Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Khairiah

Kelas : A pagi

Nim : 312310119

Makul: menulis kreatif

My Hero

Aku, mempunyai seorang super Hero di keluarga ku Yaitu, ayahku.

Sedikit cerita tentang Ayahku, dia orangnya baik hati, pekerja keras, murah senyum, harmonis,
bertanggung jawab, dan yang terpenting Aku anak kesayangannya.

Pada siang hari pukul 11:00 WIB di rumah yang sangat sederhana, terjadilah masalah kecil antara aku
dan ibuku hanya karena aku tidak membantunya memasak makan siang.

“Mimi, kamu ini cuman beresin Rumah saja!” ucap ibuku dengan nada yang jengkel.

“Maaf Bu, aku ketiduran,” jawabku.

“Kamu ini, jam 9 udah tidur aja kerjaannya,” ucap ibu jengkel.

Di saat aku diam dan tidak menjawab, tiba-tiba saja ayahku datang memenangkan ku, dia
mengatakan, “Jangan marahin anak saya, dia juga tadi mengerjakan pekerjaan rumah bukan?” ucap
ayahku

“Kamu menangi aja dia terus, nanti kalau dia enggak bisa masak, gimana.?” ucap ibuku

“Nanti juga bisa masak belajar pelan-pelan.” Ucap ayahku.

“terserahmu saja, anak kesayangannya mu emang manja”. Ucap ibu ku

“bukan mau menghakimi mu, tapi untuk masalah masak, kita bisa kerja sama bukan, biar cepat
selesai”. ucap ayah ku.

“Iya, Bener juga”. ucap ibuku.

Pada saat itu., aku hanya diam dan tersenyum melihat tingkah laku orang tuaku, apalagi ibu dengan
muka cemberutnya yang tidak bisa dikondisikan.

Dengan keahlian ayah ku dia menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk memasak
makanan yang sederhana namun sangat berharga, karena ayahku itu jarang sekali memasak apalagi
hanya untuk memenangiku biar aku tidak dimarahin ibuku

Saat aku melihat ayah memasak, ayah juga melihat ku dengan senyum indahnya dia mengatakan.

“Mi, sini kita belajar masak” ucap ayah ku

“emangnya, mau masak apa ayah?”. Jawabku

“Masak sambal udang pedas manis” ucap ayah ku

“Wah, kayaknya enak nih?” ucapku dengan begitu gembira

“enak dong, siapa dulu yang masak” jawab ayahku dengan senyum manisnya
Tak terasa kami berdua memasak dan belajar begitu gembira dan menyenangkan, ayahku
mengajarkan dengan pelan dan mudah dipahami gimana cara memasak sambal udang yang enak
dan benar.

Selesai kami masak, langsung saja, kamu sajikan di meja makan dengan beberapa lauk dan pauk. Ibu
ku saat itu juga datang dari arah belakang rumah dan menuju kearah kami dia mengatakan.

“siapa yang masak sambal udang ini?” dengan melihat kami berdua yang sedang diam seribu bahasa.
”kenapa kalian berdua diam?” ucap ibu ku dengan nada kesalnya.

Ayah pun menjawab dengan senyum “itu kami berdua yang masak” jawab ayahku.

“Aku tidak percaya Mimi membantumu memasak makanan ini?” ucap ibu dengan keraguan atas apa
yang dikatakan ayah padanya.

“kenapa, kamu tidak percaya dengan anakmu” tanya ayahku

“karna, aku tidak melihatnya membantumu” ucap ibuku

“melakukan sesuatu tidak perlu disebarkan atau diabadikan?” Ucap ayah ku dengan pelan agar ibuku
mengerti apa yang dia sampaikan.

“maksud aku begini sayang, contoh nya masa kamu setiap melakukan ibadah harus kamu umbar,
bahwa kamu sudah melakukan itu” ucap ayahku melanjutkan.

“tapikan...” ucap ibu dengan kesedihan nya.

“jangan pernah menilai orang dari luarnya saja sayang, apalagi berburuk sangka kepada orang lain
itu tidak boleh.” Jawab ayahku dengan senyum dan sedikit tertawa

“Ayo ibu, ayah kita makan bersama, Mimi sudah siapin semuanya.” Ucapku dengan gembira.

Mereka berdua sama-sama mengatakan “ayo kita makan” ucap mereka berdua sambil berpelukan.

Disaat itu juga, aku menyadari bahwa aku bangga mempunyai orang tua seperti mereka yang selalu
support system, memberi semangat, harmonis dan yang penting adalah mereka berdua menyayangi
anak-anaknya.

Anda mungkin juga menyukai