Anda di halaman 1dari 15

Soal A

1. Secara umum hal yang memotivasi saya ingin menjadi guru adalah kenyataan bahwa guru
berperan penting terhadap masa depan orang lain (siswa) dan merupakan dakwah dengan
bersedekah ilmu yang bermanfaat. Secara spesifik saya memilih menjadi guru fisika dikarenakan
saya tertarik dengan pelajaran tersebut dan melihat kekurangan tenaga kerja guru fisika sewaktu
saya SMA dulu. Untuk mewujudkan hal tersebut saya terus melatih kemampuan terutama dalam
bidang fisika serta perlahan-lahan menumbuhkan karakter guru yang baik didalam diri sesuai
yang saya dapatkan sewaktu kuliah. Ada dua tantangan tersulit yang saya hadapi secara pribadi.
Pertama, pelajaran fisika dengan tingkat kesulitan tinggi di perkuliahan yang harus saya kuasai.
Kedua, berperilaku sesuai karakter guru yang baik dan benar sewaktu turun langsung ke
lapangan berhadapan dengan siswa. Solusi permasalahan pertama adalah dengan terus belajar
dan belajar. Saya terus berusaha untuk memahami dan mengulang belajar sendiri serta bertanya
dengan teman sejawat terkait pelajaran fisika yang masih belum saya kuasai di kelas perkuliahan.
Sedangkan untuk pelajaran fisika SMA lebih mudah bagi saya memahami. Namun saya tetap
mempersiapkan segala hal mulai dari media, bahan ajar, dan lain-lain sebelum mengajar di kelas
serta mengulangi membaca pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa sebelum mengajar agar
apa yang saya sampaikan optimal. Solusi permasalahan kedua adalah dengan membiasakan diri
berperilaku sebagaimana layaknya seorang guru di hadapan siswa. Hal yang membuat sulit
adalah umur saya dan siswa yang tidak terlalu jauh sehingga beberapa siswa mungkin bagi saya
sedikit kurang 'segan' ketika saya mengajar. Jika terjadi seperti ini saya akan berperilaku tegas
namun tetap lembut dalam penyampaiannya, menjaga wibawa, dan tidak membiasakan siswa
terlalu menganggap saya sebagai teman sehingga menimbulkan sikap yang kurang sopan.

2. Guru berperan sebagai organisator, demonstator, pengelola kelas, fasilitator, mediator,


motivator, inspirator, inisiator, kulminator, dan evaluator. Semua peran tersebut telah dilatih oleh
dosen saat perkuliahan. Walaupun belum menguasai sepenuhnya dikarenakan pengalaman
mengajar yang minim, namun saya telah memenuhi kemampuan-kemampuan tersebut dan
mampu untuk praktek mengajar di kelas. Hal ini terbukti dari nilai praktek mengajar saya yang
tinggi. Kelebihan yang dominan yaitu pada aspek peran guru sebagai fasilitator dan evaluator.
Saya mampu membuat media dan bahan ajar cetak maupun non cetak berbasis ICT yang
interaktif. Saya juga mampu mengembangkan instrumen penilaian guna evaluasi peserta didik.
Contohnya saya pernah mengembangkan modul elektronik pada saat saya kuliah pada materi
efek fotolistrik terkait tugas kuliah. Modul ini tentunya sangat berguna apalagi pada masa
pembelajaran daring karena interaktif dan praktikumnya saya rancang menggunakan simulasi
PhET yang mendukung pembelajaran mandiri. Contoh selanjutnya adalah instrumen penilaian
kolaborasi yang telah saya kembangkan guna penyelesaian tugas akhir saya. Dengan
mengembangkan instrumen ini saya juga sangat menguasai bagaimana menjadi evaluator yang
baik dan benar dari uji coba instrumen langsung ke sekolah.

3. Modul elektronik yang saya kembangkan mendapatkan respon yang positif dari dosen saya.
Diantara teman yang lain membuat bahan ajar cetak, sedangkan saya mampu membuat bahan
ajar berbasis ICT. Hal ini tentu sangat fungsional serta sesuai kebutuhan saat ini sehingga
mendapatkan apresiasi oleh dosen mata kuliah yang mengampu. Modul ini dapat menjadi salah
satu variasi bahan ajar oleh guru dan mendukung peran guru sebagai fasilitator. Hal ini terbukti
dari nilai saya yang tinggi mendapatkan A pada mata kuliah ini. Selanjutnya, hasil dari instrumen
penilaian yang saya kembangkan juga telah layak untuk diterapkan pada kegiatan belajar
mengajar. Instrumen penilaian kolaborasi berbasis pendekatan STEM dikembangkan dengan
beberapa tahapan. Mulai dari analisis awal, merancang, membuat dan memvalidasi instrumen ke
ahli, serta melakukan uji coba ke sekolah. Semua tahapan termasuk validasi ahli terkait
instrumen penilaian mendapatkan angka yang tinggi. Hasil dari uji coba juga mendapatkan nilai
koefisien reliabilitas yang tinggi dan tiap butir instrumen dinyatakan valid. Dengan demikian
instrumen penilaian yang saya kembangkan telah layak digunakan di kelas yang menjadi
penunjang guru dalam proses evaluasi.

1. Ada tiga faktor penting yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi yang cukup, kreativitas
dalam mengajar, serta sikap ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan siswanya. Hal baru dalam
kemampuan diri khususnya sebagai guru yang harus saya kembangkan yaitu kreativitas yang
tinggi. Saya memilih kemampuan kreativitas karena sesuai dengan pengalaman pribadi yang
mana pada saat ini terkait dampak covid-19 membuat pembelajaran di kelas berubah tidak
seperti biasanya. Kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilaksanakan dikelas secara tatap
muka diubah menjadi pembelajaran jarak jauh atau daring. Tidak lama setelah itu, muncul pula
sistem pembelajaran baru yaitu pembelajaran gabungan daring dan luring. Hal ini tentu menuntut
guru untuk mampu menyesuaikan dengan berbagai keadaan. Dengan kata lain guru dituntut
untuk kreatif dalam mendidik siswa sehingga mampu menciptakan pembelajaran daring dan
luring yang efektif. Seorang guru harus memiliki jiwa kreativitas yang tinggi, karena jiwa
kreativitas disini akan mendorong untuk menemukan berbagai model pembelajaran baru yang
cocok diterapkan di kelasnya. Dari jiwa ini maka saya nantinya akan mampu menemukan
berbagai macam problem solving yang berhubungan dengan permasalahan siswa ketika berada di
kelas. Alasan mengapa guru harus kreatif dan perlunya pengembangan kreativitas diri yaitu:
Pertama, lahirnya generasi alpha dan perkembangan teknologi. Siswa abad 21 telah mengenal
internet didukung oleh teknologi yang berkembang saat ini. Dengan menyediakan pembelajaran
kreatif berbasis teknologi sangat memungkinkan siswa untuk belajar sehingga memudahkan
pencapaian tujuan pembelajaran. Kedua, masalah yang kompleks dalam kehidupan. Mulai dari
masalah ekonomi, psikis siswa, hingga kondisi lingkungan belajar misalnya saat covid-19 ini,
dan lain-lain yang berdampak pada siswa kesulitan beradaptasi. Kondisi ini menuntut guru
kreatif dalam pembelajaran karena untuk menghadapi kompleksitas masalah dibutuhkan
kemampuan kreativitas sehingga menemukan solusi penyelesaian masalah.

2. Terdapat tindakan-tindakan yang harus menjadi kebiasaan agar dapat melatih kreativitas.
Kuncinya adalah giat berlatih sehingga dapat meningkatkan kreativitas diri. Dengan kreativitas,
akan dapat menghasilkan solusi-solusi tepat untuk setiap tantangan dalam berbagai aspek
kehidupan sehari-hari termasuk pekerjaan sebagai guru. Pertama, selalu mau tau. Rasa penasaran
dan selalu ingin tau bisa jadi awal yang baik untuk mengembangkan kreativitas tanpa batas. Rasa
ingin tau ini akan membawa diri ke sumber-sumber wawasan baru. Kedua, selalu coba hal baru.
Mencoba sesuatu yang baru akan memberi kesempatan bagi diri menerima pengalaman baru dan
melatih otak untuk beradaptasi dan menghasilkan ide-ide yang inovatif. Ketiga, mulai rutinitas
kreatif. Ini adalah rutinitas yang akan mengajarkan diri agar bisa membiasakan diri dengan hal
yang tidak biasa, bisa dengan memodifikasi kebiasaan lama. Keempat, catat ide yang muncul.
Tujuannya agar ide tersebut tidak menguap atau hilang begitu saja. Luangkan waktu untuk
mencatat setiap ide-ide yang muncul, setelah ada waktu luang, ulas kembali ide yang sudah
dicatat. Itulah beberapa tindakan yang dapat melatih kreativitas. Selalu mencoba hal baru
merupakan salah satu cara diluar kebiasaan yang harus dilakukan. Contohnya yaitu sewaktu saya
harus membuat bahan ajar yang dapat mendukung pembelajaran mandiri secara daring dan
luring. Saya harus mencoba memahami suatu aplikasi baru yang belum pernah saya gunakan
sebelumnya, yaitu macromedia flash professional 8.

3. Bagi saya kesulitan dalam mengembangkan kreativitas diri yaitu terletak pada hambatan yang
berasal dalam diri sendiri. Pertama, takut berbuat salah. Prinsip bahwa salah adalah kegagalan
yang harus dijauhi. Untuk melatih kreativitas maka harus berani mencoba sesuatu hal yang baru.
Perasaan takut berbuat salah terkadang menahan diri untuk kreatif. Kedua, takut dikritik. Hal ini
dipicu oleh keinginan untuk disukai dan disetujui oleh orang lain untuk setiap ide atau tindakan
yang diri lakukan. Namun, ini sangat berbahaya untuk mengembangkan kemampuan kreativitas
diri. Solusi dari hambatan-hambatan tersebut yaitu: Pertama, belajar keluar dari zona nyaman
guna mengetahui seberapa kemampuan diri dengan mencoba hal baru. Kedua, selalu berpikir
positif dengan menanamkan bahwa berbuat salah adalah hal yang biasa. Ketiga, ubah cara
berpikir untuk tidak selalu membayangkan akan terjadi kesalahan atau kegagalan agar diri lebih
berani dalam bertindak.

4. Bagi pribadi saya sendiri, manfaat dari melatih kreativitas diri adalah lebih mampu untuk
memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari dengan ide baru atau inovasi. Penerapan
kreativitas dalam peran guru terdapat dalam; kemampuan untuk mencipta akan membantu guru
dalam menemukan cara mengajar yang baik; cara membuka kelas yang elegan; cara membuat
dan melakukan asesmen yang praktis; cara memberikan tugas yang baik, namun tidak
memberatkan; cara memimpin diskusi di kelas dan mendorong anak-anak aktif menyampaikan
ide-ide mereka; cara memberikan hukuman yang bijak; dan masih banyak lagi lainnya. Guru
yang kreatif akan terlihat berbeda dengan guru lainnya. Keunggulan ini akan membuat siswa
rindu untuk berjumpa dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
C

1. Sewaktu perkuliahan dulu pada mata kuliah statistik kami diajarkan oleh satu dosen dengan
cara yang menurut saya tidak sesuai pedoman mengajar yang efektif. Pedoman mengajar yang
efektif diantaranya adalah menyiapkan materi dengan baik dan lengkap, semangat dalam
mengajar, memilih media dan metode pembelajaran yang sesuai, serta adanya aturan yang
mendidik. Beliau memang menyebutkan ingin mencoba mengajar dengan metode yang membuat
mahasiswa bisa belajar mandiri, tetapi hal tersebut menurut saya tidak sesuai dengan
pendekatan-pendekatan, metode-metode, model-model mengajar yang telah saya pelajari. Beliau
hampir sama sekali tidak pernah memberi penjelasan terkait materi pembelajaran. Beliau masuk
kelas, kemudian memberi tugas lapangan, diolah data hasil dari lapangan, dan laporkan hasilnya
dalam tulisan tangan serta diharuskan untuk mendapatkan hasil data yang efektif. Tidak ada
penjelasan materi sedikitpun, kesempatan bertanya, ataupun diskusi diakhir untuk memaknai
hasil tugas. Kami pun kewalahan karena materi statistik bukanlah materi yang bisa dipahami
hanya dengan membaca sehari dua hari. Untuk mengolah data saja kami membutuhkan 2 hari
full tanpa tidur dikarenakan waktu yang diberikan sedikit namun data hasil yang diminta sangat
banyak. Selain itu, ada hal yang menurut saya tidak sesuai dengan etika. Hal tersebut adalah data
hasil uji lapangan yang dituntut untuk efektif (t-test). Beliau menyampaikan bahwa data yang
diperoleh dilapangan harus kami ubah hingga menunjukkan hasil yang efektif. Secara teori,
menurut saya itu salah dan tidak sesuai etika. Seharusnya apa pun data yang didapatkan
dilapangan itulah yang harus saya laporkan apa adanya. Makna dari uji coba di lapangan adalah
melihat variabel yang diteliti apakah berpengaruh atau tidaknya, efektif atau tidaknya. Dengan
mengubah data artinya beliau telah mengajarkan untuk memanipulasi data uji coba lapangan.
Padahal mata kuliah statistik ini adalah mata kuliah penting untuk bekal tugas akhir kami.

2. Tindakan yang saya lakukan adalah memaksimalkan diri sendiri dengan belajar mandiri. Saya
belajar mendiri berkelompok dengan teman-teman. Kami sampai menginap disalah satu rumah
teman demi menyelesaikan tugas kami. Melalui pembelajaran teman sejawat dapat
memaksimalkan hasil belajar dan menumbuhkan minat belajar. Selain itu, tindakan yang paling
penting adalah tidak menyerap semua ajaran yang menurut saya tidak benar untuk diterapkan.
Saya tetap melakukan sesuai teori yang ada. Saya mengolah data tanpa memanipulasi data
tersebut. Hal ini harus dilakukan karena merupakan suatu etika menjadi seorang peneliti.
Contohnya adalah tugas akhir saya. Data instrumen penilaian yang saya kembangkan pada tugas
akhir saya olah sesuai teori untuk mendapatkan nilai valid dan reliabel tanpa memanipulasi
datanya. Laporan di bab 4 pembahasannya pun sesuai dengan temuan di lapangan.

3. Dengan menanamkan prinsip untuk menjadi peneliti yang baik dan sesuai dengan etika yaitu
tidak memanipulasi data adalah suatu tindakan yang benar sehingga tidak menjadi beban moral
bagi saya untuk berbuat curang dalam pengerjaan tugas akhir atau lainnya. Selain itu, jika data
saya manipulasi maka menurut saya akan menjadi dosa berkepanjangan. Hal ini karena apa yang
saya teliti nantinya akan benar-benar diterapkan di kelas oleh guru-guru lain, sedangkan hal
tersebut sebenarnya belum layak untuk digunakan. Lagi pula jika hasilnya tidak bagus
seharusnya sebagai etika peneliti yang baik maka tetap melaporkan apa yang didapatkan
dilapangan pada bagian pembahasan, dan kemudian memperbaiki kesalahannya.

D.

1. Setiap orang tentunya memiliki cara pandang dan berpikir yang berbeda. Menurut saya ini
merupakan hal biasa yang sering terjadi dikelas perkuliahan saat diskusi pelajaran. Biasanya dari
diskusi tersebut maka dapat memberi kesimpulan akhir yang dapat diterima oleh berbagai pihak
dan menghasilkan kesimpulan yang sempurna. Namun, pengalaman yang menarik bagi saya
yaitu perbedaan antara teman-teman PPL sewaktu praktek mengajar semester 7 dulu. Di satu
sekolah terdapat beberapa latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu ada mahasiswa dari
pendidikan fisika, pendidikan kimia, pendidikan sejarah, dan pendidikan ekonomi. Tujuan kami
disana melaksanakan tugas praktek mengajar atau biasa disebut PPL selama dua bulan. Kami
disana bekerjasama dalam segala kegiatan mulai dari piket harian, menyelenggarakan hari guru
dan lain-lain. Hal ini sering terjadi perbedaan pendapat namun dengan mengadakan diskusi kami
berhasil menyatukan pendapat terbaik yang disepakati bersama. Salah satu contohnya pembagian
tim per hari piket, ada yang menyarankan timnya per prodi pendidikan dan sebagian
menyarankan tim dibagi secara acak dengan prodi lain. Hasil voting pun mencapai kesepakatan
untuk dibagi secara acak mengingat hal tersebut membawa manfaat agar mahasiswa lebih
berbaur dan akrab dengan antar prodi. Namun, pengalaman yang paling berkesan adalah ketika
saya dan teman saya prodi fisika kebingungan dan meminta saran dari teman prodi lain yaitu
pendidikan sejarah terkait permasalahan jam mengajar kami yang harus dibagi kedalam tiga
orang dalam satu sub materi untuk mengambil nilai praktik mengajar. Urutan yang mereka
sarankan adalah pertama jelaskan mengenai ilmuwan yang berjasa pada materi pelajaran, kedua
jelaskan rumus-rumus dan materi, ketiga jelaskan praktikumnya. Hal tersebut tidak sesuai
dengan hakikat belajar fisika. Menjelaskan mengenai ilmuwan memang penting dalam konsep
pendidikan sejarah mereka, namun dalam fisika hal tersebut hanya disinggung tidak untuk
dibahas mendalam karena yang dibahas adalah bagaimana cara ilmuwan itu menemukan
temuannya melalui praktikum. Jadi kesimpulannya, kami adalah kumpulan mahasiswa dengan
perbedaan latar belakang pendidikan, cara pandang dan cara berpikir.

2. Dalam melakukan diskusi saling bertukar pendapat, ada beberapa langkah untuk mencapai
kesepakatan yang baik dan kooperatif. Pertama, menghargai pendapat semua orang tanpa
terkecuali. Kedua, memahami apa tujuan dari diskusi. Ketiga, menjelaskan dengan baik jika ada
yang tersinggung atau emosional ketika diskusi. Keempat, memastikan bahwa diskusi diakhiri
dengan kesepakatan yang adil untuk bersama. Untuk saya pribadi, hal yang saya lakukan adalah
tetap mendengarkan terlebih dahulu pendapat mereka serta sangat menghargai masukan yang
telah mereka berikan. Namun, saya kembali menjelaskan dengan sopan bahwa pelajaran fisika
itu berbeda. Hakikatnya siswa harus menemukan sendiri konsep materi dan rumusnya melalui
pembuktian praktikum. Sangat tidak cocok apabila kami menjelaskan dengan metode ceramah
mengenai ilmuwan dan mengenai materi terlebih dahulu lalu kemudian diakhiri praktikum.
Menurut saya itu akan menjadikan siswa terbiasa menghafal bukan memahami konsep.
Sedangkan dalam mengerjakan soal fisika saja siswa dituntut memahami konsep dasarnya
terlebih dahulu sehingga bisa diaplikasikan keberbagai bentuk soal, bukan hanya hafal rumus
dan memasukkan angka. Hal inilah yang membuat kami masih kebingungan untuk membagi
praktek mengajar salam satu sub materi kedalam tiga jadwal berbeda, sedangkan pada fisika
praktikum lah yang memakan waktu lama dan pada tahap praktikum itu tidak bisa dibagi harus
untuk satu orang jadwalnya sehingga dua orang jadwal lagi masih bingung. Mereka pun
merespon dengan sopan pula bahwa memahami akan konsep belajar fisika yang tidak bisa
sepenuhnya disamakan dengan konsep belajar sejarah.

3. Setelah berdiskusi dan saling bertukar pendapat, kami pun menemukan solusi dan
menyepakati keputusan bersama. Respon teman-teman terhadap sanggahan yang saya berikan
sangat baik dan kooperatif. Kami merasa bahwa sangat menarik berdiskusi mengenai gaya
belajar yang berbeda dikarenakan latar belakang pendidikan. Hal ini memberi kami pengalaman
berharga bagaimana berdiskusi dengan berbagai perbedaan yang ada diantara kami. Tentunya
keterampilan berdiskusi ini nanti berguna ketika sudah bekerja yang mengharuskan terampil
bekerja sama dengan berbagai perbedaan cara pandang, berpikir, latar belakang, bahkan mungkin
suka dan budaya. Adapun solusi yang kami sepakati bahwa jadwal orang pertama yaitu
menjelaskan pendahuluan materi pembelajaran, jadwal orang kedua membimbing praktikum
peserta dididik, dan jadwal orang ketiga memimpin diskusi kelompok serta menutup
pembelajaran.

E.

1. Saya memiliki teman sekaligus tetangga yang merupakan adik tingkat. Saat itu teman saya
sedang mengerjakan tugas akhir. Saya telah menyelesaikan tugas akhir terlebih dahulu sehingga
saya memiliki bekal untuk membantu teman saya dalam mengembangkan kemampuan yang
diperlukannya. Maka dari itu, pengalaman mengambangkan kemampuan dan keterampilan orang
lain yang pernah saya lakukan yaitu mengembangkan kemampuan teman sejawat dalam proses
mengerjakan tugas akhir. Kemampuan yang wajib dimiliki mahasiswa: Pertama, kelancaran ide,
kemampuan menghasilkan banyak ide untuk satu topik (total ide adalah yang terpenting, bukan
kualitas, kebenaran, maupun kreativitas). Kedua, penyusunan informasi, kemampuan untuk
mengatur berbagai hal maupun tindakan dalam urutan atau pola tertentu sesuai dengan aturan
yang ditetapkan (contoh: pola angka, huruf, kata, gambar, operasi matematika). Ketiga, ekspresi
lisan, kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi dan ide ketika berbicara, sehingga orang
lain dapat memahami apa yang disampaikan. Keempat, kejelasan berbicara, kemampuan untuk
berbicara dengan jelas sehingga orang lain dapat mengerti apa yang dibicarakan. Kelima,
ekspresi tertulis, kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi dan ide dalam penulisan
sehingga orang lain dapat mengerti. Keenam, ekspresi berbicara, pengucapan huruf atau kata
yang jelas. Kemampuan-kemampuan ini harus dikuasai bagi seorang mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas akhir yang optimal. Maka dari itu diperlukan bantuan orang lain dalam
mengembangan diri terhadap aspek yang dirasa masih mengalami kesulitan.
2. Fokus keterampilan yang saya bantu kembangkan dari teman saya diantaranya ekspresi
menulis atau keterampilan menulis dan ekspresi lisan atau komunikasi. Menulis merupakan
kegiatan untuk mengkspresikan pikiran, perasaan dan gagasan seseorang dalam bentuk kata atau
tulisan. Jika mahasiswa tidak menguasai keterampilan ini maka mahasiswa tersebut akan
kesulitan untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan gagasannya dalam bentuk tulisan dan lisan.
Sementara itu, keterampilan komunikasi yang dibutuhkan mahasiswa adalah bagaimana cara
mengkomunikasikan gagasan atau informasi secara jelas dan informatif untuk disampaikan
kepada orang lain melalui bahasa lisan. Dua hal inilah yang menjadi kesulitan teman saya dalam
penyelesaian tugas akhir. Teman saya kurang pandai dalam menuangkan ide gagasan pikiran
kedalam sebuah tulisan. Sedangkan dalam menulis tugas akhir kemampuan tersebut sangat
dibutuhkan apalagi dalam pengerjaan bab 4. Terdapat banyak gagasan yang ditemukan
dilapangan dan harus dituangkan kedalam sebuah tulisan. Selain itu, dalam hal komunikasi
teman saya mengalami kesulitan untuk menyampaikan secara langsung (berkomunikasi) kepada
dosen pembimbingnya, baik dari segi kata bahasa yang diucapkan serta cara intonasi pengucapan
agar terdengar sopan. Dari kesepakatan kami, teman saya sering meminta pendapat dan saran
kepada saya mengenai kesulitan-kesulitan yang dialaminya, meminta solusi terlebih dahulu
ketika menulis atau sebelum berkomunikasi dengan dosen pembimbingnya.

3. Menulis merupakan suatu keterampilan yang bisa dipelajari dan dikembangkan. Menurut saya
kunci dari keterampilan menulis adalah giat berlatih. Bisa karna terbiasa, bisa menulis karena
biasa menulis. Walaupun saya juga belum menguasai keterampilan menulis tingkat tinggi
misalnya mengarang sebuah buku, namun untuk menuangkan ide atau gagasan kedalam sebuah
tulisan saya cukup mahir. Terbukti dari nilai-nilai saya pada mata kuliah kategori kependidikan
yang sebagian besar tes akhirnya berupa soal mengenai pendapat pribadi terkait sebuah kasus.
Jadi, langkah yang saya sarankan kepada teman saya adalah giat berlatih menulis idenya sendiri.
Sering menulis adalah salah satu cara terbaik untuk memperbaiki tulisan. Selain itu, langkah
selanjutnya saya juga menyarankan untuk rajin membaca tulisan orang lain. Dengan membaca
maka akan menemukan ide atau inspirasi dari tulisan-tulisan tersebut. Diamati struktur kalimat,
pemilihan kata, hubungan antar paragraf, dan alur tulisan tersebut. Sementara itu langkah melatih
keterampilan berkomunikasi, menurut saya kuncinya sama yaitu giat berlatih. Berlatih
merupakan salah satu tips untuk meningkatkan kemampuan komunikasi karena semakin sering
anda belajar untuk berkomunikasi secara baik, santai, dan nyaman, maka semakin kuat pula
kemampuan komunikasi. Selain itu, cara tambahan lainnya yaitu dengan memperhatikan dan
mengamati cara berkomunikasi orang-orang yang ada disekitar. Dengan cara tersebut maka dapat
mengoreksi diri. Itulah yang saya sarankan kepada teman saya. Adapun hambatan yang dialami
adalah waktu berlatih itu sendiri. Tentunya untuk menjadi terbiasa dalam menulis dan
berkomunikasi yang baik tidaklah instan. Saya pun belum menguasainya, apalagi teman saya
yang cenderung lebih pasif dari saya. Untuk mempertahankan motivasi teman saya, biasanya
saya memberi semangat dan tetap membantu memberi saran menurut saya terhadap tulisannya
atau pun masalah komunikasi yang dialaminya.

4. Menurut penilaian pribadi saya, kemampuan menulis dan komunikasi teman saya sudah
meningkat. Sebelumnya ia benar-benar mengeluh karena tidak mampu merangkai kata atau pun
ketakutan ketika ingin bertemu dosen. Namun, lama-kelamaan hal tersebut sudah menjadi biasa
baginya. Sehingga ia hanya meminta sedikit saran saja kepada saya. Misalnya saat menulis, ia
telah benar-benar menarasikan dengan baik dalam kalimat dan paragraf kemudian baru meminta
pendapat saya apakah ada kata yang rancu atau tidak. Kemudian jika ingin bertemu dosen ia pun
sudah berani sendirian saja dan tidak ada keluhan lagi kepada saya. Saya sebagai temannya ikut
senang serta menjadi motivasi kepada diri saya pribadi untuk juga melatih dan meningkatkan
keterampilan menulis serta komunikasi. Kedua keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari apalagi dalam dunia pekerjaan nantinya.

1. Sewaktu pengerjaan tugas akhir saya mendapatkan dua orang teman untuk bergabung dalam
satu rumpun penelitian. Jadi ketika masa saya tugas akhir, dalam prodi pendidikan fisika
universitas jambi jika tergabung dalam penelitian dosen maka akan diberi tema penelitian yang
kemudian dipecah menjadi beberapa judul skripsi untuk beberapa orang mahasiswa. Saya
bersama dua orang teman saya termasuk dalam rumpun penelitian dosen yang mana saat itu
bertemakan pembelajaran STEM dengan etnosains. Seperti keadaan mahasiswa dalam
mengerjakan tugas akhir lainnya, kami juga mengalami beberapa kendala. Ada dua kendala yang
keputusan solusinya diajukan oleh saya. Pertama, masalah materi apa yang akan kami ambil. Ini
menjadi salah satu kendala kami karena materi yang kami teliti harus sesuai dengan materi yang
diajarkan disekolah pada saat waktu penelitian dilapangan. Tidak boleh untuk mengambil jam
siswa diluar jam mata pelajaran fisika untuk melakukan penelitian dengan alasan materi yang
akan diteliti sudah lampau. Sedangkan saat itu kami belum seminar proposal dan materi yang
kami ambil diawal hampir dipelajari di kelas. Teman-teman saya mengusulkan untuk mengganti
materi pelajaran bergeser ke materi yang masih lama untuk dipelajari siswa. Namun keadaannya
kami telah merancang untuk materi elastisitas. Ini akan menjadi pengulangan pekerjaan jika
diubah. Maka saya mengambil keputusan untuk menghubungi pihak sekolah yaitu guru fisika
SMA untuk mengkonfirmasi apakah bisa untuk melewatkan materi elestisitas terlebih dahulu,
mengingat materi tersebut bukan materi prasyarat untuk materi selanjutnya. Kedua, masalah sub
materi hukum hooke yang harus dikaitkan dengan permainan ketapel. Jadi etnosains yang kami
ambil adalah permainan ketapel yang nantinya akan dikaitkan dalam materi elastisitas disetiap
pertemuan. Dosen pembimbing saya menyarankan untuk sub materi hukum hooke tidak perlu
dikaitkan dengan permainan ketapel dan dibuat saja dalam batasan penelitian/pengembangan.
Namun, saya membuat keputusan dengan memberi ide dan meminta persetujuan agar pada
hukum hooke itu digunakan permainan ketapel namun dengan bentuk I bukan bentuk Y seperti
biasanya. Hal ini mengingat bahwa beberapa daerah membuat ketapel dengan bentuk I. Dengan
saran saya ini maka mengurangi keterbatasan penelitian kami.

2. Tidak bisa membuat keputusan hanya dengan mengandalkan informasi yang terbatas. Ada
baiknya untuk mengumpulkan informasi dan semua fakta yang berkaitan dengan permasalahan
sehingga dapat memperoleh keputusan yang baik. Perlu untuk memahami kemudian
menjabarkan masalah yang terjadi. Pemahaman akan masalah ini memerlukan adanya diagnosis
pada suatu kejadian. Perlu sekali untuk memfokuskan seluruh perhatian terhadap masalah yang
dihadapi. Jadi, seseorang sangat membutuhkan informasi yang banyak agar dapat memahami
masalah secara utuh. Untuk memperoleh informasi maka kita tidak hanya mendengarkan dari
satu pihak saja. Kemudian segera sederhanakan masalah, dengan begitu sederhana pula solusi
yang akan didapat. Selanjutnya barulah fokus pada solusi, usahakan untuk tidak menolak ide ide
atau pendapat maupun saran yang ada.
3. Dalam mengambil keputusan saya mempertimbangkan untuk tidak merugikan pihak-pihak
yang berkaitan. Saya mempertimbangkan guru fisika SMA yang akan kami teliti berkenan untuk
melewati materi elestisitas tentunya tidak akan mengalami kerugian karena materi tersebut
bukanlah materi prasyarat yang harus dikuasai siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
Sementara itu, dengan memvariasikan bentuk ketapel malah menurut saya akan menambah
wawasan siswa mengenai budaya permainan tradisional. Keputusan yang baik adalah memilih
tindakan yang memberi hasil terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Langkah-langkah
mengambil keputusan yaitu; Pertama, pahami permasalahan, masalah yang dihadapi yaitu
permasalahan waktu penelitian yang harus menyesuaikan dengan waktu pembelajaran fisika di
sekolah serta sub materi hukum hooke yang tidak bisa jika dipraktikkan dengan ketapel bentuk
Y. Kedua, batasi opsi kemungkinan dengan memilih keputusan terbaik, opsinya yaitu mengganti
materi penelitian atau mendiskusikan dengan guru fisika di sekolah agar melewati materi yang
akan kami ambil. Opsi masalah selanjutnya yaitu tidak melaksanakan praktikum pada sub materi
hukum hooke atau memberi inovasi lain pada bentuk ketapel agar bisa dipraktikumkan. Ketiga,
menanyakan pendapat orang lain yang lebih kompeten, yaitu dengan bertanya dan
mendiskusikan keputusan yang saya buat dengan guru fisika di sekolah dan dosen pembimbing.
Keempat, bayangkan konsekuensi apa yang akan terjadi, dengan pertimbangan bahwa keputusan
melewati materi dan memberi inovasi pada praktikum itu tidak akan merugikan pihak manapun.
Kelima, beranikan diri dalam mengambil keputusan, dengan begitu diperoleh keputusan terbaik
yang menjadi solusi permasalahan.

4. Hasil dari dua contoh keputusan yang saya ambil dalam proses mengerjakan tugas akhir
bersama tim penelitian tentunya membawa dampak positif. Untuk saya dan teman-teman
penelitian yaitu memperlancar jalannya penelitian kami dan membuat penelitian kami menjadi
lebih baik dengan mengurangi keterbatasan. Untuk pihak sekolah baik guru fisika dan juga siswa
IPA tentunya dengan inovasi pembelajaran yang kami terapkan dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran STEM berbasis etnosains. Data diperoleh melalui analisis menggunakan t-test.
Untuk pribadi saya ini menjadi pengalaman yang berharga bahwa dengan mengambil keputusan
yang mungkin diluar dari ketentuan biasanya merupakan hal yang patut dicoba dalam kehidupan
sehari-hari karena dapat membawa dampak positif, tentunya dengan tidak lupa memperhatikan
keputusan tersebut tidak merugikan pihak lain.
G.

1. Selama masa perkuliahan situasi tugas yang menumpuk dan mendesak untuk diselesaikan
sangat sering terjadi bahkan bisa dikatakan sudah menjadi rutinitas. Pengalaman yang paling
mengesankan adalah ketika semester satu dan semester dua sewaktu kuliah mengambil S1 dulu.
Banyaknya praktikum disemester awal perkuliahan membuat banyak pula laporan yang harus
ditulis tangan. Belum lagi ditambah dengan perbaikan laporan pada praktikum sebelumnya.
Dalam seminggu ada 3 mata kuliah yang diwajibkan praktikum. Setiap laporan praktikum secara
umum terdiri dari latar belakang, alat dan bahan, metode atau langkah kerja, hasil dan
pembahasan, kesimpulan, serta lampiran hitung dan lampiran gambar. Terkadang juga ada tugas
soal-soal yang harus dikerjakan terkait materi praktikum. Ini belum mencakup dengan tugas
mata kuliah lainnya diluar praktikum. Mata kuliah dalam rumpun pendidikan biasanya meminta
makalah perkelompok dan juga ada tugas pribadi setiap minggunya. Beberapa mata kuliah juga
meminta ringkasan pembelajaran yang ditulis tangan setiap minggu.

2. Kemampuan untuk menajemen waktu sangat dibutuhkan. Manajemen waktu adalah cara
membagi dan mengelola waktu yang dimiliki untuk berbagai aktivitas agar memaksimalkan
produktivitas untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pertama, membuat to-do list atau
daftar tugas yang harus dikerjakan setiap harinya. Biasanya saya membuat di buku catatan kecil
sebagai acuan daftar tugas-tugas yang harus saya kerjakan setiap harinya, walaupun nanti
hasilnya belum tentu mulus. Kedua, menyelesaikan pekerjaan sesuai prioritas. Daftar tugas akan
diurutkan berdasarkan tugas penting mendesak atau tidaknya. Ketiga, tetapkan waktu untuk
menyelesaikan tugas. Biasanya saya menetapkan waktu pengerjaan sesuai dengan perkiraan
tingkat kemampuan saya dalam menyelesaikan jenis tugasnya, kemudian juga memberi waktu
toleransi sebagai tambahan waktu jika tugas tersebut belum terselesaikan.

3. Dalam penyelesaian tugas, hal yang paling saya butuhkan adalah teman untuk berdiskusi
mengenai tugas yang sulit saya pahami serta referensi-referensi yang mencukupi untuk
pengerjaan tugas. Beberapa tugas memang dikerjakan secara berkelompok, maka diskusi dapat
dilakukan dengan membagi tugas masing-masing anggota. Sedangkan untuk tugas individu,
biasanya saya banyak bertanya dan diskusi dengan teman-teman mengenai inti tugas, malahan
terkadang kami mendiskusikan dan mempelajari tugas yang sulit secara bersama-sama. Kesulitan
yang saya alami yaitu sulitnya menumbuhkan sikap disiplin pada diri sendiri dalam menajemen
waktu. Biasanya setelah membuat daftar beserta waktu target dalam mengerjakan suatu tugas,
kemudian terkadang saya tidak dapat memenuhinya. Solusi dari kesulitan tersebut harus dimulai
dalam diri sendiri. Saya memotivasi diri sendiri untuk tidak menunda suatu pekerjaan/tugas.
4. Awalnya saya masih seringkali deadline dalam menyelesaikan tugas. Namun, ada faktor lain
yang mempengaruhi yaitu dikarenakan saya masih dalam tahap penyesuaian menajemen waktu
diri sendiri dan belum bisa membedakan mana prioritas tugas yang didahulukan. Tidak butuh
waktu yang lama, saya sudah bisa memahami rentang waktu diri sendiri dalam pengerjaan setiap
jenis tugas dan memilah mana tugas yang penting mendesak. Setelah itu saya bisa
mendisiplinkan diri sendiri dengan target daftar tugas beserta waktu dalam penyelesaian tugas.
Saya memotivasi diri sendiri dengan mengingatkan diri bahwa tugas jika dikerjakan mendesak
maka hasilnya tidak efektif dan tentunya berdampak ke nilai saya.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau Himpunan Mahasiswa Universitas adalah organisasi
mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat pendidikan tinggi. Dalam
melaksanakan program-programnya, BEM KBM UNJA terbagi lagi menjadi beberapa
kementrian.

Anggota Adkesma (Advokasi Kesejahtraan Mahasiswa) aktif selama 2016/2018 sebagai pelaku
didalam menjalankan roda organisasi. Saya ikut serta dalam menentukan sebuah keputusan
secara bersama dan membuat aturan-aturan atau kebijakan organisasi yang disusun bersama.
Saya ikut serta dalam mensukseskan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh BEM KBM
UNJA diantaranya tergabung dalam seksi perlengkapan dan dekorasi, seksi acara, dan lain-lan.

Ikatan Mahasiswa Pendidikan Fisika (IMAPEFSI) Universitas Jambi adalah sebuah organisasi
yang terdiri dari mahasiswa prodi pendidikan fisika fakultas keguruan dan ilmu kependidikan
universitas jambi. IMAPEFSI merupakan lembaga yang mewadahi aspirasi dan advokasi
mahasiswa pendidikan fisika UNJA. Aktif selama 2016 hingga 2019.

Sekertaris Infokom (Informasi dan Komunikasi) yang turut ikut serta dalam mensukseskan
berbagai kegiatan IMAPEFSI terutama dalam bidang informasi,komunikasi,dan Design.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan diantaranya pembuatan design-design terkait kegiatan IMA
atau design dari pamphlet yang di posting pada social media IMA, menyebarka informasi terkait
rangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh IMA serta mempublikasi domumentasi dari
berbagai rangkaian kegiatan IMA dan masih banyak lagi.

UKM Riset dan Penalaran EXIST aktif selama 2016 hingga 2018. UKM EXIST merupakan
organisasi yang bergerak di bidang riset dan penalaran yang terdiri dari berbagai mahasiswa di
setiap jurusan yang ada di Universitas Jambi. Saya ikut serta aktif dalam semua rangkaian acara
yang ada.

Anggota Saya ikut serta dalam menentukan sebuah keputusan secara bersama dan membuat
aturan-aturan atau kebijakan organisasi yang disusun bersama. Serta melakukan tugas yang di
berikan secara bersama-sama dalam setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai