Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN PERBANDINGAN KANDUNGAN VITAMIN C

PADA CABAI MERAH (Capsicum annuum) DAN

CABAI RAWIT (Capsicum frustescens)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Terapan Kesehatan

RAKHA NISFI ADITYA

5120043

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan untuk membantu


kelancaran penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Vitamin sangat
dibutuhkan bagi pertumbuhan tubuh. Fungsi utama vitamin bagi tubuh yaitu sebagai
pengatur pertumbuhan organ-organ tubuh agar selaras. Kekurangan vitamin dapat
menyebablkan penyakit, yakni penyakit yang diketahui sebagai penyakit defisiensi
(Kekurangan vitamin di dalam tubuh) (Kustanto, 2019).
Vitamin dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu vitamin yang larut dalam
lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut di dalam lemak terdiri
dari vitamin A, D, E, dan K. Sedangkan vitamin yang larut di dalam air terdirsi dari
vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin larut lemak dalam Jumlah yang besar
akan berbahaya bagi tubuh karena jenis vitamin ini tidak dapat diekresikan keluar
dan akan tersimpan di dalam tubuh. Sedangkan vitamin larut air dapat diekresikan
melalui urine sehingga takaran yang besar tidak membahayakan kesehatan
(Mardalena, 2016).
Salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal adalah vitamin C, atau asam
askorbat, acidum ascorbicum. Asupan vitamin C yang tidak kuat menimbulkan
gejala defisiensi vitamin C, berupa perdarahan kulit dan gusi, lemah, defek
perkembangan tulang (scurvy), dan sebaliknya apabila asupan vitamin C berlebihan
pada remaja akan menimbulkan keluhan pada sistem gastrointestinal. Kebutuhan
vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg,
anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena banyaknya populasi di lingkungan
antara lain oleh adanya asap kendaraan bermotor dan asap rokok maka penggunaan
vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipatnya yaitu 120 mg (Nurjanah et al.,
2016)
Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu zat gizi yang berperan
sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak
jaringan sel, termasuk melindungi lensa yang rusak karena terkena radiasi. Status
vitamin C seseorang tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C setiap
harinya, kemampuan absorpsi dan ekresi, serta adanya penyakit tertentu.
Rendahnya asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan
juga merupakan sumber vitamin C (Tambunan et al., 2018).
Vitamin C bersumber dari sayuran seperti brokoli, kol, paprika merah dan
cabai rawit. Sedangkan buah yang mengandung vitamin C yaitu jeruk, pepaya,
alpukat, stroberi, jambu biji dan lain-lain (Ida,2016). Vitamin C (Asam Askorbat)
dalam buah maupun sayuran akan rusak atau berkurang akibat proses oksidasi
berupa paparan udara maupun penyimpanan yang tidak tepat. Kebutuhan vitamin C
setiap tubuh manusia berbeda. Orang dewasa dianjurkan konsumsi 100-150 mg
vitamin C (Ngginak et al., 2019).
Cabai merah (Capsicum annuum) memiliki ciri warna merah menyala
dengan bentuk yang besar, gemuk, panjang, serta ujung yang lancip. Karakteristik
cabai merah yaitu memiliki kandungan air yang tinggi yaitu sekitar 70-95%, serta
vitamin C yang tinggi. Sedangkan, cabai rawit (Capsicum frustescens), berubah
warnanya dari hijau menjadi merah saat matang, serta memiliki ukuran yang lebih
pendek dan kecil dari cabai merah. Karakteristik cabai rawit yaitu memiliki kadar
Capsaicin yang berbeda dengan setiap mg/g berat kering, serta vitamin C yang
tinggi.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, cabai merah (Capsicum
annuum) dan cabai rawit (Capsicum frustescens) samasama memiliki kandungan
vitamin C yang tinggi. Penelitian yang akan dibahas pada kesempatan kali ini
adalah analisis perbandingan kandungan vitamin C pada cabai merah (Capsicum
annuum) dan cabai rawit (Capsicum frustescens).

1.2 Identifikasi Masalah


Cabai banyak dimanfaatkan sebagai sayuran lalapan dan bumbu masakan,
cabai yang dikomsumsi oleh masyarakat beragam jenisnya sesuai dengan selera
yaitu cabai rawit (Capsicum annuum) dan cabai merah (Capsicum frustescens).
Hasil penelitian banyak menyebutkan bahwa cabai banyak mengandung zat-zat
yang dibutuhkan oleh tubuh, anatara lain protein, lemak, karbohidrat, kalsium,
fasfor, zat besi , vitamin A, B1, B2, dan C.
Vitamin C yang ada di dalam cabai rawit (Capsicum annuum) dan cabai
merah (Capsicum frustescens) memiliki kandungan yang sama tinggi akan kadar
vitamin C, maka perbandingan pada cabai rawit (Capsicum annuum) dan cabai
merah (Capsicum frustescens) menggunakan larutan iodium yang dititrasi kedalam
cabai yang ditumbuk
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka


dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimana perbandingan
kandungan vitamin c pada cabai rawit (Capsicum annuum) dan cabai merah
(Capsicum frustescens) ?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan penelitian terkait kandungan vitamin C yang


terdapat pada cabai merah (Capsicum annuum) dan cabai rawit
(Capsicum frustescens)
1.4.2 Tujuan Khusus
Menganalisis perbandingan kandungan vitamin C pada
cabai merah (Capsicum annuum) dan cabai rawit (Capsicum
frustescens)
1.5 Hipotesi penelitian
Hipotesis pada peneilitian ini adalah adanya perbandingan
kandungan vitamin C pada cabai merah (Capsicum annuum) dan cabai rawit
(Capsicum frustescens)
1.6 Manfaat penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritik

Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai sumber


pembelajaran guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai perbandingan kandungan vitamin C pada
cabai merah (Capsicum annuum) dan cabai rawit (Capsicum
frustescens)

1.6.2 Manfaat Praktisi


1. Bagi Insitusi Insitut Kesehatan Rajawali
Menjadikan penelitian ini sebagai bacaan pada bidang kimia
analitik kuantitatif di Institusi Kesehatan Rjawali
2. Bagi Profesi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
referensi tentang Perbandingan kandungan vitamin C pada
cabai merah (Capsicum annuum) dan cabai rawit (Capsicum
frustescens)
3. Bagi peneliti selanjutnya
Memberikan informasi tambahan serta referensi untuk
kemudian diteliti dan dikembangkan kembali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cabai

2.1.1 Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu rempah yang
paling banyak ditanam di Indonesia. Cabai rawit termasuk ke dalam bumbu dapur
yang banyak digunakan (Sejati, 2017). Cabai rawit merupakan tanaman budidaya
yang terkadang ditanam sebagai sayuran perkarangan atau tanaman liar yang
tumbuh di tanah kosong. Tumbuhan ini tumbuh di daerah kering dan merupakan
tumbuhan yang berasal dari Amerika tropik, yang ditemukan pada keti nggian 0,5-
1.250 m dpl (Sopandi, 2018).

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terbagi menjadi 3 jenis yaitu, (1)
cengek leutik, memiliki buah kecil bewarna hijau yang tumbuh tegak pada
batangnya, (2) cengek bodas, buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah yang
masih muda bewarna putih dan akan menjadi jingga ketika matang, dan (3) ceplik,
memilki buah yang besar bewarna hijau saat muda dan akan menjadi merah saat
tua. Cabai rawit dapat digunakan sebagai sayuran, rempah-rempah, dan acar. Daun
mudanya dapat dikukus menjadi lalapan (Sopandi, 2018).

Cabai rawit hijau atau (Capsicum frutescens L.) memiliki rasa ynag
lebih pedas dibandingkan cabai rawit putih, dan akan kalah pedasnya
dibandingkan rawit kecil. Buah cabai rawit hijau memiliki panjang 3-4 cm.
(Amin, 2019).

Gambar 2.1 Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)


Sumber : Amin, D. H. (2019). Bercocok Tanam Cabai Rawit, Cabai Merah,
dan Cabai Jawa. Loka Aksara.
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
Berikut ini merupakan klasifikasi tanaman cabai rawit menurut Labolatorium
sistematika tumbuhan herbarium medanense USU
Kingdom : Planate
Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum frutescens L.

Nama Lokal : Cabai rawit


2.3.1 Morfologi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
a. Daun
Sebagian besar warna daun cabai rawit adalah hijau muda. Memilki
daun tunggal, bertangkai, dan letak berselingan. Helai daun berbentuk bulat
telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, menyirip, panjang
daun 5-9,5 cm dan lebar 1,5-5,5 cm.

Gambar 2. 2 Daun Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Sumber : Purwanto, J. (2019). Bertanam Cabai Rawit di Perkarangan. Loka


Aksara.
b. Batang

Cabai rawit memiliki 2 jenis batang yaitu batang utama dan batang
percabangan. Tanaman cabai rawit panjagnya hanya sekitar 20 cm,
kemudian langsung membentuk percabangan yang acak. Warna batang
cabai rawit biasanya hijau tua saat muda dan berubah menjadi cokelat saat
tua. Batang tanaman cabai rawit mengandung sedikit zat kayu, terutama di
dekat permukaan tanah.

Gambar 2.3 Batang Cabai Rawit (Capsicum frutescens L

Sumber : Purwanto, J. (2019). Bertanam Cabai Rawit di Perkarangan. Loka


Aksara.

c. Daun

Pada cabai rawit, biasanya bentuk bunganya menyerupai bintang,


namun tidak semuanya. Bumnganya berasal dari ketiak daun. Mahkota
bunga cabai rawit berwarna putih kekuningan dan memiliki lima kelopak
dengan diameter 5-20 mm. Serta terdapat putik dan benang sari pada satu
batang.
Gambar 2.4 Bunga Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Sumber : Purwanto, J. (2019). Bertanam Cabai Rawit di Perkarangan. Loka


Aksara.

d. Buah

Buah cabai rawit berbentuk lonjong,ujung meruncing, panjang 1-3 cm,


lebar 2,5-12 mm, batang panjang dan memiliki rasa pedas. Buah muda
berwarna hijau tua dan buah tua berwarna merah. Bijinya banyak, bulat
pipih, diameter 2-2,5 mm, dan berwarna kuning kotor.

Gambar 2.5 Buah Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Sumber : Amin, D. H. (2019). Bercocok Tanam Cabai Rawit, Cabai Merah,


dan Cabai Jawa. Loka Aksara.
e. Akar
Cabai rawit termasuk dalam kategori akar serabut berwarna coklat dan
akar muda berwarna putih. Akar cabai rawit dapat mencapai tanah hingga
30-60 cm. Akar cabai rawit penuh dengan bintil kecil yang membantu
menyerap nutrisi dari tanah dan menemukan sumber makanan. Pada ujung
akar adalah akar semu yang membantu menemukan nutrisi di dalam tanah.
Gambar 2.6 Akar Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Sumber : Amin, D. H. (2019). Bercocok Tanam Cabai Rawit, Cabai Merah,


dan Cabai Jawa. Loka Aksara.

2.4.1 Kandungan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Cabai rawit banyak mengandung vitamin C dan karotenoid atau


provitamin A. Kandungan vitamin C cabai rawit lebih tinggi dari buah-buahan
seperti jeruk, mangga, nanas dan semangka. Bahkan mineral dalam cabai rawit,
terutama kalsium dan fosfor dapat mengalahkan ikan segar.

Rasa pedas pada cabai rawit disebabkan oleh zat yang disebut capsaicin
yang terkandung dalam biji cabai rawit. Capsaicin ini memiliki sifat stomatik
yang membantu meningkatkan nafsu makan. Selain itu, cabai juga mengandung
endorfin yang dapat membuat rasa makanan menjadi lebih nikmat (Sejati,
2017).

Buah cabai rawit mengandung capsaicin, karotenoid, alkaloid asiri, resin,


minyak atsiri, vitamin A dan C. Sedangkan bijinya mengandung solanin,
solasodine, solamargine, solasodine, solasomine, dan steroid saponin
(capsicidine). Capsicidine efektif sebagai antibiotik (Sopandi, 2018).

Menurut Husna Amin (2019), kandungan zat gizi cabai rawit


(Capasium frutessens L.) dalam 100 g adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi pada cabai (capsicum frutessens L)

Zat gizi Kandungan

Energi (kal) 103

Protein (g) 4,7

Lemak (g) 2,4

Karbohidrat (g) 19,9


Kalsium (mg) 45

Fasfor (mg) 85

Vitamin A (ASI) 11,050

Vitamin C (mg) 70

2.5.1 Sifat dan Khasiat Cabai Rawit

Cabai rawit memiliki rasa pedas dan sifatnya panas. Tanaman ini
berkhasiat sebagai tonik, perangsang untuk jantung dan aliran darah, zat
antirematik, dan menghancurkan penggumpalan darah (antikoagulan),
penambah nafsu makan (stomatik), iritasi kulit ( menggosok kulit
menimbulkan rasa panas dan bertindak sebagai campuran obat oles),
pencahar keringat (berkeringat), pencahar air liur dan urin (diuretik)
(Sopandi, 2018).

2.6.1 Jenis-Jenis Cabai Rawit (Capsicum frutescens)


a. Cabai Rawit Hijau
Cabai rawit hijau atau ada yang menyebutnya cabai rawit ceplik.
Cabai rawit hijau ini berukuran besar dan gemuk, panjangnya sekitar 3-4
cm. Buahnya berubah menjadi hijau tua saat muda dan menjadi merah tua
saat matang. Cabai Rawit jenis ini biasanya digunakan sebagai pelengkap
gorengan rasanya cukup pedas namun tidak sepedas caba

Gambar 2.7 Cabai Rawit Hijau

Sumber : Amin, D. H. (2019). Bercocok Tanam Cabai Rawit, Cabai


Merah, dan Cabai Jawa. Loka Aksara.
b. Cabai Rawit Merah
Cabai rawit merah memiliki panjang sekitar 3-4 cm, buahnya
berwarna merah saat sudah tua dan berwarna hijau saat muda. Cabai rawit
ini biasanya digunakan sebagai rempah dalam masakan (Sejati, 2017).

Gambar 2. 8 Cabai Rawit Merah

Sumber : Amin, D. H. (2019). Bercocok Tanam Cabai Rawit, Cabai Merah,


dan Cabai Jawa. Loka Aksara.
c. Cabai Rawit Domba
Cabai rawit domba memiliki ukuran buah lebih besar dari rawit lainnya.
Ketika muda berwarna putih, dan ketika tua bewarna jingga (Purwanto,
2019)

Gambar 2. 9 Cabai Rawit Domba

Sumber : Amin, D. H. (2019). Bercocok Tanam Cabai Rawit, Cabai Merah,


dan Cabai Jawa. Loka Aksara.
d. Cabai Rawit Putih

Cabai rawit putih disebut juga dengan cabai rawit cengek. Buahnya
tipis dan memiliki panjang rata-rata 4-6 cm. Buahnya berubah menjadi
kuning keputihan saat muda dan menjadi merah kekuningan saat matang.
Rasanya pedas, tapi tidak pedas seperti Cabai jempirit (Sejati, 2017).
e. Cabai Rawit Jemprit

Cabai rawit Jempirit memiliki cabai yang berukuran kecil dan pendek
dengan panjang 12 cm. Buah muda biasanya berwarna hijau dan berubah
menjadi coklat kemerahan tua saat matang. Cabai rawit jemprit sebenarnya
paling pedas dibandingkan cabai rawit lainnya (Sejati, 2017).

f. Seranno Pepper

Cabai Seranno Pepper berasal dari Meksiko di daerah pegunungan


Meksiko. Cabai ini memiliki rasa pedas dan lebih pedas dari Jalapeno dan
biasanya dimakan mentah. Bentuknya mirip dengan cabai rawit Indonesia,
tapi ini spesies lain (Sejati, 2017).

g. Cabai Cayenne

Cabai ini namanya Cayenne atau Guinea Pepper atau Bird Pepper.
Cabai ini adalah cabai merah pedas yang digunakan untuk memasak dan
keperluan pengobatan rempah-rempah. Namanya berasal dari kota Cayenne
di French Guriana. Cabai ini digunakan dalam pedas dalam bentuk utuh
ataupun bubuk. Cabai ini juga digunakan untuk herbal (Sejati, 2017).
h. Thai Pepper
2.7.1 Mnfaat cabai rawit
Thai pepper dalam bahasa indonesia : cabai rawit, Sunda : cengek,
thailand dan tetangganya seperti Kamboja, Vietnam, Indonesia dan
sekitarnya. Cabai ini termasuk di urutkan ke-4 cabai terpedas (Sejati,
2017).

Menurut Agro Mitra Sejati (2017), beberapa manfaat dari cabai rawit yaitu :
a. Mengatasi kanker

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah lembaga


penelitian di inggris, capsaicin yang terkandung dalam cabai rawit yang
menyebabkan rasa pedas nila dikonsumsi secara teratur dapat
menghilangkan sel kanker tanpa merusak sel normal. Selain itu, dengan
mengonsumsi cabai rawit dapat membakar kalori dalam tubuh.
Kemapuan cabai untuk membakar kalori bisa mencapai 25% dari kalori
yang ada di tubuh kita.
b. Menigkatkan nafsu makan

Saat mengonsumsi cabai rawit, zat yang disebut capsaicin


meningkatkan produksi endorfin dalam ubuh yang meningkatkan nafsu
makan.
c. Memperlambat penuaan

Hal ini disebakan tingginya kandungan antioksidan, vitamin C dan


karotenoid pada cabai rawit.
d. Mengatasi stroke

Cabai rawit dapat mengurangi risiko stroke dan penyumbatan


pembuluh darah.

e. Kesehatan jantung

Beberapa peneliti ilmiah telah mampu menunjukkan bahwa


mengonsumsi cabai rawit dapat membantu meringankan penyumbatan
aliran darah. Sumbatan seperti ini dapat mengganggu sirkulasi darah dan
menjadi salah satu penyebab penyakit jantung.
f. Mengatasi nyeri sendi

Jika memiliki penyakit sendi seperti rheumatoid arthritis, maka


mengonsumsi cabai rawit ini dapat membantu anda mengatasi masalah
sendi. Karena kandungan capciasin pada cabai rawit efektif mengurangi
kejang otot.
g. Menjaga kondisi tubuh

Cabai rawit mengandung zat penting yang membantu menjaga


kesehatan tubuh. Selain itu, kandungan vitamin C yang sangat tinggi
membuat tubuh tetap sehat dan tidak mudah terserang penyakit.
h. Mengatasi masalah ketidaksuburan

Cabai rawit juga bisa digunakan untuk meningkatkan kesuburan.


Selain itu, mengonsumsi cabai rawit dapat meningkatkan gairah seksual.
2.2 Vitamin C
2.2.1 Sejarah Vitamin C

Vitamin C disebut juga vitamin anti skorbut karena dapat mencegah


penyakit yang disebut “scurvey” atau scorbut. Yang ditandai oleh terjadinya
pendarahan pada gusi dan mulut. Penyakit skorbut telah dikenal Vasco de
gamma dalam pelayaran tahun 1947 menuju India lewat Tanjung harapan.
Lebih dari separuh awak kapalnya meninggal akibat skorbut. Pada tahun 1535
Jacques Cartier dalam pelayaran menuju benua Amerika (Newfoundland)
terhindar dari penyakit skorbut karena membawa cukup bekal berupa buah-
buahan segar dan sayur-sayuran. Senyawa kimia dalam.
Vitamin C atau asam askorbat merupakan turunan dari mikosis dan
diklasifikasikan sebagai monosakarida yang terikat pada karbohidrat
(TARIGAN, 2020). Vitamin C cukup stabil dalam keadaan kering, namung
dari segi kelarutan, vitamin C mudah rusak oleh kontak udara (oksidasi),
terutama bila terkena panas (Rahayu et al., 2019).

Gambar 2.10 Struktur Vitamin C

Rumus Molekul : C6H8O6

Pemerian : Serbuk atau hablur, putih hingga kekuningan, tidak


berbau, rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap diudara,
dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
(95%) p; raktis tidak larut dalam klorofom P, dalam eter
P dan dalam benzen.

Vitamin C atau asam askorbat adalah vitamin terpopuler jika


dibandingkan dengan vitamin lain. Vitamin C merupakan vitamin yang
termasuk dalam kelompok vitamin yang larut dalam air. Vitamin C serbuk
atau hablur; putih atau agak kuning, oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering, stabil di udara, dalam
larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190. Rumus
molekul vitamin C yaitu C6H8O6 dan memiliki BM 176,13. Kelarutan
mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzene (FI ed V 2014).

buah-buahan yang dapat mencegah skorbut itu kemudian disebut


“scurvey vitamin”. Nama vitamin C baru diberikan pada senyawa itu tahun
1921 (Marbun, 2018).
2.2.2 Sifat Vitamin C

Vitamin C merupakan kristal putih yang larut dalam air. Vitamin C


cukup stabil dalam keadaan kering, tetapi lebih rentan terhadap kerusakan
akibat kontak udara (oksidasi) dalam keadaan larut, terutama bila terkena panas.
Oksidasi dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil
dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil
(Mardalena, 2016).
2.2.3 Fungsi Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat memiliki banyak fungsi di dalam tubuh,


sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah pereduksi yang kuat dan
bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi hidroksilasi (Rahayu et al., 2019).
Di bawah ini merupakan fungsi vitamin C (Mardalena, 2016) :

a. Sintesis kolagen, fungsi vitamin C berhubungan dengan pembentukan


kolagen. Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin
menjadi hidroksiprolin, komponen penting dalam pembentukan kolagen.
Vitamin C membantu menyembuhkan luka, patah tulang, pendarahan
kulit dan gusi berdarah.
b. Sintetis karnitin, norepinefrin dan serotonin bertanggung jawab untuk
mengangkut asam lemak rantai panjang ke mitokondria untuk dioksidasi.
c. Penyerapan dan metabolisme zat besi

d. Penyerapan Kalsium, Vitamin C juga membantu penyerapan kalsium


dengan menjaga kalsium dalam bentuk terlarut.

e. Pencegahan infeksi, vitamin C meningkatkan resistensi terhadap


resistensi terhdap infeksi dengan mencegah infeksi dan mempengaruhi
fungsi kekebalan tubuh.
f. Mencegah kanker dan penyakit jantung, vitamin C dapat dikatakan dapat
mencegah dan mengobati kanker karena dapat mencegah pembentukan
natrosamine yang bersifat karsiogenik.

2.2.4 Sumber Vitamin C

Vitamin C umumya hanya terdapat pada pangan nabati, terutama yang


bersifat asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, melon, anggur, kiwi,
mangga, jambu biji dan tomat. Vitamin C juga ditemukan dalam banyak
sayuran seperti brokoli, kembang kol, cabai merah, cabai rawit, bayam mentah,
sawi dan kubis (Rahayu et al., 2019).

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Vitamin C

Kelebihan vitamin C dari makanan tidak menimbulkan gejala apapun.


Namun, kelebihan vitamin C harian dalam bentuk suplemen dapat
meningkatkan resiko hiperosaluria dan batu ginjal. Dengan mengonsumsi 5- 10
gram vitamin C baru mengeluarkan sejumlah kecil asam askorbat dalam urin
(Rahayu et al., 2019).
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan kelelahan, lemas sesak
napas, kejang otot, kejang sendi, kehilangan nafsu makan, kulit kering, kulit
kasar dan gatal, pendarahan gusi, gigi goyang, mulut dan mata kering, dan
rambut rontok. Selain itu, terdapat luka yang sulit sembuh, anemia, dan
terkadang terjadi penurunan jumlah sel darah putih dan timbul gangguan saraf
(Rahayu et al., 2019).
2.2.6 Kebutuhan Vitamin C
Mengonsumsi vitamin C dapat memberikan efek terbaik untuk
menurunkan prevalensi anemia baik pada anak maupun orang dewasa, dengan
pemberian vitamin C dapat meningkatkan kadar hemoglobin yang tinggi
(Cresna et al, 2014).
Kebutuhan asupan vitamin C setiap orang berbeda - beda tergantung
umur dan jenis kelaminnya. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk
masyarakat Indonesia tertera dalam Permenkes No. 28 Tahun 2019.
Tabel 2.2 Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Kemenkes RI, 2019)
Golongan Umur Angka Kecukupan Vitamin C (mg)
Bayi/Anak
0-5 bulan 40
6-11 bulan 50
1-3 tahun 40
4-6 tahun 45
7-9 tahun 45
Laki-Laki
10-12 tahun 50
13-15 tahun 75
16-18 tahun 90
19-29 tahun 90
30-49 tahun 90
50-64 tahun 90
65-80 tahun 90
80+ tahun 90
Perempuan
10-12 tahun 50
13-15 tahun 65
16-18 tahun 75
19-29 tahun 75
30-49 tahun 75
50-64 tahun 75
65-80 tahun 75
80+ tahun 75
Hamil (+an)
Trisemester 1 (+)10
Trisemester 2 (+)10
Trisemester 3 (+)10
Menyusui (+an)
6 bulan pertama (+)45
6 bulan kedua (+)45
2.2.7 Metabilisme Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat diserap usus dengan cara difusi
sederhana atau dengan cara tranpor aktif. Ketika asupan vitamin C meningkat,
efisiensi penyerapan dari usus menurun. Vitamin C diserap dari usus dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. Difusi pasif

b. Mekanisme transpor aktif.

Kemudian beredar dalam darah dan memiliki efek antioksidan.


Penyerapan vitamin C tergantung dosis. Vitamin C yang tidak di serap ke
usus besar menyebabkan perubahan tekanan osmotik sehingga membuat
tinja berair dan menyebabkan diare. Vitamin C diekresikan dalam urin
ketika kadar plasma melebihi 1,2-1,5 ml/dl (body pool=1,5 g/dl) (Rahayu et
al., 2019).
2.3 Jenis Metode Penetapan Kadar Vitamin C
2.3.1 Metode Titrasi Iodometi

Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metode


penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah
jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari reaksi antara sampel
dengan ion iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai peniter.

Titrasi Iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang


potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat
tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan
menggunakan senyawa pereduksi senyawa iodium secara langsung disebut
iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-
reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya
(Marbun, 2018).
2.4 Kerangka teori

1.Kandungan Vitamin C
2. Metode Penelitian
3. cabai rawit dan cabai
merah

Kandungan
Vitamin C pada
cabai merah dan
rawit
1.Pra Analitik

2. Analitik

3. Pasca Analitik

Gambar 2.11 Kerangka Teori


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode atau cara yang digunakan dalam sebuah penelitian serta berisikan
langkah-langkah juga operasional penelitian yang akan dilakukan merupakan
definisi dari rancangan penelitian (Notoatmodjo, 2018). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian eksperimental merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap hal lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2017). Penelitian ini
dimaksud untuk mengetahui perbandingan kandungan vitamin C cabai merah
(Capsicum annuum) dan cabai rawit (Capsicum frustescens).

3.2 Kerangka Konsep

cabai merah (Capsicum annuum)


cabai rawit (Capsicum frustescens). Kandungan
Vitamin C

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan suatu kelengkapan atau sifat nilai dari
individu objek atau kegiatan yang memiliki keberagaman tertentu dan diteteapkan
oleh peneliti untuk ditelaah ditarik kesimpulan (Sugiyono,2017). Menurut hubunga
antara suatu variabel dan variabel lain, variabel terbagi menjadi dua yaitu variabel
independen dan variabel dependen.
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau disebut juga sebagai variabel terikat adalah
variabel yang menjadi akibat karena adanya pengaruh variabel bebas (Sugiyono,
2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kandungan vitamin C

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen disebut juga dengan variabel bebas adalah variabel


yang mampu mempengaruhi atau menjadi alasan munculnya suatu perubahan atau
variabel dependen (Sugiyono, 2017). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah cabai merah (Capsicum annuum) dan cabai rawit (Capsicum frustescens).
3.4 Definisi Operasional Variabel

Batasan ruang lingkup pada variabel yang diteliti disebut juga sebagai
definisi operasional variabel. Fungsi dari pembuatan definisi operasional variabel
adalah untuk menjuruskan pengamatan atau pengukuran terhadap variabel yang ada
serta mengembangkan alat ukur atau instrumen (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat ukur Ukur/Cara Skala


operasional
Cabai merah Perbandingan Visual Visual Nominal
(Capsicum kandungan
annuum) Vitamin C
Cabai rawit Perbandingan Visual Visual Nominal
(Capsicum kandungan
frustescens) Vitamin C
Kandungan Perbandingan Titrasi Buret Rasio
Vitamin C Kandungan
Vitamin C

3.5 Populasi dan Sample Penelitian

3.5.1 Populasi

Suatu objek penelitian atau objek yang akan dikaji secara keseluruhan
disebut dengan populasi (Notoatmodjo, 2018). Populasiini adalah cabai merah dan
cabai rawit di pasar sukanagara . Sampel pada penelitian ini adalah 15 buah cabai
merah dan 15 buah cabai rawit.

3.5.2 Sampel

Menurut (Hardani et al, 2020) besar sampel adalah banyaknya individu,


subjek atau elemen dari populasi yang diambil sebagai sampel. Sampel pada
penelitian ini adalah 15 buah cabai merah dan 15 buah cabai rawit.

Besar Sampel Menurut (Hardani et al, 2020) besar sampel adalah


banyaknya individu, subjek atau elemen dari populasi yang diambil sebagai
sampel. Untuk menghitung besarnya 30 sampel cabai yaitu dengan rumus yang
digunakan dalam perhitungan kandungan Vitamin C dalam setiap 100 gr berat
bahan adalah:

ml iodium x Faktor pengenceran x 0 , 87 x 100


berat sampel ( g )

Tabel 3.2 perhitungan kandungan Vitamin C pada cabai merah

No. Berat sample ml Perhitungan Kandungan


Cabai merah iodium vitamin C
rata-rata
1. 20,0255 2,330 2,330 x 5 x 0 , 87 x 100 50,613
20,0255
2. 20,0406 2,330 2,330 x 5 x 0 , 87 x 100 50,575
20,0406
3. 20,0564 2,335 2,335 x 5 x 0 , 87 x 100 50,643
20,0564
4. 20,0412 2,325 2,325 x 5 x 0 , 87 x 100 50,465
20,0412
5. 20,0545 2,335 2,335 x 5 x 0 , 87 x 100 50,648
20,0545
6. 20,0045 3,120 3,120 x 5 x 0 , 87 x 100 67,843
20,0045
7. 20,0033 3,090 3,090 x 5 x 0 , 87 x 100 66,979
20,0033
8. 20,0082 3,135 3,135 x 5 x 0 , 87 x 100 68,158
20,0082
9. 20,0013 3,115 3,115 x 5 x 0 ,87 x 100 67,731
20,0013
10. 20,0013 3,135 3,135 x 5 x 0 , 87 x 100 68,182
20,0013
11. 20,0051 2,195 2,195 x 5 x 0 , 87 x 100 47,729
20,0051
12. 20,0075 2,215 2,215 x 5 x 0 , 87 x 100 48,158
20,0075
13. 20,0050 2,210 2,210 x 5 x 0 , 87 x 100 48,055
20,0050
14. 20,0036 2,205 2,205 x 5 x 0 , 87 x 100 47,950
20,0036
15. 20,0085 2,205 2,205 x 5 x 0 , 87 x 100 47,938
20,0085

Tabel 3.3 perhitungan kandungan Vitamin C pada cabai rawit

No Berat sample ml Perhitungan Kandungan


. cabai rawit iodium vitamin C
rata-rata
1. 20,0099 3,295 3,295 x 5 x 0 , 87 x 100 71,631
20,0099
2. 20,0045 3,310 3,310 x 5 x 0 , 87 x 100 71,976
20,0045
3. 20,0021 3,315 3,315 x 5 x 0 , 87 x 100 72,094
20,0021
4. 20,0001 3,310 3,310 x 5 x 0 , 87 x 100 71,992
20,0001
5. 20,0072 3,305 3,305 x 5 x 0 , 87 x 100 71,859
20,0072
6. 20,0050 1,440 1,440 x 5 x 0 , 87 x 100 31,312
20,0050
7. 20,0085 1,435 1,435 x 5 x 0 , 87 x 100 31,198
20,0085
8. 20,0083 1,425 1,425 x 5 x 0 , 87 x 100 30,981
20,0083
9. 20,0026 1,435 1,435 x 5 x 0 , 87 x 100 31,207
20,0026
10. 20,0022 1,440 1,440 x 5 x 0 , 87 x 100 31,317
10,0022
11. 20,0027 5,540 5,540 x 5 x 0 , 87 x 100 120,479
20,0027
12. 20,0018 5,550 5,550 x 5 x 0 , 87 x 100 120,702
20,0018
13. 20,0018 5,555 5,555 x 5 x 0 , 87 x 100 120,840
20,0018
14. 20,0034 5,540 5,540 x 5 0 , 87 x 100 120,475
20,0034
15. 20,0035 5,545 5,545 x 5 x 0 , 87 120,581
x 100
20,0035

3.6 Teknik Pengumpulan data dan Prosedur

3.6.1 Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini data tentang Cabai merah dan Cabai Rawit,
diperoleh melalui menganalisis secara kuantitatif dengan larutan iodium

3.6.2 Prosedur Penelitian

1. alat
a. Buret
b. Cawan penguap
c. Labu erlenmeyer
d. Neraca ohaus
e. Pipet Pasteur
f. Spatula kimia
2. bahan
a. 15 buah cabai merah
b. 15 buah cabai rawit
c. Air 20 ml
d. Larutan amilum
e. Larutan iodium 0,01 M
Prosedur kerja
3. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian disiapkan.
2) 15 cabai merah dan 15 cabai rawit dimasukkan ke dalam cawan penguap yang berbeda.
3) Cabai merah dan cabai rawit ditumbuk hingga halus.
4) Berat kosong labu erlenmeyer ditimbang menggunakan neraca ohaus.
5) Cabai merah dan cabai rawit yang telah ditumbuk dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang berbeda.
6) Cabai merah dan cabai rawit sebanyak 2 gram ditimbang menggunakan neraca ohaus.
7) Air sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berbeda.
8) 5 tetes larutan amilum diteteskan ke dalam labu erlenmeyer yang berbeda.
9) Larutan iodium 0,01 M dimasukkan ke dalam buret.
10) Larutan iodium secara perlahan-lahan dititrasi.
11) Perubahan warna yang terjadi diamati

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Data diambil dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kimia


Klinik Kampus 2 Institut Kesehatan Rajawali serta mendasar pada cabai merah dan
cabai rawit. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji titrasi iodimetri
untuk mengetahui perbandingan kandungan vitamin C pada cabai merah dan cabai
rawit. Analisis hasil penelitian ini dilakukan dengan mengamati perubahan warna
larutan iodium yang dititrasi ke dalam cabai merah dan cabai rawit yang telah
ditumbuk. Jika larutan iodium yang dititrasi ke dalam cabai merah dan cabai rawit
yang telah ditumbuk mengalami perubahan warna, atau warnanya semakin membiru,
maka cabai tersebut mengandung vitamin C. Semakin terlihat perubahan warnanya,
maka cabai tersebut mengandung lebih banyak vitamin C.

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Klinik Kampus 2
Institut Kesehatan Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai