Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PAI

“ PENJELASAN SYIRKAH”

Kelompok 3 :
1. Hafiz ( Ketua )
2. ALDI (Penyusun )
3. AKBAR
4. ANDIKA ( Wakil ketua )
5. NABIL
6. ARYA
7. NURHADI
8. ADIT
9. JAHIDIN

SMK DARUL MA’ARIF PAMANUKAN


| BISNIS DAN MANAJEMEN | TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI | TEKNOLOGI DAN
REKAYASA
TERAKREDITASI A
Jl. Eyang Tirtapraja Barat No.101 Telp./Fax. (0260) 552087 Pamanukan-Subang 41254
KATA PENGANTAR

Kepada Bapak/Ibu Guru,

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas dalam mata pelajaran [Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti] dengan topik
"Syirkah dalam Perspektif Ekonomi Islam."

Syirkah merupakan salah satu bentuk perjanjian kerjasama dalam sistem ekonomi Islam
yang memiliki nilai-nilai etis dan prinsip-prinsip yang berlandaskan pada ajaran agama Islam. Melalui
makalah ini, kami bertujuan untuk menyajikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep,
prinsip, dan implementasi syirkah dalam konteks ekonomi Islam.

Dalam makalah ini, kami akan membahas secara komprehensif tentang pengertian syirkah,
jenis-jenis syirkah, hak dan kewajiban mitra syirkah, pembagian keuntungan, serta beberapa contoh
aplikasi syirkah dalam kehidupan nyata. Selain itu, kami juga akan mengupas beberapa isu terkait
syirkah, tantangan yang dihadapi, dan strategi untuk meningkatkan efektivitas syirkah sebagai
instrumen ekonomi yang berkesinambungan.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu guru yang telah memberikan
arahan, masukan, dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.

Kami juga ingin berterima kasih kepada teman-teman sekelompok yang telah memberikan
dukungan, inspirasi, dan kerjasama selama proses pembelajaran mata pelajaran ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang berguna bagi para pembaca,
khususnya dalam memahami konsep dan praktek syirkah dalam perspektif ekonomi Islam.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan
tertentu. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk perbaikan ke depannya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan petunjuk-Nya dalam segala hal. Amin.

Hormat kami,

[Kelompok 3]

Minggu, 28 Mei 2023


\
DAFTAR ISI

A. KATA PENGANTAR............................................................................................................
B. DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian...........................................................................................................
1.3 Metodologi Penelitian...................................................................................................
BAB 2 PENGERTIAN SYIRKAH................................................................................................
2.1 Definisi Syirkah..............................................................................................................
2.2 Hadist Syirkah................................................................................................................
2.3 Asas-asas Syirkah..........................................................................................................
2.4 Jenis-jenis Syirkah.........................................................................................................
BAB 3 HUKUM SYIRKAH DALAM ISLAM................................................................................
3.1 Dasar Hukum Syirkah....................................................................................................
3.2 Rukun Syirkah................................................................................................................
3.3 Syarat-syarat Sahnya Syirkah........................................................................................
3.4 Akad dan Tata Cara Syirkah..........................................................................................
BAB 4 BENTUK-BENTUK SYIRKAH DALAM PRAKTIK.............................................................
4.1 Syirkah Mudharabah......................................................................................................
4.2 Syirkah Mutanaqisah......................................................................................................
BAB 5 MANAJEMEN DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DALAM SYIRKAH.................................
5.1 Pengelolaan Syirkah.......................................................................................................
5.2 Pembagian Keuntungan dan Kerugian..........................................................................
5.3 Penentuan Modal dan Kerja Sama................................................................................
BAB 6 PERAN SYIRKAH DALAM PEREKONOMIAN ISLAM......................................................
6.1 Keunggulan Syirkah dalam Perspektif Ekonomi Islam...................................................
6.2 Peran Syirkah dalam Pengembangan Usaha.................................................................
6.3 Tantangan dan Potensi Pengembangan Syirkah............................................................
PENUTUP.....................................................................................................................
BAB 1
PENDHULUAN
1.1 Latar belakang

Syirkah adalah salah satu konsep penting dalam sistem ekonomi dan keuangan Islam. Dalam
konteks ekonomi Islam, syirkah memiliki peran yang signifikan dalam mempromosikan prinsip-
prinsip keadilan, keseimbangan, dan distribusi yang adil dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu,
penting untuk memahami syirkah dan implikasinya dalam konteks ekonomi dan keuangan Islam.
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pertumbuhan yang pesat dalam industri perbankan
dan keuangan syariah di berbagai negara. Syirkah merupakan salah satu instrumen yang sering
digunakan dalam transaksi perbankan dan keuangan syariah. Oleh karena itu, penelitian tentang
syirkah menjadi relevan untuk memahami konsep dan mekanisme yang terlibat dalam industri ini.

Syirkah memiliki potensi yang signifikan dalam pengembangan usaha dan kewirausahaan
syariah. Melalui syirkah, individu atau kelompok dapat bekerja sama dalam mengembangkan usaha
dengan prinsip-prinsip syariah yang melibatkan berbagi keuntungan dan risiko. Oleh karena itu,
pemahaman yang baik tentang syirkah penting bagi pengusaha dan pelaku usaha yang bergerak
dalam sektor ekonomi syariah.

Syirkah melibatkan perjanjian dan mekanisme yang kompleks. Oleh karena itu, terdapat
kebutuhan akan panduan praktis yang menjelaskan konsep, jenis, prosedur, dan implikasi syirkah
dalam konteks ekonomi dan keuangan Islam. Penelitian tentang syirkah dapat memberikan landasan
yang kuat untuk mengembangkan panduan praktis bagi pihak yang terlibat dalam syirkah.
Syirkah juga menghadapi berbagai tantangan dalam praktiknya, baik dari segi hukum,
peraturan, maupun faktor eksternal. Penelitian tentang syirkah dapat membahas tantangan-
tantangan ini serta mengidentifikasi potensi dan peluang pengembangan syirkah dalam konteks
ekonomi dan keuangan Islam.

1.2 Tujuan penelitian

Tujuan utama adalah memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep dasar dan
prinsip-prinsip yang mendasari syirkah dalam hukum Islam. Ini meliputi pengertian syirkah, hukum
syirkah dalam islam, bentuk bentuk syirkah dalam praktik, manajemen dan pembagian keuntungan
dalam syirkah, peran syirkah dalam prekonomian islam, studi kasus syirkah dalam praktik.

1.3 Metodologi Penelitian

1. Studi Literatur: Pendekatan ini melibatkan studi dan analisis terhadap literatur, buku, jurnal,
artikel, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan dengan syirkah. Metode ini
memungkinkan penulis untuk memahami teori, konsep, dan prinsip-prinsip syirkah yang ada
dalam hukum Islam, serta melibatkan pengumpulan data sekunder.
2. Analisis Dokumen: Metode ini melibatkan analisis dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan syirkah, seperti peraturan hukum, fatwa, kontrak syirkah, laporan keuangan, dan
dokumen-dokumen lainnya. Analisis dokumen ini dapat memberikan wawasan tentang
praktik syirkah dalam kehidupan nyata dan implikasi hukum yang terkait.
BAB 2
PENGERTIAN SYIRKAH
2.1 Definisi

Syirkah adalah sebuah konsep atau prinsip dalam hukum Islam yang mengacu pada bentuk
kerjasama atau asosiasi antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk mencapai keuntungan
atau meraih tujuan tertentu dalam bidang ekonomi. Dalam syirkah, setiap pihak yang terlibat secara
bersama-sama menyumbangkan modal, tenaga kerja, atau keterampilan dalam menjalankan usaha
atau proyek tertentu.
Definisi syirkah juga mencakup pembagian keuntungan dan kerugian sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditetapkan antara para pihak. Syirkah dapat terjadi baik dalam bentuk
syirkah mudharabah (syirkah dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah) maupun syirkah
mutanaqisah (syirkah dengan pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan tertentu).

2.2 Asas asas

Syirkah memiliki landasan hukum dalam agama Islam, dan terdapat aturan dan prinsip yang
mengatur syirkah sesuai dengan ajaran syariat Islam. Konsep syirkah juga memiliki nilai-nilai
keadilan, saling percaya, kerjasama, dan pembagian risiko antara pihak-pihak yang terlibat.
Asas-asas syirkah merupakan prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan dalam
menjalankan syirkah dalam hukum Islam. Berikut adalah beberapa asas-asas syirkah yang penting
untuk dipahami:

1. Kesepakatan (Al-Ijab dan Al-Qabul): Asas ini mengharuskan adanya kesepakatan atau
persetujuan antara pihak-pihak yang terlibat dalam syirkah. Kesepakatan ini harus
dilakukan secara sukarela, tanpa adanya paksaan atau penipuan.
2. Kepemilikan Bersama (Al-Milk al-Mushtarik): Asas ini menyatakan bahwa pihak-pihak
yang terlibat dalam syirkah memiliki kepemilikan bersama terhadap modal atau aset
yang disumbangkan. Hal ini berarti bahwa semua pihak memiliki hak dan kewajiban yang
sama terhadap aset tersebut.
3. Keuntungan dan Kerugian Bersama (Al-Musharakah fi al-Mal wa al-Munafa): Asas ini
menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian dalam syirkah harus dibagi secara adil
antara pihak-pihak yang terlibat. Pembagian ini bisa dilakukan berdasarkan kesepakatan
sebelumnya atau berdasarkan nisbah atau proporsi masing-masing pihak.
4. Kerjasama dan Keterlibatan Aktif (Al-Ta'awun wa al-Tasallut): Asas ini menekankan
pentingnya kerjasama dan keterlibatan aktif dari setiap pihak dalam menjalankan usaha
atau proyek yang menjadi objek syirkah. Semua pihak diharapkan berkontribusi secara
aktif sesuai dengan peran dan kemampuan masing-masing.
5. Kepercayaan dan Amanah (Al-Amanah): Asas ini menyatakan bahwa setiap pihak yang
terlibat dalam syirkah harus memiliki kepercayaan dan saling menghormati. Mereka
diharapkan menjaga kepercayaan dan amanah yang diberikan oleh pihak lain serta
menjalankan kewajiban-kewajiban dengan sebaik-baiknya.
6. Transparansi dan Pengungkapan Informasi (Al-Basyar wa al-Istishar): Asas ini mendorong
adanya transparansi dan pengungkapan informasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam syirkah. Informasi yang relevan harus disampaikan secara jujur dan tepat waktu
agar semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang keadaan usaha atau proyek.
2.3 Jenis jenis

Terdapat beberapa jenis syirkah yang umum dalam hukum Islam. Berikut adalah beberapa di
antaranya:

1. Syirkah Al-Mufawadah (Syirkah dalam Pembagian Keuntungan yang Sama):


Syirkah ini mengacu pada bentuk kerjasama di mana semua pihak menyumbangkan
modal atau sumber daya dengan proporsi yang sama. Keuntungan dan kerugian dibagi
secara merata antara semua pihak.
2. Syirkah Al-Mudharabah (Syirkah dengan Pembagian Keuntungan Menurut Nisbah):
Syirkah ini merupakan bentuk kerjasama di mana satu pihak memberikan modal (rabbul
mal) dan pihak lain memberikan tenaga kerja atau keterampilan (mudharib).
Keuntungan dibagi berdasarkan nisbah atau persentase yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Syirkah Al-Musyarakah (Syirkah dengan Modal dan Kerja Sama):
Syirkah ini merupakan bentuk kerjasama di mana semua pihak menyumbangkan modal
dan bekerja sama dalam mengelola usaha. Keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan
nisbah atau kesepakatan yang telah ditentukan.
4. Syirkah Al-Mutanaqisah (Syirkah dalam Pembagian Proporsi):
Syirkah ini melibatkan pembagian keuntungan dan kerugian berdasarkan proporsi atau
persentase tertentu yang telah disepakati sebelumnya. Pihak-pihak yang terlibat
menyumbangkan modal atau sumber daya sesuai dengan proporsi yang ditentukan.
5. Syirkah Al-Wujuh (Syirkah dengan Kontribusi Ganda):
Syirkah ini terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat menyumbangkan modal atau sumber
daya dalam berbagai bentuk, seperti uang, barang, atau tenaga kerja. Kontribusi ganda
ini memberikan fleksibilitas dalam menyumbangkan sumber daya.
6. Syirkah Al-Inan (Syirkah dengan Kontribusi Tidak Sama):
Syirkah ini terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat menyumbangkan modal atau sumber
daya dalam jumlah atau jenis yang berbeda. Meskipun kontribusi tidak sama,
keuntungan dan kerugian masih dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah
ditentukan.
7. Syirkah Al-Abdan (Syirkah dalam Keterampilan atau Tenaga Kerja):
Syirkah ini melibatkan kontribusi keterampilan atau tenaga kerja dari pihak-pihak yang
terlibat, tanpa menyertakan modal atau sumber daya finansial. Keuntungan dan
kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan yang telah ditetapkan.
BAB 3
HUKUM SYIRKAH DALAM ISLAM

3.1 Dasar hukum syirkah

Berikut adalah beberapa dasar hukum syirkah dalam Islam:

 Dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa ayat yang memberikan dasar hukum untuk syirkah.
Misalnya, Surah Al-Maidah (5:2) yang menyebutkan tentang kerjasama dalam kebajikan dan
takwa. Ayat ini mengimplikasikan adanya persetujuan bersama dan kemitraan dalam
melakukan kebaikan.
 Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW juga memberikan petunjuk tentang hukum syirkah.
Terdapat beberapa hadis yang menggarisbawahi pentingnya kerjasama dan adanya
perjanjian dalam syirkah.
 Ijma' (Konsensus Umat Muslim): Para ulama sepakat bahwa syirkah merupakan bentuk
kerjasama yang diakui dalam Islam. Ijma' ini menjadi dasar hukum yang melandasi praktik-
praktik syirkah di kalangan umat Muslim.
 Qiyas (analogi): Prinsip-prinsip dan ketentuan yang ditemukan dalam Al-Qur'an dan Hadis
dapat digunakan untuk membuat analogi dalam menentukan hukum syirkah dalam situasi-
situasi yang tidak ditemukan secara langsung dalam sumber-sumber hukum Islam.

3.2 Rukun syirkah

Rukun syirkah adalah syarat-syarat atau elemen-elemen yang harus ada dalam suatu perjanjian
atau kontrak syirkah agar sah menurut hukum Islam. Terdapat lima rukun syirkah yang harus
dipenuhi, yaitu:

1. Rida (Kepuasan): Para pihak yang terlibat dalam syirkah harus sepakat secara sukarela untuk
melakukan kerjasama. Tidak boleh ada paksaan atau tekanan dalam melakukan perjanjian
syirkah.
2. Ridha (Kepuasan): Para pihak yang terlibat dalam syirkah harus sepakat terhadap tujuan dan
sifat kerjasama yang akan dilakukan. Tujuan kerjasama harus jelas dan tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.
3. Mal (Modal): Para pihak harus menyumbangkan modal atau aset dalam perjanjian syirkah.
Modal ini bisa berupa uang, barang, keterampilan, atau sumber daya lainnya yang berharga
dan dapat memberikan manfaat dalam usaha bersama.
4. 'Amal (Usaha): Para pihak harus berkontribusi aktif dalam usaha bersama. Mereka harus
berusaha dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis yang telah disepakati. Usaha yang
dilakukan harus sesuai dengan persetujuan awal dan prinsip-prinsip syariah.
5. Mufawadah (Keuntungan dan Kerugian): Keuntungan dan kerugian dari usaha bersama
harus dibagi sesuai dengan kesepakatan awal. Pembagian ini dapat berdasarkan persentase
kepemilikan modal masing-masing pihak atau kesepakatan lain yang adil. Pihak-pihak juga
harus bersedia menanggung kerugian yang mungkin timbul dalam usaha bersama.
3.3 Syarat syarat syirkah

Untuk menjalankan syirkah secara sah menurut hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Berikut adalah syarat-syarat yang diperlukan agar suatu syirkah dianggap sah:

1. Kesepakatan Para Pihak: Para pihak yang terlibat dalam syirkah harus mencapai kesepakatan
yang jelas dan sukarela untuk melakukan kerjasama. Tidak boleh ada unsur paksaan,
penipuan, atau kesalahan yang mempengaruhi kesepakatan tersebut.
2. Niat dan Tujuan yang Jelas: Para pihak harus memiliki niat yang jelas untuk menjalankan
syirkah sebagai bentuk kemitraan usaha. Tujuan kerjasama harus disepakati secara tegas
dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
3. Modal: Para pihak harus menyumbangkan modal atau aset dalam syirkah. Modal ini bisa
berupa uang, barang, keterampilan, atau sumber daya lainnya yang memiliki nilai ekonomi.
Jumlah modal dan persentase kepemilikan masing-masing pihak harus ditentukan dengan
jelas dan adil.
4. Pembagian Keuntungan dan Kerugian: Para pihak harus menyetujui pembagian keuntungan
dan kerugian dalam syirkah. Pembagian ini dapat berdasarkan persentase kepemilikan
modal atau kesepakatan lain yang adil. Para pihak juga harus siap menanggung kerugian
yang mungkin timbul dalam usaha bersama.
5. Transparansi dan Kejujuran: Para pihak harus berkomunikasi secara jujur dan transparan
dalam segala aspek yang terkait dengan syirkah. Informasi tentang modal, keuntungan,
kerugian, dan tindakan yang dilakukan harus diungkapkan secara jelas dan tidak ada
penyembunyian informasi yang merugikan pihak lain.
6. Keadilan dan Kepatuhan terhadap Prinsip Syariah: Syirkah harus didasarkan pada prinsip-
prinsip keadilan dan prinsip-prinsip syariah. Usaha yang dilakukan dalam syirkah tidak boleh
melanggar aturan-aturan agama atau menghasilkan barang atau jasa yang diharamkan
dalam Islam.
7. Kewenangan dan Tanggung Jawab: Para pihak harus menentukan kewenangan dan tanggung
jawab masing-masing secara jelas dalam kerjasama. Hal ini mencakup bagaimana keputusan
diambil, bagaimana dana diurus, dan tanggung jawab atas tindakan masing-masing pihak.

3.4 Akad dan tata cara syirkah

Akad syirkah merupakan perjanjian atau kontrak antara pihak-pihak yang terlibat dalam syirkah
untuk melakukan kerjasama dalam usaha bersama. Berikut adalah tata cara umum dalam akad
syirkah:

1. Persiapan: Para pihak yang ingin menjalankan syirkah perlu melakukan persiapan yang
matang sebelum melaksanakan akad syirkah. Persiapan ini meliputi memahami tujuan
kerjasama, mengidentifikasi peran dan tanggung jawab masing-masing pihak, menentukan
modal yang akan disumbangkan, dan membahas pembagian keuntungan dan kerugian.
2. Penyampaian Niat dan Kesepakatan: Para pihak harus menyampaikan niat mereka untuk
menjalankan syirkah secara jelas dan tegas. Mereka juga perlu mencapai kesepakatan
mengenai syarat-syarat syirkah, seperti modal, pembagian keuntungan, kewenangan, dan
tanggung jawab. Kesepakatan ini biasanya dicapai melalui musyawarah dan negosiasi antara
pihak-pihak yang terlibat.
3. Penandatanganan Akad: Setelah mencapai kesepakatan, akad syirkah dituangkan dalam
bentuk tertulis. Para pihak harus menandatangani akad syirkah ini sebagai tanda
persetujuan mereka terhadap isi perjanjian. Dalam akad, harus dicantumkan detail tentang
nama pihak-pihak yang terlibat, tujuan kerjasama, modal yang disumbangkan, pembagian
keuntungan dan kerugian, serta hal-hal lain yang dianggap relevan.
4. Transparansi dan Keterbukaan Informasi: Para pihak harus saling berkomunikasi secara
terbuka dan jujur dalam menjalankan syirkah. Informasi mengenai modal, keuangan,
keuntungan, dan kerugian harus diberikan dengan transparan kepada pihak-pihak yang
terlibat.
5. Pelaksanaan Kerjasama: Setelah akad syirkah ditandatangani, para pihak mulai menjalankan
kerjasama dalam usaha bersama. Masing-masing pihak harus memenuhi komitmennya,
berkontribusi sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya, dan berusaha mencapai tujuan
yang telah disepakati.
6. Pembagian Keuntungan dan Kerugian: Keuntungan yang diperoleh dari usaha bersama harus
dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Pembagian ini dapat berdasarkan
persentase kepemilikan modal atau kesepakatan lain yang dianggap adil. Selain itu, pihak-
pihak juga harus siap menanggung kerugian yang mungkin timbul dalam usaha bersama.
BAB 4
BENTUK BENTUK SYIRKAH DALAM PRAKTIK

4.1 Syirkah Mudharabah

Berikut adalah beberapa bentuk syirkah mudharabah yang umum dalam praktik:

1. Syirkah Mudharabah Tanpa Penyertaan Modal: Dalam bentuk ini, rab al-mal
menyediakan seluruh modal yang diperlukan, sementara mudharib hanya
menyumbangkan keterampilan dan usaha untuk mengelola bisnis. Keuntungan
kemudian dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan mudharib tidak memberikan kontribusi
modal secara langsung.
2. Syirkah Mudharabah dengan Penyertaan Modal Terbatas: Dalam bentuk ini, mudharib
menyediakan sebagian modal yang diperlukan selain keterampilan dan usaha yang ia
sumbangkan. Rab al-mal tetap menjadi penyedia mayoritas modal. Keuntungan dibagi
sesuai kesepakatan berdasarkan proporsi modal yang disumbangkan oleh masing-
masing pihak.
3. Syirkah Mudharabah dengan Penyertaan Modal Proporsional: Dalam bentuk ini, baik rab
al-mal maupun mudharib menyumbangkan modal berdasarkan proporsi yang disepakati
sebelumnya. Proporsi tersebut dapat ditentukan berdasarkan nilai modal, jumlah waktu,
atau kriteria lainnya. Keuntungan dibagi sesuai dengan proporsi modal yang
disumbangkan oleh masing-masing pihak.
4. Syirkah Mudharabah dengan Penyertaan Modal Bertahap: Dalam bentuk ini, modal yang
disumbangkan oleh rab al-mal dan mudharib tidak disetorkan secara bersamaan,
melainkan bertahap sesuai dengan kebutuhan bisnis. Rab al-mal dapat menyumbangkan
modal dalam bentuk angsuran atau sesuai dengan jadwal tertentu, sementara mudharib
menyumbangkan keterampilan dan usaha. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
setelah modal disetorkan secara penuh.

Setiap bentuk syirkah mudharabah di atas dapat disesuaikan dan diatur sesuai dengan
kesepakatan dan kebutuhan pihak-pihak yang terlibat. Penting untuk menjalin kesepakatan yang
jelas dan transparan agar hak dan kewajiban setiap pihak terlindungi dengan baik dalam kerjasama
ini.

4.2 Syirkah Mutanaqisah

Berikut adalah beberapa bentuk syirkah mutanaqisah yang umum dalam praktik:

1. Syirkah Mutanaqisah untuk Kepemilikan Rumah: Dalam bentuk ini, pihak yang ingin
memiliki rumah (pembeli) dan pihak yang menyediakan dana (penyedia modal) sepakat
untuk membentuk syirkah. Penyedia modal akan membeli bagian dari rumah yang
diinginkan oleh pembeli. Setelah itu, pembeli secara bertahap membeli kembali bagian
dari penyedia modal sesuai dengan kesepakatan, sehingga akhirnya pembeli menjadi
pemilik tunggal rumah tersebut.
2. Syirkah Mutanaqisah untuk Kepemilikan Kendaraan: Dalam bentuk ini, pihak yang ingin
memiliki kendaraan (pembeli) dan pihak yang menyediakan dana (penyedia modal)
membentuk syirkah. Penyedia modal membeli kendaraan sesuai dengan permintaan
pembeli. Kemudian, pembeli membayar sewa kepada penyedia modal dengan
pembayaran tertentu setiap bulan. Setelah pembayaran selesai, kepemilikan kendaraan
dialihkan sepenuhnya kepada pembeli.
3. Syirkah Mutanaqisah untuk Kepemilikan Properti Komersial: Dalam bentuk ini, pihak
yang ingin memiliki properti komersial (pembeli) dan pihak yang menyediakan dana
(penyedia modal) membentuk syirkah. Penyedia modal membeli properti komersial yang
diinginkan oleh pembeli. Pembeli kemudian membayar sejumlah sewa kepada penyedia
modal berdasarkan kesepakatan tertentu. Setelah jangka waktu tertentu atau
pembayaran tertentu tercapai, kepemilikan properti dialihkan kepada pembeli.
4. Syirkah Mutanaqisah untuk Kepemilikan Aset Produktif Lainnya: Syirkah mutanaqisah
juga dapat digunakan untuk kepemilikan aset produktif lainnya, seperti mesin, peralatan,
atau proyek bisnis. Prinsipnya tetap sama, di mana pembeli dan penyedia modal sepakat
untuk berbagi kepemilikan dan menggunakan aset tersebut untuk tujuan bisnis. Pembeli
membayar sewa atau pembayaran tertentu kepada penyedia modal hingga kepemilikan
aset secara keseluruhan dialihkan kepada pembeli

Bentuk-bentuk syirkah mutanaqisah dapat disesuaikan dan diatur sesuai dengan


kesepakatan dan kebutuhan pihak-pihak yang terlibat . Hal ini memungkinkan individu dan bisnis untuk
memiliki akses terhadap aset-aset yang mereka butuhkan dengan memanfaatkan prinsip-prinsip keuangan
syariah.
BAB 5
MANAJEMEN DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DALAM SYIRKAH

5.1 Pengelolaan syirkah


Pengelolaan syirkah melibatkan tindakan dan keputusan yang diambil oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam syirkah untuk menjalankan dan mengelola bisnis atau proyek secara efektif.
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pengelolaan syirkah:

1. Perencanaan Bisnis: Pihak-pihak yang terlibat dalam syirkah perlu melakukan


perencanaan bisnis yang komprehensif. Hal ini meliputi penetapan tujuan bisnis, strategi
operasional, alokasi sumber daya, penentuan struktur kepemilikan, dan perencanaan
keuangan. Perencanaan yang matang membantu dalam mengarahkan langkah-langkah
yang akan diambil untuk mencapai kesuksesan bisnis.

2. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab: Dalam syirkah, pihak-pihak yang terlibat harus
membagi peran dan tanggung jawab dengan jelas. Setiap pihak harus memiliki peran
yang ditentukan dan tanggung jawab yang sesuai dengan keahlian dan kontribusinya.
Pembagian peran yang jelas memungkinkan kerjasama yang efisien dan efektif antara
pihak-pihak yang terlibat.

3. Pengambilan Keputusan: Pengambilan keputusan dalam syirkah melibatkan konsultasi


dan musyawarah antara pihak-pihak yang terlibat. Keputusan bisnis yang penting,
seperti kebijakan strategis, penggunaan dana, dan penetapan harga, harus diambil
secara bersama-sama. Keputusan-keputusan tersebut harus didasarkan pada prinsip-
prinsip syariah dan mengikuti prinsip-prinsip keadilan dan keseimbangan.

4. Monitoring dan Pelaporan: Pihak-pihak yang terlibat dalam syirkah harus melakukan
monitoring secara teratur terhadap kinerja bisnis dan proyek yang sedang berjalan. Ini
melibatkan pemantauan keuangan, kinerja operasional, pencapaian tujuan, dan
pemenuhan kewajiban yang telah disepakati. Selain itu, pelaporan yang transparan dan
akuntabel kepada pihak-pihak yang terlibat juga penting untuk memastikan transparansi
dan kepercayaan dalam pengelolaan syirkah.

5. Pembagian Keuntungan dan Kerugian: Salah satu aspek penting dalam pengelolaan
syirkah adalah pembagian keuntungan dan kerugian antara pihak-pihak yang terlibat.
Pembagian ini harus sesuai dengan kesepakatan awal yang telah ditetapkan dalam
perjanjian syirkah. Prinsip-prinsip keadilan dan proporsionalitas harus diperhatikan
dalam pembagian tersebut.

Pengelolaan syirkah yang baik melibatkan komunikasi yang terbuka, kerjasama, dan
pengambilan keputusan yang bijaksana antara pihak-pihak yang terlibat. Hal ini membantu
mencapai tujuan bisnis, meminimalkan risiko, dan memastikan keberhasilan syirkah secara
keseluruhan.
5.2 Pembagian keuntungan dan kerugian
Pembagian keuntungan dan kerugian dalam syirkah dilakukan berdasarkan
kesepakatan awal antara pihak-pihak yang terlibat. Prinsip-prinsip keadilan dan
proporsionalitas menjadi landasan dalam pembagian tersebut. Berikut adalah beberapa poin
penting terkait pembagian keuntungan dan kerugian dalam syirkah:

1. Kesepakatan Awal: Sebelum memulai syirkah, pihak-pihak yang terlibat harus


sepakat mengenai persentase atau proporsi pembagian keuntungan dan
kerugian. Kesepakatan ini dapat dituangkan dalam perjanjian syirkah atau akad
yang mengatur hubungan bisnis antara pihak-pihak.
2. Proporsi Modal: Pembagian keuntungan dan kerugian sering kali didasarkan
pada proporsi modal yang disumbangkan oleh masing-masing pihak. Jika salah
satu pihak menyumbangkan modal lebih besar, maka proporsinya akan
mempengaruhi pembagian keuntungan dan kerugian. Misalnya, jika satu pihak
menyumbangkan 60% modal dan pihak lainnya menyumbangkan 40%, maka
keuntungan dan kerugian juga akan dibagi sesuai dengan proporsi tersebut.
3. Kesepakatan Lainnya: Selain proporsi modal, pembagian keuntungan dan
kerugian dalam syirkah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang disepakati
bersama. Misalnya, pihak yang memiliki peran lebih aktif dalam mengelola bisnis
atau proyek mungkin mendapatkan bagian yang lebih besar dari keuntungan.
Atau, terdapat kesepakatan untuk memberikan pembagian yang lebih adil jika
salah satu pihak menghadapi kerugian yang signifikan.
4. Keadilan dan Keseimbangan: Prinsip utama dalam pembagian keuntungan dan
kerugian dalam syirkah adalah keadilan dan keseimbangan. Pembagian tersebut
harus memperhatikan kontribusi, risiko, waktu, dan upaya yang diberikan oleh
masing-masing pihak. Prinsip ini bertujuan untuk memastikan bahwa pembagian
tersebut adil dan sesuai dengan kontribusi nyata yang diberikan oleh pihak-
pihak.
5. Fleksibilitas dan Negosiasi: Pembagian keuntungan dan kerugian dalam syirkah
dapat dinegosiasikan dan disesuaikan berdasarkan perubahan kondisi bisnis atau
proyek. Pihak-pihak yang terlibat dapat melakukan penyesuaian terhadap
pembagian jika terdapat perubahan dalam proporsi modal, perubahan risiko,
atau kondisi lain yang mempengaruhi bisnis.

Penting untuk mencatat bahwa pembagian keuntungan dan kerugian dalam syirkah harus
mematuhi prinsip-prinsip syariah dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, disarankan untuk
berkonsultasi dengan ahli keuangan syariah atau penasehat hukum yang kompeten untuk
memastikan kesesuaian dan keabsahan pembagian keuntungan dan kerugian dalam syirkah.

5.3 Penentuan modal kerja sama

Dalam syirkah, penentuan modal dan kerja sama adalah aspek penting yang harus dipertimbangkan
oleh pihak-pihak yang terlibat. Berikut adalah beberapa poin terkait penentuan modal dan kerja
sama dalam syirkah:
1. Modal: Pihak-pihak yang terlibat dalam syirkah perlu menentukan besaran modal yang
akan disumbangkan oleh masing-masing pihak. Modal ini dapat berupa uang tunai, aset,
atau kontribusi dalam bentuk lain yang dapat digunakan untuk memulai atau
mengoperasikan bisnis atau proyek. Penentuan modal harus dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara pihak-pihak terkait, dan proporsi modal yang disumbangkan akan
mempengaruhi pembagian keuntungan dan kerugian.
2. Kesepakatan Modal: Penting bagi pihak-pihak yang terlibat untuk memiliki kesepakatan
tertulis mengenai modal yang akan disumbangkan. Kesepakatan ini dapat mencakup
besaran modal yang disumbangkan oleh masing-masing pihak, jadwal penyetoran
modal, dan konsekuensi jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya terkait
modal.
3. Proporsi Modal: Proporsi modal dalam syirkah dapat mempengaruhi pembagian
keuntungan dan kerugian antara pihak-pihak yang terlibat. Proporsi ini dapat ditentukan
berdasarkan persentase modal yang disumbangkan oleh masing-masing pihak. Misalnya,
jika satu pihak menyumbangkan 60% modal dan pihak lainnya menyumbangkan 40%,
maka keuntungan dan kerugian akan dibagi sesuai dengan proporsi tersebut.
4. Kerja Sama: Selain modal, kerja sama yang efektif antara pihak-pihak yang terlibat juga
penting dalam syirkah. Pihak-pihak perlu menyepakati tanggung jawab dan peran
masing-masing dalam menjalankan bisnis atau proyek. Kerja sama dapat meliputi
pembagian tugas, pengambilan keputusan bersama, dan komunikasi yang terbuka. Kerja
sama yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan kesuksesan syirkah.
5. Kontribusi Non-Materiil: Selain modal, dalam syirkah juga dapat ada kontribusi non-
materiil yang bernilai, seperti pengetahuan khusus, keahlian, atau pengalaman dalam
bidang tertentu. Kontribusi ini juga harus diakui dan dihargai dalam penentuan peran
dan pembagian keuntungan dan kerugian antara pihak-pihak yang terlibat.

Penting untuk menjalin kesepakatan yang jelas dan transparan mengenai modal dan kerja
sama dalam syirkah. Kesepakatan tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip syariah dan
memenuhi persyaratan hukum yang berlaku. Dalam hal ini, konsultasikan dengan ahli keuangan
syariah atau penasehat hukum yang kompeten dapat membantu memastikan kesesuaian dan
keabsahan penentuan modal dan kerja sama dalam syirkah
BAB 6
PERAN SYIRKAH DALAM PEREKONOMIAN ISLAM

6.1 Keunggulan syirkah dalam perekonomian islam


Syirkah memiliki beberapa keunggulan dalam perspektif ekonomi Islam. Berikut adalah
beberapa di antaranya:

1. Berbasis Prinsip Keadilan: Syirkah berdasarkan prinsip keadilan, di mana


keuntungan dan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan dan proporsi
kontribusi masing-masing pihak. Hal ini mencerminkan keadilan ekonomi dalam
Islam yang menghormati hak-hak semua pihak yang terlibat. Dalam syirkah,
tidak ada pihak yang mendapatkan keuntungan tanpa berbagi risiko atau tanpa
kontribusi nyata.
2. Pembagian Risiko: Dalam syirkah, risiko bisnis atau proyek dibagi secara
proporsional antara pihak-pihak yang terlibat. Setiap pihak harus bersedia
menghadapi risiko dan kerugian yang mungkin terjadi. Hal ini mendorong
tanggung jawab bersama dan meminimalkan beban risiko yang ditanggung oleh
satu pihak saja. Pembagian risiko ini sesuai dengan prinsip berbagi keberhasilan
dan kegagalan dalam konteks ekonomi Islam.
3. Stimulasi Kewirausahaan: Syirkah mendorong pengembangan kewirausahaan
dalam ekonomi Islam. Melalui syirkah, individu atau kelompok dapat bergabung
dan memanfaatkan keahlian, sumber daya, dan modal mereka untuk
mengembangkan bisnis atau proyek. Syirkah memberikan kesempatan bagi
wirausahawan untuk berbagi risiko, pengetahuan, dan pengalaman dengan
pihak lain, sehingga mendorong pertumbuhan dan inovasi ekonomi.
4. Kolaborasi dan Pertukaran Sumber Daya: Dalam syirkah, pihak-pihak yang
terlibat dapat saling berkolaborasi dan menukar sumber daya, baik modal,
keterampilan, pengetahuan, atau jaringan bisnis. Hal ini memungkinkan efisiensi
dan sinergi dalam pengelolaan bisnis atau proyek. Dengan menggabungkan
kekuatan dan keahlian masing-masing pihak, syirkah dapat menciptakan nilai
tambah yang lebih besar.
5. Berkelanjutan dan Stabilitas: Syirkah memiliki sifat berkelanjutan dan stabil
dalam jangka panjang. Dalam syirkah, pemilik modal tidak hanya fokus pada
keuntungan jangka pendek, tetapi juga memperhatikan kesinambungan bisnis
dan keberlanjutan jangka panjang. Kehadiran pihak mitra yang berbagi risiko dan
tanggung jawab dapat memberikan stabilitas dan kelangsungan bisnis yang lebih
baik.

Namun, penting untuk dicatat bahwa syirkah juga memiliki tantangan dan
kompleksitas tersendiri dalam pengelolaannya, seperti kesulitan dalam pengambilan
keputusan dan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, pengelolaan
syirkah yang baik dan kerjasama yang efektif menjadi kunci keberhasilannya dalam praktik
ekonomi Islam.
6.2 Peran syirkah dalam pengembangan usaha

Syirkah memiliki peran yang penting dalam pengembangan usaha. Berikut adalah beberapa
peran utama syirkah dalam pengembangan usaha:

1. Kolaborasi dan Penyatuan Sumber Daya: Melalui syirkah, individu atau


kelompok dapat bergabung dan menyatukan sumber daya mereka untuk
mengembangkan usaha. Dengan menggabungkan modal, keahlian,
keterampilan, jaringan, dan pengalaman, syirkah memungkinkan pemanfaatan
potensi yang lebih besar dan menciptakan nilai tambah yang lebih signifikan.
Dalam syirkah, pihak-pihak yang terlibat dapat saling melengkapi dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama.
2. Diversifikasi Risiko: Syirkah memungkinkan pembagian risiko bisnis antara pihak-
pihak yang terlibat. Dalam pengembangan usaha, terdapat risiko yang melekat,
seperti risiko keuangan, operasional, atau pasar. Dengan adanya syirkah, risiko
tersebut dapat dibagi dan dikelola secara bersama-sama, mengurangi beban
risiko yang ditanggung oleh satu pihak saja. Ini membantu mengurangi
kerentanan dan meningkatkan stabilitas bisnis dalam menghadapi tantangan
dan fluktuasi pasar.
3. Akses ke Modal dan Sumber Daya: Bagi individu atau kelompok yang mungkin
memiliki keterbatasan modal atau sumber daya, syirkah memberikan akses yang
lebih besar terhadap modal dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
pengembangan usaha. Dengan bergabung dalam syirkah, pihak-pihak yang
terlibat dapat memperoleh dana tambahan, infrastruktur, teknologi, atau
keahlian yang mungkin sulit mereka dapatkan secara mandiri. Ini membuka
peluang baru dan memperluas kemampuan pengembangan usaha.
4. Sharing Knowledge dan Expertise: Dalam syirkah, pihak-pihak yang terlibat dapat
saling berbagi pengetahuan, keahlian, dan pengalaman. Hal ini memperkaya
basis pengetahuan dan memungkinkan adanya pertukaran informasi dan praktik
terbaik antara anggota syirkah. Sharing knowledge dan expertise ini dapat
meningkatkan kemampuan pengembangan usaha, inovasi, dan efektivitas
operasional.
5. Kesinambungan dan Pertumbuhan: Syirkah memiliki sifat berkelanjutan dan
mendukung pertumbuhan jangka panjang. Melalui penggabungan sumber daya
dan kolaborasi, syirkah menciptakan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan
usaha. Dalam syirkah, pemilik modal tidak hanya fokus pada keuntungan jangka
pendek, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan dan kesinambungan usaha
dalam jangka panjang

6.3 Tantangan dan potensi pengembangan syirkah

Pengembangan syirkah memiliki tantangan dan potensi yang perlu diperhatikan.


Berikut adalah beberapa tantangan dan potensi yang dapat muncul dalam pengembangan
syirkah:
Tantangan Pengembangan Syirkah:

1. Kesepahaman dan Koordinasi: Tantangan utama dalam pengembangan syirkah


adalah mencapai kesepahaman dan koordinasi yang efektif antara pihak-pihak
yang terlibat. Setiap pihak harus memiliki visi dan tujuan yang sejalan, serta
berkomitmen untuk bekerja sama secara konstruktif. Perbedaan pendapat atau
ketidaksepahaman dalam pengelolaan bisnis atau pengambilan keputusan dapat
menghambat perkembangan syirkah.
2. Pembagian Keuntungan dan Kerugian: Pembagian keuntungan dan kerugian
merupakan aspek kritis dalam syirkah. Menentukan proporsi yang adil dan
memuaskan bagi semua pihak dapat menjadi tantangan. Perbedaan kontribusi,
risiko, atau waktu yang dihabiskan oleh pihak-pihak dapat mempengaruhi
persepsi tentang pembagian yang adil. Oleh karena itu, diperlukan negosiasi
yang jelas dan transparan serta kesepakatan awal yang kuat.
3. Manajemen Risiko: Syirkah membawa risiko yang perlu dikelola dengan baik.
Tantangan terkait manajemen risiko meliputi identifikasi risiko yang relevan,
pengembangan strategi mitigasi risiko, dan pemantauan yang cermat terhadap
perubahan kondisi bisnis atau pasar. Pihak-pihak yang terlibat perlu memiliki
keterampilan manajemen risiko yang memadai dan berkomitmen untuk berbagi
tanggung jawab dalam menghadapi risiko.
4. Konflik dan Perselisihan: Kehadiran beberapa pihak dalam syirkah meningkatkan
kemungkinan terjadinya konflik atau perselisihan. Perbedaan pendapat,
keputusan yang kontroversial, atau masalah keuangan dapat memicu
ketegangan antara pihak-pihak. Oleh karena itu, penting untuk memiliki
mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif, seperti mediasi atau arbitrase,
untuk mengatasi konflik dengan cara yang adil dan berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.

Potensi Pengembangan Syirkah:

1. Pemanfaatan Sumber Daya: Syirkah memungkinkan pemanfaatan sumber daya


yang lebih besar. Dengan menggabungkan modal, keterampilan, dan
pengalaman dari berbagai pihak, potensi untuk mengembangkan usaha menjadi
lebih besar. Syirkah memungkinkan akses ke modal tambahan, jaringan bisnis
yang luas, serta pengetahuan dan keahlian yang beragam.
2.Diversifikasi dan Pertumbuhan: Melalui syirkah, usaha dapat melakukan
diversifikasi kedalam sektor atau pasar yang berbeda. Ini membuka peluang baru
untuk pertumbuhan usaha dan pengembangan portofolio yang lebih luas.
Diversifikasi dapat membantu mengurangi risiko dan meningkatkan stabilitas usaha
dalam menghadapi fluktuasi ekonomi atau perubahan.
PENUTUP
Dalam penelitian ini, kami telah membahas dan menganalisis konsep dan praktik
syirkah sebagai bentuk kerjasama dalam ekonomi Islam. Temuan kami menunjukkan bahwa
syirkah memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha dan ekonomi berlandaskan
prinsip-prinsip syariah. Kami merangkum temuan kami sebagai berikut:

Pertama, syirkah merupakan mekanisme kerjasama yang adil dan berkeadilan, di


mana pihak-pihak yang terlibat membagi modal, upaya, risiko, dan keuntungan sesuai
dengan kesepakatan yang ditetapkan. Melalui pembagian tanggung jawab dan partisipasi
aktif dari setiap mitra, syirkah dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan peluang
keberhasilan usaha.
Kedua, syirkah dapat memperluas akses terhadap sumber daya dan modal. Dengan
menggabungkan modal dan keahlian dari berbagai pihak, syirkah memungkinkan
pengembangan usaha yang lebih besar daripada yang dapat dicapai secara individual. Ini
memberikan kesempatan kepada pelaku bisnis untuk mengembangkan proyek yang
memerlukan modal besar atau keahlian khusus.
Ketiga, syirkah dapat meningkatkan inklusi keuangan dan partisipasi masyarakat
dalam ekonomi. Melalui syirkah, individu dan kelompok yang memiliki modal terbatas dapat
berpartisipasi dalam proyek bisnis yang sebelumnya sulit diakses. Hal ini mendorong
distribusi kekayaan yang lebih merata dan memberdayakan masyarakat yang kurang
beruntung secara ekonomi.

Namun, kami juga mengidentifikasi beberapa tantangan dalam praktik syirkah.


Beberapa di antaranya meliputi kesulitan dalam menentukan pembagian keuntungan yang
adil, risiko konflik antara mitra, dan kompleksitas pengelolaan dan pengawasan dalam
kerjasama syirkah.
Dengan memperhatikan temuan dan tantangan ini, kami merekomendasikan
beberapa langkah untuk mengembangkan praktik syirkah. Pertama, diperlukan pendidikan
dan kesadaran yang lebih luas tentang syirkah bagi masyarakat dan pelaku bisnis. Ini dapat
dilakukan melalui seminar, pelatihan, dan program pendidikan yang mengedukasi
masyarakat tentang prinsip-prinsip syirkah.
Selain itu, penting untuk mengembangkan infrastruktur dan lembaga keuangan
syariah yang mampu menyediakan produk dan layanan yang relevan dengan syirkah.
Kerangka regulasi yang jelas juga diperlukan untuk memberikan kepastian hukum bagi
praktik syirkah dan melindungi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Terakhir, kami mengajak para pelaku bisnis dan investor untuk lebih
mempertimbangkan model kerjasama syirkah dalam mengembangkan usaha, terutama
dalam sektor-sektor yang membutuhkan modal dan keahlian yang berbeda. Ini dapat
mendorong terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan dalam
jangka panjang.
Dalam kesimpulan, syirkah adalah instrumen yang kuat dalam pengembangan usaha
dan ekonomi berlandaskan prinsip-prinsip Islam. Dengan pemahaman yang lebih baik,
kerangka regulasi yang jelas, dan komitmen untuk berkolaborasi, syirkah dapat menjadi
pendorong utama dalam menciptakan ekonomi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai