Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI


DAERAH

Dosen Pembimbing :
Yusron, SH.MH

Oleh :
Abenk Okta Whilaga
(221016161201026)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUARA BUNGO
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya. Sholawat dan salam senantiasa
tercurahkan keharibaan Baginda Nabi Muhammad SAW dan do’a restu para
Auliyaíllah Khususnya Ghoustu Hadzaz Zaman RA berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Muara Bungo, 09 Januari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar belakang ................................................................................................... 1
Rumusan masalah .............................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
Pengertian Pajak Daerah .................................................................................... 2
Pengertian retribusi daerah ................................................................................ 5
Perbedaan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah ................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
Kesimpulan .................................................................................................... 10
Saran .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah iuran wajib kepada negara yang mana tidak mendapatkan
kontra prestasi secara langsung dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara dalam rangka pelaksanaan tugas negara sebagai penyelenggara
negara.jenis pajak dibedakan menjadi 2 yaitu pajak pusat yang contohnya pajak
penghasilan (Pph), pajak pertambahan nilai barang & jasa (Ppn), pajak penjualan
atas barang mewah (Ppn-BM) serta pajak bumi dan bangunan (Pbb) dan pajak
daerah contohnya seperti pajak reklame, pajak bahan bakar, pajak hiburan serta
pajak kendaraan bermotor.
Dalam makalah ini saya mengangkat tema Pajak daerah.Pajak daerah ini
menjadi bagian dari Otonomi daerah yang mana ditandai dengan pemberian
kewenangan yang besar dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mengatur rumah tangganya sendiri. Pemberian kewenangan ini diharapkan
mampu memacu pemerintah daerah untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih
besar bagi masyarakatnya. Pemberian kewenangan ini tidak hanyadari sisi
administrasi pemerintahan, tetapi juga dalam hal keuangan. Melalui Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
pemerintah pusat mengalihkan beberapa pajak yang semula ditarik oleh pusat
menjadi pajak daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu
pendapatan daerah yang tergolong kedalam PAD (pendapatan asli daerah).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pajak daerah?
2. Apa pengertian retribusi daerah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang pajak daerah
2. Untuk mengetahui tentang retribusi daerah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerahbagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah
untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan
undang- undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan
peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan selain pajak
yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
Jenis-Jenis Pajak Daerah Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdapat 5 (lima)
jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten/kota yaitu :
Jenis Pajak Yang dikelola Oleh Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermoto (Pasal 1 Undang-Undang Nomor
28Tahun 2009).
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
d. Pajak Air Permukaan (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009).
e. Pajak Rokok (Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009)Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota :

2
1) Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan
yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah
kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor
28Tahun 2009).
2) Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas
penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan
sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
3) Pajak Hiburan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
dan Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan
hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,
dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak
Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen).
Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan,
diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan
mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar
75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian rakyat/
tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4) Pajak Reklame

3
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas
penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau
media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan
komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang
dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50
Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009).
5) Pajak Penerangan Jalan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas
penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun
diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik
dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam,
tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga
persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan
batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan
logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-
undangan di bidang mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4
B. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Banyak yang mengira jika retribusi daerah sama dengan pajak daerah.
Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena keduanya memiliki
persamaan dan perbedaan masing-masing. Keduanya merupakan salah satu
sumber pendapatan pemerintah daerah yang penting untuk membiayai
pembangunan. Selain itu, keduanya bersifat dipaksakan dan dibebankan kepada
masyarakat. Bila masyarakat taat bayar keduanya, maka akan tercapai
kesejahteraan bersama.
Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Retribusi daerah dibagi menjadi 3 jenis, seperti yang tertuang dalam UU
No. 28 tahun 2009, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan
Retribusi Perizinan Tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu-persatu:
1. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum merupakan pungutan atas pelayanan yang
disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Retribusi Jasa Umum dibagi ke dalam 10 bagian, yang meliputi:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan untuk pungutan atas pelayanan
kesehatan di Puskesmas, Balai Pengobatan, RSU Daerah, dan tempat
kesehatan lain sejenis yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan untuk pungutan atas
pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah yang meliputi pengambilan, pengangkutan, dan
pembuangan serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah
rumah tangga dan perdagangan. Di dalamnya tidak termasuk pelayanan
kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, dan sosial.
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil untuk
pungutan atas pelayanan KTP, kartu keterangan bertempat tinggal,

5
kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas penduduk
musiman, kartu keluarga, dan akta catatan sipil.
4) Retribusi Pemakanan dan Pengabuan Mayat untuk pungutan atas
pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi pelayanan,
penggalian, pengurugan, pembakaran/pengabuan, dan sewa tempat yang
dimiliki atau dikelola oleh daerah.
5) Retribusi Pelayanan Parkir untuk pungutan atas pelayanan parkir di tepi
jalan umum yang disediakan oleh daerah.
6) Retribusi Pelayanan Pasar untuk pungutan atas penggunaan fasilitas
pasar tradisional berupa pelataran dan los yang dikelola oleh daerah dan
khusus disediakan untuk pedagang, kecuali pelayanan fasilitas pasar
yang dikelolaoleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor untuk pungutan atas pelayanan
pengujian kendaraan bermotor yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan diselenggarakan oleh daerah.
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran untuk pungutan atas
pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat
penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa.
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta untuk pungutan atas
pemanfaatan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah.
10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus untuk pungutan atas
pelayanan penyedotan kakus yang dilakukan oleh daerah dan tidak
termasuk yang dikelola oleh BUMD dan swasta.
2. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan atas pelayanan yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, baik itu
pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah
sepanjang belum dapat disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Retribusi Jasa Usaha dibagi ke dalam 10 bagian, yaitu:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk pungutan atas pemakaian
kekayaan daerah berupa pemakaian tanah dan bangunan, ruangan
untuk

6
pesta, dan kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar milik daerah. Tidak
termasuk penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah
tersebut, misal pemancangan tiang listrik/telepon, dan lain-lain.
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan untuk pungutan atas
penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang dan fasilitas
pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan oleh daerah, tidak
termasuk yangdisediakan oleh BUMD dan swasta.
3) Retribusi Tempat Pelelangan untuk pungutan atas pemakaian tempat
pelelangan yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan.
4) Retribusi Terminal untuk pungutan atas pemakaian tempat pelayanan
penyediaan parkir untuk kendaraan penumpang dan bus umum, tempat
kegiatan usaha, dan fasilitas lain di lingkungan terminal yang
dimiliki/dikelola oleh daerah, terkecuali yang dimiliki/dikelola oleh
pemerintah, BUMN, BUMD, dan swasta.
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir untuk pungutan atas pemakaian tempat
parkir yang khusus disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh daerah,
terkecuali yang disediakan/dikelola oleh BUMN, BUMD, dan swasta.
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Vila untuk pungutan atas
pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/vila yang dimiliki dan/atau
dikelola oleh daerah, terkecuali yang dimiliki/dikelola oleh pemerintah,
BUMN, BUMD, dan swasta.
7) Retribusi Rumah Potong Hewan untuk pungutan atas pelayanan
penyediaan fasilitas pemotongan hewan yang dimiliki dan/atau dikelola
oleh daerah, termasuk layanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum
dan sesudah dipotong.
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan untuk pungutan atas pelayanan jasa
kepelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
pemerintah daerah.
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga untuk pungutan atas pemakaian
tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang dimiliki dan dikelola oleh
daerah.

7
10) Retribusi Penyeberangan di Air untuk pungutan atas pelayanan
penyeberangan orang/barang dengan menggunakan kendaraan di air
milik/kelola daerah.
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu merupakan pungutan atas pelayanan
perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana, atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Retribusi Perizinan tertentu dibagi ke dalam 6 jenis, yaitu:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pungutan atas
pelayanan pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan.
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol untuk pungutan
atas pelayanan pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman
beralkohol di suatu tempat tertentu.
3) Retribusi Izin Gangguan untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin
tempat usaha/kegiatan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan
bahaya, kerugian/gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang
telah ditentukan oleh daerah.
4) Retribusi Izin Trayek untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin
usaha untuk penyediaan pelayanan angkutan penumpang umum pada satu
atau beberapa trayek tertentu.
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan untuk pungutan atau pemberian izin
untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.
6) Retribusi Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA)
untuk pungutan atas pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi
kerja tenaga asing.
Untuk tarif Retribusi Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Biayanya meliputi dokumen izin, pengawasan di lapangan,
penegakan hukum, tata usaha, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin
tersebut.

8
C. Perbedaan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah
Setelah mengetahui apa itu pengertian dan jenis-jenisnya, yuk simak
perbedaan keduanya pada tabel di bawah ini:
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Undang-Undang No.
Peraturan Pemerintah,
7 Tahun 1983 tentang Pajak
Payung Hukum Peraturan Menteri atau pejabat
Penghasilan, dan Undang-Undang No.
negara yang lebih rendah.
8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.

Orang yang menggunakan jasa


pemerintah dan pelayanan
Penghasilan, barang mewah, kendaraan,
Objek umum, seperti kesehatan,
laba perusahaan, dan lain sebagainya.
terminal, pasar, dan lain
sebagainya.

Balas Jasa Didapatkan secara langsung. Tidak didapatkan secara langsung.

Dipungut hanya oleh


Pemerintah Daerah, dalam halDipungut oleh Pemerintah Pusat atau
Lembaga Pemungut
ini Dinas Pendapatan DaerahPemerintah Daerah.
(Dispenda)

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah
untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan
undang- undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan
peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan selain pajak
yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,


adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Demikianlah makalah yang telah saya buat, semoga kita dapat lebih
memahami bentuk-bentuk pajak dan retribusi daerah yang ada dalam negara
kita. Khususnya pajak daerah, yang mana penerimaannya dibuat untuk
kelangsungan ekonomi dan pendapatan negara kita dan penggunaannya nantinya
akan kembali kepada kesejahteraan seluruh elemen masyarakat Indonesia

10
DAFTAR PUSTAKA
Brotodihardjo R. Santoso, 1984, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”, PT.
Eresco,Jakarta.
Darwin, 2010, “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”, Mitra Wacana Media,
Jakarta.
Hadi Sutrisno, 1984, “Metodologi Research (Jilid I)”, Yayasan Penerbit
FakultasPsikologi UGM, Yogyakarta.
Herimanto dan Winarno, 2010, “Ilmu Sosial dan Budaya Dasar”, PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Mardiasmo, 2011, “Perpajakan”, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta.
Muhammad Abdulkadir, 2004, “Hukum dan Penelitian Hukum”, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.

11

Anda mungkin juga menyukai