Anda di halaman 1dari 36

AYAT TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN

Di Susun Oleh :

ROHIMIN
2228623039
KHOTIMAH TRI LESTARI
2228623041

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawy

DOSEN PENGAMPU :
HINDUN UMIYATI, S.IP., M. Pd., MH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MOROWALI
TAHUN 2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------ii

BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------1

A. Latar Belakang Masalah ----------------------------------------------------1

B. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------2

BAB II PEMBAHASAN --------------------------------------------------------------3

A. Tujuan Pendidikan Islam ----------------------------------------------------3

B. Al-Qur’an Adalah Kitab Suci ----------------------------------------------2

C. Kajian Surah Ali Imran Ayat 137-139 ------------------------------------3

D. Kajian Surah Hud Ayat 61 --------------------------------------------------8

E. Kajian Surah Al-Fath Ayat 29 ----------------------------------------------10

F. Kajian Surah Al-Zumar Ayat 39 -------------------------------------------18

G. Kajian Surah Al-Hajj Ayat 41 ----------------------------------------------20

H. Kajian Surah Adz-Dzariyat Ayat 56 ---------------------------------------25

BAB III PENUTUP --------------------------------------------------------------------29

A. Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------29

DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------30

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai

suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas

dan potensi-potensi yang ada pada manusia. Suatu usaha yang tidak mempunyai

tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat seseorang yang bepergian tak

tentu arah maka hasilnya pun tak lebih dari pengalaman selama perjalanan.

Al-Qur'an sendiri sangat mendorong manusia untuk belajar dan menuntut

ilmu. Bukti terkuat mengenai hal ini adalah bahwa ayat al-Qur'an yang pertama

kali diturunkan memberikan dorongan kepada manusia untuk membaca dan

belajar. Ayat tersebut juga menekankan bahwa dengan perantaraan kalamlah Allah

mengajarkan manusia membaca dan mengajarinya apa-apa yang tidak

diketahuinya. Lebih jauh Islam menjelaskan, bahwa al-Qur'an adalah kalam Allah

yang berisi segala hal mengenai petunjuk, yang membawa hidup manusia menjadi

bahagia. Islam sebagai agama yang memberikan petunjuk yang berimplikasi

terhadap pelaksanaan pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan

manusia sehingga kelak dapat menjadi seorang mukmin yang baik dapat

mengamalkan ajaran Islam secara baik dan sempurna. Dalam makalah ini penulis

berusaha menggali dan mendeskripsikan ayat–ayat dalam Al-Qur’an tentang

tujuan pendidikan.

Menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, tujuan pendidikan nasional

berbunyi:

1
1. "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

2. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan

yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh

sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.

4. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.

5. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai

pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai

berdasarkan standar nasional dan global.

6. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tujuan Pendidikan Islam?

2. Bagaimana Penjelasan Tentang Al-Quran Adalah Kitab Suci?

2
3. Bagaimana Pembahasan Tujuan Pendidikan Dalam Surah Ali Imran

Ayat 137-139, Surah Hud Ayat 61, Surah Al- Fath Ayat 29, Surah Al-

Zumar Ayat 39, Surah Al-Hajj Ayat 41, Dan Surah Adz-Dzariyat Ayat

56?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan Islam

Istilah 'Tujuan' dalam Bahasa arab dinyatakan dengan ghayat, sedangkan

dalam Bahasa dalam Bahasa inggris, "Tujuan" dinyatakan dengan goal atau

purpose. Secara umum istilah tersebut mengandung pengertian yang sama yaitu

arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.1

Tujuan pendidikan ialah suatu yang hendak dicapai dengan kegiatan atau

usaha pendidikan. Bila pendidikan berbentuk pendidikan forma, tujuan

pendidikan itu harus tergambar dalam suatu kurikulum. Pendidikan formal ialah

pendidikan yang disengaja, diorganisir dan direncanakan menurut teori tertentu,

dalam lokasi dan waktu yang tertentu pula, melalui suatu kurikulum.

Tujuan pendidikan Islam ialah kepribadian Muslim, yaitu suatu

kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran islam. Orang yang

berkepribadian Muslim dalam Al- Quran disebut "Muttaqun". Karena itu

pendidikan Islam berarti juga untuk pembentukan manusia yang bertaqwa.

Pendidikan tersebut sesuai dengan pendidikan Nasional yang dituangkan dalam

tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia pancasila yang

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Al-Qur’an Adalah Kitab Suci

Di antara karakteristik Al-Qur'an lainnya adalah karena ia merupakan kitab

suci yang terpelihara keasliannya dan Allah SWT sendiri yang menjamin
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 209.

4
5

pemeliharaannya, serta tidak membebankan hal itu kepada seorang pun. Tidak

seperti yang dilakukan terhadap kitab-kitab suci lainnya, yang hanya dipelihara

oleh umat yang menerimanya. Makna dipeliharanya Al Quran karena Allah SWT

sendiri yang memeliharanya dari pemalsuan dan perubahan terhadap teks-teksnya,

tidak seperti yang terjadi terhadap Taurat dan Injil sebelumnya. Oleh karena itu,

Allah SWT menjamin pemeliharaan Al-Qur'an ini.2

Lebih dari 14 abad semenjak diturunkannya Al-Quran, ia tetap asli sebagai

mana saat diturunkan, juga sebagaimana ia disampaikan oleh Rasuluhllah SAW

kemudian diterima oleh para sahabat setelah itu disampaikan ke generasi setelah

mereka, dari satu generasi ke generasi yang lain dipelihara dalam hati, dibaca

dengan lisan, tertulis dalam mushaf, dan dihafal oleh puluhan ribu kaum

Muslimin.

C. Kajian Surah Ali Imran Ayat 137-139

1. Ayat Dan Terjemahan

‫ِل‬ ‫ِب‬ ‫ِق‬ ‫ِس يِف‬ ‫ِم ِل‬


‫) َه َذ ا َبياٌن لَّناِس َوُه دًى‬١٣٧( ‫َقْد َخ َلْت ْن َقْب ُك ْم ُس َنٌن َف ُريوا اَأْلْر ِض َفاْنُظروا َك ْيَف كاَن عا َبُة اْلُم َك ِّذ َني‬
) ١٣٩ ( ‫) َواَل ِهَتُنْوا َواَل ْحَتَزُنْوا َوَأْنُتُم اَأْلْع َلْو َن ِإْن ُكْنُتْم ُّم ْؤ ِمِنَنْي‬١٣٨( ‫َوَمْو ِعَظٌة ِلْلُم َّتِق َني‬

Terjemah :

“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kalian sunnah-sunnah Allah,

karena itu. berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat

orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Al-Qur'an) ini adalah penerangan

bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang
2
Hamid A, Pengantar Studi Al-quran, (Jakarta: Kencana 2016), hlm. 27.
6

bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih

hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu

orang-orang yang beriman.”

2. Asbabun Nuzul

Pembicaraan pada ayat-ayat terdahulu menceritakan Perang Uhud dan

berbagai peristiwa penting. Kemudian Allah mengingatkan kaum mukminin

tentang Perang Badar dan apa-apa yang telah dipastikan untuk mereka, sekalipun

jumlah personil pasukan dan peralatannya sangat minim.3

Bagian ini dimulai dengan menunjukkan kepada kaum mukminin dalam

Perang Uhud yang mana dalam ayat-ayat yang telah lalu Tuhan menerangkan,

kalau sekiranya mereka berpegang teguh pada sabar, takwa dan tawakal, malaikat

pun akan datang membantu. Tetapi antara mereka ada yang mengharapkan

semata-mata rampasan perang, lalu meninggalkan ketaatan kepada Rasulullah,

sehingga Rosul sendiri nyaris mati dibunuh dan telah luka.4

Ibnu Abbas RA berkata, “ Pada perang Uhud, para sahabat Rasulullah

SAW kocar kacir. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Khalid bin Walid datang

dengan sebuah pasukan berkuda dari kaum musyrik. Dia ingin menguasai gunung

hingga posisinya berada di atas para sahabat Rasulullah SAW. Maka Allah SWT

menurunkan ayat 139, surat Ali Imran. Ketika itu juga, sejumlah pemanah kaum

3
Ahmad Mustofa Al-Maghriibi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2012), hlm.
103.
4
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Tafsir AL-Azhar (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983),
hlm.94.
7

muslimin segera berlari menaiki gunung dan menghujani pasukan berkuda kaum

musyrik dengan anak panah. Hingga akhirnya mereka kalah.5

Orang-orang muslim sejati sudah seharusnya lebih utama mengetahui

sunnatullah tersebut, dan lebih pantas berjalan sesuai dengan petunjuk sunah itu.

Oleh karena itu sahabat Nabi saw. menyadari kekeliruan mereka sewaktu perang

Uhud. Lalu segera mereka membela diri dari Nabi saw. sampai kaum musyrikin

bubar tanpa memperoleh hasil.6

Setelah selesai peperangan Uhud yang telah menewaskan tujuh puluh

Mujtahid fi Sabilillah, antaranya Hamzah bin Abdul Mutholib, paman Nabi

sendiri dan Nabi pun mendapat luka, kelihatan kelesuan, lemah semangat dan

dukacita; maka datanglah ayat ini : angkat mukamu, jangan lemah dan jangan

dukacita.

Sebab suatu hal masih ada padamu, modal tunggal yang tak pernah dapat

dirampas oleh musuhmu, yaitu iman. Jikalau kamu masih mempunyai iman dalam

dadamu, kamulah yang tinggi dan akan tetap tinggi. Sebab iman itu adalah

pandumu menempuh zaman depan yang masih akan mau dihadapi.7

3. Tafsir Surah Ali Imran Ayat 137-139

“ Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah.”

5
Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 539-540.
6
Ahmad Mustafa Al-Maragi, op. Cit., h. 104-105.
7
Hamka (Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah), op. Cit., h. 97
8

Dalam ayat ini dan sesudahnya Allah mengingatkan mereka tentang

sunnah-sunnah Allah pada makhlukNya. Barang siapa berjalan pada tatanan

sunnah tersebut, ia akan sampai pada kebahagiaan. Dan barang siapa menyimpang

darinya, maka ia akan tersesat, akibatnya adalh sengsara dan kehancuran. Perkara

yang hak itu past harus menang akan kebatilan.8

Oleh karena itu, ayat ini memerintahkan untuk mempelajari sunnah, yakni

kebiasaan-kebiasaan atau ketetapan Ilahi dan masyarakat. Sunnatullah adalah

kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Perlu diingat

bahwa apa yang dinamai hukum-hukum alam pun adalah kebiasaan-kebiasaan

yang dialami manusia.9

Terkait dengan Sunnatullah, maka Allah memberikan petunjuk kepada

mereka agar mengambil pelajaran dari apa yang pernah dialami oleh orang-orang

sebelum mereka Allah SWT berfirman:

“Karena itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah

bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”

Berjalanlah kalian dimuka bumi ini dan renungkanlah peristiwa-peristiwa

yang telah menimpa umat sebelum kalian. Jadikanlah hal tersebut sebagai

pelajaran, agar kalian mendapatkan ilmu yang benar, yang didasari oleh bukti.

Berjalan dimuka bumi untuk menyelidiki keadaan orang-orang dahulu guna

8
Ahmad Mustofa Al-Maghriibi, op. Cit., h. 103.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm. 225.
9

menyimak yang telah menimpa mereka, merupakan alat pembantu yang paling

baik untuk mengetahui sunnah dan mengambil pelajaran darinya.10

“Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta

pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Al-Qur’an adalah penerangan bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah

kutipan peristiwa kemanusiaan yang telah jauh berlalu, yang manusia sekarang

tidak akan dapat mengetahuinya kalau tidak ada penerangan yang

menunjukannya. Akan tetapi hanya segolongan manusia tertentu saja yang

mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran padanya,

mendapatkan manfaatnya, dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah

golongan “Muttaqin” yaitu orang-orang yang bertaqwa.11

Hal ini sesuai dengan Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 2

‫ِل ِق‬ ‫ِف ِه‬ ‫ِل ِك‬


‫ذ َك اْل َتاُب اَل َرْيَب ْي ُه ًد ى ْلُم َّت َنْي‬.

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-

orang yang bertaqwa”.

Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai penerangan yang memberi

keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi seluruh manusia.

Al-Qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk untuk memberi bimbingan masa kini

dan yang akan datang menuju kearah yang benar.


10
Ahmad Mustofa Al-Maghriibi, op. Cit., h. 105.
11
Sayyid Qutb, Fi Zhilalil Qur’an jild II (Beirut: Darusy-Syuruq, 1992), hlm. 167.
10

Al-Qur’an sebagai peringatan yang halus dan berkesan menyangkut hal-

hal yang tidak wajar bagi orang yang bertaqwa, yang antara lain mampu

mengambil hikmah dan pelajaran sebagai sunnatullah yang berlaku dalam

masyarakat.12

“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan pula bersedih hati,

sebab kamu paling tinggi (drajatnya), jika kamu orang beriman.”

D. Kajian Surat Hud Ayat 61

1. Ayat Dan Terjemahan

‫َو ِإٰىَل ُمَثوَد َأَخ اُه ْم َٰص ِلًح اۚ َقاَل َٰيَق ْو ِم ٱْع ُبُد و۟ا ٱلَّلَه َم ا َلُك م ِّم ْن ِإَٰلٍه َغْيُرُهۥۖ ُه َو َأنَش َأُك م ِّم َن ٱَأْلْر ِض‬

‫ِجُّم‬ ‫۟ا ِإ ِه ِإ‬ ‫ِف‬ ‫ِف‬


‫َوٱْس َتْع َم َرُك ْم يَه ا َفٱْس َتْغ ُروُه َّمُث ُتوُبٓو َلْي ۚ َّن َرىِّب َقِريٌب يٌب‬

Terjemah :

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh

berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan

selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu

pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah

kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi

memperkenankan (doa hamba-Nya)”

2. Asbabun Nuzul

Asbabun nuzul dari surah Hud ayat ini ialah mengenai kisah kaum

Tsamud. Mereka menukil hikmah berharga dari pengalaman buruk kaum 'Ad,

12
M. Quraish Shihab,op.cit,. h.224.
11

sehingga beriman kepada Allah Swt. Alhasil, mereka berhasil membangun

peradaban yang elite.

Namun ternyata keberhasilan itu menjadikannya lalai, tidak

memperdulikan lingkungan dan kembali menyembah berhala. Allah mengutus

Nabi Shaleh Alaihis salam untuk mengingatkan mereka, akan tetapi kaum Tsamud

mengabaikan hal tersebut. Sehingga, pada akhirnya Allah menghukum mereka.

Pada ayat ini terdapat perintah terhadap manusia untuk memelihara lingkungan

alam dalam perannya sebagai khalifah, menjadikannya sebagai alasan kuat

manusia harus menyembah Allah SWT semata.

3. Tafsir Surah Hud Ayat 61

Dan kepada Samud (Kami utus) saudara mereka. Saleh. Saleh berkata,

"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain Dia.

Dia telah menciptakan kalian dari bumi (tanah) dan menjadikan kalian

pemakmurnya. Karena itu, mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah

kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi

memperkenankan (doa hamba-Nya)." Allah ‫ ﷻ‬berfirman: Dan kepada Samud

(Kami utus). (Hud: 61) Mereka adalah orang-orang yang bertempat tinggal di

kota-kota Hajar yang terletak di antara Tabuk dan Madinah. Mereka hidup

sesudah kaum 'Ad, lalu Allah mengutus seorang rasul kepada mereka yang juga

dari kalangan mereka. saudara mereka Saleh. (Hud: 61) Lalu Nabi Saleh

memerintahkah mereka agar menyembah Allah semata. Karena itu, Saleh a.s.

berkata kepada mereka: Dia telah menciptakan kalian dari tanah. (Hud: 6,1)
12

Maksudnya, Dia memulai penciptaan kalian dari tanah; dari tanah Dia

menciptakan nenek moyang kalian, yaitu Adam. dan menjadikan kalian

pemakmurnya. (Hud: 61) Yakni Dia menjadikan kalian sebagai para pembangun

yang memakmurkan bumi dan yang menggarap pemanfaatannya. Karena itu,

mohonlah ampunan-Nya. (Hud: 61) atas dosa-dosa kalian yang telah lalu.

kemudian bertobatlah kepada-Nya. (Hud: 61) dalam menjalani masa depan kalian,

yakni janganlah kalian ulangi lagi dosa-dosa itu di masa mendatang.

Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa

hamba-Nya). (Hud: 61) Makna ayat tersebut sama dengan apa yang disebutkan

oleh Allah dalam ayat yang lain, yaitu: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya

kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku

mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. (Al-

Baqarah: 186), hingga akhir ayat."13

E. Kajian Surat Al-Fath Ayat 29

1. Ayat Dan Terjemah

‫ۖ ٰى َّك ا َّج ًد ا ُغوَن َفْض اًل ِّم ٱلَّلِه‬ ‫َّمٌد َّر وُل ٱلَّلِهۚ ٱَّلِذي ٓۥ ِش‬
‫َن‬ ‫َمَعُه َأ َّدٓاُء َعَلى ٱْلُك َّفاِر ُر َمَحٓاُء َبْيَنُه ْم َتَر ُه ْم ُر ًع ُس َيْبَت‬ ‫َو َن‬ ‫َحُّم ُس‬
‫ىِف ِجن‬ ‫ِة‬ ‫ىِف‬ ‫ِد َٰذ ِل‬ ‫ِه ِه‬ ‫ىِف‬ ‫ِس‬
‫َو ِر ْض َٰو ًناۖ يَم اُه ْم ُوُج و م ِّم ْن َأَثِر ٱلُّس ُج و ۚ َك َمَثُلُه ْم ٱلَّتْو َر ٰى ۚ َو َمَثُلُه ْم ٱِإْل يِل َك َزْر ٍع َأْخ َرَج‬
‫ِم ُلو۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫ِذ‬ ‫ِل ِغ ِهِب‬ ‫ِقِه ِج‬
‫َش ْطَٔـۥُه َفَٔـاَز َر ۥُه َفٱْس َتْغَلَظ َفٱْس َتَو ٰى َعَلٰى ُس و ۦ ُيْع ُب ٱلُّز َّر اَع َي يَظ ُم ٱْلُك َّفاَر ۗ َو َعَد ٱلَّلُه ٱَّل يَن َءاَم ُنو َو َع‬
‫ٱلَّٰص ِلَٰح ِت ِم ْنُه م َّم ْغِف َر ًة َو َأْج ًر ا َعِظ يًۢم ا‬

Terjemah :

13
Ibnu Katsir. 1985. Al-Qur’an Dan Tarjamah. Jakarta: Jakarta Pelita.
13

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama

dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang

sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan

keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.

Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,

yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan

tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;

tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).

Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”

2. Asbabun Nuzul

As-Suyuthi: Az-Zubair bin Bakkar (dalam Akhbar Al Madinah) dan Abu

Nu’aim (dalam Ad-Dalail) meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan

Rasulullah SAW bersabda, “sifatku adalah: Ahmad Al Mutawakkil, lahirnya di

Mekkah dan tempat hijrahnya di Madinah, tidak keras dan tidak kasar, membalas

kebaikan dengan kebaikan, tidak membalas dengan kejahatan, umatnya adalah

orang-orang yang suka memuji (Tuhannya), memakai pakaian dengan keadilan

mereka, membersihkan anggota tubuh mereka (berwudhu), injil-injil mereka

(kitab suci mereka), berbaris dalam perang, pengorbanan mereka adalah dengan

darah mereka (jihad fi sabilillah), pendeta di malam hari dan singa di siang hari.”
14

Al Hakim: Abu Zakariya Al ‘Anbari mengabarkan kepada kami,

Muhammad bin Abdussalam menceritakan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim

menceritakan kepada kami, Jarir memberitahukan kepada kami dari Al A’masy

dari Khaitsamah, ia berkata, “Seorang laki-laki membaca surat Al-Fath dihadapan

Abdullah. Ketika ia sampai pada ayat:

‫َك ٍع َأ َش ْطَأ َفآ َفا ْغَلَظ َفا ى َلى وِقِه‬


‫ْس َتَو َع ُس‬ ‫َزْر ْخ َرَج ُه َزَرُه ْس َت‬

yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan

tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diantara pokoknya;

tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir {dengan kekuatan orang-orang mukmin}, ia

berkata, “Supaya Allah membuat marah orang-orang kafir dengan kekuatan Nabi

dan sahabatnya.” Katanya, melanjutkan: kemudian Abdullah berkata, “Kalian

adalah tanaman dan telah dekat untuk dipanen.”

Dari Sahl bin Sa'd berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda,

،‫ َوَأْح ِبْب َمْن ِش ْئَت َفِإَّنَك َم َف اِرُقُه‬، ‫ َيا َحُمَّم ُد ِعْش َم ا ِش ْئ َتِإَّنَك َم ِّيٌت‬: ‫ َفَق اَل‬،‫َأَتايِن ِج ِرْبيُل َعَلْيِه الَّس اَل ُم‬

‫ َو ِعُّزُه اْس ِتْغَناُؤُه َعِن ال َّناِس‬، ‫ َيا َحُمَّم ُد شَ َرُف اْلُم ْؤ ِم ِن ِقَياُمُه ِبالَّلْيِل‬: ‫ َّمُث َقاَل‬،‫َواْع َمْل َم ا ِش ْئَت َفِإَّنَك ْجَمِزٌّي ِبِه‬

“Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah

sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu

suka, karena sesungguhnya kamu akan berpisah dengannya dan berbuatlah

sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan diberi balasan


15

karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemuliaan seorang

mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan

keperkasaannya adalah ketidak butuhannya terhadap manusia.”

‫ِا‬ ‫ِا‬
‫َّن اَّلِذْيَن ُيَباِيُعْو َنَك َمَّنا ُيَباِيُعْو َن الّٰل َه َيُد الّٰلِه َفْو َق َاْيِدْيِه ْم ۚ َفَمْن َّنَك َث َفِاَمَّنا َيْنُك ُث َعٰل ى َنْف ِس ه َو َمْن َاْو ىٰف َمِبا ٰع َه َد‬

‫َعَلْيُه الّٰل َه َفَس ُيْؤ ِتْيِه َاْج ًر ا َعِظ ْيًم ا‬

Terjemah :

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad),

sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas

tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia

melanggar atas (janji) sendiri; dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah

maka Dia akan memberinya pahala yang besar.”(Q. S. Al-Fath 10)

‫َفَلَّم ٓا َاٰجْنىُه ْم ِاَذا ُه ْم َيْبُغْو َن ىِف اَاْلْر ِض ِبَغِرْي اَحْلِّق ۗ ٰٓيَاُّيَه ا الَّناُس ِاَمَّنا َبْغُيُك ْم َعٰٓلى َاْنُف ِس ُك ْم َّمَتاَع اَحْلٰي وِة الُّد ْنَيۖا َّمُث ِاَلْيَنا‬

‫َمْر ِج ُعُك ْم َفُنَنِّبُئُك ْم َمِبا ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َن‬

Terjemah :

“Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat

kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar. Wahai manusia! Sesungguhnya

kezalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri; itu hanya kenikmatan

hidup duniawi, selanjutnya kepada Kamilah kembalimu, kelak akan Kami

kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q. S. Yunus 23)
16

‫ِل‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬


‫اْس ِتْك َباًر ا ىِف اَاْلْر ِض َو َم ْك َر الَّس ِّيِۗئ َو اَل ِحَي ْيُق اْلَم ْك ُر الَّس ِّيُئ اَّل ِبَاْه ِلهۗ َفَه ْل َيْنُظُر ْو َن اَّل ُس َّنَت اَاْلَّو ْي َفَلْن ِجَت َد‬
‫ِلُس َّنِت الّٰلِه َتْبِد ْياًل ۚە َو َلْن ِجَت َد ِلُس َّنِت الّٰلِه ْحَتِو ْياًل‬

Terjemah :

“karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena rencana (mereka)

yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang

merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan

kepada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapatkan

perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi

ketentuan Allah itu”. (Q. S Fatir 43)

3. Tafsir Surah Al-Fath Ayat 29

‫حممد رسول اهلل‬

“(Muhammad itu adalah utusan Allah).” Sesungguhnya Muhammad SAW

adalah Rasul Allah tanpa diragukan lagi dan tanpa disangsikan lagi sekalipun

diingkari oleh orang-orang yang ingkar dan didustakan oleh orang-orang yang

keras kepala. Ini merupakan mubtada’, sedang khabarnya termuat di dalam semua

sifat yang terpuji lagi baik. Kemudian Allah Memuji para sahabatnya yang

bersama dia.

‫ِش‬ ‫ِذ‬
‫َواَّل يَن َمَعُه َأ َّداُء َعَلى اْلُك َّفاِر ُرَمَحاُء َبْيَنُه ْم‬
17

“(dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap

orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka )” inilah sifat seorang

mu’min yang mempunyai sifat keras dan bengis terhadap orang kafir, pengasih

dan berbuat kebaikan kepada orang yang suka berbuat baik, dan menunjukan

wajah yang marah dan cemberut terhadap orang kafir, dan murah senyum dan

wajah yang ramah terhadap orang muslim itu sendiri, seperti diterangkan dalam

firman Alloh :

‫ِق‬ ‫ِج ِف ِغ‬ ‫ِم‬ ‫ِت ِذ‬ ‫ِذ‬


‫َيا َأُّيَه ا اَّل يَن آَم ُنوا َقا ُلوا اَّل يَن َيُلوَنُك ْم َن اْلُك َّفاِر َو ْلَي ُد وا يُك ْم ْلَظًة َواْعَلُم وا َأَّن الَّلَه َمَع اْلُم َّت َني‬

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di

sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan

ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (At-Taubah :

123)

‫َتَراُه ْم ُرَّك ًعا ُس َّج ًد ا َيْبَتُغوَن َفْض ال ِم َن الَّلِه َوِرْض َواًنا‬

“(kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan

keridaan-Nya ) Kamu lihat mereka senantiasa melakukan salat dan ikhlas kepada

Allah dengan mengharapkan pahala dalam salatnya itu serta upah yang banyak

disisi-Nya seraya memohon ridho-Nya.”

Allah menyifati mereka dengan banyaknya beramal. Dan sesungguhnya

shalat itu adalah amalan yang paling baik. Allah juga menyifati mereka dengan

keikhlasan mereka terhadap-Nya dan mengharapkan balasan pahala disisi-Nya

yaitu, surga yang mencakup atas karunia dan kelapangan rezeki serta keridhaan

Allah. Karunia dari Allah itu adalah rezeki yang berlimpah bagi mereka dan ridlo-
18

Nya kepada mereka, yang hal ini jauh lebih banyak daripada nikmat yang

pertama, yakni surga. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya

‫ِم َّلِه‬ ‫ِر‬


‫َو ْض َواٌن َن ال َأْك َبُر‬

“dan keridloan Allah adalah lebib besar” (At-Taubah :72)

‫يِف وِه ِه ِم َأَثِر الُّس وِد‬


‫ُج‬ ‫ُوُج ْم ْن‬

“(tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud)”

Pada mereka terdapat tanda yang baik kekhususan dan ketundukan yang

tampak bekasnya pada wajahnya. Oleh karena itu dikatakan, “sesungguhnya

kebaikan itu mempunyai cahaya dalam hati dan sinar pada wajah keluasan pada

rezeki dan cinta yang tertanam dihati orang banyak.”

Tanda yang tampak pada wajah mereka ialah keelokan, cahaya, kecerahan

dan keramahan. Allah memilih kata sujud karena ia menggambarkan kekhusyuan,

ketundukan dan penghambaan kepada Allah dengan sosok yang paling sempurna.

Sesudah itu Allah SWT, memberitahukan bahwa Dia memuji kelebihan

orang-orang mukmin dalam kitab-kitab yang pernah diturunkan dan berita-berita

yang beredar dikalangan manusia.

‫َذِل ُل يِف الَّت اِة‬


‫ْوَر‬ ‫َك َمَث ُه ْم‬

“(Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat.)”


19

Sifat yang disebutkan mengenai kaum tersebut, yakni sifat-sifat dari para

pengikut Nabi Muhammad SAW merupakan sifat-sifat mereka yang tercantum

dalam kitab Taurat dan menjadi berita gembira bagi penghuni bumi.

‫ِقِه ِج‬ ‫ِجْن‬


‫َوَمَثُلُه ْم يِف اإل يِل َك َزْرٍع َأْخ َرَج َش ْطَأُه َفآَزَرُه َفاْس َتْغَلَظ َفاْس َتَوى َعَلى ُس و ُيْع ُب الُّزَّراَع‬

"(dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan

tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia

dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-

penanamnya)”

Sesungguhnya para sahabat Muhammad SAW, asalnya sedikit saja.

Kemudian mereka semakin bertambah, semakin banyak dan semakin kuat

bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunas-tunasnya yang bercabang-cabang

pada sisi-sisinya. Sehingga tanaman itu menjadi kuat dan berubah dari asalnya

yang kecil menjadi kuat dan tegak lurus pada pokoknya, sehingga membuat para

penanamnya kagum karena kuat, kokoh, lebat dan indah dipandang.

Sifat yang disebut dalam Injil itu mengisyaratkan perkembangan dan

pertumbuhan umat Nabi Muhammad SAW. Jumlah mereka tidak terbatas pada

angka tertentu, tetapi dari hari ke hari semakin bertambah. Di sisi lain merekapun

akan terus mengalami perkembangan dan kemajuan yang menjadikan

penanamnya yaitu Nabi Muhammad SAW akan selalu merasa gembira.

Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang mukmin, Dia

menjadikan sedemikian rupa:


20

‫ِل ِغ ِهِب‬
‫َي يَظ ُم اْلُك َّفاَر‬

“( karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan

orang-orang mukmin).”

Bahwasannya Allah mengembangkan orang-orang mukmin dan

memperbanyak jumlah mereka adalah untuk membuat jengkel orang-orang kafir

terhadap mereka.

Berdasarkan ayat ini Imam Malik ra. Menurut riwayat yang bersumber

darinya menyebutkan bahwa kafirlah orang-orang Rafidah itu karena mereka

membenci para sahabat, dan pendapatnya ini disetujui oleh sebagian ulama.

‫َو َعَد الَّلُه اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َعِم ُلوا الَّص اَحِلاِت ِم ْنُه ْم َم ْغِفَرًة َوَأْج ًرا َعِظ يمًا‬

“(Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.)”

Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan kepada

Nabi Muhammad SAW bahwa Dia akan mengampuni dosa-dosa mereka dan

memberi pahala mereka yang banyak dengan memasukkannya mereka ke dalam

surga yang penuh kenikmatan. Dan janji Allah itu adalah benar tidak akan

dilanggar dan tidak akan diganti.

Menurut Sayyid Quthub, ayat di atas memberi gambaran yang sangat

indah dilukiskan oleh Al-Qur’an dengan gaya yang unik. Cuplikan dari keadaan

dan sifat kelompok terpilih. Seperti keadaan lahiriah dan batiniyah dalam

menghadapi orang kafir maupun dengan sesamanya, keadaan mereka dalam


21

beribadah, keadaan isi hati mereka serta apa yang terlintas dalam benak mereka,

dampak ibadah dan arah yang mereka tuju dengan ciri-cirinya yang dilukiskan

dalam kitab Taurat dan Injil.

Sedangkan menurut sebuah hadits:

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling cinta dan saling

mengasihi sesama mereka adalah seumpama satu jasad. Apabila ada salah satu

anggota yang sakit maka seluruh anggita yang lain ikut demam dan tidak bisa

tidur.”

Dan juga sabda Rasulullah SAW:

“orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya adalah bagaikan sebuah

bangunan, sebagiannya memperkuat sebagian yang lain dan beliau menjalin jari

tangan beliau..”

Budi Luhur Rasulullah Terhadap Orang Muslim:

a. Beliau adalah seorang yang peramah, sopan santun dan tenang.

Beliau adalah seorang yang pengasih, penyayang kepada sesama, murah

hati dan suka memberikan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan

bantuan, akibat kemurahan hari beliau, kerap kali beliau menanggung kesusahan

orang yang sedang menderita susah dan mengalahkan kepentingan diri sendiri

asalkan kesusahan orang lain dalam kebenaran.

Beliau adalah orang yang sabar, tahan uji dan berani menderita, beliau

adalah orang yang tabah hati, tahan marah, dan tahan dendam jika kebetulan
22

marah, tidak ada tanda-tandanya, melainkan kerut urat yang berdiri diantara bulu

– bulu keningnya, memang beliau adalah seorang yang lapang dada, dapat

mengendalikan dan menahan kemarahan hatinya.

b. Beliau adalah orang yang terkenal jujur, bisa di percaya.

Beliau jujur dalam perkatan dan jujur dalam perbuatan serta sangat jauh

dari sifat pendusta atau pembohong karenanya sejak muda sudah terkenal dengan

nama al amin ( yang di percaya )

c. Beliau suka menghormati yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda

dan beliau orang yang berterima kasih, suka membalas jasa dan tahu

membalas jasa.14

F. Kajian Surah Al – Zumar Ayat 39

1. Ayat Dan Terjemah

‫ُقْل َيا َقْو ِم اْع َم ُلْو ا َعلٰى َم َك اَنِتُك ْم ِايِّن َعِم ٌل َفَس ْو َف َتْع َلُمْو َن‬

Terjemah :

“Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,

sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui”.

2. Asbabun Nuzul

14
Ibnu Katsir. 1985. Al-Qur’an Dan Tarjamah. Jakarta: Jakarta Pelita.
23

Setelah Rasulullah SAW mengemukakan argumen yang tidak dapat

dibantah lagi oleh kaum musyrikin, Allah memerintahkan beliau supaya

menyampaikan ancaman dengan berkata, "Hai kaumku, berbuatlah sesuai dengan

anggapanmu, bahwa kamu mempunyai kekuatan dan keterampilan, dan peraslah

keringatmu dalam membuat makar dan tipu dayamu, karena aku pun berbuat pula

dalam mengokohkan dan menyiarkan agamaku, nanti kamu akan mengetahui,

siapakah di antara kita yang lebih baik kesudahannya."

3. Tafsir Surah Al-Zumar Ayat 39

Ayat 39 menjelaskan bahwa untuk bekerja sesuai dengan cara dan

metodeku sendiri, yakni sesuai dengan caramu. Selain itu, ayat ini mengandung

ancaman dan peringatan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika

berhadapan dengan orang-orang musyrikin Makkah yang menyembah berhala.

Untuk mempertegas posisi itu, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad

agar menyampaikan kepada kaumnya untuk mengerjakan apa yang ingin mereka

kerjakan dan Nabi mengerjakan apa yang Nabi kerjakan.

Katakanlah wahai Nabi Muhammad, 'Wahai kaumku! Berbuatlah menurut

kedudukanmu dan sikap hidup kalian, aku pun berbuat demikian sesuai dengan

sikap hidup dan kepercayaan yang telah dihidayahkan Allah kepadaku. Akibat

dari perbuatan ini, kelak kamu akan mengetahui apa hasil perbuatan tersebut.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa amalan orang-orang yang hidup

dipertontonkan kepada orang-orang yang telah mati, yaitu dari kalangan kaum

keluarga dan sanak famili yang ada di alam barzakh.


24

Dengan wafatnya seseorang, maka ia dikembalikan ke alam akhirat. Di

sana, Allah akan memberitahukan kepada setiap orang tentang hasil dari

perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya selagi ia di dunia dengan cara

memberikan balasan terhadap amal mereka. Kebaikan dibalas dengan kebaikan,

dan kejahatan dibalas dengan azab dan siksa.15

G. Kajian Surah Al – Hajj Ayat 41

1. Ayat Dan Terjemah

‫اَّلِذ ي ِإْن َم َّك َّناُه ْم يِف األْر ِض َأَقاُموا الَّص الَة آَت ا الَّزَك اَة َأَم وا ِباْل ْع وِف َنَهْوا َعِن اْل ْنَك ِر ِلَّلِه َعاِقَبُة األُموِر‬
‫ُم َو‬ ‫َو ُر َم ُر َو‬ ‫َو ُو‬ ‫َن‬

Terjemah :

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di

muka bumi niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh

berbuat yang makruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada

Allah-lah kembali segala urusan.”

2. Asbabun Nuzul

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,

telah menceritakan kepada kami Abur Rabi' Az-Zahrani, telah menceritakan

kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub dan Hisyam, dari Muhammad yang

mengatakan bahwa Usman ibnu Affan pernah mengatakan, "Ayat ini diturunkan

berkenaan dengan kami (para sahabat), yaitu firman-Nya: '(yaitu) orang-orang

yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka

15
Dr Abdhullah. ‘bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh. Tafsir Ibnu Katsir
(Jilid 7).
25

mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan

mencegah dari perbuatan yang mungkar” (Al-Hajj: 41). Kami telah diusir dari

rumah kami tanpa alasan yang benar, melainkan hanya karena kami beriman

bahwa Allah adalah Tuhan kami. Kemudian Dia meneguhkan kedudukan kami di

suatu negeri, maka kami mendirikan salat, menunaikan zakat, dan memerintahkan

berbuat kebajikan serta mencegah dari perbuatan mungkar, dan kepada Allah-lah

dikembalikan semua urusan. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan aku dan

sahabat-sahabatku.

Menurut Abul Aliyah, mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad

SAW. As-Sabbah ibnu Sawadah Al-Kindi mengatakan, ia pernah mendengar

Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz berkhotbah seraya mengucapkan firman-Nya:

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka

bumi. (Al-Hajj: 41) hingga akhir ayat. Kemudian Umar ibnu Abdul Aziz berkata,

"Ingatlah, sesungguhnya tugas ini bukan saja diwajibkan bagi penguasa semata,

tetapi di wajibkan bagi penguasa dan rakyatnya. Ingatlah, aku akan menceritakan

kepada kalian kewajiban kalian dari tugas ini terhadap penguasa kalian, dan

kewajiban penguasa dari tugas ini terhadap kalian. Sesungguhnya kewajiban

penguasa terhadap kalian dari tugas ini ialah hendaknya ia membimbing kalian ke

jalan Allah dan mempersatukan kalian serta menanamkan rasa gotong royong di

antara sesama kalian, dan memberikan petunjuk kepada kalian jalan yang paling

lurus dengan segala kemampuannya. Dan sesungguhnya kewajiban kalian

terhadap penguasa ialah hendaknya kalian taat kepadanya dengan hati yang tulus

ikhlas, bukan lahiriahnya menurut, tetapi batinnya menolak."


26

Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini,

bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya:

{ ‫}َو َعَد الَّلُه اَّلِذيَن آَم ُنوا ِم ْنُك ْم َو َعِم ُلوا الَّص اَحِلاِت َلَيْس َتْخ ِلَف َّنُه ْم يِف األْر ِض‬

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara

kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh

akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”. (An-Nur: 55)

Adapun firman Allah SWT :

{ ‫}َو ِلَّلِه َعاِقَبُة األُموِر‬

“dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (Al-Hajj: 41)

Sama pengertiannya dengan firman Allah SWT yang mengatakan:

{ ‫}َواْلَعاِقَبُة ِلْلُم َّتِق َني‬

“Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang

bertakwa”. (Al-Qashash: 83)

Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-

Nya: “dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (Al-Hajj: 41). Yakni di sisi

Allah-lah terdapat pahala dari perbuatan mereka.16

3. Tafsir Surah Al – Hajj Ayat 41

Para sahabat Nabi yang diusir dari kampung halamannya hanya karena

mereka meyakini tidak ada tuhan selain Allah itu adalah orang-orang yang jika
16
Ibnu Katsir. 1985. Al-Qur’an Dan Tarjamah. Jakarta: Jakarta Pelita.
27

Kami beri kedudukan kepada mereka di bumi dengan menjadi umara, mereka

akan menggunakan kekuasaannya untuk mengajak umat melaksanakan salat

berjamaah di masjid awal waktu, menunaikan zakat, infak, dan sedekah dengan

manajemen yang baik untuk kesejahteraan umat dan menyuruh berbuat yang

makruf kepada seluruh lapisan masyarakat dan mencegah dari yang mungkar dari

siapa saja yang mengindikasikan melanggar hukum dan menyimpang dari aturan

yang berlaku dan kepada Allah-lah kembali segala urusan dengan seadil-adilnya

mengenai nasib manusia di akhirat.

Kemudian Allah menerangkan sifat-sifat orang yang diusir dari kampung

halaman mereka tanpa alasan yang benar itu. Mereka ialah para sahabat beserta

Nabi Muhammad yang kepada mereka Allah telah menjanjikan kemenangan. Jika

kemenangan telah mereka peroleh, mereka tidak seperti orang-orang musyrik dan

orang-orang yang gila kekuasaan tetapi mereka akan tetap melaksanakan:

a) Salat pada setiap waktu yang telah ditentukan sesuai dengan yang

diperintahkan Allah. Mereka benar-benar telah yakin, bahwa salat itu

tiang agama, merupakan tali penghubung yang langsung antara Allah

dengan hamba-Nya, mensucikan jiwa dan raga, mencegah manusia

dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar serta merupakan

perwujudan takwa yang sebenarnya.

b) Mereka menunaikan zakat. Mereka meyakini bahwa di dalam harta

si kaya terdapat hak orang-orang fakir dan miskin. Karena itu

mereka dalam menunaikan zakat itu bukanlah karena mereka

mengasihi orang-orang fakir dan miskin, tetapi semata-mata untuk


28

menyerahkan hak orang fakir dan miskin yang terdapat dalam harta

mereka. Jika mereka diangkat sebagai penguasa, mereka berusaha

agar hak orang-orang fakir dan miskin itu benar-benar sampai ke

tangan mereka.

c) Perintah untuk menyuruh manusia berbuat makruf dan mencegah

perbuatan mungkar. Mereka mendorong manusia mengerjakan amal

saleh, memimpin manusia melalui jalan lurus yang dibentangkan

Allah. Mereka sangat benci kepada orang-orang yang biasa

melanggar larangan-larangan Allah. Amat benarlah janji Allah.

Mereka memperoleh kemenangan yang telah dijanjikan itu. Mereka

ditetapkan Allah sebagai pengurus urusan duniawi dan pemimpin

umat beragama dengan baik. Dalam waktu yang singkat kaum

Muslimin telah dapat menguasai daerah-daerah di luar Jazirah

Arab.17

Tindakan mereka sesuai dengan firman Allah:

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang

mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu

lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan

mereka adalah orang-orang fasik”. (Ali 'Imran/3: 110)

17
Ibnu Katsir. 1985. Al-Qur’an Dan Tarjamah. Jakarta: Jakarta Pelita.
29

H. Kajian Surah Adz- Dzariat Ayat 56

1. Ayat Dan Terjemah

‫ا َلۡق اۡل ِج َّن اۡل ِاۡن ِااَّل ِل ۡع ُد ۡو ِن‬


‫َو َس َي ُب‬ ‫َوَم َخ ُت‬

Terjemah :

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku."

2. Asbabun Nuzul

Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan

khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka

secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari

tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya,

para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud

tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah

hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.

3. Tafsir Surah Adz-Dzariat Ayat 56


30

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia

melainkan untuk mengenal-Nya dan agar menyembah-Nya. Dalam kaitan ini

Allah SWT berfirman:

‫َوَم ٓا ُاِم ُرْٓو ا ِااَّل ِلَيْع ُبُد ْٓو ا ِاًهٰلا َّواِح ًد ۚا ٓاَل ِاٰلَه ِااَّل ُه َو ُس ْبٰح َنُه َعَّم ا ُيْش ِرُك ْو َن‬

“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;

tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan”.

(at-Taubah/9: 31)

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjāj, tetapi ahli tafsir yang

lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan

jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri.

Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan

Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia

takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan

apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat

atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah.

Ayat ini pula dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan

penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk "mengabdi" kepada Allah

SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan

untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam

menurut Al-Qur'an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas

utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid.
31

Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau

anak didik, harus didasarisebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.

Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama

berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah "untuk beribadah kepada

Allah SWT". Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan diarahkan

untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih dari itu, dalam

arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia

yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha mengembangkan manusia

menjadi imam/pemimpin bagi orang beriman dan bertaqwa (waj'alna li al-

muttaqina imaama).

Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa,

maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa

ada dua macam yaitu; itba' syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang

tertuang dalam al-Qur'an dan Hadits) dan sekaligus itiba sunnatullah

(mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba'

sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan

kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi

orang-orang yang bertaqwa, artinya disamping dia sebagai orang yang

memiki profil sebagai itba' syaria'tillah sekaligus itba' sunnatillah juga

mampu menjadi pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan teladan

bagi orang-orang yang bertaqwa.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan Islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah

proses pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikasikan kepada: tujuan umum,

tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Banyak sekali konsep dan

teori tujuan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan; baik

pada zaman klasik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat dipahami,

bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan Islam tersebut merupakan

bukti adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim.

umumnya untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang baik bagi

masyarakatnya.

Menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, tujuan pendidikan nasional

berbunyi:

1. "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

32
33

2. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan

yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh

sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.

4. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.

5. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai

pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai

berdasarkan standar nasional dan global.

6. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.


34

DAFTAR PUSTAKA

Abdhullah,Dr bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh. Tafsir Ibnu
Katsir (Jilid 7).

A, Hamid. 2026. Pengantar Studi Al-quran. Jakarta: Kencana.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 2012. Tafsir Al-Maagi, (Edisi Elit ke-2). Semarang: PT.
Karya Toha Putra.

Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-Qurthubi, (edisi terjemahan oleh Dudi
Rosyadi, Nashirul Haq, dan Fathurrahman), Jakarta: Pustaka Azzam.

Karim Amrullah, Haji Abdul Malik, Hamka. 1983 Tafsir AL-Azhar .Jakarta: PT
Pustaka Panjimas.

Katsir, Ibnu. 1985. Al-Qur’an Dan Tarjamah. Jakarta: Jakarta Pelita

Ramayulis. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Shihab,M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati.

Quthb, Sayyid. 1992. Fi Zhilalil Qur’an, Beirut: Darusy-Syuruq.

Anda mungkin juga menyukai