Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Fadilah Rahayu (2216003)
2. Nadia Nasution (2216023)
3. Devi Damayanti (2216009)
4. Ifdaul Khawari (2216027)
5. Ummul Hasanah (2216029)
6. Siti Nurhalizah (2216026)
7. Khoiriah Lubis (2216007)
Dosen Pembimbing :
Nikmah Choiriah, SST., M.Kes
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ
kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu
3 bulan setelah bersalin.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada
saat ini organ- organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah
terjadinya proses kehamilandan bersalin.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secarafisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun
Negara berkembang,perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada
masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi
lebih sering terjadi pada masapascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan
oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan
yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada
masapascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya
merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa
kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan
baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu.
Banyak kemungkinan untuk timbul masalah atau penyulit pada masa nifas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan deteksi dini komplikasi pada masa nifas?
2. Apa tujuan dari deteksi dini komplikasi pada masa nifas?
3. Bagaimana macam-macam komplikasi yang sering timbul?
4. Bagaimana pendarahan infeksi masa nifas?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya
bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan.
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh
dalam keadaaan seperti sebelum hamil ataumendekati keadaan sebelum hamil.
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan (Saleha, 2009).
2.3 Macam – Macam Komplikasi Yang Sering Timbul Pada Masa Nifas
Dan Upaya Penanganannya
2.3.1 Pendarahan Post Partum
Pendarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi pada jalan
lahir yang volumenya lebih dari 500 ml dan berlangsung dalam 24 jam setelah
2
bayi lahir. Menurut waktu terjadinya, pendarahan post partum di bagi menjadi
2 tahap, yaitu :
a. Post partum dini (Early post partum) di sebut juga perdarahan post
partum primer. Perdarahan pada post partum primer terjadi dalam 24 jam
pertama setelah bayi lahir.
b. Post partum lanjut (Late post partum) disebut juga perdarahan post
partum sekunder. Terjadi setelah24 jam pertama sejak bayi lahir.
2.3.2 Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah.
Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena haemoragi,
anemia, dan infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah
spontan atau akibat trauma. Pada siklus reproduktif, hematoma sering kali
terjadi selama proses melahirkan atau segera setelahnya, seperti hematoma
vulva, vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.
Penyebab hematoma adalah:
1. Pelahiran operatif
2. Laserasi sobekan pembuluh darah yang tidak dijahit selama injeksi
lokal ataupudendus, atau selama penjahhitan episiotomy atau laserasi
3. Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau
episiotomy
4. Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung, atau
kegagalanmelakukan jahitan pada titik tersebut
5. Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama
masase
Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan
3
indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38°C atau
lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah
24 jam pasca- persalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.
Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala infeksi pada umumnya adalah peningkatan suhu tubuh,
malaise umum, nyeri, dan lochea berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi
dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorium dan
sensifitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi serta
kolaborasi dengan dokter konsultan anda.
Tempat-Tempat Infeksi Pada Masa Nifas
Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh lebih
umumterjadi setelah pelahiran SC daripada pelahiran pervaginam, adanya laserasi
atau trauma jaringan dalam saluran genetalia dapat terkena infeksi setelah
melahirkan. Selain itu, juga terdapat penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi
local dan menyebar melalui jalur sirkulasi vena dan limfanik sehingga
mengakibatkan infeksi bakteri di tempat yang lebih jauh. Area perluasaan infeksi
puerperium melalui selulitispanggul, salpingitis, ooforitis, tromboflebitis panggul
atau femoral, dan bacteremia.
4
d. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan lapisan tipis di dinding bagian dalam perut
(peritoneum). Peritoneum juga berfungsi untuk melindungi organ di dalam perut.
Jika dibiarkan memburuk, maka peritonitis bisa menyebabkan infeksi seluruh
sistem tubuh yang membahayakan nyawa.
e. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin (racun).
Racun ini yangkemudian menghasilkan gangguan saraf yang ditandai dengan
meningkatnya tegangan dan kekejangan otot.
2.3.4 Subinvolusi
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6
minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut
sub-involusi.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem
reproduksi pada masanifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang
reproduktif.
Subinvolusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang
lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya.(Varney’s Midwivery)
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).
5
diartikan sebagai pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005:700).
Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada
payudara. Hal inimerupakan kondisi yang alamiah. Bendungan payudara
adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiakan diri untuk laktasi.
Penyebab terjadinya bendungan ASI :
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
4. Puting susu terbenam
5. Puting susu terlalu panjang
6
b. Mastitis
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis disebabkan
oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting
susu atau melalui peredaran darah. Keadaan ini bisa menjadi fatal bila
tidak diberikan tindakan yang tepat. Abses payudara, penggumpalan
nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
Tanda gejala mastitis adalah :
1. Peningkatan suhu yang cepat (39,5°C sampai 40°C)
2. Peningkatan kecepatan nadi
3. Menggigil
4. Sakit kepala
5. Nyeri hebat
6. Bengkak
7. Area payudara keras
Tindakan:
1. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikansebelum terbentuk abses biasanya keluhan akan berkurang
2. Sangga payudara
3. Kompres dingin
4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5. Ibu harus didorong menyusui bayinya
6. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
c. Abses Payudara
Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani dengan baik,
sehingga memperberat infeksi. Abses payudara merupakan komplikasi
akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu
ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan
payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.
Tanda dan gejala abses payudara adalah:
1. Discharge putting susu
7
2. Demam
3. Menggigil
4. Pembengkakan payudara
5. Nyeri yang sangat hebat
6. Massa besar dan keras
7. Kulit berwarna kemerahan dan kebiruan mengindikasikan abses
berisi pus.
2.3.6 Tromboflebitis
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di
permukaan atau di dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan
oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada
periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan
darah pada ekstremitas bagian bawah.
8
2.3.7 Masalah Psikologis pada Masa Nifas
a. Post Partum Blues : merupakan problem psikis sesudah melahirkan
seperti kemunculan kecemasan,labilitas persaan dan depresi pada ibu .
Diperkirakan hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan
mengalami baby blues ataupost natal syndrome yang terjadi pada hari ke-
4 -10 pasca persalinan. Adapun gejalanya yaitu reaksi depresi, sedih,
disporia. Sering menangis ,mudah tersinggung,cemas,labilitas perasaan,
cenderung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu
makan ,kelelahan, mudah sedih, cepat marah, mood mudah berubah,
cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira. Perasaan terjebak,marah
kepada pasangan dan bayinya, perasaan bersalah, dan sangat pelupa.
b. Depresi Post Partum : merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdya dan
merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung
jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan
untuk menghilangakan perasaan itu. Depresi post partum dapat
berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi
lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama sajatetapi di samping
itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuanya sebagai seorang ibu.
c. Psikosa Post Partum: Merupakan gangguan jiwa yang berat yang
ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan (sense
of reality) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan
gangguan jiwa yang serius, yangtimbul akibat penyebab organic maupun
emosional (fungsional) dan menunjukkangangguan kemampuan berfikir,
bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan
kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehinggakemampuan untuk
memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
9
persalinan ini bisa juga disebut sebagai infeksi pascapersalinan atau infeksi masa
nifas.
Sejumlah infeksi yang umum terjadi di antaranya infeksi lapisan rahim
(endometritis), infeksi payudara (mastitis), infeksi saluran kemih, dan infeksi pada
luka sayatan operasi caesar.
Infeksi postpartum dapat terjadi kapan saja selama masa nifas. Namun,
kemungkinan besar kondisi ini terjadi dalam beberapa hari atau minggu pertama
setelah melahirkan. Gejala yang paling umum dari infeksi pascapersalinan adalah
nyeri. Itulah sebabnya kondisi ini sulit dibedakan dengan nyeri postpartum.
Infeksi lebih sering terjadi bila ibu melahirkan di tempat yang kebersihannya
tidak terjaga. Dikutip dari StatPearls, kondisi ini memengaruhi 5–7% wanita selama
enam minggu setelah melahirkan. Operasi caesar umumnya lebih berisiko daripada
persalinan normal (melalui vagina).
2.4.1 Tanda dan gejala infeksi postpartum
Kebanyakan infeksi ditandai dengan demam sekitar 38° Celcius,
menggigil, atau kurang enak badan. Namun, terkadang gejala-gejala tersebut
tampak kurang jelas.
Dilansir dari laman March of Dimes, berikut adalah tanda dan gejala
infeksi lainnya yang perlu ibu waspadai.
Nyeri perut bawah.
Demam rendah.
Kelelahan.
Sakit kepala.
Keputihan dan lokia (darah nifas) yang berbau busuk.
Merasa sulit dan nyeri saat buang air kecil.
Pembengkakan dan nyeri tekan pada payudara.
Nyeri pada bekas sayatan operasi caesar atau episiotomi.
10
terinfeksi bila kantong ketuban terinfeksi oleh bakteri yang berasal dari
vagina, kulit, atau lingkungan.
Berikut adalah penyebab infeksi postpartum berdasarkan jenisnya.
1. Endometritis : Anda berisiko mengalami infeksi endometrium atau
endometritis bila menjalani operasi caesar. Risiko infeksi juga lebih
tinggi bila persalinan Anda menghabiskan waktu lama atau ada jangka
waktu yang cukup lama antara pecahnya kantong ketuban dan
persalinan.
2. Mastitis : Peradangan payudara atau mastitis disebabkan oleh jaringan
yang luka atau infeksi. Biasanya, kondisi ini terjadi pada ibu menyusui
dalam dua bulan pertama setelah melahirkan. Mastitis umumnya
muncul pada salah satu payudara. Awalnya, payudara akan tampak
memiliki luka lecet, berwarna kemerahan, atau terasa hangat saat
disentuh.
3. Infeksi sayatan : Bekas luka sayatan operasi caesar juga berisiko
terinfeksi. Sekitar 16% wanita yang melalui operasi ini mengalami
infeksi dalam satu minggu setelah persalinan.
4. Infeksi saluran kemih : merupakan salah satu jenis infeksi postpartum
atau masa nifas yang bisa terjadi setelah melahirkan. Kondisi ini pada
umumnya terjadi bila seorang wanita memakai kateter urine maupun
menerima bius epidural selama proses persalinan.
11
Jeda antara ketuban pecah dan persalinan terlalu panjang.
Pertumbuhan bakteri Streptococcus golongan B yang berlebih pada
vagina.
Terdapat sisa plasenta dalam rahim setelah persalinan.
Perdarahan berlebih setelah persalinan (perdarahan postpartum).
12
Tes urine (urinalisis): pengambilan sampel urine untuk
menyingkirkan kemungkinan infeksi saluran kemih.
Swab vagina: pemeriksaan swab (usap) cairan vagina untuk
mengumpulkan dan mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan
infeksi.
USG atau MRI: tes pencitraan untuk mencari abses pada organ
dalam tubuh atau komplikasi lain
13
4. Napas pendek atau cepat
5. Nafsu makan turun
6. Kemampuan berkonsentrasi kurang
7. Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong
8. Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang
pun mengerti
9. Serangan cemas
10. Merasa takut
11. Berpikir obsesif
12. Hilangnya rasa takut
13. Control terhadap emosi hilang
14. Berpikir tentang kematian
Penanganan
1. Informed consent
2. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
3. Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi
1x/hari
4. Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik
5. Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
6. Ukur keseimbangan cairan
7. Persiapan rujukan
8. Periksa Hb
9. Periksa protein urine
10. Observasi tanda-tanda vital
11. Lebih banyak istirahat
14
khawatir pada penderita akan adanya gangguan pada organ vital di dalam
dada seperti jantung, paru dan lain-lain.
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi pada triwulan
ke-3 kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan penyakit lanjutan pre-
eklamsia, yakni gejala di atas ditambah tanda gangguan saraf pusat, yakni
terjadinya kejang hingga koma, nyeri frontal, gangguan penglihatan, mual
hebat, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia. Hipertensi biasanya timbul
lebih dahulu daripada tanda-tanda lain karena terjadi reimplantasi amnion
ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan. Pada keadaan ibu yang
tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang, reimplantasi tidak terjadi
secara optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh darah setempat
dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat jika
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang
biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan
diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau
lebih. Penentuan tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak
waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Edema ialah penimbunan cairan secara
umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali perlu menimbulkan kewaspadaan
terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga terjadi karena proteinuria
berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau
2+ atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan
kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6
jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan
kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup
serius.
15
2. 65 persen dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan
muntah
3. 31 persen dengan sakit kepala.
Penanganan :
1. Informed consent
2. Mengobservasi TTV
3. Persiapan rujukan
4. Pemeriksaan darah rutin
5. Tes fungsi hati.
6. Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia),
7. Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam konsentrasi 20%. Dosis ini diikuti dengan
infus 2 g per jam.
8. Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10%
i.v.
9. Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di
atas 160/110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis
inisial 5mg) setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target tercapai
atau kombinasi nifedipin dan MgSO4.
16
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan
ambliopia pada penderita preeklamsia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau
dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit menyebabkan
terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial.
Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit, peningkatan protein
serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh
berkurang, dengan akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam
serum tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklamsia.
Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas-batas normal. Gula darah, bikarbonat dan pH pun normal.
Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak meningkat, kecuali bila
terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin
globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada preeklamsia. Pada
kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata dan
kadar tersebut lebih meningkat lagi pada preeklamsia.
17
Faktor resiko :
1. Primigravida
2. Wanita gemuk
3. Wanita dengan hipertensi esensial
4. Wanita dengan kehamilan kembar
5. Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
6. Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya
7. Riwayat keluarga eklamsi
Peran Bidan :
1. Mendeteksi terjadinya eklamsi
2. Mencegah terjadinya eklamsi
3. Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4. Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
Penanganan :
1. Informed consent
2. Segera rawat
3. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
4. Persiapan rujukan
Jika pasien tidak bernafas :
1. Bebaskan jalan nafas
2. Berikan oksigen
3. Intubasi jika perlu
18
5. Jika ada perdarahan atasi penanganan perdarahan
6. Jika kejang :
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit
untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah
7. Bebaskan jalan nafas
8. Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi
pada masa nifas antaralain perdarahan post partum, hematoma, infeksi pada masa
nifas, subinvolusi, masalah payudara (bendungan ASI, masititis dan abses
payudara), tromboflebitis, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan
kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi.
Bidan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa
nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi
yang berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi bidan harus melakukannya
dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan kesejahteraan maternal
dan neonatal yangmenjadi kewajiban seorang bidan.
3.2 Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah
komplikasi- komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu
masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan
memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan
secara nyata.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
Fadlun dan achmad feryanto. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika
Kementrian Kesehatan. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan DasarDan Rujukan. Jakarta : WHO, KEMENKES, IBI
Maritalia, Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
GOSYEN PUBLISINGMochtar, Rusman. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Oxorn, Harry, Wiliam R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta :Yayasan Essentia Medica.
Prawirohardjo,sarwono. 2009. Buku Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal danNeonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Pritchard, Maedonal Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya : Airlangga
University
Saifudin, Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta : YBPSP
Sukrisno,adi. 2010. Asuhan kebidanan IV ( Patologi Kebidanan ). Jakarta :
Trans Info Media
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta :Pustaka Baru Press
Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
http://www.alodokter.com/peritonitis diakses pada 07 Oktober 2017 pukul 20.00
WIB
21