Anda di halaman 1dari 9

“PERUBAHAN ANATOMIS, FISIOLOGIS AKIBAT PROSES MENUA”

I. DESKRIPSI SINGKAT
Menua / aging merupakan proses normal pada manusia. Semua manusia akan
mengalami fase penuaan pada waktu dan lajunya masing-masing. Penuaan akan
terjadi di seluruh tubuh mulai dari sel. Menurut WHO, penuaan merupakan
serangkaian kejadian biologi dimulai dari konsepsi dan diakhiri saat kematian.
Lansia didefinisikan sebagai individu dengan usia 60 tahun ke atas, kelompok
usia ini berkembang pesat diantara semua populasi di seluruh dunia. Pada tahun 1990,
terdapat lebih dari 280.000.000 dalam kelompok lansia di seluruh negara berkembang
dan 58% lansia di dunia berada pada negara berkembang. Diestimasikan tahun 2020,
70% dari populasi lansia akan berada pada negara berkembang, dengan jumlah
melebihi 470.000.000.
Perubahan anatomis, fisiologis akibat proses menua pasti akan dialami seluruh
manusia tanpa terkecuali. Impairment fisik dan disabilitas fungsional yang terjadi saat
penuaan akan berujung pada peningkatan dependensi pada lansia.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan mengenai
perubahan anatomis, fisiologis akibat proses menua
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1. Peserta pelatihan mampu menjelaskan mengenai definisi menua
2. Peserta pelatihan mampu menjelaskan tentang perubahan anatomis,
fisiologis akibat proses menua pada sistem organ jantung dan pembuluh
darah, sistem pernapasan, sistem genitourinaria, sistem gastrointestinal,
sistem endokrin, sistem integumen kulit, sistem musculoskeletal, sistem
penglihatan, sistem pendengaran, sistem kekebalan tubuh, sistem saraf

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang akan disampaikan adalah perubahan anatomis, fisiologis
akibat proses menua
B. Sub Pokok Bahasan
1. Definisi menua
2. Perubahan anatomis, fisiologis akibat proses menua
2.1. Sistem jantung dan pembuluh darah
2.2. Sistem pernapasan
2.3. Sistem genitourinaria
2.4. Sistem gastrointestinal
2.5. Sistem endokrin
2.6. Sistem integumen kulit
2.7. Sistem muskuloskeletal
2.8. Sistem penglihatan
2.9. Sistem pendengaran
2.10. Sistem kekebalan tubuh
2.11. Sistem saraf
IV. BAHASAN BELAJAR
Bahan belajar yang di perlukan adalah perubahan anatomis, fisiologis akibat proses
menua

V. LANGKAH-LANGKAH KAGIATAN PEMBELAJARAN

N WAKTU PROSES PEMBELAJARAN METODE MEDIA


O Kegiatan Pengampu Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan 1. Menjawab salam Ceramah LCD,
1. Salam 2. Mendengarkan Diskusi laptop,
2. Penjelasan mata 3. Memperhatikan Tanya materi
ajar 4. bertanya jawab ajar
2 35 menit Menjelaskan 1. menganalisis Ceramah LCD,
1. definisi menua 2. menjawab Diskusi laptop,
2. perubahan 3. mencatat Tanya materi
anatomis, 4. bertanya jawab ajar
fisiologis akibat
proses menua
berdasarkan
sistem organ
3 5 menit Penutup 1. memperhatikan Ceramah LCD,
1. menyimpulkan 2. menjawab Diskusi laptop,
pertemuan Tanya materi
2. menanyakan teori jawab ajar
definisi menua
dan perubahan
anatomis,
fisiologis akibat
proses menua
berdasarkan
sistem organ
VI. URAIAN MATERI
A. Definisi menua
“Menua (= menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita”. (Constantinides, 1994)..Istilah menua merupakan istilah popular yang
menyatakan suatu perkembangan dalam siklus hidup yang diawali dengan
kelahiran dan diakhiri dengan kematian.
Pada level biologis, penuaan merupakan hasil akumulasi dari kerusakan
molekuler dan seluler dari waktu ke waktu. Hal ini akan menyebabkan penurunan
kapasitas fisik dan mental manusia, meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan
terjadinya kematian pada akhirnya. Perubahan ini tidak dapat diukur secara linier
maupun konsisten tetapi hanya diasosiasikan berdasarkan usia manusia dalam
tahun. Selain perubahan biologis, penuaan juga sering dikaitkan dengan transisi
kehidupan seperti pensiun, relokasi rumah dan kematian dari teman maupun
pasangan.
Kondisi yang sering dijumpai pada lansia meliputi kurangnya
pendengaran, katarak dan kelainan refraktif, nyeri pada punggung leher dan
osteoarthritis, PPOK, diabetes, depresi dan demensia. Seiring menuanya individu,
mereka lebih sering untuk mengalami beberapa kondisi dalam seorang individu.
Hal ini diakibatkan oleh perubahan anatomis, fisiologis akibat proses menua yang
multi organ. (WHO, 2021)

B. Perubahan anatomis, fisiologis akibat proses menua

1. Sistem Organ Jantung dan Pembuluh Darah


Hal yang paling sering berubah pada sistem kardiovaskuler adalah kekakuan dari
pembuluh darah dan arteri yang menyebabkan jantung untuk bekerja lebih keras
memompa darah. Otot jantung dapat berubah untuk menyesuaikan workload.
Terjadi peningkatan kekakuan miokardium yang kemungkinan dikarenakan adanya
peningkatan fibrosis interstitial di miokardium. Selain itu terjadi juga pengerasan
arteri yang progresif seiring bertambahnya usia, terutama pada aorta thorakalis yang
dapat menyebabkan peningkatan afterload jantung.
Seiring berjalannya proses penuaan, otot jantung mengalami penurunan respon
inotropik terhadap katekolamin dan glikosida jantung. Terjadi juga deposit amiloid
di miokardium terutama pada atrium, tetapi juga terjadi di ventrikel dan pembuluh
darah pulmonal. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan kongestif yang seringkali
disertai dengan cacat konduksi. Amiloidosis jantung dapat menjadi kontrainfikasi
relatif untuk pengobatan dengan digoxin karena dapat menyebabkan peningkatan
risiko terjadinya aritmia.
Arteriosklerosis dan Penyakit Arteri Koroner
Seiring dengan penuaan, dinding arteri akan menebal disertai dengan hiperplasia
intima, kolagenisasi media dan akumulasi kalsium dan fosfat dalam serat elastis
secara progresif. Lipid nonaterosklerotik bagian dari pembuluh darah akan
meningkat terutama pada kolesterol, hal ini merupakan prekursor terjadinya
arteriosklerosis.
Aterosklerosis jelas akan meningkat seiring bertambahnya usia. Infark miokard dari
penyakit arteri koroner juga akan meningkat secara drastis seiring dengan dengan
bertambahnya usia (usia merupakan faktor risiko yang paling signifikan dari infark
miokard).
Hal ini dapat dicegah dengan mengontrol hipertensi dengan rutin cek tekanan
darah, mengurangi makanan berlemak, diet rendah garam dan mengonsumsi obat-
obatan apabila diperlukan, mencegah obesitas dengan berolahraga atau aktivitas
fisik sedang, perbanyak konsumsi serat dan buah, dan berhenti untuk merokok.

2. Sistem Pernapasan
Saat menua, terjadi penurunan elastisitas paru dan berkurangnya aktivitas sel yang
mengakibatkan penurunan kapasitas paru dan jumlah oksigen maksimal yang dapat
dihirup. Pada lansia juga akan terjadi penurunan refleks batuk yang meningkatkan
risiko terjadinya aspirasi.
Terjadi penurunan linier kapasitas vital saat penuaan, sekitar 26 ml per tahun untuk
pria dan 22 ml per tahun untuk Wanita dimulai pada usia 20 ml. Akan tetapi,
kapasitas total paru-paru tetap konstan dan dengan demikian residu volume
meningkat seiring bertambahnya usia. Rasio residu volume terhadap kapasitas paru
total (RV/TLC) adalah sekitar 20 persen pada usia 20 dan meningkat menjadi 35
persen pada usia 60, dengan Sebagian besar peningkatan RV/TLC terjadi setelah
usia 40 tahun.
Meskipun tekanan oksigen alveolus tetap konstan seiring dengan bertambahnya
usia, tekanan oksigen arteri menunjukkan penurunan progresif sehingga
meningkatkan perbedaan oksigen arteri alveolar (A-a). Sebagian besar dari
penurunan tekanan oksigen arteri akibat ketidaksesuaian ventilasi dan perfusi.
Terjadi juga penurunan kapasitas difusi karbon monoksida terkait usia.
Elastisitas paru-paru menurun seiring bertambahnya usia dan sehingga ada
kecenderungan yang lebih besar untuk terjadinya kolaps saluran nafas. Penurunan
20% - 30% ventilasi maksimum, volume ekspirasi paksa dalam satu detik, laju
aliran ekspirasi maksimal. Dasar dari perubahan ini mungkin berhubungan dengan
penurunan elastis paru-paru.
Penurunan kemampuan untuk menghasilkan tekanan ekspirasi dapat mengakibatkan
kolaps jalan napas.
Peningkatan insiden pneumonia, bakteri dan virus, dibandingkan dengan dewasa
muda. Mungkin disebabkan oleh penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh.
Pneumonia umumnya hasil dari aspirasi sekret orofaringeal dan aspirasi tersebut
muncul lebih sering pada orang tua. Mungkin akibat pembersihan mekanis
trakeobronkial oleh mukosiliar lebih lambat. Kebersihan mulut yang buruk,
penurunan aliran air liur atau kesulitan menelan, lansia memiliki tingkat kolonisasi
yang lebih tinggi di orofaring dengan basil Gram-negatif daripada orang yang lebih
muda. Pada lansia juga akan terjadi penurunan refleks batuk yang meningkatkan
risiko terjadinya pneumonia aspirasi.

3. Sistem Genitourinaria
Penurunan volume dan berat ginjal terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Terlebih karena ada penurunan jumlah glomerulus per ginjal dari sekitar 1.000.000
di bawah usia dari 40 hingga sekitar 700.000 pada usia 65 tahun.
Penurunan bersihan kreatinin/ creatinine clearance (C,.) yang berkaitan dengan
usia dan penurunan sesuai dengan persamaan berikut:

C,., (ml/menit) = 135.0-0.84 X umur (tahun)

Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi tubuler ginjal. Reabsorbsi


glukosa maksimal menurun sehingga pada lansia, ambang batas glukosa berkisar
antara 130 – 310 mg/dL. Reabsorbsi glukosa yang menurun ini dapat
mengakibatkan glukosuria. Kemampuan pemekatan dan pengenceran ginjal juga
perlahan-lahan memburuk sehingga terjadi kecenderungan untuk dehidrasi dan
hiponatremia. Etiologi nokturia pada lansia tampaknya terutama berasal dari pusat
nonrenal karena gangguan pada ritme ekskresi diurnal normal.

4. Sistem Gastrointestinal
Sekresi saliva akan menurun seiring terjadinya proses penuaan. Jumlah kolagen
gusi akan berkurang sehingga elastisitas menurun dan terjadi gigi goyang yang
berujung menjadi ompong. Pengecap rasa pada lidah akan berkurang karena proses
degenerative sehingga makanan yang dirasakan akan terasa hambar.
Perubahan fungsi esofagus yang berkaitan dengan usia, disebut presbyesophagus,
terutama disebabkan oleh gangguan motilitas esofagus. Penurunan respons
peristaltik, peningkatan respons nonperistaltik, waktu transit yang tertunda atau
penurunan relaksasi sfingter bawah saat menelan, sekumpulan hal ini dapat
menyebabkan disfagia. Penurunan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah saat
menelan merupakan dasar dari akalasia (lebih sering terjadi pada populasi lanjut
usia).
Insiden gastritis atrofi meningkat secara signifikan seiring dengan usia. Gastritis
atrofi dibagi menjadi tipe A yang terbatas pada corpus dan fundus dekat antrum dan
tipe B yang berhubungan dengan atrofi kelenjar dari kedua antral dan fundus.
Gastritis atrofi parah menyebabkan aklorhidria, defisiensi sekresi faktor intrinsik,
penurunan produksi pepsinogen. Gastritis atrofi tipe A tampaknya menjadi penyakit
autoimun, sedangkan tipe B mungkin karena faktor lingkungan lokal seperti refluks
empedu enterogastrik kronis. Kedua jenis gastritis atrofi adalah lesi premalignant.
Penurunan motilitas usus mengakibatkan hipotonik, yang menyebabkan
peningkatan kapasitas penyimpanan, transit tinja yang lebih lama waktu dan
dehidrasi tinja yang lebih besar. Ini semua faktor etiologi dalam konstipasi kronis
yang menimpa orang tua. Diet tinggi serat merupakan pengobatan pilihan untuk
konstipasi kronis. Sekitar 50 persen dari individu lebih dari 80 tahun mengalami
divertikulosis, hanya 20 – 25% pasien diverticulosis memiliki gejala.
Seiring penuaan akan terjadi gangguan pada kontrol sphincter anal. Kehilangan
kendali anal internal dan eksternal sfingter pada lansia berhubungan dengan
penurunan fungsi kognitif normal. Inkontinensia alvi/tinja adalah salah satu
penyabab utama masuknya orang sehat ke fasilitas perawatan jangka panjang.
Selain traktus gastrointestinal, penuaan juga mempengaruhi organ pencernaan
seperti hepar. Hepar berkurang beratnya sebanyak 20 persen setelah usia 50 tetapi
karena kapasitas cadangannya yang besar, hal ini tidak menyebabkan penurunan
fungsi hepar. Sejumlah besar obat-obatan seperti diazepam dan antipirin diketahui
dimetabolisme lebih lambat oleh hepar pada usia tua. Perubahan metabolisme obat
di hepar ini mungkin karena penurunan jumlah atau distribusi retikulum
endoplasma halus. Penyakit saluran empedu dan kejadian kolelitiasis meningkat
pesat seiring bertambahnya usia.

5. Sistem Endokrin
Homeostasis Glukosa
Bertambahnya usia mengakibatkan penurunan progresif dalam jumlah dan fungsi
sel beta penghasil insulin. Kapasitas sel-sel ini untuk mengenali dan merespons
perubahan konsentrasi glukosa terganggu sehingga terjadi peningkatan progresif
resistensi insulin perifer.
Terjadi penurunan relatif massa tubuh tanpa lemak dengan peningkatan relatif pada
adipositas. Secara umum, ketika adiposit membesar, mereka menurunkan reseptor
insulin mereka. Jadi, bahkan di orang tua yang tidak obesitas ada resistensi insulin
perifer karena peningkatan ukuran adiposit dengan penurunan relatif pada reseptor
insulin. Kombinasi fungsi sel beta yang abnormal dengan resistensi insulin perifer
menyebabkan peningkatan intoleransi glukosa.
Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan tulang yang ditandai dengan dengan penurunan massa
dan densitas tulang. Penurunan dalam massa tulang adalah fenomena yang
berkaitan dengan usia. Mulai pada dekade keempat ada linear penurunan massa
tulang pada tingkat sekitar 10 % per dekade untuk wanita dan 5% per dekade untuk
pria. Pada dekade kedelapan dan kesembilan 30 - 50 persen dari massa tulang
mungkin hilang. Faktor hormonal tentu berperan karena wanita adalah lebih rentan
daripada pria dan osteoporosis pada wanita meningkat setelah menopause.
Menopause
Saat seorang individu sudah mulai menopause, beberapa perubahan dan efek
terhadap tubuh dapat terjadi antara lain :
 Ketidakstabilan vasomotor atau kilatan panas/ hot flashes. Kemerahan,
perubahan suhu kulit, ketahanan kulit, suhu inti dan denyut nadi tingkat
terjadi selama flush. Dapat menyebabkan episode bangun tidur. Insomnia
dengan kemungkinan gangguan fisiologis dan psikologis mungkin terjadi.
 Penyakit pembuluh darah arteriosklerotik jarang terjadi pada wanita
sebelum mati haid/menopause. Mekanisme perlindungan yang tepat dari
fungsi ovarium belum diketahui, tetapi sebelum menopause wanita
memiliki rasio lipoprotein densitas tinggi terhadap lipoprotein densitas
rendah lebih tinggi daripada wanita pascamenopause.
 Osteoporosis mudah terjadi.

6. Sistem Integumen Kulit


Epidermis
Atrofi epidermis terjadi seiring bertambahnya usia dan paling menonjol di area
terbuka: wajah, leher, bagian atas dada, dan permukaan ekstensor tangan dan
lengan bawah. Selain penipisan epidermis, ada perataan yang mencolok dari dermal
epidermal junction dengan penipisan papila dermal dan epidermal reti pegs.
Tingkat pergantian sel dalam stratum korneum menurun, usia > 65 tahun
dibutuhkan 50% lebih lama untuk reepitelisasi kulit melepuh dibandingkan pada
orang dewasa muda.
Dermis
Kolagen kulit menjadi lebih kaku dan kurang lentur dengan usia; elastin lebih
terikat silang dan kalsifikasi, hal ini mengakibatkan kulit kehilangan tonus dan
elastisitasnya sehingga terjadi kendur dan kerut. Penurunan dalam jumlah
pembuluh darah dermal terkait usia. Iskemia relatif pada kulit ini juga dapat
memainkan peran patogenetik dalam perkembangan ulkus dekubitus.
7. Sistem Muskuloskeletal
Otot
Penurunan massa tubuh tanpa lemak dan terutama disebabkan oleh atrofi sel otot.
Perubahan terkait usia juga terjadi pada persarafan otot tetapi proses patologis yang
tepat tidak dipahami dengan baik.
Skeletal
Penyakit sendi degeneratif terjadi pada 85 persen orang yang berusia lebih dari 70
tahun dan merupakan penyebab utama kecacatan. Ditandai oleh degenerasi tulang
rawan, penebalan dan eburnasi/pembakaran tulang subkondral, dan remodeling dari
tulang dengan pembentukan taji marginal dan kista tulang subartikular. Karena
predileksinya pada sendi penahan beban/weight-bearing dan mekanisme wear-and-
tear maka tatalaksananya adalah operasi.

8. Sistem Penglihatan,
Lensa mata akan mengeras, kemampuan akomodasi akan berkurang sehingga lansia
umumnya perlu kacamata ganda untuk dapat melihat secara fokus. Di usia lansia,
ketajaman penglihatan, kepekaan warna, dan persepsi kedalaman juga makin
berkurang. Penuaan juga dapat mempengaruhi lensa mata, menyebabkan
penglihatan berkabut (katarak). Selain proses degeneratif, katarak juga dapat
dipercepat dengan faktor risiko lain seperti diabetes melitus.

9. Sistem Pendengaran
Saraf pendengaran makin berkurang dan struktur telinga pun melemah. Selain itu,
pendengaran pada nada tinggi akan hilang dan sulit membedakan nada bicara.

10. Sistem Imun


Lansia akan mudah mengalami infeksi karena menurunnya aktivitas sel T pada
sistem imun (kekebalan tubuh). Seiring berjalannya penuaan, pada beberapa
individu antibodi tak bisa mengenali self antigen dengan baik sehingga terjadi
autoimmune disease.

11. Sistem Saraf


Seiring berjalannya penuaan kemampuan intelektual, kecepatan belajar, dan
psikomotor akan berkurang. Perubahan pada saraf dan otak akan mengakibatkan
lansia lupa akan nama keluarga, suatu kata, atau lansia tersebut sulit untuk
melakukan multitasking. Terjadi adanya perubahan pola tidur.
VII. REFERENSI
1. Boedhi-Darmojo R: Aspek kesehatan pada golongan lanjut usia, Simposium
Nasional Gerontologi-Geriatri, Dewan Riset Nasional, Ed. Boedhi-Darmojo dkk,
Jakarta (Serpong), 1994, 40-56.
2. Boedhi-Darmojo. R : Beberapa masalah dan konsep strategik dalam
pengembangan geriatri, Pidato Purna-Tugas (Pensiun), Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang, Januari 2002.
3. Brocklehurst JC, & Allen SC: Geriatric Medicine for Students (2 nd Ed), Churchill
& Livingstone, 1988.
4. Central Bureau of Statistics (Indonesia): Population of Indonesia, Results of the
1990 Population Census, Biro Pusat Statistik, 1992.
5. Constantinides P: in General Pathobiology, chap. 3, Appleton & Lange,
Connecticut, 1994.
6. Eulderink F. et al.: Inleiding Gerontologie & Geriatrie, Bohn Stafleu van Loghem,
Houten/Zaventem, 1993.
7. Goldstein S, Gallo JJ, Reichel W.: Biologic theories of Aging, fam. Physician,
40(3), 195, 1989.
8. Hayflick L.: The cell biology of Human Aging, Scientific American, 242, 42,
1980.
9. Kinsella K. & Taeuber CM.: An Aging World II, US Bureau of the Census,
International Population Reports, 195/92-3, 1993.
10. Oen L.H.: Dasar Biomolekuler Proses Menua, Pidato Pengukuhan Guru Besar,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.
11. Suhana N.: Teori-teori tentang proses menua ditinjau dari aspek biologi dan
usaha-usaha penanggulangannya, dalam Simposium Nasional Gerontologi-
Geriatri, Dewan Riset Nasional, Ed. Boedhi-Darmojo dkk, 1994, 16-39.
12. Takemi. T.: Aging of Population in Asia & Oceania and how the Physician is to
cope with this, Asian Med J 20, 11, 617, 1977.
13. WHO : Health of the Elderly. Techn Rep Ser 779, WHO, Geneva, 1989.

Anda mungkin juga menyukai