Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS I

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR GANAS SISTEM REPRODUKSI:


KANKER OVARIUM

Dosen Pembimbing :
Dr. Mira Triharini, S.Kp., M.Kep.

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Alfia Nuriil Firdaus (131711133024)
2. Neli Widia Astuti (131711133081)
3. Ayu Hazrina (131711133085)
4. Rahmi Yunita (131711133086)
5. Feny Deya Virdausi (131711133121)
6. Faisol Akbar (131711133158)
Kelas : A1

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah psikososial dan budaya dalam keperawatan dengan baik
dan lancar.
Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen mata kuliah
keperawatan maternitas 1. Makalah ini membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN TUMOR GANAS SISTEM REPRODUKSI: KANKER
OVARIUM”. Semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai pembaca
dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susun dapat
memberikan manfaat dan memberikan inspirasi bagi kita semua.

Surabaya, 19 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I : Pendahuluan 1
1.1. Lata
r Belakang 1
1.2. Rum
usan Masalah 2
1.3. Tuju
an 2
1.4. Man
faat 2
Bab II : Tinjauan Pustaka 3
2.1. Defi
nisi Menstruasi 3
2.2. Men
arke dan Siklus Menstruasi 3
2.3. Gan
gguan Menstruasi 5
2.4. WO
C Gangguan Menstruasi 33
Bab III : Asuhan Keperawatan 34
Bab IV : Penutup 40
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan sesuatu yang vital, termasuk salah satunya yaitu
kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan serta
bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
(WHO, 1992). Sistem reproduksi tidak dapat luput dari perhatian kita.
Banyak penyakit reproduksi yang saat ini sedang menjadi tren di
masyarakat terutama pada kaum wanita, salah satunya yaitu kanker
ovarium.
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol,
mempunyai kemampuan untuk menginvasi dan bermetastasi. Kanker
ovarium terjadi ketika sel-sel pada ovarium berubah dan tumbuh tidak
terkendali. Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti, akan
tetapi, bayak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium.
Gejala yang terjadi pada kanker ovarium adalah gejala samar dan ascites.
Ascites adalah kelebihan volume cairan di rongga perut, sedangkan gejala
samarnya, yaitu perut sebah, makan sedikit tapi cepat kenyang, sering
kembung, dan nafsu makan menurun
Kanker ovarium termasuk satu dari sepuluh kanker yang paling sering
diderita oleh wanita di Indonesia (Aziz MF, 2009). Kanker ovarium
merupakan jenis kanker terbanyak ketiga pada wanita Indonesia (Lukman,
SA. 2018). Menurut data dari Center for Disease Control and Prevention,
kanker ovarium merupakan kanker ginekologi dengan tingkat five year
survival rate terendah dari kanker ginekologi di dunia, yaitu sebesar 43%.
Hal ini disebabkan oleh gejala kasus yang tidak spesifik dan beragam,
serta tidak tersedianya alat screening dengan spesifisitas, sensitivitas, dan
harga yang sesuai. Kanker ovarium terjadi hampir 1:3000 wanita
postmenopause di Indonesia dan merupakan penyebab kematian sekitar 6-
7% dari total kematian karena kanker (Aziz, MF. 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kanker ovarium ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari ovarium ?
3. Apa saja etiologi kanker ovarium ?
4. Bagaimana patofisiologis dari kanker ovarium ?
5. Bagaimana klasifikasi kanker ovarium ?
6. Apa saja manifestasi klinis dari kanker ovarium ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan yang bisa
dilakukan pada pasien dengan kanker ovarium ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kanker ovarium ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi kanker ovariumi
2. Mengetahui anatomi fisiologi kanker ovarium
3. Mengetahui etiologi kanker ovarium
4. Mengetahui patofisiologi dari kanker ovarium
5. Mengetahui klasifikasi kanker ovarium
6. Mengetahui manifestasi klinis dari kanker ovarium
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
yang bisa dilakukan pada pasien dengan kanker ovarium
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium

1.4 Manfaat
Makalah ini mempunyai manfaat bagi penulis dan pembaca dalam
mempelajari tentang kanker ovarium dan mengetahui bagaimana cara
menangani penyakit tersebut secara benar dan tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kanker Ovarium
Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan
menjadi tiga tipe utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan
epithelial ovarian cancer (EOC). Mayoritas kanker ovarium yang sering
ditemukan adalah tipe EOC dan memiliki beberapa subtipe, antara lain:
mucinous, clear cell, endometroid, low-grade serous, dan high-grade serous
carcinoma (HGSC). Subtipe HGSC merupakan jenis kanker epitel yang paling
banyak dan juga paling agresif. Hal ini karena banyak wanita didiagnosis telah
memasuki stadium lanjut (stadium III atau IV) dengan nilai 5 tahun ketahanan
hidup (5 years survival rate) antara 20-40% (George et al., 2016).
2.2. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem
reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua
ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang
sekitar 1,5-2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah
menopause. Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri,
yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum
latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan
dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut!serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan
belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang
dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus,
dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung
ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan
yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal
dari gubernakulum.
Secara makroskopis, ovarium menyerupai buah pir, dengan ukuran yang
bervariasi, tergantung usia.Pada usia reproduksi, ukuran ovarium :
 Panjang : 2,5-5 cm
 Lebar : 1,5-3 cm
 Tebal : 0,5-1,5 cm

Normalnya, ovarium terletak di bagian atas rongga pelvis, bersandar


sedikit inferior dari dinding lateral pelvis pada daerah percabangan pembuluh
darah iliaka eksternal dan internal, yakni fossa ovarika -aldeyer. Posisi ini
sangatlah bervariasi dan biasanya berbeda antara ovarium kiri dengan kanan.
Masing-masing ovarium mengandung sejumlah folikel primordial yang
berkembang pada saat awal kehidupan fetus dan menunggu saat pematangan
menjadi ovum. Selain memproduksi ovum, ovarium juga menghasilkan
hormon seksual. Ovarium berbentuk oval dengan panjang 3-4 cm. Ovarium
berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium
menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan
bergerak ke saluran reproduksi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum
(sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
Ovarium mamalia berbentuk pipih bila dalam keadaan istirahat, sedang
dalam masa reproduksi berbentuk bulat panjang dan pada permukaan tampak
seperti bisul-bisul, itulah folikel yang masak. Fase folikel ialah masa
pertumbuhan folikel sejak dari primer, sekunder, tertier, sampai folikel De
Graf. Sel telur yang masih muda dikelilingi oleh 1 lapis sel folikel yang
disebut folikel primer. Lapisan sel itu bertambah banyak maka disebut folikel
sekunder. Akhirnya folikel tertier yang sudah mempunyai rongga antara sel-
sel folikel. Folikel De Graf sudah berbentuk ketika anak umur 7 tahun, tetapi
baru matang dan melakukan ovulasi setelah akil balig pada umur 12-13 tahun.
Pertumbuhan folikel dirangsang oleh FSH dan LH dari hipofosa.
Tiap ovarium dikelilingi oleh kapsula fibrosa, yang disebut tunika
albuginea. Tunika albuginea ini merupakan permukaan terluar korteks. Di atas
tunika albuginea terdapat epitel kuboid selapis, epitel germinativum -aldeyer.
Medula merupakan bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
merupakan kelanjutan dari mesovarium. Pada medula banyak terdapat
pembuluh darah dan sedikit jaringan otot halus yang merupakan kelanjutan
dari ligamentum infundibulopelvikum.
Perlekatan :
Ovarium terletak di sebelah dinding samping pelvis dan ditahan pada
posisi ini oleh dua struktur : ligamentum latum yang melekat ke ovarium di
sebelah posterior oleh mesovarium, dan ligamentum ovarika yang menahan
ovarium ke kornu uterus. Ovarium dilekatkan pada ligamentum latum oleh
mesovarium. Ligamentum ovarii proprium berjalan dari uterus lateral
posterior hingga ke bagian bawah ovarium. Panjangnya beberapa cm dengan
diameter 3-4 mm. Ligamentum ini diselimuti oleh peritoneum dan terdiri dari
jaringan ikat dan otot yang berasal dari bagian uterus. Ligamentum
infundibulopelvikum berjalan dari bagian ovarium yang menghadap tuba
hingga ke dinding pelvis, tempat pembuluh darah dan persarafan ovarium
berjalan di dalamnya.
Ovarium memiliki fungsi yaitu :
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan
melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian
memasuki uterus, jika terjadi proses pembuahan (fertilisasi) ovum akan
melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus),
ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan
terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini
berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik
wanita dan mengatur siklus menstruasi.
3. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti
estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses
pubertas wanita dan ciri!ciri seks sekunder. Estrogen dan progesteron
berperan dalam persiapan dinding rahim untuk implantasi telur yang telah
dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal kepada
hipotalamus dan pituitari dalam mengatur sikuls menstruasi.

Dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Di


dalam proses ini sel telur akan disertai dengan suatu kelompok sel yang
disebut sel folikel. Pada manusia, perkembangan oogenesis dari oogonium
menjadi oosit terjadi pada embrio dalam kandungan dan oosit tidak akan
berkembang menjadi ovum sampai dimulainya masa pubertas. Pada masa
pubertas, ovum yang sudah matang akan dilepaskan dari sel folikel dan
dikeluarkan dari ovarium. Proses pelepasan dari ovarium disebut ovulasi. Sel
ovum siap untuk dibuahi oleh sel spermatozoa dari pria, yang apaabila
berhasil bergabung akan membentuk zigot.
Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi dan
bergerak pelan menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma di (tuba fallopi), sel
telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan brkembang menjadi
sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi, maka
dapat terjadi kehamilan ektopik , di mana kehamilan tidak terjadi di rahim.
Perkembangan janin pada kehamilan ektopik, dapat terjadi di tuba fallopi
sendiri, bibir rahim, bahkan ovarium.

STRUKTUR OVARIUM
Struktur ovarium terdiri atas :
1. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel
primordial
2. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh-pembuluh darah, serabut!serabut saraf dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de graff. Folikel-folikel ini merupakan
badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat!tingkat perkembangan dari satu
sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de
graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung estrogen dan
siap un tuk berovulasi. Folikel de graff yang matang terdiri atas :
a) Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula.
b) Stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likuor
follikuli.
c) Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel-sel yang lebih kecil daripada sel granulosa.
d) Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel!sel granulosa yang
melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata bersama!sama ovum
ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua
tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di
situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel
diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di
dalam sel-selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus
luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler
dan jaringan ikat diantaranya.
Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi korpus luteum tetap ada
dan menjadi lebih besar sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada kehamilan
4 bulan.
Secara fisiologi Ovarium bertanggung jawab terhadap pengeluaran gamet
secara periodic (sel telur, oosit) dan produksi hormon steroid estradiol dan
progesterone. Kedua aktifitas ini terintegrasi pada suatu proses pengulangan
yang berlangsung terus menerus dari maturasi folikel, ovulasi dan
pembentukan korpus luteum dan regresinya. Sehingga ovarium tidak bias
dipandang sebagi suatu organ endokrin yang statis dimana ukuran dan
fungsinya bisa saja membesar dan mengecil, tergantung dari pengaruh
hormonal tropik.
2.3. Etiologi Kanker Ovarium
Penyebab kanker ovarium sebenarnya belum jelas hingga saat ini, namun
beberapa faktor dan hipotesa mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit
ini antara lain :
a) Faktor Lingkungan dan Lifestyle
Tidak teraturnya pola makan dan pola hidup pada perempuan, bisa
menjadi salah satu penyebab dari kanker ovarium. Terlalu banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, ternyata tidak cukup
baik terhadap kesehatan. Begitu pula dengan kebiasaan merokok dan
alcohol
b) Faktor Genetik
Seandainya ada anggota keluarga perempuan yang memiki riwayat
penyakit kanker ovarium, maka kemungkinan risiko terkena penyakit
kanker ovarium menjadi lebih besar. Hal ini diduga terjadi akibat mutase
gen BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen pada penyakit herediter kanker
kolorektal nonpolyposis, MSH2 dan MLH1 juga meningkatkan resiko
kanker epitel ovarium yang invasive, terutama dari subtype endometrioid.
Mutase gen CDKN2A, PTEN, TGFβRI, km23, CTNBB1, dan PIK3CA
ditemukan pada penderita kankerepitel ovarium, terutama pada subtype
endometrioid atau clea cell. Sedangkan pada 50% penderita kanker epitel
ovarium ditemukan adanya mutase gen TP53 (Fleming, et al., 2006).
c) Faktor Endoktrin / Paritas
Lebih banyak kanker ovarium terjadi pada nulipara atau wanita
steril. Di beberapa kasus, terjadi penyakit kanker ovarium, endometrium
dan payudara secara bersamaan. Hal ini disebabkan ketiga penyakit kanker
tersebut memiliki sifat ketergantungan terhadap endoktrin.
d) Disfungsi Ovarium
Pada perempuan yang mengalami disfungsi ovarium, seperti
menopause dini, menstruasi tidak teratur, tidak bisa hamil, dan lain
sebagainya, dapat mengalami risiko terkena penyakit kanker ovarium
e) Hipotesa Ovulasi
Ovulasi berulag diduga sebagai penyebab utama kanker epitel
ovarium. Hal ini dikarenakan efek kumulatif dari setiap trauma ringan
pada epitel ovarium dapat menyebabkan transformasi maligna (Mahdavi,
et al., 2006). Trauma ovarium ini berupa kerusakan epitel permukaan
ovarium yang terjadi terus menerus, diikuti proliferasi permukaan sel
epitel setelah ovulasi, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya mutase yang meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium.
f) Hipotesa Gonadotropin
Paparan terhadap kadar gonadrotopin yang tinggi dapat memicu
terjadinya transformasi malignan, kemungkinan akibat meingkatnya
pertumbuhan sel dan menghambat apoptosis baik langsung maupun tidak
langsung stimulasi estrogenik permukaan epitel ovarium. Paparan
gonadotropin endogen dan eksogen dengan ovarium yang berlangsung
juga bersifat karsinogenik. Beberapa studi menyimpulkan estrogen
terbutki menstimulasi proliferasi pada sel-sel yang mengandung reseptor
estrogen. Selain itu, penggunaan terapi pengganti estrogen juga terbukti
dapat meningkatkan resiko kanker ovarium (Fleming, et al., 2006).
g) Hipotesa Hormonal Androgen
Stimulasi androgen berlebihan menyebabkan meningkatnya risiko
kanker epitel ovarium, pada akhirnya mungkin menurun akibat stimulasi
progesterone. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel – sel kanker ovarium (Olsen,
et al., 2008). Studi berikutnya menunjukkan, orrang-orang dengan dugaan
androgen tinggi pada pengguna terapi hormonal testosterone atau
pegobatan androgenik (danazol), penderita polistic ovari sindrom (PCOS),
masalah jerawat dan hirutisme tidak ditemukan bukti konsisten peran
androgen dalam etiologi kanker ovarium. Pada wanita PCOS yang
seringkali disertai berat badan berlebih ditemukan adanya hubungan kuat
dengan peningkatan resiko serous borderline tumours, riwayat oenggunaan
suplemen testosterone juga terbukti dapat meningkatkan resiko kanker
ovarium, sedangkan pada wanita dengan masalah jerawat, hirurtisme
maupun riwayat penggunaan danazol tidak terbukti dapat meningkatkan
resiko kanker ovarium (Olsen, et al., 2008).
h) Virus
Akibat adanya invasi virus yang menjalar dan berkembang di
dalam ovarium.
2.4. Patofisiologi

Hipotesa Hipotesa Faktor Genetik


Teori Faktor
Incessant Gonadotro- Kelainan Virus Radiasi
Androgen makanan
Ovulasi pin Kromosom

Ovulasi
Estrogen Zat Sel
ovarium Gen Androgen Karsino- ovarium
Invasi sel
Sel ovarium naik BRCA1 menstimulasi gen di ovarium terpapar
rusak dan sel epitel ovarium radiasi
Gonadotro- BRCA2
pin naik
Sembuh Menghambat
luka lama Akumulasi sel ovarium
pertumbuhan
sel ovarium
Ovulasi Sel – sel tumbuh di luar kendali (tidak mati pada
terus waktunya)
menerus
Transform menjadi sel mutasi
Transformas
i sel ke Poliferasi
maligna
KANKER
OVARIUM

Terasa penuh Menekan Ovarium Traktus Vagina Saraf


pada perut dan kandung mensekresi cairan Gastrointestina terpengaruh ovarium
tertekan kemih sifat serous musin l tertekan

Dinding Menekan
vagina pleksus
Statis Gaster kanker kumbal

Anoreksia Retensi Asites Medula Dinding Stimulasi


natrium Oblongata mediator
vagina &
dan nyeri
serviks
albumin
MK : Penekanan pada menipis
2.5. Klasifikasi Kanker Ovarium
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
dikelompokkan dalam 3 kategori besar yaitu :
 Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium
dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas
 Tumor stroma gonad
 Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista
dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal
primitive ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik). Dua pertiga persen
kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting untuk
mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.
Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
International of Ginecologies and Obstetricians ) , adalah :
Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
 Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul
utuh.
 Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
 Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke panggul
 Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
 Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
 Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor
terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus
besar atau omentum.

 Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening


negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis
terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum
abdominal.
 Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
 Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam
stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
2.6. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker
ovarium adalah sebagai berikut :
a. Haid tidak teratur
b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara
c. Menopause dini
d. Dispepsia
e. Tekanan pada pelvis
f. Sering berkemih dan disuria
g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak
pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen.

2.7. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium
yaitu :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic
b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH,
HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)
d. Laparoskopi
e. Laparotomi
f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan
sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang
i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j. Scan traktus urinarius
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium
adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan
fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas,
namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan
permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas
akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering
bilateral. Massa yang besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan
nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

2.8. Penatalaksanaan Kanker Ovarium


Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan
dengan kemoterapi, hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a
dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak
memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri
dengan interval / 3-4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap
efek samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi
hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu
1. Operasi (stadium awal)
Penentuan tingkat pembedahan yang akurat sangat penting karena
menentukan pilihan perawatan dan menentukan prognosis. Prosedur
bedah yang paling umum dilakukan untuk kanker ovarium meliputi
laparotomi stadium awal dan laparotomi tampilan kedua. Tingkat stadium
bedah dengan eksplorasi laparotomi harus dilakukan untuk menentukan
sejauh mana kanker telah menyebar.
2. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
Kemoterapi pada kanker ovarium digunakan untuk mengobati tumor
yang tidak dapat diangkat melalui pembedahan (sisa tumor) dan untuk
mengendalikan penyakit metastasis. Hampir semua pasien dengan kanker
ovarium akan membutuhkan kemoterapi kecuali untuk pasien stadium 1
yang langka.
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini
bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berpoliferasi,
semakin aktif sel-sel kanker tersebut berpoliferasi, semakin peka terhadap
sitostatika (disebut kemoresponsif), sebaliknya semakin lambat
poliferasinya maka kepekaannya semakin rendah (disebut kemoresisten)
Perawat harus terbiasa dengan agen kemoterapi tertentu, tahu
bagaimana cara memberikannya dengan aman, mendidik pasien tentang
kemoterapi, dan mengelola efek dan efek samping dari terapi.

Efek Samping Edukasi Pasien

Hindari orang lain dengan infeksi. periksa suhu


Neutropenia
setiap hari

Gunakan antiemetik yang ditentukan. Makan


Mual
sedikit tapi sering

Mengurangi serat, Meningkatkan cairan,


Diare
Minum obat yang diresepkan

Meningkatkan asupan cairan, meningkatkan


Konstipasi
mobilitas, minum obat yang diresepkan
Mendidik pasien tentang waktu kerontokan
rambut dan pertumbuhan kembali rambut,
Alopecia
Memberikan rekomendasi untuk wig dan untuk
penutup kepala

Desak pasien untuk melaporkan rasa sakit,


Nyeri Mendidik tentang obat nyeri dan efek
sampingnya

Kelelahan Beri tahu pasien bahwa kelelahan akan terjadi

Membantu koping, menilai kebutuhan rujukan


Perubahan image tubuh /
untuk dukungan perawatan di rumah,
Perubahan peran
kelompok dukungan, dan konseling

3. Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)


Terapi radiasi bekerja dengan cara merusak DNA sel. Kerusakan ini
disebabkan oleh foton, elektron, proton, neutron, atau sinar ion langsung
atau tidak langsung ionisasi atom yang membentuk rantai DNA. Ionisasi
tidak langsung terjadi sebagai akibat dari ionisasi air, membentuk radikal
bebas, radikal hidroksil terutama, yang kemudian merusak DNA.
Dalam bentuk yang paling umum dari terapi radiasi, sebagian besar
dari efek radiasi adalah melalui radikal bebas. Karena sel memiliki
mekanisme untuk memperbaiki kerusakan DNA, melanggar DNA pada
kedua untai terbukti menjadi teknik yang paling signifikan dalam
memodifikasi karakteristik sel. Karena sel-sel kanker umumnya
dibedakan dan stem cell seperti, mereka mereproduksi lebih, dan memiliki
kemampuan yang berkurang untuk memperbaiki kerusakan sub-letal
dibandingkan dengan sel dibedakan paling sehat.
2.9. Upaya Pencegahan
Pencegahan kanker dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan dan menghindari
makanan yang mengandung zat karsinogen. Untuk itu sangat disarankan
mengkonsumsi buah dan sayur secara rutin karena di dalamnya banyak
mengandung kalsium, riboflavin, beta-karotin, falate, lutein, Vit.A, Vit.B, dan
Vit.D . Antioksidan adalah zat yang mampu mematikan zat lain yang
membuat sel-sel menjadi rapuh dan mampu memperbaiki sel yang rusak.
Selain mengkonsumsi buah dan saur, disarankan pula untuk menghindari
makanan yang banyak mengandung zat karsinogen. Zat karsinogen adalah zat
yang dapat menyebabkan timbulnya kanker. Zat pemicu kanker tersebut
banyak ditemukan pada daging yang berwarna merah (red meat) seperti
daging sapi atau makanan yang diasinkan, dibakar, diasap, dan diawetkan
dengan nitrit.
Memang benar mengkonsumsi buah dan sayur bisa mengurangi resiko
terkena kanker. Namun, sebaiknya disertai dengan pola hidup yang sehat
seperti menghindari kebiasaan merokok, menghindari stres, berolahraga yang
cukup, dan secara berkala memeriksakan diri ke dokter.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Pada hari Selasa, 23 Mei 2017 pukul 20.00 WIB pasien Ny. S, 49 tahun
meriksakan diri ke Rumah Sakit Pondok Candra karena mengeluh pusing, letih,
lesu. Kemudian pasien diminta untuk periksa darah, dan tidak lama hasilnya telah
keluar. Keterangan menunjukkan bahwa Hb (Hemoglobin) pasien rendah yaitu
5,7 g/dl (dengan batas normal 11,5– 16,5 g/dl). Saat itu, pasien diminta untuk
pemeriksaan lebih lanjut ke RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya. Pasien
datang ke IGD dengan keluhan yang sama, pusing, letih, lesu, lemas. Di IGD
pasien diperiksa tanda-tanda vitalnya seperti tekanan darah pasien 126/73 mmHg,
nadi pasien 110x/menit, respirasi pasien 20x/menit, SpO2 pasien 97%.
1. Pengkajian
Tanggal masuk : Rabu, 28 Mei 2017
Jam masuk : 08.00 WIB
Ruang/kelas : F2 / II
No. RM` : 52 xx xx
Tanggal pengkajian: Senin, 29 Mei 2017
Jam : 11.30 WIB
A. Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 49 tahun
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Alamat : Menganti-Gresik, Jawa Timur
Status : Sudah menikah
Jumlah anak : 2

Penangung jawab pasien: suami


Nama : Tn. S
Usia : 51 tahun
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : ST
Pekerjaan : buruh pabrik
Alamat : Menganti-Gresik, Jawa Timur
B. Data Subjektif
1. Alasan kunjungan ke rumah sakit
Pasien mengeluh pusing, letih dan lesu.
2. Keluhan utama saat ini
Pasien saat ini mengeluh letih.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa pada hari Selasa, 26 Mei 2017 pukul
20.00 WIB pasien mengeluh pusing, letih, lesu, lalu memeriksakan diri
ke Rumah Sakit Pondok Candra dengan diantar oleh kakaknya.
Kemudian pasien diminta untuk periksa darah, dan tidak lama hasilnya
telah keluar. Keterangan menunjukkan bahwa Hb (Hemoglobin) pasien
rendah yaitu 5,7 g/dl (dengan batas normal 11,5– 16,5 g/dl). Saat itu,
pasien diminta untuk pemeriksaan lebih lanjut ke RUMKITAL Dr.
RAMELAN Surabaya. Pasien datang ke IGD pada hari Rabu, 28 Mei
2017 pukul 05.33 WIB dengan keluhan yang sama, pusing, letih, lesu,
lemas. Di IGD pasien diperiksa tanda-tanda vitalnya seperti tekanan
darah pasien 126/73 mmHg, nadi pasien 110x/menit, respirasi pasien
20x/menit, SpO2 pasien 97%. Kemudian pasien kembali diperiksa
darahnya juga dipasang infus NaCl 500ml dan hasilnya menyatakan
Hb pasien 5g/dl. Pasien langsung diminta untuk rawat inap di
RUMKITAL Dr. RAMELAN Surabaya untuk dilakukan transfusi
darahguna meningkatkan hemoglobin, tepatnya di Ruang F2 (ruang
onkologi dan ginekologi). Pasien tiba di ruangan pukul 08.00 WIB
dalam keadaan umum lemah.
Di ruang F2 pasien kembali diperiksa tekanan darah 120/80
mmHg, nadi /menit, respirasi 20 /menit, suhu 37 oC, dan kembali
diambil darah untuk mengetahui golongan darah dan pemesanan darah
PRC melalui laboratorium rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengidap penyakit Ca Ovarium, dan telah menjalani
postkemoterapi yang pertama pada hari Senin, 15 Mei 2017.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarganya tidak pernah mengalami
penyakit seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, ataupun hipertensi
6. Diagnosa medik
Ca Ovarium + Anemia Gravis.
7. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Pasien mengatakan dirinya telah menopause sejak usia 47 tahun.
Saat menstruasi dulu, siklus menstruasi pasien selalu teratur yaitu
satu bulan sekali selama kurang lebih 6-7 hari. Selama menstruasi
pasien tidak pernah mengalami nyeri pada perut bagian bawah.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu
Pasien mengatakan sudah pernah hamil dan melahirkan sebanyak
dua kali
c. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi KB (IUD)
setelah melahirkan anak pertama, dan tidak ada keluhan yang
dirasakan. .
d. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan
Pasien tinggal di lingkungan yang jauh dari polusi atau limbah
pabrik. Pasien juga mengatakan selalu rajin dalam menjaga
kebersihan dalam rumah maupun lingkungan sekitarnya.
e. Aspek Psikososial
a. Persepsi pasien mengenai penyakit yang diderita, pasien
menerima dengan lapang dada karena penyakit tersebut ujian
dari Allah SWT.
b. Pasien juga mengatakan keadaan ini merubah kehidupannya
sehari-hari.
c. Pasien ingin segera pulang dan berharap suatu saat
penyakitnya bisa sembuh dan pasien bisa melakukan aktifitas
seperti biasa kembali.
d. Pasien tinggal dengan suami dan kedua anaknya.
e. Keluarga pasien sangat menerima keadaan pasien, suami dan
juga anakanak pasien selalu mendukung dengan memberi
semangat kepada pasien.
Kebutuhan Dasar Khusus
1. Pola Nutrisi
a. SMRS
Pasien mengatakan frekuensi makan 2-3 kali sehari, dengan jenis
makanan nasi, lauk-pauk, sayuran dan terkadang juga mengonsumsi
buah. Nafsu makan baik, tidak ada mual muntah juga tidak ada alergi
makanan.
b. MRS Diet
pasien rendah kalori dengan frekuensi 3 kali sehari, dengan jenis
makanan nasi, lauk-pauk, sayuran dan terkadang juga mengonsumsi
buah. Nafsu makan baik, tidak ada mual muntah juga tidak ada alergi
makanan.
2. Pola Eliminasi
a. SMRS
Pasien BAK 3-4 kali sehari, dengan warna kuning teh tetapi tidak
ada keluhan. Dan BAB 1 kali sehari, demgan warna kuning
kecoklatan, semi bubur, dan tidak ada keluhan saat BAB.
b. MRS
Pasien BAK 3-4 kali sehari, dengan warna kuning teh tetapi tidak
ada keluhan. Dan BAB 1 kali sehari, demgan warna kuning
kecoklatan, semi bubur, dan tidak ada keluhan saat BAB.
3. Pola Personal Hygiene
a. SMRS
pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan sabun, sikat gigi 2 kali
sehari, juga mencuci rambut menggunakan sampo 2-3 kali dalam
seminggu.
b. MRS
Pasien BAK 3-4 kali sehari, dengan warna kuning teh tetapi tidak
ada keluhan. Dan BAB 1 kali sehari, dengan warna kuning
kecoklatan, semi bubur, dan tidak ada keluhan saat BAB.
4. Pola Istirahat Tidur
a. SMRS
Pasien tidur kurang lebih 8 jam dalam sehari, tidak ada keluhan.
b. MRS
Pasien tidur kurang lebih 5 jam dalam sehari, pasien mengatakan
tidak nyaman tidur di rumah sakit, sehingga jam tidur pasien
berkurang.
5. Pola Aktifitas dan Latihan
a. SMRS
Pasien adalah seorang guru, pagi hari pasien mengajar lalu sore
hari pasien juga melakukan pekerjaan rumah sendiri. Pasien juga
berolahraga ringan disaat waktu senggang, seperti jalan pagi
seminggu sekali. Tidak ada keluhan dalam beraktifitas.
b. MRS
Pasien mengatakan saat di rumah sakit, aktifitas pasien terbatas.
Pasien hanya berjalan di sekitar ruang inap.
6. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Pasien mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah meminum
minuman beralkohol, juga tidak bergantungan obat.

C. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Pasien terlihat lemah, kesadaran composmentis dengan GCS 456. Saat
dikaji, tekanan darah pasien 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,5
C, respirasi 20x/menit, SpO2 98%, berat badan 68 kg, tinggi badan 163
cm.
2. Kepala
Rambut pasien tampak bersih beruban di pangkal kepala, bentuk
kepala pasien simetris, tulang tengkorak tidak menonjol. Tidak ada
lesi, pasien mampu menggerakkan kepala, tidak ada keluhan.
3. Mata
Pasien mampu menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah,
kelopak mata dapat terangkat, gerakan mata searah, konjungtiva tidak
anemis, sklera normal, pupil isokhor, lapang pandang terbatas (pasien
berusia 49 tahun), tidak ada keluhan.
4. Hidung
Tulang hidung pasien tampak simetris, septum tidak ada, polip
tidak ada, sinus tidak ada keluhan, pasien dapat mengenali bau/aroma,
tidak ada reaksi alergi.
5. Mulut dan Tenggorokan
Mulut pasien tampak simetris, membran mukosa lembab, psaien
mampu mengangkat rahang, mampu menggerakkan lidah, mampu
mengecap rasa, tidak ada nyeri telan, tidak ada sianosis, pasien dapat
berbicara dengan lancar dan baik, tidak ada keluhan.
6. Dada dan Axilla
Tidak ada pembesaran payudara, tidak ada benjolan di sekitar
payudara.
7. Pernafasan
Bentuk dada pasien normochest, pergerakan simetris, tidak tampak
otot bantu nafas tambahan, irama nafas reguler, pola nafas reguler,
suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, taktil/vokal
fremitus teraba, tidak ada sesak nafas.
8. Sirkulasi Jantung
Ictus cordis teraba pada ICS 5 midklavikula sinistra, irama jantung
reguler, bunyi jantung S1S2 tunggal, tidak ada mur-mur, tidak ada
gallop, tidak ada nyeri dada.
9. Abdomen
Bentuk abdomen asites, suara bising usus 20x/menit, tidak teraba
hepatomegali, tidak ada lesi bekas operasi, adanya nyeri tekan pada
perut bagian bawah.
10. Genetalia
Saat dikaji pasien tidak mengalami perdarahan, adanya nyeri tekan
pada
simpisis pubis.
11. Ekstremitas
Warna kulit kemerahan, CRT < 2 detik, tidak ada lesi, turgor kulit
elastis, ektremitas teraba hangat, ektremitas kiri terpasang IV line
(infus), ekstremitas kanan terpasang gelang identitas, tulang
ekstremitas tampak simetris, tidak teraba krepitesi atau fraktur, ROM
bebas aktif, kekuatan otot

5555 5555

5555 5555

1. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen
Tidak terkaji
2. USG
Tidak terkaji
3. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah

Table 1.2 Analisa Data


No. Data/Faktor Resiko Etiologi Masalah
DS: Saraf ovarium tertekan
 P: nyeri saat
beraktifitas Menekan pleksus kumbal
 Q: seperti
tertekan Stimulasi mediator nyeri
 R: perut bagian
1. bawah Hipotalamus Nyeri akut
 S: skala 7 (1-
10) Nyeri Akut

 T: hilang timbul
DO:
Pasien tampak
mengeluh kesakitan
Vagina terpengaruh

Dinding vagina dan


DS: serviks menipis
 Pasien mengatakan
letih dan lesu Laserasi
DO:
Resiko
 HB pasien 10,1 Pendarahan vagina
ketidakefektifan
2. g/dL
perfusi jaringan
 Konjungtiva Anemia
perifer
tidak anemis
 Membran Ketidakefektifan perfusi
mukosa lembab jaringan perifer
 CRT >2 detik

3. DS: Perubahan lingkungan Gangguan Pola


 Pasien Tidur
mengatakan Ansietas
waktu tidur
berkurang Gangguan pola tidur
 Pasien
mengatakan
cemas dan tidak
nyaman berada
di rumah sakit
DO:
 Pasien tampak
gelisah
 Waktu tidur
pasien SMRS
±8jam MRS
menjadi ± 5
jam

2. Diagnosa
Table 2.1 Prioritas Masalah
No.
Masalah Keperawatan
Ditemukan
Nyeri akut b/d Penekanan perut bagian bawah
1.
akibat metastasis kanker
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2.
b/d perdarahan vagina
3. Gangguan Pola Tidur b/d Perubahan lingkungan

3. Intervensi Keperawatan
Table 3.1 Rencana Keperawatan
No Dignosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut b/d Tujuan : 1. Observasi reaksi 1. mengetahui
Penekanan perut  Setelah dilakukan nonverbal dari tingkatan nyeri
bagian bawah tindakan keperawatan ketidaknyaman pada pasien
akibat metastasis selama 3 x 24 jam 2. Lakukan 2. mempermudah
kanker diharapkan nyeri akut pengkajian nyeri proses
berkurang dengan secara pengkajian
Kriteria hasil : komperensif 3. mengurangi rasa
 Mampu mengontrol termasuk lokasi, nyeri
nyeri (tahu penyebab karakteristik, 4. meredakan
nyeri, mampu durasi, frekuensi, nyeri
menggunakan tehnik kualitas dan faktor
nonfarmakologi untuk presipitasi
mengurangi nyeri, 3. Edukasi pada
mencari bantuan) tehnik
 Melaporkan bahwa nonfarmakologi
nyeri berkurang (distraksi
dengan managemen relaksasi)
nyeri 4. Kolaborasi
 Mampu mengenali dengan dokter
nyeri (skala, dalam Pemberian
intensitas, frekuensi obat
dan tanda nyeri analgetik
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
Resiko Tujuan : 1. Observasi tanda- 1. Memantau TTV
ketidakefektifan  Setelah dilakukan tanda vital px px setiap 4 jam
perfusi jaringan tindakan keperawatan 2. Mengkaji pasien 2. Mencegah
perifer b/d selama 1x24jam tidak untuk terjadinya
efek samping terjadi mempertahankan ketidakefektifan
kemoterapi ketidakefektifan integritasi kulit perfusi jaringan
perfusi jaringan dan membran perifer
perifer diharapkan mukosa 3. Edukasi pada
dengan 3. Anjurkan pasien pasien
Kriteria hasil : untuk mencegah
 Kulit ekstremitas mempertahankan terjadinya
teraba hangat integritasi kulit ketidakefektifan
 Tidak sianosis atau dan membran perfusi jaringan
CRT >2detik mukosa perifer
 Volume darah 4. Kolaborasi dengan 4. pemberian terapi
terutama hemoglobin dokter pemberian lebih lanjut
meningkat atau setara transfusi darah untuk
dengan rata-rata menangani
ketidakefektifan
jaringan perfusi
perifer
Gangguan Pola Tujuan : 1. Observasi jam 1. Mengetahui
Tidur b/d  Setelah dilakukan tidur pasien waktu tidur
perubahan tindakan keperawatan 2. Observasi tingkat pasien
lingkungan selama 2 x 24 jam kecemasan pasien 2. Mengukur
diharapkan insomnia 3. Melatih tehnik tingkat
tertatasi distraksi dan kecemasan
Kriteria hasil: relaksasi (terapi pasien
 Pasien mengurangi non farmakologi) 3. Mengurangi
kecemasannya 4. Edukasi pada kecemasan, tidur
 Jam tidur bertambah pasien tentang lebih nyaman

 Perasaan segar setelah pentingnya tidur 4. Agar pasien tahu

bangun tidur dengan waktu pentingnya


yang cukup dan istirahat demi
nyaman kesembuhan
5. Kolaborasi dengan penyakitnya
tim medis untuk
megondisikan
lingkungan yang
nyaman.

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No Waktu Tgl Implementasi Waktu tgl & Evaluasi
Dx & jam jam
1 29-05- 29-05-2017 S : pasien mengatakan
2017 13.50 nyeri
07:45  Mengobservasi TTV dan sedikit berkurang
pantau kesadaran pasien setelah melakukan
TD: 130/90 mmHg tehnik relaksasi
Nadi: 88x/menit O:
RR : 25x/menit.  P: nyeri saat
Suhu : 36,5ºC beraktifitas
GCS 456 Q: seperti tertekan
SpO2 97% R: perut bagian
08.00  Mengkaji karakteristik bawah
nyeri klien S: skala 6 (1-10)
09:05  Membantu klien untuk T: hilang timbul
mendapatkan posisi yang  Klien tampak sedikit
nyaman tenang
09.15  Mengajarkan klien A: Masalah belum
teknik relaksasi teratasi
10.10  Kolaborasi dalam P: intervensi
pemberian obat analgetik dilanjutkan

2 14.30  Melakukan transfusi 29-05-2017 S: -


darah PRC 1 kantong 19:45 O:
golongan darah pasien  Observasi tanda-
O+ tanda sianosis
- Tidak ada reaksi  Observasi
alergi selama ektermitas kulit dan
transfusi berlangsung juga membran
16.00  Mengganti tranfusi mukosa pasien
dengan cairan NaCl  Hemoglobin masih
500cc 14tetes/menit rendah (10,1g/dL)
16.05  Mengobservasi TTV dan A: masalah belum
kesadaran pasien teratasi
TD: 125/80 mmHg P: intervensi
Nadi: 88x/menit dilanjutkan
RR : 22x/menit.
Suhu : 36,5ºC
GCS 456
SpO2 97%
3 20:30  Mengkaji rutinitas tidur 30-05-2017 S:
yang biasa dilakukan 06:00 Pasien mengatakan
klien. dapat tidur kurang lebih
20:40  Memotivasi klien untuk 5 jam
tidur, memberi O:
pengetahuan pada pasien Pasien tampak segar di
pentingnya tidur pagi hari dan tampak
20:55  Menggunakan alat bantu lebih tenang
tidur; air hangat, pijatan, A:
music yang lembut. masalah teratasi

 Mengupayakan sebagian

lingkungan tenang untuk P:

membantu pasien untuk intervensi dilanjutkan

tidur

BAB IV
PENUTTUP
4.1. Kesimpulan
Kanker ovarium termasuk satu dari sepuluh kanker yang paling sering
diderita oleh wanita di Indonesia (Aziz MF, 2009). Kanker ovarium terjadi
hampir 1:3000 wanita postmenopause di Indonesia dan merupakan penyebab
kematian sekitar 6-7% dari total kematian karena kanker (Aziz, MF. 2009).
Kanker Ovarium sering ditemukan wanita yang berumur 40 - 74 tahun.
Penyebaran suatu kanker ovarium bisa menyebar kebagian yang lain,seperti
daerah panggul dan perut melalui getah bening dan melalui peredaran darah
untuk menuju kehati dan paru-paru.
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang
dimiliki wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum,
kanker ovarium merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium.
Kanker ini bisa berkembang sangat cepat, bahkan, dari stadium awal hingga
stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker ovarium
merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium.
Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang
tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker.
Gejala yang timbul terutama berupa rasa tidak enak perut bawah atau
tenesmus, pada stadium awal dapat timbul asites; dengan cepat kanker
tumbuh melampaui kavum pelvis hingga ke abdomen hingga teraba massa,
haid tidak teratur, dapat timbul perdarahan per vaginam.
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan
kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b
dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan
kombinasi pengobatan
4.2. Saran
Penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah pengetahuan tentang kanker ovarium dan dapat menjaga
kesehatan diri dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz MF. (2009). Gynecological Cancer in Indonesia.
Cancer Research UK. (2012). Cancer Incidence for Common Cancers
Centers for Disease Control and Prevention. (2013). Ovarian Cancer
Statistics.
Ayu, Idha, D., Budiana, ING. (2017). PROFIL PASIEN KANKER
OVARIUM DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR –
BALI PERIODE JULI 2013 – JUNI 2014. Bali: Universitas Udayana
Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Pennsylvania: Elsevier Inc; A 2006. P. 1011-22
Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC;
2001. P. 633-732.
Vander et.al. Human physiology - the mechanism of body function. 8th ed.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2001. P. 681-3
Ganong WF. Review of medical physiology. 20th ed. USA: The McGraw-
Hill Companies; 2001. P. 505-6
Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta
: EGC
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP
Afiyanti, Y., 2016. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan,
Jakarta: Rajawali.Pers
Nanda, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Nanda & NIC NOC, Mediaction, Jogjakarta
Zuhri, Tri Wahyuni. 2014. Kanker Bukan Akhir Dunia (Kiat – Kiat Cerdas
Perempuan Menghadapi Kanker). Elex Media Komputindo : Jakarta
https://www.scribd.com/doc/262153072/CA-Ovarium-Jurnal
Bohnenkamp, S., LeBaron, V., Yoder, LH. 2007. The Medical-Surgical
Nurse’s Guide to Ovarian Cancer: Part II. MEDSURG Nursing, Vol. 16 No. 5
Mardiana, Lina. 2007. Kanker Pada Wanita: Pencegahan dan Pengobatan
Dengan Tanaman Obat. Depok: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai