KONDUKTOMETRI
Disusun oleh:
Kelompok 6
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Instrumen dengan baik.
Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
Konduktometri pada mata kuliah Analisis Instrumen serta untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah Analisis Instrumen. Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari
semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah
“Analisis Instrumen”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca terutama Mahasiswa Pendidikan
Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam bab
selanjutnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan:
R = tahanan (ohm)
k = Konduktovitas (Sm-1)
Didalam titrasi konduktometri kita akan mendapatkan beberapa kemudahan yang mungkin
tidak kita dapatkan jika kita menggunakan dengan titrasi lainya, misal tidak menggunakan
indikator, karena dalam titrasi konduktometri ini kita hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi
dalam titrasi konduktometri ini kita tidak perlu mencari titik eivalen dengan melihat adanya
perubahan warna. Walaupun demikian masih banyak kelemahan – kelemahan dalam titrasi
konduktometri ini. Karena kita tahu bahwa dalam titrasi konduktometri hanya terbatas untuk
3
larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non elektrolit tidak
dapat menggunakan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan
daya hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan adanya ion–ion dalam larutan yang
berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati
larutan yang tidak terdapat ion– ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus
listrik.
Dalam titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi dan
temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga ikita harus menjaga
temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan, sehingga kita dapat memebedakan
perbedaan dari daya hantar larutan hanya berdasarkan perbedaan konsentrasi saja. Jika temperatur
berubah–ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar
malah memiliki daya hantar yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga ion – ion dalam larutan
tidak dapat begeraka dengan bebas.
a. Unit (mesin): Berfungsi sebagai sarana kontrol dan pembacaan hasil pengukuran. Pada unit
ini, hasil pengukuran yang diperoleh dari conductivity probe akan ditransfer dan diolah
untuk ditampilkan pada display dengan nilai numerik.
b. Conductivity probe (batang konduktivitas): Berfungsi sebagai sarana pengukuran
kemampuan Daya Hantar Listrik (DHL) atau nilai konduktivitas listrik suatu larutan atau
air dalam suatu perairan. Probe ini dicelupkan ke dalam sampel larutan atau air, dan secara
otomatis akan mentransfer hasil pengukuran ke unit alat untuk diolah dan ditampilkan pada
display dengan nilai numerik.
4
Gambar. Konduktometer
a. Sumber Listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari baterai) melalui larutan merupakan proses
faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan arus AC tidak
memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda-elektrodanya, dalam hal ini aliran arus
listrik bukan akibat proses faradai. Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat
listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan pada arus nonparadai atau arus AC.
b. Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran daya hantar.
Jembatan wheatstone bekerja berdasarkan keseimbangan tegangan antara tahanan Rx
dengan tahanan Rm dan tahanan antara R1 dengan tahanan R2, maka pada keadaan tersebut
dikatakan seimbang. Dimana jarum galvanometer menunjukan angka nol karena tegangan
pada titik A dan B nol.
5
Keterangan Gambar:
Rx = Tahanan yang akan diukur
Rm = Potensiometer
Rs = Tahanan pengaman Galvano
R1, R2 = Tahanan Pembanding
G = Galvanometer
Ix . Rx = Im . Rm dan I1 . R1 = I2 . R2
Maka :
𝐑𝐱 𝐑𝐦
=
𝐑𝟏 𝐑𝟐
𝐑𝟏
Rx = 𝐑𝟐 × 𝑹𝒎
c. Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda yang
terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina
untuk menambah efektifitas permukaan elektroda. Titrasi konduktometri dapat digunakan
untuk menentukan titik equivalen suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi
konduktometri dibahas berikut, titrasi asam kuat – basa kuat sebagai contoh larutan HCl
dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Daya hantar H+
turun sampai titik equivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam
larutan, sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik equivalen (Te) tercapai karena
jumlah OH- di dalam larutan bertambah, karena itu daya hantar konstan dengan
penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan
jumlah ion Na+.
6
berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai
daya hantar listrik yang besar. Pada konduktometri menggunakan dua elektrode inert (platinum
yang terplatinasi) untuk mengukur konduktansi/daya hantar larutan elektrolit antara kedua
elektrode tersebut, biasanya digunakan arus bolak balik dan alat penyeimbang jembatan
Wheatstone. Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur bergantung pada ion-
ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut. Titrasi konduktometri dapat digunakan untuk
menentukan titik ekuivalen suatu titrasi
Prinsip kerja konduktometri adalah sel hantaran di celupkan ke dalam larutan ion positif
dan negatif yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan sinyal listrik berupa
hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan oleh alat menjadi hantaran listrik larutan.
Semakin banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan makasemakin besar nilai daya hantarnya
karena semakin banyak ion-ion dari larutan yangmenyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu
suatu larutan maka semakin besar nilaidaya hantarnya, hal ini karena saat partikel berada di
lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak langsung akan
mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi(gerakan molekul semakin cepat). Sehingga semakin sering suatu konduktor
menerima sentuhan dari ion-ion larutan.
Di laboratorium yaitu untuk mengukur daya hantar larutan zat elektrolit baik secara
langsung, seperti pengukuran daya hantar larutan sampel air atau air limbah, sampel
makanan/minuman atau obat-obatan atau digunakan di laboratorium pada proses titrasi
netralisasi, titrasi pengendapan bahkan dapat juga digunakan untuk menentukan kelarutan
dan hasil kali kelarutan (K dan Ksp)s uatu larutan elektrolit yang sulit larut. Pada titrasi
secara konduktometri akan terjadi perubahan ion ataupun jumlah ion yang mengakibatkan
perubahan hantaran larutan selama titrasi tersebut.
Menentukan konsentrasi ion dalam larutan, konduktometer dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi ion dalam larutan dengan mengukur daya hantar listrik larutan
tersebut
Mengukur kualitas air: Konduktometer digunakan untuk mengetahui kemampuan Daya
Hantar Listrik (DHL) atau nilai konduktivitas listrik suatu larutan atau air dalam suatu
perairan. Pengukuran konduktivitas menjadi penting untuk berbagai bidang yang terkait
8
dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, kebutuhan industri, serta kebutuhan
air minum
Mengukur kandungan nutrisi: Konduktometer digunakan dalam bidang hydroponic,
aquakultur, dan purifikasi air untuk memonitor kandungan nutrisi, garam (salinitas) pada
air, serta digunakan untuk memonitor kualitas air boiler.
Menentukan konstanta ionisasi asam lemah: Konduktometer dapat digunakan dalam
analisis antara metode potensiometri dengan konduktometri dalam menentukan
konsentrasi larutan standar NaOH dari Ka asam asetat
SOAL
Tahanan larutan KCl 0,1 M dalam suatu sel konduktansi adalah 325 ohm dan konduktivitasnya
1,29 mho/m. Jika tahanan larutan NaCl 0,05 M dalam sel yang sama adalah 752,4 ohm, hitunglah
konduktansi spsesifik larutan NaCl tersebut.
Jawab:
Konstanta sel : K = h / L = h R
Konduktivitas NaCl :
h=K/R
h = 0,557 mho/m
Jadi, konduktansi spsesifik larutan NaCl tersebut sebesar 0,011 mho m2/mol
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konduktometri merupakan metode untuk menganalisa larutan berdasarkan kemampuan ion dalam
mengantarkan muatan listrik di antara dua elektroda. Konduktometer adalah alat yang digunakan
untuk menentukan daya hantar suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit
dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Selain itu, konduktometer
memiliki kegunaan lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan oleh Gerakan partikel
di dalam sebuah larutan. Konduktometer memiliki 3 komponen utama yaitu sumber listrik, tahanan
jembatan dan sel. Prinsip kerja konduktometer adalah sel hantaran atau bagian konduktor yang
dicelupkan ke dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh
permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya yakni berupa
angka.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abdi N.R. 2015. Pengembangan Biosensor Konduktometri Untuk Penentuan Kadar Asam Urat
Dalam Serum Darah Menggunakan Screen Printed Carbon Electrode (Spce)-Nata De
Coco. Jurnal Penelitian Kimia. Universitas Brawijaya. Vol. 11 (2015), No. 2, Hal. 192-199
Isvani, N. K., Mulyasuryani, A., & Prasetyawan, S. (2015). Kinerja Biosensor Konduktometri
Berbasis (Screen Printed Carbon Electrode) SPCE––Kitosan untuk Deteksi Diazinon,
Malation, Klorpirifos dan Profenofos. Jurnal Kimia VALENSI, 1(2), 84-90.
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.
Rochmawati, A. (2015). Pengembangan Metode Analisis Kadar Kalium Dalam Daun Kelor
(Moringa Oleifera) Dengan Metode Konduktometri.
Rivai, Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.
Svehla, G, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi II. Jakarta
(ID): Kalman Media Pustaka.
Widjaja, I N.K. Dan N.P.L. Laksmiani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jimbaran (ID):
UNUD press.
11