomi, Fisiologi,
Patologi, Terminologi Medis dan Tindakan Pada Sistem
Kardiovaskuler, Respirasi, dan Muskuloskeletal. Bahan Ajar Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK). PPSDM-BPPSDMK
Kemenkes RI. 2017.
BAB VIII
ATURAN DAN TATACARA KODEFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN
PADA SISTEM ENDOKRIN
(Mey lisa, A.Md., MIK,.SKM)
PENDAHULUAN
A. Pengantar Pendahuluan
Dignosis penyakit, prosedur medis dan masalah kesehatan lainnya dari kata-kata
menjadi suatu bentuk kode, baik numerik atau alfanumerik, untuk memudahkan
penyimpanan, retrieval dan analisis data. Koding merupakan suatu proses yang
kompleks dan membutuhkan pengetahuan tentang aturan koding sesuai perangkat
yang digunakan, anatomi, patofisiologi, persyaratan dokumentasi kinis, kebijakan
dan regulasi serta standar. Kompleksitas ini menimbulkan situasi yang menantang
bagi para koder profesional dalam melakukan telaah semua fakta dalam dokumen
secara hati-hati agar dapat menentukan kode dengan etis dan tepat. Koder
profesional harus memiliki pemahaman yang jernih tentang sumber terpercaya
untuk kaidah koding yang digunakan. Tata cara penetapan kode ditentukan oleh
perangkat koding yang digunakan. Di Indonesia, khususnya untuk kepentingan
reimbursement digunakan ICD-10 versi th. 2010 untuk kode diagnosis penyakit
sedangkan untuk koding prosedur medis menggunakan ICD-9-CM versi th 2010
(Permenkes No.76 th 2016). Pada Bab VIII ini menjelaskan tentang tata cara
penentuan kode prosedur dan tindakan medis pada sistem Endokrin sesuai
ketentuan dalam ICD-9-CM versi th 2010. Bab ini digunakan secara
berdampingan dengan buku ICD-9-CM. Setelah mempelajari Bab ini, mahasiswa
diharapkan dapat melaksanakan penentuan kode prosedur dan tindakan medis
berdasarkan ketentuan dan kaidah ICD-9-CM versi 2010 dengan benar.
B. Deskripsi Materi
Bab VIII ini disusun sedemikian rupa untuk membantu mahasiswa D3 Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan semester IV dalam memahami materi kuliah
kodefikasi terkait sistem kodefikasi penyakit dan tindakan pada sistem Endokrin.
Dalam modul ini, bab VIII menguraikan pokok bahasan atau topik yang saling
berkaitan satu sama lain yaitu: Kodefikasi terkait penyakit dan tindakan pada
kehamilan dan persalinan serta Aturan dan tata cara kodefikasi penyakit dan
tindakan terkait sistem Endokrin.
D.Uraian Materi
Aturan dan Tata Cara kodefikasi ( general coding ) terkait sistem Endokrin
Catatan
Semua neoplasma, baik secara fungsional aktif atau tidak, diklasifikasi pada Bab
II. Kode pada Bab ini (mis. E05.8, E07.0, E16-E31, E34.-) bisa sebagai tambahan
untuk aktifitas fungsional neoplasma dan jaringan endokrin ektopik, atau
hipofungsi kelenjar endokrin akibat neoplasma dan keadaan lain yang diklasifikasi
di tempat lain.
Kecuali:
2. Komplikasi kehamilan, melahirkan dan nifas (O00-O99)
3. Gejala, tanda, dan kelainan klinis dan laboratorium, n.e.c. (R00-R99)
4. Kelainan endokrin-metabolik sementara yang khas pada janin dan neonatus
(P70-P74)
Chapter ini berisi blok-blok berikut:
1. E00-E07 Gangguan pada kelenjar thyroid
2. E10-E14 Diabetes mellitus
3. E15-E16 Gangguan lain pengaturan glukosa dan sekresi internal pancreas
4. E20-E35 Gangguan pada kelenjar endokrin lain
5. E40-E46 Malnutrisi
6. E50-E64 Defisiensi nutrisi lain
7. E65-E68 Obesitas dan hiperalimentasi lain
8. E70-E90 Gangguan metabolic