Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PSAK 22 : KOMBINASI BISNIS

diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Akuntansi Keuangan

Kelompok 5

1. Rizka Ayu Anggraeni (2211070088)


2. Vineke Ardita (2211070090)
3. Febryan Mega Dwiningrum (2211070092)

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “PSAK 22 : KOMBINASI BISNIS” ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dengan
menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Tujuan penulisan ini adalah
untuk melengkapi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini kedepannya.

Jakarta, 29 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4

2.1. Pengertian Umum........................................................................................................4

2.2. Bentuk-Bentuk Kombinasi Bisnis...............................................................................5

2.3. Perbedaan PASK 22 tahun 1994 dan PSAK 22 tahun 2010.......................................8

2.4. Alasan Kombinasi Bisnis............................................................................................8

2.5. Metode Akuntansi Kombinasi Bisnis..........................................................................9

2.6. Metode Akuisisi, Metode Penyatuan Pemilikan dalam Pencatatan..........................11

BAB III PERSPEKTIF TEORI AKUNTANSI...................................................................25

BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan dinamika bisnis yang terus berkembang, aktivitas penggabungan,
akuisisi, atau kombinasi bisnis menjadi hal yang umum terjadi di kalangan perusahaan. Sejalan
dengan kebutuhan akan informasi yang transparan dan relevan dalam laporan keuangan, Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Indonesia mengeluarkan PSAK 22 yang mengatur tentang
Akuntansi Kombinasi Bisnis. Kombinasi bisnis tidak hanya melibatkan transaksi finansial yang
signifikan, tetapi juga membentuk fondasi untuk pertumbuhan, perluasan pasar, dan strategi
jangka panjang suatu entitas. PSAK 22 menjadi pedoman yang penting untuk entitas yang terlibat
dalam transaksi semacam itu, memberikan arahan tentang bagaimana mengakui, mengukur, dan
menyajikan hasil gabungan entitas secara akuntansi.
Latar belakang makalah ini berkaitan erat dengan kebutuhan akan pemahaman yang
mendalam terhadap PSAK 22 dalam konteks aktivitas bisnis modern. Revisi terakhir dari PSAK
22, sejauh pengetahuan saya hingga tahun 2022, mencerminkan respons terhadap perubahan
dalam lingkungan bisnis, praktik akuntansi internasional, dan kebutuhan pemangku kepentingan
untuk informasi yang lebih komprehensif. Dalam melihat latar belakang PSAK 22, perlu dipahami
bahwa kombinasi bisnis dapat melibatkan berbagai aspek, termasuk nilai wajar, goodwill, dan
penanganan aset serta kewajiban yang diakui dari hasil gabungan. Karena itu, pemahaman
konsep-konsep ini menjadi kunci dalam menerapkan standar ini secara efektif.
Makalah ini akan membahas bagaimana PSAK 22 memandu entitas dalam mengakui nilai
ekonomis sebenarnya dari kombinasi bisnis, memastikan pengungkapan informasi yang relevan
dan transparan, serta memberikan wawasan strategis bagi entitas dalam mengelola dampak hasil
gabungan terhadap kinerja keuangan dan operasional mereka. Dengan menggali latar belakang
PSAK 22, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
pentingnya standar ini dalam konteks akuntansi modern.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Konsep Kombinasi Bisnis Didefinisikan dalam PSAK 22?

b. Apa Saja Kriteria Pengakuan Kombinasi Bisnis Menurut PSAK 22?

c. Bagaimana Metode Pengukuran Nilai Wajar Digunakan dalam PSAK 22?

d. Bagaimana Pengakuan Goodwill Dilakukan dalam Hasil Gabungan Menurut PSAK 22?

e. Bagaimana Pengungkapan Informasi pada Laporan Keuangan Terkait Hasil Gabungan?

f. Apakah Tantangan Utama yang Dihadapi oleh Entitas dalam Mengimplementasikan


PSAK 22?

g. Bagaimana Dampak Kombinasi Bisnis Terhadap Kinerja Keuangan dan Strategi Bisnis
Entitas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan konsep dasar kombinasi bisnis menurut PSAK 22, termasuk definisi dan
karakteristik transaksi yang diakui sebagai kombinasi bisnis.

2. Mengidentifikasi dan membahas kriteria-kriteria yang harus dipenuhi agar suatu transaksi
dianggap sebagai kombinasi bisnis, serta menjelaskan perbedaannya dengan transaksi
bisnis biasa.

3. Menyelidiki metode dan pendekatan yang digunakan dalam mengukur nilai wajar aset dan
kewajiban yang terlibat dalam kombinasi bisnis menurut PSAK 22, dan mengukur
dampaknya terhadap laporan keuangan.

4. Menganalisis prinsip-prinsip pengakuan Goodwill sesuai dengan PSAK 22, termasuk


kriteria-kriteria yang mempengaruhi pengakuan Goodwill dan dampaknya terhadap
laporan keuangan.

5. Menjelaskan persyaratan pengungkapan informasi yang harus disajikan dalam laporan


keuangan terkait hasil gabungan menurut PSAK 22, dan menganalisis tingkat transparansi
dan informativitas informasi tersebut.

2
6. Menganalisis tantangan utama yang mungkin dihadapi oleh entitas dalam menerapkan
PSAK 22, baik dari segi teknis maupun praktis, dan memberikan solusi atau panduan
untuk mengatasinya.

7. Menganalisis dampak kombinasi bisnis terhadap kinerja keuangan dan strategi bisnis
entitas, serta mengevaluasi apakah kombinasi bisnis tersebut memberikan nilai tambah
bagi pemangku kepentingan.

8. Memberikan panduan praktis untuk entitas dalam mengimplementasikan PSAK 22,


termasuk langkah-langkah yang dapat diambil untuk mematuhi standar dengan efektif dan
efisien.

9. Merangsang minat dan pemahaman lebih lanjut tentang PSAK 22 di kalangan pembaca,
serta menyampaikan pentingnya memahami dan mengimplementasikan standar ini dalam
konteks kombinasi bisnis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Umum


Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun
1999 ”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan
yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting
wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan
lain”. Pengendalian yang dimaksud adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasi suatu entitas demi memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut.Entitas adalah
badan yang terpisah dari pemiliknya. Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak yaitu entitas
pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi.
Entitas pengakuisisi adalah entitas yang memperoleh pengendalian atas entitas yang di
akuisisi dalam transaksi kombinasi bisnis; sedangkan entitas yang diakuisisi atau entitas target
merupakan entitas dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan oleh entitas lain.
Berdasarkan GAAP terbaru, pengendalian sederhananya terjadi ketika sebuah perusahaan
memiliki mayoritas kepentingan ekuitas pada perusahaan lain.
A. Bisnis Vs Perusahaan
Dalam PSAK 22 Tahun 1994 menggunakan istilah perusahaan dalam penggabungan
usaha yang menyatakan bahwa penggabungan usaha terjadi antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain. Terdapat revisi dalam PSAK 22 Tahun 2010 yang lebih menekankan istilah
bisnis. Disini terdapat perbedaan antara istilah “bisnis” dengan istilah “perusahaan”. Bisnis
merupakan substansi usaha tanpa memandang bentuk usaha, sementara Perusahaan mengacu
pada bentuk atau badan usaha. PSAK 2010 juga menyatakan bahwa suatu bisnis memiliki input
dan proses serta mampu menghasilkan output.
Adapun faktor – faktor lain yang menentukan suatu aktivitas merupakan bisnis atau tidak
yaitu :
1. Aktivitas utama yang direncanakan telah di mulai
2. Terdapat karyawan, kekayaan intelektual, serta input dan proses lainnya yang dapat
diterapkan pada input
3. Sedang dijalankan rencana untuk memproduksi output
4. Dapat diperoleh akses ke pelanggang yang akan membeli output dan lainnya.

4
B. Pengendalian
PSAK 22 revisi tahun 2010 mensyaratkan bahwa kombinasi bisnis hanya terjadi jika satu
entitas mengendalikan entitas lain. Pengendalian ini dapat di peroleh dengan kepemilikan hak
suara atas entitas lain. Hak suara biasanya melekat dalam kepemilikan ekuitas suatu entitas
walaupun tidak selalu demikian.
1. Entitas berbadan hukum Perseroan Terbatas
Hak suara ada pada kepemilikan saham biasa. Jadi memiliki saham biasa suatau Perseroan
Terbatas berarti memiliki hak suara entitas tersebut. Jika hak suara yang dimiliki
sedemikian besar diperoleh hak pengendalian dan pada saat itu telah terjadi kombinasi
bisnis.
2. Hak suara entitas yang berbadan hukum selain Perseroan Terbatas
Dapat diperoleh dengan memiliki ekuitas entitas tersebut. Kepemilikan ekuitas suatu
entitas dalam jumlah tertentu dapat menimbulan pengendalian atas entitas tersebut, dan hal
itu menunjukkan bahwa telah terjadi kombinasi bisnis.
3. Hak suara entitas yang tidak berbadan hukum
Biasanya diperoleh dengan kepemilikan ekuitas atau modal entitas tersebut. Entitas yang
tidak berbadan hukum merupakan usaha yang dididrikan namun belum memiliki bentuk
hukum tetap.

Akan tetapi makna mengendalikan lebih dari sekedar memiliki ekuitas entits lain.
Pengendalian tidak harus selalu diperoleh dengan kepemilikan dan sebaliknya kepemilikan hak
suara mayortas tidak selalu memberikan hak pengendalian.
Menurut Hadori Yunus (1981 : 224) “Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk
menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan
ekonomis”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan
usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan
perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.

2.2 BENTUK – BENTUK KOMBINASI BISNIS


Bentuk-bentuk penggabungan badan usaha
- Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung :
1. Penggabungan Horizontal
Penggabungan perusahaan-perusahaan dalam line- business atau pasar yang sama.

5
2. Penggabungan Vertikal
Penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda secara berturut-
turut, tahapan produksi dan atau distribusi, misalnya penggabungan usaha antara
perusahaan kain dengan perusahaan pakaian jadi.
3. Konglomerasi
Penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan atau jasa yang tidak saling
berhubungan, misalnya penggabungan usaha antara perusahaan minyak dengan
perusahaan komputer.

- Dilihat menurut kejadian hukumnya dapat dibedakan kedalam:


1. Akuisisi (acquisition)
Akuisisi terjadi ketika suatu perusahaan memperoleh aset produktif dari suatu entitas
usaha lain dan mengintegrasikan aset-aset tersebut ke dalam operasi miliknya.
Contoh kasus Akuisisi : Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik.
Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar
Saham Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen
perusahaan Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-sendiri.

2. Merger
Penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang
kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau
dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan
yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya. Sifat dari merger
adalah penggabungan antara dua perusahaan yang mana yang satu mempunyai ukuran
yang relatif lebih kecil daripada yang lainya
Contoh kasus Merger : Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo & Bank Niaga.

Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga pada
tahun 2008. Antara Bank Lippo dan Bank Niaga keduanya bergabung untuk memperkuat
posisinya di kancah persaingan global. Mereka menyetujui untuk menggabungkan
perusahaan dengan kriteria merger. Dari merger kali ini Perusahaan yang relative lebih
kecil ukuranya adalah Bank Lippo sehingga bank Lippo merelakan untuk diganti saham
yang beredar dengan saham Bank Niaga. Dengan demikian dengan harga tertentu yang
telah disepakati kedua Bnak. Tiap saham Bank Lippo dihargai dengan harga tertentu
sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli oleh Bank Niaga.. Sehingga saham
6
Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank Niaga. Setelah kesepakatan keduanya.
Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah nama mereka after merger menjadi Bank
CIMB Niaga. Nah inilah hasil yang diharapkan dari Merger kali ini yaitu Leverage
(Pengungkit) kekuatan kedua Bank untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta
more creating value bagi CIMB Niaga.

3. Konsolidasi
Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan baru dibentuk untuk mengambil alih aset-
aset dan operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang terpisah, dan akhirnya entitas yang
terpisah tersebut dibubarkan.
Contoh kasus Konsolidasi : yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank
Dagang Negara, dan Bapindo.
Keempat Bank melakukan konsolidasi dan berubah menjadi Bank Mandiri. Keempat Bank
tersebut mengalami kesulitan dalam mengentaskan permasalahan perusahaanya saat krisis
ekonomi melanda Indonesia. Untuk menghentikan usahanya yang selama ini mereka
bangun pun merupakan hal yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk dapat melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi akibat krisis
adalah bersatu padu dengan bank yang lain dengan melakukan kerjama dalam bentuk
konsolidasi. Kerjasama dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok
perusahaan yang mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di
masa akan datang. Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan
membuahkan Bank Mandiri yang menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu Bank
Mandiri.
4. Afiliasi
Penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham
perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan
yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi
sebagaimana perusahaan lainnya.
Contoh perusahaan yang melakukan afiliasi : salah satunya yaitu PT Freeport
Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan.

7
2.3 Perbedaan PSAK 22 tahun 1994 dan PSAK 22 tahun 2010
KETERANGAN PSAK 22 tahun 1994 PSAK 22 tahun 2010
RUANG LINGKUP Kecuali : Kecuali :
Under Common Under Common
Control ( UCC ) Control ( UCC )
Ventura bersama Ventura bersama
Akuisisi Aset
METODE Purchase Metode Akuisisi
PENCATATAN Polling Of Interest
BIAYA AKUISISI Dibebankan komponen Di bebankan periode
Harga Perolehan berjalan
PENGUKURAN ASET Memiliki panduan Mengikuti SAK lain
DAN LIAB tersendiri untuk
menentukan nilai wajar
AKUISISI BERTAHAP Diukur dengan nilai Diukur kembali, selisih
wajar saat perolehan diakui laba / rugi
tidak ada penlaian
kembali
NON PENGENDALI Berdasarkan nilai tercatat Berdasarkan nilai wajar
Netto atau porsi aset
identifikasi
GOODWILL Goodwill Goodwill
Parent Entity
Diamortisasi Impairment
Neg Goodwill diakui Neg Goodwill – laba /
rugi

2.4. ALASAN KOMBINASI BISNIS


Secara umum, tujuan dari kombinasi bisnis adalah meningkatkan profitabilitas dan
efisiensi. Secara khusus, kombinasi bisnis dilakukan untuk :

8
a. Penghematan biaya
Dengan kombinasi bisnis, berbagai biaya bisa dihemat. Diantaranya biaya gaji berbagai manajer,
biaya penelitian produk baru (produk tersebut sudah ada di perusahaan yang diakuisisi) dan biaya
penelitian dan pengembangan.
b. Mengurangi risiko
Membeli perusahaan yang sudah mempunyai berbagai macam produk, dan juga pasarnya, akan
lebih kecil resikonya dibandingkan dengan mengembangkan dan memasarkan produk baru.
c. Mengurangi penundaan beroperasinya perusahaan
Membeli perusahaan yang sudah mempunyai berbagai macam fasilitas dan sudah memenuhi
berbagai macam aturan pemerintah, akan lebih cepat dibandingkan dengan mengembangkan
sendiri atau mendirikan perusahaan baru
d. Menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lainnya
Salah satu cara untuk menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lain adalah dengan
melakukan kombinasi bisnis.
e. Memperoleh aset tidak berwujud
Salah satu alasan untuk melakukan kombinasi bisnis adalah untuk memperoleh aset tidak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang diakuisisi seperti hak paten, hak penambangan,
database pelanggan dan lain-lain.
f. Alasan-alasan lain
Ada perusahaan yang punya kebanggaan tersendiri ketika berhasil mengakuisisi perusahaan-
perusahaan lain.

2.5. METODE AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS


a. Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest)
Suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung
bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan
operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala
resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat
diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer).
Terdapat dua metode untuk memperoleh kepemilikan mayoritas pada perusahaan lain:
(1). Perusahaan pengakuisis membeli saham ber-hak suara dari perusahaan terakuisis
dengan tunai
(2). perusahaan pengakuisisi menukar saham ber-hak suara-nya dengan saham ber-hak
suara dari perusahaan terakuisisi.

9
Adapun persyaratannya adalah :
1. 90 % saham harus dimiliki oleh perusahaan yang mengakuisisi
2. Semua pemegang saham harus diperlakukan sama.
Metode ini mengakuisisi dengan menggunakan nilai buku. Hasilnya adalah memiliki
pendapatan yang lebih besar karena :
- Depresiasi dan penyusutan lebih rendah dari biaya aset
- Tidak menyebabkan penyusutan goodwill
Metode kombinasi bisnis saat penerbitan FASB Statement No. 141 tahun 2001 adalah
Purchase Method ( Metode Pembelian ). Meskipun metode penyatuan kepemilikan sudah tidak
digunakan namun perusahaan yang dulunya melakukan kombinasi bisnis dengan metode ini tidak
dirubah. Jadi laporan keuangan saat ini pun masih termasuk aktiva dan kewajiban dari perusahaan
yang di akuisisi dalam pooling yang awalnya dicatat sebesar nilai buku pada tanggal akuisisi.

b. Purchase Method ( Metode Pembelian )


Metode Pembelian yang di persyaratkan dalam FASB Statement No. 141 hanya berfokus
pada pencatatan nilai wajar untuk bagian dari aset dan kewajban yang diperoleh dalam pembelian.
Akun – akun perusahaan yanag diakuisis hanya akan disesuaikan dengan nilai wajar penuh jika
perusahaan induk yang memiliki 100 % kepemilikan saham dalam perusahaan yang diauisisi.
Tetapi, jika perusahaan membeli hanya 80 % kepemilikan saham diperusahaan yang diakuisisi
akun akan disesuaikan hanya dengan 80% dari perbedaan antara buku dan nilaiwajar.
Contoh :
Dalam 80% pembelian, aset dengan nilai buku sebesar $6.000 dan nilai wajar sebesar $10.000
akan tercatat sebesar $9.200.
Jawab :
= ( Nilai Buku + Jumlah Kepemilikan Saham dikurangi selisih lebih nilai wajar atas nilai buku )
= ( $6.000 + 80% ( $4.000)
= $9.200

c. Metode yang digunakan dalam FASB ASC 805 tahun 2007


Metode yang digunakan dalam FASB ASC 805 tahun 2007 adalah Metode Akuisisi.
Dengan metode ini, Aset dan liabiliti yang dicatat dengan nilai wajar, dikurangi presentase
kepemilika dari pembelian perusahaan oleh pengakuisisi ( dengan catatan pembelian kepentingan
cukup besar untuk memiliki pengendalian atas perusahaan yang di akuisisi).
Contoh :

10
Aset akan dicatat dengan nilai wajar $10.000 secara penuh meskipun perusahaan yang
mengakusisi hanya membeli 80% kepemilkikan di perusahaan yang memiliki aset.
Metode akuisisi juga menghilangkan pendiskontoan aset tetap dan aset tidak berwujud
yang kurang dari nilai wajar. Hal ini dapat terjadi ketika adaanya pembelian tawar menawar antar
perusahaan. Tawar menawar pembelian terjadi ketika harga yang dibayar kurang dari total nilai
aset bersih ( semua aset dikurangi liability ).

2.6 METODE AKUISISI, METODE PENYATUAN PEMILIKAN DALAM


PENCATATAN AKUNTANSI

1. METODE AKUISISI
Entitas mencatat setiap kombinasi bisnis dengan menerapkan Metode Akuisisi.

Keterangan :
A: Mengidentifikasi Perusahaan Pengakuisisi
B: Penentuan tanggal akuisisi (tanggal pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas
pihak yang diakuisisi)
C: Pengakuan dan pengukuran aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil alih,
dan kepentingan nonpengendali pihak yang diakuisisi (dalam kombinasi bisnis dengan
pembelian saham di atas 50%).
D: Pengakuan dan pengukuran goodwill atau keuntungan dari pembelian dengan diskon

11
A. Mengidentifikasi Perusahaan Pengakuisisi (entitas yang memperoleh pengendalian atas
pihak yang diakuisisi)

Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan dengan cara membeli aset neto (total aset dkurangi
dengan total hutang) perusahaan, pihak pengakuisisi adalah pihak yang memberikan imbalan
berupa kas atau aset lain, atau memberikan imbalan dalam bentuk efek hutang atau efek
ekuitas.Untuk setiap kombinasi bisnis salah satu dari entitas yang bergabung diidentifikasikan
sebagai Pihak Pengakuisisi.
- Akuisisi Aset
Perusahaan yang mentransfer kas atau aset lainnya dan kewajiban adalah perusahaan
mengakuisisi

- Akuisisi Saham
Perusahaan pengakuisisi mentransfer kas atau aset lain untuk kepentingan pengendalian dalam
pemungutan suara saham biasa dari perusahaan yang diakuisisi.
Penentuan imbalan yang diberikan
Imbalan yang diberikan kepada perusahaan yang diakuisisi adalah jumlah dari nilai wajar
aset yang ditransfer, hutang yang timbul dan efek ekuitas yang diterbitkan oleh pengakusisi.
Imbalan juga termasuk “contingent consideration” sepanjang imbalan tersebut besar kemungkinan
akan terjadi dan jumlahnya dapat diukur.

Biaya yang terkait dengan perolehan/akuisisi


Biaya yang terkait dengan perolehan akuisisi meliputi biaya makelar, (finder’s fee), advis,
hukum, akuntansi, penilaian, biaya profesional atau konsultansi lainnya, biaya administrasi umum
termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal, dan biaya pendaftaran serta penerbitan
efek hutang dan efek ekuitas. Semua biaya tersebut, kecuali biaya pendaftaran dan penerbitan efek
hutang dan efek ekuitas, dibebankan pada periode berjalan. Sesuai dengan PSAK 55, biaya
pendaftaran serta penerbitan efek hutang akan menambah diskon atas utang atau mengurangi
premium (didebetkan ke discount atau premium efek hutang), sedangkan biaya pendaftaran serta
penerbitan efek ekuitas akan mengurangi (didebetkan) ke agio saham (additional paid-in capital).
Jadi dapat disimpulkan, biaya-biaya yang terkait dengan investasi digolongkan menjadi tiga:

a. Biaya-biaya langsung berupa harga yang dibayarkan kepada pihak yang dibeli (diakuisisi) akan
diakui sebagai harga perolehan investasi.
b. Biaya langsung lainnya seperti biaya akuntansi, hukum, konsultan, dan biaya- biaya penemuan.
12
Perlakuan akuntansinya dimasukkan dalam beban berjalan pada saat terjadinya
c. Biaya-biaya langsung seperti biaya pendaftaran dan penerbitan surat-surat berharga ekuitas.
Perlakuan akuntansinya  mengurangi tambahan modal disetor (additional paid in capital).

Pengidentifikasian pihak pengakuisisi (entitas yang memperoleh pengendalian atas


pihak yang diakuisisi)
Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan dengan cara membeli aset neto perusahaan, pihak
pengakusisi adalah pihak yang memberikan imbalan berupa kas, atau aset lain atau memberikan
imbalan dalam bentuk efek hutang atau efek ekuitas. Pengidentifikasian pihak pengakuisisi akan
dibahas lebih lanjut dalam pembahasan konsolidasi.

B. Penentuan Tanggal Akuisisi

Pihak Akuisisi mengidentifikasi tanggal akuisisi yaitu taggal pihak pengakuisisi


memperoleh pengendalian atas pihak yang diakuisisi. Tanggal Akuisisi secara hukum
mengalihkan imbalan, memperoleh aset dan mengambil alih liabilitas yang pihak diakuisisi yaitu
Tanggal Penutupan. Dapat terjadi sebelum atau sesudah tanggal penutupan. Harus
mempertimbangkan semua fakta dan keadaan.

C. Pengakuan dan pengukuran aset teridentifikasi yang diperoleh, lialibilitas yang diambil
alih, dan kepentingan pihak diakuisisi

Pengakuan Ketentuan
Penerapan prinsip dan ketentuan pengakuan oleh pihak pengakuisisi, dapat menyebabkan
pengakuan atas suatu aset dan liabilitas yang sebelumnya tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi
dalam laporan keuangannya. Contohnya: merk, paten, hubungan pelanggan mungkin tidak tercatat
dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Akan tetapi ketika perusahaan tersebut diakuisisi,
maka aset tersebut akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Pengukuran aset teridentifikasi dan
liabilitas yang diambilalih menggunakan nilai wajar yang mengacu pada SAK yang mengatur
maisng-masing aset dan liabilitas tersebut. Sedangkan pengukuran kepentingan nonpengendali
didasarkan pada nilai wajar atau berdasarkan proporsi aset neto teridentifikasi.
Klasifikasi pengakuan :
1. Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih memenuhi definisi aset
dan liabilitas dalam kerangka dasar pengukuran KDPPLK pada tanggal akuisisi.
2. Dalam menentukan aset yang dieroleh atau liabilitas yang diambil alih diperoleh dari
13
pertukaran dengan pihak diakuisisi serta aset dan lialibilitas (jika ada) hasil transaksi
terpisah dicatat sesuai dengan sifatnya dan SAK terkait.
3. Pihak pengakuisisi dapat mengakui suatu aset dan liabilitas yang sebelumnya yang tidak
diakui pihak akuisisi sebagai aset dan liabilitas dalam laporan keuangannya.
4. Pragraf B28-B40 memberiksan panduan dalam pengakuan sewa operasi dan aset ak
berwujud. Paragraf 22-28 menentukan jenis aset teridentifikasi dan liabilitas yang
termasuk pos-pos yang diberikan pengecualian terbatas oleh pernytaan ini terkait prinsip
dan ketentuan pengakuan.
Prinsip pengukuran :
1. Pihak pengakuisisi mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang
diambil alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
2. Pihak pengakuisisi mengukur kepentingan non pengendali pada pihak diakuisisi baik pada
nilai wajar ataupun pada proporsi kepemilikan. Kepentingan non pengendali atas aset
netto teridentifikasi dari pihak diakuisisi.
3. Yang termasuk dalam pengecualian dari prinsip pengakuan dan pengukuran yaitu pajak
penghasilan, imbalan kerja, aset identifikasi dan yang termasuk pengecualian dari prinsip
pengukuran (hak yang diperoleh kembali, penghargaan pembayaran berbasis saham, aset
dimiliki untuk dijual), juga didalam paragraf B41-45 yaitu aset dengan arus kas yang
tidak pasti, aset yang terkait dengan sewa operasi yang mana pihak yang diakuisisi
merupakan lessor, aset tidak digunakan atau digunakan dengan cara berbeda dengan
pemakaian pelaku pasar lain, kepentingan non pengendali pihak diakuisisi.

Pengecualian dari prinsip pengakuan dan pengukuran


Pihak pengakuisisi mencatat pos-pos dengan menerapkan ketentuan provisi, liabilitas
kontijensi dan aset kontijensi diakui dengan hasil berbeda jika menerapkan prinsip dan ketentuan
pengakuan sebagai tambahan dan diukur pada suatu jumlah selain nilai wajar pada tanggal
akuisisi.

D. Pengakuan dan pengukuran goodwill atau keuntungan dari pembeilan dengan diskon

Dalam suatu kombinasi bisnis, ada kalanya imbalan yang diberikan lebih besar daripada
nilai wajar aset neto (aset dikurangi liabilitas) yang diperoleh. Selisih tersebut diberikan karena
pengakuisisi menilai bahwa perusahaan yang diakuisisi mempunyai berbagai kelebihan (aset)
yang tidak bisa diidentifikasi. Aset demikian disebut goodwill.
Sebaliknya bila imbalan yang diberikan lebih kecil daripada nilai wajar aset neto (aset
14
dikurangi liabilitas) yang diperoleh, maka akan terdapat goodwill negatif. Goodwill negatif akan
dicatat oleh pengakuisisi sebagai keuntungan pada tahun berjalan. Perhitungan goodwill
didapatkan dari :
Setiap akhir periode dilakukan pengujian atas Goodwill, apakah terjadi penurunan atau
tidak. Bila nilainya turun, goodwill harus dikurangi.
Pihak pengakuisisi dapat mengakui goodwill pada tanggal akuisisi yang diukur sebagai
selisih lebih (a) atas (b) dibawah ini :
a. Nilai agregrat dari :
(i) Imbalan yang dialihkan yang diukur sesuai dengan pernyataan ini, yang pada umumnya
mensyaratkan nilai wajar tanggal akuisisi.
(ii) Jumlah setiap kepentingan nonpengendali pada pihak diakuisisi yang diukur sesuai dengan
pernyataan ini; dan
(iii) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, nilai wajar pada tanggal akuisisi
kepentingan ekuitas yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi pada pihak diakuisisi.

b. Selisih jumlah dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
pada tanggal akuisisi.
Pihak pengakuisisi dan pihak diakusisi menukarkan hanya kepentingan ekuitas, nilai
wajar tanggal akuisisi dari kepentingan ekiutas pihak diakusisi mungkin dapat diukur secara lebih
andal daripada nilai wajar tanggal akuisisi dari kepentingan ekuitas pihak pengakuisisi.
c. Pembelian dengan diskon
- Pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon, bila melebihi nilai agregat dari
jumlah yang dinyatakan.
- Bila dalam kombinasi binis yang merupakan penjualan terpaksa yang terjadi karena pihak
penjual melakukannya karena diwajibkan.
- Pihak pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih serta mengakui setiap aset atau liabilitas tambahan
yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut.
d. Imbalan yang dialihkan
o Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung
sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi atas seluruh aset yang dialihkan oleh
pihak pengakuisisi, liabilitas yang diakui oleh pihak pengakuisisi kepada pemilik sebelumnya dan
kepentingan ekuitas yang diterbitkan oleh pihak pengakuisisi.
o Imbalan yang dialihkan mungkin termasuk aset atau liabilitas dari pihak pengakuisisi yang

15
memiliki nilai tercatat yang berbeda dari nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Jika demikian,
pihak pengakuisisi mengukur kembali aset atau liabilitas yang dialihkan pada nilai wajarnya pada
tanggal akuisisi dan mengakui keuntungan dan kerugian yang dihasilkan, jika ada dalam laba rugi.
Namun demikian kadang aset atu liabilitas yang dialihkan tetap berada dalam entitas hasil
penggabungan setelah kombinasi bisnis, dan oleh karena itu pihak pengakuisisi tetap
mengendalikan aset atau liabilitas tersebut.
a) HARGA AKUISISI
Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait
akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis, yang
meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya professional atau konsultasi
lainnya, serta biaya administrasi umum termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal
yang dicatat sebagai beban pada periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek
utang dan efek ekuitas sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan :
Pengakuan dan Pengukuran.
Akuisisi saham akan diikuti dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada
dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi. biaya
langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan sebagi pengurang
tambahan modal disetor.
Contoh:
Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT. andaika sebanyak
4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-pengeluaran lain sehubungan
dengan akuisisi tersebut antara lain.
_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi Rp 200 juta
_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000
Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2 juta lembar
dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar. Saham ini diberikan kepada
pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar
per kas tunai.
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per saham =
Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012 transaksi ini dicatat
sebagai berikut:
Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000
Beban Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000) Rp4.0000.0000

16
Tambahan modal disetor Rp 1.00.000.000
Kas Rp 215.000.000
Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada
dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi. Biaya
langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan sebagai pengurang
tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham
dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT. intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
Tambahan modal disetor Rp 100 juta
Kas Rp 100 juta
Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat
pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.

b) ALOKASI HARGA AKUISISI


PSAK 22 revisi 2010 mengharuskan pihak pengakuisisi menilai aset teridentifikasi
yang diperoleh dan kewajiban/liabilitas yang diambil alih dengan niali wajar pada tanggal
akuisisi. Selain itu PSAK 22 juga mengharuskan pihak pengakuisisi untuk mengukur kepentingan
nonpengendali atas aset neto teridentifikasi pihak yang diakuisisi. Penilaian pada nilai wajar
umumnya dimaksudkan untuk mendapatkan harga akuisisi yang wajar. Prinsip historical cost
mengharuskan entitas menyajikan aset berdasarkan harga perolehan, tetapi ketika terjadi akuisisi
saham, neraca entitas yang diakuisisi harus dinilai berdasarkan harga wajarnya oleh penilai
independen. Nilai wajar yang lebih tinggi akan menyebabkan harga akuisisi (niai investasi)
menjadi lebih tinggi.
Kondisi dimana nilai wajar aset lebih tinggi dari nilai buku atau nilai buku utang lebih besar dari
nilai wajarnya disebut undervalue.
Apabila nilai wajar aset lebih kecil dari nilai buku atau nilai wajar utang lebih tinggi dari nilai
buku yang tercatat, maka hal itu disebut sebagai overvalue.
Contoh :
Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT Andika, yaitu
yang baik yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan nonpengendali.Harga akusisi sebesar
Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank suara PT Andika. Karena kepentingan
nonpengendali juga harus nilai pada harga wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga
diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan
nonpengendali. Jika harga wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar
untuk 100% adalah Rp7 miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah

17
Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan nonpengendali ini bukan
satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat bukti lain yang lebih valid, dapat diterapkan
teknik perhitungan lain untuk kepentingan nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan
nonpengendali bisa saja lebih besar atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.

c) GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN


Harga ekuitas yang diakuisisi xxxx
Harga wajar kepentingan non pengendali xxxx
Total harga wajar xxxx
Total nilai wajar ntitas yang diakuisisi (xxxx)
Goodwill xxxx
Goodwill adalah suatu aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang timbul
dari aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi secara
individual dan diakui secara terpisah.
Goodwill yang diakui sebelumnya
Harga ekiutas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000
Harga wajar kepentingan nonpengendali Rp. 1.360.000.000
Total harga wajar Rp. 6.960.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (Rp. 6.800.000.000)
Goodwill Rp. 160.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi (Rp. 160.000.000)
Goodwill nonpengendali Rp. 0

Entitas menerapkan pernyataan ini, secara prospektif untuk goodwill yang diperleh dari
kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum tanggal 1 Januari 2011. Oleh karena itu ,
entitas :

a. Menghentikan amortisasi goodwill sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januri 2011;
b. Mengeliminasi jumlah tercatat yang terkait dengan akumulasi amortisasi sehubungan
penurunan goodwill pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal
1 januari 2011; dan
c. Melakukan uji penurunan nilai atas goodwill sesuai dengan PSAK 48 : Penurunan Nilai
Aset sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011.

18
Goodwill Negatif yang Diakui Sebelumnya
Pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011
yang berasal dari kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum tanggal 1 Januri 2011,
jumlah tercatat goodwill negatif dihentikan pengakuannya dengan melakukan penyesuaian
terhadap saldo laba awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari
2011.

Diskon Pembelian
Kadangkala, pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon yaitu suatu
kombinasi bisnis dimana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar
kepentingan non pengendali lebih kecil dari nilai wajar total ekuitas entitas yang diakui. Sebelum
mengakui keuntungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi menilai kembali apakah
telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih,
serta mengakui setiap aset atau liabilitas tambahan yang dapat diidentifikasi dalam penyajian
kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur
yang digunakan untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi sebagai berikut:
a. Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih

b. Kepentingan non pengendali pada pihak yang diakuisisi, jika ada;

c. Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, kepentingan ekuitas pihak
pengakuisisi yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi; dan

d. Imbalan yang dialihkan

Jika selisish wajar entitas yang diakui tetap ada, pihak pengakuisisi mengakui keuntungan
yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan tersebut diatribusikan
pada pihak pengakuisisi sehingga diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan
negosiasi pihak pengakuisisi atau timbul dari kombinasi bisnis yang terpaksa. Kondisi ini
membuat bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi sehingga harga akuisisi lebih rendah.
Dengan demikian diskon pembelian diakui sebagai keuntungan bagi pihak pengakuisisi saja.

Contoh
Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga akuisisi,
adalah Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali berdasarkan penilaian
appraisal company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon pembelian adalah:

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp5.420.000.000

19
Harga wajar kepentingan nonpengendali 1.360.000.000
Total harga wajar Rp6.780.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)
Keuntungan diskon Rp 20.000.000
PT Intiseka akan mencatat akuisisi tersebut dalam laporan konsilidasi sebagai berikut:
Aset yang dapat diendefikasi yang diperoleh 9.450.000.000
Kas 5.420.000.000
Liabilitas yang diaambil-alih 2.650.000.000
Keuntungan dari pembelian dengan diskon 20.000.000
Ekuitas-kepentingan nonpengenndali 1.360.000.000

d) PEMBUKUAN ENTITAS PENGAKUISISI SETELAH KOMBINASI BISNIS


Prosedur akuntansi investasi pihak pengakuisisi dalam ekuitas entitas yang
diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009): investasi dalam
entitas asosiasi yang mensyaratkan penerapan metode ekuitas dimana investasi pada awalnya
dicatat sebesar biaya perolehan dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk
mengakui bagian investor yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi
investee setelah tanggal perolehan.
Investasi dalam Ekuitas xxx
Pendapatan Investasi xxx

Distribusikan laba atau deviden yang diterima dari investee mengurangi nilai
tercatat investasi yang dicatat investor sebagai berikut:
Piutang Deviden xxx
Investasi dalam Ekuitas xxx
Oleh karena itu persamaannya sebagai berikut:

Investasiakhir = Investasi Awal + Pendapatan Investasi – DevidenInvestee

Jika terdapat perubahan proporsi bagian investor atas investee yang timbul dari
20
pendapatan komprehensif lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:
Investasi dakam Ekuitas xxx
Pendapatan Komprehensif Lainnya xxx

Contoh :
Misalkan PT Intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba
sebesar Rp 200 juta dan dividen tunai sbesar Rp100 juta. Pt Intiseka mencatat pengumuman laba
PT Andaika sebagai berikut:

Investasi dalam saham (80%xRp200 juta) Rp 160 juta


Pendapatan investasi Rp 160 juta
Karena PT intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba PT
Andaika adalah 80% x Rp200 juta = Rp160 juta.
Pengumuman dividen PT Andaika sebesar Rp100 juta merupakan pengurangan herta
investor dalam perusahaan investee sesuai dengan proporsi kepemilikan (80%). Catatan PT
Intiseka atas pengumumman dividen tersebut adalah:
Pitung dividen (80% x Rp 100.000.000) Rp80.000.000
Investasi dalam saham Rp80.000.000

e) PENDAPATAN INVESTASI DALAM LAPORAN KEUANGAN INDIVIDU


Walaupun pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis diharuskan mencatat dan
menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK revisi 2009 tetapi PSAK 4
tetap mengijinkan entitas pengakuisisi menggunakan metode biaya ketika menyusun laporan
tersendiri atau laporan individu dalam batas sebagai infomasi tambahan sesuai dengan PSAK 55:
instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode biaya menyajikan
nilai investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan pengembangan investasi dalam entitas
anak. Metode biaya disebut juga metode pendapatan dimana berpandangan bahwa perusahaan
investee adalah sumber pendapatan investor. Bila investee mengumumkan laba, hal itu belumlah
menjadi pendapatan bagi perusahaan investor. Berdasarkan teori akuntansi, pendapatan itu harus
dibuktikan dengan adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang).
Pengumuman laba entitas investee tidak serta merta menjadi tanda aliran kas masuk bagi investor
kecuali investee berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham (deviden). Jadi, laba
entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh investor. Karena itu tidak ada ayat
jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor atas pengumuman laba investee.

21
Jika pihak investee mengumumkan deviden hal ini merupakan bukti pendapatan bagi
investor yakni pendapatan deviden.

Piutang Deviden xxx


Pendapatan Deviden xxx

Dalam metode biaya sumper pendapatan investasi adalah laba dibagikan oleh investee.
Penerapan metode ini dilakukan dengan alasan tertentu yakni:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena alasan perusahaan anak dibeli dengan
tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga mempengaruhi secara
signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana kepada perusahaan induk.
3. Penggunaan metode ekuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan-alasan tertentu.

Contoh :
PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik saham perusahaan tersebut
sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat investasinya dengan menggunakan metode cost,
pengumuman dividen untuk yang 80% dicatat sebagai pendapatan dengan ayat jurnal berikut:
Piutang dividen (80% x 100 jt) Rp 80 jt
Pendapatan investasi Rp 80 jt

Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang diumumkan investee.
Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh, sementara hak investor
atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee. Misalkan pada tahun 2012 PT Andaika
mengumumkan laba sebesar Rp 200 juta, sehingga hak PT Intiseka atas dividen PT Andaika
maksimum sebesar 80% x 200 juta = Rp 160 juta.

Apabila PT Andaika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta atau PT Intiseka mendapat
80% x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah melampaui hak PT Intiseka sebesar Rp 180 –
Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak atas pendapatan ini diperlakukan sebagai pengurang nilai
investasi, sehingga pengumuman dividen investee dicatat oleh PT Intiseka sebagai berikut:
Piutang dividen Rp 180 juta
Pendapatan investasi Rp 160 juta
Investasi dalam saham Rp 20 juta

22
Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar Rp 20 juta
sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20 juta = Rp 5.580.000.000.
Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta sebelum
tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT Intiseka mencatat
pendapatan sebagai berikut:
Piutang dividen Rp 180 juta
Pendapatan dari PT Andaika Rp 180 juta

Apabila laba yang diumumkan PT Andaika ternyata sebesar Rp 200 juta, maka PT
Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena pendapatan tersebut
telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah:
Pendapatan dari PT Andaika Rp 20 juta
Investasi dalam saham PT Andaika Rp 20 juta

2. METODE PENYATUAN KEPEMILIKAN


Suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang
bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto
dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala
resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat
diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer).
Hilangnya metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).Didalam PSAK 22
(Revisi 2010) metode akuntansi untuk akuisisi hanya satu yakni metode pembelian (purchase
method) sedangkan metode penyatuan kepemilikan yang sebelumnya masih dijinkan oleh PSAK
22 (Reformat 2007) tidak lagi diperbolehkan. Walaupun pada praktik bisnis di Indonesia saat ini
rata-rata akuisisi memang menggunakan metode pembelian namun metode penyatuan
kepemilikan masih menjadi pilihan oleh beberapa perusahaan. Salah satu alasannya adalah
metode penyatuan kepemilikan lebih murah dan lebih sederhana dimana net aset perusahaan yang
diakuisisi tidak harus lebih dinilai ulang sesuai dengan nilai wajarnya dan digabungkan sesuai
dengan nilai bukunya.
Hilangnya metode penyatuan kepemilikan ini kemudian menimbulkan pertanyaan
apakah metode ini juga akan dihilangkan untuk restrukturisasi entitas sepengendali yang diatur
dalam PSAK 38? Hal ini sangat menarik karena PSAK 38 ini sering digunakan oleh para
konglomerat di Indonesia di mana mereka membeli perusahaan yang kurang baik kondisinya,

23
kemudian disehatkan untuk kemudian dijual kepada perusahaan di dalam grup tersebut yang
biasanya merupakan perusahaan publik. Perusahaan publik dapat melakukan right issue,
menggunakan dana masyarakat, guna membiayai akuisisi tersebut. Sang konglomerat
mendapatkan untung dari marjin penjualan namun tetap dapat mengendalikan perusahaannya
karena masih berada dalam satu grup.
DSAK-IAI nampaknya belum akan mencabut PSAK 38 yang dahulu referensinya dari
US GAAP dan bukan diadopsi dari IFRS. Sehingga metode penyatuan kepemilikan masih
menjadi pilihan metode akuntansi yang diijinkan untuk restrukturisasi entitas sepengendali. Saat
ini restrukturisasi entitas sepengendali tidak termasuk dalam cakupan PSAK 22 (Revisi 2010).
Namun mungkin hal tersebut tidak akan lama karena IFRS yang “principle based” tidak memiliki
pengaturan mengenai hal ini dan pada intinya apabila esensi transaksinya sama seharusnya dicatat
dengan metode yang sama. Apabila konvergensi IFRS akan dirampungkan pada tahun 2012,
kemungkinan besar PSAK 38 juga akan dicabut.

24
BAB III
PERSPEKTIF TEORI AKUNTANSI

Perspektif Teori Akuntansi terhadap Penerbitan PSAK 22


Pentingnya bagi kita semua untuk mengetahui perspektif teori akuntansi dalam PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan). Berikut beberapa keuntungan dan pentingnya mempelajari
perspektif teori akuntansi dalam PSAK, antara lain:
1. Landasan Konseptual yang Kuat:

Teori akuntansi memberikan landasan konseptual yang kuat untuk penyusunan PSAK.
Dengan memahami teori akuntansi yang mendasari setiap standar, pembuat standar dapat
menghasilkan peraturan yang konsisten dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
umum diterima.
2. Kesesuaian dengan Tujuan Akuntansi:

Teori akuntansi membantu memastikan bahwa setiap PSAK sesuai dengan tujuan
akuntansi, seperti penyajian informasi yang relevan, dapat diandalkan, dan dapat dipahami
oleh para pemangku kepentingan. Hal ini membantu mencapai tujuan akuntansi dalam
menyediakan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
3. Pemahaman Terhadap Konsep-Konsep Akuntansi:

Mengetahui perspektif teori akuntansi membantu para praktisi akuntansi dan pemakai
laporan keuangan memahami dasar-dasar konsep akuntansi yang mendasari setiap standar.
Ini penting untuk memastikan bahwa para pelaku bisnis dapat mengimplementasikan
standar dengan benar dan memahami implikasi dari kebijakan akuntansi yang diterapkan.
4. Memahami Implikasi Praktis dan Teoritis:

Teori akuntansi memungkinkan para praktisi untuk memahami implikasi praktis dan
teoritis dari kebijakan akuntansi tertentu. Ini membantu entitas dalam membuat keputusan
yang tepat dalam menentukan metode pengukuran, pengakuan, dan pengungkapan yang
paling sesuai dengan kondisi bisnis mereka.
5. Transparansi dan Akuntabilitas:

Dengan memahami teori akuntansi yang mendasari setiap PSAK, tercipta transparansi dan
akuntabilitas dalam proses penyusunan standar. Pemangku kepentingan dapat lebih

25
percaya bahwa standar tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang kuat dan
tujuan akuntansi yang benar.
6. Pembelajaran dan Pengembangan Profesional:

Mengetahui perspektif teori akuntansi dalam PSAK menjadi bagian integral dari
pembelajaran dan pengembangan profesional di bidang akuntansi. Para akuntan, auditor,
dan praktisi keuangan perlu terus memperbarui pengetahuan mereka tentang teori
akuntansi untuk tetap relevan dan berkompeten di lingkungan bisnis yang terus berubah.
Dengan memahami perspektif teori akuntansi dalam PSAK, para pemangku kepentingan dapat
merasakan manfaat dalam hal pemahaman yang lebih baik tentang dasar-dasar setiap standar,
membuat keputusan yang informasional, dan mendukung tujuan akuntansi dalam menyediakan
informasi yang relevan dan dapat diandalkan.
Berikut adalah penjelasan beberapa teori akuntansi yang terkait dengan penerbitan PSAK 22,
yaitu :
1. Teori Pengukuran:

Teori pengukuran membahas konsep-konsep tentang bagaimana aset, kewajiban, dan


ekuitas diukur dalam laporan keuangan. Dalam konteks PSAK 22, teori ini relevan untuk
membahas pengukuran nilai wajar aset dan kewajiban yang terlibat dalam kombinasi
bisnis, yang merupakan salah satu aspek kritis dalam implementasi standar ini.
2. Teori Pemilihan Akuntansi:

Teori pemilihan akuntansi mendukung ide bahwa dalam beberapa situasi, entitas memiliki
kebebasan untuk memilih metode akuntansi tertentu. Dalam konteks PSAK 22, teori ini
relevan karena entitas dapat memiliki beberapa opsi dalam mengelola kombinasi bisnis,
seperti metode akuisisi dan metode pembelian.
3. Teori Goodwill:

Teori Goodwill membahas konsep nilai yang melekat pada suatu entitas yang tidak dapat
diukur secara langsung. Dalam PSAK 22, konsep Goodwill menjadi kritis, dan teori ini
membantu untuk memahami bagaimana Goodwill diakui dan dikelola dalam laporan
keuangan.
4. Teori Biaya dan Manfaat:

Teori biaya dan manfaat dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dan
kebermanfaatan implementasi PSAK 22. Pertimbangan biaya implementasi, seperti

26
perolehan informasi dan perubahan sistem akuntansi, harus seimbang dengan manfaat
informasi yang dihasilkan.
5. Teori Konservatisme:

Teori konservatisme menekankan pada prinsip penghindaran overstatement atas kekayaan


dan pendapatan. Dalam PSAK 22, prinsip ini dapat tercermin dalam pengakuan dan
pengukuran elemen-elemen seperti Goodwill dan nilai wajar, di mana prinsip
konservatisme memastikan bahwa nilai-nilai tidak dinyatakan terlalu tinggi.
6. Teori Pengungkapan:

Teori pengungkapan menjadi penting dalam konteks PSAK 22 untuk memastikan bahwa
informasi yang relevan dan signifikan tentang kombinasi bisnis diungkapkan secara
transparan dalam laporan keuangan. Pengungkapan yang baik membantu para pemangku
kepentingan untuk memahami dampaknya terhadap entitas.
7. Teori Risiko dan Unsikap:

Teori risiko dan unsikap relevan dalam konteks PSAK 22 karena kombinasi bisnis
seringkali melibatkan risiko dan ketidakpastian. Entitas perlu memahami bagaimana
mengelola risiko terkait dengan kombinasi bisnis dan bagaimana ketidakpastian ini
tercermin dalam laporan keuangan.
Melalui penerapan teori-teori akuntansi ini dalam pembahasan makalah PSAK 22, pembaca
diharapkan dapat memahami landasan konseptual dan praktis dari standar ini dan bagaimana
teori-teori tersebut berkontribusi pada pengakuan, pengukuran, dan penyajian kombinasi bisnis
dalam konteks akuntansi

27
BAB IV
KESIMPULAN

Dalam menutup makalah ini, dapat disimpulkan bahwa PSAK 22 memegang peran krusial
dalam menyusun landasan akuntansi yang sesuai untuk mengakui dan mengukur kombinasi
bisnis. Melalui pemahaman mendalam terhadap konsep-konsep seperti nilai wajar, goodwill, dan
aset serta kewajiban yang diakui dari hasil gabungan, entitas dapat mengimplementasikan standar
ini dengan tepat. PSAK 22 memperhatikan prinsip-prinsip dasar akuntansi, terutama konsep
keberlanjutan entitas dan pengungkapan informasi yang relevan bagi para pemangku kepentingan.
Dengan adanya panduan ini, entitas dapat memberikan gambaran yang akurat dan transparan
tentang dampak kombinasi bisnis terhadap laporan keuangan mereka.
Dalam mengimplementasikan PSAK 22, penting untuk memahami konsep nilai wajar
sebagai dasar pengukuran yang sesuai dengan kondisi pasar yang sebenarnya. Selain itu,
pengelolaan goodwill dan evaluasi kinerja hasil gabungan menjadi aspek kritis dalam memastikan
bahwa laporan keuangan mencerminkan nilai ekonomis yang sebenarnya dari kombinasi bisnis
tersebut. Pentingnya pemahaman mendalam terhadap PSAK 22 bukan hanya sebagai tanggung
jawab akuntansi, tetapi juga merupakan aspek strategis dalam melihat pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan melalui transaksi bisnis yang signifikan. PSAK 22 memberikan
pedoman yang memungkinkan para pemangku kepentingan untuk memahami implikasi keuangan
dan operasional dari kombinasi bisnis dengan lebih baik.
Dalam era bisnis yang dinamis, di mana kombinasi bisnis menjadi semakin umum,
pemahaman yang baik terhadap PSAK 22 bukan hanya sebagai kewajiban akuntansi, tetapi juga
sebagai langkah proaktif dalam mencapai transparansi, kepatuhan, dan pengelolaan yang efektif
terhadap hasil gabungan entitas.

28
DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono, G., Veronica, A., Anita, L., Hm, I., Ibrahim, F. N., Husain, S., . . . Aristantia, S. E.
(2022). Teori Akuntansi. Padang: Pt Global Eksekutif Teknologi.

29

Anda mungkin juga menyukai