Anda di halaman 1dari 8

KORELASI PENUNDAAN WAKTU PENGOLAHAN SETELAH DIPANEN TERHADAP

KUALITAS CPO SAWIT

Muthiya Purnama Sari1, Dinah Cherie2, Khandra Fahmy2


1
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau Manis-Padang 25163
2
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau Manis-Padang 25163
Email: muthiyapurnamasari@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia menjadi negara produsen konsumen serta eksportir Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Kualitas CPO
sangat berpengaruh terhadap kualitas produk turunan yang dihasilkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas CPO adalah
penundaan waktu pengolahan setelah dipanen. Saat diolah diwaktu yang tepat tandan buah segar (TBS) sawit akan menghasilkan
minyak dengan kualitas yang baik. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kualitas CPO berupa kandungan minyak, asam lemak
bebas, DOBI serta karoten berdasarkan waktu penundaan perebusan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan korelasi penundaan
waktu pengolahan setelah dipanen terhadap kualitas CPO (kandungan minyak, ALB, DOBI dan Karoten) menentukan pengaruh
penundaan waktu pengolahan setelah dipanen, serta menentukan waktu penundaan maksimal agar kualitas CPO tetap terjaga.
Penelitian ini dilakukan di perkebunan milik Perseroan Terbatas Karya Agung Megah Utama (PT. KAMU) dan Laboratorium
Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Andalas. Sampel yang digunakan adalah TBS sawit dengan tingkat kematangan 180 HSP. Sampel tersebut
dilakukan penundaan waktu pengolahan setelah dipanen selama 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Selanjutnya dilakukan
pengujian kandungan minyak, ALB, DOBI dan Karoten. Kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan Sofware SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan penundaan waktu pengolahan memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap kualitas ALB dan
berpengaruh sebesar 87 % terhadap mutu ALB. Waktu penundaan maksimal untuk mempertahankan kualitas ALB adalah 36 jam
setelah pemanenan, serta 12 jam untuk mempertahankan kualitas DOBI dan Karoten.

Kata kunci : ALB, DOBI, CPO, TBS, Karoten, Sawit, Kandungan Minyak.

I. PENDAHULUAN kadar asam lemak bebas (ALB) maksimal 5%, kadar air dan
kotoran maksimal 0,5 % (BSN 2006). Selain parameter dalam
1.1 Latar Belakang
SNI tersebut ada parameter lain yang dipakai dalam
Indonesia menjadi negara produsen, konsumen, serta memastikan kualitas CPO yaitu deterioration of bleachaibility
eksportir Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Jumlah index (DOBI) dan kadar beta karoten (Rohani 2006). Kualitas
produksi minyak kelapa sawit di Indonesia mengalami minyak yang baik dapat dicapai dengan melakukan pengolahan
peningkatan setiap tahun bahkan mencapai 100 % lebih dalam yang baik dan benar.
kurun waktu 10 tahun terakhir, ditahun 2021 produksi minyak Menurut Fauzi (2007) waktu panen buah sawit
sawit mencapai 45,1 juta ton dimana pada tahun 2009 masih sebaiknya dilakukan ketika kandungan minyak maksimal dan
sekitar 21,3 juta ton. Sementara jumlah konsumsi CPO juga kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) minimal. Kematangan
semakin meningkat sejak tahun 2005 dari 4,05 juta ton hingga buah saat dipanen, pemeliharaan tanaman, teknik budidaya,
11,07 juta ton di tahun 2017. Luas lahan produksi minyak dan penanganan pasca panen mempengaruhi kualitas TBS.
sawit Indonesia per tahun 2020 mencapai 14,5 hektar dan Tandan Buah Sawit (TBS) dipanen ketika kematangan buah
terus mengalami peningkatan di tahun berikutnya (BPS, 2021). terjangkau, hal ini dilihat paling tidak terlepasnya satu
Tanaman kelapa sawit menjadi komoditi perkebunan brondolan buah sawit/kg. Berdasarkan ukurannya diharapkan
yang banyak diusahakan di kelola petani perkebun maupun kandungan minyak TBS dalam keadaan optimal dan
skala industri baik negri maupun swasta. Hasil panen utama kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah.
dari kelapa sawit adalah buahnya yang disebut Tandan Buah (Adiputra, 2003).
Segar (TBS). Proses pemanenan TBS di lapangan menjadi Kandungan asam lemak bebas (ALB), DOBI dan
kegiatan penting yang harus diperhatikan sebagai usaha karoten sangat dipengaruhi oleh waktu pemanenan. Jika
penaikan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. dilakukan pemanenan buah dengan keadaan yang sudah lewat
Kelapa sawit yang telah diolah dapat menghasilkan matang, maka kandungan ALB minyak sawit memiliki
minyak nabati berupa minyak sawit atau CPO (Crude Palm persentase yang tinggi, nilai DOBI dan karoten yang rendah.
Oil) berwarna kuning dan PKO (Palm Kernel Oil) berwarna Sebaliknya apabila pemanenan dilaksankan pada kondisi
jernih. CPO dan PKO dapat dimanfaatkan untuk berbagai belum matang, persentase ALB yang terkandung akan sangat
macam olahan seperti bahan baku industri sabun sebagai bahan rendah, nilai DOBI dan karoten yang tinggi, serta rendemen
pembuat busa, industri tekstil, industri baja sebagai bahan minyak diperoleh juga rendah (Purba, 2017).
pelumas, kosmetik, bahan bakuin dustri pangan seperti minyak Pemanenan umumnya dilakukan ketika fraksi
goreng dan margarin, serta sebagai bahan bakar alternatif kematangan 2 dan 3 (kriteria matang) atau sekitar 180 HSP
(Sastrosayono, 2008). dengan tujuan agar nilai ALB rendah, nilai DOBI, karoten dan
Indonesia memiliki standar mutu yang digunakan untuk kadar minyak yang lebih tinggi. Hasil observasi menunjukkan
menentukan kualitas CPO yang akan diperdagangkan dengan bahwa tingkat kematangan optimum terjadi pada TBS pada
tujuan ekspor maupun tujuan domestik. Adapun standar tingkat kematangan 171-190 HSP (Fauziah, 2020). Buah
nasionalnya berupa SNI 01-2901-2006 yang berisi standar dengan tingkat kematangan fraksi 4 dan 5 mengandung
1
rendemen minyak yang terbilang tinggi namun pada kadar kapasitasnya,sehingga terjadi penimbunan dan penumpukan
ALB yang tinggi pula sedangkan standar mutu kadar asam TBS. Penimbunan tersebut membuat kualitas CPO menurun.
lemak bebas maksimal 5% (Pahan, 2006). Tindakan Berdasarkan kondisi dan kendala tersebut yang
pascapanen yang tepat adalah mengirimkan buah secepatnya menghambat TBS sampai di pabrik untuk diolah, perlu
dari kebun ke pabrik dan meminimalisir nilai persentase buah dilakukan penelitian tentang Korelasi Penundaan Waktu
memar dengan tujuan menjaga kualitas ALB, DOBI dan Pengolahan Setelah Dipanen Terhadap Kualitas CPO
karoten sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Sawit, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian
Kandungan minyak optimum terdapat pada TBS dengan sebelumnya dengan memperluas parameter pengamatan berupa
tingkat kematangan 171-190 HSP yaitu 24,44%, kemudian ALB, DOBI dan karoten. Penundaan pengolahan berupa
pada tingkat kematangan 191-200 HSP nilai kandungan perebusan ini dilakukan untuk melihat seberapa lama TBS
minyak menjadi sebesar 23.44% (Mulyadiet al., 2017). Setelah sawit mampu mempertahankan kualitasnya, sehingga pada
melewati puncak kematangan optimum, kandungan minyak akhirnya dapat diketahui berapa lama waktu maksimum untuk
akan menurun. Minyak kelapa sawit mulai terbentuk saat 100 dapat dilakukan pengolahan TBS agar kualitas CPO yang
hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau dihasilkan masih dapat dikatakan baik dan sesuai standa rmutu.
saat buah minyak sudah jenuh. Kandungan minyak ini dapat
disimpulkan bahwa tingkat kematangan 171-190 HSP 1.2 Tujuan
merupakan umur panen optimum karena memiliki kandungan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan korelasi
minyak tinggi (Siregar, 2016).
penundaan waktu pengolahan setelah dipanen (perebusan)
Menurut Pahan (2008) transportasi pengangkutan
terhadap kualitas CPO sawit, menentukan waktu penundaan
tandan buah segar dari kebun menuju pabrik pengolahan
maksimal perebusan TBS sawit dan pengaruh penundaan
merupakan suatu bagian penting dalam mata rantai industri
waktu perebusan terhadap mutu CPO.
sawit dan turut berperan dalam mengoptimalkan produksi
minyak sawit. Transportasi TBS dimulai saat tandan buah
1.3 Manfaat
segar selesai dipanen hingga dibongkar di loading ramp dan
selanjutnya dilakukan pengolahan. Pengangkutan buah kelapa Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
sawit ke pabrik menjadi hal yang perlu diperhatikan karena ini tentang perubahan kualitas CPO berupa kadar asam lemak
akan berpengaruh terhadap kandungan asam lemak bebas, nilai bebas, DOBI, Karoten dan minyak kelapa sawit (TBS) yang
DOBI dan karoten dalam buah kelapa sawit. Asam lemak diakibatkan oleh tertundanya waktu pengolahan, sehingga
bebas yang terlalu tinggi dapat merugikan industri sawit karena dapat dimanfaatkan untuk menentukan metoda pengolahan
kandungan ALB merupakan salah satu faktor kualita sminyak yang tepat agar diperoleh kadar minyak kelapa sawit yang
kelapa sawit sama dengan nilai DOBI serta karoten. Nilai optimum. Manfaat lainnya adalah untuk mengenal seberapa
DOBI yang semakin kecil menjadikan proses pemucatan akan lama waktu penundaan pengolahan TBS sehingga kualitas TBS
semakin sulit dan penggunaan bleaching earth akan semakin masih dapat dikategorikan bagus dan sesuai standar mutu.
banyak, menyebabkan biaya produksi semakin besar. Oleh
karena itu sebaiknya TBS kelapa sawit yang telah dipanen
II. METODA PENELITIAN
sesegera mungkin dilakukan pengolahan.
Proses pengolahan TBS sawit sebaiknya dilakukan 2.1 Waktu dan Tempat
sebelum 8 jam setelah TBS dipanen, karena ALB akan
meningkat apabila setelah 8 jam tidak dilakukan pengolahan Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2022.
(Putra, 2013). Tertundanya proses pengolahan akibat Penelitian dilakukan di perkebunan milik Perseroan Terbatas
penundaan pengangkutan buah sawit ke pabrik dan tingginya Karya Agung Megah Utama (PT. KAMU) dan Laboratorium
persentase buah yang luka akibat penumpukan buah di gudang Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP)
mengakibatkan kualitas DOBI dan karoten menjadi rendah Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas
(Amalia, 2018). Pabrik sawit di Indonesia menerapkan Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
pengolahan sawit sebelum 24 setelah sawit di panen, karena
jarak tersebut masih dianggap aman untuk menjaga kualitas 2.2 Alat dan Bahan
CPO sawit. Penelitian ini menggunakan Tandan Buah Segar (TBS)
Perebusan merupakan salah satu tahapan penting sawit pada tingkat kematangan 180 hari setelah penyerbukan
pengolahan TBS sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan. dan umur tanam 8 tahun. Sampel sawit yang digunakan
Proses perebusan dilakukan dengan tujuan menghentikan sebanyak 15 sampel untuk 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan.
aktifasi enzim lipase dan oksidase, kedua enzim ini tetap Bahan yang digunakan untuk pengujian kandungan minyak
bekerja sebelum dilakukan perebusan. serta pengujian asam lemak bebas yaitu larutan n-heksan,
Penundaan waktu perebusan memicu terjadinya proses aquades, kertas saring, larutan NaOH, dan indikator
oksidasi dan hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas yang phenolphtalein (PP). Adapun alat yang digunakan berupa
disebabkan oleh enzim yang masih aktif. Perebusan juga sterilizer (tangki perebusan) berdiameter 57 cm dan tinggi 89
bertujuan untuk melunakkan buah sawit, mempermudah cm, timbangan digital, hot plate, magnetic stirrer, desikator,
melepaskan buah dari tandannya, serta mempermudah melepas stopwatch, Spectrophotometer, pipet tetes, gelas ukur, tabung
serat dan biji (Hutabarat, 2010). reaksi, alu, mortar, buret, dan labu ukur.
Produksi kelapa sawit yang terus meningkat
menimbulkan permasalahan baru, masalah itu di antaranya 2.3 Prosedur Penelitian
transportasi yang kurang memadai, buruknya jalur infrastruktur
dari lahan perkebunan menuju pabrik, mahalnya biaya Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap
transportasi, musim hujan, proses pengolahan terhambat karena persiapan sampel, pengolahan TBS, pengujian kandungan
adanya kerusakan alat, dan buah yang diterima melebihi minyak, pengujian kadar asam lemak bebas, DOBI, dan
karoten. Kemudian dilakukan analisa data kandungan kimia,
2
selanjutnya melakukan korelasi antara kandungan kimia (asam serta penambahan n-heksan sebagai indikator pelunak agar
lemak bebas, DOBI, karoten serta kandungan minyak kelapa bahan lebih mudah dihaluskan (Maligan, 2014).
sawit) terhadap penundaan waktu perebusan setelah sawit Mesokarpyang telah dihaluskan kemudian disaring
dipanen untuk melihat waktu tunda perebusan TBS sawit yang kedalam erlenmeyer mengguakan kertas saring, kemudian
aman agar minyak yang dihasilkan tetap sesuai standar ditambahkan n-heksan untuk membersihkan sisa minyak yang
mutu.Metode penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada tertinggal pada wadah saat proses penghalusan. Setelah
Gambar 4. penyaringan selesai larutan minyak dalam erlenmeyer
dikeringkan dalam oven dengan suhu 120 o C hingga semua
2.3.1 Persiapan sampel
larutan n-heksan menguap seluruhnya dan hanya tertinggal
Persiapan sampel berupa TBS sawit dengan tingkat
kandungan minyak Mesokarp (F). Beratminyak yang diperoleh
kematangan 180 HSP. TBS disiapkan dengan jumlah sampel
ditimbang dan kandungan minyak total dihitung berdasarkan
sebanyak 15 sampel masing-masing 3 kali ulangan. Sampel
Persamaan (1).
yang telah disiapkan kemudian diberi perlakuan yang berbeda.
Masing-masing perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
A = langsung dilakukan pengolahan (0jam) ....................................................(1)
B = dilakukan penundaan pengolahan 12 jam Keterangan :
C = dilakukan penundaan pengolahan 24 jam
KM = Kandungan Minyak Total (%)
D = dilakukan penundaan pengolahan 36 jam
E = dilakukan penundaan pengolahan 48 jam a = Rasio berat sampel minyak terhadap mesokarp (g);
b = Rasio berat sampel mesokarp terhadap berondol (g);
Setelah dilakukan perebusan kemudian ditimbang, lalu c = Rasio berat sampel berondol terhadap TBS (g).
diambil masing-masing sampel sebanyak 200 gram untuk
kemudian dilakukan pengujian kadar asam lemak bebas, DOBI 2.3.4 Pengujian Asam Lemak Bebas (AOCS, 2003)
dan karoten. Setiap TBS diberi perlakuan yang berbeda dengan Nilai kandungan ALB diukur menggunakan prosedur SNI
jarak penundaan setiap sampelnya selama 12 jam. Penundaan dengan cara diambil 5 gram minyak sawit sebagai sampel,
per 12 jam berdasarkan bahwa kecepatan peningkatan kadar sampel diberi indikator Phenolphtealin (C20H14O4) kemudian
ALB sebesar 0,0046% per jam penundaan pengolahan (Putra, dititrasi menggunakan larutan NaOH dengan normalitas larutan
2013). Sehingga selama 12 jam diperkirakan ALB akan sebesar 0,1929, larutan dititrasi sampai terjadi perubahan
meningkat 0,0552%. Sedangkan standar ALB yang warna. Molekul asam lemak bebas diperkirakan sebesar 25,6
diperbolehkan adalah kecildari 5%. (sebagai asam palmitat). Kandungan ALB dihitung dengan
menggunakan Persamaan (2).
2.3.2 Perebusan TBS
Proses perebusan dimulai dengan memanaskan air di ALB (%) = x 100 % …….…..(2)
dalam tangki perebusan hingga mendidih. TBS yang dipanen
di kebun sawit ditimbang kemudian dimasukkan kedalam
tangki rebus dan dijadikan sebagai sampel dengan perlakuan 0
jam. Sampel direbus selama 80-90 menit (Anis, 2015) dengan 2.3.5 Pengujian DOBI (GEE, 2004)
suhu perebusan maksimal 140oC (Sitepu, 2011) Sampel Pengujian DOBI dilakukan dengan mengambil 0,1 g
berikutnya di rebus dengan cara yang sama dengan penundaan sampel minyak kemudian dilarutkan dengan n-heksana di
sesuai perlakuan masing-masing penundaan jam perebusan. dalam labu ukur 25 ml. Larutan minyak yang telah homogen
TBS yang telah selesai proses perebusan di diamkan tersebut selanjutnya diukur menggunakan spektrofotometer
hingga suhu ruang, kemudian akan melewati proses perontokan dengan panjang gelombang 269 nm dan 446 nm.
atau proses pemisahan buah dari tandannya. Pelepasan Spektrofotometer akan menampilkan nilai berupa angka. Nilai
brondolan dilakukan dengan dua cara yaitu penggoyangan dobi dihitung berdasarkan Persamaan (3).
cepat dan pemukulan (Fitriyono, 2012).Brondolan yang masiht
ersisa dan belum terlepas dari tandannya kemudian dipipil N .......................................................................(3)
secara manual. Keterangan :
A = Absorban pada panjang gelombang 446 nm;
2.3.3 Pengujian Kandungan Minyak (Cherieet al,2018) B = Absorban pada panjang gelombang 269 nm.
Proses pengujian kandungan minyak dilakukan pada
semua sampel TBS.dimulai dengan menimbang TBS utuh (A). 2.3.6 Pengujian Karoten (MPOB, 2004)
TBS yang telah ditimbang selanjutnya dilakukan tahap Pengujian karoten dilakukan dengan melarutkan 0,1 g
perebusan dengan perlakuan penundaan waktu perebusan. TBS sampel minyak menggunakan n-h eksana didalam labu ukur,
yang telah direbus tersebut ditimbang (B). setelah proses kemudian larutan tersebut diukur menggunakan
perebusan dilakukan pemisahan antara brondolan (C) dan spektrofotometer dengan panjang gelombang 446 nm. Kadar
tandan sawit, kemudian brondolan yang telah terpisah dari karoten dihitung berdasarkan Persamaan (4).
tandan ditimbang. Tahap selanjutnya dilakukan proses
pengirisan (slice) brondolan untuk pemisahan mesokarp (D)
dan biji sawit (E), mesokarp yang telah terpisah selanjutnya ............................................................(4)
ditimbang kemudian di oven. Proses oven dilakukan pada suhu
105 o C hingga diperoleh mesokarp dengan berat konstan Keterangan :
(Cherie et al, 2018). Setelah proses oven selesai selanjutnya Karoten = Nilai karoten (ppm)
mesocarp dihaluskan untuk mendapatkan kandungan minyak A = Absorbansi sampel
mesokarp, proses penghalusan menggunakan mortar dan alue W = Berat sampel (g);
3
2.3.7 Korelasi Kualitas CPO Terhadap Penundaan Waktu III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan
Korelasi dilakukan untuk melihat hubungan penundaan 3.1 Korelasi Waktu Penundaan Perebusan Terhadap
waktu pengolahan terhadap kandungan kimia TBS sawit Kandungan Minyak TBS Sawit
dengan menggunakan software SPSS. Interval korelasi dapat Korelasi waktu penundaan perebusan terhadap kandungan
dilihat pada Tabel 1 minyak TBS sawit bertujuan untuk mengetahui seberapa erat
Tabel 1. Interval Korelasi hubungan waktu tunda perebusan terhadap persentase
kandungan minyak TBS sawit yang dihasilkan. Tingkat
Interval Korelasi Tingkat Hubungan Korelasi
keeratan hubungan ini dinyatakan dengan koefisien korelasi
0.00 s/d 0.20 Sangat Rendah (R). Korelasi waktu penundaan perebusan TBS sawit terhadap
0.00 s/d 0.40 Rendah kandungan minyak dapat dilihat pada Gambar 1.
0.41 s/d 0.60 Sedang
0.61 s/d 0.80 Kuat
0.81 s/d 1.00 Sangat Kuat
Sumber : Cahyono, (2013)

2.3.8 Analisis Uji F untuk Pengaruh Penundaan Waktu


Pengolahan Terhadap Kualitas CPO
Uji F dilakukan untuk melihat adanya pengaruh dari
variable bebas (penundaan waktu pengolahan) terhadap
variable terikat (kualitas CPO). Data yang di dapat kemudian
diolah menggunakan software SPSS. Pada uji RAL ANOVA Keterangan : - - - Standar mutu minyak sawit (SNI, 2006)
uji F dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan penundaan
Gambar 1. Grafik Korelasi Waktu Penundaan Perebusan
waktu pengolahan terhadap kandungan minyak dan kualitas
CPO berupa nilai ALB, DOBI, dan nilai karoten yang Terhadap Kandungan Minyak TBS Sawit.
dihasilkan. Pengambilan keputusan menurut SPSS diambil Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa korelasi
berdasarkan hipotesis berikut: penundaan perebusan terhadap kandungan minyak TBS sawit
1. Hom = Tidak terdapat pengaruh penundaan waktu memiliki R square sebesar 0,0214, ini berarti waktu penundaan
pengolahan terhadap kandungan minyak. perebusan tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
H1m = Terdapat pengaruh penundaan waktu pengolahan
jumlah kandungan minyak yang dihasilkan. Berdasarkan grafik
terhadap kandungan minyak.
2. Hoa = Tidak terdapat pengaruh penundaan waktu yang terbentuk terlihat bahwa kadar minyak kelapa sawit
pengolahan terhadap kandungan ALB. relatif konstan, tidak ada perubahan yang signifikan karna
H1a = Terdapat pengaruh penundaan waktu pengolahan produksi minyak pada TBS sawit akan terhenti saat TBS
terhadap kandungan ALB. berusia 180 hari setelah buah matang. Salah satu tanda bahwa
3. Hod = Tidak terdapat pengaruh penundaan waktu pembentukan minyak telah berhenti adalah adanya buah yang
pengolahan terhadap nilai DOBI. membrondol. Berdasarkan grafik juga bisa dilihat bahwa nilai
H1d = Terdapat pengaruh penundaan waktu pengolahan
kandungan minyak sawit berada diatas garis standar minimal
terhadap Nilai DOBI.
4. Hok = Tidak terdapat pengaruh penundaan waktu minyak sawit, ini berarti TBS sawit memiliki kualitas yang
pengolahan terhadap kandungan kroten. baik. Nilai korelasi penundaan waktu pengolahan terhadap
H1k = Terdapat pengaruh penundaan waktu pengolahan kandungan minyak TBS sawit dapat dilihat pada Tabel 2.
terhadap kandungan karoten. Tabel 2. Korelasi Waktu Penundaan Perebusan Terhadap
Kandungan Minyak.
Jenis pengambilan keputusan hasil uji F menurut Waktu Kandungan
SPSS Indonesia (2016) sebagai berikut: Pengambilan Penundaan Minyak
keputusan berdasarkan nilai signifikan Waktu Pearson 1 -.146
a. Apabila nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima. Penundaan Correlation
b. Apabila nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak, Sig. (2-tailed) .603
dilanjutkan dengan uji Duncan.. N 15 15
Kandungan Pearson -.146 1
2.3.9 Analisis Uji Koefisien Determinasi (R2) Minyak Correlation
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur Sig. (2-tailed) .603
seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel N 15 15
dependen. Dalam penelitian ini uji koefisien determinasi
digunakan untuk melihat besar pengaruh penundaan waktu Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 2 dapat
pengolahan terhadap kandungan minyak, kadar asam lemak dilihat bahwa nilai korelasi waktu penundaan perebusan TBS
bebas, DOBI serta karoten dari CPO sawit yang dihasilkan. Uji sawit sebesar 0,146 (negatif), hal ini menyatakan bahwa waktu
koefisien determinasi dilakukan setelah melakukan pengujian penundaan perebusan memiliki korelasi yang sangat rendah
koefisien korelasi pada masing – masing perlakuan waktu terhadap kandungan minyak TBS sawit. Dari Tabel diatas
penundaan pengolahan. diketahui nilai signifikan antara waktu penundaan dan
4
kandungan minyak adalah sebesar 0,603 > 0,05, yang berarti kuat terhadap kualitas ALB. Korelasi penundaan perebusan
tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kedua variabel. terhadap nilai ALB bersifat positif atau searah yang artinya
semakin lama waktu penundaan maka nilai ALB akan semakin
3.2 Korelasi Waktu Penundaan Perebusan Terhadap Nilai tinggi, nilai ALB yang tinggi menunjukkan kualitas ALB yang
ALB semakin rendah. Dari table output di atas diketahui nilai
Hasil pengujian kualitas ALB yang diperoleh selanjutnya signifikan antara waktu penundaan perebusan dan nilai ALB
dikorelasikan dengan waktu penundaan perebusan. Analisis adalah sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti terdapat korelasi
korelasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang signifikan antara keduanya. Karna nilai signifikan kecil
antara waktu penundaan perebusan terhadap kualitas ALB dari 0,05 maka perlu dilakukan uji lanjut menggunakan uji
CPO sawit. Korelasi antara waktu penundaan perebusan Duncan untuk melihat secara detil perlakuan mana yang
terhadap kualitas ALB CPO sawit dapat dilihat pada Gambar 2. berbeda secara signifikan. Hasil Uji Duncan pada perlakuan
penundaan perebusan terhadap nilai ALB dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Uji Duncan Pengaruh Waktu Penundaan Perebusan
terhadap Nilai ALB
Waktu Subset untuk alpha = 0.05
Penundaan N 1 2 3 4
A 3 .32900
B 3 1.71133
C 3 3.15933
D 3 3.48933
E 3 5.33233
Sig. 1.000 1.000 .557 1.000

Keterangan : - - - Standar mutu ALB max (SNI, 2006) Berdasarkan Tabel 4 uji Duncan pengaruh waktu
penundaan perebusan terhadap nilai ALB berupa TBS dengan
Gambar 2. Grafik Korelasi Waktu Penundaan Perebusan perlakuan A berada pada subset 1, hal ini menunjukkan
Terhadap ALB. pengaruh yang berbeda nyata dengan TBS perlakuan B, C, D
dan E. Perlakuan B dengan waktu tunda 12 jam berada pada
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa korelasi subset 2. Perlakuan C dan D berada pada subset yang sama
waktu penundaan perebusan terhadap Nilai ALB CPO sawit yaitu subset 3, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan C dan D
memiliki R square sebesar 0,8799, artinya waktu penundaan memiliki pengaruh yang sama terhadap nilai ALB. Sedangkan
perebusan memiliki pengaruh sebesar 87,99 % terhadap perlakuan E berada pada subset 4, hal ini menunjukkan bahwa
kualitas ALB CPO. Berdasarkan grafik yang terbentuk dapat perlakuan E memiliki pengaruh yang berbeda nyata dengan
dilihat bahwa nilai ALB minyak sawit terus mengalami perlakuan A, B, C dan D.
peningkatan setelah TBS selesai dipanen, namun dapat dilihat
juga bahwa minyak sawit masih mampu mempertahankan
3.3 Korelasi Waktu Penundaan Perebusan Terhadap Nilai
kualitasnya hingga 36 jam setelah selesai dipanen karna ALB
DOBI
masih bisa dikatakan baik jika nilainya dibawah 5.0 (Tabel 2).
Sedangkan berdasarkan teori menurut Hudori (2016) Hasil pengujian nilai DOBI CPO sawit yang diperoleh di
penundaan proses pengolahan menyebabkan tingginya kadar laboratorium selanjutnya dikorelasikan dengan waktu
asam lemak bebas, oleh karena itu pengolahan pasca panen penundaan perebusan. Analisis nilai korelasi dilakukan untuk
hendaknya segera dilakukan mengingat TBS akan mengalami melihat hubungan antara variabel waktu penundaan perebusan
penurunan mutu dalam kurun waktu lebih dari 24 jam setelah terhadap nilai DOBI. Korelasi waktu penundaan perebusan
panen. Nilai korelasi waktu penundaan perebusan TBS sawit terhadap nilai DOBI dapat dilihat pada Gambar 3.
terhadap nilai ALB dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 3. Korelasi Waktu Penundaan Perebusan TBS Terhadap
Nilai ALB
Waktu
Penundaan ALB
Waktu Pearson 1 .938**
Penundaan Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 15 15
ALB Pearson .938** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 Keterangan : - - - Malaysian Standards DOBI
N 15 15 Gambar 3. Grafik Korelasi Penundaan Waktu
Perebusan Terhadap Nilai DOBI
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 3 dapat
dilihat bahwa nilai korelasi waktu penundaan perebusan Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa korelasi
terhadap ALB adalah sebesar 0,938 (positif), hal ini berarti waktu penundaan perebusan terhadap nilai DOBI CPO sawit
waktu penundaan perebusan memiliki korelasi yang sangat memiliki nilai R Square sebesar 0,6908, artinya waktu
5
penundaan perebusan memiliki pengaruh sebesar 69,08 % 3.4 Korelasi Waktu Penundaan Perebusan Terhadap
terhadap perubahan nilai DOBI CPO sawit. Berdasarkan grafik Karoten
yang terbentuk dapat dilihat bahwa nilai DOBI terus Nilai karoten yang diperoleh dalam pengamatan
mengalami penurunan setelah TBS selesai dipanen. selanjutnya dikorelasikan dengan waktu penundaan perebusan.
Berdasarkan grafik dapat dilihat juga bahwa nilai DOBI CPO Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
yang diolah segera setelah panen memiliki nilai DOBI > 2,3, hubungan antara kedua variabel. Korelasi antara waktu
ini berarti kualitasnya masih sangat baik dan sesuai standar. penundaan perebusan terhadap karoten dapat dilihat pada
Nilai korelasi penundaan waktu perebusan terhadap nilai DOBI Gambar 4.
CPO sawit dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Korelasi Waktu Penundaan Perebusan TBS Terhadap
Nilai DOBI
Waktu
Penundaan DOBI
Waktu Pearson 1 -.831**
Penundaan Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 15 15
**
DOBI Pearson -.831 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 15 15 Keterangan : - - - Standard PORIM Karoten
Gambar 4. Grafik Korelasi Waktu Penundaan
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 5 dapat Perebusan Terhadap Karoten
dilihat bahwa perlakuan penundaan waktu perebusan memiliki Berdasarkan Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa
korelasi sebesar 0,831 (negatif), hal ini berarti penundaan korelasi waktu penundaan perebusan terhadap karoten
waktu perebusan memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap memiliki R square sebesar 0,5944, hal ini berarti waktu
nilai DOBI. Berdasarkan data yang diperoleh korelasi penundaan perebusan memiliki pengaruh sebesar 59,44 %
penundaan waktu perebusan terhadap nilai DOBI bernilai terhadap nilai karoten. Berdasarkan grafik yang terbentuk
negatif yang berarti semakin lama waktu penundaan maka nilai dapat dilihat bahwa TBS yang langsung direbus segera setelah
DOBI akan semakin menurun artinya kualitas CPO semakin dipanen rata-rata memiliki nilai karoten > 600 ppm yang
tidak sesuai standar yang ada. Dari tabel output dapat diketahui berarti masih bagus dan sesuai standar mutu, sedangkan TBS
nilai signifikan antara waktu tunda dan nilai DOBI adalah yang diberi perlakuan penundaan perebusan nilainya terus
sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti terdapat korelasi yang menurun setelah 12 jam penundaan perebusan, sehingga
signifikan antara kedua variabel. Berdasarkan hal tersebut karoten yang dihasilkan tidak mencapai standar. Nilai korelasi
maka korelasi perlakuan penundaan perebusan terhadap nilai waktu penundaan perebusan terhadap karoten dapat dilihat
DOBI perlu dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan. pada Tabel 7.
Hasil uji Duncan pada perlakuan penundaan perebusan Tabel 7. Korelasi Waktu Penundaan Perebusan TBS Terhadap
terhadap nilai DOBI dapat dilihat pada Tabel 6. Karoten.
Tabel 6. Uji Duncan Pengaruh Waktu Penundaan Perebusan Waktu
terhadap Nilai DOBI Penundaan Karoten
Subset untuk alpha = 0.05 Waktu Pearson 1 -.771**
Waktu N 1 2 3 Penundaan Correlation
E 3 .89033 Sig. (2-tailed) .001
D 3 1.12233 1.12233 N 15 15
C 3 1.66633 Karoten Pearson -.7 1
B 3 1.67900 Correlation 71**
A 3 4.11267 Sig. (2-tailed) .001
Sig. .468 .114 1.000 N 15 15

Berdasarkan Tabel 6 uji Duncan pengaruh waktu Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai korelasi
penundaan perebusan terhadap nilai DOBI bahwa perlakuan E waktu penundaan perebusan terhadap karoten adalah sebesar
dan D berada pada subset 1, hal ini menunjukkan bahwa 0,771 (negatif). Artinya waktu penundaan perebusa nmemiliki
perlakuan waktu penundaan E dan D memiliki pengaruh yang korelasi yang kuat terhadap nilai karoten. Korelasi kedua
sama dan berbeda nyata dengan waktu penundaan A, B dan C. variabel bernilai negatif yang berarti berbanding terbalik,
Pada perlakuan waktu penundaan C dan B berada pada subset semakin lama waktu penundaan perebusan makan nilai karoten
2, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan waktu penundaan C semakin menurun. Berdasarkan Tabel 7 diperoleh
dan B memiliki pengaruh yang sama terhadap pembentukan nilaisignifikan antara penundaan waktu perebusan terhadap
nilai DOBI. Sedangkan perlakuan waktu penundaan A berada karoten sebesar 0,001 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi
pada subset 3, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan waktu yang signifikan antara kedua variabel. Berdasarkan hal tersebut
penundaan A memiliki pengaruh yang berbeda nyata dengan makaperlu dilakukan uji lanjutmenggunakan uji Duncan. Hasil
perlakuan waktu penundaan B, C, D dan E terhadap proses uji Duncan pada perlakuan penundaan waktu perebusan
pembentukan nilai DOBI yang dihasilkan. terhadap karoten dapat dilihat pada Tabel 8.

6
Tabel 8. Uji Duncan Pengaruh waktu Penundaan dari nilai koefisien determinasi. Hasil analisis menunjukkan
Perebusan terhadap Karoten waktu penundaan pengolahan berpengaruh nyata terhadap
Subset for alpha = 0.05 seluruh parameter pengamatan kecuali kandungan minyak.
Waktu N 1 2 3 Selanjutnya hasil uji laboratorium menunjukkan waktu
E 3 259.00 penundaan maksimal untuk mempertahankan mutu ALB
D 3 375.33 375.33 adalah 36 jam dan untuk mempertahanka nmutu DOBI dan
C 3 445.33 445.33 Karotena dalah maksimal 12 jam penundaan
B 3 484.33 4.2 Saran
A 3 673.67 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis
Sig. .055 .233 1.000 menyarankan agar pengolahan TBS sawit dilakukan
secepatnya dengan maksimal penundaan 12 jam setelah panen
untuk mempertahankan DOBI dan Karoten, serta maksimal 36
Berdasarkan Tabel 8 uji Duncan Pengaruh waktu jam untuk ALB agar CPO sawit yang dihasilkan dapat sesuai
penundaan perebusan terhadap karoten menunjukkan bahwa dengan standar mutu yang ada.
perlakuan E, D dan C berada pada subset 1, hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan waktu penundaan E, D dan C
memiliki pengaruh yang sama dan berbeda nyata dengan DAFTAR PUSTAKA
perlakuan A dan B. Perlakuan B berada pada subset 2, hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan B memiliki pengaruh yang Adiputra, S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.
berbeda nyata dengan perlakuan A, C, D dan E. Sedangkan Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
perlakuan waktu penundaan A berada pada subset 3, hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan waktu penundaan A memiliki Adlin U. Lubis. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis Quineensis Jacq)
pengaruh yang berbeda nyata dengan ke 4 perlakuan di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat
penundaan lainnya dalam pembentukan nilai karoten. Bandar Kuala. Pematang Siantar Sumatera Utara.
Amalia, R. 2018. “Penentuan DOBI (Deterioration Of
3.5 Rekapitulasi Hasil
Bleachibility Index) dan Beta Karoten Minyak Kelapa
Analisis korelasi penundaan waktu perebusan tehadap
sawit Mentah Menggunakan Spektrofotometer UV-
kualitas CPO sawit yang telah dilakukan dapat dilihat pada
Visible di PT Smart TBK” [Skripsi]. Teknologi
Tabel 9.
Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil
Mutu TBS r R2 Sig Pengaruh Keterangan Anis, M. 2013. Analisis Pengendalian Kualitas Pada Proses
Kandungan Minyak -0.146 0.0214 0.603 TBN S Perebusan Dengan Menerapkan QCC (Quality Control
ALB 0.938 0.8799 0.000 BN TSS > 36 jam Circle) Di PT.XYZ. Jurnal FT USU Vol 3 (1): 43 .
TSS > 12 jam
DOBI -0.831 0.6908 0.000 BN Universitas Sumatera Utara, Medan
Karoten -0.771 0.5944 0.001 BN TSS > 12 jam
Apriyantono A. 1989. Analisis Pangan. Bogor : PT Penerbit
TBN = Tidak Berpengaruh Nyata IPB.
BN = Berpengaruh Nyata
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2012. Proses Pengolahan dan
S = Sesuai
Aplikasi Minyak Sawit Merah pada Industri Pangan.
TSS = Tidak Sesuai Setelah
Jurnal VITASPHERE 2 (1) : 1-11.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai korelasi Badan Standarisasi Nasional 1998, SNI 01-3555-1998: Cara
(r) ALB bernilai positif yang berarti berbanding lurus terhadap Uji Minyak dan Lemak. BSN, Jakarta.
pertambahan waktu penundaan, sedangkan DOBI dan Karoten
Cahyono, B. 2013. Penggunaan Software Matrix Laboratory
bernilai negatif yang berarti nilai yang diperoleh berbanding
(Matlab) dalam Pembelajaran Aljabar Linear. Jurnal
terbalik dengan penambahan waktu penundaan. Nilai koefisien
Phenomenon. IAIN Walsiongo, Semarang
determinasi ALB adalah sebesar 0.8799, DOBI 0.6908 dan
Karoten sebesar 0.5944, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan Cherie, D., M, Makky., B, Rini., D, Syukri. 2018. Rekayasa
waktu penundaan memiliki pengaruh yang cukup besar Teknologi Long-Range Detection Berbasis Machine
terhadap kualitas ALB, DOBI dan karoten karna nilai R 2 yang Vision untuk Penentuan Umur Panen Optimum Tandan
diperoleh mendekati 1. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat juga Buah Segar Kelapa Sawit Secara Nondestructive
bahwa Penundaan waktu perebusan berpengaruh nyata Berbasis Gimbal dan Android. LPPM. Universitas
terhadap semua kualitas TBS kecuali terhadap kandungan Andalas, Padang.
minyak. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa kualitas ALB
masih bisa dipertahankan hingga 36 jam penundaan, sedangkan Djajeng, S., S Yuianti. 2005. Teknologi Pasca Panen dan
DOBI dan Karoten mengalami penurunan kualitas setelah 12 Pengolahan Minyak Jarak Pagar Sebagai Sumber
jam penundaan perebusan. Energi [Skripsi]. Pertanian, Intitut Pertanian Bogor,
Bogor.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN Direktorat Jendral Perkebunan, 2017. Peran Pemerintah
4.1 Kesimpulan Dalam Pengembangan Budidaya Kelapa Sawit Dengan
Skala Industri. Disampaikan pada Acara FGD Industri
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik Kelapa Sawit Di Hotel Harris Vertu, Harmoni, Jakarta,
kesimpulan bahwa waktu penundaan pengolahan memiliki 13 September 2017. Ditjenbun, Jakarta.
korelasi sangat kuat terhadap mutu ALB. Waktu penundaan
pengolahan mempengaruhi lebih dari 80% mutu ALB dilihat
7
Fauzi Y., Y, Widyastuti.,I, Satyawibawa., R, Hartono.2007. Priyatno, Dwi. 2014. Mandiri Belajar Analisis Data dengan
Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan
Spss. Yogyakarta, Mediakom.
Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta (ID),
Penebar Swadaya. Purba, J.H. 2017. Perkebunan kelapa sawit Indonesia dalam
perspektif pembangunan berkelanjutan. Jakarta selatan:
Fauziah, W. K. 2020. Evaluasi Non Destruktif Kualitas Tandan
(IPSK)-LIPI.
Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jack) Berdasarkan Sifat Termal. Masters [Thesis]. Rohani, M.Z, 2006. Centre Of Lipids Engineering and Applied
Teknologi Pertanian. Universitas Andalas, Padang Research. Malaysia, University Teknologi Malaysia.
Flingoh, C. O., K.Zukarinah. 1989. Measurement Palm Oil Sambanthamurti, R., K. Sundr am, And Y.A. Tan. 2000.
Content By Nuclear Magneticresonance Sprectoscopy. Chemistry and Biochemistry Of Palm Oil. Progress in
International Palm Oil Development. Visi & Aplikasi. Lipid Research. 39: 507-558.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Sastroyono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta:
Program SPSS. Edisi keempat. Semarang : Badan AgroMedia Pustaka
Penerbit UNDIP. Universitas Diponegoro.
Sastrosayono, S. 2008. Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis
Ghozali, 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program dari Hulu ke Hilir). Penebar Swadaya Kelapa Sawit.
IBM SPSS 23. Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Jakarta, Agromedia Pustaka.
Universitas Diponegoro.
Selardi, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta,
Hudori, M. 2016. Dampak Kerugian dan Usulan Pemecahan
Agromedia pustaka.
Masalah Kualitas Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik
Siregar, Syofian. 2016. Statistika Deskriptif untuk Penelitian
Kelapa Sawit. Industrial Engineering Journal 5(1): 35- Dilengkapi Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS
Versi 17. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
40.
Situmorang, A., B.R Azhari., Mahfud. 2017. Korelasi Antara
Hutabarat, H. 2010. Pengaruh tekanan dan waktu perebusan
Kadar Air Pada Kernel Terhadap Mutu Kadar Asam
terhadap kadar air dan kadar minyak pada air
Lemak Bebas Produk Palm Kernel Oil Yang Dihasilkan
kondensat di stasiun perebusan dengan perebusan
(Studi KasusPT. XYZ). Industial engineering journal
system tiga puncak (triple peak) di PTPN III Pks Seii
6(1): 37-41.
Mangke 3 (6). Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Pengolahan dan Budidaya
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
Kelapa Sawit. Jakarta, Agromedia Pustaka
Pangan. Jakarta, UI-Press.
Tranbarger, T.J., S. Dussert., T. Joet., Argout., M. Summo., A.
Lin, S. W. 2004. Deterioration Of Bleachability Index. MPOB
Champion., D. Cros., A. Omore., B. Nouy., F. Morcillo.
Information Series. MPOB TT, 253, Jakarta.
2011. Regulatory Mechanisms Underlying Oil Pal,
Lubis, A. 2008. Kelapa Sawit (elais guineense) di Indonesia. Fruit Mesokarp Maturation, Ripening, And Functional
Edisi 2. Medan: Penerbit Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Specialization In Lipid And Carotenoid Metabolism.
Plant Physiology 156(2):564-584.
Mulyadi., A, Rasyad., dan Isnaini. 2017. Perkembangan
Morfologi Dan Sifat Fisik Buah Pada Tanaman Kelapa Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq). [Skripsi]. Fakultas Gramedia Pustaka Utama.
Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru
Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa
Sawit. PPKS. Medan.
Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis dari
Hulu ke Hilir). Jakarta: Penebar Swadaya.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen
Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Pardamean, Maruli, Qia, CRMP. 2012. Sukses Membuka
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Bogor, Penebar
Swadaya.
Permatasari, Renny. 2011. Kajian Pengaruh Suhu Terhadap
Densitas Dan Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar (Crude
Palm Oil). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Priatni, A.F., A. Yuni. 2017. Ekstraksi Kareteniod dari Minyak
Sawit Mentah (CPO) dengan Pelarut Dietil Eter dan
Aceton. JRTI. 11(2):93-96.

Anda mungkin juga menyukai