Anda di halaman 1dari 8

Peran Kader Kesehatan

dalam Transformasi
Layanan Kesehatan Primer
Pembelajaran dari Survei Nasional Puskesmas selama Pandemi COVID-19

25 September 2023 cisdi.org


cisdi.org
Bagian 1
Temuan Studi
Hingga saat ini, kader kesehatan memiliki peran penting melalui aktivitas
surveilans berbasis masyarakat dalam penanganan kasus COVID-19 dan
memastikan layanan esensial di puskesmas tetap dapat diakses oleh
masyarakat. Akan tetapi, berbagai tantangan mengenai kader kesehatan
masih ditemui selama pemberian layanan respons pandemi dan
pemulihan kesehatan esensial.

Untuk memetakan kebutuhan puskesmas selama pandemi, CISDI


melaksanakan sebuah survei telepon di 385 puskesmas yang tersebar di
34 provinsi di Indonesia. Survei ini dilengkapi dengan wawancara
mendalam dari masyarakat penerima layanan kesehatan di puskesmas.

01 | cisdi.org
Pelibatan Kader dalam Respons COVID-19 dan Pemulihan Layanan Kesehatan Esensial

Temuan survei kami menunjukkan bahwa sebanyak 73,82%


puskesmas di Indonesia telah melibatkan kader
kesehatan dalam respons terhadap pandemi COVID-19.

Puskesmas yang tidak melibatkan kader (26,18%)


melaporkan beberapa kendala, yaitu: 1) Usia kader
tergolong lansia sehingga dianggap kurang produktif dan
lebih berisiko jika terlibat dalam aktivitas penanganan
COVID-19, keaktifan; 2) Keterampilan kader yang dirasa
kurang sesuai dengan kebutuhan puskesmas dalam
menanggulangi COVID-19 secara cepat.

02 | cisdi.org
Insentif dan Pelatihan
Kader Kesehatan

Survei ini menggarisbawahi adanya Dana desa dan APBD hanya Keterbatasan lain dalam pelibatan
variasi pemberian insentif untuk didapatkan masing-masing kurang kader dalam respons pandemi dan
kader. Paling banyak puskesmas dari 15% puskesmas. Adanya pemulihan layanan kesehatan esensial
(28,22%) melaporkan pemberian perbedaan besaran dan sumber adalah kurangnya pelatihan terkait
insentif bagi kader secara insidental insentif menunjukkan arti bahwa respons COVID-19 untuk kader
atau sesuai dengan kegiatan yang masing-masing daerah memiliki kesehatan. Pemberian pelatihan hanya
dilakukan. ketentuan yang berbeda terhadap dilakukan oleh 57,45% puskesmas
insentif kader kesehatan.
Dari 43,78% puskesmas yang
menganggarkan insentif untuk kader di
wilayah mereka, paling banyak
bersumber dari APBN (40,96%).

03 | cisdi.org
Bagian 2
Usulan Rekomendasi
Keberadaan pelembagaan kader dan regulasi khusus tentang kader
kesehatan dapat menjadi upaya pemerintah untuk: Memberikan rekognisi
secara formal pada kader kesehatan berdasarkan tanggung jawab yang
diberikan, membentuk mekanisme remunerasi sesuai beban kerja, melakukan
pengawasan yang terdokumentasi dengan jelas, dan menyediakan standar
kompetensi serta hak untuk bekerja di lingkungan yang aman.

Pelibatan kader kesehatan juga perlu secara resmi diatur dalam rencana
penanggulangan krisis nasional agar kader kesehatan dapat dilibatkan oleh
layanan kesehatan secara sistematis.

05 | cisdi.org
Rekomendasi yang diusulkan berfokus pada penyediaan
perlindungan dan dukungan yang dibutuhkan oleh kader
kesehatan agar dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya
di level komunitas.

● Menyusun kebijakan mengenai definisi kader kesehatan


dengan jelas, terutama pada aspek peran, standar
kualifikasi, kompetensi dan kewenangan mereka untuk
memastikan kesiapan mereka di situasi krisis maupun
non-krisis;
● Memastikan peningkatan kompetensi berkelanjutan
untuk meningkatkan kapasitas dan kualifikasi kader
kesehatan, termasuk sistem supervisi dan pendampingan
dari tenaga kesehatan profesional di puskesmas;
● Menyediakan dukungan dalam bentuk APD yang cukup
dan terstandar, remunerasi yang sesuai dan tepat waktu,
pelatihan yang disesuaikan dengan kompetensi yang
diharapkan, serta dukungan psikososial yang mudah
diakses;
● Memberikan panduan supervisi rutin dari tenaga
berwenang agar pelaksanaan program kader di level
nasional dapat terlaksana dengan baik;
● Mendorong renumerasi rutin dengan besaran yang
tetap yang dapat didukung insentif berbasis kinerja.

06 | cisdi.org
Masukan Mendorong pemerintah pusat untuk membuat petunjuk teknis sebagai acuan

1
pemerintah daerah mengenai pengelolaan kader yang meliputi kriteria, perekrutan,

Peraturan
tugas sesuai kompetensi, monitoring dan supervisi terhadap kinerja kader kesehatan
agar terstandar dan mampu menciptakan kualitas sumber daya manusia kesehatan
(SDMK) yang profesional dan komprehensif dalam peningkatan keterlibatan

Turunan
masyarakat.

UU Kesehatan

2
Mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menerbitkan aturan yang
mengatur soal pengalokasian khusus insentif kader serta aturan teknis yang
menginstruksikan pemangku kebijakan di daerah untuk wajib mengalokasikan,
Peraturan turunan UU Kesehatan perlu mengkoordinasikan, dan mendistribusikan insentif kepada kader kesehatan.
memperhatikan dua hal penting dalam
tata kelola kader kesehatan: insentif
layak bagi kader kesehatan dan

3
regenerasi kader. Pemerintah juga dapat melibatkan kader kesehatan di masa krisis kesehatan
mengingat prinsip partisipasi masyarakat, dengan memperhatikan peningkatan
kompetensi dan kebutuhan kader kesehatan selama masa krisis kesehatan.

07 | cisdi.org
Terima Kasih

Jalan Probolinggo No. 40C Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat 10350, Indonesia
secretariat@cisdi.org
(+62) 21 3917590 cisdi.org

Anda mungkin juga menyukai