OLEH :
Pembimbing :
SYUKRANI, STR.GZ
NIP.19850707 201101 2 003
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, laporan kegiatan modifikasi resep mata kuliah
Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit untuk Prodi Sarjana
Terapan Gizi dan Dietetika ini dapat kami selesaikan.
Praktek di bagian penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
didapat mahasiswa saat pembelajaran di kelas maupun di laboratorium. Selain itu,
kegiatan PKL dilakukan untuk membentuk calon Sarjana Terapan Gizi dan
Dietetika yang kompeten, professional dan siap kerja.
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan dalam rangka mencapai kompetensi
Program Studi Sarjanan Terapan Gizi dan Dietetika yang telah ditetapkan dalam
Kepmenkes nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi.
Demikianlah laporan kegiatan modifikasi resep di ini dibuat, semoga dapat
memberikan petunjuk dan manfaat dalam pelaksanaan PKL mahasiswa di instalasi
penyelenggaraan makanan RSUD Ahmad Mochtar Bukittinggi.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan 3
C. Manfaat 4
B. Modifikasi Resep 6
C. Bentuk Makanan 7
D. Daya Terima 8
E. Sisa makanan 12
A. Nama Produck 15
B. Resep Standar 15
D. Sampel 26
LAMPIRAN 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu bagian yang menunjang
sistem manajemen pelayanan kesehatan. Berdasarkan pedoman pelayanan gizi
rumah sakit atau disingkat PGRS tahun 2013, pelayanan gizi rumah sakit meliputi
4 bagian yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap,
penyelenggaraan makanan, penelitian dan pengembangan gizi. Keempat kegiatan
tersebut mencerminkan mutu pelayanan kesehatan pada rumah sakit. Kesuksesan
dari pelayanan gizi yang dilaksanakan tesebut tidak terlepas dari berbagai faktor
salah satunya adalah faktor petugas gizi dalam memberikan pelayanan (Kemenkes
RI, 2013)
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada
konsumen dan pencatatan serat pelaporan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk
menyediakan makanan yang berkualitas, sesuai dengan kebutuhan gizi, biaya,
aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
Penyajian makanan pada orang sakit cenderung lebih kompleks dari pada
penyajian makanan pada orang sehat karena adanya perubahan nafsu makan.
Kepuasan pasien dalam penampilan dan rasa makanan, terutama penyajian
makanan sangat berkaitan dengan sisa makanan pasien, di mana penyajian
makanan yang tidak tepat dapat berdampak pada banyaknya sisa makanan pasien.
Sisa makanan di rumah sakit dapat memberikan informasi tentang banyaknya
makanan yang dibuang, besar kecilnya daya terima pasien, dan kepuasan pasien
terhadap makanan.
Sisa makanan pasien yaitu makanan yang disisakan oleh pasien yang
menandakan kurang maksimalnya daya terima pasien. Kurangnya daya terima
pasien terhadap makanan maka akan berpengaruh terhadap asuhan gizi pasien dan
jika berlangsung lama maka akan menyebabkan pasien mengalami defisiensi zat
gizi (Renaningtias, 2004). i
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
C. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidang
modifikasi menu di rumah sakit serta salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah MSPM RS di Prodi Sarjana Terapan Gizi dan
Dietetika Poltekkes Kemenkes RI Padang.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai referensi dalam pelayanan gizi rumah sakit yaitu pada
focus penyelenggaraan makanan untuk menciptakan menu yang lebih
bervariasi dan diterima dengan baik oleh pasien sehingga membantu
proses penyembuhan pada pasien.
BAB
11 II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Modifikasi Resep
1. Pengertian Modifikasi
Modifikasi resep adalah mengubah resep dasar menjadi resep baru untuk
meningkatkan nila gizi pada makanan. Modifikasi resep dapat dilakukan dengan
cara menambah atau mengurangi bumbu pada masakan. Modifikasi resep
dibutuhkan untuk meningkatkkan daya terima makanan konsumen.
Modifikasi resep disebut juga pengembagan resep yaitu upaya
meningkatkan menu sehingga lebih berkualitas dalam hal rasa, warna, aroma,
tekstur, nilai gizi, atau jumlah. Hasil modifikasi resep akan menentukan variasi
rasa dan makanan. Memodifikasi kandungan gizi dapat dilakukan dengan
memodifikasi bahan makanan baik jumlah ataupun jenis dan teknik memasak.
2. Tujuan Modifikasi Resep
Tujuan melakukan modifikasi resep adalah untuk mengembangkan dan
menyesuaikan suatu produk makanan agar menghasilkan makanan yang citarasa,
kandungan gizi, atau jumlah sesuai dengan keinginan atau kebutuhan, sehingga
akan meningkatkan daya terima makanan. Setelah melakukan modifikasi resep,
maka hasil akhir yang diharapkan adalah:
a. Diperoleh komposisi yang baik dan seimbang untuk suatu resep. Resep
modifikasi akan mempunyai komposisi yang baru sesuai dengan tujuan
modifikasi. Apabila tujuan untuk penyesuaian nilai gizi maka dalam
resep modifikasi perlu dicantukan nilai gizi yang baru.
b. Diketahuinya pengolahan yang tepat untuk mengolah resep. Termasuk
alat yang digunakan, waktu, dan teknik memasak. Setiap tahapan
modifikasi perlu di dokumentasikan agar diperoleh standar resep yang
baku. 11
c. Dihasilkan produk makanan yang dapat diterima dan disukai konsumen,
baik rasa, maupun penampilan dan cara penyajian makanan.
d. Dihasilkan jumlah produk makanan hasil dari penggandaan resep asli
yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan sumber daya.
C. Bentuk Makanan
1. Makanan Biasa
sedang, makanan mudah dicerna dan tidak mengandung bumbu yang merangsang.
Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu, pasien dengan
penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien dengan
kesulitan mengunyah dan menelan, serta sebagai perpindahan dari makanan saring
ke makanan biasa.
3. Makanan saring
Makanan saring adalah makana semi padat yang mempunyai testur lebih
halus dari pada makanan lunak, sehingga11
lebih mudah ditelan dan dicerna.
Makanan saring dapt diberikan secara langsung kepada pasien atau merupakan
perindahan dari makanan cair ke makanan lunak. Makanan saring, misalnya bubur
nasi yang disaring, bubur dari berbagai tepung-tepungan, disertai dengan lauk dan
sayuran yang dicincang. Makanan tidak cukup mengandung zat gizi, terutama
energi dan vitamin B, maka sebaiknya disertai dengan suplemen makanan yang
padat gizi.
4. Makanan Cair
D. Daya Terima
Daya terima makanan adalah penerimaan terhadap makanan yang disajikan
dapat diterima oleh konsumen, tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan makanan
adalah makanan yang disajikan dapat dterima dan makanan tersebut habis
termakan tanpa meninggakan sisa maknaan. Daya terima sendiri sebagai tolak
ukur kepuasan konsumen(Pertemuan Ilmiah Nasional, 2007).
Faktor yang memengaruhi daya terima makanan dibagi menjadi dua, yaitu
a. Faktor Internal
1) Nafsu Makan
tampilan menarik, mempunyai bau yang sedap dan mempunyai rasa yang lezat.
(Dita, 2010 & Andika, 2012)
1) Penampilan makanan
pada makanan, seperti cabai, bawang merah, bawang putih dan sebagainya. (Nida,
2011)
✓ Tingkat Kematangan
E. Sisa makanan
Sisa makanan merupakan makanan yang tidak habis termakan dan dibuang
sebagai sampah (Azwar, 1990). Sisa makanan adalah bahan makanan atau
makanan yang tidak dimakan. Ada 2 jenis sisa makanan, yaitu :
Konsumen akan memutuskan menerima atau menolak produk dengan empat rasa
tersebut
d. Tekstur
Tekstur makanan merupakan bentuk luar dan dalam dari makanan.
Terdapat tekstur yang lunak, padat, cair dan keras. Tekstur suatu bahan dapat
mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan makanan tersebut.
11
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Produk
Tabel 3. 1 : Menu Awal dan Modifikasi
B. Resep Standar
a. Protein Hewani
1. Bakso Daging
Bakso daging adalah hidangan khas Indonesia yang terbuat dari bola-bola
daging yang biasanya dibuat dari daging sapi, tetapi juga bisa terbuat dari daging
ayam, ikan, atau campuran daging-daging tersebut.Bakso daging sering disajikan
dalam kuah kaldu yang lezat dan biasanya disajikan dengan mie, tahu, telur rebus,
dan kadang-kadang sayuran seperti sawi atau bok choy.
Tabel 4. 1 : Resep awal dan Resep Modifikasi Protein Hewani
Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa 31% menyatakan suka terhadap rasa
pada bakso daging, 31% lainnya menyatakan tidak suka pada rasa bakso daging.,6%
sangat suka pada bakso daging,dan 22% kurang suka pada bakso daging.rasa pada produk
modifikasi bakso daging disukai karena adanya modifikasi penambahan bumbu pada
daging menggunakan telur.
4. Tekstur
B. Protein nabati
1. Sate Lilit Tempe
Sate lilit tempe adalah hidangan khas dari Indonesia, khususnya Bali.
Hidangan ini terbuat dari tempe yang dicincang halus dan dicampur dengan
berbagai bumbu dan rempah-rempah,biasanya sate lilit tempe ini dibungkus atau
dililitkan secara merata pada batang sate yang terbuat dari bambu atau lidi. Proses
penggulungan inilah yang memberikan hidangan ini nama "lilit." Setelah itu, sate
lilit tempe biasanya dipanggang atau dibakar hingga matang di atas bara api atau
gril, yang memberikan cita rasa yang khas dan aroma yang lezat.
Tabel 4. 2 : Resep awal dan Resep Modifikasi Protein Nabati
Bahan: Bahan-bahan:
• Tempe 50 • 50 gram tempe, potong kecil-kecil
• Santan 25 gr • 1/4 lembar daun jeruk purut, iris halus
• 1/4 lembar daun salam
• Bawang merah 7,5 gr, haluskan 11
• Bawang putih 1,5 gr, haluskan • Telur 10 gr
• Jahe giling • Seledri 0,5 gr
• Laos giling • Daun bawang 0,5 gr
• Daun bumbu, batang serei • Minyak 3 gr
• Garda mungu • Tusuk sate yang tebal
• Garam sck • Garam secukupnya
Bumbu Halus:
• 1 siung bawang merah
• 1/2 siung bawang putih
• 1 butir kemiri, sangrai
• 1 cm kunyit, bakar sebentar
Cara membuat: Cara Membuat:
• Tumis bumbu hingga harum. 1. Langkah pertama adalah membuat bumbu
• Masukkan santan, panaskan. halus. Haluskan bawang putih, kemiri,
• Masukkan tempe, masak dengan api dan kunyit dengan menggunakan
blender atau ulekan.
sedang.
• setelah ayam matang matikan api dan 2. Panaskan minyak kelapa atau minyak
sajikan. sayur dalam wajan besar. Tumis bumbu
halus, daun jeruk purut, dan daun salam
hingga harum dan matang.
Berdasarkan table diatas, terdapat peningkatan nilai gizi antara resep awal yaitu opor tempe
dengan resep baru modifikasi yaitu sate lilit tempe. Peningkatan ini dikarenakan pada resep modifikasi
terdapat penambahan bahan seperti telur dan minyak kelapa sawit tanpa menggunakan santan.
Bahan: Bahan-bahan:
• Buncis 40 Untuk Coleslaw:
• Tomat 30 gr
• Santan 25 gr
• Buncis 40 gr
• Bawang merah 7,5 gr, haluskan
• Wortel 30 gra
• Bawang putih 1,5 gr, haluskan • Mayonnaise 10 gr
• Jahe giling Untuk Saus:
• Laos giling • 1/2 cangkir mayones
• Daun bumbu, batang serei 11 • Garam secukupnya, sesuai selera
• Garda mungu •
• Garam sck
Cara membuat: Cara Membuat:
• Tumis bumbu hingga harum. 7. Bersihkan dan potong sayuran julienne ,
• Masukkan santan, panaskan. tomat kemudian direbus / kukus
• Masukkan ayam, masak dengan api
8. Dalam mangkuk terpisah, campurkan
sedang. mayones dengan tomat yang
• Tumis bumbu hingga harum. dihancurkan tambahkan garam
• Masukkan santan, panaskan.
• Masukkan ayam, masak dengan api 9. Tuangkan saus mayo yang sudah jadi ke
sedang. sayuran yang telah dikukus. Aduk rata
hingga semua sayuran terbalut dengan
saus.
Berdasarkan table diatas, terdapat peningkatan nilai gizi antara resep awal yaitu gulai buncis
putih dengan resep baru modifikasi yaitu coleslaw
11 tomato . Peningkatan ini dikarenakan pada resep
modifikasi terdapat penambahan bahan seperti mayonice.
1. Warna
2. Aroma
C. Sampel
Modifikasi resep ini menggunakan uji organoleptik.Panelis untuk uji
organoleptik berjumlah 10 panelis yaitu tenaga ahli gizi dan tenaga pengolah.
Sumber.Suryono.2018
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
▪ Dari pengambilan dan pengamatan sisa makanan untuk 2
ruangan yaitu bedah dan anak didapatkan sisa makanan yang
paling tinggi yaitu makanan lunak dengan menu sup daging
untuk protein hewani dan opor tempe untuk protein nabati,
sedangkan untuk sayuran yaitu menu gulai putih buncis.
▪ Menu yang diambil dipraktekan, setelah itu dilakukan uji
organoleptik dengan 14 panelis di ruangan sekre instalasi gizi
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
▪ Hasil dari uji organoleptik didapatkan, sup daging 43% panelis
suka dengan warna nya, 46% suka dengan aroma, 31% suka
dengan rasa nya, 47 % suka dengan teksturnya dari hasil itu
didapatkan juga masukkan dari panelis untuk mengurangi
jumlah tepung tapioka yang terlalu banyak sehingga porsi
baksonya terlalu besar yaitu didapatkan 7 buah bakso. jika
dilihat dari pasien, tidak banyak pasien yang suka dengan
makanan yang memiliki rasa yang manis
▪ Untuk sate lilit tempe didapatkan, 61% suka dengan warna nya,
72% panelis suka dengan aroma, 29% suka dengan rasa, 79%
suka dengan tekstur, dari hasil itu juga didapatkan masukkan
dari panelis, mengurangi garam agar rasa sate lilit tempe tidak
terlalu asin .
▪ Untuk coleslaw tomato didapatkan 64% panelis suka rasa, 86%
suka dengan aroma, 30% suka dengan rasa, 72% suka dengan
tekstur, dari hasil itu juga didapatkan masukkan dari panelis,
mengubah teknik potongan menjadi dadu agar lebih
menarik.mengurangi garam agar rasa buncis wortel bumbu
kuning tidak asin.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan dari data
tersebut bisa dilihat bahwa perlunya pengembangan atau
modifikasi untuk protein hewani, nabati dan sayuran pada
menu dalam bentuk makanan lunak dalam segi rasa dan
penampilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat; 2013.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia & Asosiasi Dietisien Indonesia. Penuntun Diet Dan
Terapi Gizi. 4th ed. EGC; 2019.
Renaningtyas, Dewi. et. al. 2004. Pengaruh Penggunaan Modifikasi Standar
Resep Lauk Nabati Tempe terhadap Daya Terima dan Persepsi Pasien
Rawat Inap. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Fakultas Kedokteran UGM.
Yogyakarta. Volume 1. Nomor 1
SMK Negeri 2 Sukoharjo. 2020. Modul Keamanan Pangan 2.
3. Dokumentasi modifikasi