Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TERAPI SINAR BLUE LIGHT

Dosen pembimbing :
Achmad Vindo G, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
1. M. Gilang Aditiya Saputra 202102081

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN
2023/2024
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Terapi sinar”. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca. Penulisan makalah ini berdasarkan hasil kegiatan kami
dari hasil diskusi dengan kelompok maupun dari berbagai sumber. Makalah ini
disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan komplementer terapi energi .
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan baik secara
moral maupun material, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Achmad Vindo G, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata


kuliah Keperawatan Komplementer Terapi Energi yang telah memberikan
kesempatan untuk menyusun dan memberikan bimbingannya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
2. Orang tua, dan keluarga yang selalu memberikan dukungan semangat serta
doa tanpa henti selama proses penyusunan makalah ini. Semua pihak yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah terlibat banyak
membantu sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan Makalah ini, kami menyadari masih terdapat banyak


kekurangan baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu
dan wawasan serta pengalaman yang kami miliki. Untuk itu kami mohon maaf
atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran dan
kritik serta masukan yang bersifat membangun bagi penulis. Akhir kata semoga
dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun, dan orang lain yang membaca
makalah ini.

Madiun, 20 -Oktober-2023

Penyusun

iii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar belakang masalah.............................................................................4
1.2 Rumusan masalah......................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 DENIFISI TERAPI SINAR......................................................................6
2.2 PENELITIAN DASAR TENTANG TERAPI SINAR.............................6
2.3 INTERVENSI PENGUNAAN TERAPI SINAR......................................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
2.4 KESIMPULAN.........................................................................................9
2.5 SARAN.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Terapi Sinar merupakan metode pengobatan yang berkembang dengan

cepat, khususnya dalam upaya mengatasi infeksi bakteri yang semakin resisten

terhadap antibiotik. Salah satu bentuk terapi sinar adalah Antimicrobial Blue

Light (aBL), yang didasarkan pada penggunaan cahaya biru pada panjang

gelombang 400-470 nm. Terapi ini telah menjadi sorotan penelitian dalam upaya

mengurangi viabilitas berbagai spesies bakteri bahkan dengan radiasi yang

rendah.

Alfiani Zukhruful Fitri R dan Clara Alverina (Fitri & Alverina, 2021) telah

melakukan penelitian yang mengungkapkan bahwa blue light, khususnya pada

panjang gelombang 405 nm, efektif dalam mengurangi bakteri gonore. Hal ini

mungkin terjadi karena panjang gelombang 405 nm dapat menyerap porfirin dan

flavin secara maksimal, yang diduga merupakan fotosensitizer endogen yang

melimpah dalam bakteri. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Suryani

Dyah Astuti, Ni’matuzahroh, Muhammad Zainuddin, dan Suhariningsih (Astuti &

Zainuddin, t.t.) juga mengungkapkan bahwa sinar blue light memiliki potensi

untuk menghambat bakteri melalui fotoinaktivasi, yang merupakan proses

kerusakan membran sel bakteri akibat reaksi dengan oksigen reaktif dan

peroksidasi lipid dan protein. Studi lain oleh Yusro Amadiyah (Yusro Amadiyah,

2015) menyoroti kemampuan sinar laser dalam menghambat pertumbuhan biofilm

bakteri Staphylococcus epidermidis.

5
Penerapan terapi sinar biru ini dilakukan dengan berbagai cara tergantung

pada kondisi yang ingin diobati, dan terdapat perbedaan dalam waktu yang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Studi Fitri dan Alverina (Fitri

& Alverina, 2021) menyatakan bahwa sekitar 15 menit penerapan blue light sudah

cukup untuk menghancurkan bakteri patogen. Namun, penelitian oleh Suryani

Dyah Astuti, Ni’matuzahroh, Muhammad Zainuddin, dan Suhariningsih (Astuti &

Zainuddin, t.t.) menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan berkisar antara 30

hingga 60 menit tergantung pada kekuatan sinar blue light.

Terapi sinar, khususnya blue light, menawarkan potensi besar dalam

mengatasi masalah resistensi antibiotik dan infeksi bakteri. Oleh karena itu,

pemahaman lebih lanjut tentang mekanisme dan penerapan terapi sinar ini sangat

penting untuk pengembangan potensi pengobatan infeksi bakteri yang efektif.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi atau pengertian dari aBL (antimikroba blue light)?

2. Bagaimana penelitian dasar tentang terapi aBL?

3. Bagaimana Intervensi atau penerapan dari aBL?

6
BAB II
PEMBAHASAN

1.3 DENIFISI TERAPI SINAR


Antimicrobial Blue Light (aBL) merupakan jenis terapi untuk

mengendalikan infeksi bakteri yang resisten antibiotik didasarkan pada

penggunaan cahaya, khususnya pada panjang gelombang biru (400–470 nm)

karena dapat menurunkan viabilitas berbagai spesies bakteri walau dengan

radiasi yang rendah.(Fitri & Alverina, 2021)

1.4 PENELITIAN DASAR TENTANG TERAPI SINAR


Alfiani Zukhruful Fitri R dan Clara Alverina (Fitri & Alverina, 2021) telah

melakukan penelitian tentang blue light yang dapat mengurangi bakteri gonore,

fototerapi ini efektif berdasarkan beberapa penelitian adalah dengan 405 nm.

karena 405 nm dapat menyerap porfirin dan flavin (riboflavin, flavin

mononucleotide/FMN, dan flavin adenine dinucleotide/FAD) secara maksimal

yang keduanya diduga merupakan fotosensitizer endogen terbanyak di bakteri,

termasuk di N. gonorrhoeae

Dalam penelitian Suryani Dyah Astuti, Ni’matuzahroh, Muhammad

Zainuddin dan Suhariningsih (Astuti & Zainuddin, t.t.)menyebutkan bahwa sinar

blue light memiliki potensi untuk fotoinaktivasi bakteri. Fotoinaktivasi adalah

penghambatan aktivitas metabolisme sel karena kerusakan membran sitoplasmik

akibat peroksidasi oleh oksigen reaktif pada lipid dan protein mengakibatkan lisis

sel atau inaktivasi sistem transport membran dan sistem enzim transport membran

pada sel bakteri tersebut. Disebutkan di penelitiannya bahwa penyinaran LED biru

7
(429,8 ± 3,7) berpengaruh terhadap prosentase penurunan jumlah koloni bakteri

Staphylococcus aureusATCC 6538P.

Yusro Amadiyah (Yusro Amadiyah, 2015) juga melakukan penelitian

terhadap bakteri Staphyloccoccus, di dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

sinar laser dapat menghambat pertumbuhan biofilm dari bakteri Staphylococcus

epidermidis dengan meningkatnya intensitas cahaya dan suhu lingkungan.

1.5 INTERVENSI PENGUNAAN TERAPI SINAR

Cahaya biru dengan panjang gelombang 400-470nm secara intrinsik

bersifat antimikroba tanpa memerlukan fotosensitizer eksogen tambahan .

Inaktivasi fotodinamik dari sel bakteri terjadi akibat fotoeksitasi porfirin

intraseluler bakteri tersebut oleh cahaya biru yang menyebabkan terbentuknya

ROS (spesies oksigen reaktif sitotoksik), terutama oksigen singlet (1O2). (Fitri &

Alverina, 2021)

Penerapan atau intervensi blue light terapi dapat dilakukan dengan berbagai

cara, tergantung pada kondisi yang ingin diobati. Secara umum, blue light terapi

dilakukan dengan cara mengarahkan cahaya biru ke area yang ingin diobati.

Cahaya biru akan diserap oleh kulit atau jaringan dan mengubahnya menjadi

energi yang dapat membantu penyembuhan.

Dalam penelitian Fitri dan Alverina (Fitri & Alverina, 2021) dibutuhkan

waktu sekitar 15 menit dan cukup tinggi mengeradikasi bakteri patogen

tersebut. Kemudian dalam penelitian Suryani Dyah Astuti, Ni’matuzahroh,

Muhammad Zainuddin dan Suhariningsih (Astuti & Zainuddin, t.t.) membutuhkan

8
waktu yang bervariasi dari 30 sampai 60 menit untuk menghasilkan penurunan

jumlah bakteri berdasarkan daya sinar blue light.

9
BAB III
PENUTUP

1.6 KESIMPULAN
Kesimpulan dari paragraf tersebut adalah sebagai berikut:

1. Antimicrobial Blue Light (aBL) adalah jenis terapi untuk mengendalikan

infeksi bakteri yang resisten antibiotik.

2. aBL bekerja dengan memanfaatkan cahaya biru (400-470 nm) untuk

menginaktivasi bakteri.

3. aBL telah terbukti efektif dalam menurunkan viabilitas berbagai spesies

bakteri, termasuk bakteri gonore, Staphylococcus aureus, dan

Staphylococcus epidermidis.

4. Penerapan aBL dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada

kondisi yang ingin diobati, salah satunya dengan penyinaran langsung

1.7 SARAN
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan efektivitas aBL,

keamanan aBL dan berapa lama durasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadiyah, Yusro (2015) Optimasi sinar laser dioda 405 nm untuk penonaktifan

biofilm bakteri Staphylococcus epidermidis. Undergraduate thesis,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Astuti, S. D., & Zainuddin, M. (t.t.). Potensi Blue Light Emitting Diode (LED)

untuk Fotoinaktivasi Bakteri Staphylococcus aureus dengan Porfirin

Endogen. 13(3).

Fitri, A. Z., & Alverina, C. (2021). FOTOTERAPI 405NM BLUE LIGHT

LASER SEBAGAI ALTERNATIF TERAPI GONORE KOINFEKSI

KLAMIDIASIS RESISTEN ANTIBIOTIK. JIMKI: Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 9(1), 69–76.

https://doi.org/10.53366/jimki.v9i1.301

Ahmadiyah, Yusro (2015) Optimasi sinar laser dioda 405 nm untuk penonaktifan

biofilm bakteri Staphylococcus epidermidis. Undergraduate thesis,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

11

Anda mungkin juga menyukai