ANTIHISTAMIN
Oleh:
Imam Sandi Pratama, S.Ked
NIM : 71 2022 005
Pembimbing:
dr. Taufik Hidayat, Sp.THT-KL
ANTIHISTAMIN
Referat
Oleh:
Imam Sandi Pratama, S.Ked
NIM : 71 2022 005
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit THT-KL Palembang Bari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Abses
Leher Dalam” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada :
1. dr. Taufik Hidayat, Sp.THT-KL, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang
2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1. Latar Belakang....................................................................................................
1.2. Tujuan.................................................................................................................
1.3. Manfaat...............................................................................................................
1.3.1. Manfaat Teoritis..............................................................................................
1.3.2. Manfaat Teoritis..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
pruritus tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat
histamin. Antihistamin tersebut dapat digolongkan dalam antihistamin
penghambat respetor H1 (AH1).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari referat ini diharapkan dokter muda dapat
memahami dan menambah ilmu pengetahuan tentang antihistamin.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penulisan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengtahuan
dan sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu THT-KL terutama
mengenai antihistamin.
1.3.2. Manfaat Teoritis
Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari referat ini dalam kegiatan kepanitereaan klinik senior dan
diterapkan dikemudian hari dalam praktik klinis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antihistamin
2.1.1. Definisi
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
2.1.5. Indikasi
Antihistamin berguna untuk simptomatik berbagai penyakit alergi
dan mencegah mabuk perjalanan. Pada penyakit alergi antihistamin
berguna untuk mengobati alergi tipe eksodatif aktif pada polinosis dan
urtikaria. Sedangkan mabuk perjalanan dan keadaan lain antihistamin
tertentu misalnya difenhidramin, dimenhidrinat, derivat piperasin dan
prometazin dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati mabuk
perjalanan udara, laut, dan darat.
3
2.1.6. Kontraindikasi
Sopir atau pekeja yang memerlukan kewaspadaan yang menggunakan
antihistamin harus diperingatkan tentang kemungkinan timbulnya kantuk.
Juga antihistamin sebagai campuran pada resep, harus digunakan dengan hat
hati karena efek antihistamin bersifat aditif dengan alkohol, obat pennang
atau hipnotik sedatif.
Pada dosis terapi, semua antihistamin menimbulkan efek samping
walaupun jarang bersifat serius dan kadang - kadang hilang bila pengobatan
diteruskan.Terdapat fariasi yang besar dalam toleransi terhadap obat antar
individu, kadang - kadan efek samping in sangat mengganggu sehingga terapi
perlu dihentikan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru
menguntungkan pasien yang di rawat di RS atau pasien yang perlu banyak
tidur.
Antagonis reseptor H2 (AH2)
Antagonis reseptor H2 bekerja menghambat sekresi asam
lambung.Burimamid dan metiamid merupakan antagonis reseptor H2 yang
pertama kali ditemukan, namun karena toksik tidak digunakan di
klinik.Antagonis reseptor H2 yang ada dewasa ini adalah simetidin, ranitidin,
famotidin, dan nizatidin.
4
• Efek sedasi, dari hasil penelitian ole perocek, dibandingkan difenhidramin
2x50 mg dengan loratadine dosis tunggal 20 mg. Hasilya memperlihatkan
efek sedasi difenhidramin lebih bear dibanding loratadine. Jadi loratadine
tidak mempengaruhi kemampuan mengendarai, tingkat kewaspadaan siang
har dan produktifitas kerja.Juga loratadin menghilangkan gejala rhinitis
alergi musiman secara efektif dan absorbsi oralnya sangat cepat serta
memiliki masa kerja yang panjang, sehingga cukup diberikan sekali dalam
sehari.
• Gangguan psikomotor yaitu gangguan dalam pekerjaan yang melibatkan
fungsi psikomotor, merupakan masalah yang menjadi perhatian dalam terapi
yang menggunakan antihistamin. Efek samping terlihat sat pasien
melakukan kegiatan dengan resiko fisik seperti mengendarai mobil,
berenang, gulat, atau melakukan pekerjaan tangan.Gangguan fungsi
psikomotor adalah efek yang berbeda dari terjadinya sedasi (rasa
mengantuk). Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa loratadin tidak
mengganggu kemampuan mengendarai dan tidak memperkuat efek alkohol.
• Gangguan kognitif adalah gangguan terhadap kemampuan belajar,
konsentrasi atau ketrampilan di tempat bekerja. Dari hasil penelitian
memperlihatkan antihistamin generasi pertama terutama difenhidramin
menyebabkan gangguan kemampuan belajar, konsentrasi, atau ketrampilan
di tempat kerja. Sedangkan loratadin meniadakan efek negative dari rhinitis
alergi terhadap kemampuan belajar. Dengan menggunakan loratadin
tampaknya memperbaiki kemampuan belajar anak, penderita rhinitis alergi.
• Efek kardiotoksisitas, antihistamin selama in dianggap sebagai obat yang
aman, tetapi sejak akhir tahun 80-an mulai muncul beberapa jenis
antihistamin yang digunakan dengan dosis yang berlebihan. Sehingga dapat
menyebabkan pasien yang menggunakan mengalami gangguan pada jantung
(kardiotoksisitas). Namun dari hasil penelitian, loratadin merupakan
antihistamin yang tidak berhubungan dari serangan kardiovaskuler yang
membahayakan jiwa itu.
5
Untuk pasien yang aktif bekerja harus berhati-hati dalam menggunakan
antihistamin, karena beberapa antihistamin memiliki efek samping sedasi
(mengantuk), gangguan psikomotor, dan gangguan kognitif. Akibatnya bila
digunakan oleh orang yang melakukan pekerjaan dengan tingkat
kewaspadaan tinggi sangat berbahaya. Untuk itu pasien yang aktif bekerja
sebaiknya gunakan antihistamin yang aman dan efektif seperti loratadin,
sudah terbukti tidak menimbulkan sedasi, tidak mengakibatkan
terganggunya fungi psikomotor dan fungi kognitif. Juga terbukti aman tidak
menyebabkan kardiotoksisitas dan efektif karena cukup diminum 1x sehari,
karena memiliki masa kerja yang panjang seta diabsorbsi secara cepat
6
BAB III
KESIMPULAN
7
DAFTAR PUSTAKA