Anda di halaman 1dari 2

Jepang merupakan sebuah negara maju yang terkenal dengan kemajuan teknologinya,

keindahan alam yang memukau, budaya yang menarik, dan beragam kuliner lezat. Dari
berbagai faktor tersebut, Jepang telah menjadi destinasi idaman bagi wisatawan domestik
maupun asing. Salah satu kota yang terkenal di Jepang adalah Kyoto. Kyoto merupakan
destinasi wisata yang menarik dan populer karena Kyoto mempunyai sejarah yang panjang
serta masih menyimpan kekayaan budaya tradisional yang menjadi warisan berharga negara
Jepang. Menurut Genjiro dkk (2004:121) Kyoto didirikan oleh Kaisar Kammu (桓武天皇, 737–
806) pada tahun 794 dengan nama Heian-kyo, kota ini telah menjadi saksi perjalanan panjang
kebudayaan Jepang. Heian-kyo menjabat sebagai ibu kota Jepang selama lebih dari 1000
tahun, menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan kebudayaan sebelum akhirnya ibu
kota dipindahkan ke Tokyo pada tahun 1868. Oleh karena itu, peninggalan sejarah seperti
bangunan kuno, kuil-kuil, dan budaya banyak ditemukan di Kyoto.

Kyoto tidak hanya terkenal dengan budaya, dan tempat-tempat bersejarah, tetapi Kyoto
juga mempunyai beberapa makanan khas yang enak dan disukai wisatawan. Dalam bahasa
Jepang, makanan tradisional atau makanan khas Jepang disebut juga washoku. Washoku
terbentuk dari dua karakter kanji, yaitu wa ( 和 ) yang mengandung makna “Jepang” dan
“harmonis”, sementara shoku ( 食 ) berarti “makanan”. Dengan demikian, secara harfiah,
washoku (和食) dapat diartikan sebagai makanan khas Jepang yang mencerminkan harmoni.

Tidak hanya harmoni, washoku memiliki karakteristik utama yang mencakup aspek musim,
bahan, keseimbangan, dan estetika. Toshiki (2019:4) menjelaskan bahwa washoku
mempunyai empat karakteristik. Pertama, washoku mencerminkan empat musim Jepang
dengan menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan setiap musim. Kedua, makanan
pokoknya adalah nasi, yang disertai dengan ikan, makanan laut, dan rumput laut sebagai
pusat dari makanan tradisional Jepang. Ketiga, washoku menekankan keseimbangan dalam
penyajian, dengan teknik persiapan yang bertujuan untuk memperoleh cita rasa alami.
Keempat, washoku juga menonjolkan aspek estetika, termasuk keindahan visual makanan,
penggunaan warna, penataan bahan, serta peralatan makan dan gaya penyajian.

Empat unsur makanan dalam washoku memiliki peran penting sebagai pola dasar dalam
menyusun menu makanan sehat. Pola ini dikenal sebagai ichiju sansai ( 一 汁 三 菜 ) dalam
konteks kuliner Jepang. Hal ini dijelaskan oleh Miyata (2016:3) yang mengatakan bahwa pola
dasar dari menu washoku adalah ichiju sansai, yang terdiri dari satu sup dan tiga hidangan.
Dalam memasak, unsur pentingnya adalah 'dashi' atau kaldu. Dashi dapat dihasilkan dari
bahan seperti rumput laut atau irisan ikan katsuobushi, dan terkadang melibatkan teknik
memasak di mana bahan-bahan direbus dan ekstraknya diambil. Setelah itu, hidangan yang
berhasil dimasak akan dihias dengan indah sebelum disajikan.

Salah satu makanan khas Kyoto adalah Obanzai. Menurut Fujikake (2022:1) Obanzai
adalah gaya masakan khas yang berkembang melalui kehidupan sehari-hari di Kyoto, dan
telah mengalami perubahan namun tetap diwariskan selama berbagai generasi ke generasi.
Meskipun kata "Obanzai" bisa merujuk pada hidangan sehari-hari tetapi seringkali kata ini juga
merujuk proses memasak dan kisah-kisah terkait memasak, termasuk citra spiritual yang
dianut oleh penduduk Kyoto.

Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan karakteristik washoku dalam makanan khas Kyoto
bernama “Obanzai” menggunakan teori dari Toshiki yang menyatakan bahwa makanan
tradisional mempunyai empat karakteristik utama yaitu mencerminkan empat musim negara
Jepang, makanan pokok negara Jepang, keseimbangan dalam penyajian, dan keindahan
visual.

Daftar pustaka:

Genjiro, Ito, dkk. 2004. Mini Encyclopedia of Japan. Japan: Shogakukan Square Inc.

Yoshida, Toshiki. 2019. 和 食 Washoku: Japanese Recipes. Ntropy Productions.


Jepang.

Shigeyuki, Miyata. 2016. 食 和. Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries.


Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo

Fujikake, Susumu. 2022. What is OBANZAI?.


https://obanzai.or.jp/wp/wp-content/uploads/2022/06/houkokusyo5_3_english.pdf

Furusato, Shun. 2017. Kyō yasai, shun o tanoshimu. https://kyoyasai.kyoto/wp-


content/uploads/2017/07/furusato_shun_recipe.pdf

Anda mungkin juga menyukai