Anda di halaman 1dari 10

TEORI PRAGMATIK

Kelompok 1
Aprilia Dwi Yustika 1951041021
PBSI B 2019
A
Menurut Yule (1996) ada empat definisi pragmatik yaitu:

1. Bidang yang mengkaji makna pembicara;

2. Bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya;

3. Bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang
dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan

4. Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi
partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Jadi, pragmatik adalah ilmu bahasa yang didasari
penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh
konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa.
Konteks yang dimaksud mencakup dua hal, yakni konteks
yang bersifat sosial dan konteks yang bersifat sosietal.
Sehingga untuk mengkaji pragmatik diperlukan pemahaman
budaya masyarakat pengguna bahasa.
Contohnya:
• Di Indonesia: “Mau ke mana?”
• Di Cina : “Sudah makan?”

Contoh-contoh sapaan tersebut, menunjukkan bahwa


penutur bahasa yang bersangkutan mengerti bahwa orang
yang mengajaknya bicara bermaksud berbasa-basi
kepadanya. Hal yang dimaksud oleh para pengguna bahasa
ketika berinteraksi inilah yang dipelajari dalam pragmatik.
B
• Munculnya istilah pragmatik dapat dihubungkan dengan
seorang filsuf yang bernama Charles Morris (1938).

• Perubahan linguistik di Amerika pada tahun 1970-an diilhami


oleh karya filsuf-filsuf seperti : Austi (1962) dan Searle (1969),
yang melimpahkan banyak perhatian pada bahasa.

• Di Indonesia konsep pragmatik baru diperkenalkan pertama kali


dalam kurikulum bidang studi bahasa Indonesia (kurikulum
1984) yang diterbitkan oleh departemen pendidikan dan
kebudayaan..
C

1. Tindak tutur terikat konteks dalam arti ada peran partisipan pada
siapa tuturan itu dialamatkan, disapakan, diperdengarkan,
dimaksudkan.

2. Prinsip kerja sama Grice: Katakan secukupnya. Demi kerja sama


penutur antarpersona berkewajiban memelihara tuturannya
sedemikian sehingga teman-tutur dapat memproses segala informasi
yang disajikan dengan mudah, lugas, luwes dan jelas.

3.Prinsip tata krama: Agar komunikatif, bertutur mengasumsi norma


lokal dan umum yang berlaku di masyarakat.
4. Prinsip interpretasi pragmatik

a. Prinsip interpretasi lokal: Pendengar wajib menginterpretasi ujaran pembicara


sebatas makna pembicara.

b. Prinsip analogi: Tidak mengubah makna topik atau proposisi ujaran pembicara
kecuali yang bisa mengubahnya sendiri.

5. Prinsip-prinsip kewacanaan: Ragam sesuai dengan konteks dan situasinya.

6. Pragmatik sosialisasi: Santun bahasa, norma lokal dan interlokal.

7. Pragmatik wacana: Tindak tutur mengasumsi kohesi, koherensi dan pilihan


ragam. Makin formal situasi komunikasi makin tinggi tuntutan atas kekoherensian.

8. Setiap tuturan itu terikat nilai. Jelmaan nilai-nilai dalam tuturan mempengaruhi
hubungan antar penutur dan situasi komunikasi.
D
Beberapa aspek pragmatik seperti di bawah ini:

1. Penutur dan lawan tutur

2. Konteks tuturan

3. Tujuan Tuturan

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan dan kegiatan tindaktutur

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai