Anda di halaman 1dari 50

1

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGGURU TERHADAP


SUHU BADAN DAN BERAT BADAN PADA
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI RSU SIS ALDJUFRIE PALU

Proposal Penelitian

Oleh:
Novi Indriana
NIM PO7124322010

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim Pembimbing Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu.

Nama : Novi Indriana


Nim : PO7124322010
Palu, 2023
Pembimbing I

Olkamien Jesdika Longulo, S.kep,Ns,M.sc


NIP. 196904041993032001

Palu, 2023
Pembimbing II

U’din Mustaqim, SKM,M.si


NIP. 196405081986031002

Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu

Muliani, S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP. 19650324 198803 2001

2
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui Tim penguji Poltekkes Kemenkes Palu.

Nama : Novi Indriana


Nim : PO7124322010

Palu, 2023
Penguji I

Dr.Anna Veronica Pont, SKM,SH.MM.MH


NIP: 195908271980032001

Palu, 2023
Penguji II

Lili Suryani,S.Kep,Ns.MPH
NIP: 19675161991022001

Palu, 2023
Penguji III

Mardiani Mangun.S,SiT.MPH
NIP: 1965012219840220001

Menyetujui,
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu

Muliani, S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP. 19650324 198803 2001

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.......................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................8
C. Tujuan Penelitian..............................................................................8
D. Manfaat Penelitian............................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Metode Kangguru................................................................10
B. Konsep BBLR..................................................................................17
C. Konsep Masalah BBLR.....................................................................26
D. Kerangka Konsep Penelitian.............................................................29
E. Hipotesis Penelitian...........................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Dan Rancangan Penelitian.......................................................31
B. Waktu Dan Tempat Penelitian..........................................................32
C. Populasi Dan Sampel........................................................................32
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................35
E. Jenis Pengumpulan Data..................................................................36
F. Jalannya Penelitian………………………………………………....37
G. Pengolahan Data................................................................................40
H. Analisis Data.....................................................................................41
I. Penyajian Data..................................................................................42
J. Jalan Penelitian……………………………………………………..42

DATAR PUSTAKA...........................................................................................43
LAMPIRAN

4
5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran bayi dari semua kelahiran diseluruh dunia diperkirakan 15%

hingga 20% adalah bayi dengan BBLR, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran

per tahun sebagian besar dari di negara-negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Presentase bayi dengan berat lahir rendah di Indonesia, pada tahun

2019 dari data yang diperoleh terdapat 11,32% dengan bayi BBLR meskipun

presentase BBLR diindonesia masih dibawah 15% sebagai indikator masalah

Kesehatan masyarakat berdasarkan rekomendasi WHO, namun anak yang

BBLR atau status gizi kurang berpotensi terhadap penurunan produktifitas

dikala usia dewasa , dan akan berdampak pada pembangunan ekonomi bangsa.

(Parti, dkk , 2020).

Menurut data World Health Organization (WHO) Negara-negara

kurang berkembang, tingkat BBLR yang tinggi disebabkan oleh kelahiran

prematur dan gangguan pertumbuhan intrauterin, dan prevalensinya perlahan-

lahan menurun. Karena penyebab dan penentu sebagian besar masih belum

diketahui, intervensi yang efektif terbatas. Selain itu, teknologi modern tidak

tersedia atau tidak dapat digunakan dengan baik, seringkali karena kekurangan

staf yang terampil. Seringkali inkubator tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan lokal atau tidak dibersihkan secara memadai. Pembelian peralatan

dan suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan sulit dan mahal, sehingga

peralatan tidak berfungsi dengan baik. Dalam keadaan seperti itu perawatan
6

yang baik dari bayi prematur dan BBLR sulit dilakukan, sehingga hipotermia

dan infeksi nosokomial sering terjadi. Perawatan inkubator dapat memisahkan

bayi dari ibu mereka, sehingga membuat mereka kehilangan kontak yang

diperlukan (WHO, 2018).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) berakibat jangka Panjang terhadap

tumbuh kembang anak di masa yang akan datang, dampak dari bayi dengan

BBLR pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan

intelektual yang lebih rendah dari pada bayi yang berat lahirnya normal.

Selain itu BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia

tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang

tinggi. (Sondakh, 2019)

Masalah termoregulasi yang biasa terjadi pada bayi BBLR adalah

hipotermi. Hipotermi juga terbukti menjadi faktor resiko untuk sepsis

neonatal, perdarahan intra-ventrikel. Hipotermi pada bayi baru lahir adalah

umum diseluruh dunia dengan prevalensi berkisar 32%-85%. Bayi dengan

BBLR belum dapat mengatur suhu dengan sempurna dalam mengahadapi

perubahan lingkungan kehidupan intrauterine ke kehidupan extrauterine suhu

yang dingin menyebabkan BBLR menggunakan cadangan brown fat untuk

menghasilakan panas. BBLR memiliki jaringan lemak subkutan, brown fat

dan penyimpanan glikogen yang rendah sehingga beresiko megalami

ketidakstabilan suhu tubuh. (Sumiyati, dkk 2020).


7

Bayi dengan BBLR membutuhkan peralatan khusus seperti inkubator

untuk membantu bayi menjaga kehangantan tubuh dan menciptakan

lingkungan seperti lingkungan di intrauterine. Fenomena di lapangan yang

terjadi adalah tidak semua bayi dengan BBLR dapat di tempatkan di incubator

karena keterbatasan biaya yang membutuhkan incubator lebih banyak

daripada peralatan yang dimiliki oleh rumah sakit. (Astuti and Suryatama,

2021).

Metode alternatif yang ekonomis dan efisien diperlukan sebagai

pengganti incubator. Salah satu metode alternatif yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah termoregulasi pada bayi BBLR adalah perawatan metode

kangguru (PMK) . Pelaksanaan prosedur PMK dapat bermanfaat dalam

menurunkan jumlah neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal,

mengurangi resiko bayi dengan berat lahir rendah, melindungi dari hipotermi,

menstabilkan tubuh bayi, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

bayi, meningkatkan pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan antara ibu dan

bayinya, dari tingginya angka kematian neonatal maka PMK harus tetap

dilaksanakan dari bayi baru lahir di rumah sakit sampai pulang dari rumah

sakit, PMK juga sangat efektif dilakukan pada bayi dengan BBLR karena

dengan dilakukan PMK setiap hari berat badan pada bayi BBLR naik secara

signifikan. (Legawati, 2018).


8

Diperlukan suatu metode alternatif yang ekonomis dan efisien sebagai

pengganti inkubator salah satu metode yang dapat digunakan yaitu Metode

kanguru merupakan suatu perawatan dengan cara melekatkan kulit bayi

kekulit ibu (skin-to-skin contact) yang dilakukan untuk bayi baru lahir

khususnya bayi premature atau bayi berat lahir rendah (BBLR). (Sumiyati,

dkk 2020).

Menurut (Manuaba, 2019) dalam seminar orientasi metode kangguru

yang diselenggarakan pada forum promosi kesehatan indonesia, bayi prematur

maupun BBLR terutama dibawah 2000 gr terancam kematian yang

diakibatkan asfiksia (kesulitan bernafas), infeksi dan hipotermi (suhu badan

dibawah 36,5C). perwatan metode kanggguru berperan dalam perawatan bayi

baru lahir dalam meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, meningkatkan

pertumbuhan berat badan bayi , meningkatkan kepercayaan ibu, PMK mampu

memenuhi kebutuhan BBLR dengan menyediakan situasi dan kondisi yang

mirip dengan rahim dan dapat menigkatkan suhu tubuh bayi, Sehingga

memberi peluang bagi BBLR untuk beradaptasi diluar. (Manuaba, 2019)

Perawatan metode kangguru (PMK) bermanfaat dalam peningkatan

berat badan pada bayi, menstabilkan suhu tubuh bayi, stabilisasi denyut

jantung dan pernafasan,perilaku bayi lebih baik, kurang menangis dan sering

menyusu, penggunaan kalori berkurang, waktu tidur bayi lebih lama,

hubungan kedekatan bayi dan ibu lebih baik, dan akan mengurangi terjadinya

infeksi pada bayi. Metode kangguru adalah metode perawatan dini dengan

sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti
9

kangguru. Metode ini mampu memenuhi kebutuhan asi bayi baru lahir

prematur dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim

ibu. Sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia

luar. Perawatan kangguru ini terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu

tubuh yang efektif dan lama serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil

pada bayi. Perawatan kulit ke kulit mendorong bayi untuk mencari putting dan

mengisapnya, hal ini mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta keberhasilan

dalam pemberian ASI. Disa mping efek sentuhan kulit,metode tersebut akan

membuat bayi lebih tahan sakit daripada dengan digendong menggunakan

jarit. Berat badannya pun akan cepat naik. (Rambe, 2018)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Farida and Yuliana, 2017)

RSUD Balikpapan 413 bayi (89,65%) dilakukan PMK kontinu dan tercatat 98

bayi (46%) mengtalami hipotermi. Hasil penelitiannya menunjukan kelompok

yang melaksanakan PMK dengan baik menunjukan bahwa rata-rata suhu

tubuh bayi tidak ada yang menderita hipotermi, sementara pada kelompok ibu

yang tidak melakukan PMK menunjukan bahwa rata-rata tubuh bayi

menderita hipotermi. (Farida and Yuliana, 2017)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Review, Rizqiana, dkk ,

2021). Tentang pengaruh perawatan metode kangguru terhadap kenaikan berat

badan pada bayi berat lahir diruang perinatologi RSUD DR.Rasidin hasil

penelitian didapatkan bahwa perbedaan standar deviasi berat badan sebelum

dan sesudah melakukan perawatan metode kangguru adalah sebesar 44,796.

Berdasarkan nilai t hitung didapatkan sebesar 20,519 dengan nilai p = 0,000.


10

Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dan adanya

peningkatan kenaikan berat badan setelah dilakukan PMK. Hasil rata-rata

berat badan bayi BBLR sebelum perawatan metode kangguru adalah 187,33

gram dan rata-rata berat badan bayi BBLR sesudah perawatan metode

kangguru terdapat penigkatan menjadi 2108,67 gram. (Review, Rizqiana,

dkk , 2021).

Berdasarkan data yang di ambil dari Dinkes Provinsi Sul-Teng ,

Provinsi sulawesi tengah Tahun 2020 angka kelahiran BBLR berjumlah 668

(2,7%) dan kota palu angka kelahiran BBLR berjumlah 90 (2,47%). Tahun

2021 provinsi sulawesi tengah angka kelahiran BBLR berjumlah 1.417 bayi

(2,8%) dan Kota palu angka kelahiran BBLR berjumlah 194 bayi (2,64%)

tahun bayi BBLR (Dinkes provinsi sul-teng dan kota palu 2020,2021).

Berdasarkan data yang diambil dari rekam medik Rumah sakit Sis Aljufri

palu 2021 terdapat 48 (53%) bayi non rujukan dengan BBLR, serta 42 (46%)

bayi rujukan dengan BBLR. total bayi BBLR tahun 2021 berjumlah 90 bayi,

Jumlah kematian bayi dengan BBLR tahun 2021 berjumlah 5 bayi. Pada

periode Januari-Desember 2022 bayi non rujukan dengan BBLR berjumlah 49

(51%) bayi serta 47 (48%) bayi rujukan dengan BBLR dan total bayi BBLR

tahun 2022 berjumlah 96 bayi. Jumlah kematian bayi dengan BBLR periode

Tahun 2022 berjumlah 7 bayi. (Rumah Sakit Umum Sis aljufri Palu, 2022).

Hasil survey awal ketersediaan inkubator di RSU Sis aljufri palu

sebanyak 2 unit dan rata-rata lama perawatan bayi dengan BBLR adalah 6-12

hari, tetapi biasanya tergantung dengan berat badan lahir bayi dan kondisi bayi
11

tersebut. Adanya jumlah incubator yang tidak sebanding dengan kebutuhan

maka rumah sakit perlu menerapkan metode alternatif. Selain karena

keterbatasan fasilitas, biasanya bayi BBLR membutuhkan waktu perawatan

yang cukup lama di rumah sakit sampai kondisi bayi stabil. Hal ini bisa

menimbulkan peningkatan resiko infeksi nosocomial pada bayi BBLR.

Hasil wawancara dengan petugas Kesehatan diruang kamar bayi RSU

Sis aljufri palu, sejak 2019 sudah menerapkan metode PMK terhadap bayi

BBLR rata-rata dalam 1 tahun adalah 30 bayi BBLR. Jumlah bayi yang

diberikan perawatan metode kangguru terlihat tidak sebanding dengan jumlah

BBLR yang ada, dikarenakan terdapat berbagai alasan yaitu, orang tua tidak

bersedia, otrang tua sakit/meninggal.

Hasil wawancara dengan petugas Kesehatan diruang nifas RSU Sis

aljufri palu BBLR yang lahir dengan kriteria berat badan 2.100 gram-2.499

gram dan suhu badan 36,5C – 37,5C. lahir langsung menangis kuat dengan

keadaan umum bayi baik, bayi akan langsung dirawat gabung Bersama ibu

diruang nifas, dan selama perawatan gabung diruang nifas bayi tidak

dilakukan perawatan metode kangguru, dikarenakan bayi sudah dalam

keadaan stabil. Meskipun demikian, pada umumnya psikologis orang tua yang

memiliki BBLR khususnya ibu merasa sangat khawatir dengan kondisi

Kesehatan dan partumbuhan anaknya serta merasa tidak mampu memberikan

yang terbaik untuk Kesehatan anaknya.

Alasan Peneliti menganbil judul ini karena berdasarkan Fenomena di

lapangan yang terjadi adalah tidak semua bayi dengan BBLR dapat di
12

tempatkan di incubator karena keterbatasan biaya yang membutuhkan

incubator lebih banyak daripada peralatan yang dimiliki oleh rumah sakit.

Sehingga Salah satu metode alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi

masalah termoregulasi pada bayi BBLR adalah perawatan metode kangguru

(PMK) . Pelaksanaan prosedur PMK dapat bermanfaat dalam menurunkan

jumlah neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal, mengurangi resiko bayi

dengan berat lahir rendah, melindungi dari hipotermi, menstabilkan tubuh

bayi, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan

pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan antara ibu dan bayinya, dari

tingginya angka kematian neonatal maka PMK harus tetap dilaksanakan dari

bayi baru lahir di rumah sakit sampai pulang dari rumah sakit

Berdasarkan latar belakang diatas sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Perawatan Metode Kangguru

(PMK) Terhadap suhu badan dan berat badan Pada Bayi Berat Badan Lahir

Rendah di Rumah Sakit Umum SIS Aldjufrie Palu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Perawatan Metode

Kangguru Terhadap suhu badan dan berat badan Pada Bayi Berat Badan Lahir

Rendah di Rumah Sakit Umum SIS Aldjufrie Palu”?.


13

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Perawatan Metode Kangguru

Terhadap Suhu badan dan Berat Badan pada Bayi Berat Lahir Rendah di

Rumah Sakit Umum SIS Aldjufrie Palu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui suhu badan pada bayi BBLR sebelum dilakukan

perawatan metode kangguru di RSU SIS Aldjufrie Palu.

b. Untuk mengetahui berat badan pada bayi BBLR sebelum dilakukan

perawatan metode kangguru di RSU SIS Aldjufrie Palu.

c. Untuk mengetahui suhu badan pada bayi BBLR sesudah dilakukan

perawatan metode kangguru di RSU SIS Aldjufrie Palu.

d. Untuk mengetahui suhu badan pada bayi BBLR sesudah dilakukan

perawatan metode kangguru di RSU SIS Aldjufrie Palu.

e. Untuk mengetahui pengaruh dari perawatan metode kangguru terhadap

suhu badan dan berat badan pada bayi BBLR di RSU SIS Aldjufrie

Palu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untum

menambah informasi, menambah wawasan serta dijadikan sebagai bahan

pustaka tambahan bagi Poltekkes Kemenkes Palu khususnya Program

Studi DIV Kebidanan.


14

2. Bagi Bidan/ Tenaga Medis

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan

menambah pengetahun petugas kesehatan dalam memberikan asuhan pada

pasien dengan BBLR.

3. Bagi Ibu bayi

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi ibu

bayi dalam melakukan penanganan terhadap BBLR dengan hipotermi

menggunakan metode PMK.

4. Bagi Peneliti lainnya

Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi tentang PMK pada

BBLR untuk penelitian selanjutnya. dan sebagai bahan acuan bagi peneliti

lain untuk meneliti mengenai perawatan metode kangguru terhadap suhu

badan dan berat badan.


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perawatan Metode Kanguru

1. Pengertian Perawatan Metode Kanguru

Perawatan dengan metode Kangaroo mother care (KMC) yaitu

dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu.

Metode tersebut sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir

yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari

infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Metode ini sangat tepat

dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan bayi

yang lahir premature maupun yang aterm. Sumber panas yang efektif yaitu

kehangatan dari tubuh ibu (Parti, DKK, 2020).

Semua ibu dapat memberikan PMK, tanpa memandang usia, paritas,

pendidikan, budaya dan agama. Hal-hal berikut harus dipertimbangkan

ketika konseling PMK: Kesidiaan ibu untuk memberikan PMK, ibu harus

sehat dan nutrisi yang bagus dan ibu dalam kondisi bersih.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan intensif

selama bulan pertama kehidupan mereka. Inkubator merupakan perawatan

yang biasanya digunakan untuk bayi BBLR. Tetapi, tidak semua BBLR

mendapatan perawatan di inkubator karena keterbatasan biaya dan fasilitas

di rumah sakit. Selain karena keterbatasan fasilitas, biasanya bayi BBLR

membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama di rumah sakit sampai

kondisi bayi stabil. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko infeksi


16

nosokomial pada bayi BBLR, sehingga diperlukan suatu metode alternatif

yang ekonomis dan efisien sebagai pengganti incubator.

Durasi harian dan durasi keseluruhan kontak kulit-ke-kulit juga

bervariasi dari menit (misalnya 30 menit per hari rata-rata) hingga hampir

24 jam per hari dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Semakin lama

perawatan, semakin kuat kemungkinan hubungan langsung dan kausal

antara KMC dan hasilnya.Selanjutnya, bila KMC dilakukan dalam jangka

waktu yang lama, perawatan lebih banyak diberikan oleh ibu dari pada staf

perawat atau inkubator konvensional.

Gambar 2.1 Metode Kangaroo Mother Care (KMC)

Metode Kangaroo Mother Care (KMC).adalah salah satu metode

yang dapat diberikan pada BBLR dengan melakukan kontak langsung

antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin contact). Bayi diletakkan di

dada ayah atau ibu pada posisi vertikal, hanya mengenakan popok dan topi

(Review, DKK, 2021).


17

Kangaroo Mother Care (KMC) dapat diterima oleh petugas

kesehatan, dan kehadiran ibu di bangsal tampaknya tidak menjadi

masalah. Sebagian besar petugas kesehatan menganggap KMC

bermanfaat. Mereka mungkin berpikir bahwa perawatan inkubator

konvensional memungkinkan pemantauan yang lebih baik terhadap BBLR

yang sakit dan bayi prematur, tetapi mereka menyadari bahwa hal itu

meningkatkan risiko infeksi rumah sakit dan memisahkan bayi dari ibu

mereka. Petugas kesehatan akan lebih memilih KMC untuk bayi

prematur / BBLR mereka sendiri (WHO, 2018).

Empat komponen perawatan metode Kangaroo Mother Care (KMC) :

a. Skin to skin contact, kontak kulit dengan kulit pada bayi baru lahir

dengan ibu dapat dilakukan sejak awal dan terus menerus dalam waktu

yang lama.

b. Exlusive breastfeeding, banyak bayi dengan berat badan kurang dari

2500 gram dengan pemberian ASI ekslusif dapat meningkatkan berat

badan secara adekuat.

c. Physical, emotional and education support, perawat dan staf medis

harus memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga.

d. Early discharge and follow up, ibu tetap melakukan KMC terus

menerus di rumah sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik.
18

2. Manfaat Metode Kanguru

Manfaat metode kanguru bagi bayi yaitu menstabilkan detak jantung

bayi dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen

keseluruh tubuhnya pun lebih baik. Bayi tidur dengan nyenyak dan lama,

lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya lebih

cepat. Pertumbuhan dan perkembangan motorik pun menjadi lebih baik.

Cara ini juga memper mudah pemberian ASI, mempererat ikatan batin

antara ibu dan anak, serta mempersingkat masa perawatan secara

keseluruhan. Bagi orang tua, hal ini turut menumbuhkan rasa percaya diri

dan kepuasan bekerja. Metode kanguru ini sederhana, praktis, efektif, dan

ekonomis, sehingga bisa dilakukan oleh setiap ibu atau pengganti ibu di

rumah ataupun di rumah sakit, terutama dalam mencegah kematian BBLR

(Legawati, 2018).

3. Posisi Metode Kanguru

Posisi metode kanguru adalah kontak kulit ke kulit antara ibu dan

bayi yang diberikan secara seling atau terus menerus dan dapat dimulai

segera setelah lahir atau saat kondidi bayi sudah stabil. Pada posisi

kanguru, bayi diletakkan dalam posisi vertikal diantara payudara ibu

dengan posisi kepala miring ke kiri atau ke kanan dan sedikit tengadah

(ekstensi). Ibu mendekap bayi yang hanya memakai popok dan topi.Posisi

tungkai dan tangan bayi fleksi seperti posisi “kodok”.Bayi mendapatkan

sumber panas dan kehangatan dari kulit ibu secara alami dan terus

menurus. (Farida and Yuliana, 2017)


19

Hasil Penelitian (Farida and Yuliana, 2017) mengidentifikasi

adanya perbedaan mortalitas bermakna antara bayi yang dirawat secara

konvensional dengan BBLR yang dirawat dengan metode kanguru, yaitu

38% berbanding 22,5%.

Komponen terpenting dalam tata cara pelaksanaan metode kanguru

ada 3, yaitu :

a. Cara memegang atau memposisikan bayi :

1) Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus

2) Arahkan muka bayi ke puting payudara

3) Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya

4) Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu

b. Cara meletakkan bayi :

1) Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi

2) Tunggulah sampai bayi membuka lebar mulutnya

3) Segeralah arahkan puting dan payudara ibu ke dalam mulut bayi.

c. Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:

1) Dagu bayi menempel ke dada ibu

2) Mulut bayi terbuka lebar

3) Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar

4) Daerah aerola payudara bagian atas lebih terlihat dari pada aerola

payudara bagian bawah

5) Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadang berhenti


20

4. Lama Metode Kanguru Dilakukan

a. Menurut (Nurmasitoh, 2018), Perawatan Metode Kanguru dibagi

menjadi 2 (dua), yaitu:

b. KMC intermiten, yaitu KMC dengan jangka waktu yang pendek

(perlekatan lebih dari satu jam perhari) dilakukan saat ibu berkunjung

KMC ini diperuntukkan bagi bayi dalam proses penyembuhan yang

masih memerlukan pengobatan medis (infus, oksigen). Tujuan KMC

intermiten adalah untuk perlindungan bayi dari infeksi. Dilakukan

minimal 1-2x perhari. Lama pelaksanaan paling sedikit 1 jam 30

menit.

c. KMC kontinu, yaitu KMC dengan jangka waktu yang lebih lama

daripada KMC Intermiten. Pada metode ini perawatan bayi dilakukan

selama 2-4 jam sehari(Rambe, 2018)

5. Persiapan yang diperlukan untuk melakukan metode kanguru. Persiapan

yang dilakukan untuk melakukan metode kanguru menyangkut 3 hal yaitu:

a. Ibu dan bayi : kondisi dan keberadaan ibu setelah melahirkan

merupakan persyaratan utama. Harus ada pengganti ibu yang secara

fisik dan mental sehat, mampu dan mau melakukan perawatan metode

kanguru. Bayi setelah melewati masa krisis dalam keadaan yang stabil

sudah bisa dirawat oleh ibunya dengan metode kanguru. Pakaian ibu

dan bayi tidak memerlukan pakaian khusus, hanya ibu harus

mengenakan baju yang terbuka didepan. Untuk bayinya hanya popok

dan penutup kepala. Agar posisi bayi tetap melekat ke dada ibu, diluar
21

baju ibu bisa diikat dengan kain panjang dan jangan terlalu menekan

perut ibu agar bayi bisa bernafas.

b. Tempatnya : metode kanguru bisa dilakukan pada tempat pelayanan

persalinan dan di rumah setelah dipulangkan.

c. Dukungan lingkungan : untuk keberhasilan metode ini diperlukan

dukungan dari petugas selama masih berada dalam rumah sakit. Di

rumah dukungan pihak keluarga sangat diperlukan termasuk agar ibu

diberi kesempatan untuk banyak istrahat, tidur yang cukup,

aktivitasnya berkaitan dengan bayinya.

6. Petunjuk Pelaksanaan Metode Kanguru

Petunjuk pelaksanaan metode kanguru ini yaitu :

a. Setelah mencuci tangan ibu mengenakan baju kanguru atau baju biasa

yang terbuka didepan.

b. Bayi diletakkan diantara kedua payudara ibu.

c. Kepala bayi dipalingkan kearah kiri atau kekanan sehingga bayi

mendengar detak jantung ibunya, leher bayi dalam posisi ekstensi.

d. Kemudian baju ibu dikancing

e. Agar posisi ibu tidak berubah gunakan kain panjang untuk melilit

tubuh ibu (usahakan tidak menekan perut bayi). Posisi ini

dipertahankan terus baik ibu dalam posisi duduk, berdiri maupun

berbaring.
22

7. Indikasi Bayi untuk dilakukan Metode Kanguru

Indikasi bayi untuk dilakukan metode kanguru adalah :

a. Bayi dengan berat badan  2500 gram atau prematur.

b. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai.

c. Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik.

d. Perkembangan selama di inkubator baik.

e. Kesiapan dan keikut sertaan orang tua sangat mendukung dalam

keberhasilan.

f. Tidak membutuhkan terapi oksigen.

B. Bayi Berat Lahir Rendah

1. Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah

berat bayi yang ditimbang setelah lahir (Manuaba, 2019). Klasifikasi Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR)menurut masa gestasinya yaitu:

a. Prematuritas murni

Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu

dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa

kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan

(NKB-SMK). (Legawati, 2018).

1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR

Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan

dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan


23

belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan

permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus

dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati

dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi

dengan berat badan, 2000 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan

berat badan 2000 - 2,500 kg adalah 33C-34C. Bila inkubator tidak

ada bayi dapat dibedong dengan kain dan disampingnya ditaruh

botol yang berisi air panas (Legawati, 2018).

2) Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya

tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang

dan pembentukan anti bodi belum sempuma. Oleh karena itu upaya

preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak terjadi

persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan

pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan

baik(Manuaba, 2019).

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam

preterm, term, dan post aterm. (Sondakh, 2019)


24

2. Klasifikasi BBLR

Menurut Sondakh, (2019), klasifikasi Bayi Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) menurut beratnya adalah sebagai berikut:

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berta lahir 2000–2499 gram

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1999

gram

c. Bayi berat lahir extrim rendah (BBLR) dengan berat lahir < 1000 gram

3. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR

Menurut Sondakh, (2019) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

terjadinya BBLR, yaitu :

a. Faktor lbu

1) Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,

diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

2) Umur ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20

tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian

BBLR juga meningkat seiring dengan penambahan usia ibu karena

dengan meningkatnya usia akan terjadi perubahan– perubahan pada

pembuluh darah dan juga ikut menurunnya fungsi hormon yang

mengatur siklus reproduksi (endometrium)


25

Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid

pertama menstruasi terakhir sampai anak lahir. Membagi umur

kehamilan dalam tiga kelompok , yaitu :

1) Preterm : kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari)

2) Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu

(259 sampai 293 hari)

3) Post-term : 42 Minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

Menurut (Manuaba, 2019) menyatakan bahwa berat badan

bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Faktor umur

kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin

pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan

alat-alat tubuhnya sehingga akan turut mempengaruhi berat

badan waktu lahir. Sehingga dapat dikatakan bahwa umur

kehamilan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian

BBLR yang tidak dapat dihindari.

3) Jarak kelahiran

Ibu hamil yang memiliki jarak paritas >2 tahun memiliki risiko

14.083 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu

hamil dengan jarak paritas ≥2 tahun. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Colti Sistiarini di RSUD Banyumas

(2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jarak

paritas dengan kejadian BBLR dengan nilai p = 0.004. Penelitian ini

menyatakan bahwa jarak paritas <2 tahun mempunyai peluang


26

melahirkan BBLR 5.11 kali lebih besar dibandingkan ibu yang

memiliki jarak paritas ≥2 tahun.Jarak kelahiran yang terlalu dekat

dapat menimbulkan anemia karena kondisi ibu masih belum pulih

dan pemenuhan zat-zat gizi belum optimal namun sudah harus

memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung Sondakh,

(2019).

b. Faktor janin

Hidramnion jumlah air ketuban normal adalah antara 500-

1500cc. Hidramnion adalah suatu keadaan diamana air ketuban

melebih 2000cc. Penegakan diagnosis dilakukan melalui

pemeriksaan inspeksi dimana abdomen tampak tegang, pemeriksaan

palpasi abdomen dan auskultasi denyut jantung janin. Auskultasi

denyut jantung janin biasanya sulit di dengar atau terdengar jauh.

Kelainan kromosom dapat menimbulkan kelainan kongenital

dan janin tumbuh dengan berat yang kurang untuk masa kehamilan

yang sebenarnya Trisomi 21 dan 18 dapat menyebabkan gangguan

tumbuh kembang muskulus arterioli sehingga menimbulkan

gangguan sirkulasi darah retroplasenter dengan akibat terjadinya

BBLR-small for gestational age atau bayi lahir kecil untuk masa

kehamilan.
27

Plasenta merupakan organ yang berfungsi respirasi, nutrisi,

eksresi, dan produksi hormon. Dari fungsi tersebut, janin dapat

langsung mengisap sari nutrisi dan melakukan pertukaran oksigen

dan karbondioksida untuk kepentingan metabolisme janin

intrauterine, sehingga apabila terjadi gangguan fungsi plasenta,

dapat menganggu tumbuh kembang janin.

Tali pusat (umbilikus) sebagai penghubung antara janin dan

plasenta merupakan organ yang vital karena berisi sebuah vena

umblikikalis dan dua arteri umbilikalis. Sehingga apabila terjadi

kelainan pada tali pusat seperti kelainan insersi pada plasenta, dapat

menyebabkan gangguan aliran darah menuju janin dan

menimbulkan BBLR-KMK (Kecil masa kehamilan) (Manuaba,

2019).

c. Faktor lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

5. Komplikasi pada BBLR

Komplikasi yang terjadi pada BBLR antara lain yaitu:

a. Kesukaran bernafas : fungsi organ belum sempuma

b. Pneumonia, aspirasi : refleks mengisap dan menelan belum

sempurna

c. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak

lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat

menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.


28

6. Masalah-masalah pada BBLR

Masalah-masalah yang muncul pada BBLR adalah sebagai berikut :

a. Suhu Tubuh

1) Pusat pengatur panas badan belum sempurna

2) Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah

3) Otot bayi masih lemah

4) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan

panas badan

5) Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi

dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak

kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan sekitar 36C

sampai 37C (Purwoastuti, 2017).

b. Pernafasan

1) Pusat pengatur pernafasan belum sempuma

2) Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak

sempurna

3) Otot pernafasan dan tulang iga lemah

4) Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah

infeksi paru-paru, gagal pernafasan (Perwiraningtyas et al., 2018)


29

c. Alat pencernaan makanan

1) Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang

baik

2) Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga

pengosongan lambung berkurang.

3) Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan

aspirasi pneumonia (Purwoastuti, 2017).

d. Hepar yang belum matang (immatur)

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga

mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus

(Purwoastuti, 2017).

e. Ginjal masih belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih

belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.

f. Perdarahan dalam otak

1) Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah

2) Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan

terjadi perdarahan dalam otak.

3) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat

menyebabkan kematian.

4) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan

terjadi perdarahan dan nekrosis(A.Angraeny, 2019).


30

6 Patofisiologi BBLR

Pada umumnya BBLR terjadi pada kelahiran prematur, selain itu

juga dapat disebabkan karena dismaturitas. Dismaturitas adalah bayi yang

lahir cukup bulan tetapi berat badan lahirnya kecil dari masa kehamilan

(<2500 gram). BBLR dapat terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan

saat dikandungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh penyakit ibu,

kelainan plasenta, keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan dari ibu ke bayi berkurang.

7. Penanganan BBLR

a. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat

b. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan

hangat

c. Berikan lingkungan hangat dengan kontak kulit ke kulit dan

bungkus BBLR dengan kain hangat

d. Beri lampu 60 wat dengan jarak 60cm dari kulit bayi

e. Kepala bayi ditutupi topi

f. Berikan oksigen

g. Untuk bayi berat lahir rendah beri ASI bila tidak dapat mengisap

tapi bisa menelan tetesi langsung dari puting susu, bila tidak bisa

menelan pasang sonde (Purwoastuti, 2017).


31

C. Masalah Bayi Baru Lahir pada Hipotermi

Menurut Maryunani dan Puspita (2018), hipotermi merupakan keadaan

dimana seseorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh dalam batasan

normal 36-37,5C dan dimana seorang individu mengalami penurunan suhu

tubuh terus menerus dibawah 35,5C.

Patofisiologi hipotermia, bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36C-37C

2. Gejala awal hipotermia apabila suhu <36C pada suhu ketiak.

3. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami

hipotermi sedang (suhu 32C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin)

4. Disebut hipotermi bila suhu tubuh <32C).

5. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermi diperlukan termometer

ukuran rendah (Low Reading Termometer) sampai 25C.

6. Disamping suatu gejala, hipotermi dapat merupakan awal penyakit yang

berakhir dengan kematian.

7. Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermi adalah

meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik

asidosis sebagai konsekuensi likolisis aneorobik, dan menurunnya

simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia.

8. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat

ditanggulangi dengan meningkatkan intak kalori.


32

Tanda-tanda klinis hipotermi, yaitu:

1. Hipotermi sedang

a. Kaki teraba dingin

b. Kemampuan mengisap lemah

c. Tangisan lemah

d. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata

2. Hipotermi berat

a. Sama dengan hipotermi sedang

b. Pernapasan lambat tidak teratur

c. Bunyi jantung lambat

d. Mungkin timbul hipoklikemia dan asidosis metabolik

3. Stadium lanjut hipotermia

a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

b. Bagian tubuh lainnya pucat

c. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung,

kaki dan tangan (sklerema)

4. Etiologi : penyebab hipotermi pada neonatus, antara lain:

Prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neorologik seperti maningitis dan

perdarahan cerebral. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran,

eksposure/paparan suhu lingkungan yang dingin.


33

5. Komplikasi: hipotermi pada neonatus antara lain bisa menyebabkan

gangguan pada sistem anggota tubuh berikut ini:

a. Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya replex mata (seperti

mengedip).

b. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,

menghilangnya tekanan darah sistolik.

c. Pernapasan: menurunnya konsumsi oksigen.

d. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan menghilangnya reflex parifer.


34

D. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka pikir penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka konsep dalam penelitian disusun sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Suhu badan pada bayi


Perawatan Metode Berat Lahir Rendah
Kangguru
Berat badan pada Bayi
Berat Lahir Rendah

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan

pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai.

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut

Ha : 1. Ada Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Suhu badan

Pada bayi BBLR di Rumah Sakit Umum SIS Aldjufrie Palu

2. Ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap berat badan

pada bayi BBLR.


35

Ho : 1. Tidak ada Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Suhu

badan Pada bayi BBLR di Rumah Sakit Umum SIS Aldjufrie

Palu

2. Tidak ada Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap berat

badan pada bayi BBLR.


36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental menggunakan

metode kuantitatif Desain penelitian ini adalah pretest-posttest control

group design. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok yang dipilih ,

kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen dan posttest untuk mengetahui perubahan

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Dalam penelitian ini akan mencari perbedaan atau pengaruh suhu

badan dan berat badan BBLR sebelum dilakukan perawatan metode

kangguru (PMK) dan setelah dilakukan perawatan metode kangguru

(PMK) secara kontinyu.

Pre Test Perlakuan Post test

O1 X O2

O3 O4

Keterangan :

O1 : pre test pengukuran suhu badan dan berat badan bayi sebelum
dilakukan Tindakan metode kangguru
X : Perlakuan Tindakan perawatan metode kangguru
O2 : post test pengukuran suhu badan dan berat badan bayi setelah
dilakukan tindakan metode kangguru
37

O3: Pre test pengukuran suhu badan dan berat badan bayi sebelum di
tempatkan di infantwarmer.
O4: Post test pengukuran suhu badan dan berat badan bayi setelah di
tempatkan di infantwarmer.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan Juni sampai Juli Tahun 2023 di

Rumah Sakit Umum SIS Aldjufrie Palu.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kuanlitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan BBLR yang di

rawat di RSU SIS Aldjufrie Palu.

2. Sampel

1. Definisi sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakterisitk yang dimiliki

oleh populasi. (Sugiyono, 2018).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien BBLR yang

dirawat di Kamar Bayi RSU SIS Aldjufrie Palu.


38

3. Besar sampel

Besar sampel dari penelitian ini diperoleh dari hasil perhitungan

sampel dengan rumus estimasi proporsi.

( z .1−∝/2 )2 x p x q
n=

Keterangan:

n : Besar sampel minimum

z : Tingkat kepercayaan 95%

p : Harga proporsi dipopulasi

d : Kesalahan absolut yang dapat ditoleransi

q : 1-p

Berdasarkan rumus diatas, besar sampel yang dibutuhkan yaitu:

( z .1−∝/2 )2 x p x q
n=

( 1,960 )2 x 0 ,5 x 0 ,5
n=
(0 , 25) ²

3 , 84 x 0 , 5 x 0 , 5
n=
0,0625

0 ,96
n= =15 ,36=15
0,0625

n 1=n2=30

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas maka besar

sampel adalah 15 sampel, dikarenakan peneliti menggunakan kontrol

jumlah sampel menjadi kontrol 15 bayi. Bayi yang tidak diberikan


39

perawatan metode kangguru (PMK) ditempatkan di infantwarmer

sehingga bayi tidak hipotermi dan bisa beradabtasi dengan suhu

lingkungan. Kemudian 15 bayi atau yang diberi perlakuan perawatan

metode kangguru (PMK), sehingga total sampel adalah 30 bayi dengan

setiap bayi dengan BBLR telah memenuhi kriteria penelitian.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik

purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

mengutamakan kriteria dan tujuan tertentu . (Sugiyono, 2018).

Tehnik pengambilan dengan purposive Sampling yaitu setiap bayi

BBLR yang memenuhi kriteria sebagai subjek dan cocok sebagai sumber

data sampel jumlah sampel yang di perlukan terpenuhi dalam waktu priode

yang telah ditentukan.

Adapun kriterinya meliputi :

a. Kriteria Inklusi

1) Usia Kehamilan <37 minggu

2) Berat badan lahir 2000-2499 gram

3) Bayi tidak mengalami kesulitan bernafas

4) Bayi tidak mengalami kesulitan minum

5) Bayi tidak kejang

6) Bayi tidak diare

7) Ibu dalam keadaan sehat


40

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu dan keluarga tidak bersedia menjadi responden

2) Bayi dengan suhu normal

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variable penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berb eda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Sugiyono, 2018).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen atau

variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya dan

berubahnya variabel dependen (terikat). Variable independen dalam

penelitian ini adalah Perawatan Metode Kangguru dan variable dependen

adalah Suhu badan dan Berat badan Bayi Berat Lahir Rendah.

2. Definisi operasional

a. Perawatan Metode Kangguru (PMK)

Definisi Perawatan Metode kangguru dalam penelitian ini adalah

Tindakan yang dilakukan pada bayi BBLR dengan mengukur suhu dan

berat badan bayi sebelum dan sesudah diberikan perawatan metode

kangguru.

b. Suhu badan

Suhu badan adalah temperatur tubuh yang dapat diukur dengan

thermometer sebelum dilakukan perawatan metode kangguru sehingga

mendapatkan hasil ukur suhu badan pada bayi.


41

Alat Ukur : Termometer

Cara Ukur : Ceklist Observasi

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : - Hipotermi ringan ( 34,1C – 36,4C )

- Hipotermi sedang ( 30C - 34C )

- Normal ( 36,5C – 37C )

b. Berat Badan

Berat badan adalah massa atau berat bayi yang diukur

menggunakan timbangan yang menghasilkan berat badan pada bayi

dalam satuan kilogram .

Alat Ukur : Timbangan Bayi

Cara Ukur : Ceklist Observasi

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : 1 = Normal kenaikan BB bayi > 15 gram / hari

2 = Tidak normal : kenaikan BB bayi ¿15 gram /

hari.

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung (Sugiyono,

2018). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari lembar

observasi yang berisi karakteristik responden.


42

b. Data sekunder merupakan data yang didapatkan peneliti dari data sekunder

dalam penelitian ini adalah dari Dinkes Provinsi Sul-Teng, Dinkes Kota

Palu, Bagian rekam medis RSU SIS Aldjufrie Palu.

F. Jalannya penelitian

Kelompok Experimen (Metode Kanggur)

1. Sebelum melakukan Melakukan penelitian, peneliti memastikan

respondennya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dengan melihat

status pasien

2. Peneliti memberi salam dan memperkenalkan diri, kemudian memberikan

informed consent untuk ditanda tangani oleh ibu/ayah responden jika

bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

3. Peneliti menjelaskan cara melakukan perawatan metode kangguru terhadap

bayi BBLR

4. Petugas kesehatan dan ibu mencuci tangan dan petugas kesehatan memakai

handscoon

5. Intervensi berat badan dan tanda-tanda vital bayi dilakukan dengan cara

melakukan pengukuran serta pengkajian berat badan tanda-tanda bayi antara

lain : suhu badan, respirasi dan nadi bayi kelompok eksperimental (pre test).

6. Kemudian letakkan bayi di antara payudara ibu dengan kaki bayi dibawah

payudara ibu dan tangan bayi diatasnya. Kulit bayi harus melekat pada dada

ibu (kontak kulit dengan kulit) dengan kepala bayi menoleh pada satu sisi

(kiri atau kanan) dan petugas memakaikan topi pada bayi. Gunakan baju
43

kangguru/gendongan untuk membungkus dengan nyaman ibu dan bayi

bersama. Letakkan bagian tengah dari kain menutupi bayi didada ibu,

bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu dibawah lengannya ke

punggung ibu. Silangkan ujung kain dibelakang ibu, bawa kembali ujung

kain kedepan. Ikat ujung kain untuk mengunci di bawah bayi. Topang

kepala bayi dengan menarik pembungkus ke atas hanya sampai telinga bayi,

lakukan perawatan metode kangguru selama 2 jam.

7. Setelah melakukan tindakan PMK 2 kali sehari pagi dan sore peneliti

melakukan observasi pengukuran berat badan dan tanda-tanda vital bayi

selama 3 hari berturut-turut, tanda-tanda vital bayi antara lain: suhu

badan,respirasi dan nadi bayi dan pengukuran berat badan dan tanda-tanda

vital bayi yang tidak diberi perlakuan (post test). Kemudian petugas

merapikan alat, melepas handscoon dan cuci tangan dan mengakhiri

pertemuan.

Kelompok kontrol (Infant warmer)

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memastikan respondennya sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan dengan melihat status pasien

2. Peneliti memberi salam dan memperkenalkan diri, kemudian memberikan

informed consent untuk ditanda tangani oleh ibu/ayah responden jika

bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

3. Peneliti menjelaskan cara melakukan perawatan infant warmer terhadap bayi

BBLR
44

4. Petugas kesehatan dan ibu mencuci tangan dan petugas kesehatan memakai

handscoon

5. Intervensi berat badan dan tanda-tanda vital bayi dilakukan dengan cara

melakukan pengukuran serta pengkajian berat badan tanda-tanda bayi

antara lain: suhu badan, respirasi dan nadi bayi kelompok kontrol (pre test ).

6. Kemudian letakkan bayi diatas infant warmer dan tekan tombol on untuk

menghidupkan infat warmer dengan suhu ruangan 34C. lakukan perawatan

selama 2 jam.

7. Setelah melakukan perawatan di infant warmer 2 kali sehari pagi dan sore

peneliti melakukan observasi pengukuran berat dan tanda-tanda vital bayi

selama 3 hari berturut-turut, tanda-tanda bayi antara lain : suhu badan,

respirasi dan nadi bayi dan pengukuran berat badan dan tanda-tanda vital

bayi (post test), kemudian petugas merapikan alat, melepas handscoon dan

cuci tangan dan mengakhiri pertemuan.

Dengan demikian perbedaan pada kelompok experimen diberikan

perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan.

Yaitu untuk melihat apakah ada pengaruh yang berbeda antara kedua

kelompok setelah diberikan perlakuan dan yang tidak diberikan perlakuan.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data setelah terkumpul dari lembar observasi yang ada

maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data tersebut dengan tahap-


45

tahap sebagai berikut:

1. Editing , yaitu memeriksa kelengkapan dan keseragaman data

2. Coding, yaitu memberi kode pada data atau memberi simbol tertentu

untuk setiap jawaban

3. Tabulating,

yaitu pengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu

menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian.

4. Entry,

yaitu memasukkan data kedalam komputer dengan menggunakan program

komputer.

5. Cleaning data,

yaitu merupakan tahap akhir dari pengolahan data. Yaitu membersihkan

data yang telah masuk komputer.

6. Describing data,

yaitu menggambarkan atau memperjelas data yang dikumpulkan.

H. Analisis Data

Melihat tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

perawatan metode kangguru terhadap suhu badan dan berat badan bayi

BBLR di RSU SIS Aldjufrie Palu, maka analisa yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :


46

1. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakterisitik setiap variabel penelitian. Analisa ini

menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti.

Analisa data dengan menggunakan rumus :

f
Distribusi frekuensi : P= x 100 %
N

Keterangan:

p = Presentase.

f = Jumlah subyek yang ada pada ketegori tertentu.

n = Jumlah atau keseluruhan responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan

antara variabel bebas dengan terikat. Dalam penelitian ini analisa bivariat

digunakan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru

terhadap suhu badan dan berat badan pada BBLR.

Penelitian ini , analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan

Signed rank test Merupakan suatu uji untuk membandingkan pengamatan

sebelum dan sesudah perlakuan.

Hasil pengujian hipotesis adalah apabila p value < 0,05 maka Ho

ditolak dan sebaliknya apabila p value > 0,05 Ho diterima. Uji sampel

paired test merupakan uji perbedaan rata-rata kelompok berpasangan.

Hasil pengujian hipotesis adalah apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak

dan sebaliknya apabila p value >0,05 Ho diterima.


47

I. Penyajian Data

Bentuk penyajian data yang akan penulis gunakan adalah dengan

cara penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi.

J. Jalannya Penelitian

Dalam melakukan penelitian ada beberapa prinsip yang harus di

pegang teguh yaitu;

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

2. Penjelasan manfaat penelitian

3. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan

4. Penjelasan manfaat yang didapatkan

5. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

6. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri sebagai obyek penelitian

kapan saja.

7. Jaminan dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang

diberikan oleh responden.

F.
48

DAFTAR PUSTAKA

A.Angraeny (2019) ‘Hubungan usia ibu dan jarak kelahiran terhadap kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada RSUD Daya Kota Makassar
2017’, in Skripsi.
Almeida CM. (2017) Effects Of Kangaroo Mother Care On The Vital Signs Of
Low-Weight Preterm Newborns. ISSN 1809-9246.
Astuti, W. T. and Suryatama, N. (2021) ‘Literature Review : Penerapan Metode
Kangaroo Mother Care (Kmc) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh’, Jurnal
Keperawatan, 7, pp. 13–23.
Bety Maya Sari (2018) The Effect Of Kanguru Mother Care Method To Change
Of Body Temperature In Lbw (Low Body Weight) Babies. International
Journal of Nursing and Midwifery Science (IJNMS)
http://ijnms.net/index.php/ijnms
Campbell-Yeo, M. et al. (2017) ‘Understanding kangaroo care and its benefits to
preterm infants’, Pediatric Health, Medicine and Therapeutics, p. 15.
doi: 10.2147/phmt.s51869.
Damayanti (2019) ‘Pengaruh swaddling dan kangaroo mother care terhadap
peningkatan suhu tubuh bayi berat lahir rendah di Puskesmas Biak Muli
Aceh Tenggara’, Αγαη, 8(5), p. 55.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Palu : Dinkes Provinsi Sulawesi
Tengah
Dinas Kesehatan Kota Palu. (2021). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Palu. Palu : Dinkes Kota Palu
Farida, D. and Yuliana, A. . (2017) ‘Pemberian Metode Kanguru Mother Care
(KMC) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh dan Berat Badan Bayi BBLR
di Ruang Anyelir Rumah Sakit Umum RA Kartini Jepara’, Jurnal
Profesi Keperawatan (JPK), 4(2), pp. 99–111.
Ft. Kurt S.Kucukoglu (2021) The Effect of Kangaroo Care on Maternal
Attachment in Preterm Infants. [Downloaded free from
http://www.njcponline.com on Tuesday, February 23, 2021, IP:
223.164.2.253].
Legawati (2018) Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba
Medika.
Manuaba, I. B. . (2019) Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstretri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
49

Muliani & Lisnawati, The Effect of Kangaroo Mother Care Method toward
Weight Gain and Length of Stay among Low Birth Weight Baby.
International Journal of Public Health Science (IJPHS).Vol. 7, No. 2,
June 2018, pp. 91-96.
Masturoh, I. (2018) ‘Metode Penelitian Kesehatan’, Pusat Pendidikan sumber
daya Manusia Kesehatan.
Nurmasitoh (2018) ‘Universitas Sumatera Utara Poliklinik Universitas Sumatera
Utara’, Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 1(3), pp. 82–91.
Parti, Malik, S. and Nurhayati (2020) ‘Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
(PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir’, Jurnal
Bidan Cerdas, 2(2), pp. 66–71. doi: 10.33860/jbc.v2i2.56.
Paulo (2019) ‘KMC Low Birth Weight Baby, 1, pp. 1–9.
Perwiraningtyas, P. et al. (2018) ‘Analisis faktor resiko tingkat berat bayi lahir
rendah’, 3(3).
Purwoastuti, W. E. S. & (2017) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: In Media.
Rambe, N. (2018) ‘Universitas Sumatera Utara Poliklinik Universitas Sumatera
Utara’, Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 1(3), pp. 82–91.
Review, B. L., Rizqiana, H. and Sulistyanto, B. A. (2021) ‘Prosiding Seminar
Nasional Kesehatan 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Gambaran Pelaksanaan Kangaroo Mother Care ( KMC )
Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah Prosiding Seminar
Nasional Kesehatan 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian ’, pp.
554–561.
Riset, A. (2018) ‘The Effectiveness Of Kangoro Care Method With Support
Binder ( kain panjang batik / jarik ) on increasing of Low Birth Weigt Of
Baby in RSU Haji Medan’, 1(1), pp. 15–20. Available at:
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jkg/article/view/3940.
Rumah Sakit Umum Sis aljufri Palu (2022). Rekam medik Rumah Sakit Umum sis
aljufri Palu : Palu. RSU sis aljufri Palu

Sari, I. D. (2020) ‘Efektivitas Inisiasi Menyusu Di Efektivitas Inisiasi Menyusu


Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik
Sehati Medan’, Jurnal Kebidanan, 9(1), pp. 30–36. doi:
10.35890/jkdh.v9i1.144.
Setiyawan, S., Prajani, W. D. and Agussafutri, W. D. (2019) ‘Pengaruh
Pelaksanaan Kangaroo Mother Care (KMC) Selama Satu Jam Terhadap
Suhu Tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang
50

Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali’, (Jkg) Jurnal Keperawatan


Global, 4(1), pp. 35–44. doi: 10.37341/jkg.v4i1.64.
Sondakh, J. J. S. (2019) Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono (2018) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sumiyati, S., Wahyuningsih, T. and Lusiana, A. (2020) ‘Perawatan Metode
Kanguru Pada Bayi Berat Lahir Rendah’, Jurnal Sains Kebidanan, 2(2),
pp. 26–29. doi: 10.31983/jsk.v2i2.6425.
World Health Organization, WHO (2018) Pemberian Metode Kanguru Mother
Care (KMC) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh dan Berat Badan Bayi
BBLR Jurnal Sains Kebidanan, 2(2), pp. 26–29. doi:
10.31983/jsk.v2i2.6425.
Zulaekha, S. (2018) ‘The Effectiveness Of Kangoro Care Method With Support
Binder ( kain panjang batik / jarik ) on increasing of Low Birth Weigt Of
Baby in RSU Haji Medan’, 1(1), p p. 15–20.

Anda mungkin juga menyukai