Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyusunan CJR


Critical Journal Review adalah tugas kelompok yang mengkaji sebuah jurnal dengan
beberapa tujuan tertentu yang pada dasarnya sebagai bentuk pengembangan keterampilan
mahasiswa dalam menilai dan mengkritisi sebuah jurnal lalu membandingkannya dengan
jurnal lain sebagai pembanding.Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan mahasiswa mampu
memilih buku mana yang sebaiknya dijadikan referensi dalam membuat berbagai karya tulis
ilmiah. Critical Journal Review juga melatih mahasiswa dalam menganalisis dari segi bahasa,
pembahasan, penulisan, maupun tampilan sebuah buku serta kemampuan mengkritisi isi
jurnal.

B. Tujuan Penyusunan CJR


1. Untuk melatih mahasiswa merumuskan definisi konseptual berdasarkan sintesis teori-
teori yang berkembang dari jurnal yang direview.
2. Untuk melatih mahasiswa meringkas isi jurnal.
3. Untuk melatih mahasiswa membandingkan dan menghubungkan isi jurnal yang direview
dengan jurnal-jurnal yang relevan.
4. Melatih mahasiswa lebih kritis dan berani berargumentasi berdasarkan teori dari jurnal
teks.

C. Manfaat Penyusunan CJR


1. Kemampuan dan keterampilan dalam meringkas isi jurnal
2. Kemampuan dan keterampilan membandingkan dengan jurnal-jurnal lain
3. Kemampuan dan keterampilan dalam menlai konstruksi jurnal (cover, layout, isi dan tata
bahasa)
4. Kemampuan dan keterampilan komunikatif dalam menyampaian informasi, dan
bertanggung jawab atas yang disampaikan

D. Identitas Jurnal

 Jurnal 1

1. Judul Artikel : Isolasi bakteri endofit asal tumbuhan mangrove Avicennia


marina dan kemampuannya sebagai antimikroba patogen
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhii secara in
vitro
2. Nama Jurnal : NICHE Journal of Tropical Biology
3. Edisi Terbit : 2021
4. Pengarang Artikel : Meutia Ramadhanty,Arina Tri Lunggani,dan Nurhayati
5. Volume : 4(1):16-22
6. Kota terbit : Semarang
7. ISSN : 2614-8307

 Jurnal 2
1. Judul Artikel : Isolasi dan aktivitas antibakteri jamur endofit pada mangrove
Avicennia marina dari Pulau Payung Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan
2. Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Sains
3. Edisi Terbit : 2021
4. Pengarang Artikel : Delima Ayu Gustina Situmorang,Rozirwan,dan Muhammad
Hendri
5. Volume : 23 (3): 125-133
6. Kota terbit : Sumatera Selatan
7. ISSN : 2614-8307

BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
A. Ringkasan Jurnal 1
Isolat dan Karakter Bakteri Endofit
Isolat bakteri endofit yang berhasil diisolasi berjumlah tiga isolat yang masing-masing
berasal dari akar,batang dan daun,yaitu AM1,AM2,dan AM3. Hasil karakterisasi
makroskopis dan mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan karakter morfologi makroskopis dan mikroskopis, isolat AM1, AM2, dan
AM3 diduga termasuk kedalam genus Pseudomonas sp., Enterobacter sp., dan
Staphylococcus sp. Ketiga genus tersebut dapat ditemukan pada A. marina selain karena
nutrisi yang disediakan, juga karena kondisi lingkungan yang memadai karena genus
Pseudomonas, Enterobacter, dan Staphylococcus merupakan genus bakteri yang bersifat
halofil (Ventosa, et al.,1998; Gibtan, et al., 2017). Selain itu ketiga genus tersebut telah
diamati berhasil diisolasi dari tumbuhan A. marina.
Dalam penelitian Rahman (2019) telah berhasil diisolasi 8 genus bakteri endofit dari
daun A.marina yang meliputi Klebsiella, Pantoea, Vibrio, Enterobacter, Pseudomonas,
Virgibacillus, Staphylococcus, dan Bacillus.Dalam penelitian lain milik Rismawati (2018)
bakteri endofit yang berhasil diisolasi dari tumbuhan A. marina yakni Klebsiella sp.,
Raoultella sp., Klebsiella oxycota, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas stutzeri.

Kurva Pertumbuhan
Berdasarkan kurva pertumbuhan (Gambar 1),bakteri endofit AM1,AM2 dan AM3 dipanen
pada jam ke-24 saat pertumbuhan bakteri endofit berada di fase stasioner.

Gokulan et al. (2014) menyatakan bahwa bakteri yang menghasilkan metabolit sekunder
umumnya mensintesis senyawa bioaktif dan molekul-molekul kompleks pada akhir fase
eksponen hingga fase stasioner.Metabolit sekunder dihasilkan karena adanya beberapa
rangsangan seperti kekurangan nutrisi, tekanan lingkungan, dan kondisi
pertumbuhan yang terbatas.
Aktivitas Antimikroba Bakteri Endofit
Aktivitas antimikroba supernatan bakteri endofit ditandai dengan terbentuknya zona
hambat setelah waktu inkubasi selama 24 jam. Diameter zona hambat yang terbentuk oleh
supernatan bakteri endofit AM1, AM2, dan AM3 diukur dengan jangka sorong dan
dikategorikan sesuai dengan kemampuan daya hambatnya. Susanto et al. (2012)
menyatakan bahwa zona hambat dengan diameter >20 mm memiliki potensi antibakteri
yang sangat kuat, diameter 11-20 mm berpotensi kuat, diameter 6-10 mm berpotensi
sedang, dan diameter <5 mm berpotensi lemah.
Berdasarkan hasil (Tabel 2), daya hambat bakteri endofit AM1, AM2, dan AM3
terhadap S. aureus adalah sedang (intermediet), sedangkan daya hambat bakteri endofit
AM1, AM2, dan AM3 terhadap S. typhi secara berturut-turut adalah kuat (sensitif), sedang
(intermediet), dan sedang (intermediet).

Aktivitas antimikroba bakteri endofit AM1, AM2, dan AM3 diduga terjadi karena
adanya senyawa bioaktif atau metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri endofit
yang dapat bekerja sebagai antimikroba.Dalam penelitian Sankaralingam,et al. (2017),
Pseudomonas sp. yang berhasil diisolasi dari tanaman mangrove bersifat antimikroba.
Beberapa substansi mirip antibiotik telah diidentifikasi yaitu bakteriosin dan phenazine.
Menurut Pierson dan Pierson (2010) Phenazine merupakan metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh bakteri Pseudomonas sp. dan memiliki kemampuan antibiotik berspektrum
luas. Selain Pseudomonas sp.,Staphylococcus sp. juga dilaporkan dapat memproduksi
bakteriosin. Bakteriosin adalah kelompok peptida heterogen yang bersifat antimikrobial.
Cotter et al.(2013) menyatakan bahwa bakteriosin adalah protein atau peptida toksik yang
dihasilkan oleh bakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki strain atau
kedekatan relasi yang serupa.
Berdasarkan hasil (Tabel 3), daya hambat ekstrak etil asetat bakteri endofit AM1,
AM2, dan AM3 baik terhadap S. aureus maupun S. typhi adalah sedang (intermediet).
Ekstrak etil asetat bakteri endofit AM1, AM2, dan AM3 mampu menghasilkan aktivitas
antimikroba namun dengan kemampuan daya hambat yang lebih lemah. Hal ini dapat
terjadi karena ekstrak etil asetat tidak dipurifikasi menggunakan rotary evaporator.
Menurut Khunaifi (2010) rotary evaporator digunakan untuk memisahkan pelarut dan
senyawa aktif yang terkandung dalam bahan yang diekstraksi.Tanpa dilakukan pemekatan
menggunakan rotary evaporator maka esktrak yang diperoleh masih mengandung banyak
pelarut.Selain itu konsentrasi etil asetat yang digunakan juga terlalu kecil, yaitu 100 ppm.
Dalam penelitian Aljuraifani, et al (2019) konsentrasi minimum etil asetat yang diberikan
pada supernatan bakteri endofit agar berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri patogen
Gram positif adalah 125 ppm, sedangkan terhadap bakteri patogen Gram negatif adalah
250 ppm.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA,aktivitas antimikroba supernatan dan ekstrak etil
asetat bakteri endofit AM1,AM2, dan AM3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap pertumbuhan bakteri patogen S.aureus karena nilai p>0,05.Aktivitas antimikroba
supernatan bakteri endofit dan ekstrak etil asetat bakteri endofit AM1,AM2,dan AM3
menunjukkan adanya perbedaan nyata terhadap pertumbuhan bakteri patogen S. typhi
karena nilai p<0,05.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, telah berhasil diisolasi 3 isolat bakteri
endofit dari tanaman mangrove A. marina, masing-masing diduga berasal dari genus
Pseudomonas sp.,Enterobacter sp.,dan Staphylococcus sp.,yang berpotensi memiliki
kemampuan antimikroba.Ketiga isolat bakteri endofit memiliki kemampuan antimikroba
yang tinggi terhadap pertumbuhan bakteri patogen S. typhi.Aktivitas antimikroba
menggunakan supernatan endofit dinyatakan lebih efektif menghambat pertumbuhan
bakteri patogen S. aureus dan S. typhi dibandingkan dengan esktrak etil asetat. Perlu
dilakukan karakterisasi bakteri lebih lanjut mengenai bakteri endofit yang diperoleh dari
tanaman mangrove A. marina serta perlu dilakukan identifikasi kandungan metabolit
sekunder untuk memastikan senyawa metabolit sekunder apa yang dihasilkan oleh bakteri
endofit sehingga mampu berperan sebagai antimikroba.
B. Jurnal 2
Koloni Murni Jamur Endofit dari Tumbuhan Mangrove Avicennia marina P
Penumbuhan jamur di media PDA didapatkan jamur yang padat sehingga dilakukan
pemurnian jamur agar dapat mempermudah proses pengamatan dan identifikasi jenis
jamur endofit. Didapatkan tiga jenis jamur endofit murni dengan masa inkubasi tujuh hari
pada suhu 25ºC. Hasil pemurnian jamur endofit dari setiap sampel dapat dilihat pada Tabel
1.

Pertambahan Diameter Jamur Endofit


Fase lag dari ketiga jamur ini terjadi pada hari pertama selama satu hari yaitu untuk
jamur A. ochraceus 0,73 cm, jamur A. flavus 0,4 cm dan jamur A. niger 0,55 cm. Fase
eksponensial dari ketiga jamur terjadi pada hari pertama hingga hari keenam selama lima
hari dimana pada hari pertama hingga keenam jamur A. ochraceus bertambah dari 0,73 cm
menjadi 7,25 cm, jamur A. flavus bertambah dari 0,4 cm menjadi 7,52 cm dan jamur A.
niger bertambah dari 0,55 cm menjadi 7,48 cm. Fase stasioner terjadi pada hari keenam
hingga ketujuh selama satu hari dimana pada hari keenam dan ketujuh ukuran diameter
jamur A. ochraceus adalah sama yaitu 7,25 cm, begitu pula dengan jamur A. niger yaitu
7,48 cm. Sedangkan pada jamur A. flavus belum terjadi fase stasioner karena masih ada
sedikit penambahan ukuran diamater yaitu pada hari keenam 7,52 cm menjadi 7,55 cm.
Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit
Hasil pengukuran diameter zona hambat bakteri S. aureus dan E. coli dapat dilihat pada
Tabel 2.

Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri jamur endofit diperoleh ketiga isolat jamur
endofit yang menghasilkan zona hambat bening pada bakteri uji. Isolat A. ochraceus
menghambat pertumbuhan S. aureus dengan diameter zona hambat 8,01 mm dan
menghambat pertumbuhan E. coli dengan diameter zona hambat 9,34 mm. Hasil pengujian
juga menunjukkan isolat A. flavus mampu menghambat pertumbuhan S. aureus dengan
diameter zona hambat 13,79 mm dan menghambat pertumbuhan E. coli dengan diameter
zona hambat 11,86 mm, begitu pula dengan isolat A. niger dapat menghambat
pertumbuhan S. aureus dengan diameter zona hambat 9,85 mm dan juga mampu
menghambat pertumbuhan E. coli dengan diameter zona hambat 11,12 mm. Berdasarkan
pernyataan Sunariasih et al. (2014) tingginya aktivitas antibakteri dari suatu senyawa
antimikroba dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan
metode cakram kertas dipengaruhi oleh metabolit yang dihasilkan isolat. Semakin tinggi
konsentrasi antibakteri yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula daya hambatnya yang
ditunjukkan oleh kecilnya pertumbuhan bakteri patogen.
Diameter zona hambat yang terbentuk oleh jamur endofit terhadap bakteri S. aureus
dan E. coli dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

BAB IV
KELEMAHAN JURNAL
 Jurnal 1
Pada bagian pembahasan dari jurnal 1 ini tidak dijelaskan zona hambat jamur
endofit yang diteliti.Pada bagian pembahasan dari jurnal 1 ini hanya dijelaskan
kurva pertumbuhannya saja.Berbeda halnya dengan jurnal 2,dimana jurnal ini telah
menjelaskan secara detail.Mulai dari koloni murni yang terdapat pada jamur yang
diteliti hingga zona hambatnya
 Jurnal 2
Tidak ditemukan kelemahan dari segi manapun didalam jurnal ini.Baik bagian
pembahasan maupun bagian lainnya

Anda mungkin juga menyukai