1. Kajian Literatur
Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang relevan dengan topik
masalah.
Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah tersebut berdasarkan
temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
Ajukan pertanyaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, atau rekan
sejawat yang memiliki pengalaman terkait masalah yang diidentifikasi.
Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka mengenai penyebab
masalah tersebut.
Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai referensi untuk menganalisis
penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian atau pengalaman
dalam masalah yang diidentifikasi.
Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk mendapatkan wawasan dan
pemahaman lebih mendalam tentang penyebab masalah.
Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk membantu Anda
menganalisis penyebab masalah secara lebih mendalam.
Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda dapat menggunakan
data yang terkumpul sebagai dasar untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah
yang lebih spesifik. Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah
Guru Penggerak
Sering terjadi perkelahian antar
peserta didik disebabkan karena:
Gengsi dan ego. ada peserta didik
menganggap lebih baik dalam hal
fisik daripada peserta didik yang
lain, ini bisa memicu perkelahian
antar peserta didik
Terprovokasi oleh pihak lain yang
tidak bertanggung jawab juga bisa
memicu terjadinya perkelahian
antar peserta didik
(Hasil wawancara via Wa dengan Guru penggerak
Angk 4 SMA Negeri 11 Maluku Tengah)
Guru
Terjadinya perkelahian antar peserta
didik dari dua desa yang berbeda
maka ada banyak unsur yang menjadi
penyebab.
Salah satunya masalah bisa timbul
karena adanya konflik antar desa
tersebut yang memicu adanya
ketidaknyamaan dan mrambat
sampai di lembaga pendidikan
dalam hal ini peserta didik.
Masing-masing akan merasa diri
dan kelompoknya benar sehingga
menimbulkan polemic yang
berakhir dengan perkelahian.
Adanya perundungan atau
bullying. Biasanya yang menjadi
korban adalah peserta didik
perempuan. Dan hal ini dapat
memicu perkelahian antar peserta
didik. Karena pihak korban tidak
akan tinggal diam melihat teman
atau sesamanya dirundung.
Adanya persaingan saat proses
belajar mengajar di dalam kelas.
Peserta didik akan saling
berlomba satu dengan yang lain
untuk memberikan yang terbaik.
Hal ini bisa saja memicu
kecemburuan social bahkan
dampak negative
(hasil wawancara via Wa dengan rekan
sejawat pada SMA Negeri 11 Maluku tengah)
3. Wawancara Pakar/Pihak yang lain
Perkelahian yang terjadi antar peserta
didik yang terjadi pada 2 desa
bertetangga itu merupakan
kesalahpahaman antara peserta didik
pada lingkungan sekolah
(hasil wawancara via Wa dengan tokoh Pemuda
Desa Kailolo Kec. Pulau Haruku Kabupaten
Maluku Tengah)
Guru Penggerak
Pemicu adanya trend baru yang
dianggap eksis seiring
berkembangnya jaman bisa dilihat
dari cara berpakaian siswa.
(Hasil wawancara via Wa dengan Guru
penggerak Angk 4 SMA Negeri 11 Maluku
Tengah)
Guru
Penyebabnya karena pihak sekolah
tidak mengontrol dan memberikan
sanksi tegas kepada peserta didik
yang melanggar aturan sekolah dan
kurang adanya kesadaran peserta
didik terhadap siapa dirinya di
sekolah serta kurangnya sikap
menghargai aturan sekolah
sehingga mereka seenaknya saja
dalam berpakaian
(hasil wawancara via Wa dengan rekan sejawat
pada SMA Negeri 11 Maluku tengah)
Guru Penggerak
Faktor penyebab adalah pengaruh
lingkungan:
a. Di lingkungan keluarga misalnya
kurangnya peran orang tua
dalam mendidik (tidak peduli)
b. Di lingkungan masyarakat,
banyaknya anak-anak yang
terpengaruh dengan game online
sehingga mengakibatkan waktu
belajar di habiskan untuk
bermain game online akibatnya
terpengaruh juga bagi anak
tersebut apabila bergaul dengan
teman-temannya di mana dia
berada.
c. Di lingkungan sekolah, peran
perpustakaan belum maksimal,
keterbatasan buku / bahan
bacaan, dll
(Hasil wawancara via Wa dengan Guru
penggerak Angk 4 SMA Negeri 11 Maluku
Tengah)
Guru
Di Era yang semakin berkembang
pesat dengan kemajuan teknolgi
ini, minat baca peserta didik
semakin kurang. Karena peserta
didik lebih memilih menggunakan
gadget bukan untuk sarana belajar
namun sebaiknya untuk hal yang
tidaklah penting.
(hasil wawancara via Wa dengan rekan
sejawat pada SMA Negeri 11 Maluku tengah)
Guru
Bagaimanapun peserta didik berasal
dari latar belakang keluarga yang
berbeda-beda sehingga terkadang
mereka membutuhkan keberadaan
dan perhatian kita
(hasil wawancara via Wa dengan rekan sejawat
pada SMA Negeri 11 Maluku tengah)
JURNAL PRAKTISI
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Masih banyak satuan pendidikan
dengan ketersediaan sarana
prasarana tidak terpenuhi dan guru
belum memanfaatkan teknologi
informasi secara maksimal.
( Wayan Subadre, Abdul Wahab Jufri, I
Wayan Karta. Pengaruh Sarana Prasarana
Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
Dalam Pembelajaran Terhadap Mutu
Pendidikan Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri Kabupaten Lombok Utara
Tahun 2022. Program Studi Magister
Administrasi Pendidikan, Pascasarjana,
Universitas Mataram, Indonesia.
(http://jpap.unram.ac.id/index.php/jpap)
Guru Penggerak
Banyak factor yang
mempengaruhi pemanfaatan TIK
belum optimal dalam proses
pembelajaran adalah:
1. Tidak adanya sarana dan
prasarana TIK di sekolah
tersebut
2. Tidak adanya akses oleh guru
padahal adanya saran dan
prasarananya disekolah
tersebut
3. Guru tidak memiliki
pengetahuan tentang TIK
4. Tidak adanya kemauan guru
untuk memanfaatkan TIK
(Hasil wawancara via Wa dengan Guru
penggerak Angk 4 SMA Negeri 11
Maluku Tengah)
Guru
Kurangnya pendapatan sekolah
dikarenakan jumlah siswa pada
sekolah sedikit sehingga sarana
yang dibutuhkan juga tidak tersedia
optimal. Begitupun pihak guru
sendiri tidak terlalu bisa dalam
menggunakan IT di sekolah
sehingga proses pembelajaran juga
penggunaannya kurang optimal
(hasil wawancara via Wa dengan rekan sejawat
pada SMA Negeri 11 Maluku tengah)