Dosen Pembimbing :
Dr. Mira Triharini, S.Kp., M.Kep.
Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Alfia Nuriil Firdaus (131711133024)
2. Neli Widia Astuti (131711133081)
3. Ayu Hazrina (131711133085)
4. Rahmi Yunita (131711133086)
5. Feny Deya Virdausi (131711133121)
6. Faisol Akbar (131711133158)
Kelas : A1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah psikososial dan budaya dalam keperawatan dengan baik
dan lancar.
Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
keperawatan maternitas 1. Makalah ini membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN TUMOR GANAS SISTEM REPRODUKSI: KANKER
OVARIUM”. Semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai pembaca
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susun dapat
memberikan manfaat dan memberikan inspirasi bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I : Pendahuluan 1
1.1. Lata
r Belakang 1
1.2. Rum
usan Masalah 2
1.3. Tuju
an 2
1.4. Man
faat 2
Bab II : Tinjauan Pustaka 3
2.1. Defi
nisi Menstruasi 3
2.2. Men
arke dan Siklus Menstruasi 3
2.3. Gan
gguan Menstruasi 5
2.4. WO
C Gangguan Menstruasi 33
Bab III : Asuhan Keperawatan 34
Bab IV : Penutup 40
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi kanker ovariumi
2. Mengetahui anatomi fisiologi kanker ovarium
3. Mengetahui etiologi kanker ovarium
4. Mengetahui patofisiologi dari kanker ovarium
5. Mengetahui klasifikasi kanker ovarium
6. Mengetahui manifestasi klinis dari kanker ovarium
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
yang bisa dilakukan pada pasien dengan kanker ovarium
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium
1.4 Manfaat
Makalah ini mempunyai manfaat bagi penulis dan pembaca dalam
mempelajari tentang kanker ovarium dan mengetahui bagaimana cara
menangani penyakit tersebut secara benar dan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kanker Ovarium
Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan
menjadi tiga tipe utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan
epithelial ovarian cancer (EOC). Mayoritas kanker ovarium yang sering
ditemukan adalah tipe EOC dan memiliki beberapa subtipe, antara lain:
mucinous, clear cell, endometroid, low-grade serous, dan high-grade serous
carcinoma (HGSC). Subtipe HGSC merupakan jenis kanker epitel yang paling
banyak dan juga paling agresif. Hal ini karena banyak wanita didiagnosis telah
memasuki stadium lanjut (stadium III atau IV) dengan nilai 5 tahun ketahanan
hidup (5 years survival rate) antara 20-40% (George et al., 2016).
2.2. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem
reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua
ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang
sekitar 1,5-2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah
menopause. Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri,
yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum
latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan
dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut!serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan
belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang
dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus,
dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung
ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan
yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal
dari gubernakulum.
Secara makroskopis, ovarium menyerupai buah pir, dengan ukuran yang
bervariasi, tergantung usia.Pada usia reproduksi, ukuran ovarium :
Panjang : 2,5-5 cm
Lebar : 1,5-3 cm
Tebal : 0,5-1,5 cm
STRUKTUR OVARIUM
Struktur ovarium terdiri atas :
1. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel
primordial
2. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh-pembuluh darah, serabut!serabut saraf dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de graff. Folikel-folikel ini merupakan
badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat!tingkat perkembangan dari satu
sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de
graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan
siap un tuk berovulasi. Folikel de graff yang matang terdiri atas :
a) Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula.
b) Stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli.
c) Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecil daripada sel granulosa.
d) Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel!sel granulosa yang
melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama!sama ovum
ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua
tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di
situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel
diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di
dalam sel-selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus
luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler
dan jaringan ikat diantaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi korpus luteum tetap ada
dan menjadi lebih besar sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada kehamilan
4 bulan.
Secara fisiologi Ovarium bertanggung jawab terhadap pengeluaran gamet
secara periodic (sel telur, oosit) dan produksi hormon steroid estradiol dan
progesterone. Kedua aktifitas ini terintegrasi pada suatu proses pengulangan
yang berlangsung terus menerus dari maturasi folikel, ovulasi dan
pembentukan korpus luteum dan regresinya. Sehingga ovarium tidak bias
dipandang sebagi suatu organ endokrin yang statis dimana ukuran dan
fungsinya bisa saja membesar dan mengecil, tergantung dari pengaruh
hormonal tropik.
2.3. Etiologi Kanker Ovarium
Penyebab kanker ovarium sebenarnya belum jelas hingga saat ini, namun
beberapa faktor dan hipotesa mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit
ini antara lain :
a) Faktor Lingkungan dan Lifestyle
Tidak teraturnya pola makan dan pola hidup pada perempuan, bisa
menjadi salah satu penyebab dari kanker ovarium. Terlalu banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, ternyata tidak cukup
baik terhadap kesehatan. Begitu pula dengan kebiasaan merokok dan
alcohol
b) Faktor Genetik
Seandainya ada anggota keluarga perempuan yang memiki riwayat
penyakit kanker ovarium, maka kemungkinan risiko terkena penyakit
kanker ovarium menjadi lebih besar. Hal ini diduga terjadi akibat mutase
gen BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen pada penyakit herediter kanker
kolorektal nonpolyposis, MSH2 dan MLH1 juga meningkatkan resiko
kanker epitel ovarium yang invasive, terutama dari subtype endometrioid.
Mutase gen CDKN2A, PTEN, TGFβRI, km23, CTNBB1, dan PIK3CA
ditemukan pada penderita kankerepitel ovarium, terutama pada subtype
endometrioid atau clea cell. Sedangkan pada 50% penderita kanker epitel
ovarium ditemukan adanya mutase gen TP53 (Fleming, et al., 2006).
c) Faktor Endoktrin / Paritas
Lebih banyak kanker ovarium terjadi pada nulipara atau wanita
steril. Di beberapa kasus, terjadi penyakit kanker ovarium, endometrium
dan payudara secara bersamaan. Hal ini disebabkan ketiga penyakit kanker
tersebut memiliki sifat ketergantungan terhadap endoktrin.
d) Disfungsi Ovarium
Pada perempuan yang mengalami disfungsi ovarium, seperti
menopause dini, menstruasi tidak teratur, tidak bisa hamil, dan lain
sebagainya, dapat mengalami risiko terkena penyakit kanker ovarium
e) Hipotesa Ovulasi
Ovulasi berulag diduga sebagai penyebab utama kanker epitel
ovarium. Hal ini dikarenakan efek kumulatif dari setiap trauma ringan
pada epitel ovarium dapat menyebabkan transformasi maligna (Mahdavi,
et al., 2006). Trauma ovarium ini berupa kerusakan epitel permukaan
ovarium yang terjadi terus menerus, diikuti proliferasi permukaan sel
epitel setelah ovulasi, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya mutase yang meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium.
f) Hipotesa Gonadotropin
Paparan terhadap kadar gonadrotopin yang tinggi dapat memicu
terjadinya transformasi malignan, kemungkinan akibat meingkatnya
pertumbuhan sel dan menghambat apoptosis baik langsung maupun tidak
langsung stimulasi estrogenik permukaan epitel ovarium. Paparan
gonadotropin endogen dan eksogen dengan ovarium yang berlangsung
juga bersifat karsinogenik. Beberapa studi menyimpulkan estrogen
terbutki menstimulasi proliferasi pada sel-sel yang mengandung reseptor
estrogen. Selain itu, penggunaan terapi pengganti estrogen juga terbukti
dapat meningkatkan resiko kanker ovarium (Fleming, et al., 2006).
g) Hipotesa Hormonal Androgen
Stimulasi androgen berlebihan menyebabkan meningkatnya risiko
kanker epitel ovarium, pada akhirnya mungkin menurun akibat stimulasi
progesterone. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel – sel kanker ovarium (Olsen,
et al., 2008). Studi berikutnya menunjukkan, orrang-orang dengan dugaan
androgen tinggi pada pengguna terapi hormonal testosterone atau
pegobatan androgenik (danazol), penderita polistic ovari sindrom (PCOS),
masalah jerawat dan hirutisme tidak ditemukan bukti konsisten peran
androgen dalam etiologi kanker ovarium. Pada wanita PCOS yang
seringkali disertai berat badan berlebih ditemukan adanya hubungan kuat
dengan peningkatan resiko serous borderline tumours, riwayat oenggunaan
suplemen testosterone juga terbukti dapat meningkatkan resiko kanker
ovarium, sedangkan pada wanita dengan masalah jerawat, hirurtisme
maupun riwayat penggunaan danazol tidak terbukti dapat meningkatkan
resiko kanker ovarium (Olsen, et al., 2008).
h) Virus
Akibat adanya invasi virus yang menjalar dan berkembang di
dalam ovarium.
2.4. Patofisiologi
Ovulasi
Estrogen Zat Sel
ovarium Gen Androgen Karsino- ovarium
Invasi sel
Sel ovarium naik BRCA1 menstimulasi gen di ovarium terpapar
rusak dan sel epitel ovarium radiasi
Gonadotro- BRCA2
pin naik
Sembuh Menghambat
luka lama Akumulasi sel ovarium
pertumbuhan
sel ovarium
Ovulasi Sel – sel tumbuh di luar kendali (tidak mati pada
terus waktunya)
menerus
Transform menjadi sel mutasi
Transformas
i sel ke Poliferasi
maligna
KANKER
OVARIUM
Dinding Menekan
vagina pleksus
Statis Gaster kanker kumbal
Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor
terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus
besar atau omentum.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Pada hari Selasa, 23 Mei 2017 pukul 20.00 WIB pasien Ny. S, 49 tahun
meriksakan diri ke Rumah Sakit Pondok Candra karena mengeluh pusing, letih,
lesu. Kemudian pasien diminta untuk periksa darah, dan tidak lama hasilnya telah
keluar. Keterangan menunjukkan bahwa Hb (Hemoglobin) pasien rendah yaitu
5,7 g/dl (dengan batas normal 11,5– 16,5 g/dl). Saat itu, pasien diminta untuk
pemeriksaan lebih lanjut ke RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya. Pasien
datang ke IGD dengan keluhan yang sama, pusing, letih, lesu, lemas. Di IGD
pasien diperiksa tanda-tanda vitalnya seperti tekanan darah pasien 126/73 mmHg,
nadi pasien 110x/menit, respirasi pasien 20x/menit, SpO2 pasien 97%.
1. Pengkajian
Tanggal masuk : Rabu, 28 Mei 2017
Jam masuk : 08.00 WIB
Ruang/kelas : F2 / II
No. RM` : 52 xx xx
Tanggal pengkajian: Senin, 29 Mei 2017
Jam : 11.30 WIB
A. Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 49 tahun
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat : Menganti-Gresik, Jawa Timur
Status : Sudah menikah
Jumlah anak : 2
C. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Pasien terlihat lemah, kesadaran composmentis dengan GCS 456. Saat
dikaji, tekanan darah pasien 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,5
C, respirasi 20x/menit, SpO2 98%, berat badan 68 kg, tinggi badan 163
cm.
2. Kepala
Rambut pasien tampak bersih beruban di pangkal kepala, bentuk
kepala pasien simetris, tulang tengkorak tidak menonjol. Tidak ada
lesi, pasien mampu menggerakkan kepala, tidak ada keluhan.
3. Mata
Pasien mampu menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah,
kelopak mata dapat terangkat, gerakan mata searah, konjungtiva tidak
anemis, sklera normal, pupil isokhor, lapang pandang terbatas (pasien
berusia 49 tahun), tidak ada keluhan.
4. Hidung
Tulang hidung pasien tampak simetris, septum tidak ada, polip
tidak ada, sinus tidak ada keluhan, pasien dapat mengenali bau/aroma,
tidak ada reaksi alergi.
5. Mulut dan Tenggorokan
Mulut pasien tampak simetris, membran mukosa lembab, psaien
mampu mengangkat rahang, mampu menggerakkan lidah, mampu
mengecap rasa, tidak ada nyeri telan, tidak ada sianosis, pasien dapat
berbicara dengan lancar dan baik, tidak ada keluhan.
6. Dada dan Axilla
Tidak ada pembesaran payudara, tidak ada benjolan di sekitar
payudara.
7. Pernafasan
Bentuk dada pasien normochest, pergerakan simetris, tidak tampak
otot bantu nafas tambahan, irama nafas reguler, pola nafas reguler,
suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, taktil/vokal
fremitus teraba, tidak ada sesak nafas.
8. Sirkulasi Jantung
Ictus cordis teraba pada ICS 5 midklavikula sinistra, irama jantung
reguler, bunyi jantung S1S2 tunggal, tidak ada mur-mur, tidak ada
gallop, tidak ada nyeri dada.
9. Abdomen
Bentuk abdomen asites, suara bising usus 20x/menit, tidak teraba
hepatomegali, tidak ada lesi bekas operasi, adanya nyeri tekan pada
perut bagian bawah.
10. Genetalia
Saat dikaji pasien tidak mengalami perdarahan, adanya nyeri tekan
pada
simpisis pubis.
11. Ekstremitas
Warna kulit kemerahan, CRT < 2 detik, tidak ada lesi, turgor kulit
elastis, ektremitas teraba hangat, ektremitas kiri terpasang IV line
(infus), ekstremitas kanan terpasang gelang identitas, tulang
ekstremitas tampak simetris, tidak teraba krepitesi atau fraktur, ROM
bebas aktif, kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
1. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen
Tidak terkaji
2. USG
Tidak terkaji
3. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah
T: hilang timbul
DO:
Pasien tampak
mengeluh kesakitan
Vagina terpengaruh
2. Diagnosa
Table 2.1 Prioritas Masalah
No.
Masalah Keperawatan
Ditemukan
Nyeri akut b/d Penekanan perut bagian bawah
1.
akibat metastasis kanker
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2.
b/d perdarahan vagina
3. Gangguan Pola Tidur b/d Perubahan lingkungan
3. Intervensi Keperawatan
Table 3.1 Rencana Keperawatan
No Dignosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut b/d Tujuan : 1. Observasi reaksi 1. mengetahui
Penekanan perut Setelah dilakukan nonverbal dari tingkatan nyeri
bagian bawah tindakan keperawatan ketidaknyaman pada pasien
akibat metastasis selama 3 x 24 jam 2. Lakukan 2. mempermudah
kanker diharapkan nyeri akut pengkajian nyeri proses
berkurang dengan secara pengkajian
Kriteria hasil : komperensif 3. mengurangi rasa
Mampu mengontrol termasuk lokasi, nyeri
nyeri (tahu penyebab karakteristik, 4. meredakan
nyeri, mampu durasi, frekuensi, nyeri
menggunakan tehnik kualitas dan faktor
nonfarmakologi untuk presipitasi
mengurangi nyeri, 3. Edukasi pada
mencari bantuan) tehnik
Melaporkan bahwa nonfarmakologi
nyeri berkurang (distraksi
dengan managemen relaksasi)
nyeri 4. Kolaborasi
Mampu mengenali dengan dokter
nyeri (skala, dalam Pemberian
intensitas, frekuensi obat
dan tanda nyeri analgetik
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Resiko Tujuan : 1. Observasi tanda- 1. Memantau TTV
ketidakefektifan Setelah dilakukan tanda vital px px setiap 4 jam
perfusi jaringan tindakan keperawatan 2. Mengkaji pasien 2. Mencegah
perifer b/d selama 1x24jam tidak untuk terjadinya
efek samping terjadi mempertahankan ketidakefektifan
kemoterapi ketidakefektifan integritasi kulit perfusi jaringan
perfusi jaringan dan membran perifer
perifer diharapkan mukosa 3. Edukasi pada
dengan 3. Anjurkan pasien pasien
Kriteria hasil : untuk mencegah
Kulit ekstremitas mempertahankan terjadinya
teraba hangat integritasi kulit ketidakefektifan
Tidak sianosis atau dan membran perfusi jaringan
CRT >2detik mukosa perifer
Volume darah 4. Kolaborasi dengan 4. pemberian terapi
terutama hemoglobin dokter pemberian lebih lanjut
meningkat atau setara transfusi darah untuk
dengan rata-rata menangani
ketidakefektifan
jaringan perfusi
perifer
Gangguan Pola Tujuan : 1. Observasi jam 1. Mengetahui
Tidur b/d Setelah dilakukan tidur pasien waktu tidur
perubahan tindakan keperawatan 2. Observasi tingkat pasien
lingkungan selama 2 x 24 jam kecemasan pasien 2. Mengukur
diharapkan insomnia 3. Melatih tehnik tingkat
tertatasi distraksi dan kecemasan
Kriteria hasil: relaksasi (terapi pasien
Pasien mengurangi non farmakologi) 3. Mengurangi
kecemasannya 4. Edukasi pada kecemasan, tidur
Jam tidur bertambah pasien tentang lebih nyaman
Mengupayakan sebagian
tidur
BAB IV
PENUTTUP
4.1. Kesimpulan
Kanker ovarium termasuk satu dari sepuluh kanker yang paling sering
diderita oleh wanita di Indonesia (Aziz MF, 2009). Kanker ovarium terjadi
hampir 1:3000 wanita postmenopause di Indonesia dan merupakan penyebab
kematian sekitar 6-7% dari total kematian karena kanker (Aziz, MF. 2009).
Kanker Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun.
Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti
daerah panggul dan perut melalui getah bening dan melalui peredaran darah
untuk menuju kehati dan paru-paru.
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang
dimiliki wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum,
kanker ovarium merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium.
Kanker ini bisa berkembang sangat cepat, bahkan, dari stadium awal hingga
stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker ovarium
merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium.
Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang
tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker.
Gejala yang timbul terutama berupa rasa tidak enak perut bawah atau
tenesmus, pada stadium awal dapat timbul asites; dengan cepat kanker
tumbuh melampaui kavum pelvis hingga ke abdomen hingga teraba massa,
haid tidak teratur, dapat timbul perdarahan per vaginam.
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan
kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b
dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan
kombinasi pengobatan
4.2. Saran
Penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah pengetahuan tentang kanker ovarium dan dapat menjaga
kesehatan diri dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz MF. (2009). Gynecological Cancer in Indonesia.
Cancer Research UK. (2012). Cancer Incidence for Common Cancers
Centers for Disease Control and Prevention. (2013). Ovarian Cancer
Statistics.
Ayu, Idha, D., Budiana, ING. (2017). PROFIL PASIEN KANKER
OVARIUM DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR –
BALI PERIODE JULI 2013 – JUNI 2014. Bali: Universitas Udayana
Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Pennsylvania: Elsevier Inc; A 2006. P. 1011-22
Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC;
2001. P. 633-732.
Vander et.al. Human physiology - the mechanism of body function. 8th ed.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2001. P. 681-3
Ganong WF. Review of medical physiology. 20th ed. USA: The McGraw-
Hill Companies; 2001. P. 505-6
Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta
: EGC
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP
Afiyanti, Y., 2016. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan,
Jakarta: Rajawali.Pers
Nanda, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Nanda & NIC NOC, Mediaction, Jogjakarta
Zuhri, Tri Wahyuni. 2014. Kanker Bukan Akhir Dunia (Kiat – Kiat Cerdas
Perempuan Menghadapi Kanker). Elex Media Komputindo : Jakarta
https://www.scribd.com/doc/262153072/CA-Ovarium-Jurnal
Bohnenkamp, S., LeBaron, V., Yoder, LH. 2007. The Medical-Surgical
Nurse’s Guide to Ovarian Cancer: Part II. MEDSURG Nursing, Vol. 16 No. 5
Mardiana, Lina. 2007. Kanker Pada Wanita: Pencegahan dan Pengobatan
Dengan Tanaman Obat. Depok: Penebar Swadaya