Anda di halaman 1dari 107

Antalogi Cerita Cinta

Kita Kala Itu

Tiara Alvira Putri, dkk.

Editor: Ratna Komala Juwita

Pembuat Cover: Tiara Alvira Putri

Diterbitkan:

Tangerang, 29 Januari 2024

Hak cipta dilindungi umdamg-undang. Dilarang


memperbanyak maupun mengedarkan buku
dalam bentuk dan segala cara apapun tanpa ijin
tertulis dan penerbit maupun penulis.
Kita Kala Itu
Karya :

1. Tiara Alvira Putri


2. Karromah
3. Syera Drinna
4. Dafa Dharma
5. Akhdanazra Kusuma
6. Kiera Dubela
Hak cipta dilindungi undang-undang.

All rights reserved

Penyunting : Ratna Komala Juwita

Jumlah Halaman : 102 halaman

Desain Sampul : Tiara Alvira Putri

Penata Isi : Kelompok 1

SMAN 5 Tangerang

Jl. Ciujung Raya No. 3 Perumnas 1Tangerang

ii
Sambutan Kepala Sekolah

“Assalamualaikum wr wb, saya kepala sekolah SMA


Negeri 5 Tangerang menyambut baik dan pada
kesempatan ini terkait dengan tugas Bahasa Indonesia
pembuatan cerpen yang bertemakan cinta. Semoga anak-
anak sekalian semuanya bisa melaksanakan dengan baik
bisa menuangkan dalam bentuk cerpen yang menarik
yang bisa dibaca oleh setiap orang dan bermakna dan
tentunya bermanfaat bagi kehidupan sebagai pelajar
dihari ini maupun untuk masa yang akan datang.
Senantiasa terus berkarya tentunya dengan tema yang
akan bergantian dan semoga itu menjadi suatu karya
yang berharga dan bermanfaat. Selamat membuat cerpen
bertema cinta, semoga sukses. Terima kasih.”

Tangerang, 29 Januari 2024

Kepala Sekolah SMAN 5 Tangerang

H. Wowo Permana, M.Pd.

iii
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan cerita pendek yang
bertemakan cinta ini.

Cerpen bertemakan cinta ini telah kami susun dengan


maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan cerpen ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan cerpen ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya


bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki cerpen ini.

Akhir kata kami berharap semoga cerpen bertemakan


horror ini dapat menjadi inspirasi serta dapat menghibur
pembaca sekalian.

Tangerang, 29 Januari 2024

Tim Penulis

iv
Daftar Isi

Sambutan Kepala Sekolah............................................ ii


Kata Pengantar.............................................................. iii
Daftar Isi....................................................................... iv
Bayangan Tak Searah................................................. 1
Oleh: Tiara Alvira Putri
Balada Cinta Dua Insan Muda.................................. 25
Oleh: Karromah
Araka........................................................................... 44
Oleh: Syera Drinna
Cinta di Ujung Doa..................................................... 59
Oleh: Dafa Dharma
Cinta Tidak Harus Sempurna................................... 72
Oleh: Akhdanazra Kusuma
Dua Atma Mencari Kebahagiaan.............................. 79
Oleh: Kiera Dubela
BIONARASI................................................................ 97

v
Bayangan Tak Searah
Tiara Alvira Putri

Kisah cinta anak SMA, mungkin kita sudah


seringkali mendengar bahwa kisah cinta yang paling
mengesankan adalah di masa-masa sekolah khususnya
saat SMA. Namun menurut Cassandra hal itu tidaklah
benar. Banyak sekali hal-hal yang dialami setiap individu
semasa sekolahnya, entah tentang pertemanan yang baik
atau buruk, pergaulan yang bisa merubah kamu ke arah
negatif atau positif, ataupun tentang berjuang meraih
mimpi yang ingin kamu dapatkan sedari kecil.
Ini hukanlah kisah anak remaja yang saling bermadu
kasih layaknya film romansa di layar kaca, ini hanyalah
kisah kehidupan biasa seorang remaja perempuan yang
menyukai seseorang yang bertolak belakang dengan
dirinya. Ini bukanlah sebuah kisah yang dipenuhi oleh
kebahagiaan, ini adalah kisah dimana seorang remaja
yang sedang menyelesaikan persoalan diri mereka
sendiri.
Bayangan yang tak searah, layaknya kehidupan
kedua remaja itu. Remaja puber yang masih mencari jati
diri mereka sendiri dengan cara yang bertolak belakang.
Cassandra sendiripun tidak tahu bagaimana takdir
dirinya kedepan, apakah ia berhasil meraih mimpinya
atau apakah ia berhasil mendapatkan laki-laki yang ia
sukai.

1
Matahari membuka matanya, menandakan hari sudah
berganti. Lembar baru kehidupan akan kembali di buka
oleh seseorang remaja yang baru saja membuka matanya
untuk memulai kisah di sekolah barunya.
“Ma, ayo cepetan nanti aku telat. Hari ini pertama
MPLS!” ujar seorang gadis yang baru saja menginjakkan
kakinya di bangku putih abu. Ia adalah Cassandra
Alyazia seseorang gadis berkacamata bulat lengkap
dengan rambut yang dikucir kuda.
“Iya, iya. Ayo,” balas Mama Cassandra sambil
memakai helmnya untuk bersiap mengantarkan
Cassandra.
Jarak tempuh rumahnya ke sekolah bisa dibilang
cukup jauh, iya sengaja mengambilnya sekolah yang
jauh agar tidak bertemu dengan teman-teman SMP-nya
yang toxic. Bisa dibilang kehidupan SMP-nya jauh dari
kata baik. Sungguh, ia tidak mau mengingat hal itu lagi.
Kendaraan itu berhenti, bertanda bahwa Cassandra
sudah tiba disekolah barunya, ia segera melepas helm
dan merapikan diri kembali untuk memasuki gerbang
sekolah barunya. Bisa dibilang SMA Cassandra saat ini
adalah sekolah favorit di kotanya. Jadi tentu, ia merasa
sangat bangga berada di sini.
“Ma, aku masuk dulu ya. Doain aku dapet temen
yang baik,” ucap Cassandra dengan mata penuh harap
kepada Mamanya.
“Iya, kamu yang semangat ya!” balas Mama.

2
Casandra pun dengan langkah pasti berjalan
memasuki sekolah barunya bersama puluhan peserta
didik baru yang seumuran dengannya. Takut, adalah satu
kata yang dapat mewakili perasaanya saat ini. Rasanya
senang namun ia merasa gelisah.
“Aduh,” ia merintih dikarenakan bahunya tersenggol
dengan lumayan keras oleh laki-laki yang menggunakan
seragam putih birunya seperti dirinya, tampaknya ia juga
murid baru disini.
“Eh, maaf ya ga sengaja,” ujar seorang lelaki yang
tidak sengaja menyenggol Casandra dan langsung
berjalan kembali. Menuju pintu masuk sekolah.
“Ah, baru masuk aja udah ada yang bikin kesel,”
ucap Cassandra dengan wajah yang sudah jengah dengan
kejadian barusan.
Para murid peserta didik baru sudah berkumpul
dilapangan, banyak dari mereka yang berasal dari satu
sekolah yang sama saat SMP bahkan SD. Disini tidak
ada yang Cassandra kenal, satu pun. Tetapi ada seorang
perempuan menghampiri Cassandra dan berucap “Halo,
kenalin. Nama aku Dinda! Nama kamu siapa?” Ucapnya.
“Halo, nama aku Cassandra. Salam kenal ya!” balas
Cassandra tersenyum kepadanya.
“Kamu dari SMP mana?” tanyanya kembali.
“Aku dari SMPN 1 Tarumanegara, kalau kamu?”
tanya Cassandra kepada Dinda.

3
“Ohh, jauh juga ya. Kalau aku dari MTS Al
Istiqomah,” balasnya.
Tidak lama, para panitia MPLS mulai mengatur
barisan kita sesuai dengan absen yang sudah mereka
bawa. Cassandra ditempatkan di Lokal dua, dan ia
berpisah dengan teman barunya, Dinda. Disini ia belum
mengenal siapa-siapa dan tampaknya lagi, kebanyakan
dari mereka sudah mengenal satu sama lain karena
pernah bersekolah ditempat yang sama, walaupun ada
beberapa anak yang masih malu-malu dan tidak banyak
bicara seperti Cassandra.
Saat tiba di ruangan tempat Cassandra akan
mengikuti MPLS, ia melihat seseorang yang tidak asing,
seperti ia sudah pernah bertemu dengannya sebelumnya.
Ia juga menatapku dengan tatapan yang sama
bingungnya. Namun, ia berpikir bahwa ia keliru akan hal
itu.

***

Singkat cerita, hari MPLS sudah Cassandra lalui. Ia


sudah mengenal beberapa anak dikelasku, walaupun
masih agak canggung. Dan, hari ini adalah hari dimana
penentuan penjurusan kelas yang berarti itu adalah kelas
yang akan ia tempati selama tiga tahun lamanya. Ia
memilih jurusan IPS, walaupun awalnya Mamanya

4
kurang setuju, namun akhirnya ia menerima
keputusannya.
“Cassandra Alyazia di 10 IPS 1,” seru guru panitia
memanggil namaku saat pemilihan kelas, Cassandra pun
langsung berdiri dan menghampiri kelas baruku. Ia
sangat berharap bahwa ia akan mendapatkan teman baik
di kelas ini.
Cassandra pun memasuki kelas barunya bersama
anak-anak lainnya, hanya ada dua anak yang satu lokal
dengannya dikelas ini. Ia tidak sengaja menabrak
seseorang yang tingginya tidak terpaut jauh dengannya.
“Aduh, maaf banget ya!” Cassandra berseru kepada
anak laki-laki itu, anak laki-laki menoleh ke arahnya dan
mereka saling bertatapan. Ia adalah anak yang
menyenggolnya tiga hari yang lalu saat hari pertama
MPLS. Tak mau membuang waktu, ia pun bergegas
mencari bangku kosong untuk ia tempati.
“Eh, disini kosong ga?” tanya Cassandra kepada
salah satu siswi.
“Kosong kok, duduk aja. Nama aku Lia, kamu?”
ucap siswi itu kepadanya.
“Aku Cassandra, panggil aja Sandra!” balasku
sambil tersenyum kepada teman baruku itu. Ia merasa
sangat senang karena ada anak yang langsung
mengajaknya berkenalan. Selain dengan Lia, ia juga
berkenalan dengan beberapa murid lainnya. Seperti,
Jonathan, Olin, Fery, dan masih banyak lagi.

5
Tanpa ia sadari, ada sosok yang terus menatapnya
dari belakang. Omong-omong, ternyata nama anak yang
menyenggolnya itu adalah Leon. Nampaknya ia akan
menjadi seseorang yang populer di sekolah ini, wajahnya
lumayan tampan. Bahkan, saat hari pertama sudah ada
beberapa murid yang menyukainya.
Kegiatan sekolah hari ini hanya berisikan pengenalan
setiap guru mata pelajaran dan perkenalan dengan teman
sekelas, tidak terasa sudah waktunya untuk pulang. Kami
semua bersiap-siap untuk kembali kerumah. Cassandra
menunggu jemputan yang sangat lama sekali, lagi dan
lagi ia harus bertemu dengan Leon. Yang dimana, ia juga
sedang menunggu jemputan sembari memainkan ponsel
miliknya, sungguh rasanya sangat canggung.
Cassandra hanya bisa melirik-lirik ke kanan dan kiri
untuk mecari kapan Mamanya akan sampai, sedangkan
Leon masih sibuk dengan benda pipih di tangannya.
Walaupun keadaan sekolah masih cukup ramai, tidak
dapat Cassandra pungkiri bahwa rasa yang ia rasakan
adalah sepi dan canggung. Tidak membutuhkan waktu
lama, jemputan Cassandra pun akhirnya tiba. Akhirnya,
ia bisa bernafas lega.
“Ma, kok lama banget jemputnya?” tanya Cassandra
dengan raut wajah yang sudah sangat lelah.
“Maaf ya, tadi macet,” balas Mama Cassandra dan
kembali fokus menyetir.

6
Cassandra segera menuju ke kamarnya dan
merebahkan tubuhnya diatas kasur miliknya. Baginya
hari ini adalah hari terlelah bagi dirinya karena harus
berinteraksi dengan banyak orang. Ia mengambil ponsel
miliknya dan membuka notifikasi dari layar.
“Hi, ini Sandra kan?” Sebuah pesan dari nomor yang
Ia tidak kenal muncul di layar ponsel miliknya, dengan
segera Cassandra langsungnya membuka notifikasi itu
lalu melihat siapa pemilik nomor iru.
“Iya, ini siapa ya?” balas Cassandra ke nomor asing
itu.
“Ini Lia teman sebangku kamu tadi, salam kenal ya,”
balas orang itu lagi.
“Oh iya, salam kenal juga!” hanya itu yang bisa
Cassandra ketik lewat layar pipih miliknya.
Malam ini Cassandra memutuskan untuk belajar agar
ia tidak bingung saat memulai pembelajaran besok
disekolah. Ia membuka buku dan mempelajari setiap
materi yang akan ia pelajari besok disekolah, hingga
tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00
WIB. Hal itu yang menandakan bahwa ia harus segera
tidur malam ini.

***

7
Matahari telah terbangun dari tidurnya, seperti
remaja yang baru saja membuka matanya. Jam sudah
menunjukan pukul 05.30 WIB, yang dimana sudah
saatnya ia berangkat ke sekolah. Cassandra mulai
membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi ke
sekolah. Ia merapikan pakaiannya dan menguraikan
rambutnya, serta tidak lupa ia memakai sepatunya dan ia
telah siap untuk berangkat ke sekolah hari ini.
“Nih buat kamu, ini informasi olimpiade dari Bu
Hesti,” tiba-tiba seseorang memberikan sebuah brosur
kepada Cassandra, orang itu adalah Lia.
Cassandra menerima brosur itu dan mengucapkan
“Makasih ya, Lia,” dengan tersenyum lalu kembali
berjalan ke tempat duduknya.
“Eh Sandra, kamu mau ikut OSIS? Udah buka tau
pendaftarannya,” seru Olin menunjukan informasi
pendaftaran OSIS kepada Cassandra.
“Kayanya iya, aku pengen banget ikut organisasi di
SMA ini,” balas Cassandra dengan antusias.
“Ya udah, ayo daftar. Nanti kita bisa ikut Latihan
Dasar Kepemimpinannya bareng, San,” seru Olin
kembali untuk membujuk Cassandra.
“Iya, iya,” balas Cassandra.
Setelah mereka mendaftar menjadi calon anggota
OSIS, tidak lama bell masuk telah berbunyi yang
menandakan bahwa pembelajaran akan segera dimulai.

8
Tidak butuh waktu yang lama, Bu Hesti selaku guru
Ekonomi langsung memasuki kelas dan memberi materi
pada hari ini. Cassandra sangat senang pada mata
pelajaran ini, baginya Ekonomi adalah salah satu
pelajaran yang menarik, hal itulah yang mendorongnya
memilih IPS dibanding IPA.
“San, kamu ngerti materi yang itu ga? Yang
permintaan dan penawaran, aku masih bingung soalnya,”
tanya Lia dengan raut wajah yang sudang sangat
kelelahan. Tidak hanya Lia yang memasang raut wajah
seperti itu, namun hampir seluruh murid melakukan hal
yang sama. Karena penjelasan Bu Hesti bisa dibilang
sangat panjang hingga membuat para murid mengantuk.
Cassandra pun sama sebenarnya.
“Sini aku ajarin,” tawar Cassandra untuk
memberitahu kepada Lia mengenai materi itu.
Bel istirahat pun akhirnya tiba, para murid akhirnya
bisa beristirahat sejenak untuk memakan bekal ataupun
membeli makanan di kantin. Suasana dikelas sangat
ricuh, ada yang bernyanyi, bermain game, dan memakan
makanan mereka masing-masing. Mata Cassandra tertuju
kepada salah satu murid dengan tubuh yang tinggi dan
berwajah tegas, orang itu adalah Leon. Tidak dapat
dipungkiri Leon sangatlah tampan, banyak perempuan
yang menyukainya. Padahal ini baru minggu pertama
masuk sekolah, dan mungkin saja salah satu dari
perempuan itu adalah Cassandra.

9
Padahal, Leon adalah murid yang bisa dibilang
malas. Baru masuk pun ia langsung dimarahi guru
karena tidak mengerjakan pr. Namun, ia adalah seorang
pemain bola. Yang dimana itu adalah tipe ideal
Cassandra. Oh, tapi apakah mungkin seseorang
sepertinya akan menyukai seseorang kutu buku seperti
Cassandra.
Mata mereka bertemu begitu saja, lagi dan lagi.
Cassandra langsung mengalihkan pandanganya ke arah
makanannya. Ia sangat malu, pipinya memanas. Ia
langsung membenarkan kacamata yang ia kenakan
karena ia panik. Bagaimana jika Leon tau bahwa
Cassandra memperhatikannya. Ia bisa pingsan ditempat.
Pandangan Cassandra teralihkan ke brosur informasi
olimpiade yang Lia berikan tadi pagi. Sejujurnya
Cassandra sangat tertarik. Apalagi ini adalah mata
pelajaran yang sangat ia sukai. Ia memutuskan untuk
memberitahu ke Bu Hesti bahwa ia tertarik dengan
tawaran yang ia berikan.
“Kamu jadi ikut olimpiade itu, Sa?” tanya Lia
kepada Cassandra.
“Jadi, kamu ikut juga?” ucap Cassandra kembali
kepada Lia.
“Engga, yang ada aku kalah duluan kalo ikut,
hahaha,” balas Lia menimpali ucapan Cassandra
diselingi dengan tawa.

10
“Jangan pesimis dulu, Li,” balas Cassandra dengan
tersenyum kecil. Tidak lama saat pembicaraan mereka,
sekumpulan anak laki-laki yang sekelas dengan
Cassandra memasuki kelas. Sepertinya mereka baru saja
dari luar kelas. Lagi dan lagi pandang Cassandra
teralihkan oleh sosok itu, Leon. Sungguh nampaknya ia
sungguh-sungguh menyukai laki-laki itu. Tak lama, bell
masuk pun berbunyi.
“Baiklah kali ini Ibu akan membagi kalian kedalam
beberapa kelompok,” ucap Bu Ratna selaku guru Bahasa
Indonesia. Sejujurnya, Cassandra sangat berharap akan
satu kelompok dengan Leon.
“Kelompok satu, Cassandra, Leon, Jonathan, dan
Olin,” seru Bu Ratna menyebutkan nama kelompok satu.
Tidak dapat dipungkiri Cassandra sangat senang. Ia satu
kelompok dengan orang yang ia sukai.
“Eh, kita pulang sekolah mau ngerjain dimana? Ini
masih banyak banget tugasnya,” tanya Cassandra kepada
mereka.
“Kalo di kafe deket sekolah itu gimana?” balas Olin.
“Boleh sih, kalian bisa dari jam berapa?” tanya
Cassandra kembali, namun sepertinya salaj satu anggota
kelompok mereka seperti tidak tertarik dengan
perbincangan mereka. Leon sibuk dengan game yang ia
mainkan, mata Cassandra melirik ke arahnya dan
berucap “Kamu gimana Leon?” tanya Cassandra kepada
Leon.

11
“Bebas deh, jangan ganggu dulu lagi asik ini,” balas
Leon dengan pandangan yang masih fokus ke arah game
yang ia mainkan.
“Kalo aku pulang sekolah bisa sih,” jawab Jonathan
membalas pertanyaan Cassandra sebelumnya.
“Oke deh, pulang sekolah langsung ya,” ucap
Cassandra memutuskan.
Waktu terus berjalan, hingga akhirnya bell pulang
sekolah telah berbunyi. Mereka semua bersiap-siap
untuk melakukan aktivitas mereka selanjutnya. Hingga
mereka sudah tiba disalah satu kafe yang dekat dengan
sekolah mereka. Mereka sibuk mengerjakan tugas yang
diberi, hingga tak terasa matahari sudah hampir
terbenam. Mereka semua memutuskan untuk
membereskan peralatan mereka dan bersiap-siap untuk
pulang ke rumah.
“Aduh, mama kok ga aktif ya,” keluh Cassandra
karena nomor telepon Mamanya tidak aktif. Disisi lain
Jonathan dan Olin sudah pulang karena rumahnya yang
tidak begitu jauh dari tempat mereka mengerjakan tugas
kelompok.
“Sa, belum dijemput? Mau bareng aku?” tawar Leon
secara tiba-tiba dengan menaiki motornya.
“Iya nih, Mama aku ga bisa di hubungi. Gapapa?”
balas Cassandra kepada Leon.

12
“Gapapa, ayo naik. Nanti keburu malam, rumah
kamu kan jauh,” ujar Leon dengan menyuruh Cassandra
untuk segera naik ke motornya.
“Oke,” balas Cassandra lalu bergegas menaiki motor
milik Leon.
Di sepanjang perjalanan, rasanya sangat canggung.
Tidak ada obrolan selain menunjukkan jalan menuju
rumah Cassandra. Ingin rasanya Cassandra cepat-cepat
tiba dirumahnya. Hingga akhirnya waktu yang
dinantikan Cassandra tiba, mereka telah sampai di
kediaman Cassandra. Dengan cepat, Cassandra langsung
cepat-cepat turun dari motor Leon dan mengucapkan
terima kasih sebelum Leon memutar arah untuk pulang.
“Loh, kamu udah pulang?” tanya Mama Cassandra
saat melihat putrinya membuka pintu rumah.
“Udah, Mama kok ga aktif? Aku jadinya pulang
bareng temen,” dengus Cassandra menjelaskan kepada
Mamanya.
“Maaf ya, tadi ponselnya habis baterai,” ujar Mama
Cassandra.
Cassandra langsung menuju kamarnya dan segera
berganti baju. Lalu, ia bergegas mengambil buku dan
belajar untuk persiapan olimpiade yang waktunya tidak
akan lama lagi. Namun, tiba-tiba ia tersenyum sendiri
mengingat bahwa baru saja ia dibonceng oleh orang
yang ia sukai. Ia memegang pipinya yang memanas.

13
“Aduh, Sa. Udah saltingnya, ayo fokus!” ucapnya
meyakinkan dirinya sendiri sambil menyalakan musik
untuk menemaninya belajar pada malam ini.
“Kita remaja yang sedang dimabuk asmara,
mengikat janji bersama selamanya...
Hati telah terikat, sepasang mata memikat.
Melambungkan asmara
Yang selalu meminta, mengulur senja menanti
datang sang pemilik hati
Rela menanti sejak terbit mentari tak sabar ‘tuk
berbagi...”
Terhanyut kepada lagu yang sedang ia putar, sungguh
ia menjadi salah tingkah dibuatnya. Memikirkan apakah
Leon akan menjadi kekasih pertamanya, atau hanya akan
menjadi kisah cinta yang tidak akan pernah terwujud
adanya. Seperti, mustahil ia akan mendapatkan hati
seseorang sepertinya. Ia benar-benar tidak tahu
bagaimana akhir dari kisah di SMA-nya, hingga bulan
purnama semakin meredupkan sinarnya di malam ini.

***

“Lin, aku keterima jadi sekretaris OSIS!” seru


Cassandra bersemangat saat baru saja tiba dikelas.

14
“Loh serius? Aku keterima di bidang Teknologi!”
seru Olin tak kalah bersemangatnya kepada Cassandra.
“Yey, kita jadi OSIS bareng!” ujar Cassandra
kembali.
Bel telah berbunyi yang menandakan bahwa
pembelajaran akan dimulai. Cassandra kembali fokus
untuk mengikuti pembelajaran yang akan segera dimulai.
Matanya lagi-lagi mencuci pandang ke arah meja yang
letaknya tidak begitu jauh dengan dirinya. Meja milik
Leon. Bagaimana bisa ia memiliki wajah setampan itu,
Cassandra hilang fokus karenanya.
“Kamu lagi suka sama seseorang ga sih, Sa?” tanya
Lia kepadanya ditengah-tengah jam pelajaran sejarah
Indonesia oleh Pak Anton.
“Ada,” jawabnya.
“Beneran? Siapa, Sa? Kasih tau aku dong,” jawab
Lia dengan antusias kepadanya.
“Sasa, pinjem pulpen dong,” potong Leon saat
Cassandra baru saja ingin memberitahu siapa orang yang
ia suka. Hampir saja ia ketahuan, dan tunggu. Leon baru
saja memanggilnya dengan sebutan Sasa? Ini adalah hal
yang tidak pernah Cassandra bayangkan sebelumnya, ia
memberi pulpen dengan berusaha menetralkan pipinya
yang mulai memerah.

15
“Kamu suka sama Leon ya, Sa?” tanya Lia
menggoda dirinya ketika Leon sudah kembali di tempat
duduknya.
“Ah, udah lah ga usah dibahas lagi,” ujar Cassandra
mengalihkan pembicaraan. Ia sangat malu sekarang.

***

Waktu terus berlalu hingga tibalah di penghujung


kelas 10, dimana pada akhir semester ini akan
dilaksanakan sebuah event untuk merayakan pergantian
semester di sekolahnya. SMA-nya mengundang
beberapa penyanyi terkenal untuk merayakan acara
tahunan ini. Oh iya, untuk hubungan Cassandra dengan
Leon tidak ada perkembangan yang mengarah ke hal
yang lebih lanjut, mereka masih tidak pernah
berkomunikasi satu sama lain diluar mata pelajaran.
Namun kabar baiknya, Cassandra berhasil mendapatkan
Medali Emas di ajang Olimpiade Ekonomi yang ia ikuti
saat kelas 10 kemarin, tentunya hal itu membuat ia
bangga.
Lagu demi lagu terus dibawakan oleh sang penyanyi,
seluruh peserta dan panitia sangat menikmati penampilan
yang dibawakan, termasuk Cassandra dan Olin. Lagu
ber-genre pop yang sedang terkenal di usia remaja
membuat para pendengar langsung terbawa dengan
suasana yang telah diberikan.

16
“Oh, kasihku, kau membuat cinta, jatuh dari mata
dan turun ke hati
Tawamu buat aku tersenyum lagi. Oh, kasihku, kau
membuat dunia
Indah dijalani, oh-oh Kuyakini hati, kau paling
berarti...”
Saat lagu itu dinyanyikan mata kedua insan itu saling
berpandangan ditengah para penonton yang sedang ikut
bernyanyi. Kedua insan itu terpaku dengan pandangan
yang telah mereka buat, saling membeku dan
memikirkan perasaan yang tidak bisa mereka ungkapkan
secara langsung dengan orang yang dituju. Cassandra
tersadar akan lamunannya, dan kembali fokus kepada
penyanyi yang masih menyanyikan lagu itu. Di satu sisi
Leon, laki-laki yang dimaksud masih terpaku ditempat
dan menyadari bahwa gadis yang dia sukai tidak akan
bisa menjadi miliknya karena perbedaan kehidupan
diantara mereka.
Tanpa gadis itu sadari, hari itu adalah hari terakhir
baginya untuk bertemu dengan laki-laki yang ia sukai
sedari awal dia duduk di bangku SMA. Yang mungkin
saja ia tidak akan pernah berfikir hal itu akan terjadi
dalam hidupnya, dan entah kapan mereka akan bertemu
lagi walaupun hanya sekedar bertukar sapa.

***

17
Libur kenaikan kelas resmi telah selesai, saat ini
Cassandra dan teman-temannya sudah berada dikelas 11.
Yang dimana ia pasti akan mendapatkan pengalaman di
hidupnya yang bahkan tidak pernah ia bayangkan
sebelumnya.
“Eh, kamu tau. Leon pindah ke Jakarta, katanya sih
karena dia sering dapat masalah disekolah makanya dia
mutusin buat pindah sekolah. Apalagi ya, katanya Ibu
dan Ayahnya cerai, makanya dia mutusin buat ikut
Ibunya dan pindah ke Jakarta,” jelas Lia memberitahu
Cassandra. Reaksi Cassandra membeku ditempat, ia
benar-benar tidak pernah membayangkan hal ini akan
terjadi. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, ia hanya
diam dan kembali fokus ke ponselnya. Ini masih terlalu
mendadak baginya. Tapi bagaimanapun ia harus tetapi
melanjutkan mimpinya untuk berkuliah di kampus
impiannya, setidaknya jika ia tidak bisa mendapatkan
seseorang yang ia sukai, ia harus bisa mendapatkan
mimpi yang ia inginkan sejak kecil.

***

Kehidupan perjalanan Cassandra selama kelas 11


berjalan dengan baik. Ia mendapatkan banyak
pengalaman baru terlepas dari pria yang ia sukai sudah
tidak bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Dan

18
akhirnya, saat ini adalah pengumuman siswa eligible di
kelas 12. Sungguh ia sangat takut, dan saat hari itu tiba
ia mendapatkan kejutan yang membuat ia sangat
terkejut.
“Sasa, kamu eligible ke satu!” seru Olin heboh. Aku
sama terkejutnya dengan dia, Cassandra merasa bahwa
untuk mewujudkan impiannya tinggal beberapa langkah
lagi.
“Kamu habis ini mau kemana, Sa?” tanya Lia
kepadanya.
“Rencananya mau ke ITB, kamu?” jawab Cassandra.
“Aku kayanya mau ke UI deh, tapi masih takut,”
balas Lia dengan nada yang pelan.
“Kenapa harus takut, Li? Selagi itu yang kita mau
coba aja dulu, gagal atau berhasil itu adalah suatu
rencana tuhan. Kita gada berhak buat takut selagi kita
percaya dengan garis takdir,” balas Cassandra
menenangkan Lia.
“Hmmm iya, San. Kamu benar, tapi kamu tau ga?
Leon yang pernah kamu suka pas kelas 10 katanya udah
punya pacar tau,” timpal Lia.
“Ya udah, Li. Aku juga udah ga mikirin dia lagi,
sekarang aku mau mikirin tentang kuliah. Ini hal yang
penting bagi aku sekarang,” balas Cassandra dan
tersenyum tipis kepadanya.

19
Kehidupan SMA Cassandra benar-benar tinggal
sebentar lagi, semua kenangan pertemanan bahkan
percintaan yang tidak pernah terwujud itu akan segera
berakhir. Berat baginya untuk melepaskan baju putih abu
ini, apalagi kenangan dengan orang yang sudah tidak
pernah ia temui selama beberapa tahun terakhir. Namun,
ia masih berharap bahwa ia akan menemui pria itu
diwaktu yang tepat.
Sesampainya dirumah, Cassandra kedatangan tamu
yang sangat ia tidak sukai. Itu adalah tantenya.
Sejujurnya ia sangat membenci wanita itu, ia terlalu ikut
campur dalam keluarganya. Bahkan sedari Cassandra
masih kecil.
“Eh, San. Udah pulang? Eh, kamu habis ini mau
kuliah dimana? Apa langsung kerja? Papa kamu kan
udah engga ada, kasian mama kamu biayain kamu
terus,” ucap Tantenya yang sudah membuat ia sangat
geram.
“Aku mau kuliah di ITB, Tan. Tentunya engga bakal
nambah beban Mama kok, tenang aja,” balas Cassandra
dan langsung kembali ke kamarnya dengan perasaan
yang kacau.

***

20
Di waktu yang dimana matahari sudah mau
meredupkan cahayanya untuk berganti waktu ke malam
hari, pengumuman jalur undangan telah keluar, dan
betapa terkejutnya hadiah tepat di hari ulang tahunnya
yang ke 18 tahun. 23 Maret 2025, Ia berhasil diterima di
kampus impiannya, ITB.
“Mama, aku keterima SBM ITB!” ia menangis
tersedu-sedu akan hasil pengumuman itu, ini adalah
impian yang sangat ia nantikan. Akhirnya ia bisa
menambah pengalaman baru di usia yang sedang
meranjak dewasa ini. Namun, apakah ia akan bertemu
dengan laki-laki itu lagi, ia pun masih belum tau.

***

Tahun demi tahun telah ia lalui, banyak sekali


pembelajaran kehidupan yang ia dapatkan diusia yang
baru saja menginjak kepala dua. Tentunya, ia berhasil
mendapatkan apa yang telah ia impikan selama ini.
Tahun lalu, tepatnya pada tahun 2027 ia berhasil
mendapatkan progam IISMA ke Inggris. Negara yang
sangat ia impikan, tepatnya di Oxford University. Dan,
saat ini ia telah memandang sebuah laptop di sebuah kafe
yang berada di kawasan Dago untuk menyelesaikan
skripsinya di akhir semester 7 ini. Dan layaknya
bayangan, ada seseorang yang menarik perhatiannya.
Seperti, ia pernah melihat wajah serupa sebelumnya.

21
Sosok itu pun melihat ke arahnya juga, seperti
pandangan yang pernah ia temui sebelumnya, ia
mengambil pesanannya sebelum menghampiri
perempuan di meja pojok itu.
“Eh, kamu?” kedua insan itu saling berucap
bersamaan layaknya memang ditakdirkan untuk bertemu
kembali di waktu ini. Jantung Cassandra berdetak
kencang, ia adalah laki-laki yang dia sukai lima tahun
yang lalu. Ia adalah cinta pertamanya selama ia
menduduki bangku putih abu. Sejujurnya, ia sangat
merindukan tatapan hangat itu.
“Kamu? Leon?” tanya Cassandra dengan canggung
kepada laki-laki itu.
“Iya, Cassandra kan? Gimana kabar kamu sekarang?
Udah lama banget ya kita ga ketemu,” balas laki-laki itu
kembali kepadanya.
“Hahaha, iya aku baik. Kamu sendiri? Masih nakal
ya jangan-jangan kaya waktu SMA?” ujar Cassandra
menimpali ucapan Leon.
“Engga kok, aku udah berubah banyak sekarang,”
ujar Leon dengan tersenyum kecil di akhir kalimatnya.
“Wow, keren dong!” balas Cassandra kembali.
“Sa, pacar kamu mana? Kok sendirian?” tanya Leon
kembali sambil melirik kursi kosong disebelah
Cassandra.

22
“Dia lagi sibuk juga mengurus studi S2-nya di
Harvard, jadi ga bisa ikut aku deh. Kamu sendiri?” tanya
balik Cassandra kepada laki-laki di hadapannya.
“Oh, gitu. Aku ga punya, Sa. Hehe, tapi kamu tau ga
sih? Pas kita SMA dulu, aku pernah suka sama kamu tau.
Soalnya dimata aku kamu keren banget terus lucu,” ujar
Leon tersenyum namun dengan pandangan yang tidak
bisa Cassandra tebak.
“Oh iya? Sama dong, pas SMA aku juga pernah suka
tau sama kamu. Tapi ya aku mikirnya, kalo aku itu ga
pantes buat orang populer seperti kamu,” balas
Cassandra dengan nada yang pelan. Suasana kafe yang
awalnya ramai, sekarang seperti sepi begitu saja.
Rasanya sangat hampa, seperti adanya penyesalan di
kedua insan itu. Mereka berpandangan layaknya kedua
remaja yang sedang berdiri di tengah-tengah kerumunan
saat pensi tahunan sekolah lima tahun yang lalu. Andai
saja mereka saling mengungkapkan perasaan itu lebih
cepat, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi di
kehidupan mereka.
“Hmm, ya udah, Sa. Aku pergi dulu ya, mau ada
urusan lagi. Omong-omong langgeng ya sama pacar
kamu yang sekarang, sukses terus kedepannya!” ujar
Leon pamit sebelum ia beranjak dari tempat duduknya
lalu pergi begitu saja dari kafe itu. Lonceng pintu telah
berbunyi, yang menandakan bahwa laki-laki itu telah
benar-benar pergi dari hadapannya, mungkin ini untuk
yang terakhir kalinya.

23
Menyukai seseorang memanglah sangat
menyenangkan, namun apa gunanya jika kita memendam
perasaan itu dalam waktu yang cukup lama. Hal yang
akan bisa kita dapatkan hanyalah sebuah penyesalan.
Walaupun sepertinya ada yang Cassandra syukuri pada
hidupnya, ia berhasil meraih mimpi yang ia impikan
sedari kecil.

24
Balada Cinta Dua Insan Muda
Karromah

Matahari yang bersinar menunjukan sosok gadis


cantik yang baru saja bangun dari tidurnya dia
adalah Kirana Permata Indah, wajahnya yang
sangat cantik membuat siapapun yang melihatnya
akan terpana karena kecantikan nya. Kirana
merupakan sosok gadis dengan keceriaan nya.
Pagi hari di sebuah sekolah Kirana sedang belajar
"Kirana kamu tau ngga ada cowo baru loh
disekolah kita dan kamu harus tau orang itu
ganteng juga loh," ucap Jasmine teman sebangku
Kirana "Tidak untuk apa aku membahas hal yang
tidak penting," ucap Kirana. Kring...
kring...kring... bel pun berbunyi tanda istirahat.
Kirana dan Jasmine menuju kantin dan mereka
bertemu dengan sosok pria yang mereka
bicarakan tadi sewaktu di kelas. "Eh kirana bukan
kah itu murid baru yang aku bicarakan tadi, apa
aku bilang jangan jangan aku berjodoh dengan
dia," ucap Jasmine dengan senyum yang sangat
25
sumringah "Ya terserah apa katamu saja perutku
sudah lapar sebaiknya kita cepat membeli
makanan dan minuman," mereka pun pergi
membeli makanan dan minuman.
Sosok pria yang sangat tampan
mempunyai hidung mancung, kulit yang bersih
dan postur badan yang ideal dan sangat di kagum
kan oleh siswi-siswi di SMA 10 SURABAYA,
dia adalah Narendra Jevran murid pindahan
Jakarta yang sekarang bersekolah di tempat
Kirana. Jevran memasuki kawasan sekolah
dengan menggunakan motor ninja pemberian dari
ayahnya sewaktu berumur 17 tahun. Dia
melangkahkan kaki nya ke ruang kepala sekolah.
Jevran ditetapkan di kelas 11 MIPA 2. Jevran
masuk kedalam kelas dan memperkenalkan
dirinya kepada teman teman barunya. Jevran
mempunyai teman baru yang bernama Aldo
Mahendra dan Arga Mahendra.

Saat jam istirahat Jevran dan teman teman


nya menuju kantin, tidak sengaja Jevran melihat

26
sosok perempuan yang berparas cantik nan manis
yang membuat Jevran senyum sekilas,
perempuan itu mengingatkan nya terhadap
seseorang. Mata yang teduh, hidung yang
mancung dan rambut panjang yang terurai rapih
menambah kesan cantik tersendiri menurut
Jevran. Sampai tiba tiba teman nya menyadarkan
lamunan nya "Lagi liatin apa sampai segitunya,
pasti lagi ngeliat cewe cantik ya," ucap Aldo
"Disini banyak cewe cantik mau yang mana,"
ucap Aldo "Udah jangan didengerin omongan
Aldo dia tuh buaya suka gonta ganti cewe," ucap
Arga "siapa juga yang liatin cewe mending
makan ajah."

Bel pulang pun berbunyi kring… kring…


kring… semua murid pulang dan meninggalkan
sekolah. Kirana dan Jasmine meninggalkan kelas
berjalan menuju gerbang tiba-tiba ada seorang
pemuda yang memanggil Jasmine, pemuda
tersebut ialah ketos di sekolah mereka yang
kebetulan teman kecil Jasmine. "Jasmine pulang

27
bareng yuk," ucap Dean "Ga ah gua mau pergi
beli buku sama Kirana," ucap Jasmine. Jasmine
pun akhirnya menyusul Kirana yang sudah jalan
terlebih dahulu kearah gerbang. Jasmine dan
Kirana memesan taxi untuk pergi ke sebuah toko
buku, setelah menunggu beberapa menit taxi
yang mereka pesan akhirnya pun datang mereka
pun menaiki taxi tersebut.

Di tempat lain Jevran sedang bermain


bersama temannya di warung dekat sekolah
untuk tempat tongkrongan anak muda. "Eh besok
ada pr apa ajah," ucap Arga "Ah ngapain sih
mikirin pr itu mah bisa nanti sekarang mending
kita ngobrol soal cewe," ucap Aldo. Jevran yang
tertarik akan apa yang dibicarakan oleh Aldo pun
ikut bergabung dan berhenti bermain game di
handphone nya. "Oh ya gua mau nanya deh sama
kalian, lu pada kenal ga si sama cewe yang ada di
kantin yang dua orang itu?" ucap Jevran "Oh itu
mah si Karina sama Jasmine, kenapa kamu suka

28
kah sama salah satunya?" ucap Aldo "Gak cuman
nanya ajah," ucap Jevran.

Di toko buku yang sangat ramai dikunjungi


orang orang, Jasmine dan Kirana sibuk dengan
dunia mereka masing masing. Kirana yang
tertarik dengan salah satu novel yang menurutnya
sangat cocok dan seru untuk dibaca, Kirana pun
membelinya dan Jasmine hanya menemani
Kirana, hingga sore menyapu pemandangan dan
tak terasa sebentar lagi menuju malam mereka
bergegas untuk pulang ke rumah masing masing.

***

Rintik gerimis yang mengundang hawa


dingin di sekitar membuat Kirana makin
terhanyut dalam sebuah novel yang sedang
dibacanya, novel ini berkisahkan sosok laki laki
yang masih mencintai masa lalu dan
menginginkan seseorang untuk menyembuhkan

29
lukanya di masa depan. Kirana berpikir bahwa
tokoh laki laki yang ada di dalam novel ini masih
merindukan masa lalunya dan kirana berharap
jika kisah cintanya tidak sama dengan yang dia
baca saat ini. "Aku hanya takut jika kisah cinta
ku sama dengan di novel," ucap batin Kirana
sehingga Kirana berhenti membaca bukunya dan
menatapi jendela. "Aku merindukan seseorang
yang setiap malamnya aku ingin peluk dan
bercerita, mendengarkan ku menangis. Bahunya
yang kokoh untuk tempat bersandar dan tangan
nya yang sigap menggusap air mataku ketika
jatuh, sungguh aku merindukan nya tuhan bisa
kah aku meminta supaya itu terjadi lagi rasanya
aku ingin mengulang masa masa itu," ucap
Kirana dengan memandangi langit di malam hari
ditemani rintik hujan di kota Surabaya yang
menyimpan banyak kenangan saat bersamanya.

Kirana yang sudah berapa menit melamun


pun tiba tiba merasakan hawa mengantuk dan
ingin tidur, Kirana bergegas untuk sikat gigi dan

30
sholat. Setelah melakukan semua itu Kirana
berjalan kearah
kasur dan mulai memejamkan matanya.

***

Pagi pun tiba dimana waktu sudah pukul


06.30 Kirana terlambat untuk berangkat sekolah
biasaya bunda yang membangunkan kini tidak
ada di rumah, kirana hanya tinggal bersama bibi
dan tukang supir. "OH TIDAK AKU
TERLAMBAT," teriak Kirana. Kirana bergegas
pergi ke kamar mandi, setelah beberapa menit
mandi akhirnya Kirana turun ke bawah untuk
mengambil bekal yang di siapkan bibi dan segera
berangkat sekolah.

Menuju perjalanan Kirana tengah asik


memandang luar jendela sesekali bergumam,
setibanya di sekolah Kirana melihat bahwa pintu
gerbang sekolah nya di tutup. Kirana keluar dari
mobil dan berbicara ke pak satpam agar

31
diperbolehkan masuk karena sebentar lagi
pelajaran akan dimulai. "Pak bukain dong aku
hari ini ada jadwal matematika," ucap kirana.
"Gak bisa neng geulis waktunya udh telat bapak
takut di marahin kalau buka in pintu buat kamu,"
ucap pak satpam. Kirana yang mendengarkan
kalimat tersebut pun akhirnya diam dan
memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam
sekolah.

Hingga tiba tiba munculah suara motor dari


belakang Kirana, Kirana yang mendengar suara
itu pun melihat dan bertatapan dengan seseorang
yang di sukai oleh teman nya Jasmine, ya orang
itu adalah Jevran. Jevran yang merasa di tatap
oleh seseorang pun mengadah kan pandangannya
dan tatapaan mereka saling bertemu satu sama
lain.

"Tatapan itu mengingatkan ku pada sosok


gadis yang kucintai dulu,” ucap batin Jevran.
"Laki-laki itu lagi? setauku dia murid baru bisa-

32
bisanya datang terlambat," ucap Kirana sembari
geleng geleng kepala. "Ah sudahlah untuk apa
aku memikirkannya," batin Kirana.

Tiba tiba seorang guru dengan suara khasnya


memanggil mereka yang terlambat dan menyuruh
pak satpam membuka kan gerbang nya dan
mereka berdua pun masuk ke dalam. Mereka
mengikuti guru BK tersebut ke tengah lapangan
mereka di hukum dengan hormat kearah bendera
sampai bel istirahat berbunyi.

Ketika sedang melamun Kirana merasakan


ada sosok tangan menghalangi matahari agar
tidak terkena Kirana, Kirana menyadari bahwa
seseorang itu adalah Jevran laki laki yang berada
di sampingya yang sedang di hukum bersama
nya. Kirana menatap laki laki itu dan Jevran
menatap nya juga. "Kenapa?" ucap Kirana,
Jevran yang di tanya seperti itu mengkerutkan
alisnya "Kenapa apa nya bukan nya lu bisa liat
gua lagi apa," ucap Jevran. "Maksud gua kenapa

33
lu mau ngelindungin gua biar ga kena sinar
matahari," ucap Kirana.

"Gua ngelindungin lu karena gua takut lu


pingsan dan berakhir dengan gua yang gotong lu
ke uks udah jangan gr," ucap Jevran. "Oh oke
tapi ga perlu repot-repot," ucap Kirana dan
Jevran tidak memperdulikan apa yang diucapkan
Kirana. Kring… kringg…. kring….. bel istirahat
pun berbunyi Jasmine yang melihat sahabat nya
di tengah lapangan pun menghampiri Kirana dan
membawakan air untuk sahabat nya.

"Nih air buat lu sebagai sahabat yang baik


gua bawain minuman deh, di minum yah sahabat
ku," ucap Jasmine sambil tertawa, Kirana pun
mengambil dan meminumnya. "Kok lu bisa kena
hukuman bareng, jangan jangan kalian berangkat
bareng ya, cie.. cie.. temen gua udah ga galau lagi
dong berarti," ucap Jasmine sembari senyum
menggoda Kirana. "Udah lah mending kita ke

34
kantin perut gua udah laper nih," ucap Kirana dan
berjalan menuju kantin dan di ikuti Jasmine.

Di rooftop Jevran dan teman nya sedang


bercanda dengan sangat asik, tiba tiba "Eh lu tadi
di hukum bareng sama si Kirana ya," ucap Aldo.
Jevran yang mendengar itu pun hanya
menganggukan kepala nya tanpa berminat untuk
berbicara. "Di lihat-lihat Kirana cantik, idaman
gua banget apa gua jadi in Kirana pacar ke 30
gua yah gimana keren ga gua," ucap Aldo. "Gak
ada keren keren nya lagian mana mau Kirana
sama modelan play boy kaya lu mikir-mikir 2
kali Kirana buat nerima lu jadi pacar nya," ucap
Arga. "Berisik lu semua kenapa jadi bahas cewe
itu ga penting juga buat kita," ucap Jevran.
"Cabut lah kita ke kelas ajah bosen lama-lama di
sini," ucap Jevran.

Mereka pun turun dan ke kelas. Di dalam


kelas Kirana sedang belajar namun Kirana
mengingat sesuatu tentang laki laki yang tadi

35
bersama nya dia sangat banyak memiliki
kemiripan dengan seseorang yang dulu pernah
singgah dihatinya. Bel berbunyi kring… kring…
kring… menandakan pulang sekolah. Kirana
pulang terlebih dahulu dikarenakan ada urusan
keluarga, sesampainya Kirana disana ia sudah
melihat beberapa koper besar dan hadiah, kinara
bingung ada apa ini.

***

Ada dua sepasang suami istri yang jalan


beriringan menuruni tangga, rupanya mereka
orang tua kirana yang sudah pulang dari luar
negeri. Kirana yang rindu dengan mereka
akhirnya berlari dan memeluk mereka berdua
dengan sangat erat dan menangis. Orang tua
Kirana pun sangat merindukan anak semata
wayang nya yang telah mereka tinggalkan selama
6 bulan di Surabaya karena bisnis ayahnya dan
sang bunda yang menemani nya.

36
Malam pun tiba suasana di meja makan
sangat harmonis dan indah karena Kirana senang
bisa berkumpul dan tertawa kembali dengan
orang tuanya. "Kak gimana hari ini sekolahnya,"
ucap bunda Kirana. "Ada sedikit kendala tadi bun
tapi aku bisa nyelesainnya, aku kan kuat sama
seperti kalian," ucap Kirana. "Wah keren sekali
anak ayah, bangga ayah sama kamu, kak
dengerin ya hal sekecil apapun itu kamu harus
bisa menyelesaikan masalah dengan baik dan
jangan lupa berdoa sama Allah supaya diberi
kemudahan", ucap ayah Kirana "Siap ayah
laksanakan," ucap Kirana sambil hormat.

***

Hari terus berlalu namun aku masih


memikirkan dan merindukan dirinya yang
sekarang entah pergi kemana. Semesta seolah
olah mempermainkan perasaan ku, aku ingin
memulai dengan orang baru namun aku juga
ingin dia kembali kehidupku, hari hari telah

37
kulalui perasaan ini tumbuh dengan seiring
berjalannya waktu, aku mencintai Jevran saat
masih merindukan sosok yang sudah lama
meniggalkan ku.

***

Seminggu yang lalu Jevran mengajak ku


untuk pergi ke salah satu mall di Surabaya untuk
mencari kado ulang tahun bunda nya Jevran.
Menurut kamu bunda bakalan suka warna apa,"
ucap Jevran "Warna ini bagus," ucap Kirana
sambil menunjuk ke arah tas berwarna beige.
"Pilihan kamu bagus, pasti bunda suka," ucap
Jevran lalu hanya di balas dengan senyuman oleh
kirana. Mereka pun melanjutkan perjalanan, di
perjalanan tepat nya di hari sabtu malam minggu
mereka berbincang-bincang di atas motor
ditemani udara malam yang sangat sejuk di kota
Surabaya, hingga hawa dingin mulai menerpa
kulitku, Jevran yang sadar aku kedinginan pun
memberhentikan motornya dan melepaskan jaket

38
lalu dipasangkannya jaket itu ke tubuh ku. Jevran
itu romantis dan aku suka semua tentang dia, aku
dekat dengan Jevran sebulan setelah dia masuk
ke sekolah ku.

***

Hari senin Jevran mengajak ku untuk


berangkat ke sekolah bersama, sikapnya yang
romantis dan beberapa hal membuat aku terlena
akan semua itu, hingga pada puncaknya dimana
dia mengajak ku dinner di Restaurant cukup
terkenal di Surabaya, French Citrus Lee
Restaurant.

***

Malam hari pun tiba Jevran sudah


menungguku di ruang tamu, aku melihat Jevran
sedang berbincang dengan ayah, nampaknya
sangat seru aku pun menghampiri mereka.

39
"Ayah sama Jevran lagi ngobrolin apa
keliatan nya seru banget," ucap Kirana sembari
duduk di sofa. "Tidak ayah dan jevran hanya
berbicara soal bisnis dan kamu pastinya," ucap
ayah dengan senyum menggoda Kirana. Kirana
hanya geleng geleng kepala. "Ayah aku izin
sekarang yah bawa Kirana takut kemalaman,"
ucap Jevran sambil salim ke ayah Kirana. Mereka
pun berpamitan dan meninggalkan rumah Kirana.

Sesampainya di restaurant Jevran turun


terlebih dahulu dan membuka kan pintu untuk
Kirana, Kirana yang diperlakukan seperti itu pun
tersenyum. Mereka memasuki Restaurant dengan
Jevran mengandeng tangan Kirana. Malam yang
indah ditemani ribuan bintang yang sangat cantik
serta bulan yang indah membuat suasana
berkesan. Alunan biola yang indah membuatku
terhanyut dan memejamkan mata sejenak, hingga
tiba-tiba Jevran menarik tangan ku untuk
berdansa.

40
Di pertengahan berdansa Jevran berbicara
"Kirana aku ga pandai merangkai kata kata manis
dan indah seperti lelaki di luaran sana, aku ingin
mengatakan bahwa aku mencintaimu dari awal
aku bertemu dengan tatapan indah mu dan
senyuman manismu jadi, apakah kamu mau jadi
pacar ku, dan membuat masa indah bermasaku?"
ucap Jevran dengan senyum tulus mengarah ke
wajah cantik Kirana. "Iyaa, aku nerima kamu jadi
pacar aku, makasih ya udah suka sama aku, maaf
kalau aku banyak kurangnya," ucap Kirana.
"Kamu indah bagi aku, mata kamu yang indah,
senyum kamu yang manis, semua tentang kamu
aku suka kamu ga ada kurang nya di mata aku,
mau sebanyak apapun orang bilang kamu kurang,
aku ngga bakalan peduli in mereka karena
disini," ucap Jevran sambil mengarahkan tangan
Kirana ke dada jevran "Hanya ada kamu dan dan
akan selalu tentang kamu na,".

Kirana yang terharu akan semua nya hanya


bisa menangis bahagia dan memeluk Jevran

41
sangat erat dan begitu pun sebaliknya. Jevran
memberikan bunga mawar yang sangat cantik
untuk orang cantik, yaitu kekasih baru nya.
Malam yang indah dan suasana yang bagus serta
ribuan bintang yang menjadi saksi bahwa malam
ini mereka resmi berpacaran.

Aku sangat bahagia pada malam itu, aku


merasa dicintai kembali dan dicintai dengan
tulus, aku berharap ini bukan semata mata, tetapi
ini nyata dan terus bertahan lama, tuhan kali ini
aku hanya mau bahagia dengan dia ntah nanti nya
aku dan dia tidak bersatu, pada intinya aku sangat
mencintai dan menyayangi dia. Narendra Jevran
laki laki yang selalu membuat ku tersenyum dan
bahagia tanpa merasakan kesedihan didalamnya.

Sekarang aku percaya dengan salah satu


kalimat tentang masa lalu. Masa lalu itu tidak
pernah jadi pemenang karna kalau dia menang
dia ga mungkin jadi masa lalu, dia jadinya masa
depan, jadi fokus lah sama yang di depan. Kita

42
punya masa lalu, tapi masa lalu aku adalah milik
aku, masa lalu kamu adalah milik kamu. Tapi
masa depan adalah milik kita berdua.

43
Araka

Seyra Drina Syah P.

"Lihat deh, Karrel ganteng banget sumpah. Aku


pengen punya suami kayak dia," seru Laras dengan
pekikan tertahan. Laras adalah salah satu sahabat Ara
yang menurut Ara paling lebay. Apalagi kalau sudah
berhadapan dengan Karrel, sosok tampan dan populer di
sekolah itu.

Ara akui Karrel memang tampan, dia juga anak


orang kaya yang bisa membuat banyak gadis bertekuk
lutut padanya kalau ia mau. Tapi sayang, sikap
dinginnya yang berlebihan itu membuat Ara tidak suka.
Gadis itu lebih menyukai lelaki lembut yang mudah
tersenyum, bukan seperti Karrel yang tidak tersentuh
macam begitu.

Ara lebih memilih menikmati kehidupan sekolahnya


daripada mencari tahu kehidupan para cowok populer
sekolah itu seperti yang dilakukan dua sahabatnya
sekarang ini.

Cewek itu memutar bola matanya malas merasa


tingkah teman-temannya yang menurutnya terlalu
berlebihan. Lagipulat mereka bukanlah raja yang harus
di puja-puja kan.

44
"Bintang nggak kalah tampan, liat deh liat," seru
Manda antusias. Sekarang ini mereka lagi ada di kantin
yang sama dengan Karrel, Bintang dan Devin, tiga
cowok populer di sekolah elit itu yang kebetulan
bersahabat.

Bintang adalah sosok pendiam namun ramah,


sementara Devin, sifatnya bertolak belakang dengan dua
sahabatnya itu, dia punya sifat yang cerewet dan sangat
bersahabat, meski begitu pesonanya tidak kalah dari dua
sahabatnya. Buktinya, masih banyak gadis yang ngantri
buat jadi pacarnya.

"ARA, GANTI MAKANAN AKU!" teriakan Laras


membuat seisi kantin melirik risih ke arah mereka
termasuk kelompok Karrel.

Ara dan Manda menutup gendang telinga mereka.


Suara Laras sangat kencang dan jarak mereka hanya
bersebelahan dengan cewek itu. Ara mengusap-usap
telinganya yang masih berdengung lalu menatap Laras
kesal.

"Kamu bisa bikin aku tuli seumur hidup tahu," kesal


Ara. Manda mengangguk setuju. Kali ini ia memihak
Ara. Telinganya juga sakit akibat teriakan kencang
Laras.

"Siapa suruh kamu ngabisin makanan aku," balas


Laras nggak mau kalah. Mereka tidak sadar perdebatan

45
mereka sudah menjadi bahan tontonan seisi kantin, tentu
saja dengan pandangan terganggu.

"Bisa beli lagi gampangkan," ujar Ara santai, kontan


Laras membulatkan matanya sementara Ara cepat-cepat
menutup kupingnya lagi karena tahu apa yang akan
terjadi selanjutnya.

"AKU NGGAK PUNYA UANG LAGI. KAMU


PIKIR UANG SAKU AKU BANYAK!” Manda cepat-
cepat menutup mulut Laras dengan tangannya. Hanya
dia yang sadar kalau mereka sudah menjadi perhatian
semua murid kantin.

"Laras stop. Liat tuh semua orang natap kita nggak


suka," bisiknya di telinga Laras.

Laras jadi malu sendiri saat menatap kanan-kiri


kantin, semua tatapan mata tertuju kearah dirinya. Ini
semua karena sih Ara nih. Batinnya dongkol.

"Ya udah, balik ke kelas yuk," ajak Manda


kemudian. Laras mengiyakan lalu menatap Ara lagi
masih sebal.

"Kamu balik sendiri. Aku masih kesel sama kamu,"


ketusnya ke Ara tapi gadis itu malah tersenyum lebar
dan melambai-lambai pada dua sahabatnya itu yang
berjalan keluar kantin.

46
Pandangannya berpindah ke beberapa siswa yang
masih memperhatikannya tapi ia seperti tidak punya rasa
malu dan kembali memesan makanan karena dirinya
masih lapar.

"Dasar pembuat onar," gumam Devin. Pandangannya


masih tidak lepas dari Ara yang sekarang tengah
memainkan gelas di atas meja.

"Kamu kenal?" tanya Bintang, Karrel ikut


mendengar. Entah kenapa ia merasa tertarik melihat
sosok gadis mungil yang sekarang duduk sendirian di
tempat yang tidak begitu jauh dari mereka. Devin
menggeleng.

"Nggak, pernah denger dong tentang dia," jawabnya


menunjuk Ara dengan dagunya.

"Kalau nggak salah namanya Ara anak kelas X. Dia


lumayan terkenal di kalangan kelas X tapi semua guru
sudah menyerah sama dia karena kelakuannya," alis
Bintang berkerut

"Aku dengar gadis itu suka sekali bikin onar, datang


sekolah telat, rajin bolos dan suka tidur di kelas, tidak
pernah bikin PR, dan nilai ujiannya selalu merah.
Gosipnya begitu," ucapan Devin berhasil membuat
Bintang tercengang, Karrel disampingnya terlihat biasa
saja dengan ekspresi tidak terbaca.

47
"Satu lagi, meski dia di cap buruk oleh banyak guru
dan siswa-siswa di kelas lain, tapi ia sangat dekat dengan
teman-teman sekelasnya. Sekali pun kelas mereka sudah
di cap sebagai kelas terburuk oleh semua guru karena
dia. Aneh kan?" ucap Devin lagi bersemangat.

Karrel diam-diam menatap gadis yang sekarang


tengah asyik makan itu. Gadis itu terlihat menikmati
makanannya sampai sebuah lemparan botol aqua kosong
mengenai kepala gadis itu.

Pandangan Karrel berpindah ke gadis di belakang


Ara yang melempari botol aqua itu. la kenal gadis itu,
tuh cewek sengaja melakukannya. Kali ini cowok itu
kembali mengalihkan pandangannya pada Ara yang
sudah berbalik menatap gadis yang melemparinya tadi
dengan sebelah tangan mengusap-usap kepalanya.

"Kamu ngelemparin aku?" tanya Ara pada gadis itu.


Raut wajahnya kesal. Siapa juga yang gak kesal di
lemparin aqua di kepala pula.

"Nggak sengaja," sahut gadis bernama Wulan itu


tanpa rasa bersalah. Sikapnya sangat angkuh, seolah ia
perempuan nomor satu di sekolah ini. Dari tempatnya
Karrel tersenyum miring. la tidak suka orang yang
munafik.

"Aku ingin membuangnya ke tempat sampah tapi


malah kena kamu," jelas Wulan bohong. la memang

48
sengaja, Karrel saksinya. Ada anak-anak lain juga di
dekat situ.

"Tapi kan tempat sampahnya ada dibelakang kamu,"


tunjuk Ara ke tempat sampah yang letaknya tak jauh di
belakang Wulan. Jelas-jelas gadis itu berbohong. Devin
dan Bintang menertawai kebodohan Wulan dari tempat
mereka.

"Kan sudah kubilang aku nggak sengaja!" tukas


Wulan kasar dengan mata menyala-nyala. Ara bergidik
ngeri. Gadis didepannya ini ternyata menakutkan juga
kalau marah.

“Ya udah kalo gitu, aku maafın kamu," ucapnya


tidak mau berdebat terlalu lama dengan sih nenek sihir,
tapi tidak tahu kenapa hal itu malah membuat Wulan
geram. la ingin melabrak Ara yang seperti tidak
menganggapnya, tapi gadis itu sudah berdiri hendak
keluar kantin. membuatnya mundur.

"Pak Santo!" teriak Ara pada penjual kantin sebelum


keluar.

"lya, Non?" sahut pak Santo

"Makanan aku nanti dibayarin sama dia yah. Tadi dia


yang bilang sendiri mau traktir aku," serunya menunjuk
Wulan

"Siap, Non."

49
"K..kamu," wulan tambah geram sedang Ara malah
melemparkan senyum manisnya yang penuh
kemenangan ke gadis itu sambil memeletkan lidah dan
cepat-cepat keluar.

"Pffftt," Devin menahan tawa melihat aksi jahil Ara


sedang Karrel tanpa sadar merasa puas. la pikir gadis itu
akan pergi begitu saja dan membiarkan dirinya ditindas
oleh Wulan, tapi ternyata tidak. Bintang ikut tersenyum.

"Kamu ngebales Wulan kayak begitu?" wajah Laras


membelalak tidak percaya dengan cerita Ara. Ara
mengangguk. Mereka sudah berbaikan setelah insiden
makanan tadi.

"Tapi kan sih nenek sihir itu kelas dua belas, gimana
kalau dia ngelabrak?" ujar Laras khawatir. Ara hanya
mengangkat bahunya tanda tidak peduli.

"Yang namanya Ara mana?" seisi kelas menoleh ke


suara itu.

"Itu kan kak Dita dari kelas sebelas," bisik Manda ke


Ara yang ikut menatap kakak kelas mereka itu.

"Kenapa dia cari Ara? jangan-jangan dia mau balas


dendam lagi sama kelakuan Ara tadi ke Wulan, mereka
kan sekelas," seru Laras panik sementara Ara malah
biasa saja. Kalau balas dendam yah silahkan.

"Kenapa cari Ara?" ketus Adit ketua kelas mereka.

50
"Kalau mau nindas lewatin kita dulu."

"Bener. Jangan gangguin temen kita."

"Jangan karena kamu senior, kamu bisa berbuat


seenaknya."

Dita melongo tidak percaya. la heran karena hanya


dengan menyebut nama Ara dia langsung di tatap tidak
suka oleh seluruh penghuni kelas itu.

"Bu Sandra minta aku buat manggil siswi yang


bernama Ara." katanya memberi penjelasan. la merasa
jengkel karena di tuduh mau menindas adik kelas
padahal maksudnya lain.

"Ohhh."

"Ara di panggil bu Sandra tuh," seru Kevin dari


depan.

Oh jadi itu yang namanya Ara. Batin Dita setelah


melihat seorang gadis manis berjalan ke arahnya.

"Kamu Ara?" tanya Dita memastikan. Ara


mengangguk.

"Kalo gitu ikut aku sekarang, bu Sandra mengajar


dikelas ku."

51
"Kamu nggak lagi bohong pake nama bu Sandra
kan?" Dita melirik Kevin yang bertanya padanya dengan
raut wajah curiga.

"Ya ampun, kalian bisa ikut kalau nggak percaya,”


dongkolnya.

"Nggak usah, kami percaya kok," balas Kevin ringan


karena sudah diperingati oleh Ara yang berdiri di sebelah
gadis itu. Dita memutar bola matanya jengah lalu keluar
kelas di ikuti Ara dari belakang.

"Maafın teman-teman aku yah," ucap Ara tulus saat


mereka berjalan berdampingan melewati gang kelas XI.
Dita mengangguk dan gang kelas XI. Dita mengangguk
dan tersenyum ke gadis itu.

"Aku nggak nyangka kamu punya banyak teman


yang baik banget sama kamu," Ara ikut tersenyum.
Kakak kelasnya itu benar. Mereka kemudian berhenti
tepat di depan kelas XII 2

"Ayo masuk," ajak Dita tapi langkah Ara tertahan, ia


tahu pasti bu Sandra mau menagih tugasnya. Bu Sandra
kan memang begitu orangnya, suka nagih-nagih tugas
padahal sudah bukan jam pelajarannya lagi. Kabur aja
bisa nggak yah, batin Ara.

"Dita, Ara, cepat masuk," suara Bu Sandra terdengar


tegas dari dalam kelas tapi tatapannya tajam menatap

52
Ara yang masih berdiri di depan pintu kelas itu. Ara
mengutuk dirinya sendiri yang tidak membuat tugasnya
dirinya sendiri yang tidak membuat tugasnya bu Sandra
lagi. Eh, memang dia belum pernah kerjain tugasnya bu
Sandra kan.

Setelah beberapa kali ragu, gadis itu akhirnya


memutuskan masuk masuk mengikuti langkah Dita.

"Ara! Kenapa kamu ikutin Dita? kamu pikir ini kelas


kamu, ayo kedepan!" seru Bu Sandra menggelegar di
seluruh ruangan kelas itu dan sukses membuat semua
siswa dikelas itu memperhatikan Ara. Gadis itu ikut
melirik seluruh kelas. Tatapannya tanpa sengaja bertemu
dengan tatapan dingin Karrel yang duduk paling pojok
belakang dekat jendela. Ada juga gadis yang
melemparinya dengan botol Aqua di kantin tadi, entah
siapa namanya ia tidak tahu. Tidak penting juga ia tahu.

Jadi ini kelasnya siswa-siswa populer itu. Gadis itu


mengangguk-angguk pada dirinya sendiri dan malah
mendapat tatapan aneh seisi kelas.

"Ara, Ibu bilang ke depan sekarang! Dengar nggak?”


gadis itu menatap malas ke bu Sandra tapi tetap
mendengar perintahnya dan balik berjalan ke depan

"Iya bu sabar, ini lagi jalan juga."

53
Yang lain melongo tidak menyangka dengan
jawaban Ara. Bahkan mereka tidak berani menyela
ucapan bu Sandra yang terkenal killer itu. tapi yang
membuat mereka lebih heran, bu Sandra malah biasa-
biasa saja dengan ucapan gadis itu.

"Mana tugas kamu?" tanya bu Sandra, Ara


tersenyum lebar menunjukkan barisan-barisan giginya
yang berbaris rapi.

"Belum selesai bu, hehe."

"Belum selesai atau belum buat?" Ara berpikir


sebentar.

"Emangnya beda yah bu, belum selesai sama belum


buat?" tanyanya dengan tampangbingung. Bu sandra
menggeram kesal. Siswinya yang satu ini selalu saja
membuatnya naik darah.

"Kenapa kamu belum bikin tugas kamu?" Tanyanya


sarkas.

"Kan belum ngerti, Bu," Ara tertawa bodoh sambil


menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal

"GIMANA MAU NGERTI KALAU DI KELAS


KERJAAN KAMU ITU TIDUR TERUS ARAA!" Ara
cepat-cepat mengusap-usap telinganya. Seluruh kelas
ikut kaget mendengar teriakan bu Sandra

54
"Ya ampun bu Sandra lama-lama nanti telinga Ara
bisu nih," gerutu Ara

"Budek Araaa."

"lya maksudnya itu,"

Penghuni kelas itu tak mampu menahan tawa karena


perdebatan Ara dan bu Sandra yang menurut mereka
konyol.

"Dasar cewek gila, Bu Sandra juga malah ladenin,"


seru salah satu siswa yang duduk tak jauh dari
bangkunya Karrel dan Devin.

Bu Sandra menarik napasnya dalam-dalam. la harus


banyak bersabar kalau bicara dengan siswi seperti Ara
ini, kalau tidak lama-lama ia bisa kena serangan jantung
mendadak.

"Sekarang kamu maunya apa? Ibu nyerah kalau sama


kamu," kata bu Sandra akhirnya, ia sudah tidak kuat lagi
berdebat dengan gadis itu. Ara memutar otaknya berpikir
lalu tersenyum menatap bu Sandra saat mendapat ide
cemerlang, itu menurutnya sih.

"Minta maaf karena nggak buat tugas?" serunya


polos.

"Pffftt," yang lain menahan tawa.

55
"Ibu tidak butuh maaf kamu. Yang lain."

"Hmmm.., gimana kalau aku buatin cake aja? kayak


nyogok gitu."

"Pfffttt. Hahhaahhahaha."

"DIAM KALIAN!" semuanya kembali tenang.

Pandangan Bu Sandra berpindah ke Ara lagi.

"Kamu pikir ibu guru apaan yang bisa di sogok-


sogok? pake cake lagi. ya sudah kalau begitu kamu ibu
hukum bersihin seluruh toilet sekolah," mata hitam Ara
sukses membulat besar.

"Tapi bu."

"Tidak ada tapi-tapian. Ibu akan memeriksa


pekerjaan kamu jadi jangan coba-coba kabur. Sekarang
keluar," usir guru itu akhirnya.

Ara berbalik pergi sambil mencak-mencak dan


mengerucutkan bibirnya dongkol. la bahkan
membanting-banting kakinya ke lantai. Sampai di pintu
kelas ia berbalik lagi menatap bu sandra.

“Bu Sandra jahat wleee," teriaknya memeletkan


lidahnya lalu berlari keluar cepat-cepat meninggalkan
kelas itu. Tingkahnya tak luput dari perhatian Karrel.
Sejak tadi lelaki itu sebenarnya memperhatikannya.

56
Gadis itu sangat konyol menurutnya, tapi entah kenapa
ada yang menarik hatinya untuk terus memperhatikan
gadis mungil itu.

"Ckckckkckck lihat anak itu kekanak-kanakan


sekali," ucap Bu Sandra menggeleng-geleng kepala,
pandangannya beralih ke seluruh kelas

"Kalian jangan pernah mencontohi siswi seperti itu,


paham?"

"Pahaaam buu."

"Ya sudah, lanjut mencatat."

"Ternyata gosip tentang tuh cewek emang bener,"


ucap Devin pada Bintang yang duduk didepannya. Gadis
yang ia maksud sudah tidak terlihat lagi. Devin menoleh
ke samping menatap Karrel tapi pria itu tampak asyik
menikmati pemandangan alam dari jendela.

Karrel menatap Ara lekat-lekat. Melihat tubuhnya


yang bergetar hebat, ia refleks menarik gadis itu ke
dalam pelukannya.

"Jangan takut, ada aku disini. Aku akan bersamamu,"


gumamnya pelan berusaha menenangkan Ara dengan
mengusap-usap punggungnya lembut. Beberapa detik
kemudian terdengar sebuah isakan.

57
Ara menangis dalam pelukan Karrel tapi badannya
sudah tidak gemetar lagi. Pria itu bernapas lega. la tiba-
tiba merasa aneh dan mengernyit bingung, biasanya
bersentuhan dengan perempuan saja ia tidak mau tapi
sekarang ia malah memeluk gadis itu dan perasaannya
justru merasa tenang.

58
Cinta di Ujung Doa
Dafa Dharma

Di sebuah desa kecil yang terletak di tepi gunung,


hiduplah seorang pemuda bernama Rama. Rama
adalah seorang yang taat beragama dan selalu
mengandalkan doa dalam setiap langkah hidupnya.
Setiap pagi dan malam, ia pergi ke masjid untuk
berdoa dan memohon petunjuk dari Tuhan.

Suatu hari, Rama bertemu dengan seorang gadis


cantik bernama Sita. Sita adalah seorang yang ceria
dan penuh semangat. Mereka saling tertarik satu
sama lain dan mulai mengenal lebih dekat. Namun,
Rama sadar bahwa ia harus meminta petunjuk dari
Tuhan sebelum memutuskan apakah Sita adalah
jodohnya.
Rama pergi ke masjid dan berdoa dengan penuh
harap. Ia memohon kepada Tuhan untuk memberikan
petunjuk apakah Sita adalah orang yang tepat
baginya. Rama merasa tenang setelah berdoa dan
yakin bahwa Tuhan akan memberikan jawaban yang
tepat.

59
Beberapa hari kemudian, Rama mendapat mimpi
yang jelas. Dalam mimpinya, ia melihat dirinya dan
Sita berjalan bersama di bawah pohon rindang.
Mereka tertawa dan bahagia. Rama merasa yakin
bahwa ini adalah petunjuk dari Tuhan.
Rama segera mencari Sita dan menceritakan
mimpinya. Sita juga merasa yakin bahwa ini adalah
tanda dari Tuhan. Mereka memutuskan untuk
melanjutkan hubungan mereka dengan keyakinan
bahwa cinta mereka adalah takdir yang ditentukan
oleh Tuhan.
Mereka menjalani hubungan mereka dengan
penuh kebahagiaan dan saling mendukung. Mereka
saling menguatkan dalam setiap langkah hidup
mereka. Rama dan Sita tumbuh bersama dalam cinta
yang kuat dan penuh kasih.
Di ujung doa mereka, Rama dan Sita menikah di
hadapan Tuhan dan keluarga mereka. Mereka hidup
bahagia dan saling mencintai sepanjang hidup
mereka. Mereka selalu mengingat bahwa cinta
mereka adalah anugerah dari Tuhan dan mereka
berterima kasih atas petunjuk-Nya.
Cerita ini mengajarkan kita bahwa cinta sejati
adalah hadiah dari Tuhan. Dalam setiap langkah
hidup kita, kita harus selalu mengandalkan doa dan
meminta petunjuk-Nya. Ketika kita mengikuti
petunjuk-Nya, cinta yang tulus dan berkah akan
menghampiri kita di ujung doa kita.

60
Lalu Rasa cinta memang kamrah dimiliki oleh
setiap mausia, apalagi untuk marmusia normal begitu
pula yang dirasakan Layla, seorang gadis sederhana
yang tinggal di kaki bukit pelosok daerah kecamatan
Lubuk alung, kabupaten padang pariaman. Rasa cinta
yang dimiliki Layla hanya sekedar ingin disayangi,
diperhatikan, oleh sebab itu membuat Layla menutup
diri sehingga dia selalu menyimpan rasa cinta dan
simpatinya pada seseorang yang mersurutnya adalah
pirnar, baik dan sholeh.
Memasuki dunia kampus membuatnya begitu
takjub melihat para mahasiswi mahasiswi
menggunakan hijab dengan rapi, dan dilargai oleh
kauan Adam Layla yang waktu tu bekan berhijab
bisa merasakan betapa dia merasa tidak dihargai oleh
Kaum adam Jika ada temen kkuliah Layla yang satu
angkatan dengan Layla jika dia berbicara dengan
Layla selalu mendekat dengan jarak yang dekat
sekali seolah-olah gak ada batasnya. Contohnya:
dudak berdampingan, ngobrol hendekatan sambil
tertawa tanpa batas. Hal ini membuat Layla tidak
nyanın
Sosok Layla adalah seorang gadis yang ketika
duduk di bangku SMA rajin membaca majala islami,
seperti Hidyahı, Annida, Sabil, dan banyak lainnya.
Disana didapikanrya mu hagaimana bentuk
pergaulan antara lawan jenis. Pada waktu awi kuluh
Layla masih belum menggunakan hijab dengan rapi,
Layla masih memakai celana jeans, haju ketat dan

61
jilbab dililitkan ke leher (Jilbab sakaratu maut)
Padahal menurut salah satu ulama yang terkenal
yaitu Yusuf Qordhowi “Hijab iu adalah pakaian
longgar yang tidak menampakkan perhiasan seorang
wanita sedangkan baju ketat dan celana jearn itu
sadah jelas-jelas menampakkan perhiasan seorang
wanita, baju ketat akan menampakkan payudara,
sedankan celana jeans akan menampakkan seberapa
besar ukuran paha dari seorang wanita.”
Di kampus Layla seorang mahasiswi yang sudah
menggunakan hijab dengan rapi di nunakan “arak
Forum sedangkan yang bekan menggunakan hijab
dengan Rapi deumukan “anak Cafe”. Oleh karensa
du secara tidak langsung Layla dikasih gelar “Amk
Cafe”. Tapi kebissaan anak Cafe tu adalah ngumpul-
ngumpul bareng laki-laki dan perempuan, membuat
kegiatan yang berhubungan dengan kuliah manupan
yang tidak berhubungan dengan kuliah. Sedangkan
anak Forum Sabtu-Minggu iasanya mengadakan
Kajan mingguan. Tapi Layla merasa, Boro-boro jadi
anak Cafe, jadi anak stdy orientied aja kayla jarang,
karma kesibukannya.
Sabtu Jum’at sore harus pulang ke kampungnya
untuk membantu orantuanya kesawah dank ke bukit
tasha menyadap karet.
Layla adalah seorang mahasiswi jurusan Biology
angakatan 2005, Fakukas FMIPA Universitas Negeri
Padang Dia kikan melalui tes Ujian Negara yaitu

62
SPMB (Seleksi Penerimuan Mahasiswa baru) yang
dirasakan tidak bakalan LULUS, Alhamdulillah
Lakes!”. Layla yakin mi adalah karania dari Allah
SWT. Kama dari sebulan sebelum tes itu Layla tidak
pernah meninggalkan sholat tahajjud dan Dhulunya,
dan dia juga yukin sekali jika seorang hamba
mendekatkan diri kepada Allah dalam keheningan
malam Allah pasti akan mengabulkan semua dos dan
harapannya.
Fakultas FMIPA tempat Layla kuliah sangat
kental sekali dengan nuansa keislamannya. Tahuan
pertama Kuliah Layih selalu mengikuti kajun
kesalaman yang diadakan ting jurusan di fakultas
FMIPA tanpa terkecuali. Dia tidak menghiraukan
tugas yang banyak dari dosennya Tapi tugas yang
diberikan dosen tidak pernah tidak selesai oleh
Layla. Kajian keislaman biasanya dia adakan Ba’da
Ashar sampai jam 18:00 dan terkadang jika
kajiannya beretpatan dengan hari kamis maka selalu
diadakan Ifor Jama’i setelah selesai kajian tersebut.
Taluas pertama Kulah tak jarang Layla Cuma tidur
empat jam tiap malam, diendei dati jam 23.00 sampai
jam 03.00 dini hari. Kama membuat laporan
pratiksan yang biasanya dikerjakan oleh anak
Fakultas FMIPA tiap tahun pertama, laporan
pratikian yang dibuat biasanya ditulis tangan dan
tidak boleh copas. Setelah hangaan jam 03.00 dini
hari biasanya Layla Sholat sunah tahajjud dulu dan
baru mengerjakan laporan. Tidak lupa juga Layla

63
berdoa akan kelancaran kuliahnya sampai tamat.
Kama dari segi ekonomi tidak mungkin Layla bisa
menyelesaikan kuliahnya karna orangtuanya hanya
sebagai petani yang menerima upah tiap bulan,
terkadang upah yang diterima tidak cukup untuk
makan tiap hari, dan tak jarang orangtua Layla
meminjam beras ke saudara untuk kebutuhan harian.
Layla mempunyai seorang ayah tiri yang baik dan
muu membiayai kebutulkan mingguan Layla. Dari
upah harian Ayahnya tadi, aylnya menyisihkan sdikit
untuk dibawa Layla unuk kebutuhan kuäah Layla
Ketika sholat, Layla selalu meminta kepada Allah
SWT, Agar Allah selalu memudahkan unaannya,
Meta ampun atas dosa-dosanya, meminta agar
bertemu dengan Allah dalam keadaan Inasmul
khotmah.
Disamping hink pikak kampus yang
mencengangkan, melihat teman-teman Layla yung
banyak suka dengan senior yang gagah dan Tampan,
berbeda dengan Layla yang sibuk dengan ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT, walaupun saat
itu dia belum berhijab dengan berar, karna dia kuliah
dengan biaya yang pas-pasan, dan terkadang tidak
mencukupi, kakar tidak ada luk atau sambal yang
mau dimakan Layla cukup makan dengan Kerupuk
atau bakwan yang harganya kamayan murah. Dengan
itu Layla bisa mengganjal perutnya untuk bisa
melanjutkan aktivitas studinya di kampus.

64
Layla Hikhup penuh dengan Ujian. Sejak berada
dalam kandungan ibunya Layla sudah ditinggalkan
oleh Ayahnya kama menikah lagi. Dan tidak mau
membiayai Kehidupan Layla. Akan tetapi pernah
saatu waktu ketika Laya berumur 6 Tahun, Ayah
kandung Laya menemui Layla dan Mengajak Layla
jalan-jalan bersama Ibunya ke Pantai Gandoriah,
Pariaman. Ternyata tujuan Ayah Laylı es mau rujuk
lagi dengan Ibu Layla kama Istri yang dinikahinya
sistab meninggal.
Akan tetapi ibu Layla tilak mau menerima dia
kembali karna Priakunya tidak baik.bahkan Layla
pus melihat dia seolah-olah melihat Hantu, karna
tidak pernah bertema dengan nya sejak Lays kece.
Awalnya Laya tidak mau bertemu dengan seorang
laki-laki yang tidak lain ayah kandungnya iu sendiri
karena ibunya membohonginya dan mengatakan
kepada Layla bahwa laki-laki itu adalah terman
ibunya. Setelah laki-laki itu pergi bunya mengatakan
bahwa laki-laki itu adalah Ayah Layla. Layla tidak
mau bertemu dengan orang itu lagi kama merasa
kecewa, melihat teman-temanya yang sedari kecil
ditemani oleh ayahnya sedangkan dirinya tidak
ditemani oleh ayahnya. Dan tiba-tiba datang ketika
dia sudah benamur 6 tahun. Sejak itulah sebenarnya
awal kecewa Layla kepada Sesisok orang yang
bernama Ayah.

65
Ketika Layla menginjakkan Kaki di kelas V SD
Ibu Layla mencoba mengandi Nasib di Rantau
Orang, dengan Niat untuk membiayai sekolah Layla.
Kama ibu Layla seorang Single Parents, beliau
mencoba untuk berdagang di Rantau Orang.
Sebuah ranah dengan cat warna putih dan
Maroon hanya tinggal dapunya, karna dibongkar
paksa oleh warga akibat Banjir bandang yang
menerjang perkampungan tempat Layla tinggal. Di
dapur yang berukuran sangat minimalis tulah Layla
tinggal sementara bersamabuku yang bernuansa
iskami yang bisa memotivasinya. Buku-buku
tersebut dia pinjam di perpustakaan sekolah.
Rumah Eka berada disamping rumah Layla,
sedangkan rumah Erna berada di belakang nanah
Layla. Ema dan Heru adalah sandara. Heru adalalı
adik dari ibunya Erna, akan tetapi atsarnya hanya
beda 2 Tahian. Mereka dickolah satu kelas. Laya,
Eka, Heru dan Erna. Akan tetapi mereka beda nasib
atau takdir. Eka dibesarkan dalam keadaan orangtua
yang lengkap. Ibu dan ayah Eka sangat menyayangi
Eka bahkan sangat menijakan Eka. Sedangkan Heru
juga mempunyai orangtua yang lengkap dan sangat
memanjakan Heru juga. Disisi lain, Erna hamper
mirip kondisinya dengan Layla. Seorang anak broken
home yang dtinggalkan och Ayalanya.
Akan tetapi Layla dengan Erna dari segi Fisik
bagaikan longe dan Bum, Erna sangat Cantik, Kuất

66
putin, Badan langsing dan hikung mancung.
Sedangkan Layla Tubuhnya Agak sedict Genak, kult
sawo matang dan hidung sedikit Pesek. Eka
mempunyai Tubuh Tinggi, kulit sawo matang dan
berhidang mancung, sedangkan Heru mempunyai
tubuh Tinggi, putih dan hidung mancung. Heru dan
Erna memang Tampan dan cantic kama mereka
saudara.
Karna Cantik ulah Erna merasa ke PD-an dan
merasa setiap orang yang melihatnya suka sama dia.
Begitu pula dengan Heru. Heni banyak orang yang
menyukainya kama Ketampanannya. Mereka selalu
pergi sekolah bersama dengan jalan kaki sejak dari
SD sampai SMP. Akan tetapi Layla sering dikucilkan
karna tidak punya apa-apa. Eka sering memberi
hadiah kepada Heru.
Tapi Hal miris terjadi pada Heru, dia putus
sekolah saat menginjak kelas 2 SMP kama Ayahnya
meninggal. Padahal Heru adalah anak yang pantar,
Sejak SD rangking Heru selalu berkejar-kejaran
dengan Layla.
Sejak Ayahnya meninggal ins Heru tidak mau
sekolah, walaupun salah di motivasi oleh Guru dan
banyak teman-temannya. Dan pada akinya Heru
merantau Ke Medan bersama kakaknya untuk belajar
untuk di toko Perhiasan emas punya Ipurnya “Pandai
Mas”.

67
Sedangkan Layla, Ema dan Eka melanjutkan
sekolahnya. Tamat dari SMP Layla mendaftar di
salah satu sekolah favorit di Lubuk Alung, yaitu
SMAN 1 Lubuk Alking Eka karma nilainya tidak
mencukupi untuk masuk di SMA tersebut muka Eka
medaftar di MAN I Lubuk Aling sedangkan Erna
masuk juga di SMAN 1 Lubuk Alung sebagai siswa
cadangan atetapi Ema akhirnya bisa masuk di SMA
itu karna Tante dari Ema seorang PNS mebkukan
diskusi dengan pihak sekolah.
Disinilah bermushi kisah misa SMA mereka,
Erna dengan Pesonanya dan Layla dengan Kutu
bukunya. Akan tetapi Ema hanya sampai kelas X
SMA saja dan akhirnya putus sekolah karena
masalah birya. Sedangkan Layla sebenmyu juga
terkendala dengan birya, karna Layla rajin dan
optimis, Layla mendapatkan beasiswa dari pihak
sekolah sampai Layla tamat SMA.
Layla sejak kelas X SMA dititipi oleh Ibunya
tinggal di rumah saudara yung rumahnyu berdekatan
dengan sekolah Layla. Saalara dari Ihu Layla
tersebut dipanggil Lyla dengan sehutan “Anhuang
Aktivitas Laya dinamah anduang tersebut dari sejak
bangun tidur adalah Membantu anduang halan
Lontong sayur. Biasanya pagi setelah sholat subuh
Layla memebersihkan dapur, kama dapur agak
sedikit herantakan karna ada piring-piring dan
nampan bekas masak dari anduang Layla. Tepat Jam
07.00 pagi Layla suadah sekai beres-beres dan

68
berangkat jalan kaki kesekolah. Pulang dari sekolah
sekitar jam 16.00 Layla membantu andaingnya untuk
membant Kinh dari kontong sayurnya. Selesailah
pekerjaan Layla sampai menjelang sholat magrib.
Ketika adah magrib berkumandang Laya bersiap-
siap untuk melaksanakan sholat marib dan tak kpa
mandi sebekam sholat. Setehh sholat magrih
biasanya aktivitas Layla adalah Tilawah sampai Isya
menjelang. Setelah sholat inya Layla beajar untuk
perseiapan sekolah besok hari Begitulah aktivitas
horian Layla.
Pernah satu waktu Layla mendapatkan nilai
kurang memuaskan atau Remedial dari sekolah.
Yaitu pada mata pelajaran Kania, Soutak Lyla sangat
kecewa pada dirinya, kama tidak bisa mendaptkan
nilai yang memuaskan. Pada akhirnya Layla
mengiqob dirinya belajar sampai larut malam, dan
terjadilah kisah Horor pada kamar Layla. Dan saking
seriusnya Layla baru menyadari setelah dia selesai
belajar dan mau mengambil wudhu saat akan
melkepas lelah di atas samudra Kapuk.
Kisah horor tu terjadi saat Layla belajar, Dia
melihat kucing hitam yang selalu melototinya dengan
mata yang tajam, tapi Layla hanya melihat sekilas,
dan dia tidak terlalu memikirkan hewan kecil itu.
Stelah beberapa lama Layla pengen melihat kucing
tersebut, akan tetapi.

69
Layla Kaget bukan kepalang. Secara bentuk
kamarnya itu tidak bisa dilewati oleh hewan kecil
apapun kecuali semut. Layla heran dari mana hewan
tersebut masuk kekamamya?” Setelah kejadian itu
Layla makin mengencangkan kat pingangnya untuk
beribadah kepada Allah SWT. Dia merasa hanya
Allah lah kekasih yung abadi yang tidak pernah
meninggalkannya. Layla memperpanjang sujudnya
kepada Allith SWT. Dia merasa tukut jika badahnya
turun maka Allah akan marka kepadanya dan tidak
mengabulkan segala yang menjadi doa dan
harapannya.
Layla yakin dengan dengan janji Allah dalan
surat Ar Ra’ad ayat 11:
“Baginya Manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu menjaganya secara bergiliran. Dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah
Allah SWT. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan Apahila Allah
menghendaki keburukan suatu kaum, maka tidak ada
yang dapat menolaknya. Dan tidak ada pelindung
bagi mereka selain dia.”
Layla menyadari dirinya berasal dari keharga yang
broken. Dan dis juga tahu sekali hahwa tidak ada
yang bisa menokingnya selain Allah SWT. Laya
berdoa agar takdir hidupnya tidak seperti ibunya,
yang ditinggal oleh suaminya ketika saat hamil

70
maala. Jadi dia ingin menjadi anak yang sholehah,
memperbaiki diri menjadi pribadi aaslim yang sesuai
dengan syariat islam. Dan Layla juga berharap ketika
Allah memanjangkan unsurya dan bisa ketema
dengan jodohnya dia berharap mendapat seorang
ikhwan yang shoich, Paham agama, dan menghargai
seonning wanka.
Disatu sisi juga Layla semangat memperbaiki diri
menjadi seorang muslimah yang tungguh kama
terpesona dengan janji Allah dalam surat An Nur
ayat: 26 yang berbunyi “Perempuan-perempuan yang
keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji
untuk perempuan yang keji (pula) sedangkan
perempuan-perempuan yang baik dan laki-laki yang
baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula.
Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang-
orang. Mereka memperolah ampunan dan rezeki
yang mulia (syurga).”

71
Cinta Tidak Harus Sempurna

Akhdanazra Kusuma

Suatu pagi di hari Senin ada anak baru di kelasku,


anak itu bernama Septiyani Putri. Dia adalah anak yang
tunarungu dan tuli, aku suka mengejek dia. Waktu itu
aku dan temanku pernah mengambil alat pendengaran
milik putri dan melemparnya ke sebuah kolam ikan di
sekolah, kemudian dia menangis tersedu-sedu sambil
mencari alat pendengarannya. Kemudian dia mengadu ke
ibunya dan dia dibawa ke rumah sakit. Hingga Putri
berhenti sekolah karena aku. Ibunya Putri mengadukan
hal ini ke pihak sekolah, dan pihak sekolah meminta
pertanggung jawaban atas semua yang ku lakukan. Ibuku
dan pergi ke rumah sakit. Ibuku bertemu dengan ibunya
Putri, ibu Putri kesal dan minta pertanggung jawaban ke
ibuku. “Itu anakmu sudah melakukan bullying ke anak
saya,” ucapnya. “Iya bu saya minta maaf dengan
kelakuan anak saya, lain kali saya akan kasih pelajaran
ke anak saya,” lalu ibu Putri berkata lagi. “Kalau begitu
saya ingin anting ibu biar ibu merasakan gimana
sakitnya kehilangan barang yg spesial.”

Ibu Putri langsung menarik anting milik ibuku, tentu


ibuku pun langsung menolaknya, tapi ibu Putri menarik
anting ibuku dengan kuat sehingga kuping ibuku

72
berdarah, ibuku pun berbalik ke arahku dengan
memegang kuping yang berdarah, dia langsung
mengajakku pulang, dan kami tidak mengobrol selama
perjalanan.

Singkatnya seperti itu kisah SMA ku dulu.


Perkenalkan namaku Raja Aditya, aku pernah
bersekolah di SMA Tigaraksa 1 dan sekarang aku sudah
kuliah, aku tidak sengaja bertemu dengannya lagi di
jalan, waktu itu kami sangat canggung dan tidak tahu
harus ngomong apa, saat itu dia berbicara kepadaku
menggunakan bahasa isyarat, tapi aku tidak mengerti
sama sekali. “Oohh maaf maaf aku tidak mengerti apa
yang kamu bicarakan,” ucapku.

Kemudian dia hanya mengangguk saja dan pergi.


Aku pun ikut pergi dengan kebingungan. Keesokan
harinya aku mencoba belajar bahasa isyarat supaya bisa
mengerti apa yang di bicarakan Putri kemarin. Akhirnya
aku baru tahu kalau ternyata dia minta maaf.“Kenapa dia
minta maaf, padahal kan aku yang salah, aku yang
membuang alat pendengar itu.”

Lalu aku pulang ke rumah dan mencoba mencari


alamat Putri melalui whatsapp dan aplikasi lain, aku
mendapatkannya tetapi tidak tahu rumah dia nomor
berapa, aku pun kelelahan hingga tertidur. Keesokan
paginya aku terbangun, sarapan dan melanjutkan

73
mencari alamat Putri di gang kakap, dan secara
kebetulan aku bertemu dengannya lagi.

“Maaf, kemarin aku tidak mengerti apa yang kamu


ucapkan, tapi sekarang aku sudah mengerti,” ujarnya.
“Kenapa kamu meminta maaf kemarin? Padahal kamu
tidak bersalah sama sekali, yang harusnya meminta maaf
itu aku, aku sudah membully kamu, bahkan sampai
kamu berhenti sekolah. Maaf,” Lanjut Adit. Lalu Putri
membalas perkataan Adit menggunakan bahasa
isyarat.“Oh begitu, kamu ingin meminta maaf karena
ibumu menarik anting ibuku hingga kuping ibuku
berdarah? Tidak tidak, itu jelas jelas aku yang salah,
hingga kamu harus memasang alat pendengar yang baru,
aku sudah lihat di toko online ternyata harganya sangat
mahal. Tidak heran kalau ibumu sangat kesal,”
kemudian Putri menunduk dengan perasaan merasa
bersalah. Mereka pun pergi ke taman untuk mengobrol
dan Adit belajar bahasa isyarat. Sampai sore hari tiba“Eh
ini udah sore, aku mau pulang dulu ya,”Putri pun
mengangguk “Tapi sebelum pulang, aku boleh minta
nomor whatsapp kamu?” Putri memberikan nomor
whatsappnya kepada Adit, dan kemudian Adit pulang ke
rumah.

Sesampainya dirumah, Adit langsung chat Putri di


whatsapp“Put, besok kamu mau pergi main ke
aquarium gak?” tanya Adit. “Iya mau, tapi aku gak
punya uang buat pergi ke sana karena uangku dipakai

74
untuk berobat,“Tenang, kalau masalah uang aku aja yang
bayarin. Yang jadi masalahnya kita ke sana naik apa?
Aku Cuma punya motor hahaha.”

“Naik motor juga gak papa kok, Dit.”

“Tapi aku gak enak sama kamu, kalau naik motor


nanti kamu kepanasan.”

“Gimana kalau kita naik grabcar aja? Tapi kalau naik


grabcar kamu bakal ngeluarin uang lebih banyak.”

“Kan udah aku bilang, gak usah khawatirin soal


uang, itu biar aku aja yang urus.”

“Berarti besok kita naik grabcar aja kan?” lanjut


Adit.

“Iyaa, besok ketemuan di mana? Jam berapa?”

“Hmm, besok kita ketemuan di taman kemarin aja,


kalau jamnya, kamu bisanya jam berapa?”

“Aku sih bisa jam berapa aja.”

“Jam 8 mau? Biar kita bisa lama di sana.”

“Oke.”

***

75
“Put, kamu udah siap belum?”

“Udah nih, kamu?”

“Udah juga, aku juga lagi jalan ke taman.”

“Ohh, aku juga lagi mau ke sana nih.”

***

“Oh Putri udah dateng, aku udah pesen grabnya,


kayaknya sebentar lagi sampai,”Putri mengangguk. “Nah
itu mobilnya sudah sampai. Kamu mau duduk di depan
apa belakang?”Putri menunjuk ke depan.

Singkat cerita mereka pun langsung naik mobilnya


dan mereka pun berangkat ke aquarium. Sesampainya
disana mereka turun dari mobil perut Adit keroncongan
karena belum sarapan tadi pagi. Putri yang mendengar
suara suara perut Adit langsung mengajak Adit makan di
restoran terdekat. Adit pun mengiyakan ajakan tersebut.
Saat makan Putri tidak bisa berhenti ngomong, dia
membahas tentang apa yang dia rasakan pertama kali
pada saat bertemu dengan Adit. Putri merasakan sakit
hati karena dia dibully oleh Adit, tapi di sisi lain ternyata

76
Putri juga merasakan kesenangan karena bisa bertemu
dengan Adit. Adit yang mendengar cerita itu langsung
meminta maaf karena pernah membully Putri, Adit
berjanji akan melindungi Putri dan menjaganya dengan
sepenuh hati.

Dan tiba-tiba Putri merasa terharu dan membuat air


mata keluar. Adit yang melihat hal itu panik. “Maaf
bikin kamu nangis Put,” ucapnya. “Ga papa,” balas Putri
menggunakan bahasa isyarat.

Setelah selesai makan, mereka ke kasir untuk bayar


makanannya dan langsung jalan menuju aquarium, lalu
Adit memegang tangan Putri yang membuat Putri sangat
malu. Setelah itu mereka membeli tiket aquarium, lalu
mereka pun langsung masuk ke dalam aquarium, mereka
sangat kagum dengan keindahan aquariumnya. Putri
yang sangat senang akhirnya menarik tangan Adit ke
tempat yang banyak ikannya. Adit pun melihat muka
Putri yang terlihat sangat bahagia, kemudian Adit diam-
diam memfoto Putri yang terlihat sangat cantik.
“Ikannya cantik cantik ya Put, kayak kamu,”Putri yang
mendengar hal itu langsung tersipu malu, muka nya
menjadi merah. Adit yang melihat hal itu menjadi sangat
gemas dengan Putri“Gimana kalau aku nikahin Putri aja
ya? Hahaha,” Ucap Adit di dalam hati.

Lalu mereka berdua mengobrol dan Adit tidak


sengaja mengucapkan. “Nanti kalu aku udah lulus

77
kuliah, kamu mau nikah sama aku gak?” Putri dengan
perasaan senang langsung mengangguk, Adit tidak bisa
menahan senyum melihat jawaban dari Putri.

Ternyata waktu sudah sore hari dan mereka berdua


ingin pulang. “Ini mau langsung pulang?” ucap Adit.
Putri kebingungan setelah mendengar pertanyaan Adit.
“Kita gak mau mampir dulu gitu?” tawarnya. “Mampir
kemana?” kata Putri mengunakan bahasa isyarat. “Di
sini deket sama apa ya,” ia memberi saran. “Oh itu, mau
ke pantai lihat sunset?” lanjut Adit. Putri mengangguk
dengan penuh semangat

Kemudian mereka sudah sampai di pantai , mereka


pun duduk berdua di pinggir pantai hingga waktu
malam. Hari pun sudah mulai gelap dan akhirnya mereka
pulang ke rumah masing-masing.

Sesampainya dirumah mereka mengobrol tentang


apa yang terjadi tadi. Adit mengirim foto Putri yang
sedang melihat aquarium dengan senang. Putri tidak bisa
menahan tawa setelah melihat foto itu.

78
Dua Atma Mencari Kebahagiaan
Kiera Dubela Moscha Pratama

Angin semilir serta sinar matahari menerpa salah


seorang gadis memakai headset yang sedang duduk di
kursi perpustakaan sekolah sambil membaca buku dan
mendengarkan salah satu musik dari penyanyi band
Indonesia, Noah. Tanpa ia sadari, sedari tadi ada yang
memperhatikan nya dari bilik rak buku – buku
perpustakaan. “Arshekal!” panggil seorang laki - laki
bertubuh tidak terlalu tinggi, membuat pemilik nama itu
mencari arah suara. “Ngapain di sini?” tanya lelaki itu.
“Lagi baca buku aja sih, kenapa emang?” jawab
Arshekal. “Yakin baca buku atau lagi ngeliatin Keshila?”
di tatapnya Keshila yang sedang membaca buku. “Kenal
dia?” tanya Arshekal kepada temannya, Dev. “Kenal,
anak kelas sebelah. Suka sama dia?” tanya Dev. “Iya,”
jawab Arshekal. Cantik, gumam Arshekal. Tidak lama
setelah itu, Keshila bangkit dari kursinya untuk
mengembalikan buku ke rak. “Hai,” sapa Arshekal
sambil menjulurkan tangannya. “Siapa?” tanya Keshila,

79
“Arshekal kelas 11 IPS 2,” Keshila terlihat bingung,
karena ia pikir ia tidak pernah melihat laki-laki yang ada
di depannya ini. Tanpa pikir panjang Keshila menjabat
tangan Arshekal “Keshila 11 IPS 1,” sapa Keshila sambil
tersenyum. Setelah itu, Keshila balik ke kelasnya
meninggalkan Arshekal yang sedang mematung di
tempatnya. Senyum nya manis banget, ga kuat liatnya,
Batin Arshekal.

Bel pulang telah tiba, membuat semua murid


SMAN 06 berlarian keluar kelasnya. Tidak sabar untuk
pulang ke rumahnya. Begitu pun Keshila, saat ini ia
sedang menunggu bus di halte dekat sekolah nya.
Memakai headset mendengarkan musik kesukaan nya.
“Kita ketemu lagi Kesh,” sapaan itu membuat Keshila
melepas salah satu headset nya. “Loh, Arshekal?” tanya
Keshila meyakinkan “Iya,” jawab Arshekal sambil
duduk di samping Keshila, “Nungguin bus juga ya?”
lanjut Arshekal. “Lagi dengerin lagu apa?” tanya
Arshekal, “Lagunya Noah,” jawab Keshila. “Selera kita
sama Kesh!” antusias Arshekal. “Oh ya? Mau dengerin
bareng ga?” tawar Keshila sambil kasih salah satu

80
headset nya kepada Arshekal. Mereka berdua
mendengarkan lagu bersama sambil menunggu bus yang
datang.

Sesampainya di rumah, Keshila tidak bisa


berhenti memikirkan Arshekal. “Senyum- senyum terus
kenapa itu, lagi kasmaran ya?” tanya bunda nya Keshila
karena merasa heran sedari tadi anaknya tidak bisa
berhenti untuk tidak tersenyum. “Ih enggak Bun, Keshila
enggak lagi kasmaran kok,” jawab Keshila, “Bunda tuh
tau kalau remaja lagi kasmaran seperti apa, kan bunda
dulu juga pernah remaja dan pernah kasmaran seperti
kamu,” ucap bunda Keshila lembut. “Enggak bunda,
udah ya Keshila mau makan dulu lapar,” bunda Keshila
hanya menggeleng gelengkan kepalanya, namanya juga
anak muda! Batin bunda Keshila.

Hari Senin tiba, saatnya siswa siswi SMAN 06


melakukan kegiatan upacara di lapangan. Baris berbaris
di lakukan semua kelas dari kelas 10 sampai dengan
kelas 12. Kelas Keshila dengan kelas Arshekal berbaris
sampingan. Membuat Arshekal leluasa untuk
memperhatikan Keshila. Lalu setelah itu, semua siswa

81
dan siswi membubarkan barisan mereka, tanda upacara
sudah selesai dan mereka segera kembali ke kelasnya
masing-masing. Namun, ada juga yang berlari ke kantin
untuk mengisi perut mereka yang belum sarapan.
Keshila masuk ke kantin dan di saat yang bersamaan
juga Arshekal dengan teman-teman nya sedang berada di
dalam kantin, mereka duduk bergerombol di kursi kantin
sambil tertawa terbahak-bahak.

“Halo Keshila,” sapa salah satu teman Arshekal.


Melihat itu, Arshekal langsung menatap tajam teman
nya, “Keshila kok sendirian aja sih, mau aa Arshekal
temani ga?” ledek teman Arshekal. Keshila yang
mendengar nya hanya bisa tersenyum karena tidak heran
melihat tingkah laku teman-teman Arshekal. “Kesh,
nanti mau pulang bareng enggak?” tawar Arshekal.
“Waduh gercep amat sih mas Shekal pepetnya!” celetuk
Dev. “Jangan di dengerin Kesh, jadi nanti mau enggak?”
Keshila hanya mengangguk sambil tersenyum lalu
langsung pergi meninggalkan Arshekal. “YES!”
semangat Arshekal membuat seluruh siswa yang ada di
kantin melihat ke arah Arshekal. Menyadari itu, Arshekal

82
kikuk. “Maaf ya teman-teman,” ujar Arshekal sembari
duduk ke tempatnya.

Tiba saatnya untuk pulang, Arshekal sudah


menunggu di depan kelas 11 IPS 1. Keshila berjalan
keluar kelas dengan tiga teman nya. Melihat Arshekal
yang berada di luar kelas, membuat ketiga teman Keshila
mengernyit bingung. “Loh, Arshekal ngapain di depan?”
tanya Kaira, salah satu teman Keshila. “Dia nawarin gue
pulang Kai, terus gue iya in,” sontak saja ketiga
temannya langsung melotot keheranan ke arah Keshila.
“Kok lu mau sih Kesh?” tanya Nazara. “Ya kenapa
enggak Naz?” jawab Keshila, “Kesh, teman-teman nya
dia tuh ga benar semua! Dia juga pasti ikut ga benar,”
Kaira hanya takut jika teman nya ikut terjerumus hal-hal
yang tidak baik. “Enggak Kai, yaudah gue duluan yaa,”
Keshila pergi meninggalkan ketiga temannya yang masih
bingung. “Kalau Keshila cuman di jadiin bahan taruhan
gimana?” khawatir Kaira. “Jangan bicara gitu Kai, kita
doain aja semoga Arshekal ga aneh-aneh ke Keshila,”
Raina menenangkan Kaira.

83
Di perjalanan pulang, Arshekal dan Keshila tidak
saling berbicara. Mereka terlihat canggung. Tiba-tiba
Arshekal terpikirkan untuk mengajak Keshila memakan
bakso langganan nya. “Kesh,” panggil Arshekal, “Iya,
kenapa Kal?” jawab Keshila. “Mau makan bakso ga?
Kebetulan gue punya tempat langganan bakso yang enak
banget!” Keshila mengangguk antusias. “Mau! Mau
banget!” Arshekal melajukan motornya dengan cepat.
Tiba di tempat bakso yang Arshekal maksud. Keshila
segera turun dari motor Arshekal, membaca spanduk
yang tertera ‘Bakso kang Mamet’ gumam Keshila.
Keshila menyadari bahwa bakso kang Mamet ini
sangatlah ramai pengunjung. “Wah rame banget ya Kal,
baksonya,” ujar Keshila. “Iya Kesh. ini udah rame, enak
lagi. Ayo,” Arshekal menggandeng tangan Keshila untuk
masuk ke dalam tempat nya. Mereka berdua mencari
tempat duduk dan langsung menduduki kursi yang
berada di dekat jendela. “Mau pesan apa Kesh?” tanya
Arshekal. “Mau bakso urat sama es jeruk yaa,” jawab
Keshila, mendengar itu Arshekal langsung bangkit dari
duduknya untuk memesan pesanan Keshila dan dirinya.

84
Sembari menunggu makanan datang, Keshila
mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Sebuah buku
kecil, tentu menarik perhatian Arshekal. “Itu buku apa
Kesh?” tanya Arshekal. “Aku suka banget sama sajak,
Kal. Kalau lagi waktu senggang aku kadang suka
menulis sajak,” jawab Keshila sambil menuliskan
sesuatu ke bukunya. “Sajak? Keren banget! Otak kamu
bisa encer ya kalau tentang itu,” puji Arshekal. “Haha, ga
encer banget Kal, kalau lagi enggak bisa mikir ya aku
enggak bisa nulis. Cuman kadang aku suka terinspirasi
dari hal-hal yang aku liat, aku dengar, dan aku pikirkan,”
Arshekal hanya menyimak apa yang Keshila katakan. Ia
kagum dengan Keshila. Makanan pun datang membuat
mereka yang perutnya sudah keroncongan akhirnya bisa
terisi. Sesudah selesai makan, mereka berdua langsung
pulang karena langit menunjukkan sudah mulai mendung
yang artinya akan turun hujan.

Benar saja, hujan turun tiba-tiba dengan


derasnya. Keshila dengan Arshekal berteduh di depan
ruko kosong. Udara yang dingin membuat Keshila
memeluk dirinya sendiri. Melihat itu, Arshekal langsung

85
memakaikan jaketnya kepada Keshila. Arshekal
mengusap usap kedua tangan nya lalu di tiup dan di
tempelkan pada kedua pipi kanan kiri Keshila, agar
hangat. Perlakuan Arshekal membuat hati Keshila
menjadi hangat. Ia tersenyum tipis. Setelah menunggu
lama, akhirnya hujan mereda. Arshekal mengelap jok
motor belakang agar rok Keshila tidak terlalu basah.
Arshekal menyalakan mesin motornya, “Ayo Kesh,
naik!” Keshila segera menaiki motor Arshekal lalu
Arshekal melajukan motornya menuju rumah Keshila.

***

“Kesh, hari ini mau ke mana?” tanya Nazara.


“Mau ke Gramedia, Naz. Kenapa emang?” jawab
Keshila sembari membereskan buku-buku yang
berserakan di mejanya. “Nanya aja, gue duluan ya!”
Ucap Nazara. “Iyaa,” jawab Keshila sambil melangkah
keluar kelas menuju halte bus. Karena lama menunggu,
Keshila mengeluarkan buku kecil nya yang berisikan

86
tulisan sajak. Ia menulis sajak sambil memikirkan
Arshekal. Ia harap, Arshekal bukan laki-laki seperti
mantan dia sebelumnya. Ia trauma, karena terakhir kali
ia tulus dengan seseorang, ia di kecewakan berkali-kali.
Mungkin, jika bukan karena Arshekal datang ke
kehidupan Keshila, Keshila masih memikirkan mantan
nya itu.

Keshila sedang memutari Gramedia saat ini, ia


sedang mencari buku sastra karya Sapardi Djoko
Damono. “Nah, ketemu,” Keshila ingin mengambil buku
di atas rak, tetapi tinggi. Ia tidak terlalu sampai, Ia
sedang berusaha supaya buku itu teraih oleh tangan
mungil dan tubuh tidak terlalu tinggi nya. Ia tidak
menyadari bahwa ada seseorang di belakang nya
memperhatikan dia. Diam-diam seseorang itu membantu
Keshila mengambilkan buku itu. “Dapat,” ucap
seseorang di belakang Keshila. mendengar itu, Keshila
melihat ke arah belakang. “Eh? Arshekal? Oh bukan
ternyata,” gumam Keshila pelan. “Ini, bukunya,” kata
seseorang itu. Keshila mengambil buku itu tanpa pikir
panjang tidak lupa ia ucapkan terimakasih lalu ia

87
langsung ke kasir untuk membayar nya. Di samping
Keshila, seseorang itu ikut membayar buku yang sama
dengan dirinya. Ternyata suka sajak juga, pikir Keshila
sambil melirik dikit ke arah nya. “Aku memang suka
sajak, dari kecil,” ucap seseorang itu dengan tiba-tiba,
seperti bisa membaca pikiran Keshila. “Eh?” celetuk
Keshila. “Namaku Gama, senang bertemu denganmu.
Keshila,” ucap Gama sambil melirik bed nama yang
tertera di seragam Keshila lalu tersenyum. Melihat itu,
Keshila sangat kebingungan.

Keshila pulang ke rumah masih dengan perasaan


yang bingung. Entah karena Gama atau Arshekal. Ia baru
sadar, ia belum melihat Arshekal dari berangkat sekolah
hingga ia pulang sekolah. Ke mana dia? Pikir Keshila.
Tiba-tiba saja Handphone Keshila bergetar, ia segera
melihat siapa yang menelepon nya. Ternyata itu Arshekal
ia segera mengangkat telepon nya. “Halo Kesh, Sabtu
kamu ada waktu luang enggak?” tanya Arshekal.
“Enggak ada, Kal. Kenapa memangnya?” Arshekal
berdeham sebentar. “Mau ngajakin kamu jalan ke suatu
tempat, bisa?” Keshila berdiam, memikirkan jawaban.

88
Mengapa tiba-tiba Arshekal mengajak ketemu ya? Pikir
Keshila. “Iya. Bisa kok Kal,” jawab Keshila. “Oke Kesh,
sampai ketemu nanti ya,” ucap Arshekal langsung
mematikan panggilan suara.

***

Ini yang di tunggu-tunggu oleh Keshila. Ia


penasaran, apa yang akan Arshekal lakukan kepadanya?
Keshila sedang bersiap siap sembari menunggu Arshekal
menjemputnya. Tin.. tin.. suara klakson motor berbunyi,
Keshila segera berlari keluar. Ia mengunci pintu rumah
nya agar tidak ada yang masuk, kebetulan saja orang tua
Keshila sedang bepergian. “Udah siap Kesh?” tanya
Arshekal, “Siap kok!” Keshila segera menaiki motor
nya, sebelum itu Arshekal memakaikan helm kepada
Keshila. Langsung saja Arshekal menyalakan mesin
motornya dan melaju dengan kecepatan sedang.

Mereka berdua tiba di cafe di salah satu kota


Jakarta, Keshila turun dari motor Arshekal. Arshekal

89
memarkirkan motornya, lalu mereka berdua masuk ke
dalam cafe. Keshila melihat sekeliling cafe itu, sebuah
bangunan yang di lihat dari luar maupun dalam
bernuansa Eropa. “Kal, kok cafe nya sepi pengunjung?
Padahal kan bagus,” tanya Keshila, “Cafe nya aku sewa.
Kesh,” mendengar itu, Keshila kaget. “Cafe ini aku sewa
buat hari ini yang akan menjadi hari spesial. Kebetulan
cafe ini punya teman aku,” lanjut Arshekal. Tiba-tiba
saja segerombolan teman-teman Arshekal datang. “Mana
Kal cewek lu?” tanya salah satu temannya. “Ini di
samping gua,” jawab Arshekal sambil merangkul
Keshila. “Namanya siapa?” tanya temannya lagi.
“Keshila,” ia memperkenalkan diri sambil tersenyum.
“Keshila?” teman Arshekal menatap Keshila dari atas
sampai bawah, seperti sedang menilai. “Yang lu targetin
jadi taruhan itu, Kal?” lanjut teman Arshekal, sontak
semua orang yang ada di situ kaget bukan kepalang
mendengar nya. Begitupun Keshila, ia menahan tangis
nya. Tanpa pikir panjang, Arshekal menonjok pipi teman
nya itu. Semua teman-teman Arshekal segera
memberhentikan perkelahian itu. Keshila lari keluar
dengan menangis, pikiran ia kacau, hatinya sakit.

90
Arshekal langsung mengejar Keshila, “Kesh, Keshila!
Tunggu!” Arshekal menahan tangan Keshila, “Apa?
Bilang itu semua ga benar, Kal!” teriak Keshila.
Arshekal diam tidak berkutik. “Kenapa diam? Kalau itu
benar kenapa kamu malah mukul teman kamu? Apa
karena dia benar dan dia ga sepantasnya bilang itu di
depan aku, karena takut aku sakit hati? Jawab Kal!”
bentak Keshila, air mata nya sudah mengucur deras.
“Enggak Kesh, kamu salah paham,” Arshekal menatap
lembut Keshila, menahan tangan nya agar ia tidak pergi
lagi. “Salah paham gimana Kal?” lirih Keshila. Keshila
melepaskan genggaman tangan Arshekal lalu ia langsung
pergi menaiki taksi. Di belakang, Arshekal memanggil
nama Keshila berkali kali. Ia dengan cepat mengambil
motor nya dan mengejar taksi Keshila sebelum ia terlalu
jauh.

***

91
Keshila mampir ke sebuah tempat, Bandung. Ia
mengistirahatkan hatinya di kota tersebut. Berdiam diri
di jalan Braga sambil memakan es krim, salah satu
makanan favorit nya ketika ia sedang berada di dalam
masalah. Setelah kemarin ia di campakkan, keesokan
harinya Keshila memasukkan semua bajunya ke dalam
koper dan berniat untuk mendatangi kota ia dulu.
Bandung adalah tempat kelahiran Keshila, tempat masa
kecilnya yang ia habiskan bersama nenek nya, kala
kedua orang tuanya bekerja. Namun sekarang, nenek nya
telah tiada. Keshila belajar membuat sajak dari
neneknya, neneknya sangat suka sekali membuat puisi.
Karena puisi, kita bisa menyampaikan perasaan apa yang
kita rasakan. Sama saja dengan sajak, maka dari itu,
Keshila selalu menuangkan perasaan nya ke dalam sajak
maupun puisi.

Keshila menonaktifkan Handphone nya agar


tidak ada yang mengganggu nya. Arshekal terus menerus
menelepon Keshila. Arshekal mengirim pesan
permintaan maaf. Tetapi tidak di gubris oleh Keshila, ia
sudah terlalu capek.

92
Setelah hari itu, Keshila berjanji tidak akan jatuh
cinta lagi. Hari sudah menjelang malam, Keshila masih
saja berdiam diri di tempatnya. “Keshila, kita ketemu
lagi,” Keshila mendongak. Ah, ternyata orang itu. Laki-
laki yang ia temui sewaktu ia membeli buku di
Gramedia. “Namaku, Gama. Senang bertemu denganmu
lagi Keshila,” ucap Gama sambil tersenyum. “Kenapa
kamu ada di mana-mana?” ceplos Keshila, Gama hanya
tertawa mendengarnya, lucu baginya. “Mungkin tuhan
menakdirkan aku untuk ada di sekeliling kamu.
Keshila,” Keshila diam, ia sedang tidak ada tenaga untuk
berbicara karena sudah ia habiskan untuk menangis.
“Mata kamu sembab, habis menangis ya?” tanya Gama,
lembut. “Pikir aja sendiri,” jawab Keshila jutek. Gama
tertawa, “Aku tau kamu suka sajak. Aku membuat buku
ini untukmu.” Gama menaruh buku itu di samping
Keshila, “Kalau hatimu sudah membaik, cari aku ya,”
ucap Gama lalu pergi meninggalkan Keshila. Karena
penasaran, Keshila membuka buku tersebut. Ia
membacanya selembar demi selembar. Sampai pada satu
halaman, ia tersentuh membacanya. Dengan kata-kata
yang indah, Gama sampaikan perasaan nya kepada

93
Keshila. Keshila membacanya dengan tersenyum.
Hatinya menjadi hangat.

Ku perhatikan, sore ini tidak memperlihatkan


jingganya. Hanya setumpuk kabut yang
menyelimuti langit.

Mungkin sampai Nisha tiba

kabut tak kunjung usai

Sandykala yang aku rindukan

diganti dengan aksara Nirmala

Tubuhnya, bagai hiasan jumantara yang


adiwarna

Sungguh,

Aku berterimakasih pada cakrawala, telah


menggantikan sandhya dengan dirimu Keshila.

Keshila membaca halaman berikutnya.

Di pipi merah dan senyum manismu

94
Sungguh-sungguh aku mengagumi pesonamu

Dengan tingkah konyolmu serta gelak tawamu

Ada yang harus aku syukuri

Bahwa kau sudah lahir di bumi.

Sesekali cobalah tatapan teduhmu menatap


kesini

Tidakkah kau penasaran

Siapa yang mengirim sepucuk rindu di jendela


kamarmu di kala malammu

Dengan diksi terpilih untuk menggambarkan mu

Mungkin, tidak cukup dengan diksi indah saja


aku rangkai dirimu dalam tulisanku

Tapi maaf,

Inilah cara sederhana ku untuk mengagumi mu.

Gama berjalan seorang diri, menuju hotel. Ia tak


henti memikirkan Keshila, ia harap, cinta terakhir
nya itu membalas cintanya. Gama sudah

95
menyimpan rasa kepada Keshila sudah sangat
lama. Namun, ia baru berani menyampaikan
perasaan nya sekarang. Ia hanya ingin mencari
kebahagiaan dalam cinta terakhir nya sebelum ia
pergi.

96
Bionarasi Penulis

Tiara Alvira Putri


Tiara, ia adalah seorang anak tunggal di keluarganya.
Ia lahir pada 23 Juni 2007, ia adalah seseorang yang
sangat menyukai mencoba hal-hal baru dalam hidupnya.
Membaca dan menulis merupakan hobinya, ia pun
pernah mengikuti perlombaan menulis cerita pendek
pada saat ia masih SMP. Membaca buku nonfiksi adalah
salah satu kegemarannya. Buku pertama penulis
kumpulan cerita pendek Rekam Jejak Pada Hujan sudah
diterbitkan. Buku penulis kedua kumpulan cerita pendek
Kita Kala Itu sudah diterbitkan.
Saya adalah siswi yang pernah menempuh
pendidikan di SDN 2 Kutabumi, SMPN 2 Pasarkemis,
dan melanjutkan pendidikannya di SMAN 5 Kota
Tangerang. Selengkapnya mengenai kehidupan penulis
dapat dilihat dalam akun media sosialnya yaitu pada
Instagram @tiaravira.ptr.

97
Karromah
Lahir di Sampang, pada tahun 2006 Dari pasangan
Buna'I , dan ibu Saniyeh, Anak Tunggal.. Penulis
menamatkan SD NEGERI KARAWACI 6
TANGERANG, SMPN 6 TANGERANG, kemudian
penulis sedang menempuh Pendidikan nya kelas 11
jurusan IPS di SMAN 5 TANGERANG, hobi saya ialah
membaca aplikasi wattpad , buku sekolah, buku novel
dan lain lain nya yang menurut saya menarik. Saya suka
olahraga di hari minggu bermain bulu tangkis, dan yang
terakhir saya suka menari. Buku penulis pertama
kumpulan cerita pendek Kita Kala Itu sudah diterbitkan
Saya mempunyai akun media Instagram @_karommm.

98
Seyra Drina Syah P.

Lahir di Tangerang pada tahun 2007 tanggal 31


Januari ,dari pasangan 'Marlina dan Hendri' anak terakhir
dari 3 bersaudara. Hobi membaca au, komik, kadang
nonton anime dan suka main basket.

Penulis menamatkan SD di SDN Karawaci 8 Kota


Tangerang, SMP Nusantara 1Kota Tangerang.Kemudian
melanjutkan bersekolah di SMA Negri 5 Kota
Tangerang. Buku penulis pertama kumpulan cerita
pendek Kita Kala Itu sudah diterbitkan

99
Dafa Dharma Wijaya
Lahir di Tangerang pada tahun 2007 Pada Tanggal 7
Juli, dari pasangan Erni dan Yudi anak terakhir dari 4
bersaudara. Dan hobi saya adalah ber olahraga seperti
main bola, badminton.
Penulis menamatkan SD di SDN Karawaci 19 Kota
Tangerang, SMP Negeri 6 Kota Tangerang. Kemudian
melanjutkan bersekolah di SMA Negri 5 Kota
Tangerang. Buku penulis pertama kumpulan cerita
pendek Kita Kala Itu sudah diterbitkan

100
Akhdanazra Kusuma

.Lahir pada tanggal 20 September 2007 dari pasangan


Putu Tangkas dan Sri mulyatie. Penulis menamatkan SD
di SDN Tigaraksa 1, SMPN 6 Tangerang, dan kemudian
pemulis sedang menempuh pendidikan di SMAN 5
Tangerang. Hobi saya bermain game. Cita-citasaya
menjadi seorang pilot. Buku penulis pertama kumpulan
cerita pendek Kita Kala Itu sudah diterbitkan

101
Kiera Dubela Moscha Pratama

Lahir di Tangerang pada tahun 2007 bulan Agustus


dari pasangan bapak Nendy dan Ibu bernama Nining.
Penulis bersekolah menamatkan pendidikan Di SDIT
MUTIARA HATI, SMPIT MUTIARA HIKMAH yang
berada di Bekasi. Lalu penulis pindah dan sedang
menempuh pendidikannya di SMAN 5 KOTA
TANGERANG kelas 11 jurusan IPS. Hobi saya
membaca novel, dan berenang. Saya menyukai Dance.
Terakhir, saya mempunyai akun media sosial Instagram
@kieradbla. Buku penulis pertama kumpulan cerita
pendek Kita Kala Itu sudah diterbitkan

102

Anda mungkin juga menyukai