Anda di halaman 1dari 128

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN: NYERI


AKUT AKIBAT POST APPENDIKTOMI HARI KE-2
DI RUANG PERAWATAN BEDAH GABRIEL
RUMAH SAKIT BUNDA PENGHARAPAN
MERAUKE

Karya Tulis Ilmiah

Disusun guna memenuhi sebagian syarat untuk


Menyelesaikan pendidikan pada program studi
Diploma III keperawatan merauke

Disusun Oleh:

Fenindi Mahardika Putri


NIM. P07120318020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN (KAMPUS MERAUKE)


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
MERAUKE
2021
HALAMAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Fenindi mahardika putri


NIM : P07120318020
Program Studi : DIII Keperawatan Merauke
Tahun terdaftar : 2021
Menyatakan bahwa dalam dokumen ilmiah Tugas Akhir/Skripsi/disertai ini
tidak terdapat bagian dari ilmiah lain yang telah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik disuatu lembaga pendidikan tinggi, dan juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang/lembaga lain, kecuali
yang secara tertulis disitasi dalam dokumen ini dan disebutkan sumbernya secara
lengkap dalam daftar pustaka.
Dengan demikian saya menyatakan bahawa dokumen ilmiah ini bebas dari
unsur-unsur plagiasi dan apabila dokumen ilmiah-ilmiah tugas akhir/skripsi disertai
ini dikemudian hari terbukti merupakan plagiasi dari hasil karya tulis penulis lain
dan / atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil
karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau
sanksi hukum yang berlaku.

Merauke, 2 Juni 2021


Yang Membuat Pernyataan

Fenindi Mahardika Putri


NIM.P07120318020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Fenindi Mahardika Putri

NIM : PO7120318020

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan


Keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut
akibat post apendiktomi hari ke-2 di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit
Bunda Pengharapan Merauke” adalah hasil karya saya sendiri dan bukan
merupakan jiplakan. Apabila ternyata di kemudian hari terbukti melakukan
kegiatan plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Merauke, 2 Juni 2021

Yang membuat pernyataan

Fenindi Mahardika Putri


NIM:P07120318020

iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Jika kamu tak berusaha mewujudkan mimpimu sendiri, maka kamu akan
menghabiskan hidupmu hanya untuk melihat orang lain mewujudkan nya”.

Persembahan
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada:

1. Ucapan syukur dan terima kasih untuk ALLAH SWT yang selalu memberikan
nikmat dan karunianya, yang tak henti-henti nya memberikan petunjuk dan
memberikan kelancaran atas terselesaikan nya KTI ini.
2. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan semangat dan mencurahkan
kasih sayang, dukungan dan nasihat serta doa yang telah diberikan untuk saya.

3. Kepada Alm. Kakak saya Lili widiastuti yang sangat saya sayangi dan kakak

ku Novi kusumawati yang selalu memberi dukungan dan semangat.

4. Kepada Ibu Siti Asma K. Laitupa, S.Kep.Ns.,M.Kep dosen pembimbing


akademik saya dari semester 1 – 6 yang selalu memberi semangat serta nasihat
selama penulis menyusun karya tulis ilmiah.

5. Kepada bapak Ade Ragil Agung Wibowo, S.kep.Ners yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini hingga selesai

6. Seluruh dosen beserta staf program studi diploma III keperawatan Merauke
7. Almamaterku tercinta dan kubanggakan Prodi D III Keperawatan Merauke
8. Teman-teman Angkatan XIV Program studi D III Keperawatan Merauke yang
telah memberikan motivasi dan semangat selama penulis menuntun ilmu di
perguruan tinggi ini.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas berkat dan rahmat yang diberikan-Nya, akhinya penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post

apendiktomi hari ke 2 di ruang bedah rumah sakit bunda pengharapan merauke”

Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

program DIII keperawatan merauke. Atas segala bantuan, bimbingan, arahan, dan

kesempatan yang telah diberikan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Emanuel Konda, S.kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III

Keperawatan Merauke, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

2. Mohammad Saljan, S.Kp, M.Kep, selaku pembimbing 1 karya tulis ilmiah yang

selalu memberi motivasi dan arahan kepada penulis selama penulis menyusun

karya tulis ilmiah ini.

3. Ade Ragil Agung Wibowo, S.Kep.Ners selaku pembimbing II karya tulis ilmiah

yang selalu memberikan motivasi, memberikan waktu, serta pikiran dan tenaga

guna membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun karya tulis

ilmiah.

vi
4. Ns. Sitti Asma K. Laitupa, M.Kep selaku dewan penguji pertama sekaligus

dosen pembimbing akademik saya dari semester 1 – 6 yang selalu memberi

semangat serta nasihat selama penulis menyusun karya tulis ilmiah.

5. Laili Nur Hidayati, S.Kep.Ns.M.Kes selaku dewan penguji kedua yang telah

membimbing selama penulis menyusun karya tulis ilmiah ini

6. Seluruh dosen dan staf tata usaha Program Studi Diploma III Keperawatan

Merauke yang telah banyak memberi dukungan dan bimbingan selama penulis

menempuh kuliah.

7. Kepada kedua orang tua terkhusus bapak Tonya yang telah memberikan

semangat dan ibu Warni yang telah mencurahkan kasih sayang, dukungan,

nasihat serta doa yang telah diberikan untuk saya

8. Teman-teman terdekat Restiani, Risma, dan Alfiani, serta teman-teman

Angkatan XIV Program studi D III Keperawatan Merauke yang telah

memberikan motivasi, bimbingan dan semangat selama penulis menuntut ilmu

di perguruan tinggi ini.

Akhir kata harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi mahasiswa/iProgram Studi Diploma III Keperawatan Merauke dan bagi

perawat khususnya dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan sesuai standar

profesi.

Merauke, 2 juni 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN BEBAS PLAGIASI ........................................................................... ii


PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1. Tujuan Umum ....................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
1. Manfaat teoritis ..................................................................................... 4
1. Manfaat praktis ..................................................................................... 5
E. Keaslian penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 8
A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pencernaan .............................................. 8
1. Definisi sistem saluran pencernaan....................................................... 8
2. Anatomi Sistem Pencernaan ................................................................. 9
3. Fisiologi sistem pencernaan ................................................................ 18
B. Konsep Dasar Medis............................................................................... 20
1. Post apendiktomi................................................................................. 20
2. Gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri ............................................ 25
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...................................................... 36
1. Pengkajian........................................................................................... 36

viii
2. Diagnosa keperawatan ........................................................................ 40
3. Intervensi ............................................................................................ 40
4. Implementasi....................................................................................... 45
5. Evaluasi............................................................................................... 45
6. Pathway............................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 47
A. Jenis dan rancangan penelitian ............................................................... 47
B. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................... 47
1. Lokasi.................................................................................................. 47
2. Waktu .................................................................................................. 47
C. Subjek penelitian .................................................................................... 48
1. Populasi............................................................................................... 48
2. Sampel ................................................................................................ 48
3. Teknik sampling ................................................................................. 49
D. Fokus studi.............................................................................................. 50
E. Definisi operasional ................................................................................ 50
1. Asuhan keperawatan ........................................................................... 50
2. Pasien .................................................................................................. 51
3. Post apendiktomi................................................................................. 51
F. Teknik pengumpulan data ......................................................................... 51
G. Analisis data dan penyajian data ............................................................ 53
H. Rencana jalannya penelitian ................................................................... 53
I. Etika penelitian........................................................................................... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55
A. Hasil ........................................................................................................ 55
1. Pengkajian........................................................................................... 55
2. Klasifikasi Data................................................................................... 68
3. Analisa Data ........................................................................................ 69
4. Prioritas Diagnosa Keperawatan ......................................................... 71
5. Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................... 72
6. Catatan Perkembangan Hari I ............................................................. 83
7. Catatan Perkembangan Hari Ke-II ...................................................... 88

ix
B. PEMBAHASAN..................................................................................... 92
1. Pengkajian........................................................................................... 92
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 93
3. Intervensi ............................................................................................ 94
4. Implementasi....................................................................................... 95
5. Evaluasi............................................................................................... 96
6. Faktor pendukung dan penghambat .................................................... 97
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 98
A. Simpulan ................................................................................................. 98
B. Saran ....................................................................................................... 99
1. Bagi Institusi Pendidikan .................................................................... 99
2. Bagi Instansi Rumah Sakit................................................................ 100
3. Bagi penulis ...................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 104

x
DAFTAR TABEL

Tabel. 1 intervensi keperawatan.............................................................................40

Tabel. 2 pemeriksaan kimia darah ........................................................................67

Tabel. 3 klasifikasi data .........................................................................................68

Tabel. 4 analisa data ...............................................................................................69

Tabel 5 prioritas diagnosa.....................................................................................71

Table. 6 rencana keperawatan ...............................................................................72

Tabel. 7 catatan perkembangan 1 .........................................................................83

Tabel. 8 catatan perkembangan 2 ...........................................................................88

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 sistem pencernaan ...................................................................................9

Gambar 2 mulut......................................................................................................10

Gambar 3 usus besar ..............................................................................................17

Gambar 4 rektum dan anus ....................................................................................18

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 1 pathway post apendiktomi.......................................................................46

Skema 2 genogram……………………………………………………………….57

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Daftar singkatan ............................................................................................................. 105

Informed consent ........................................................................................................... 106

Lembar konsul 1 ............................................................................................................ 107

Lembar konsul 2 ............................................................................................................ 113

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendiksitis salah satu patologi yang paling sering menyerang manusia,

dengan perkiraan 8% populasi di dunia melakukan operasi untuk keadaan

tersebut (Fortea-sanchis et al., 2020 dalam Sophia A, 2020). Penyakit

apendiktomi ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan,

tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Perdana, 2015).

Pada penderita apendiktomi klien biasanya mengalami gangguan rasa nyaman

berupa nyeri akut yang di akibatkan dari hilangnya efek anastesi serta,

terjadinya kerusakan pada jaringan kulit akibat proses pembedahan yang

menimbulkan sensasi tidak nyaman. Apendiktomi harus segera dilakukan

apabila penderita mengalami serangan apendiksitis akut. Tingkat kematian pada

anak-anak berkisar antara 0,1% hingga 1% (Podda& Cillara, 2018 dalam

Shopia A, 2020).

Menurut data World Health Organization/WHO (2013), terdapat 32.782

kasus apendiksitis akut dengan 75.2% atau 24.652 orang dilakukan operasi

appendiktomi (Jamaludin, 2017 dalam Nusantara, 2019). Penduduk di Amerika

10% menjalani appendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks).

Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat

oleh karena pola diitnya yang mengikuti orang barat. Insidensi apendiktomi di

Indonesia menempati urutan ke 2 dari 193 negara diantara kasus kegawatan

1
2

abdomen lainnya dan apendisitis menempati urutan ke empat penyakit

terbanyak di Indonesia dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040

(Depkes RI, 2012).

Apendiksitis yang tidak segera ditangani akan menimbulkan komplikasi

seperti perforasi, peritonitis, plebitis dan satu-satunya cara penanganannya

adalah pembedahan apendiktomi. Dampak nyeri pada pasien post operasi akan

meningkat dan memengaruhi penyembuhan nyeri, control nyeri yang penting

setelah operasi, nyeri yang dapat dibebaskan mengurangi kecemasan,

pernafasan yang lebih dan dalam mobilitas dengan cepat, sehingga nyeri

merupakan salah satu gejala yang timbul pada pasien apendiktomi (Faridah,

2015 dalam Cahyati, 2017). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa klien

post apendiktomi mengalami gangguan kebutuhan rasa nyaman yang

diakibatkan oleh proses pembedahan.

Berdasarkan uraian diatas oleh karena tingginya kasus appendiktomi di

dunia dan indonesia serta resiko yang ditimbulkan jika tidak melakukan

pengangkatan apendix maka, penulis tertarik untuk mengangkat kasus karya

tulis ilmiah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

berjudul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Kebutuhan rasa

nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi hari ke-2 Di Ruang Perawatan

Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda Pengharapan Merauke”.


3

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara memberikan “Asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi hari ke

2 Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda Pengharapan

Merauke”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada

pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post

appendiktomi.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian Keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi

hari ke 2 Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda

Pengharapan Merauke.

b. Dapat menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi

hari ke 2 Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda

Pengharapan Merauke.

c. Dapat menetapkan intervensi keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi


4

hari ke 2 Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda

Pengharapan Merauke.

d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi

hari ke 2 Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda

Pengharapan Merauke.

e. Dapat melakukan evaluasi Keperawatan pada pasien dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi hari ke 2

Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda Pengharapan

Merauke.

f. Dapat mendokumentasikan Keperawatan pada pasien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post appendiktomi

hari ke 2 Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda

Pengharapan Merauke.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu keperawatan

terkait Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan

Rasa Nyaman: Nyeri Akut Akibat Post Apendiktomi.


5

2. Manfaat praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi dalam

meningkatkan mutu pendidikan keperawatan. Sebagai bahan bacaan

untuk mahasiswa dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post

appendiktomi.

b. Bagi Instansi Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan bagi perawat yang ada di pelayanan

kesehatan untuk mengambil langkah langkah dalam mempertahankan

mutu pelayanan keperawatan pada pasien khususnya kasus post

appendiktomi.

c. Bagi Penulis

1) Dapat memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh selama melakukan pendidikan dalam

menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman.

2) Dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan penulis terhadap

pembuatan studi kasus dan mengaplikasikan secara langsung

pemberian asuhan keperawatan.


6

E. Keaslian Penelitian

Dari hasil penelusuran melalui search engine / internet, didapatkan hasil

penelitian yang ada kaitanya dengan penelitian ini dan sebagai bahan acuan

adalah:

1. Reonaldo Aprizal (2018), dengan penelitian yang berjudul “Asuhan

keperawatan pada pasien post op apendiktomi dalam pemenuhan kebutuhan

rasa nyaman” jenis studi yang dilakukan adalah metode deskriptif, dari hasil

penelitian di Rumah Sakit Kota Kendari yang diteliti oleh Reonaldo Aprizal

didapatkan 1 diagnosa yaitu; nyeri akut berhubungan dengan post operasi,

penelitian yang dilakukan oleh Reonaldo di Rumah Sakit Kendari ada

perbedaan dengan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Bunda

Pengharapan Merauke dimana penulis mendapatkan 3 diagnosa yaitu; nyeri

akut b.d agen cidera fisik, kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi.

2. Shintya Rizal (2019), dengan penelitian yang berjudul “Asuhan

keperawatan pasien post op apendiktomi dengan aplikasi aromaterapi

essential oil lavender di Ruangan Eboni RSP Unand Padang” Jenis studi

kuantitatif dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan, dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Shintya Rizal di Rumah Sakit Unand Padang

didapatkan 3 diagnosa yaitu; Nyeri akut b.d luka operasi,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan intake

kurang dan kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (muntah),

Penelitian yang dilakukan oleh Shintya Rizal di Rumah Sakit Unand Padang

ada perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis di Rumah


7

Sakit Bunda Pengharapan Merauke dimana penulis menemukan 3 diagnosa

yaitu; nyeri akut b.d agen cidera fisik, kerusakan integritas kulit dan resiko

infeksi.

3. Siti Waisani (2020), dengan penelitian yang berjudul “Penurunan intensitas

skala nyeri pasien appendiks post apendiktomi menggunakan relaksasi

benson” Jenis studi kuantitatif dengan studi kasus menggunakan pendekatan

asuhan keperawatan, Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Waisani

di Rumah Sakit RSUP Dr. Kariadi Semarang didapatkan 1 diagnosa yaitu;

nyeri akut b.d agen pencedera fisik, Penelitian yang dilakukan oleh Siti

Waisani di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, ada perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit Bunda Pengharapan

Merauke dimana penulis menemukan 3 diagnosa yaitu; Nyeri akut b.d agen

cidera fisik, kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pencernaan

1. Definisi sistem saluran pencernaan

Sistem pencernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan

proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh

secara fisika maupun secara kimia. Sistem pencernaan atau gastrointestinal

(mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang

berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan

energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari

tubuh (Manurung, 2018).

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima

makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan

jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran)

dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus.

Adapun beberapa organ penghasil getah cerna antara lain: kelenjar ludah

(kelenjar saliva), kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas

dan kelenjar getah usus (Syaifuddin, 2009).

8
9

Gambar 1. Susunan Sistem Pencernaan


(Sumber: Naiboho,2017)

2. Anatomi Sistem Pencernaan

Menurut Manurung (2018), Yang dimaksud dengan saluran

pencernaan adalah saluran panjang yang berkelanjutan dari mulut sampai

dengan anus, organ-organ tersebut adalah:

a. Mulut

Rongga mulut dilapisi oleh tunica mukosa yang mengandung

epitel berlapis menanduk dan mengelupas. Dibawah lapisan epitel

terdapat lamina propria, yang membentuk banyak lekuk atau papilla

seperti halnya pada kulit. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem

pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir,

pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan

lidah, pengecapan relative sederhana terdiri dari manis, asam, asin, dan

pahit. Bagian-bagian dari mulut menurut:


10

Gambar 2. Gambar mulut


(Sumber:http//gambar-mulut//google.com)

1) Bibir terdiri dari dua daerah, bagian luar dan bagian dalam. Bagian

luar sama seperti kulit di daerah lain wajah. Bagian dalam

mengandung tunica mucosa yang mengandung jaringan epitel berlapis

dan mengelupas, tetapi tidak menanduk.

2) Palatum

Palatum terdiri dari 2 bagian yaitu;

a) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk

palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke

belakang terdiri dari dua tulang palatum.

b) Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang

merupakan lipatan menggantung yang dapat bererak, terdiri atas

jaringan fibrosa dan selaput lendir.

3) Gigi

Gigi baru tumbuh sesudah bayi berusia 6 bulan, gigi pertama

disebut gigi susu atau gigi sementara. Susuanan gigi sementara pada

anak-anak, berjumlah 20 buah, yaitu:


11

a) Gigi seri berjumlah 8 buah gunanya untuk memotong makanan

b) Gigi taring sebanyak 4 buah digunakan untuk mencabik-cabik

makanan.

c) Geraham kecil 8 buah untuk mengunyah makanan.

4) Lidah

Terdiri atas otot lurik yang letaknya menurut tiga arah dan

tegak lurus sesama. Lapisan otot diselaputi oleh tunica mucosa.

Dibagian atas lidah tidak terdapat tunica submucosa, hanya bagian

bawah. Permukaan lidah bagian atas memiliki tonjolan yang disebut

papillae.

5) Kelenjar ludah

Kelenjar ludah berguna untuk memudahkan menelan dan

mencerna. Ada dua macam ludah yang dihasilkan oleh tiga pasang

kelenjar, yaitu kelenjar parotis, kelenjar ludah bawah rahang (glandula

submaxilaris) dan kelenjar bawah lidah (glandula sublingual).

Glandula parotis menghasilkan ludah berbentuk air.

b. Faring

Faring terletak dibelakang hidung, mulut dan laring

(tenggorokan). Faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan

membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian terlebar di

sebelah atas dan berjalan dari dasar tenggorokan sampai di ketinggian

vertebrata servikal ke enam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid,

tempat faring bersambung dengan esophagus (Pearce, 2008).


12

c. Kerongkongan (esophagus)

Kerongkongan disebut juga oesophagus, dari kata oisob = bawa

dan phagelon = makanan. Merupakan penghubung antara rongga mulut

dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu pharynk. Di dalam

lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang

banyak megandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap

infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan

makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan

ruas tulang. Menghubungkan mulut dengan lambung terdiri dari 4 lapisan

menurut (Manurung, 2018) :

1) Tunica mucosa

Terdiri atas karingan epitel, yang terdiri dari sel-sel berlapis banyak

dan mengelupas, tetapi tidak menanduk.

2) Tunica muscularis

Terdiri dari jaringan ikat dengan serat kolagen dan elastis, dengan

banyak pembuluh darah serta urat saraf.

3) Tunica muscularis

Terdiri dari dua lapisan otot polos. Bagian luar berupa serat otot

memanjang, bagian dalam berupa serat melingkar.

4) Tunica serosa

Terdiri jaringan ikat renggang yang mengandung banyak jaringan

lemak, pembuluh darah dan urat saraf. Lapisan ini relative tebal jika

dibandingkan dengan saluran pencernaan yang di posteriornya .


13

d. Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat

mekar paling panjang. Terletak terutama di daerah epigastric, dan

sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilical. Lambung

terdiri dari bagian atas, yaitu fundus, batang utama dan bagian bawah

yang horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan

esofagus melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui

orisium pilorik. Lambung terletak dibawah diafargma, di depan pancreas.

Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus (Pearce, 2008).

Menurut Manurung (2018), Lambung berfungsi sebagai gudang

makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan

dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat

penting:

1) Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari keruskan oleh asam

lambung.

2) Asam klorida (HCL)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.

3) Prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Selain sel-sel penyekresi mucus yang mengelilingi seluruh

permukaan, mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubula

yang penting.
14

e. Usus halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran penceranaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan

air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak (Mustikawati, 2017).

1) Duodenum

Usus dua belas jari adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).

Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus

halus, dimulai dari bulbo duodenele dan berakhir di ligamentum

Treitz.

2) Jejenum

Usus kosong atau jejenum adalah bagian kedua dari usus halus, di

antara usus dua belas jari(duodenum) dan usus penyerapan (ileum)

pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,

1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus

penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa mukus dan terdapat jonjot

usus (villi), yang memperluas permukaan dari usus.


15

3) Ileum

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar

2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejenum, dan dilanjutkan

oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau

sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam

empedu.

f. Usus besar

Di dalam usus tebal (kolon) sisa sisa makanan yang tidak

dapat dicerna, bersama dengan lendir dan sisa-sisa sel mati dari

dinding usus dibusukan menjadi feses. Perjalanan dari mulut ke usus

halus berlangsung kira-kira 4,5 jam tetapi disimpan di dalam kolon

sampai kira-kira 24 jam, selama itu bakteri-bakteri pengurai akan

membusukannya. Awal usus tebal, pendek dan disebut usus buntu

(coecum) mempunyai bagian yang berlebih seperti cacing

dinamakan appendix atau umbai cacing (Manurung, 2018).

Appendix vermiformis merupakan merupakan saluran kecil

berbentuk seperti cacing dengan diameter kurang lebih sebesar

pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi appendix pada daerah iliaka

kanan, dibawah katup iliocaecal, tepatnya pada dinding abdomen

dibawah Mc burney (Dermawan, 2010)

Appendix dapat menghasilkan lendir sekitar 1-2 ml per hari.

Lendir tersebut normalnya di hantarkan ke dalam lumen dan


16

selanjutnya akan mengalir ke dalam sekum. Iga (immunoglobulin

A) yang sangat efektif dalam perlindungan terhadap infeksi

ditemukan juga apendiks. Namun, seandainya pengangkatan

apendiks dilakukan, sistem imun tubuh tidak terpengaruh, hal ini

dikarenakan jumlah jaringan limfe di organ ini kecil jika

dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna (sjamsuhidayat &

jong, 2016 dalam Paso, 2020).

Apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi

pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.

Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi

rongga abdomen). Apendiks adalah ujung buntu tabung yang

menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari pada

tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar

10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2-20 cm. walaupun lokasi apendiks

selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda di

retrocaecal atau pinggang (pelvis) yang jelas terletak di peritoneum.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai apendiktomi

(Mirnawati, 2017)
17

Gambar 3. Usus Besar


(Sumber:http//gambar.usus sridianti.2017google.com)

g. Rektum dan Anus

Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os

sakrum dan os koksigis. Rektum terdapat pada bagian distal kolon kiri

dan menghubungkan kolon dengan anus. Fungsi utama rektum adalah

menyimpan bentuk feses dalam persiapan untuk evakuasi. Seperti kolon

terdapat tiga lapisan pada dinding rektum, yaitu:

1) Mukosa adalah lapisan pada permukaan dinding rektum.

2) Muskularis propria adalah lapisan tengah dinding rektum terdiri atas

otot-otot rektum yang membantu menjaga bentuk dan

mengoordinasi pengeluaran feses.

3) Mesorektum adalah jaringan lemak yang mengelilingi anus

Selain 3 lapisan ini, komponen penting lain rektum adalah

kelenjar getah bening sekitar. Kelenjar getah bening adalah bagian dari

sistem kekebalan tubuh untuk membantu dalam melakukan pengawasan

untuk bahan-bahan berbahaya (termasuk virus dan bakteri) yang dapat

mengancam tubuh.
18

Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian

rekstum akibat suatu rangsangan yang disebut reflex

gastrokolik.kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rectum dan otot

sfinker yang berhubungan dengan mengakibatkan terjadinya defekasi.

Didalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan

sempurna (Manurung, 2018).

Gambar 4. rektum dan anus


(Sumber://http.gambar-anus.hedisasrawan.com)

3. Fisiologi Sistem Pencernaan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air

dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal

tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul organic yang terkandung

dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi (sherwood, 2002 dalam

Yudi 2019).

Makanan harus dicerna agar menjadi molekul molekul sederhana

yang diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk di

distribusikan ke dalam sel. Secara sistem pencernaan melakukan empat

proses pencernaan dasar menurut (Sherwood, 2002 dalam Yudi 2019);


19

a. Motilitas

mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi

saluran pencernaan. Otot polos di saluran pencernaan terus menerus

berkontraksi dengan kekutan rendah yang disebut tonus.

b. sekresi

Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran

pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan

terdiri dari air, elektrolit dan konstituen organik spesifik yang penting

dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu dan mukus).

Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena

adanya rangsangan saraf dan hormone sesuai.

c. Pencernaan

Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur

yang kompleks menjadi struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap

oleh enzim.

d. Penyerapan

Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan

memindahkan molekul-molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah

proses pencernaan berhenti dari lumen saluran pencernaan ke dalam

darah tau limfe. Proses pencernaan di mulai ketika makanan masuk ke

dalam organ pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan di

keluarkan dari organ pencernaan melalui proses defekasi. Tahap- tahap

menelan :
20

1) Tahap orofaring:

berlangsung sekitar 1 detik. Pada tahap ini bolus di arahkan

ke dalam esofagus dan di cegah untuk masuk ke saluran lain yang

berhubungan dengan faring.

2) Tahap esofagus :

pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltic

primer yang mendorong bolus menuju lambung, selanjutnya

makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Tahap pengisian

lambung: volume lambung 50 ml sedangkan lambung dapat

mengembang hingga kapasitasnya 1 liter, selanjutnya memasuki

usus halus, usus halus merupakan tempat berlangsungnya

penyerapan dan pencernaan, organ pencernaan yang terakhir adalah

usus besar yang terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rectum.

Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml klismus dari usus

halus setiap hari. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan

feses sebelum defekasi.

B. Konsep Dasar Medis

1. Post apendiktomi

a. Definisi

Apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukanya

tindakan pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi.

Kondisi post operasi dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang


21

pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Pasien yang

telah menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang perawatan untuk

pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat dan kenyamanan)

(Muttaqin, 2009 dalam Elma, 2018).

Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur

tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau

penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi

dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi lebih

lanjut seperti peritonitis, atau abses (Marijata dalam Waisani, 2020)

Dari dua pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

apendiktomi merupakan tindakan operasi untuk mengangkat appendix

(usus buntu) yang mengalami peradangan. Pada penderita apendiksitis

harus segera melakukan tindakan operasi untuk mencegah terjadinya

perforasi, peritonitis dan plebitis.

b. Etiologi

Menurut Sjamsuhidayat (2011), dalam Elma (2018) etiologi

dilakukanya tindakan pembedahan pada penderita apendisitis

dikarenakan apendik mengalami peradangan. Apendiks yang

meradang dapat menyebabkan infeksi dan perforasi apabila tidak

ditangani . berbagai hal berperan sebagai factor pencetusnya.

Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetusnya. Faktor-

faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantarnya:


22

1) Faktor sumbatan

Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya

apendisitis (90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi

disebabkan oleh hyperplapsia jaringan lymphoid sub

mukosa,35% karena statis fekal, 4% karena benda asing, dan

sebab lainya 1 %.

2) Faktor bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer

pada apendisitis akut. Adanya fekolit dalam lumen apendiks yang

telah terinfeksi dapat memperburuk dan memperberat infeksi,

karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks,

pada kultur yang banyak ditemukan adalah kombinasi antara

bacteria fragilis dan E.coli, splanchius, lacto-bacilus,

pseudomonas, bacteriodes splancius. Sedangkan kuman yang

menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sbesar 96% dan

aerob lebih dari 10 %.

3) Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang

herediter dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi

yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal

ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makan dalam keluarga


23

terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya

fekolit dan menyebabkan obstruksi lumen.

c. Patofisiologi apendiktomi

Apendiktomi biasanya disebabkan adanya penyumbatan

lumen apendiks yang dapat diakibatkan oleh fekalit/apendikolit,

benda asing, parasite, hiperplapsia limfoid, mioplasma atau struktur

karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya. Obstruksi lumen yang

terjadi mendukung perkembangan bakteri dan sekresi mukus sehingga

menyebabkan distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding lumen.

Tekanan yang meningkat akan menghambat aliran limfe sehingga

menimbulkan edema, diapadesis bakteri, dan pulserasi mukosa.

Sekresi mukus yang terus berlanjut dan tekanan yang terus meningkat

menyebabkan obstruksi vena, peningkatan edema, dan pertumbuhan

bakteri yang menimbulkan radang. Peradangan yang timbul meluas

dan mengenai pritonium sehingga timbul nyeri daerah kanan bawah

(Saditya, 2014 dalam Aprizal, 2019).

d. Manifestasi

Keluhan apendiktomi di mulai dari nyeri diperiumbilikus dan

muntah dan rangsangan peritoneum visceral. Dalam waktu 2-12 jam

sering dengan iritasi peritoneal, nyeri perut akan berpindah kekuadran

kanan bawah yang menetap dan diperberat dengan batuk dan berjalan.

Nyeri akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan akan

menunjukan satu titik dengan nyeri maksimal. Gejala lain yang dapat
24

ditemukan adalah anoreksia, malaise demam tak terlalu tinggi

konstipasi diare, mual,dan muntah (Nurarif, A & Kusuma, H. 2015).

e. Penatalaksanaan appendiktomi

Selama operasi usus buntu, Sayatan 2-3 inci panjang dibuat

melalui kulit dan lapisan dinding perut atas daerah usus buntu. Dokter

bedah memasuki perut dan mencari bagian appendix yang biasanya

diperut bagian bawah kanan. Setelah memeriksa daerah sekitar

appendix untuk memastikan bahwa tidak ada masalah tambahan hadir,

usus buntu dipotong. Jika ditemukan abses, nanah dapat dikeringkan

dengan saluran air yang melintas dari abses dan keluar melalui kulit.

Insiasi abdomen kemudian ditutup. Teknik terbaru ini untuk

menghilangkan appendix dengan penggunaan laparsokop-laparoskop

adalah teleskop tipis yang melekat pada kamera video yang

memungkinkan ahli bedah untuk memeriksa bagian dalam perut

melalui luka tusukan kecil (bukan sayatan yang lebih besar)

(Manurung, 2018).

f. Persiapan pre operatif

Infus intrafena digunakan untuk meningkatakan fungsi ginjal

adekuat dan menggantikan cairan yang hilang .aspirin diberikan untuk

mengurangi peningkatan suhu. Terapi antibiotil dapat diberikan untuk

memcegah infeksi. Bila ada kemungkinan atau terbukti ileus paralitik,

selang nasogatrik dapat dipasang . enema tidak diberikan karena dapat

menimbulkan perforasi (Manurung, 2018).


25

g. Penangan post operatif

Tempatkan pasien pada posisi semifouler karena dapat

mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu

mengurangi nyeri. Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri.

Cairan per-oral dapat diberikan untuk mengurangi nyeri. Cairan per-

oral dapat diberikan bila dapat mentoleransi. Pasien yang mengalami

dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena.

Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada

hari ke 5-7. Aktivitas normal dapat dilakukan 2-4 minggu (Manurung,

2018).

2. Gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri

a. Definisi

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan

ketentraman, kelegaan. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaab

tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatanya dan hanya

nyeri berbeda pada setiap orang dalam skala atau tingkatanya dan

hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya (Alimul Aziz, 2008).

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik

ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang


26

mempengaruhi seseorang dan ekstensina diketahui jika seseorang

pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007 dalam khoirunisa, 2017).

Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang actual dan potensial yang dirasakan dalam kejadian –

kejadian dimana terjadi kerusakan IASP (potter dan perry, 2006).

Menurut judha, et al, (2012), nyeri adalah pengalaman sensori

nyeri dan emosional yang tidak menyengakan berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual dan potensial yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh, seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif,

jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,

perasaan takut, mual dan takut.

b. Klasifikasi nyeri

Menurut Tamsuri 2007, dalam Nasution 2017 klasifikasi nyeri yaitu;

1) Nyeri akut

Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam

bulan. Gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi

nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan

tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan

persepsi nyeri.

2) Nyeri kronis

Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber

nyeri bisa diketahui bisa tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan
27

biasanya tidak bisa disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri

menjadi lebih dalam sehingga penderita sukar atau menunjukan

lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain penderita menjadi

mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnya,

mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa dan

terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang

timbul dalam periode waktu tertentu, ada kalanya penderita

terbebas dari rasa nyeri, misalnya sakit kepala migran.

c. Fisiologi nyeri

Menurut potter dan perry (2006), dalam Nasution (2017)

terdapat 3 komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, dan reaksi

stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf

perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah

satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam masa

berwarna abu – abu di medulla spinalis terdapat pesan nyeri dapat

berinteraksi dengan sel – sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri

sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke

korteks serebral, maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri dan

memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang

dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri.

d. Respon terhadap nyeri

Menurut Potter & Perry (2006), dalam Sinta (2016) respon terhadap

nyeri di bagi menjadi dua yaitu;


28

1) Respon fisiologis

Pada saat impuls nyeri ke medulla spinalis menuju ke

batang otak thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulus

sebagai bagian dari respon stress. Nyeri dengan intensitas ringan

hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi

flight atau fight, yang merupakan sindrom adaptasi umum.

Stimulus pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom

menghasilkan respon fisiologis.

2) Respon perilaku

Sensasi yang terjadi ketika merasakan nyeri yaitu gerakan

tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengidentifikasi nyeri

dapat ditunjukan oleh pasien sebagai respon terhadap nyeri.

Respon tersebut seperti mengkerutkan dahi, gelisah,

memalingkan wajah ketika diajak bicara.

e. Faktor yang memengaruhi nyeri

Menurut Sigit (2010), dalam Nasution (2017) faktor yang

memengaruhi nyeri sebagai berikut:

1) Usia

Variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada

anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang di

temukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi

bagaimana anak dan orang dewasa beraksi terhadap nyeri. Anak-

anak yang belum mempunyai kosa kata yang banyak, mempunyai


29

kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan

nyeri pada orang tua atau perawat. Sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak.

2) Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih

diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang beridiri

sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani

dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis

dalam waktu yang sama.

3) Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara

individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang

diharapkan dan apa yang diterima oleh budaya mereka. Hal ini

meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ekspresi nyeri dapat

di bagi menjadi dua kategori yaitu tenang dan emosi, pasien

tenang umumnya akan diam berkenaan dengan nyeri mereka

memiliki sikap yang dapat menahan nyeri. Sedangkan pasien

yang emosional akan berekspresi secara verbal dan akan

menunjukan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis.

4) Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan

meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam


30

semua keadaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang

konsisten antara ansietas dan nyeri. Namun ansietas yang relevan

atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi

pasien terhadap nyeri

5) Pengalaman masa lalu terhadap nyeri

Sering kali individu yang telah berpengalaman dengan

nyeri yang dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap

peristiwa menyakitkan yang diakibatkan. Individu ini mungkin

akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin yerinya

segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi parah. Bagi beberapa

orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan

seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis atau resisten.

6) Keluarga dan support sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap

nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang

sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga

untuk mensuport membantu atau melindungi. Ketidakhadiran

keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri

semakin bertambah. Kehadiran orang tua merupakan hal khusus

yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri.

7) Pola koping

Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani

perawatan di Rumah Sakit adalah hal yang sangat tidak


31

tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan

tidak mampu untuk mengontrol nyeri, klien sering menemukan

jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis.

Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan

keluarga dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk

mensuport klien menurunkan nyeri

f. Intensitas nyeri

Menurut Mubarak et al., (2015) dalam Cahyani (2019),

intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda, pengukuran

nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah

menggunakan respons fisiologis tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

1) Karakteristik nyeri meliputi lokasi, penyebaran nyeri, dan

kemungkinan penyebaran, durasi (menit, jam, hari, bulan) serta

irama (terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah atau

berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas nyeri.

2) Faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri, berbagai

perilaku sering diidentifikasi klien sebagai faktor yang mengubah

intensitas nyeri, dan apa yang di yakini klien dapat membangtu

dirinya. Perilaku ini sering didasarkan pada upaya try and error.
32

3) Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari misalnya, terhadap pola

tidur, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas santai. Nyeri akut

sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis yang

berhubungan dengan depresi.

4) Kekhawatiran tentang nyeri, dengan meliputi masalah yang luas

beban ekonomi, prognosi serta berpengaruh terhadap peran dan

citra diri.

g. Pengukuran skala nyeri

Menurut Tamsuri (2007), dalam Ulfa (2014), intensitas nyeri

(skala nyeri) merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh seseorang, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan individual. Pengukuran intensitas nyeri menunjukan tingkat nyeri

post operasi secara teratur. Pengukuran ini penting untuk menyusun

program penghilang nyeri pasca operasi. Derajat nyeri dapat diukur

dengan berbagai macam cara yang sering digunakan untuk menilai

inensitas nyeri pasien adalah skala numeric dan skala verbal.

1) Faces rating scale

Skala penilaian wajah biasanya digunakan untuk mengukur

intensitas nyeri pada anak-anak. Foto wajah anak yang

menunjukan rasa tidak nyaman dirancang sebagai petunjuk untuk

memberi pengertian kepada anak-anak sehingga dapat

memahami makna dan tingkat keparahan nyeri. Skala tersebut

terdiri dari 6 wajah dengan foto kartun yang menggambarkan


33

wjah dari mulai gambar wajah yang sedang tersenyum (tidak

merasa nyeri) kemudia secara bertahap meningkat menjadi wajah

kurang bahagia (sangat nyeri). Saat ini para peneliti mulai

menggunkan skala wajah ini pada orang-orang dewasa atau

pasien yang kesulitan dalam mendeskripsikan intensitas nyerinya,

dan orang dewasa yang memiliki gangguan kognitif.

2) Numeric rating scale

Skala ini merupakan sebuah garis yang didalamnya terdapat

beberapa kalimat pendeskripsian yang tersusun dalam jarak yang

sama sepanjang garis. Pada alat ukur ini, diurutkan dari 0 tidak

ada nyeri sampai angka 10 nyeri paling hebat. Pasien kemudian

diminta untuk menandai gejala yang menurut mereka paling tepat

dalam mendeskripsikan tingkat nyeri yang dapat mereka rasakan

pada suatu waktu.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri
nyeri terkontrol berat
tidak
terkontrol

Penilaian skala nyeri 0-10 dapat dilihat pada penyelasan berikut

ini.

a) 0 : tidak ada rasa nyeri.

b) 1 : nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan

nyamuk.
34

c) 2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit.

d) 3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok

bagian wajah atau disuntik.

e) 4 : menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam) seperti sakit gigi

dan nyeri disengat tawon.

f) 5 : sangat menyedihkan (kuat, nyeri yang menusuk begitu

menusuk) seperti terkilir dan keseleo.

g) 6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat

sehingga tampaknya mempengaruhi salah satu dati panca

indra) menyebabkan tidak fokus dan komunikasi terganggu.

h) 7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu

kuat) dan merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi

indra si pinderita yang menyebabkan tidak bisa

berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan

perawatan sendiri.

i) 8 : benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat)

sehingga menyebabkan si penderita tidak dapat berfikir

jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang

parah jika nyeri datang dan berlangsung lama.

j) 9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat)

sehingga si penderita tidak bisa mentoleransinya dan ingin

segera menghilangkan nyerinya bagaimanapun caranya

tanpa peduli dengan efek samping atau resikonya.


35

k) 10 : sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan

(nyeri begitu kuat tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini

si penderita tidak lagi merasakan nyeri karena sudah tidak

sadarkan diri akibat rasa nyeri yang sangat luar biasa seperti

pada kasus kecelakaan parah, multi fraktur.

h. Pengkajian nyeri

Menurut sigit (2010), dalam Nasution (2017), karakteristik

nyeri sebagai berikut:

Karakteristik nyeri (metode PQRST)

1) Faktor pencetus (P:provocate) perawat mengkaji tentang penyebab

atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, hal ini perawat juga dapat

melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.

Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka

perawat harus dapat mengeksplore perasaan nyeri dan menanyakan

perasaan-perasaan apa yang dapat mencetus nyeri.

2) Kualitas (Q:quality) kualitas nyeri merupakan sesuatu yang

subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien

mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul,

berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk-

tusuk, dan lain-lain, dimana tiap klien mungkin berbeda-beda

dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

3) Lokasi (R:regio) untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat

meminta klien untuk menunjukan semua bagian/daerah yang


36

dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasikan nyeri

lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak

daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan

sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

4) Keparahan (S:severe) tingkat keparahan pasien tentang nyeri

merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini

klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai

nyeru ringan, nyeri sedang atau nyeri berat.

5) Durasi (T:time) perawat menanyakan pada pasien untuk

menentukan awitan, durasi dan rangkaian nyeri. Perawat dapat

menanyakan:”kapan nyeri mulai dirasakan?”, “sudah berapa lama

nyeri dirasakan?”, “apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu

yang sama setiap hari?”, “seberapa sering nyeri kambuh?” atau

dengan kata lain yang semakna.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian post apendiktomi menurut (Barrah & juahar, 2013 dalam

Triyani, 2020):

a. Biodata

1) Identitas klien

Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis


37

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Pada pasien post apendiktomi biasanya didapatkan adanya keluhan

seperti nyeri pada luka insisi operasi. Keluhan nyeri dikaji

menggunakan PQRST.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada riwayat terdahulu sehingga pasien pernah mendapatkan

perawatan di rumah sakit

3) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga mempunyai penyakit hipertensi, diabetes

stroke serta penyakit menular atau adakah anggota keluarga yang

mempunyai penyakit yang sama yang di derita klien

c. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga, status emosional meningkat,

interaksi sosial terganggu, adanya rasa sedih atau cemas yang berlebihan,

dan status dalam pekerjaan terganggu. Bagaimana pasien menanggapi

sakitnya, dampak penyakitnya serta kebiasaan pasien dalam beribadah

sehari-hari.
38

d. Aktivitas sehari-hari

Perbandingan kebiasaan selama di rumah dan di rumah sakit

apakah ada gangguan atau tidak. Kebiasaan atau aktivitas sehari-hari

yang dikaji meliputi, pola nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat

dan tidur, pola aktivitas dan latihan, seksualitas dan reproduksi, peran,

persepsi diri atau konsep diri, kognitif diri atau konsep diri dan kognitif

perseptual

e. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran dapat berupa compos mentis hingga coma tergantung

kondisi penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya dalam

keadaan normal kecuali bila ada komplikasi lebih lanjut dan badan

tampak lemas.

2) Sistem penglihatan

Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret atau lesi,

reflek pupil terhadap cahaya, visus (ketajaman penglihatan).

3) Sistem pendengaran

Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret atau lesi,

ada tidaknya nyeri tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes

Rinne, Webber, dan Schwabach, biasanya tidak ada keluhan pada

sistem pendengaaran.
39

4) Sistem pernapasan

Terjadi perubahan pola dan fungsi pernapasan menjadi lebih cepat

akibat nyeri yang dirasakan, penurunan ekspansi paru.

5) Sistem kardiovaskuler

Mungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda

kelemahan, kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir

kering dan pecah-pecah, tekanan darah dan nadi meningkat

6) Sistem persarafan

Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji

semua fungsi nervus kranialis. Biasaanya tidak ada kelainan pada

sistem persarafan.

7) Sistem pencernaan

Mungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung,

penurunan bising usus karena puasa dan konstipasi.

8) Sistem perkemihan

Jumlah output urin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat

operasi atau karena adanya muntah biasanya terpasang kateter

9) Sistem integument

Adanya luka operasi pada abdomen, mungkin turgor kulit menurun

akibat kurangnya volume cairan.

10) Sistem musculoskeletal

Biasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.


40

11) Sistem endokrin

Dikaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit

endokrin, periksa ada tidaknya pembesaran tiroid.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Wilkinson, M.J (2016), diagnosa keperawatan pasca

operatif secara umum adalah sebagai berikut:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan

control kepatenan jalan napas (lidah), penurunan control batuk efektif

dan muntah efek sekunder anastesi depresan dari agen anastesi

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kondisi pasca

anastesi

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

d. Ansietas berhubungan dengan prosedur pasca operasi

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah.

f. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap

invasi bakteri

3. Intervensi

Menurut Wilkinson, M.J (2016), intervensi keperawatan pasca

operatif secara umum adalah sebagai berikut:

Tabel 1
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
control kepatenan jalan napas (lidah), penurunan control batuk efektif
dan muntah efek sekunder anastesi efek depresan dari agen anastesi
Tujuan
Pola napas kembali efektif sesuai dengan berakhirnya efek anastesi
umum dan pasien mampu melakukan latihan pernapasan pascabedah
41

Kriteria hasil:
a. Frekuensi pernapasan 12-20 x/menit
b. Pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan
c. Saturasi oksigen 100%
d. Oral airway sudah bisa di lepas saat pasien ke luar ruangan
pemulihan
No Intervensi Rasional
1. Kaji dan monitor control Mewaspadai pernapasan yang
pernapasan dangkal dan lambat serta batuk
yang lemah
2. Monitor frekuensi, irama, Deteksi awal adanya perubahan
kedalaman ventilasi terhadap control pola pernapsan
pernapasan, kesimetrisan dari medulla oblongata untuk
gerakan dinding dada, bunyi intervensi selanjutnya
napas, dan warna membran
mukosa
3. Pastikan fungsi pernapasan Tindakan evaluasi untuk
sudah optimal menentukan dimulainya latihan
pernapasan sesuai yang diajarkan
pada saraf praoperatif
4. Instruksikan pasien untuk Meningkatkan ekspansi paru
napas dalam
5. Instrusikan untuk melakukan Batuk juga di dorong untuk
batuk efektif melonggarkan sumbatan mukosa

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kondisi pasca


anastesi
Tujuan :
Mengefektifkan jalan napas, mempertahankan ventilasi pulmonal, dan
mencegah hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) dan
hiperkapnea (kelebihan karbondioksida dalam darah)
Kriteria hasil :
a. Frekuensi napas dalam batas normal (12-20 x/menit)
b. Pasien tidak menggunakan otot bantu napas
c. Tidak terdapat suara napas tambahan
No Intervensi Rasional
1. Atur tempat tidur dengan Pasien biasanya masih
dekatkan pada askes oksigen mendapat oksigenasi
dan suction pemeliharaan sampai sadar
2. Kaji dan observasi jalan napas. Salah satu cara untuk
mengetahui apakah pasien
bernapas atau tidak dengan
menempatkan telapak tangan
diatas hidung dan mulut pasien
untuk merasakan hembusan
napas.
42

3. Pertahankan kepatenan jalan Jalan napas oral atau oral


napas. airway tetap terpasang untuk
mempertahankan kepatenan
jalan napas sampai tercapai
pernapasan yang nyaman
dengan kecepatan normal
4. Atur posisi kepala untuk Tindakan terhadap obstruksi
mempertahankan jalan napas hipofaringus termasuk
mendongakan kepala ke
belakang dan mendorong
kedepan pada sudut rahang
bawah, seperti jika mendorong
gigi bawah di depan gigi atas

5. Berikan oksigen 3 liter/menit Pemenuhan oksigen dapat


membantu meningkatkan PaO2
di cairan otak yang akan
memengaruhi pengaturan
pernapasan

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


Tujuan
diharapkan nyeri berkurang
Kriteria hasil
a. Mampu megontrol nyeri
b. Pasien tampak rileks
c. Skala nyeri berkurang 1-3
d. Tanda-tanda vital dalam batas normal
No Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri Pengkajian yang dilakukan
secara komprehensif membantu untuk menganalisa
masalah tentang nyeri dan
tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan
2. Observasi reaksi nonverbal dari Respon verbal dapat menjadi
ketidaknyamanan indikasi tentang kondisi dan
derajat nyeri yang dirasakan.
3. Observasi tanda-tanda vital
Respon autonomik meliputi
pada tekanan darah, nadi, suhu
dan pernafasan yang
berhubungan dengan keluhan
atau penghilang nyeri
4. Berikan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman
nyaman dapat mempengaruhi dapat membantu merendahkan
nyeri
43

nyeri (seperti ruangan,


pencahayaan dan kebisingan)
5. Ajarkan teknik non Teknik ini digunakan untuk
farmakologis seperti teknik mengurangi atau mengontrol
relaksasi dan distraksi saat nyeri timbul
6. Kolaborasi: penatalaksanaan Pemberian terapi analgesik
medis dapat mengurangi kualitas
nyeri

4. Ansietas berhubungan dengan prosedur pasca operasi


Tujuan
Ansietas pasien dapat teratsi
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan kecemasan nya berkurang
b. Pasien kooperatif terhadap tindakan
c. Wajah rileks
No Intervensi Rasional
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, damping pasien menunjukan rasa marah dan
dan lakukan tindakan bila gelisah yang akan
menunjukan perilaku merusak memengaruhi posisi pasien
pada brankar sehingga
mempunyai resiko jatuh
2. Hindari konfrotasi Konfrontasi dapat
meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama dan
memperlambat penyembuhan
4. Tingkatkan control sensasi Control sensasi pasien (dalam
pasien menurunkan ketakutan) dengan
cara memberikan informasi
tentang keadaan pasien.
5. Orientasikan pasien terhadap Orientasi dapat menurunkan
prosedur rutin dan aktivitas kecemasan
yang diharapkan

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah.


Tujuan
Kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
b. Perfusi jaringan baik
c. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang dan Mampu melindungi
kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan
alami
44

No Intervensi Rasional
1. Anjurkan pasien untuk Penggunaan pakain longgar
menggunakan pakaian longgar bertujuan untuk mencegah
gesekan antara luka dengan
lingkunagn (pakaiaan yang
dikenakan)
2. Hindari kerutan pada tempat Kerutan pada tempat tidur dapat
tidur menyebabkan perlukaan pada
kulit

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap Menjaga kebersihan kulit dan


bersih dan kering kulit tetap kering mencegah
adanya kuman yang dapat
menyebabkan infeksi pada kulit
( luka)
4. Mobilisasi pasien Mencegah adanya decubitus
Monitor kulit adanya
kemerahan
5. Monitor kulit adanya Mencegah adanya kerusakan
kemerahan integritas kulit
6. Lakukan perawatan luka Perawatan luka yang baik dapat
dengan prinsip aseptik membantu mencegah terjadinya
infeksi

6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap


bakteri
Kriteria hasil
a. Mengetahui factor resiko infeksi
b. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Menunjukanperilaku hidup sehat

No Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi Melihat perkembangan dari
terapi yang diberikan
2. Anjurkan pasien untuk selalu Menurunkan resiko infeksi
menjaga kebersihan diri
3. Anjurkan klien untuk tidak Luka yang tertekan akan
menekan daerah luka menyebabkan aliran darah ke
luka akan semakin parah
4. Ajarkan pasien dan keluarga Untuk mencegah hal-hal yang
tanda gejala infeksi dapat mengancam infeksi
45

5. Kolaborasi pemberian Pemberian terapi analgesik


analgesik dapat mengurangi resiko
infeksi
4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,

faktor-faktor lain yang memengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi

implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti

2017)

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan

untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana

rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan

rencana keperawatan (Manurung, 2011 dalam Rinawati, 2018)


46

6. Pathway
Apendiks mengalami peradangan

Appendiktomi

Insisi pembedahan

Kerusakan saraf nyeri perifer penurunan kepatenan jalan


integritas kulit
terangsang napas

Post de entrée kuman

Nyeri akut Bersihan jalan


napas tidak
Resiko tinggi
efektif
infeksi

penurunan control batuk efektif


Ansietas
dan muntah efek sekunder

Ketidakefektifan
pola napas

(Wilkinson, M.J 2016)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Bentuk penelitian yang dipakai adalah penelitin kualitatif. Metode

penelitian kualitatif menurut Siyoto (2015), adalah metode penelitian

berdasarkan pada filsafat postpositivistik, berlandaskan pada filsafat post

positifisme, serta sebagai metode artistic karena proses penelitian lebih bersifat

seni (kurang terpola), dan disebut metode interpretive karena data hasil

penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan

di lapangan. Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode

penelitian naturalistic karena penelitiannya yang alamiah. Dalam memakai

metode penelitian kualitatif, penulis melakukan wawancara, observasi dan

dokumentasi untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien post

operasi apendiktomi dengan nyeri akut.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan Dirumah Sakit Bunda Pengharapan Merauke, di

Ruang Perawatan Bedah Gabriel.

2. Waktu

Waktu penelitian adalah tanggal 21 April sampai dengan 02 Mei 2021. Di

mulai dari persiapan, pelaksanaan dan penelitian dilakukan pada saat klien

47
48

di rawat di Ruang Bedah, dengan melakukan asuhan keperawatan selama 3

hari. Serta tahap penyelesaian penelitian sampai dengan tanggal 2 Mei

2021.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Siyoto (2015), populasi adalah wilayah generalisasi yang

berdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post apendiktomi

di Rumah Sakit Bunda Pengharapan Merauke.

2. Sampel

Menurut Nursalam (2008), sampel terdiri dari bagian populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui

sampling. Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variable-variabel

control ternyata mempunyai pengaruh terhadap variable yang kita teliti.

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu; inklusi dan

ekslusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah


49

harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Kriteria inklusi

dari penelitian ini yaitu;

1) Pasien post appendiktomi di Rumah Sakit Bunda Pengharapan

Merauke tahun 2021

2) Pasien post apendiktomi yang berada di tempat saat peneliti

melakukan penelitian

3) Pasien post apendiktomi yang sudah kooperatif dan sudah bisa

berkomunikasi verbal dengan cukup baik

4) Data rekam medis

5) Pasien yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria ekslusi untuk penelitian ini adalah

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara

lain;

1) Pasien apendiktomi yang mengalami penurunan kesadaran

2) Pasien dengan status rekam medic tidak lengkap.

3) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3. Teknik sampling

Menurut Sugiyono (2017), dalam Nuryana (2019), teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian dengan

menggunakan purposive sampling adalah teknik penetuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Artinya setiap subjek yang diambil dari populasi

dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu.


50

Tujuan dan pertimbangan pengambilan subjek/sampel tersebut adalah

pasien dengan post apendiktomi di Rumah Sakit Bunda Pengharapan

Merauke peneliti menggunakan teknik pemilihan sampel purposive

sampling.

D. Fokus Studi

Fokus studi kasus pendekatan asuhan keperawatan di fokuskan pada

asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman:

nyeri akut akibat post apendiktomi, sebagai objek penelitian yang dilakukan di

Rumah Sakit Bunda Pengharapan Merauke di Ruang Perawatan Bedah

Gabriel sebagai tempat penelitian.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pemberian definisi terhadap variable

penelitian secara operasional sehingga peneliti mampu mengumpulkan

informasi yang dibutuhkan terkait dengan konsep (Carmen G. Loiselle et al.,

2010 dalam Swarjana, 2015).

1. Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yaitu

suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat dalam

mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, social dan

spiritual yang optimal melalui tahap yang di mulai dari pengkajian, dan

kemudian merumuskan masalah hingga muncul diagnosa, melakukan


51

rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi (Suarli, 2012 dalam

Sinulingga 2019).

2. Pasien

Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya

menyerahkan pengawasan dan perawatanya, menerima dan mengikuti

pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan (Prabowo, 2011 dalam

Suryani, 2016).

3. Post apendiktomi

Post adalah kondisi saat dimana pasien dipindahkan dari ruang

operasi ke ruangan pemulihan dan berakhir sampai evalusi, apendiktomi

adalah operasi yang dilakukan pada penderita usus buntu, sehingga post

apendiktomi adalah peristiwa setelah dilakukanya tindakan pembedahan

pada apendik yang mengalami inflamasi. Insidensi apendiktomi di

indonesia menempati urutan ke 2 dari 193 negara diantara kasus kegawatan

abdomen lainnya dan apendisitis menempati urutan ke empat penyakit

terbanyak di indonesia dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040

(Depkes RI, 2012).

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Menurut Hasan (2002), data primer merupakan data yang diperoleh

atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan

penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer


52

didapat dari sumber informan yaitu individu atau perorangan seperti hasil

wawancara atau hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti, data

yang digunakan dari pasien Nn D.K dan keluarga Nn D.K dengan cara

wawancara, observasi dan juga melakukan pemeriksaan fisik pada Nn D.K

a. Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya

jawab sambil bertatap muka Antara pewawancara dengan informan

atau orang yang di wawancarai (Rahmat, 2009).

b. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah

ruang(tempat), kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,

waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk

menyajikan gambaran realistic perilaku atau kejadian, untuk menjawab

pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku atau kejadian, untuk

menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia,

dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut (Rahmat, 2009).

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk


53

laporan. Sifat utama data tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga

memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang

pernah terjadi di waktu silam (Rahmat, 2009).

2. Data sekunder

Menurut Rukajat (2018), data sekunder didapat dan dikumpulkan

dari catatan-catatan atau data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada guna

melengkapi dan mendukung data primer yang dibutuhkan dalam penelitian,

data yang didapatkan dari penelitian ini adalah data dari status pasien

diruangan rekam medic.

G. Analisis Data Dan Penyajian Data

Analisis dan penyajian data pada karya tulis ilmiah ini dimana laporan

kasus data disajikan secara tekstural atau narasi dan dapat disertai dengan

ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang mendukung data hasil

pengambilan kasus.

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Studi kepustakaan

b. Mengurus surat ijin dari institusi ke RSBP merauke

c. Pengambilan data pasien

d. Mencatat data pasien


54

e. Penyusunan laporan

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan observasi, wawancara yang terstruktur

b. Melakukan analisa data

3. Tahap

a. Melakukan pemeriksaan data yang telah di kumpulkan

b. Menyimpulkan hasil penelitian dan membuat hasil penelitian

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), dalam Fatimah, (2020) penelitian yang

dilakukan harus meliputi aturan penelitian yaitu mengikuti prinsip dasar

penelitian. Etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Informed consent

Sebelum pengumpulan data dilakukan. Penelitian yang akan

dilakukan nanti akan dimulai dengan memberikan penjelasan sebelum

persetujuan penelitian. Lembar persetujuan diberikan kepada calon

responden setelah mendapatkan penjalasan sebelum persetujuan yang

memenuhi kriteria sebagai bukti ketersediaan menjadi responden. Penelitian

yang diberikan sebelum persetujuan pada penelitian ini adalah tujuan dan

manfaat penelitian, serta isi dari pertanyaan yang akan diajukan, sehingga

responden yakin untuk berpatisipasi.


55

2. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.

3. Confidentiality

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian

berdasarkan data individual, namun data dilaporkan berdasarkan kelompok.

Semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin kerahasianya oleh

peneliti kasus.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

1) Nama Pasien : Nn D.K

2) Umur : 17 Thn

3) No. Rekam Medik : 097 578

4) Jenis Kelamin : Perempuan

5) Agama : Katolik

6) Pendidikan : SMK

7) Suku/Bangsa : Abui/Indonesia

8) Bahasa yang dimengerti : Indonesia

9) Diagnosa Medis : post apendiktomi

10) Tanggal Masuk RS : 28 april 2021

11) Tanggal operasi : 29 april 2021

12) Tanggal Pengkajian : 30 april 2021

b. Identitas Penanggung Jawab Pasien

1) Nama : Tn E K

2) Umur : 43 thn

3) Agama : Katolik

4) Pekerjaan : Buruh

5) Pendidikan : Tamat SMP

55
56

6) Alamat : Jalan Cikombong Merauke

7) Hubungan dengan pasien : Orang tua kandung

c. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1) Keluhan Utama saat masuk rumah sakit

Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kanan bawah

2) Riwayat Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri perut yang dirasakan sekitar 1

minggu yang lalu 21 april 2021 dan pada tanggal 26 april 2021

pasien mengalami demam naik turun. Sebelum pasien di bawa ke

rumah sakit pasien mendapat perawatan mandiri oleh keluarga

dengan memberikan obat warung dan mengompres hangat kepada

pasien. Pasien mengatakan seperti rasa tertusuk-tusuk, serta

mengalami demam.

Karena nyeri yang dirasakan semakin parah dan disertai

demam kemudian keluarga membawa pasien ke UGD Rumah Sakit

Bunda Pengharapan Merauke pada tanggal 28 april 2021 pukul

09.00 WIT dan pasien dinyatakan apendisitis akut oleh dokter dan

disarankan untuk melakukan operasi apendiktomi, oleh karena itu

pasien dilakukan operasi pada tanggal 29 april 2021 pukul 14.18

WIT dan selesai operasi pada pukul 15.00 WIT. Kemudian pasien

dipindahkan keruangan bedah gabriel di kamar nomor 12 B.


57

3) Riwayat Penyakit dahulu

Pasien mengatakan penyakit yang pernah diderita adalah batuk, flu

dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

4) Keluhan saat pengkajian

Tanggal 30 April 2021

Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian kanan bekas

operasi, pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan merasakan

sedikit perih pada luka post operasi.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan keluarga mempunyai riwayat penyakit darah tinggi.

Pasien mengatakan saat ini tidak ada keluarga yang sedang menderita

penyakit. pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi pada

makanan, minuman, cuaca dan obat-obatan.

e. Susunan Genogram

17
7
58

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis perkawinan

: Tinggal serumah

: Pasien

: garis keturunan

f. Pola Fungsi Kesehatan

1) Riwayat Psikososial dan Spiritual

Pasien mengatakan orang terdekat dengannya adalah orang

tua nya dan adiknya. Pola komunikasi yang dilakukan adalah saling

bertukar pikiran, pembuatan keputusan dilakukan dengan

musyawarah bersama keluarganya sebelum menentukan keputusan

yang ingin dibuat dan pasien tidak mengikuti kegiatan

kemasyarkatan. Pasien mengatakan dampak penyakit yang

dirasakan pada keluarga adalah yakni pasien tidak dapat membantu

pekerjaan rumah dan membantu ibunya seperti biasanya. Pasien

menganggap penyakit adalah takdir yang diberikan oleh tuhan.

Mekanisme koping terhadap stress yakni pasien

menceritakan masalahnya dengan orang tua dan kemudian

pemecahan masalah bersama keluarga. Pasien mengatakan hal yang

saat ini dipikirkan adalah ingin lekas sembuh dari penyakitnya dan
59

dapat bersekolah lagi dan berkumpul bersama temanya serta dapat

beraktivitas seperti biasa. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh

sakit adalah pasien tidak dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Pasien mengatakan menganut kepercayaan agama katolik

dan rutin mengikuti aktivitas kegamaan setiap ibadah minggu dan

hari-hari besar. Pasien mengatakan tinggal di lingkungan yang

sering terjadi banjir.

2) Pola Kebiasaan

a) Pola Nutrisi

(1) Makan

Pasien mengatakan sebelum sakit frekuensi makan 3x sehari,

nafsu makan baik, porsi makanan yang dihabiskan 1 piring

dan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan. Pasien

mengatakan selama di rumah sakit pasien makan 3x sehari

dengan porsi makan dihabiskan.

(2) Minum

Pasien mengatakan sebelum sakit frekuensi minum 6-8 gelas

sehari, jumlahnya 1200-1600 ml, jenis minum air putih dan

tidak memiliki minuman pantangan. Pasien mengatakan

selama sakit pasien minum 6-8 gelas sehari.


60

b) Eliminasi

(1) Buang air kecil

Pasien mengatakan sebelum sakit frekuensi buang air kecil

6-8 x sehari, warnanya kuning jernih, dan tidak memiliki

keluhan. Pasien mengatakan selama sakit buang air kecil 6-

8x sehari dengan warna kuning jernih.

(2) Buang air besar

Pasien mengatakan sebelum sakit frekuensi buang air besar

1 x sehari, warnanya kuning kecokelatan dengan konsistensi

padat. Pasien mengatakan selama sakit frekuensi buang air

besar 1 x sehari, warna nya kuning kecoklatan dengan

konsistensi padat dan waktunya tidak menentu .

c) Pola Personal Hygiene

Pasien mengatakan frekuensi mandi dan menggosok gigi 2x

sehari pada waktu pagi dan sore hari. Pasien mengatakan

mencuci rambut sebanyak 3 x seminggu. Pasien mengatakan

hanya mengelap badanya dengan menggunakan kain yang

dibasuh dengan air hangat, menggosok gigi setiap pagi dan

pasien belum keramas selama dirawat.

d) Pola Istirahat dan Tidur

Pasien mengatakan waktu tidur malam sekitar 8 jam/ hari, jarang

tidur siang dan kebiasaan sebelum tidur adalah menonton.


61

Pasien mengatakan saat sakit jumlah tidur malam sekitar 8 jam,

dan tidur siang sekitar 2 jam .

e) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

(1) Merokok

Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok.

(2) Minuman keras/NAPZA

Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman

keras dan tidak pernah mengkonsumsi NAPZA

f) Pola Aktivitas dan Latihan

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat melakukan

aktivitas, bersekolah dan membantu orang tuanya. Pasien

mengatakan saat ini dirinya tidak dapat beraktivitas secara

bebas. Aktivitas mandi dibantu oleh keluarga namun pasien

dapat mengubah posisi duduk dan miring secara mandiri dan

perlahan.

g) Pola Kognitif Perseptual

Pasien dapat berbicara dengan normal, bahasa sehari-hari yang

digunakan adalah bahasa daerah dan baha sa indonesia, pasien

mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat bersekolah serta

membantu orang tua nya mengurus pekerjaan rumah. Pasien

mengatakan merasa nyeri pada luka post operasi, seperti

tertusuk-tusuk, didaerah perut bagian kanan, skala nyeri 5 (0-10)

hilang timbul lamanya ± 3 menit


62

h) Pola Seksual-Reproduksi

Pasien mengatakan masih menstruasi.

i) Pola Peran- Hubungan

Pasien mengatakan dirinya masih bersekolah, hubungan dengan

orang lain di lingkungan sekitar baik dan memiliki sistem

pendukung yakni orang tuanya dan adiknya.

g. Pengkajian Fisik

1) Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis, BB sebelum sakit dan selama sakit 50kg,

TB 155 cm, TD: 120/70 mmHg, Nadi: 98 x/m, frekuensi nafas 21

x/m, suhu tubuh 37,0 ͦ C dan keadaan umum baik.

2) Sistem Penglihatan

Sisi mata simetris, pasien dapat membuka dan menutup mata,

konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat keruh atau katarak pada

kornea mata, sklera anikterik, pupil isokor, fungsi penglihatan baik

tidak memakai kacamata dan lensa kontak dan tidak terdapat radang

pada daerah mata.

3) Sistem Pendengaran

Tidak terdapat kelainan pada daun telinga. Kondisi telinga normal,

tidak terdapat otorhoe dari telinga, fungsi pendengaran normal

(pasien dapat mendengar suara dari jarak ± 6 meter) dan tidak

terdapat gangguan keseimbangan serta tidak menggunakan alat

bantu dengar.
63

4) Sistem Pernafasan

Bentuk dada pasien pasien simetris, jalan nafas bersih, suara nafas

vesikuler, pasien tidak sesak, frekuensi pernafasan 21x/menit, irama

teratur, jenis pernafasan spontan, tidak ada batuk, tidak terdapat

sputum, tidak terdapat nyeri dada, dan tidak menggunakan alat bantu

nafas.

5) Sistem Kardiovaskuler

Kecepatan denyut apikal 98 x/menit, irama nafas teratur (reguler),

tidak terdapat kelainan bunyi jantung, tidak terdapat nyeri dada, nadi

98x/menit, irama teratur dengan denyutan kuat, TD 120/70 mmHg,

temperatur kulit teraba hangat, CRT <2 detik dan tidak terdapat

edema.

6) Sistem Persarafan

Pasien tidak memiliki keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran

compos mentis, GCS (E:4 M:6 V:5), tidak terdapat tanda-tanda

peningkatan TIK, dan tidak terdapat gangguan pada sistem

persarafan dan pemeriksaan Saraf kranial sebagai berikut:

a) Nervus I(olfactory), penciuman: pasien dapat mencium dan

membedakan aroma yang dihirup

b) Nervus II (opticus),visual, lapang pandang: pasien dapat,

melihat dengan jelas dan pasien tidak menggunakan kacamata


64

c) Nervus III (Oculomotorius), gerakan bola mata: gerakan bola

mata simetris, tidak terdapat strabismus dan pupil mengecil jika

diberikan rangsangan cahaya.

d) Nervus IV (Trochlear), deviasi bola mata: tidak terjadi deviasi

bola mata dan tidak terjadi diplopia

e) Nervus V (Trigeminus), reflek kornea: reflek kornea mata kiri

dan kanan positif, rahang atas dan bawah dapat bergerak dengan

normal

f) Nervus VI (Abducens): pasien dapat melihat ke kanan dan kiri

tanpa menengok

g) Nervus VII (Facialis): lidah pasien masih dapat merasakan atau

membedakan rasa asam, manis, asin dan pahit. Kemampuan

lakrimalis dan salivasi normal. Pasien memiliki kemampuan

tersenyum

h) Nervus VIII (Acustikus), fungsi pendengaran pada telinga kanan

dan kiri normal, dan pasien dapat berjalan dengan lurus namun

dikarenakan sakit pasien hanya berbaring diatas tempat tidur

i) Nervus IX (Glossopharingeal), X (Vagus): pasien tidak

mengalami kesulitan saat menelan

j) Nervus XI (Accessorius): pasien dapat menggerakan leher,

kepala dan mengangkat bahu


65

k) Nervus XII (Hypoglosus): saat pasien berbicara dan menelan

gerakan lidah normal dan tidak terdapat kelainan pada lidah.

Posisi lidah normal

7) Sistem pencernaan

Gigi tampak bersih dan lengkap, tidak menggunakan gigi palsu,

tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir lembab, lidah tampak bersih,

saliva normal, tidak terdapat muntah. Pasien tidak mengalami diare,

peristaltik usus 15x/menit dan hepar tidak teraba.

8) Sistem perkemihan

Pasien melakukan buang air kecil tanpa alat bantu, warna kuning

jernih dan tidak memiliki keluhan sakit pinggang.

9) Sistem Integumen

Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat. Terdapat insisi

pembedahan pada perut bagian bawah sebelah kanan secara

horizontal dengan panjang ± 7 cm dalam keadaan bersih,

karakteristik luka masih basah. Kondisi daerah pemasangan infus

tampak bersih, keadaan rambut pada tangan baik dan rambut kepala

tampak merata.

10) Sistem muskuloskeletal

Pasien berbaring lemas diatas tempat tidur dan sesekali pasien

duduk, aktivitas makan dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dan

membersihkan diri (mandi) dibantu oleh keluarga, pasien dapat

berpindah posisi secara perlahan, pasien tampak meringis kesakitan


66

saat bergerak, tidak mengeluh sakit pada tulang atau sendi, tidak

memiliki kelainan bentuk tulang sendi dan struktur tulang belakang.

Keadaan tonus otot baik.

Kekuatan otot:

5 5

5 5

11) Sistem endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat ulkus

diabetikum.
67

h. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

Hari/Tanggal: Kamis, 28 April 2021

Tabel 2. Hasil pemeriksaan darah

No Parameter Satuan Hasil Normal Intepretasi


1 Hemoglobin g/dl 11 12-16 Menurun
2 Leukosit /mm3 6.100 4.300-10.000 Normal
3 Trombosit /mm3 328.000 150.00-400.00 Normal
4 Eritrosit jt/mm3 4,50 4,50-11,0 Normal
5 Hematokrit % 34,2 37-47 Menurun
6 Eosinofil % 0 1-2 Menurun
7 Basofil % 0 0-1 Normal
8 Staf/batang % 5 2-6 Normal
9 Segmen % 52 54-62 Menurun
10 Limfosit % 33 25-3 Meningkat
11 Monosit % 8 3-7 Meningkat
12 MCV FL 76,2 80,0-100,0 Menurun
13 MCH Pq 24,8 26,0-34.0 Menurun

14 MCHC gr/dl 32,7 31,0-35,5 Normal

15 RDW % 13,8 10,0-16,0 Normal

16 MPV FL 7,8 7,0-11,0 Normal

17 PDW % 15,4 10,0-18,0 Normal


68

i. Terapi

Tanggal 28 April 2021

1) IVFD RL : 20 tpm

2) Ciprofloxacin : 2x1 500 mg

3) Paracetamol : 2x1 500 gr

Tanggal 29 april – 2 mei 2021

1) Ringer Laktat : 20 tpm

2) Ceftriaxone : 3x1 vial (1000mg/IV)

3) Ketorolac : 3x1 ampul (30 mg/IV)

2. Klasifikasi Data
Tabel 3. Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengatakan lemas 1. Pasien tampak lemas
2. Pasien mengatakan merasa nyeri 2. Pasien tampak berbaring lemas
saat bergerak pada daerah perut diatas tempat tidur
bekas operasi 3. Pasien tampak gelisah
3. Pasien mengatakan rasanya 4. Pasien tampak meringis
seperti tertusuk-tusuk menahan nyeri saat bergerak
4. Pasien mengatakan nyeri pada 5. Pasien tampak sesekali
bagian perut sebelah kanan memegang perutnya karena
5. Pasien mengatakan ada luka nyeri
bekas post operasi 6. Terdapat luka bekas operasi
6. Pasien mengatakan luka secara horizontal dengan
operasinya sedikit perih panjang ± 7 cm
7. Karakteristik luka masih basah
8. Luka disekitar area yang
diperban tampak kemerahan
69

3. Analisa Data

Tabel 4. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Agen cidera fisik Nyeri akut
1. Pasien mengatakan (post apendiktomi)
P:
Pasien mengatakan
nyeri saat bergerak
pada daerah perut
bekas operasi.
Q:
Rasanya seperti
tertusuk-tusuk
R:
Nyeri pada bagian
perut sebelah kanan
S:
Skala nyeri 5
T:
Rasanya hilang
timbul selama 5
menit
2. Pasien mengatakan
lemas
DO:
1. Pasien tampak lemas
2. Pasien tampak pucat
3. Pasien tampak
meringis kesakitan
saat bergerak
4. Pasien tampak
sesekali memegang
perutnya
5. Pasien tampak
berbaring lemas
diatas tempat tidur
6. Pasien tampak
gelisah
7. Terdapat luka bekas
operasi secara
horizontal dengan
panjang ± 7 cm
70

DS: tempat insisi bedah. Kerusakan


1. Pasien mengatakan integritas kulit
terdapat luka operasi
yang diperban
DO:
1. Pasien tampak lemas
2. Terdapat luka bekas
operasi
3. Terdapat Luka bekas
operasi secara
horizontal dengan
panjang 7cm
Faktor resiko Kerentanan Resiko infeksi
1. Pasien mengatakan terhadap invasi
luka operasinya bakteri
sedikit perih
2. Terdapat Luka bekas
operasi secara
horizontal dengan
panjang 7cm
3. Karakteristik luka
masih basah
4. Luka disekitar area
yang diperban tampak
kemerahan
71

4. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : Nn D.K

No. Rekam Medik : 097 578

Ruangan/kelas : Ruang Rawat Gabriel Kamar 12 B

Tabel 5. prioritas diagnosa keperawatan


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL DITEMUKAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan 30 April 2021


agen cidera fisik (post
apendiktomi)
2. Kerusakan integritas kulit 30 April 2021
berhubungan dengan tempat
insisi bedah.
3. Resiko terhadap infeksi 30 April 2021
berhubungan dengan kerentanan
terhadap invasi bakteri
72

5. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : Nn D.K

Umur : 17 Thn

No. Rekam Medik : 097 578

Ruang Rawat : Ruang Rawat Gabriel Kamar 12 B

Diagnosa Medis : post apendiktomi

Tabel 6. Rencana asuhan keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah 1. Lakukan 1. Pengkajian Jumat, 30 April Jumat , 30 April
berhubungan dilakukan pengkajian yang 2021 2021
dengan agen cidera tindakan nyeri secara dilakukan Jam: 13.55 WIB Jam: 16.30 WIB
fisik (post keperawatan komprehensif membantu 1. Mengkaji S:
apendiktomi) 3x24 jam untuk nyeri secara 1. Pasien
Ditandai dengan: diharapkan nyeri menganalisa komprehensi mengatakan
DS: berkurang masalah f belum
1. Pasien Kriteria hasil: tentang nyeri Hasil: mampu
mengatakan 1. Mampu dan tindakan P: mengontrol
P: megontrol selanjutnya Pasien nyerinya
Pasien nyeri yang akan mengatakan 2. Pasien
mengatakan dilakukan merasa nyeri mengatakan
73

merasa nyeri 2. Pasien saat bergerak nyerinya


saat bergerak tampak pada daerah masih di
pada daerah rileks perut bekas skala 5
perut bekas 3. Skala nyeri operasi O:
operasi. berkurang 1- Q: kualitasnya 1. Pasien
Q: 3 seperti tertusuk- belum bisa
Rasanya seperti 4. Tanda-tanda tusuk mengontrol
tertusuk-tusuk. vital dalam R: nyerinya
R: batas didaerah perut 2. Pasien
Nyeri pada sebelah kanan tampak
bagian perut S: meringis
sebelah kanan. Skala nyeri 5 kesakitan
S: T: hilang timbul, menahan
Skala nyeri 5. lamanya ± 5 nyeri
T: menit 3. TD:120/80
Rasanya hilang mmHg
timbul lamanya Jam :14.00 WIB N: 72 x/m
selama 5 menit. 2. Observasi 2. Respon verbal 2. Mengobserv RR: 20 x/m
2. Pasien reaksi dapat menjadi asi reaksi S: 37, 2 ͦC
mengatakan nonverbal dari indikasi nonverbal A:
lemas. ketidaknyama tentang dari Masalah nyeri
DO: nan kondisi dan ketidaknyam akut belum
derajat nyeri anan teratasi
1. Pasien tampak yang Hasil: pasien
lemas dirasakan mengatakan P:
2. Pasien tampak merasa tidak Lanjutkan
pucat nyaman intervensi
dengan nyeri
74

3. Pasien tampak yang 1. Kaji nyeri


meringis dirasakan secara
kesakitan komprehensi
bergerak Jam: 14.10 WIB f
4. Pasien tampak 3. Observasi 3. Respon 3. Mengukur 2. Observasi
sesekali tanda-tanda autonomik tanda-tanda reaksi
memegang vital meliputi pada vital nonverbal
perutnya tekanan darah, Hasil: dan
5. Pasien tampak nadi, suhu dan TD:120/70 ketidaknyam
berbaring lemas pernafasan mmHg anan
diatas tempat yang N: 98 x/m 3. Observasi
tidur berhubungan RR: 21 x/m tanda-tanda
6. Pasien tampak dengan SB: 37, 0 ͦC vital
gelisah keluhan atau 4. Berikan
7. Terdapat luka penghilang posisi dan
bekas operasi nyeri lingkungan
secara yang nyaman
horizontal Jam:14.20 WIB 5. Ajarkan
dengan panjang 4. Berikan 4. Lingkungan 4. Memberikan teknik non
7 cm. lingkungan yang nyaman posisi farmakologis
yang nyaman dapat setengah seperti tekni
dapat membantu duduk dan relaksasi dan
mempengaruh merendahkan cahaya distraksi
i nyeri (seperti nyeri ruangan 6. Penatalaksan
ruangan, terang aan
pencahayaan Hasil: pemberian
dan pasien obat
kebisingan) mengatakan analgesik
75

merasa lebih
nyaman
dengan
lingkungan
nya

Jam :14.23
5. Ajarkan 5. Teknik ini 5. Mengajarkan
teknik non digunakan teknik
farmakologis untuk relaksasi
seperti tekni mengurangi dan distraksi
relaksasi dan atau seperti
distraksi mengontrol mengajarkan
saat nyeri teknik napas
timbul dalam dan
menyaranka
n hal yang
disukai
pasien
seperti
mendengark
an music
Hasil:
pasien
mengatakan
akan
mempraktik
kan teknik
76

relaksasi
seperti
latihan napas
dalam dan
dengan
mendengark
an musik
yang disukai

Jam: 14.28 WIB


6. penatalaksana 6. Pemberian 1. Penatalaksan
an medis terapi aan
pemberian analgesik pemberian
analgesik dapat analgesik
ketorolac 3x1 mengurangi ketorolac 1x
ampul/Iv kualitas nyeri 1 ampul (30
mg)/Iv
Hasil:
setelah
diberikan
injeksi tidak
terdapat
tanda-tanda
alergi
terhadap
obat
2. Kerusakan Tujuan : setelah 1. Anjurkan 1. Penggunaan Jumat 30 April Jumat , 30 April
integritas kulit dilakukan pasien untuk pakain longgar 2021 2021
77

berhubungan tindakan menggunakan bertujuan Jam: 14.30 WIB Jam: 16.40 WIB
dengan tempatkeperawatan pakaian untuk 1. Menganjurk S:
insisi bedah.selama 3x24 jam longgar mencegah an pasien1. Pasien
Ditandai dengan: diharapkan gesekan antara untuk mengatakan
DS: kerusakan luka dengan menggunaka akan
integritas kulit lingkunagn n pakaian melindungi
1. Pasien teratasi (pakaiaan yang longgar kulit dan
mengatakan Kriteria hasil: dikenakan) Hasil: mempertaha
terdapat 1. Integritas setelah nkan
luka operasi kulit yang dilakukan kelembapan
yang baik bisa edukasi kulit
diperban dipertahanka pasien 2. Pasien dan
DO: n. koperatif dan keluarga
2. Perfusi akan pasien
1. Pasien
jaringan baik menggunaka mengatakan
tampak
3. Menunjukan n pakain akan tetap
lemas
pemahaman longgar menjaga
2. Terdapat
dalam proses kebersihan
luka bekas
perbaikan Jam: 14.35 WIB kulit dan
operasi
kulit dan 2. Hindari 2. Kerutan pada 2. Menjelaskan mempertaha
3. Terdapat
mencegah kerutan pada tempat tidur kepada nkan kulit
luka bekas
terjadinya tempat tidur dapat pasien dan tetap kering
operasi
cedera menyebabkan keluarga O:
secara
berulang perlukaan pada untuk 1. Pasien dan
horizontal
4. Mampu kulit menghindari keluarga
dengan
melindungi kerutan pada sudah
panjang
kulit dan tempat tidur mampu
7cm
mempertaha Hasil: menunjukan
78

4. Karakteristi nkan pasien dan pemahaman


k luka kelembapan keluarga dalam proses
masih basah kulit dan mengatakan perbaikan
perawatan paham akan kulit dan
alami penjelasan mencegah
yang terjadinya
diberikan cedera
berulang
Jam :14.40
3. Jaga 3. Menjaga 3. Menjelaskan A:
kebersihan kebersihan kepada Masalah
kulit agar tetap kulit dan kulit pasien dan kerusakan
bersih dan tetap kering keluarga integritas kulit
kering mencegah untuk belum teratasi
adanya kuman menjaga
yang dapat kebersihan P:
menyebabkan kulit agar lanjutkan
infeksi pada tetap bersih intervensi
kulit ( luka) dan kering. 1. Hindari
Hasil: kerutan
pasien dan pada tempat
keluarga tidur
akan 2. Jaga
mengikuti kebersihan
anjuran yang kulit agar
diberikan tetap bersih
dan kering
Jam :14.43
79

4. Mobilisasi 4. Mencegah 4. Mobilisasi 3. Mobilisasi


pasien adanya pasien pasien
decubitus dengan cara 4. Monitor
merubah kulit adanya
posisi pasien kemerahan
Hasil:
pasien
dibantu
keluarga
untuk
mengubah
posisi yang
nyaman dan
aman untuk
pasien

Jam: 14.34WIB
5. Monitor kulit 5. Mencegah 5. Memonitor
adanya adanya kulit adanya
kemerahan kerusakan kemerahan
integritas kulit Hasil:
6. Lakukan 6. Perawatan adanya
perawatan luka luka yang baik kemerahan
dengan prinsip dapat disekitar
aseptik membantu luka
mencegah
terjadinya
infeksi.
80

3 Risiko terhadap Setelah Jumat, 30 April Jumat, 30 April


1.infeksi
. dilakukan 2021 2021
berhubungan
h tindakan Jam : 14.40 WIB Jam: 17.00 WIB
dengan
3 kerentanan keperawatan 3 x 1. Kaji tanda- 1. Melihat 1. Mengkaji S:
terhadap
3 invasi 24 jam tanda infeksi perkembangan tanda-tanda 1. pasien dan
bakteri
, diharapkan dari terapi infeksi pada keluarga
Faktor resiko resiko infeksi yang diberikan luka operasi pasien
1. Pasien pada pasien Hasil: mengatakan
mengatakan dapat teratasi Terdapat sudah
luka operasinya dengan kriteria kemerahan mengetahui
sedikit perih hasil : disekitar faktor resiko
2. Terdapat Luka 1. Mengetahui luka operasi infeksi
bekas operasi factor resiko O:
secara infeksi 1. pasien dan
horizontal 2. Klien bebas keluarga
dengan panjang dari tanda tampak
7cm dan gejala Jam: 14.55 WIB mengerti
3. Karakteristik infeksi 2. Anjurkan 2. Menurunkan 2. Menganjurk mengenai
luka masih 3. Menunjukan pasien untuk resiko infeksi an pasien faktor resiko
basah kemampuan selalu untuk selalu infeksi
4. Luka disekitar untuk menjaga menjaga A:
area yang mencegah kebersihan kebersihan Masalah resiko
diperban timbulnya diri diri infeksi belum
tampak infeksi Hasil: teratasi
kemerahan 4. Menunjukan pasien P:
perilaku mengatakan Lanjutkan
hidup sehat akan intervensi
mengikuti
81

anjuran yang 1. Kaji tanda-


diberiakn tanda infeksi
2. Anjurkan
Jam: 15.00 WIB pasien untuk
3. Anjurkan 3. Luka yang 3. Menganjurk selalu
klien untuk tertekan akan an pasien menjaga
tidak menyebabkan untuk tdak kebersihan
menekan aliran darah ke menekan diri
daerah luka luka akan daerah luka 3. Anjurkan
semakin parah Hasil: klien untuk
Pasien tidak
mengatakan menekan
mengerti dan daerah luka
akan 4. Ajarkan
memposisika pasien dan
n dirnya keluarga
senyaman tanda gejala
dan seaman infeksi
mungkin 5. Kolaborasi
pemberian
Jam: 15.10 WIB antibiotik
4. Ajarkan 4. Untuk 4. Menganjurk
pasien dan mencegah hal- an pasien
keluarga hal yang dapat dan keluarga
tanda gejala mengancam pasien untuk
infeksi infeksi mengetahui
tanda dan
82

gejala
infeksi
Hasil:
Pasien dan
keluarga
mengerti
akan
informasi
yang
diberikan

Jam : 15.23
5. penatalaksan 5. Pemberian 5. penatalaksan
aan medis terapi aan medis
pemberian antibiotik pemberian
antibiotik dapat antibiotik
mengurangi ceftriaxone
resiko infeksi 1x1 vial
(1000 mg)/Iv
Hasil:
Tidak
terdapat
tanda-tanda
alergi pada
obat yang
dimasukan
83

6. Catatan Perkembangan Hari I

Nama klien : Nn D.K

Umur : 17 Thn

Diagnosa medis : post apendiktomi

Hari/ Tanggal : Sabtu , 10 Mei 2018

Tabel 7. Catatan perkembangan hari ke I


No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Nyeri akut Hari/Tanggal: Sabtu , 1 Sabtu , 1 Mei 2021
berhubungan dengan Mei 2021 Jam: 13.00 WIB
agen cidera fisik (post Jam: 08.10. WIT S:
apendiktomi) 1. Mengkaji nyeri 1. Pasien
Ditandai dengan: secara komprehensif mengatakan
DS: Hasil: nyeri sedikit
1. Pasien mengatakan P: berkurang
P: Pasien mengatakan (skala nyeri 4 )
Pasien mengatakan merasa nyeri saat 2. Pasien sudah
masih merasa nyeri bergerak pada mampu
pada daerah perut daerah perut bekas mengontrol
bekas operasi operasi nyerinya
Q: Q: dengan cara
Rasanya seperti Kualitasnya seperti melakukan
rasa tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk teknik relaksasi
R: R: dan distrkasi
Nyeri pada bagian Di daerah perut sesuai anjuran
perut sebelah sebelah kanan yang diberikan
kanan S:
S: Skala nyeri 5 O:
Skala nyeri 5 (sedang) 1. Pasien tampak
T: T: meringis saat
Rasanya hilang Hilang timbul, nyeri dirasakan
timbul selama 3 lamanya ± 3 menit 2. Pasien tampak
menit melakukan
2. Pasien mengatakan teknik napas
masih merasa dalam dan
lemas. teknik distraksi
mendengarkan
musik
84

DO: 2. Megobservasi reaksi 3. TD: 120/80


1. Pasien tampak nonverbal dari mmHg
meringis menahan ketidaknyamanan N: 88 x/menit
nyeri Hasil: RR: 20 x/menit
2. Pasien tampak pasien mengatakan SB: 37,5 ͦC
sesekali memegang luka nya masih
perutnya karena terasa nyeri A:
nyeri Masalah nyeri akut
Jam:08 .20 WIT belum teratasi
3. Mengukur tanda- P:
tanda vital Lanjutkan
Hasil: intervensi 1,2,3,6
TD:120/80 mmHg
N: 78 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 5 ͦC

Jam : 08.35 WIT


4. Memberikan
lingkungan yang
nyaman dapat
mempengaruhi nyeri
(seperti ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan)
Hasil :
pasien mengatakan
lebih nyaman
dengan ruangan
yang terang

Jam :08.38
5. Mengajarkan teknik
non farmakologis
seperti teknik
relaksasi dan
distraksi
Hasil:
Pasien mengatakan
sudah melakukan
teknik nafas dalam
dan teknik distraksi
yaitu mengalihkan
nyeri dengan cara
mendengarkan
music kesukaanya
85

Jam : 10.10 WIT


6. Penatalaksanaan
pemberian analgesik
ketorolac 1x1 ampul
(30 mg)/Iv
Hasil:
Tidak terdapat
tanda-tanda alergi
pada obat yang
dimasukan.
2. Kerusakan integritas Sabtu , 1 Mei 2021 Sabtu, 1 Mei 2021
kulit berhubungan Jam: 08.50 WIB Jam: 13.10 WIB
dengan tempat insisi 1. Menganjurkan S:
bedah. pasien untuk 1. Pasien dan
Ditandai dengan: menggunakan keluarga
DS: pakaian longgar mengatakan
Hasil : akan mengikuti
1. Pasien Pasien sudah anjuran yang
mengatakan menggunakan diberikan
terdapat luka pakaian yang 2. Pasien
operasi yang longgar mengatakan
diperban keluarganya
2. Pasien Jam : 08.55 selalu
mengatakan 2. Hindari kerutan pada membantu
perban nya tempat tidur pasien untuk
belum diganti Hasil : selalu
DO: Pasien dan keluarga mengingatkan
pasien mengatakan untuk menjaga
1. Pasien tampak
akan selalu kebersihan luka
lemas
menghindari kerutan dan merubah
2. Terdapat luka
pada tempat tidur posisi pasien
bekas operasi
dan keluarga akan setiap 2 jam
3. Luka pasien
selalu mengawasi 3. Pasien
sepanjang 7cm
pasien mengatakan
4. Luka pasien
lebih nyaman
berbentuk
Jam : 09.10 ketika perban
horizontal
3. Menganjurkan nya di ganti
5. Perban tampak
pasien untuk O:
kotor
menjaga kebersihan 1. Pasien
6. Karakteristik
kulit agar tetap menunjukan
luka masih
bersih dan kering pemahaman
basah
Hasil: dalam proses
Pasien mengatakan perbaikan kulit
selalu menjaga dan mencegah
kebersihan luka terjadinya
cedera berulang
86

Jam : 09.15 2. Pasien tampak


4. Mobilisasi pasien rileks
Hasil : A:
Merubah posisi Masalah kerusakan
pasien setiap 2 jam integritas kulit
dan dibantu keluarga belum teratasi
pasien P:
Lanjutkan
Jam :09.20 intervensi 3,5,6
5. Memonitor kulit
adanya kemerahan
Hasil:
Terdapat kemerahan
disekitar luka pasien

Jam : 15.00
6. Melakukan
perawatan luka
pasien
Hasil :
Jahitan bekas operasi
tampak rapih, tidak
terdapat pendarahan
dan perban tampak
bersih
3 Resiko infeksi Sabtu, 1 Mei 2021 Sabtu, 1 Mei 2021
Ditandai dengan: Jam: 09. 30 WIB Jam: 15.20 WIB
Faktor resiko 1. Mengkaji tanda- S:
1. Pasien mengatakan tanda infeksi 1. Pasien
lukanya perih Hasil : mengtakan
2. Pasien mengatakan Terdapat kemerahan akan selalu
perbannya belum di sekitar area luka menjaga
diganti yang diperban kebersihan
3. Perban terlihat dirinya
kotor Jam : 09.40 2. Pasien
4. Tampak kemerahan 2. Menganjurkan mengatakan
disekitar area yang pasien untuk selalu mengerti
diperban menjaga kebersihan informasi yang
diri diberikan
Hasil : O:
Pasien mengatakan 1. Pasien dan
selalu menjaga keluarga sudah
kebersihan diri menunjukan
kemampuan
untuk
mencegah
87

Jam :09.55 timbulnya


3. Menganjurkan klien infeksi
untuk tidak 2. Pasien dan
menekan daerah keluarga sudah
luka menunjukan
Hasil perilaku hidup
Pasien mengatakan sehat
sudah mengikuti A:
anjuran yang Masalah resiko
diberikan infeksi belum
teratasi
Jam : 10.05
4. Mengajarkan pasien P:
dan keluarga tanda lanjutkan intervensi
gejala infeksiHasil 1,5
Pasien dan keluarga
mengerti akan
anjuran yang
diberikan

Jam 10.10
5. penatalaksanaan
medis pemberian
antibiotik
ceftriaxone 1x1 vial
(1000 mg)/Iv
Hasil :
Tidak terdapat
tanda-tanda alergi
pada obat yang
dimasukan
88

7. Catatan Perkembangan Hari Ke-II

Nama klien : Nn D.K

Umur : 17 Thn

Diagnosa medis : Post apendiktomi

Hari/ Tanggal : Minggu, 2 Mei 2021

Tabel 8. Catatan perkembangan hari ke II

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Nyeri akut Hari/Tanggal: Minggu , 2 Mei 2021
berhubungan dengan Minggu, 2 Mei 2021 Jam: 10.30 WIB
agen cidera fisik (post Jam: 07:30 WIT S:
apendiktomi) 1. Mengkaji nyeri 1. Pasien
Ditandai dengan: secara mengatakan
DS: komprehensif sudah mampu
1. Pasien Hasil: megontrol nyeri
mengatakan nyeri P: 2. Pasien
yang dirasakan Pasien mengatakan
sudah berkurang mengatakan nyeri berkurang
2. Nyeri yang merasa nyeri saat O:
dirasakan hilang bergerak pada 1. Pasien tampak
timbul, lamanya daerah perut bekas rileks
±3 menit operasi 2. Skala nyeri
DO: Q: berkurang 3
1. Ekspresi wajah Kualitasnya 3. Tanda-tanda
pasien tampak seperti tertusuk- vital sudah
meringis menahan tusuk dalam batas
nyeri R:
2. Terdapat luka Di daerah perut A:
operasi tertutup sebelah kanan Masalah nyeri akut
kasa bawah teratasi
S: P:
Skala nyeri 4 hentikan intervensi
(sedang)
T:
Hilang timbul,
lamanya ± 3 menit
89

Jam 07:35
2. Megobservasi
reaksi nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Hasil:
pasien
mengatakan
merasa tidak
nyaman dengan
nyeri yang
dirasakan

Jam: 07.45 WIB


3. Mengukur tanda-
tanda vital
Hasil:
TD:120/80 mmHg
N: 90 x/menit
RR: 20 x/menit
SB: 37, 0 ͦC

Jam: 09.30
4. Penatalaksanaan
pemberian
analgesik
ketorolac 1x1
ampul (30 mg)/Iv
Hasil:
Tidak terdapat
tanda-tanda alergi
pada obat yang
dimasukan
2. Kerusakan integritas Hari/Tanggal: Hari/Tanggal:
kulit berhubungan Minggu, 2 Mei 2021 Minggu, 2 Mei 2021
dengan tempat insiasi Jam: 08.10 WIB Jam: 10.38 WIB
bedah. 1. Menganjurkan S:
Ditandai dengan: pasien untuk 1. Pasien dan
DS: menjaga keluarga Pasien
kebersihan kulit mengatakan
1. Pasien agar tetap bersih selalu menjaga
mengatakan dan kering selama kebersihan kulit
terdapat luka di rumah . agar tetap bersih
operasi yang Hasil: dan kering
diperban Pasien selama dirumah
mengatakan selalu sakit ataupun
90

menjaga saat pulang


DO: kebersihan kulit kerumah nanti.
agar tetap bersih 2. Pasien dan
1. Terdapat luka dan kering selama keluarga pasien
bekas operasi dirumah sakit mengatakan
2. Luka pasien ataupun saat akan mengikuti
sepanjang 7cm pulang kerumah anjuran yang
3. Luka pasien diberikan.
berbentuk Jam :08.20 O:
horizontal 2. Memonitor kulit 1. Integritas kulit
adanya kemerahan yang baik bisa
Hasil : dipertahankan,
kemerahan 2. Perfusi jaringan
disekitar area luka baik, kasa rapih,
sudah mulai bersih dan
memudar
kemerahan
jam : 09.33 sekitar luka
3. Menganjurkan pasien memudar
keluarga dan 3. Pasien sudah
pasien rajin menunjukan
mengontrol dan pemahaman
melakukan dalam proses
perawatan luka. perbaikan kulit
Hasil dan mencegah
Keluarga dan terjadinya cedera
pasien berulang
mengatakan akan A:
mengontrol luka Masalah kerusakan
pasien integritas kulit teratasi
P:
Hentikan intervensi
intervensi

3. Resiko infeksi Hari/tanggal: Minggu, Hari/Tanggal: Minggu


Ditandai dengan: 2 Mei 2021 , 2 Mei 2021
Faktor resiko: Jam : 09.00 Jam: 10.45 WIB
1. Pasien 1. Mengkaji tanda- S:
mengatakan luka tanda infeksi 1. Pasien dan
bekas operasinya Hasil : keluarga
sudah tidak perih Kemerahan pada mengatakan
2. Perban terlihat luka bekas sudah
bersih operasi sudah mengetahui
memudar
Jam: 09.30
91

2. Penatalaksanaan factor resiko


pemberian infeksi
antibiotik
ceftriaxone 1x1 2. Pasien dan
vial (1000mg)/Iv keluarga
Hasil: mengatakan
Tidak terdapat sudah dapat
tanda-tanda alergi mengetahui
pada obat yang mencegah
dimasukan timbulnya
infeksi dan
Jam: 09.35 keluarga akan
3. Menganjurkan
menerapkan
pasien untuk
perilaku hidup
selalu menjaga
kebersihan diri sehat dan
selama dirumah bersih saat
dirumah.
Hasil :
O:
Pasien 1. Pasien sudah
mengatakan akan menunjukan
selalu menjaga kemampuan
kebersihan diri untuk
saat dirumah mencegah
Jam :09.40 infeksi
2. Pasien sudah
4. Menganjurkan mampu
klien untuk tidak menunjukan
menekan daerah perilaku hidup
luka selama sehat.
perawatan luka 3. Klien bebas
dirumah dari tanda dan
Hasil: gejala infeksi
Pasien ditandai
mengatakan akan dengan
mengikuti saran kemerahan
yang diberikan disekitar luka
pasien
memudar,
jahitan rapih
dan bersih.
A:
Masalah Resiko
infeksi teratasi
P:
Hentikan intervensi
92

B. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan

kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Dari hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada

Nn D.K Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman : Nyeri Akut Akibat Post

appendiktomi Di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Kamar 12 B Rumah Sakit

Bunda Pengharapan Merauke dari tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 2021,

didapatkan persamaan maupun perbedaan antara teori dan kasus di lapangan.

Kesenjangan antara teori dan kasus yang penulis dapatkan akan dibahas

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pada teori Bab II halaman 36, menurut Barrah & Juahar, 2013 dalam

Triyani, 2020 pengkajian pada pasien dengan post apendiktomi ditemukan

data yaitu pasien akan mengalami keluhan nyeri pada luka post operasi,

pada pemeriksaan integument didapatkan luka post operasi serta, turgor

kulit menurun pada pemeriksaan pencernaan biasanya ditemukan adanya

mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus karena puasa dan

konstipasi.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Nn. D.K pada tanggal 30

April 2021 ditemukan beberapa data pengkajian yang sesuai dengan teori

yaitu: pasien mengalami keluhan nyeri pada luka post operasi, dan luka post

operasi.
93

Kesenjangan data pada hasil pengkajian yaitu pasien tidak

mengalami penurunan turgor kulit dan tidak ditemukan adanya keluhan

mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus karena puasa dan

konstipasi, karena pada saat melakukan pengkajian pasien sudah pada tahap

hari ke 2 post apendiktomi dan efek dari anastesi sudah menghilang oleh

karena itu tidak ditemukan nya gejala tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari data yang ditemukan terdapat 3 diagnosa keperawatan yang ada

di teori dan ditemukan di kasus yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiktomi)

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah.

c. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap invasi

bakteri.

Namun, terdapat 3 diagnosa yang terdapat di teori namun tidak di

temukan di kasus yaitu:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan

control kepatenan jalan napas (lidah), penurunan control batuk efektif

dan muntah efek sekunder anastesi efek depresan dari agen anastesi.

Masalah ini tidak ditemukan karena tidak ada data yang mendukung

diagnosa yaitu, pada saat pengkajian pasien sudah pada tahap hari ke 2

post operasi sehingga efek depresan dari agen anastesi sudah

menghilang, sehingga diagnosa Jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan penurunan control kepatenan jalan napas (lidah), penurunan


94

control batuk efektif dan muntah efek sekunder anastesi efek depresan

dari agen anastesi tidak bisa ditegakan.

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kondisi pasca anastesi

Masalah ini tidak ditemukan karena tidak ada data yang mendukung

diagnosa, yaitu pasien tidak mengalami penurunan control pernapasan

dan efek dari anastesi sudah menghilang sehingga diagnosa

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kondisi pasca anastesi

tidak bisa di tegakkan.

c. Ansietas berhubungan dengan prosedur pasca operasi

Masalah ini tidak ditemukan karena tidak ada data yang mendukung

diagnosa yaitu, pada saat pengkajian pasien tidak merasakan kecemasan,

sehingga diagnosa kecemasan berhubungan dengan pasca operasi tidak

bisa ditegakkan.

3. Intervensi

Penulis menyusun perencanaan perawatan ini disesuaikan dengan

kebutuhan pasien dan kondisi pasien, serta tujuan yang telah ditetapkan

berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada saat melakukan

praktek klinik dengan kasus asuhan keperawatan pada Nn. D.K, adapun

perencanaan yang penulis tetapkan pada setiap diagnosa yaitu semuanya

sesuai dengan teori :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post apendiktomi)

terdapat 6 intervensi pada teori dan sesuai dengan yang penulis gunakan

pada kasus.
95

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah

terdapat 6 intervensi pada teori dan sesuai dengan yang penulis gunakan

pada kasus.

c. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap

invasi bakteri, terdapat 5 intervensi pada teori dan sesuai dengan yang

penulis gunakan pada kasus.

Pada perencanaan tindakan keperawatan, dari 3 diagnosa

keperawatan yang muncul pada kasus, intervensi yang penulis gunakan

semuanya sesuai dengan teori.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

berdasarkan intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang sudah

dibuat. Penulis melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang ada

pada tinjauan teori.

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiktomi),

penulis menetapkan 6 intervensi dan penulis dapat melakukan semua

intervensi tersebut.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah,

penulis menetapkan 6 intervensi dan penulis dapat melakukan semua

intervensi tersebut namun, pada hari pertama penulis tidak melakukan

intervensi ke 6 yaitu perawatan luka karena pada saat dilakukan

pengkajian luka post operasi pasien tampak bersih dan belum adanya

jadwal untuk mengganti balutan luka pada pasien dan pada catatan
96

perkembangan kedua perawatan luka tidak dilakukan karena sudah

dilakukan oleh perawat shift malam dan pasien dinyatakan pulang oleh

dokter pada jam 11.00 WIB.

c. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap

invasi bakteri, penulis menetapkan 5 intervensi dan penulis dapat

melakukan semua intervensi tersebut.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses pemberian asuhan

keperawatan dan merupakan suatu hasil di semua perencanaan yang telah

dilakukan. Evaluasi menentukan apakah tujuan tercapai atau tidak. Pada

tahap ini penulis mengevaluasi pelaksanaan keperawatan yang telah

diberikan pada pasien selama 3 hari dari tanggal 30 April – 2 Mei 2021 dari

tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus dapat teratasi

seluruhnya:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiktomi),

karena pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3

(ringan), pasien dapat mengontrol rasa nyeri dengan teknik relaksasi

dan distraksi dan pasien mengatakan merasa nyaman setelah nyeri

berkurang.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah,

karena luka pada pasien sudah membaik dan pasien sudah dapat

menjaga luka bekas operasinya agar tetap kering.


97

c. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap

invasi bakteri, karena pasien sudah mampu menunjukan kemampuan

untuk mencegah infeksi dan kemerahan pada luka bekas operasi sudah

memudar.

6. Faktor pendukung dan penghambat

a. Faktor pendukung

1) Pasien dan keluarga kooperatif dengan perawat dan tim kesehatan

yang lainnya

2) Keluarga dapat menerima dan bekerja sama dengan perawat dalam

melakukan tindakan keperawatan yang menunjang proses

kesembuhan pasien

3) Adanya dukungan dan bantuan dari perawat dan tim medis di

ruangan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

4) Adanya partisipasi, dukungan, dan bimbingan dari teman sejawat

dan pembimbing lahan praktek serta pembimbing institusi dalam

membimbimg mahasiswa pada waktu melakukan praktek dalam

pengambilan kasus.

b. Faktor Penghambat

1) Kurangnya data rekam medik pasien di ruangan sehingga penulis

mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data-data pasien.

2) Keterbatasan referensi dan sumber buku yang baru mengenai kasus

yang ditangani.
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian dari tiap bab yang telah dikemukakan sebelumnya,

penulis dalam melakukan penerapan proses pemberian asuhan keperawatan yang

diberikan pada Nn D.K dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat

Post op apendiktomi Di Ruang Bedah Gabriel kamar 12 Rumah Sakit Bunda

Pengharapan tanggal 30 Mei sampai 2 Mei 2021, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan yaitu:

A. Simpulan

1. peneliti sudah mampu melakukan pengkajian terhadap pasien post

apendiktomi hari ke 2 di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit

Bunda Pengharapan Merauke

2. peneliti sudah mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post

apendiktomi hari ke 2 di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit

Bunda Pengharapan Merauke.

3. peneliti sudah mampu menetapkan klasifikasi dan analisa data pada pasien

dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post

apendiktomi hari ke 2 di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit

Bunda Pengharapan Merauke.

4. peneliti sudah mampu melakukan intervensi asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post

98
99

apendiktomi hari ke 2 di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit

Bunda Pengharapan Merauke.

5. Peneliti mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post apendiktomi hari ke 2 di

Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda Pengharapan

Merauke.

6. Peneliti mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan

kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post apendiktomi hari ke 2 di

Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda Pengharapan

Merauke.

7. Peneliti mampu melakukan pendokumentasian secara menyeluruh pada

pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post

apendiktomi hari ke 2 di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit

Bunda Pengharapan Merauke.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk meningkatkan pengetahuan kepada mahasiswa dan

diharapkan dapat menambah jumlah buku di perpustakaan prodi DIII

keperawatan, buku pengetahuan tentang post apendiktomi sehingga

mahasiswa dapat mengetahui tentang post apendiktomi .


100

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

a. Perawatan tidak kalah pentingnya dari pengobatan, oleh karena itu perlu

diberi penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya

perawatan yang intensif bagi pasien.

b. Untuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya proses

keperawatan senantiasa diterapkan dan dilaksanakan secara

berkesinambungan mengingat angka penyakit ini terus-menerus

bertambah setiap tahunnya dan merupakan salah satu penyakit yang

berbahaya jika tidak ditangani dengan baik.

3. Bagi penulis

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat dijadikan sebagai

referensi pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan peneliti

dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan

gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post apendiktomi.


101

DAFTAR PUSTAKA

Aprizal, R., 2019. Asuhan keperawatan pada pasien post appendiktomi dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (internet).
Http://repositoru.poltekeskdi.ac.id/742/1/KTI%20REONALDI%20AFRIZ
AL.pdf, diakses pada tanggal 6 mei 2021

Cahyani, NLA., 2019. Konsep dasar post apendiktomi dengan nyeri akut (internet).
http://repoistory.poltekkes-denpasar.ac.id/2186/3/BAB%20II.pdf

Cahyati, NPO., 2017. Upaya penurunan nyeri pada pasien dengan post
apendiktomi(internet).
https://eprints.ums.ac.id/52290/5/.NASKAH%20PUBLIKASI.pdf, diakses
pada 8 mei 2021

Carmen G. Loiselle et al., 2010, metodologi penelitian kesehatan, edisi 2. I kethut


swarjana. 2015, Yogyakarta. 49

Depkes, 2012. Insidensi apendiktomi indonesia

Dinarti., Mulyanti, Y., 2017. Dokumentasi keperawatan (internet).


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/PRAKTIKA-DOKUMEN-KEPERAWATAN-
DAFIS.pdf, diakses 11 mei 2021

Elma, RA., 2018. Post apendiktomi (internet).


http://epirints.poltekesjogja.ac.id/1410/4/BAB%20II.pdf, diakses pada
tanggal 6 mei 2021

Fatimah, NA., 2020. Metode penelitian (internet).


https://eprints.poltekesjogja.ac.id/2335/4/BAB%20III.pdf, diakses 16 mei
2021

Khoirunisa, 2017. Asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebuthan dasar


gangguan rasa nyaman: nyeri pada post op apendiktomi (internet),
http://repositori.usus.ac.id/bitstream/handle/seguence=1&allowed, diakses
pada tanggal 11 mei 2021

Manurung, N., 2018. Keperawatan Medikal Bedah. Trans Info Media, Jakarta

Mustikawati, 2017. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Trans Info Media,
Jakarta

Mutaqqin, A., Sari, K., 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif: konsep, proses
dan aplikasi. Salemba Medika, Jakarta
102

Nasution, FC., 2017. Asuhan keperawatan dengan prioritas masalah gangguan


rasa nyaman nyeri (internet).
http://repositori.usu.ac.od/bitsream/handle/.123456789/2547/132500064.p
df?sequence=1&isAllowe=y

Nurarif, A.H., Kusuma, H., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Nanda Nic-Noc. Mediacti on, jilid 1, Jogjakarta

Nursalam, 2008, konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan,


Jakarta. 91-92

Nusantara, MWM., Anugrahanti, WW., Wibowo., 2019. Asuhan keperawatan pada


klien dewasa dengan post apendiktomi dengan masalah nyeri akut
(internet).
http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/255/4/STIkesPW_Muchamad%20
wahyu%mahendra%20Nusantara_Manuscript.pdf, diakses pada tanggal 6
mei 2021

Nuryana, FR., 2019. Metode penelitian (internet).


http://repositori.unsil.ac.id/10647BAB%203.pdf), diakses pada tanggal 16
mei 2021

Paso, BA., 2020. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan
apendiksitis pada masyarakat (internet).
http://repository.ucb.ac.id/703/1/SKRIPSI-AMBROS20B.PASO-
161111002.pdf, diakses pada tanggal 8 mei 2021

Pearce, E., 2008. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta

Rahmat, S.P, 2009. Metode dokumen. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta :


Rineke Cipta Notoatmodjo 2018.

Rinawati, P., 2018. Proses keperawatan (internet).


https://repository.unimus.ac.id/2026/6/BAB%20II.pdf, diakses 11 mei
2021

Rukajat, 2018, pendekatan penelitian kuantitatif quantitative research approach,


Yogyakarta. 20-21

Sinta, 2016. Definisi nyeri (internet).


http://sinta.unand.ac.id/uploads/dokumen_dir/7e5f8c7dc84bo122dace7291
6.pdf

Shopia,A. (2020). Perbandingan kadar leukosit darah pada pasien appendiksitis


akut dan appendiksitis perforasi (internet). Vol. 7. No. 3
www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/articel/downlod/3134/p
df, diakses pada tanggal 5 mei 2021
103

Sinulingga, BS., 2019. Evaluasi pelaksanaan sistem pemberian asuhan


keperawatan pada pasien di rumah sakit (internet).
htpps://osf.io/f9t8z/download/?format=pdf, diakses 16 mei 2021

Siyoto, 2015, dasar metodologi penelitian, Yogyakarta. 27-63

Syanidawaty, 2020. Data primer (internet). https://raharja.ac.id/2020/11/08/data-


primer/, diakses 16 mei 2021

Triyani, 2020. Konsep apendiksitis (internet)


http://eprints.umpo.ac.id/6137/3/BAB%20.pdf

Ulfa, NN., 2011. Nyeri akut (internet).


http://eprints.undip.ac.id?44859/3/Nurulnisaulfa_22010110110077_bab2kt
i.pdf

Waisani,S. (2020). penurunan intensitas skala nyeri pasien appendiks post


apendiktomi menggunakan teknik relaksasi benson (internet). Vol. 1. No. 1,
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/nersmuda/articel/download/5488/pdf,
diakses pada tanggal 6 mei 2021

Wijaya, S.A., Putri, M.Y., 2015. Keperawatan Medikal Bedah 1. Nuha medika,
Yogyakarta

Wilkinson, M.J., 2016. Diagnosis keperawatan. EGC, edisi 10, jakarta

Yudi, T., 2019. Fisiologi pencernaan manusia (internet).


https://id.scribd.com/doc/89990644/Fisiologi-Pencernaan-Manusia,
diakses pada tanggal 9 mei 2021
104

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fenindi Mahardika Putri

Tempat Tanggal Lahir: Merauke, 17 juli 2000

Alamat : Jln semangga jaya

Penulis merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, anak dari bapak Tonya dan ibu
Warni serta mempunyai 2 kakak bernama Novi Kusumawati dan Alm. Lili
Widiastuti. Penulis memulai pendidikan dari TK Al-hidayah semangga 1 tahun
2005-2006, dan melanjutkan pendidikan di SD Inpres semangga tahun 2006-2012
dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Merauke tahun 2012-2015, dan
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Merauke tahun 2015-2017 dan tahun
2018-2021 melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Program Studi Diploma III
Keperawatan Merauke.
105

DAFTAR SINGKATAN
a. BB : Berat Badan
b. CRT : Capillary Refill Time
c. DEPKES : Departemen Kesehatan
d. GCS : Glasglow Coma Scale
e. IFVD : Intravenus Fluid Drops
f. IV : Intravena
g. MCH : Mean Corpuscular Volume
h. MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
i. mmHg : milimeter mercury Hydrargyrum
j. MPV : Mean Platelet Volume
k. O2 : Oksigen
l. PH : Power Of Hydrogen
m. PDW : Platelet Distribution Width
n. RL : Ringer Laktat
o. RR : Pernafasan
p. SB : Suhu Badan
q. RDW : Red Cell Distribution Width
r. TB : Tinggi Badan
s. TD : Tekanan Darah
t. TTV : Tanda Tanda Vital
u. TIK : Tekanan Intrakarnial
v. WHO : Word Health Organization
106

INFORMED CONSENT

(PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan
oleh Fenindi Mahardika Putri dengan judul Asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri akut akibat post apendiktomi hari
ke-2 di Ruang Perawatan Bedah Gabriel Rumah Sakit Bunda Pengharapan
Merauke.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.

Merauke, Mei 2021

Penulis Responden

Fenindi Mahardika Putri Dafrosa


107
108
109
110
111
112
113

Anda mungkin juga menyukai