Oleh:
Menyetujui,
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya
sehingga Laporan Total Koasistensi Departemen Reproduksi Hewan Kecil yang
dilaksanakan di Klinik Hewan Vet Care dapat terselesaikan.
Maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat
menyelesaikan koasistensi stase reproduksi khususnya reproduksi hewan kecil
yangberkesempatan ditempatkan di klinik hewan Vet Care.
Kami haturkan terimakasih banyak kepada :
1. drh. Roeswandono W., M.Si selaku dosen pembimbing Departemen
Reproduksi Hewan Besar yang telah membimbing, memberikan petunjuk
dan saran-saran dengan penuh perhatian dan kesabaran.
2. Dr. drh. Miarsono Sigit, MP, selaku Pembimbing yang telah pembimbing,
mengarahkan, memberi dorongan semangat dan penuh kesabaran dan
ketulusan.
3. drh. Yoshi Tara selaku dokter hewan penanggung jawab di Klinik Hewan
Vet Care telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan
mengarahkan kami saat praktek dilapangan.
4. Tim dokter Vet Care yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
membimbing dan mengarahkan kami saat praktek dilapangan.
5. Teman-teman kelompok reproduksi hewan besar dan semua pihak yang
secara tidak langsung membantu terlaksananya koasistensi stase
Reproduksi Hewan Besar.
Kami penyadari bahwa masih diperlukan banyak masukan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat di
harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak.
III
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
LAMPIRAN ……………………….............................................................. 52
IV
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.2 Ovarium...................................................................................................... 4
2.6 Testes.......................................................................................................... 13
2.7 Epididimis................................................................................................... 14
V
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hewan kesayangan merupakan hewan yang sangat menguntungkan untuk
dikembangbiakkan dengan berbagai tujuan dan dapat meningkatkan
kesejahteraan manusia. Salah satu hewan kesayangan yang perlu mendapat
perhatian untuk dipelihara dan dikembangbiakkan adalah kucing. Sebagai
hewan kesayangan, kucing mempunyai daya tarik tersendiri karena bentuk
tubuh, mata dan warna rambut yang beraneka ragam (Mariandayani, 2012).
Kucing (Felis catus) merupakan salah satu hewan berbulu yang banyak
dipelihara orang. Sama halnya dengan hewan peliharaan lainnya, kucing juga
merupakan hasil domestikasi dari miacis yang juga merupakan nenek moyang
dari anjing dan beruang. Miacis ini kemudian mengalami evolusi menjadi
kucing besar seperti singa dan harimau yang kemudian berevolusi menjadi
nenek moyang kucing domestic. Nenek moyang kucing domestic ini pertama
kali ditemukan berdasarkan hasil fosil mumi kucing yang ditemukan di mesir
(Ngitung, 2021).
Populasi kucing yang semakin banyak, menyebabkan semakin banyak
jenis penyakit yang diketahui. Jenis penyakit yang sering menginfeksi pada
kucing dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasite dan juga
penyebab yang lainnya. Banyaknya penyakit yang dapat menyerang pada
kucing sering dijumpai di Klinik Hewan. Salah satunya adalah penyakit
reproduksi salah satu penyakit pada kucing adalah penyakit reproduksi seperti
abortus, retensi plasenta, pyometra, distokia, mumifikasi fetus, maserasi
fetus, prolapsus uteri, dan endometritis (Rahayu dkk., 2021).
Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat
ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan
uterusnya (ovariohysterectomy). Sterilisasi pada hewan jantan atau biasa
disebut dengan kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur
pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica).
Tujuan dilakukan pembedahan ini diantaranya untuk sterilisasi seksual, terapi
karena adanya tumor, dan kerusakan akibat traumatik (Sardjana, 2011)
Pyometra merupakan adanya infeksi pada uterus yang bersifat akut atau
1
kronis ditandai dengan adanya pus (nanah) di dalam uterus. Pyometra terdiri
dari 2 jenis yaitu pyometra terbuka dan juga pyometra tertutup, pyometra
terbuka ditandai dengan adanya leleran pada vagina sedangkan pyometra
tertutup tidak terlihat adanya leleran pada vagina (Rahayu dkk, 2021)
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui secara
langsung dan membahas kasus reproduksi yang terjadi di Vet Care Clinic dari
etiologi penyebab kasus reproduksi hewan kecil, gejala klinis, diagnosa kasus
hingga pada tindakan terapi atau pengobatannya.
2
II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Reproduksi Anjing dan Kucing
2.1.1 Sistem Reproduksi Betina
Sistem reproduksi hewan betina terdiri dari sepasang ovarium dan
sistem duktus (saluran) betina. Sistem duktus betina meliputi oviduct, uterus,
cervix, vagina, dan vulva. Embrional ovarium berasal dan secondary sex cord
dan genital ridge, sedangkan sistem duktus berasal dan mullerian ducts, yaitu
sepasang duktus yang muncul saat perkembangan embrio awal. Pada dasarnya
saluran reproduksi pada anjing dan kucing adalah sama, namun bervariasi
dalam ukuran. Saluran reproduksi betina didesain untuk menampung fetus
selama masa kebuntingan (Aspinal and Cappello, 2015).
3
hilus. Bagian korteks berisi folikel-folikel, corpus luteum, stroma, pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan serabut otot polos. Di bagian paling luar, ovarium
dikelilingi oleh epitel germinal dan terbungkus oleh tunika albuginea (Aspinal
and Cappello, 2015).
4
B. Tuba Falopii / Oviduct
Tuba falopii atau disebut oviduct berjumlah sepasang. Secara umum
oviduct berfungsi sebagai alat transportasi bagi ovum dan spermatozoa dalam
arah berlawanan ke tempat pembuahan, bertindak sebagai kelenjar yang
menyediakan makanan untuk ovum, tempat kapasitasi spermatozoa, tempat
terjadinya fertilisasi, dan sebagai tempat pembuahan ovum yang dibuahi (zigot).
Tuba fallopii atau oviduct terletak di tiap sisi dari uterus dan berasosiasi dengan
tiap ovarium. Setiap oviduct di uterus berada di sepanjang batas superior
ligament. Bagian dari ligament tersebut secara langsung berhubungan dengan
oviduct dan disebut mesosalpinx. Salah satu ujung dari oviduct terbuka ke
bagian rongga peritoneal yang berguna untuk menerima oosit yang telah masak
hasil ovulasi ovarium yang disebut infundibulum (Nugroho, 2015).
5
Gambar 2.3 Tuba fallopii
C. Uterus
6
dan spongiosum. Stratum compactum dan stratum spongiosum berkembang
menjadi stratum fungsionale selama masa awal siklus menstruasi (Fase
proliferasi). Stratum fungsionale divaskularisasi oleh Arteria spiralis yang
berkelok-kelok sehingga disebut coiled arteri. Arteria spiralis akan membentuk
arteriol, kemudian anyaman kapiler di permukaan endometrium. Stratum
fungsionale akan dilepaskan atau meluruh pada saat fase menstruasi. Stratum
basale berada dekat dengan miometrium. Divaskularisasi oleh arteria basalis atau
arteria straight yang berbentuk lurus dan pendek. Lapisan ini bersifat permanent
dan membentuk stratum fungsional baru ketika setelah menstruasi (Nugroho,
2015).
7
kantung vesicouterine. Bagian lateral perimetrium uteri menjadi broad ligament.
Sedangkan bagian fundus dan posterior ditutupi oleh tunika serosa (yang terdiri
dari selapis sel epitel gepeng yang disebut mesotel.
Ada empat tipe uterus yang ditemukan pada hewan mamalia yaitu :
• Uterus Duplex = Memiliki dua korpus uteri, dan cornua uterus terpisah
sempurna. Tipe uterus ini dimiliki oleh tikus, mencit, kelinci, marmut dan
hewan kecil lainnya.
• Uterus Bicornua = Terdiri dari satu corpus-uterus yang kecil dan pendek,
dua cornua-uterus yang panjang berkelok-kelok, dan satu cervix.
Pertemuan antara kedua cornua uteri yang lebih dekat pada corpus uteri,
memberi kesan bahwa corpus uteri lebih besar dari yang sesungguhnya,
bahkan kadangkadang uterusnya terlihat seperti uterus bipartite. Tipe
uterus ini dimiliki oleh babi dan hewan insectivora.
• Uterus Bipartite = Terdiri dari satu cervix dan satu corpus-uterus yang jelas,
kecuali kuda terdapat septum antara cornua kanan dan cornua kiri. Tipe
uterus ini dimiliki oleh domba, sapi, kerbau, kucing, anjing dan kuda.
• Uterus Didelphia = Uterus tipe ini dimiliki oleh hewan berkantung, seperti
opossum, kanguru, dan platypus. Semua saluran kelaminnya terbagi dua
yaitu dua kornua uteri, dua korpus uteri, dua servik, dan dua vagina
(Nugroho, 2015).
D. Serviks
8
berbedabebeda (Junaidi, 2015).
Fungsi serviks yang utama adalah menutup lumen uterus, sehingga tidak
memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik ke dalam uterus. Lumen
serviks selalu tertutup, kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Pada waktu
birahi hanya terbuka sedikit untuk memberi jalan masuk bagi semen. Dinding
serviks terdiri dari mukosa, muskularis dan serosa. Mukosa serviks tersusun
dalam lipatan-lipatan, berepithel kolumnar tinggi. Sel-sel goblet pada lumen
serviks berlipat-lipat dan bercabang-cabang hingga permukaan sekretorisnya
menjadi luas. Sekresinya bersifat mukus, jumlah dan viskositasnya berubah
menurut fase siklus birahi. Lapisan otot serviks kaya akan jaringan fibrosa,
serabut-serabut otot polos, jaringan kolagen dan jaringan elastis (Damayanti dkk,
2013).
Pada waktu birahi sel-sel goblet pada dinding lumen serviks
menghasilkan sekresi yang banyak mengandung air. Fungsi dari cairan serviks
adalah memberi jalan dan arah bagi spermatozoa yang disemprotkan oleh penis
dalam vagina. Spermatozoa yang akan berenang mengikuti arah asal cairan
tersebut. Sekaligus fungsi cairan serviks juga menyeleksi spermatozoa yang
tidak berenang menuju ke depan akan tidak dapat masuk ke dalam serviks,
melainkan akan berputar-putar di muka serviks. Pada hewan bunting, sekretum
yang bersifat mukus dari kanalis servikalis menutup os serviks. Sekretum yang
kental, yang merupakan sumbat pada kaalis servikalis, sesaat sebelum kelahiran,
yaitu pada stadium pembukaan serviks, mencair. Mungkin pencarian ini terjadi
dibawah pengaruh suatu hormon. Setelah sumbatnya mencair, serviks
keseluruhannya merileks (Damayanti dkk, 2013).
E. Vagina
9
karena itu, pemeriksaan preparat apus vagina tidak bisa digunakan untuk
mendiagnosa fase dalam siklus estrus maupun abnormalitas hormonal
(Octaviana dkk, 2021). Adapun fungsi vagina yaitu sebagai organ kopulasi,
tempat penampungan spermatozoa sementara setelah kawin alam, transport
spermatozoa, sebagai saluran pembuangan dan saluran di atasnya, dan jalan
lewat fetus pada saat partus.
F. Genitalia Externa
Organ genitali betina terdiri atas, vulva, vestibulum, labium dan clitoris.
Organ genitalia eksterna betina sering disebut sebagai vulva atau pudendum
yang terdiri dari vestibula. Vulva adalah bagian genitalia eksterna betina yang
terdapat antara vagina dengan bagian terluar dari organ eksterna. Hubungan
antara vagina dengan vulva ditandai adanya orifis uretral eksterna. Pada posisi
cranial terhadap orifis uretral eksterna dijumpai adanya hymen vestigeal.
Hymen tersebut terkadang rapat dan mempengaruhi kopulasi. Sementara itu,
estibula vagina merupakan bagian tubuler dari sistem reproduksi eksterna betina.
Vestibulum merupakan perbatasan antara daerah vagina dengan vestibulum
yang ditandai oleh orificium urethra externa dan struktur seperti benang disebut
hymen. Pada sapi, kuda, dan domba keberadaan hymen ini kadang sangat
menonjol sehingga terlibat dengan kopulasi. Panjang vestibulum pada sapi
sekitar 10 cm. Bagian orificium urethra terletak di bagian ventral (Nugroho,
2015).
Di vestibulum sendiri terdapat struktur diverticulum suburethra yang
merupakan kantong buntu, dan memiliki kelenjar bartholin, serta ductus
Gartner’s. Kelenjar Bartholin, strukturnya mirip dengan kelenjar bulbourethralis.
Kelenjar Bartholin mensekresikan mukus, dan jumlahnya meningkat saat estrus.
Sementara itu, duktus Gartner’s merupakan sisa dari duktus Wolfii yang tidak
berkembang. Bagian labium terdiri dari labium majus dan labium minus. Bagian
labium majus terdapat deposit lemak, jaringan yang elastis, serta lapisan
muskulus. Struktur permukaan luar mirip seperti kulit. Pada labium minus
dijumpai adanya jaringan ikat seperti spon dan mengandung kelenjar. Clitoris
tersusun oleh jaringan erektil yang ditutupi oleh sel squamous, dan dijumpai
sensor ujung syaraf. Pada sapi sebagian clitoris terbenam dalam mukosa
10
vestibulum, namun pada kuda clitoris sangat berkembang baik. Sementara itu
bentuk clitoris babi panjang, sinous, dan ujungnya menguncup membentuk
bangunan seperti corong (Nugroho, 2015).
2.1.2 Hormon Reproduksi Betina
Hormon Fungsi
Estrogen Inisiasi tingkah laku seksual, merangsang ciri seks
sekunder, pertumbuhan saluran reproduksi, kontraksi
uterus, pertumbuhan saluran kelenjar susu, kontrol
pelepasan-pelepasan gonadotropin, merangsang up
take kalsium pada tulang, efek anabolik.
Progesteron Sinergis efek dengan esterogen dalam inisiasi tingkah
laku birahi dan penyiapan saluran reproduksi untuk
implantasi, merangsang perumbuhan alveoli kelenjar
susu kontrol sekresi gonadotropin.
Realising Hormon Merangsang pelepasan FSH-LH.
LH-RH
Folicle Stimulating Perangsang pertumbuhan folikel, spermatogenesis
Hormone (FSH) dan esterogen
11
2.1.3 Sistem Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testes (testikel) yang terbungkus
di dalam skrotum. Testis menghasilkan spermatozoa (sel kelamin jantan) dan
testosterin atau hormon kelamin jantan. Saluran-saluran kelamin terdiri vas
eferens, epididimis dan vas deferens sedang kelenjar-kelenjar kelamin hanya
terdiri dari prostata sedang kelenjar vesikula seminalis dan bulbouretralis tidak
dijumpai. Organ primer / testis berjumlah dua buah yang terdapat di dalam
kantong luar yang disebut skrotum (Weinbauer et al, 2012).
12
funikulus spermatikus adalah saraf otonomik dari ginjal dan plexus mesenteric
dari belakang, pembuluh limfe dan otot kremaster dalam yang membungkus
bagian-bagian tersebut di atas. Semua komponen tersebut terdapat didalam lapisan
viseral tunika vaginalis sedang duktus deferens lewat sendiri di tengah-tengah
mesorchium (Febby dkk., 2021).
A. Testis
13
dan mengandung pembuluh darah yang telihat berkelok-kelok serta pembuluh
syaraf (Mughniati, 2015).
Testis kucing menggantung ke bawah dan terbungkus dalam kantong
skrotum dan berbentuk bulat, dimana dalam skrotum berisi dua lobi testes yang
masing-masing lobi mengandung satu testes. Pada bagian tunika albugenia
terdapat arteri, sehingga dalam prosedur kastrasi untuk proses insisi harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi bleeding atau perdarahan
(Mughniati, 2015).
B. Epididimis
14
motil membutuhkan kemampuan motilitas dan fertilisasi. Studi telah
membuktikan bahwa, epididimis mensekresikan cairan yang berfungsi untuk
meningkatkan kematangan spermatozoa, kemampuan bergerak lebih aktif
(Nugroho, 2015).
15
terletak pada bagian ujung bawah testes. Dinding epididymis terdiri dari
lapisan otot sirkuler dan epitel berbentuk kubus. Batas antara ketiga
bagian dari epididymis dibedakan berdasarkan susunan histologinya.
Pada bagian kaput secara histologis dicirikan atas epitel dengan stereo
silia yang tinggi, pada bagian corpus dengan stereo silia yang tidak lurus
dan lumen lebih lebar, sedangkan bagian kauda ditandai stereo silia yang
pendek, lumen yang lebih lebar dan banyak timbunan sel spermatozoa
(Damayanti dkk, 2013).
16
saluran. Kelenjar-kelenjar ampula mensekresikan fruktosa dan asam sitrat
(Nugroho, 2015).
D. Skrotum
17
Cairan yang diproduksi oleh vesikula seminalis mengandung protein-
protein dan mukus. Cairan vesikula seminalis bersifat alkaline berfungsi
untuk membantu ketahanan hidup spermatozoa di lingkungan yang asam
di daerah vagina. Cairan vesikula seminalis juga mengandung fruktosa
sebagai sumber nutrisi sel spermatozoa. Fruktosa digunakan sebagai
sumber energi agar dapat bertahan hidup hingga dapat memfertilisasi sel
telur (Nugroho, 2015).
Prostate
Kelenjar prostat merupakan kelenjar eksokrin yang membatasi
bagian akhir inferior kantung urine dan mengelilingi urethra. Kelenjar
prostat mensekresikan sejumlah besar cairan penyusun semen. Cairan
tersebut berwarna keputihan dan mengandung enzim-enzim, berbagai
protein dan senyawa kimia lain yang mendukung dan melindungi
sperma selama diejakulasikan. Kelenjar prostat sendiri tersusun
diantaranya oleh jaringan otot polos yang dapat berkontraksi mencegah
aliran urine atau semen (Nugroho, 2015).
Cowper Gland’s
Kelenjar Cowper atau kelenjar bulbourethralis merupakan
sepasang kelenjar eksokrin seukuran biji kacang. Kelenjar
bulbourethralis terletak dibagian inferior dari prostate dan anterior anus.
Kelenjar bulbourethralis mensekresikan cairan alkaline ke dalam urethra
yang berfungsi sebagai lubrikasi dan menetralisir kondisi asam dari
urine yang tersisa di urethra setelah proses urinari. Cairan
bulbourethralis yang masuk ke urethra selama aktivitas seksual hingga
ejakulasi dimaksudkan untuk persiapan urethra untuk aliran semen
(Nugroho, 2015).
18
F. Urethra
Penis pada anjing dan kucing terbagi atas tiga bagian yaitu bagian
pangkal, badan dan ujung tudung (glans) penis. Ukuran penis sangat pendek dan
bagian pangkal penis anjing dapat membesar seperti balon bila mengalami
ereksi. Namun demikian beberapa spesies ditemukan os (tulang) penis pada
bagian glans penis yang panjangnya 3-4 mm (seringkali ditemukan dalam
keadaan rudimenter). Panjang glans penis sekitar 1 cm dan diselimuti oleh spina
(papilla numerous) yang tajam pada kucing. Preputium merupakan selubung
bagian ujung anterior penis, selubung ini merupakan suatu lipatan kulit. Selaput
lendir dari preputium ini berkelenjar dan sekresinya bersifat lemak, sekresi
kelenjar ini bercampur dengan epitel yang rusak sehingga berbau merangsang
yang disebut smegma prepusium. Muara luar prepusium disebut orificium
praeputi (Junaidi, 2013).
19
2.1.4 Hormon Reproduksi Jantan
Hormon Fungsi
Inhibin Inhibin merupakan hormon glikoprotein yang
diproduksi oleh Sel Sertoli yang berperan
secara nyata menghambat produksi dan sekresi
FSH oleh hipofisis anterior.
FSH Hormon gonadotropin yang disekresikan oleh
hipofisis anterior dan mempunyai peran utama
terhadap testis, akan berikatan dengan reseptor
pada testis yang kemudian akan menyebabkan
efek pada steroidogenesis dan gametogenesis.
Androgen Perkembangan dan pemeliharaan kelenjar seks
assesori, merangsang ciri seks seknder dan
kelakuan seksual, spermatogenesis dan efek
anabolik.
Aktivin Merangsang pelepasan FSH dari
hipofisis.
20
Pyometra merupakan infeksi pada uterus (rahim) yang dapat bersifat akut
maupun kronis dengan adanya akumulasi nanah di dalam uterus. Pyometra sering
tidak terdeteksi pada awal infeksi, biasanya pyometra baru diketahui pada saat
penyakit sudah parah. Kucing betina yang terkena Pyometra dapat menunjukkan
tanda klinis keluarnya leleran dari vagina (pyometra terbuka) atau tanpa
mengeluarkan leleran (pyometra tertutup). Pyometra tertutup harus segera
ditangani untuk mencegah terjadinya sepsis dan kematian pasien (Simarmata,
2020). Umumnya bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan kucing dengan
pyometra adalah bakteri yang normal ditemukan pada uterus kucing sehat (Misk
dan ELsherry, 2020).
21
merupakan respon fisiologis tubuh terhadap gangguan dari faktor eksternal atau
gangguan luar tubuh (Kenide, 2016).
Pada siklus estrus, uterus dipengaruhi oleh hormon estrogen dalam waktu
singkat namun pengaruh progesteron berlangsung selama 9-12 minggu yang
diikuti dengan ovulasi, serta persiapan kebuntingan. Kebuntingan akan
menyebabkan penebalan endometrium, peningkatan sekresi glandular, dan
penghambat keluarnya cairan dengan stimulasi penutupan serviks. Progesteron
juga menyebabkan relaksasi myometrium dan menghambat aktivitas leukosit di
dalam endometrium yang dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan bakteri.
Siklus diestrus merupakan kondisi yang baik untuk bakteri tumbuh. Pada siklus
estrus, bakteri flora normal dapat memasuki uterus melalui serviks yang terbuka.
22
(Bergestrom, 2017). Tanda-tanda klinis bervariasi tergantung pada berat
ringannya penyakit. Pyometra paling umum terlihat pada kucing yang berusia
lebih tua. Secara umum tanda klinis pyometra antara lain adanya penurunan nafsu
makan, depresi, banyak minum, lesu, dan perut membesar dengan atau tanpa
adanya leleran vagina serta disertai terjadinya polyuria (Pemayun dan Farhani,
2016). Pyometra merupakan peradangan kronis mukosa uterus (endometrium)
yang ditandai dengan nanah dalam uterus, adanya discharge yang keluar dari
vulva, menyebabkan gangguan reproduksi yang bersifat sementara (infertil) atau
permanen (majir) (Sayuti et al., 2012). Pada hewan yang terinfeksi pyometra
terbuka rasa sakit akan sedikit terasa secara sistemik, adanya leleran vagina
berwarna kuning-hijau, kecoklatan atau kemerahan, kental, dan lelerannya berbau
dan merupakan ciri khas dari pyometra. Pada kasus pyometra tutup akan
mengalami rasa sakit yang berlebih, lemas, tidak mau makan, demam, muntah,
terkadang pada abdomen terlihat membesar seperti bunting (Patrick, 2016).
2.2.2 Caesar
Operasi caesar adalah prosedur operasi (bedah) untuk mengeluarkan
janin (fetus) dengan insisi (membuka) melalui dinding abdomen (laparotomy)
dan uterus (hiskotomi). Terkadang bedah caesar atau bedah caesar sering
dilakukan atau tindakan pembedahan yang biasa dilakukan, yang berhubungan
dengan tingkat keselamatan induk dan anak. Tindakan ini dipilih karena
keadaan emergency. Jika tindakan ditunda lebih dari 24 jam (Brooks,2020).
23
Banyak hal yang menyebabkan anjing harus dilakukan tindakan caesar
diantaranya, yaitu:
Pendekatan bedah untuk Cesarean section terdiri dari standing (left atau
right flank, lateral oblique), lateral recumbency (left atau right flank, high, low
ventral oblique), dan dorsal recumbency (left atau right paramedian, ventral
midline). Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan
pendekatan operasi didasarkan pada tipe distokia, kondisi hewan, dan kondisi
lingkungan, ketersediaan tenaga pembantu, dan selera pembedah (Vermunt,
2011).
24
fetus dalam cervix. Tahap kedua, kelahiran ditandai dengan dilatasi yang
sempurna dari cervix hingga fertus dilahirkan. Selama tahapan ini kontraksi
uterus terjadi secara regular dan kuat. Dan tahap ketiga yaitu pengeluaran
plasenta. Kontraksi uterus masih berlangsung pada tahap ini akan tetapi
intensitasnya semakin rendah dibandingkan tahap kedua (Harber, 2018).
Mencari tempat yang sepi dan terpencil. Satu atau dua minggu sebelum
melahirkan kucing akan mulai mencari tempat sepi dan terpencil untuk
melahirkan nanti.
Selera makan berkurang. Biasanya selera makan anjing akan berkurang
ketika sudah dekat masa melahirkan. Biasanya disebabkan kucing sudah
mulai mudah lelah dan sulit bergerak.
Tidur lebih lama dari biasanya. Umumnya anjing bisa tidur selama 16-
18 jam per hari. Jika si kucing tidur lebih lama dari biasanya bisa jadi ia
sudah mendekati masa melahirkan.
25
hormonal serta pengendalian populasi kucing. Ovariohysterectomy merupakan
teknik yang paling sering dilakukan di Amerika Serikat dan Canada, sedangkan
Ovariectomy sering dilakukan di Belanda dan beberapa negara Eropa lainya.
Ovariohysterectomy mengurangi resiko, juga merupakan solusi pada kejadian
pyometra, cystic endometrial hyperplasia, kebuntingan semu (pseudo-pregnancy)
dan kondisi patologis pada uterus lainnya (Prayoga dkk., 2021).
26
jari. Untuk memastikan bahwa yang akan diangkat adalah uteri, ditelusuri ke
kaudal untuk menemukan biforkasio uteri dan ke kranial untuk menemukan
ovarium. Setelah 7 ovarium ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum
suspensarium pada ujung proksimal ovarium. Ditelusuri dan dilakukan pemutusan
ligamentum suspensariumagar ovarium dapat dikeluarkan (Dewi dkk., 2019).
27
melalui pendekatan scrotalis juga umum dilakukan yaitu melakukan insisi pada
kulit skrotum diatas raphe scrotalis (Sudisma et al., 2006).
2.2.6 Cryptorchid
Cryptorchid bisa ditemukan pada pure breed, mix breed maupun domestik
breed (Tibary and Memon, 2001). Cryptorchid paling umum ditemukan pada
anjing toy breed seperti chihuahua, miniature schnauzer, pomeranian, poodle,
cocker spaniel dan yorkshire terrier, sedangkan anjing medium – large breed
28
seperti shetland sheepdog, siberian husky dan german shepherd dog (Tibary and
Memon, 2001; Bright, 2011).
29
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Kegiatan
Kegiatan koasistensi reproduksi hewan kecil dilakukan di Klinik
Hewan Vet Care Surabaya pada tanggal 2 November – 28 November
2023. Kegiatan ini diikuti oleh peserta koasistensi :
No. Nama NPM
1. Elvira Maulidah 22830067
2. Fellah Attaqy Sukendra 22830083
3. Lalu Wahyu Rizaldy 22830035
4. Satya Santana Ishari 22830042
5. Selina Putri Sejati 22830022
6. Richardo Lumentut 22830070
3.1.2.1 Kelahiran
Normal (Eutachia)
Ambulatoir 1
Tanggal : 10 November 2023
Warna : White
30
Anamnesa : Nafsu makan berkurang, bunting pertama, usia
kebuntingan 62 hari.
Warna : Cream
R/ Cefadroxil 31 mg
Mefinal 46,5mg
Dexamethason 1/8 tab
Glucose q.s
31
m.f pulv dtd no X
S 2dd pulv 1 p. c
#
Ambulatoir 2
Tanggal : 20 November 2023
Warna : Abu
BB/Temperatur : 4 kg / 36,9⁰C
R/ Cefadroxil 40mg
Mefinal 60mg
Dexamethasone 1/8 tab
Glucose q.s
m.f pulv dtd no X S 2dd pulv 1 p. c
#
32
3.1.2.3 Ovaryhisterectomy
Ambulatoir 1
Tanggal : 21 November 2023
Pemilik / Alamat : Tn. Budi / Dukuh Kupang 21
Hewan / Breed : Kucing / DSH
Warna : Oranye
33
Anamnesa : Kucing sehat, makan dan minum normal,
defekasi dan urinasi normal.
Diagnosa : Ovariohisterektomi
R/ Cefadroxil 23 mg
Mefinal 34,5mg
Glucose q.s
m.f pulv dtd no X
S 2dd pulv 1 p. c
#
3.1.2.4 Kastrasi
Ambulatoir 1
Warna : Oranye
34
Anamnesa : kucing sehat, makan dan minum normal,
defekasi dan urinasi normal.
BB / Temperatur : 3 kg / 38,8 ⁰C
R/ Cefadroxil 30 mg
Mefinal 45 mg
Glucose q.s
S 2dd pulv 1 p. C
#
Ambulatoir 2
Warna : Coklat
35
Tindakan medik : Penanganan dilakukan tindakan Kastrasi
(Orchidektomi), pasca operasi di injeksi
Ceftriaxon 0,31 ml intramuskuler dan injeksi
Tolfedine 0,077 ml subkutan, injelsi Betamox
LA 0,4 ml secara subkutan.
R/ Cefadroxil 31mg
Mefinal 46,5mg Glucose q.s
m.f pulv dtd no X
S 2dd pulv 1 p. C
Ambulatoir 3
36
R/ Cefadroxil 47mg
Mefinal 70mg
Glucose q.s
M.f pulv dtd no X
S 2dd pulv 1 p. c
#
3.2 Pembahasan
3.2.1 Partus Normal (Eutokia)
Kelahiran normal (Eutachia) merupakan kejadian fisiologis
yang seringterjadi pada setiap hewan betina bunting. Proses kelahiran
terbagi dalam 3 tahap, tahap pertama hewan akan sangat gelisah, gugup
dan berusaha mencari tempat. Tahap ini akan berlangsung 6-12 jam, dan
pada tahap ini hewan sering kali tidak mau makan, gelisah. Tahap kedua
ini ditandai dengan pembukaan dari serviks secara sempurna. Anjing
biasanya rebah lateral selama proses melahirkan namun beberapa kali juga
berjalan berkeliling dan berhenti kemudian merejan dengan posisi jongkok
(Junaidi, 2006).
Khoriollantois normalnya di setiap anak anjing pecah pada inlet
pelvis, sehingga akan ada cairan melalui vulva sebelum melahirkan. Posisi
normal anak anjing yang lahir 60% pada presentasi longitudinal anterior
dan 40% pada pressentasi posterior. Interval kelahiran disetiap anak adalah
5-60 menit dan akan cinderung lama pada anak terakhir. Tahap ketiga
merupahan tahap istirahat dan ini terjadi diantara melahirkan di setiap anak
anjing yang keluar. Kontrasi ringan dan persalinan setelah melahirkan
terjadi selama tahap ini (Junaidi, 2006).
3.2.2 Sectio Caesaria
Distokia merupakan suatu kondisi induk yang tidak dapat
mengeluarkan fetus selama proses kelahiran melalui jalan lahir dan
membutuhkan bantuan manual. Insidensi distokia bervariasi sesuai dengan
jenis anjing yaitu ras brachycephalica seperti French Bulldog yang
memiliki insiden yang lebih tinggi daripada anjing persilangan karena
ukuran kepala fetus yang besar. Indukan ras French Bulldog tidak
37
mempunyai leher yang panjang sehingga saluran pernafasan menjadi
pendek dan menyebabkan anjing ras brachyochepalica tidak kuat untuk
merejan (Sahoo, et al., 2018).
Faktor anatomi dan genetik, anjing yang mempunyai pelvis sempit
dan anak yang dikandung berukuran lebih besar, induk akan mengalami
kesulitan dalam melahirkan secara normal, sehingga menyebabkan faktor
keturunan secara genetik akan diturunkan kepada anak. Penyebab distokia
dari anjing betina berasal dari causa fetus atau causa maternal dengan
insidensi yang lebih tinggi pada causa fetus
38
Caesarea sering terjadi pada anjing kecil dan jenis brachyocephalic
(Sudisma, 2006).
39
Penjahitan kulit dilakukan dengan pola jahitan matras silang menggunakan
benang catgut chromic 3.0. Luka jahitan diberi antiseptik dan ditutup
menggunakan perban. Kesembuhan luka operasi akan dicapai pada 10-14
hari pascaoperasi dan pelepasan jahitan kulit dapat dilakukan 7–10 hari
pascaoperasi. Induk dan anak yang dilahirkan ditempatkan pada ruang
khusus untuk selalu dalam pantauan/observasi dan anak yang dilahirkan
diberikan colostrum dari susu induk (Robertson and White, 2020).
40
Penggunaan cefadroxil sebagai terapi setelah caesar dilakukan agar
terhindar dari infeksi bakterial. Golongan cephalosporin ini terindikasi
untuk saluran reproduksi dengan mekanisme kerja yaitu menghambat
enzim transpeptidase, enzim yang berperan dalam tahap akhir sintesis
lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri (Rebuelto and Loza, 2010). Asam
mefenamat adalah salah satu jenis obat yang masuk dalam golongan Obat
antiinflamasi non- steroid (OAINS). Mekanisme kerja asam mefenamat
yaitu dengan cara menghalangi efek enzim yang disebut cyclooxygenase
(COX). Enzim ini membantu tubuh untuk memproduksi bahan kimia yang
disebut prostaglandin.Prostaglandin ini yang menyebabkan rasa sakit dan
peradangan. Dengan menghalangi efek enzim COX, maka prostaglandin
yang diproduksi akan lebih sedikit, sehingga rasa sakit dan peradangan
akan mereda atau membaik (Zulkifli, 2019). Dexamethasone adalah
golongan anti inflamasi steroid yang bekerja dengan melewati membran sel
dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid di sitoplasma.
41
singkat dan sangat sedikit memberikan efek samping karenanya menjadi
anastetika pilihan yang memberikan tingkat keamanan yang tinggi dan
maksimal.
Zoletil dapat diberikan dengan mudah secara intramuskuler dan
akan menghilangkan refleks penderita serta kesadaran penderita hilang
dalam waktu ± 5 menit sedangkan pada pemberian melalui intravena,
hilangnya refleks dan kesadaran penderita akan dicapai dalam waktu ± 1
menit. Dosis Zoletil yang diinjeksikan adalah 0,2 ml/kgBB. Daerah
umbilikus ke arah caudal dicukur bersih bulunya kemudian kulit
dipersiapkan secara aseptik untuk pembedahan dengan pemberian alkohol
70% dan povidone iodine, selanjutnya dilakukan pemasangan drape steril.
Insisi dilakukan sekitar 1-2 cm caudal dari umbilikus pada kulit dan
subkutan sepanjang 5 cm dan linea alba akan terlihat (Kiani, et al., 2014)
42
diligasi kemudian dipotong. Ligasi pada korpus uteri dilakukan dengan
jahitan angka-8 menggunakan PGA 3/0. Korpus uteri dipotong dekat
serviks uteri dan selanjutnya potongan kornua uteri dan ovarium dapat
dilepas. Setelah itu diperiksa adanya perdarahan pada ujung korpus uteri
yang telah diligasi, dipotong, dan dibuka klem arterinya.
43
acid memperlihatkan efek farmakologis yang mirip dengan aspirin dan
ampuh menghambat cyclooxygenase (Septhayuda dkk., 2021).
44
Kastrasi dilakukan dengan Premedikasi atropin sulfat dengan dosis
0.1 x BB dengan menginjeksikan secara subcutan, kemudian ditunggu 15
menit lalu di anastesi secara intramuskular dengan zoletil dosis 0.2 x BB.
Setelah teranastesi bulu bulu pada scrotum dan daerah sekitar scrotum di
cukur sampai besih, setelah itu kucing di rebah dorsal, ke empat
ekstremitas difiksasi dalam posisi simetris. Olesi dengan povidon iodin
pada area scrotum. Kemudian dipasang surgical drape (Aulanni 2013).
45
metode yang sama. Setelah kedua testis terambil, kemudian diirigasi
dengan menggunakan spuit yang berisi povidon iodin di sekitar ligasi.
berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi bakteri yang dapat
menghambat proses penyembuhan. Setelah kedua testis telah dipotong,
selanjutnya dilakukan penjahitan pada kulit bagian luar yang diinsisi
menggunakan benang nonabsorabel dengan jahitan terputus sederhana
(Sudisma, 2006).
46
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, F., & Romadhiyati, F. (2021). Penyembuhan Luka Pasca Kastrasi Pada
Kucing Jantan Dengan Menggunakan Sediaan Propolis Cair. Jurnal
AgroSainTa: Widyaiswara Mandiri Membangun Bangsa, 5(1), 1–8.
https://doi.org/10.51589/ags.v5i1.59 Aspinal, Victoria. (2015).
Reproductive system of the dog and cat Part 2 -the male system.
Veterinary Nursing Journal, 26(3):89-91.
Brooks, G.F., Carroll, K.C, Butel, J.S., Morse. 2020. Mikrobiologi Kedokteran.
47
Damayanti, T.S., Ismudiono, P.S. 2013. Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga
University Press. Surabaya.
Dewi, K.E.D.P., I.W. Wirata, dan I.G.A.G.P. Pemayun. 2019. Laporan Kasus:
Ovariohisterektomi untuk Penanganan Endometritis 50 pada Anjing
Ras Persilangan. Indonesia Medicus Veterinus, 8(6):750-761.
Ettinger Sj, Feldman EC. 2005. Veterinary Internal Medicine. SWB Saunders,
1694 – 1695.
Febby, F.B., Pudji, S., Dadik, R., Trilas, S., Tri, W.S., Indah, N.T. 2021. Kualitas
Semen Sapi Pejantan Berdasarkan Umur, Suhu, dan Kelembaban di
Taman Ternak Pendidikan Universitas Airlangga. Ovozoa 10 : 80-88.
Fossum, T. W., Cho, J., Dewey, C.W., Hayashi, K., Huntingford, J. L., and
MacPhail, C. M. 2019. Small Animal Surgery, 5th Edition. Elsevier
Inc. Philadelphia.
Harbers, F. 2018. Untersuchungen Zur Gegurt Und Post Partalen Morbiditat Der
Kalber Beim Thailandischen Sumpfbuffet (Bubalus Bubalis). Disertasi
(Glessen: Justus Liebg Univ)
Jawetz, Melnick & Adelberg. Ed. 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Junaidi, A. 2013. Reproduksi Dan Obstetri pada Kucing. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
48
Mughniati, S. 2015. Pengaruh Ekstrak Biji Kapuk (Ceiba pentandra Gaertn)
sebagai Obat Kontrasepsi pada Kucing Lokal (Felis Domestica)
Ditinjau dari Kualitas Sperma dan Organ Reproduksi Jantan.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Muslim, Z., Novrianti, A., dan Irnameria, D. 2020. Resistance Test of Bacterial
Causes of Urinary Tract Infection Against Ciprofloxacin and
Ceftriaxone 26 Antibiotics. SANITAS: Jurnal Teknologi dan Seni
Kesehatan. 11(2): 203 – 212.
Nugroho, R.A. 2015. Reproduksi Perkembangan Hewan. Buku Ajar. Yogyakarta.
Pemayun, I.G., dan Farhani, A. 2016. Studi Kasus Penanganan Pyometra Pada
Kucing Lokal. Universitas Udayana : Bali.
Pereira. 2018. Tindakan Medis Untuk Pyometra Pada Kucing. Jurnal Medik
Veteriner. 5 (1): 124 – 130.
Prayoga, S.F., Neneng, I.M., Eko, M.Z.A., Lianny, N. 2021. Ovariohysterectomy
pada Kucing Liar. Ovozoa. 10(3): 98-104.
49
Robertson, S., and White, S. 2020. Cesarean Section Anesthetic Considerations.
Romagnoli SE. 1991. Canine Cryptorchidism. Vet Clin North Am Small Animal
Pract.
Sahoo, A. K., Nath, I., Nahak, A., Behera, S. S., Parija, D., and Nayak, S. P.
2018. Surgical Management of Dystocia due to Secondary Uteriner
Inertia in Dog-Case Report. EC Veterinary Science. 3(1): 260 –
265.
Sardjana, I Komang Wiarsa., Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner Cetakan
Pertama. Airlangga University Press: Surabaya
Sardjana, I. K. M. 2003. Penggunaan Zoletil dan Ketamine untuk Anestesia
pada Felidae. Berk. Penel. Hayati. 9(1): 37 – 40.
Sayuti, A., Juli, M., Amrozi., Syafruddin., Roslizawaty., Yudha, F. 2012.
Gambaran Klinis Sapi Pyometra Sebelum dan Setelah Terapi Dengan
Antibiotik dan Prostaglandin Secara Intra Uteri. Jurnal Kedokteran
Hewan Vol.6(2). ISSN : 1978-225X.
Sudisma, IGN, Pemayun IGAGP, Wardhita AAGJ, dan Gorda IW. 2006. Ilmu
Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar: Penerbit Universitas
Udayana.
Tibary and Memon. 2001. Cryptorchidism in Dogs and Cat. Advances in Small
Animal Reproduction. International Veterinary Information Service
(IVIS) New York, USA.
Tilley, Larry P., and Smith, Francis W.K. Jr. 2016. Blackwell’s Five-Minute
Veterinary Consult : Canine and Feline. 6th ed. Wiley Blackwell.
50
Tophianong C.T dan Utami T, (2019). Laporan Kasus: Orchitomy pada Anjing
Penderita Cryptorctochid Bilateral. Jurnal Kajian Veteriner Vol. 7 No.
1 : 62-69 (2019).
Zulkifli, Z. 2019. Uji Efek Analgetik Ekstrak Akar Binasa (Plumbago indica L)
Asal Kabupaten Sidenreng Rappang Terhadap Mencit Dengan Metode
Writhing Reflex Test. Jurnal Herbal Indonesia. 1(1): 43 – 49.
51