Anda di halaman 1dari 2

Nama : Diah Rai Wardhani

NIM : 042452646
Prodi : S1 Akuntansi

Diskusi 8
Akuntansi Keuangan Syariah
(EKMA4482)

Penerimaan dana non halal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah, misalnya penerimaan jasa giro atau bunga yang
berasal dari bank konvensional. Penerimaan dana nonhalal pada umumnya
terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas
syariah dan sulit untuk dihindari. Contohnya, Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan
Badan Amil Zakat (BAZ) menerima dana zakat dari berbagai saluran, termasuk
rekening bank konvensional.
Penerimaan dana nonhalal diakui sebagai dana non halal, yang terpisah dari
dana zakat, dana infak atau sedekah, dan dana amil. Pengungkapan dana
nonhalal diatur dengan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat, Infak, dan
Sedekah. Aset nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah. Dana non halal
disalurkan untuk kegiatan sosial, sumbangan, dan penggunaan lainnya untuk
kepentingan umum, seperti pembangunan toilet umum, jalan raya, jembatan,
dll.
Sumber dana non halal meliputi sumber dana yang berasal dari internal dan
eksternal bank. Sumber dana internal meliputi infak, sedekah, dan hibah.
Sedangkan sumber dana eksternal meliputi denda, bunga bank, dll. Banyak
pendapat dan tanggapan dari para ulama dan ahli fiqih baik klasik maupun
kontemporer tentang bunga bank dan riba. Imam Syekh Mahmud Syaltut
berpendapat bahwa pinjaman berbunga dibolehkan bila sangat dibutuhkan.
Penerimaan zakat, infak, sedekah dari muzzaki melalui transfer bank
konvensional pada saat tertentu bisa jadi terdapat unsur dana non halal yaitu
berupa bunga bank. Padahal bunga dari bank konvensional merupakan bagian
dari riba dan riba tidak sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu amil
memisahkan dana yang sifatnya darurat tersebut dari dana zakat, infak, dan
sedekah. Dana non halal memang tidak dapat dihindari oleh amil dan dana
tersebut harus segera disalurkan dalam bentuk bantuan umum untuk
masyarakat seperti pembangunan jalan, renovasi toilet umum, dsb. Amil
mengungkapkan dana non halal tersebut dan mengklasifikasikan sesuai dengan
sumber penerimaannya. Keberadaan dana non halal juga tidak boleh terlalu
lama berada di amil dan secepat mungkin segera dikeluarkan.

1
Referensi:
Hisamuddin, N. & Solikha, I.H. (2014). "Persepsi, Penyajian, dan
Pengungkapan Dana Non Halal pada Baznas dan PKPU Kabupaten Lumajang".
Jurnal Zakat dan Wakaf. Vol 1(1).
Muhammad, R. (2022). Akuntansi Keuangan Syariah. Penerbit Universitas
Terbuka. Hal 9.29.

Anda mungkin juga menyukai