Anda di halaman 1dari 22

MATERI

1. Jepang

A. Sejarah

Masakan Jepang (nihon ryōri, nippon ryōri) adalah makanan yang dimasak dengan cara


memasak yang berkembang secara unik di Jepang dan menggunakan bahan makanan yang
diambil dari wilayah Jepang dan sekitarnya. Dalam bahasa Jepang, makanan Jepang
disebut nihonshoku atau washoku. Susyi, tempura, shabu-shabu, dan sukiyaki adalah makanan
Jepang yang populer di luar Jepang, termasuk di Indonesia.

Nihon Shoki adalah literatur klasik yang memuat sejarah tertua tentang masakan Jepang.
Di dalamnya dikisahkan tentang nenek moyang klan Takahashi bernama Iwakamutsukari-no-
mikoto. Makanan yang dihidangkannya berupa namasu ikan cakalang dan potongan kerang
(hamaguri) yang diacar dengan cuka. Hidangan istimewa tersebut dibuatnya untuk Kaisar
Keiko yang sedang mengunjungi Provinsi Awa ketika bersedih atas kematian Yamato Takeru.
Iwakamutsukari-no-mikoto bertugas sebagai juru masak istana dan kemudian dimuliakan sebagai
dewa masakan

B. Asal usul masakan

Orang Jepang mulai makan nasi sejak zaman Jomon. Lauknya berupa bahan makanan
yang direbus (nimono), dipanggang, atau dikukus. Cara mengolah makanan dengan menggoreng
mulai dikenal sejak zaman Asuka, dan berasal dari Semenanjung Korea dan Cina. Teh dan
masakan biksu diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan masuknya agama Buddha, namun
hanya berkembang di kalangan kuil. Makanan biksu adalah masakan vegetarian yang
disebut shōjin ryōri. Hewan peliharaan dan binatang buas seperti monyet dilarang untuk
dijadikan bahan makanan. Di dalam literatur klasik Engishiki juga diceritakan tentang ikan hasil
fermentasi yang disebut narezushi yang dipakai sebagai persembahan di Jepang bagian barat.

1. Masakan zaman Nara

Pengaruh kuat kebudayaan Cina pada zaman Nara ikut memengaruhi masakan Jepang


pada zaman Nara. Makanan dimasak sebagai hidangan upacara dan ketika ada perayaan yang
berkaitan dengan musim. Sepanjang tahunnya selalu ada perayaan dan pesta makan. Teknik
memasak dari Cina mulai dipakai untuk mengolah bahan makanan lokal. Penyesuaian cara
memasak dari Cina dengan keadaan alam di Jepang akhirnya melahirkan masakan yang khas
Jepang.

2. Masakan zaman Heian

Pada zaman Heian, masakan Jepang terus berkembang dengan pengaruh dari daratan
Cina. Orang Jepang waktu itu mulai mengenal makanan seperti karaage dan kue-kue asal Dinasti
Tang (tōgashi), dan natto. Aliran memasak dan etiket makan berkembang di kalangan
bangsawan. Atas perintah kaisar Kōkō, Fujiwara no Yamakage menyunting buku memasak
aliran Shijō yang berjudul Shijōryū Hōchōshiki. Sampai saat ini, rumah makan tradisional
Jepang masih sering memiliki altar pemujaan untuk Fujiwara no Yamakage dan Iwakamutsukari-
no-mikoto.

3. Masakan zaman Kamakura

Makanan olahan dari tahu yang disebut ganmodoki mulai dikenal bersamaan dengan


makin populernya tradisi minum teh dan ajaran Zen. Pada zaman Kamakura, makanan dalam
porsi kecil untuk biksu yang menjalani latihan disebut kaiseki. Pendeta Buddha
bernama Eisai memperkenalkan teh yang dibawanya dari Cina untuk dinikmati dengan hidangan
kaiseki. Masakan ini nantinya berkembang menjadi makanan resepsi yang juga disebut kaiseki,
tetapi ditulis dengan aksara kanji yang berbeda.

4. Masakan zaman Muromachi

Memasuki zaman Muromachi, kalangan samurai ikut dalam urusan masak-memasak di


istana kaisar. Tata krama sewaktu makan juga semakin berkembang. Aliran etiket Ogasawara
yang masih dikenal sekarang bermula dari etiket kalangan samurai dan bangsawan zaman
Muromachi.

Chūnagon bernama Yamakage no Masatomo mendirikan aliran memasak Shijōryū.


Aliran ini menerbitkan buku memasak berjudul Shijōryū Hōchōsho (Buku Memasak Aliran
Shijō). Sementara itu, klan Ashikaga mendirikan aliran memasak Ōkusaryū. Orang mulai
menjadi cerewet soal cara memasak dan menghidangkan makanan. Makanan
gaya honzen (honzen no seishiki) dan gaya kaiseki merupakan dua aliran utama masakan Jepang
zaman Muromachi. Dalam gaya honzen, makanan dihidangkan secara individu di atas meja
pendek yang disebut ozen. Porsi yang dihidangkan cukup untuk dimakan satu orang. Dalam
gaya kaiseki, makanan dihidangkan dalam porsi kecil seperti makanan yang dihidangkan
dalam upacara minum teh.

Namban adalah istilah orang Jepang zaman dulu untuk "luar negeri",


khususnya Portugal dan Asia Tenggara. Dari kata namban dikenal istilah nambansen (kapal dari
luar negeri). Kedatangan kapal-kapal dari luar negeri dari zaman Muromachi hingga zaman
Sengoku membawa serta berbagai jenis masakan yang disebut namban ryōri (masakan luar
negeri) dan nambangashi (kue luar negeri). Kue kastela yang menggunakan resep dari Portugal
adalah salah satu contoh dari nambangashi.

5. Masakan zaman Edo

Kebudayaan orang kota berkembang pesat pada zaman Edo. Makanan penduduk kota
seperti tempura dan teh gandum (mugicha) banyak dijual di kios-kios pasar kaget. Pada masa itu,
di Edo mulai banyak dijumpai rumah makan khusus soba dan nigirizushi. Ōrusuichaya adalah
sebutan untuk rumah makan tradisional (ryōtei) yang digunakan samurai sewaktu menjamu tamu
dengan pesta makan. Makanan dinikmati secara santai sambil meminum sake, dan tidak
mengikuti tata cara makan formal seperti masakan kaiseki atau masakan Honzen. Masakan
Ōrusuichaya disebut masakan kaiseki ( 会 席 料 理 , kaiseki ryōri, masakan jamuan makan), dan
ditulis dengan aksara kanji yang berbeda dari "kaiseki" untuk upacara minum teh.

Teknik pembuatan kue-kue tradisional Jepang (wagashi) berkembang pesat berkat


tersedianya gula yang sudah menjadi barang yang lumrah. Alat makan
dari keramik dan porselen mulai banyak digunakan dan diberi hiasan berupa gambar-gambar
artistik yang dikerjakan secara serius. Daging ternak mulai dikonsumsi orang Jepang dan daging
sapi dimakan sebagai obat. Sejak pertengahan zaman Edo mulai dikenalnya teknik seni ukir
sayur, dan makanan mulai dihias dengan hiasan dari lobak (wachigai daikon). Pada waktu itu
juga mulai dikenal telur rebus aneh dengan kuning telur berada di luar dan putih telur di dalam
(kimigaeshi tamago).

6. Masakan Kanto

Masakan Jepang zaman modern adalah hasil penyempurnaan masakan zaman


Edo. Daimyo dari seluruh penjuru Jepang mengenal kewajiban sankin kōtai. Mereka wajib
datang ke Edo untuk menjalankan tugas pemerintahan bersama shogun. Kedatangan daimyo dari
seluruh pelosok negeri membawa serta cara memasak dan bahan makanan khas dari daerah
masing-masing. Bahan makanan yang dibawa rombongan daimyo dari seluruh pelosok Jepang
menambah keanekaragaman masakan Jepang di Edo. Semuanya ditambah dengan makanan laut
segar dan enak dari Teluk Edo yang disebut Edomae. Hasil laut dari Samudera
Pasifik seperti ikan tongkol sudah dijadikan menu tetap sewaktu membuat sashimi.

Ikan dari familia Sparidae yang dikenal di Jepang sebagai ikan tai merupakan lambang
kemakmuran di Jepang. Ikan tai yang dipanggang utuh tanpa dipotong-potong merupakan
hidangan istimewa pada kesempatan khusus. Makanan yang dihidangkan pada pesta makan
terdiri dari dua jenis: makanan untuk dimakan di tempat pesta, dan makanan yang berfungsi
sebagai hiasan. Panggang ikan tai termasuk dalam makanan hiasan yang boleh saja dimakan di
tempat pesta. Namun, ikan panggang di pesta sebenarnya lebih merupakan hiasan karena
dimaksudkan untuk dibawa pulang oleh para tamu sebagai oleh-oleh. Tradisi membawa pulang
makanan pesta sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah berasal dari zaman Edo dan terus
berlanjut hingga sekarang. Selain ikan panggang, tamu biasanya dipersilakan membawa
pulang kinton (biji berangan dan ubi jalar yang dihaluskan) dan kamaboko.

Masakan yang lahir dari berbagai keanekaragaman di daerah Kanto disebut masakan Edo atau
masakan Kanto. Sebutan masakan Kanto digunakan untuk membedakannya dari masakan Kansai
yang sudah dikenal orang lebih dulu. Ciri khas masakan Kanto adalah penggunaan kecap
asin (shōyu) sebagai penentu rasa, termasuk untuk makanan berkuah (shirumono) dan nimono.
Tradisi membawa pulang makanan pesta merupakan alasan penggunaan kecap asin dalam
jumlah banyak dalam masakan Kanto, maksudnya agar rasa tetap enak walaupun sudah dingin.
Berbeda dengan masakan Kanto, masakan Kansai justru tidak terlalu asin walaupun
mengandalkan garam dapur sebagai penentu rasa.

7. Masakan Kansai

Masakan Kansai adalah sebutan untuk masakan Osaka dan masakan Kyoto. Berbeda dari


budaya Edo yang gemerlap, masakan Kyoto mencerminkan budaya Kyoto yang elegan. Masakan
Kyoto dipengaruhi masakan kuil Buddha. Ciri khasnya adalah penggunaan banyak sayur-
sayuran, tahu, kembang tahu, namun sedikit makanan laut karena letak geografis Kyoto yang
jauh dari laut. Masakan Kyoto melahirkan cara memasak dengan bumbu seminimal mungkin
agar rasa asli tahu atau kembang tahu (yang memang sudah "tipis") tidak hilang. Kepandaian
mengolah ikan kering seperti bodara (ikan cod kering) dan migakinishin (ikan hering kering)
menjadi hidangan yang enak merupakan keistimewaan masakan Kyoto.

Osaka adalah kota tepi laut dengan hasil laut yang melimpah. Oleh karena itu, masakan Osaka
mengenal berbagai cara pengolahan hasil laut. Makanan laut diolah agar enak untuk langsung
dimakan di tempat dan tidak untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Masakan Osaka tidak
mementingkan rasa makanan kalau sudah dingin karena pada prinsipnya "makanan yang habis
dimakan". Prinsip masakan Osaka bertolak belakang dengan prinsip masakan Kanto yang
memikirkan rasa makanan kalau sudah dingin.

8. Pengaruh masakan Barat

Pada awal zaman Meiji, masakan Eropa mulai dikenal orang Jepang yang melakukan


kontak sehari-hari dengan orang asing. Di kalangan rakyat tercipta makanan gaya Barat
(yōshoku) yang merupakan adaptasi masakan Eropa. Berbagai aliran memasak mengalami
kemunduran, dan aliran Hōchōshiki merupakan satu-satunya aliran yang terus bertahan.
Pelarangan makan daging dihapus sesuai kebijakan Pemerintah Meiji tentang Haibutsu
Kishaku dan Shinbutsu Bunri sehingga tercipta sukiyaki. Sementara itu, honzen ryōri yang
merupakan aliran utama masakan Jepang mulai ditinggalkan orang. Hidangan kaiseki telah
menjadi makanan standar di rumah makan tradisional (ryōtei) dan penginapan tradisional
(ryokan).

Masakan vegetarian (shōjinryōri) berlanjut sebagai tradisi kuil agama Buddha. Hidangan


porsi kecil yang disebut kaiseki ryōri (懐石料理) bertahan hingga kini sebagai hidangan upacara
minum teh. Di bidang pertanian, sawi dan spinacia mulai ditanam secara besar-besaran. Di kota-
kota mulai banyak dijumpai rumah yang memiliki meja pendek yang disebut chabudai sebagai
pengganti nampan berkaki yang disebut ozen. Keberadaan chabudai yang bisa dipakai sebagai
meja makan untuk empat orang mengubah acara makan yang dulunya dilakukan sendiri-sendiri
dengan ozen pribadi menjadi acara berkumpul keluarga.

Akibat gempa bumi besar Kanto yang memakan korban jiwa besar-besaran, juru masak
pewaris tradisi masakan Edo ikut menjadi berkurang, dan tradisi masakan honzen mulai
memudar. Etiket makan mulai longgar, dan orang Jepang semakin menyukai suasana santai
sewaktu makan. Setelah Perang Dunia II, kemudahan transportasi dan kemajuan bidang
komunikasi menyebabkan tipisnya perbedaan antardaerah soal bahan makanan dan cara
memasak untuk makanan yang sama. Walaupun demikian, perbedaan mendasar dalam soal
bumbu dan selera masih tersisa.

C. Ciri Khas

 Bahan makanan

Pada umumnya, bahan-bahan masakan Jepang berupa: beras, hasil pertanian


(sayuran dan kacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbu berupa dashi yang dibuat
dari konbu, ikan dan shiitake, ditambah miso dan shōyu. Berbeda dengan masakan negara-negara
lain, makanan Jepang sama sekali tidak menggunakan bumbu berupa rempah-rempah dari biji-
bijian (merica) atau penyedap yanng mengandung biji (seperti cabai) yang harus ditumbuk atau
dihaluskan. Masakan Jepang juga tidak menggunakan bumbu yang berbau tajam seperti bawang
putih. Kacang kedelai merupakan bahan utama makanan olahan. Penyedap biasanya berupa
sayur-sayuran beraroma harum yang dipotong-potong halus atau diparut. Masakan Jepang
umumnya rendah lemak, tetapi mengandung kadar garam yang tinggi.

 Bumbu

Masakan Jepang mengenal 5 bumbu utama yang harus dimasukkan secara berturutan sesuai
urutan sa-shi-su-se-so yang merupakan singkatan dari:

 gula pasir (satō)
 garam (shio)
 cuka (su)
 shōyu (seuyu: ejaan zaman dulu untuk shōyu)
 miso (miso).

Sesuai dengan peraturan sa-shi-su-se-so, gula pasir adalah bumbu yang dimasukkan pertama


kali, diikuti garam, cuka, kecap asin, dan miso.

D. Penyajian dan Alat Makanan

Makanan utama di Jepang terdiri dari nasi (kadang-kadang


dicampur palawija), sup dan lauk. Lain halnya dari masakan Cina atau masakan Eropa, masakan
Jepang tidak mengenal tahapan (course) dalam penyajian. Dalam budaya makan Eropa atau
Cina, makanan disajikan secara bertahap, mulai dari hidangan pembuka, sup, hidangan utama,
dan diakhiri dengan hidangan penutup. Masakan Jepang dihidangkan semuanya secara sekaligus.
Dalam hal penyajian hidangan, dalam masakan Jepang tidak dikenal perbedaan antara tata cara
penyajian di rumah dengan tata cara penyajian di restoran. Jamuan makan dan kaiseki
merupakan pengecualian karena makanan disajikan secara bertahap.

Dalam hal menikmati makanan, masakan Jepang bisa dengan mudah dibedakan dari
masakan Eropa atau masakan Cina. Rasa dicampur sewaktu makanan Jepang berada di dalam
mulut. Asinan sayur-sayuran mungkin terasa terlalu asin kalau dimakan begitu saja, namun
asinan terasa lebih enak ketika dimakan dengan nasi putih. Dalam masakan Jepang, bahan
makanan tidak diolah secara berlebihan. Makanan harus mempunyai rasa asli bahan makanan
tersebut. Cara memasak atau penyiapan makanan hanya bertujuan menampilkan rasa asli dari
bahan makanan. Makanan juga sama sekali tidak dimasak dengan bumbu yang berbau tajam.
Masakan Jepang tidak mengenal teknik memasak yang bisa merusak penampilan bahan dan
kesegaran bahan makanan.

Juru masak masakan Jepang dituntut serba bisa dalam berbagai bidang. Mereka dituntut
memiliki keahlian dalam pengolahan bahan makanan, pengetahuan tentang alat-alat makan, serta
pemilihan suasana yang tepat untuk menikmati makanan. Masakan Jepang sangat berbeda
dari masakan Prancis yang sangat maju dalam pembagian keahlian di dapur dan pelayanan
terhadap tamu di ruang makan.

Peralatan makan untuk masakan Jepang umumnya dibuat dari keramik, porselen, atau


kayu yang dipernis dengan urushi. Di rumah keluarga Jepang, setiap anggota keluarga
memiliki mangkuk nasi dan sumpit sendiri, dan tidak saling dipertukarkan dengan milik anggota
keluarga yang lain. Sumpit yang dipakai bisa berupa sumpit kayu, sumpit bambu, atau sumpit
sekali pakai. Sebelum teknik pembuatan keramik dikenal di Jepang, sebagian besar alat makan
dibuat dari kayu yang dipernis. Alat makan dari porselen umumnya diberi hiasan gambar-gambar
yang berfungsi sebagai penghias hidangan.

Masakan Jepang memiliki aturan yang sangat longgar menyangkut bentuk alat makan
dari keramik. Piring bisa saja berwarna gelap atau berbentuk persegi empat, sehingga sangat
mencolok dibandingkan piring makanan Eropa atau Amerika. Alat makan untuk makanan Jepang
terlihat sangat berbeda dengan alat makan untuk masakan Cina atau Korea. Masakan Cina
menggunakan piring bundar dari porselen dengan hiasan sederhana, sementara masakan Korea
memakai porselen putih tanpa hiasan atau alat makan dari logam.

E. Bahan dan Bumbu

Bahan makanan sejak zaman kuno

1. Palawija, sayuran, kacang-kacangan (kedelai), soba, buah-buahan, dan umbi.
2. Tanaman liar, jamur, rumput laut
3. Telur ayam, makanan laut

Bumbu sejak zaman kuno

1. Garam
2. Cuka
3. Miso
4. Shōyu
5. Wasabi
6. Jahe
7. Andaliman (sanshō)
8. Daun bawang (jenis daun bawang dengan lebih banyak bagian batang berwarna hijau
(aonegi) digunakan di daerah Kansai, sementara daun bawang dengan lebih banyak
bagian batang berwarna putih (nebukanegi) disenangi di daerah Kanto)
9. Daun shiso sebagai penyedap
10. Cabai merah dalam jumlah sangat sedikit, terutama untuk campuran bubuk shichimi
11. Dashi

Bahan makanan sejak zaman Meiji

1. Daging hewan ternak
2. Sawi
3. Bawang bombay
Bumbu dan rempah-rempah dari luar negeri

1. Merica (dari Cina)
2. Saus uster
3. Mayones
4. Bubuk kari

F. Contoh Masakan

Masakan tradisional

1. Honzenryōri
o Masakan yang mulai dikenal pada zaman Edo, dan mendapat pengaruh dari
masakan kalangan samurai tetapi akhirnya menghilang pada zaman Meiji.
2. Shōjinryōri 
o Masakan tanpa daging di kuil agama Buddha.
3. Kaisekiryōri , masakan Kaiseki)
o Masakan yang dihidangkan dalam tahap-tahap penyajian dalam porsi kecil.
4. Kaisekiryōri  masakan jamuan makan)
o Makanan jamuan pesta di rumah makan tradisional Jepang (ryōtei) yang dinikmati
sambil minum sake. Penyajian dilakukan secara bertahap seperti masakan kaiseki.

Makanan sehari-hari

 Masakan nasi
o Nasi
 Nasi putih, nasi merah (sekihan), kowameshi
 Nasi dari beras yang belum disosoh
 Nasi bercampur gandum (mugimeshi)
 Onigiri
o Nasi berbumbu cuka
 Sushi
 Oshizushi
o Bubur (okayu), bubur dari nasi (zōsui atau ojiya)
o Ochazuke
o Takikomigohan (nasi yang ditanak dengan sedikit lauk)
o Donburi
o Kakegohan (nasi yang dituangi sesuatu): mugitoro (gandum yang ditanak dan dituangi
parutan umbi yamaimo atau nagaimo).
o Mochi dan dango
 Makanan berkuah (shirumono)
o Sup miso
o Sumashijiru (suimono)
 Sashimi
o Tessa (sashimi ikan fugu)
o Tataki (potongan besar ikan yang digarang dengan api besar, matang di bagian luar,
mentah di bagian dalam)
o Tsuke (sashimi yang direndam dengan kecap asin)
 Tsukemono (sayuran yang diasin): takuan, umeboshi, shibazuke, misozuke (fermentasi
dengan miso), kasuzuke (fermentasi dengan ampas sake), nukazuke (fermentasi dengan kulit
ari beras), wasabizuke (campuran sayuran dengan pasta wasabi)
 Mi: udon, soba, sōmen
 Nabe: oden, mizudaki, shabu-shabu, sukiyaki,
 Makanan goreng: tempura, satsuma-age, kakiage, karaage
 Makanan panggang: ikan panggang, teriyaki, yakitori, kabayaki
 Nimono: nikujaga, kinpira
 Makanan kukus: chawanmushi, sakamushi (tumis dengan sake)
 Nerimono: bentuk goreng-gorengan dari daging ikan yang dihaluskan dan ditambah tepung.
 Aemono: sayur yang direndam saus berbahan cuka atau miso.
 Ohitasi: sayur rebus yang dibumbui dashi.
Masakan asal luar Jepang.

 Nasi kari (curry rice)


 Furai: goreng-gorengan dengan tepung panir seperti ebi furai, tonkatsu, dan kroket
 Hayashi rice: nasi berkuah daging yang dimasak dengan saus tomat dan saus demiglace.
 Napolitan: spaghetti bumbu saus tomat
 Yakiniku: Daging panggang yang diciptakan orang Korea yang tinggal di Jepang. Di Korea
disebut sebagai daging panggang ala Jepang.
 Yakisoba
 Ramen
2. China

A. Sejarah

3. India

A. Sejarah

Masakan India adalah masakan dari berbagai kawasan di anak benua India. Ciri khas


masakan India adalah penggunaan berbagai rempah-rempah khas India dan sayuran yang tumbuh
di India, dan beraneka ragam hidangan vegetarian. Masakan India juga mencerminkan
keanekaragaman iklim, demografi, dan agama.
Agama dan kebudayaan India berperan besar dalam perkembangan seni kuliner India.
 Walaupun demikian, interaksi antarbudaya dengan kawasan yang bertetangga seperti Timur
[1]

Tengah, Asia Tengah, dan Laut Tengah menjadikan masakan India sebagai percampuran unik


dari berbagai masakan Asia.[2][3] Dominasi perdagangan rempah antara India dan Eropa oleh
pedagang Arab menyebabkan Vasco da Gama dan Christopher Columbus berusaha menemukan
rute pelayaran baru ke India, dan mengawali zaman penjelajahan di Eropa.[4] Orang Eropa pada
masa kolonial India memperkenalkan teknik memasak Eropa (terutama dari Inggris dan
Prancis[1]) kepada orang India, dan menambah keanekaragaman masakan India.[5][6] Masakan
India juga memengaruhi masakan negara-negara di lain di dunia, terutama masakan Asia
Tenggara, khususnya dalam pemakaian rempah-rempah untuk membuat hidangan
serupa kari dalam masakan Thailand, masakan Malaysia, dan masakan Indonesia
Imigrasi dan percampuran budaya secara terus menerus berlangsung di India selama
ribuan tahun. Iklim India yang berbeda-beda menurut daerahnya, mulai dari daerah beriklim
tropis hingga daerah beriklim Pegunungan Alpen, dan menyediakan beraneka ragam bahan
makanan. Bagi sebagian orang India, makanan sudah menjadi simbol keagamaan dan identitas
sosial dengan beraneka ragam tabu dan pelarangan. Sebagian penganut Jainisme, misalnya, tidak
makan akar-akaran atau makanan yang diambil dari dalam tanah. Sebagian
penganut Hindu dan Buddha adalah juga vegetarian. Antara 20% hingga 42% penduduk India
adalah vegetarian ketat, sementara hanya 30% dari penduduk India yang pemakan daging

Sekitar 7000 SM, penduduk Lembah Sungai Indus sudah menanam wijen, terung, dan


memelihara zebu.[13] Pada tahun 3000 SM, kunyit, kapulaga, lada, dan mustar sudah umum
dipanen di India.[14] Sebagian dari hidangan yang dikenal sekarang berasal dari periode Weda,
ketika India masih berhutan lebat, dan hasil pertanian dilengkapi dengan makanan hasil
memungut di hutan dan daging hasil berburu. Semasa periode Weda, makanan sehari-hari orang
India berupa buah-buahan, sayuran, serealia, produk ternak perah, dan madu.[15] Sedikit demi
sedikit penduduk mulai menerapkan filsafat Hindu ahimsa dan menjadi vegetarian.
[16]
 Biksu Faxian mengunjungi India pada tahun 405 dan melaporkan orang India sebagian besar
vegetarian, tidak memelihara babi atau unggas, tidak menjual hewan ternak hidup, di pasar tidak
ada tukang jagal dan tidak ada penjual minuman yang memabukkan. [17] Vegetarianisme makin
populer seiring kemajuan Buddhisme dan berkat iklim yang bersahabat. Sayuran dan serealia
bisa dipanen sembarang waktu dalam setahun. Masakan India, mulai dari hidangan di rumah
hingga hidangan untuk festival berakar dari tradisi yang diatur oleh naskah Ayurweda. Dalam
sistem pengobatan Ayurweda terdapat sistem klasifikasi makanan yang menggolongkan bahan
makanan sebagai sattva, rajas, atau tamas. Masing-masing kategori makanan dipercaya
berpengaruh kuat terhadap kesehatan jasmani dan rohani.
Invasi kekuatan asing dari wilayah tetangga, seperti Asia Tengah, Arab, Kemaharajaan
Mughal, dan Persia, pola makan orang India ikut berubah. Pedagang Arab
memperkenalkan masakan Arab dan pedagang Portugis memperkenalkan masakan Portugis.
Masakan India diperkaya dengan diperkenalkannya sayuran dari Dunia Baru,
seperti tomat, cabai, dan kentang pada masa India Portugis dan India Britania. Dari orang
Inggris, orang India belajar teknik memasak yang baru seperti resep berbagai hidangan
panggang.
Pengaruh Islam membawa makanan berkuah kental, pilaf, hingga beraneka hidangan
daging seperti kebab. Selama tiga ratus tahun berikutnya, masakan eksotik dari Persia dan Iran
diperkenalkan ke India.[1] Semasa pemerintahan Sultan Mughal Akbar yang Agung dan Shah
Jahan, masakan India bercampur dengan masakan Asia Barat menghasilkan masakan Mughlai.
Pada waktu itu, masakan sayuran kalah populer dari makanan daging, dan minuman beralkohol
seperti soma dan sura lebih disukai daripada susu.[1] Di India masa itu sudah dikenal buah-
buahan seperti aprikot, melon, persik, dan prem. Orang Mughal sangat menyukai makan enak.
Makanan mewah sering dihidangkan pada masa berkuasanya Jahangir and Shah Jahan. Pada saat
yang bersamaan, para nizam dari negara Hyderabad mengembangkan gaya masakan tersendiri,
dengan makanan khas berupa biryani hyderab
B. Bahan-Bahan

Makanan pokok orang India adalah beras, atta (tepung gandum utuh), dan berjenis-


jenis kacang. Jenis kacang yang terpenting adalah masoor (lentil), chana (kacang
arab), toor (kacang gude), urad (kacang hitam), dan kacang hijau. Kacang-kacangan dapat
digunakan utuh, dikupas, dibelah dua setelah dikupas (disebut dal), atau kacang arab yang
dihaluskan menjadi tepung (besan).
Hidangan lengkap orang India terdiri dari nasi putih atau beraneka jenis roti
(naan, puri, roti) dan kari sayuran (sabzi). Daging ternak atau makanan laut tidak dianggap
sebagai hidangan utama, termasuk oleh nonvegetarian. Dalam masakan India, selain sebagai
hidangan utama, sayuran dimasak sebagai hidangan pembuka, makanan ringan, acar,
dan hidangan penutup.
Minyak goreng diperlukan untuk membuat kari. Di India Barat dan Utara, orang
menggunakan minyak kacang dari kacang tanah, dan minyak mustar lebih umum dipakai di India
Timur. Di India Selatan, minyak kelapa dan minyak wijen lebih umum dipakai orang untuk
memasak. Selain itu, minyak bunga matahari dan minyak kedelai juga populer di India. Minyak
sayur terhidrogenasi yang disebut vanaspati juga populer sebagai pengganti ghee (minyak
samin).
Rempah-rempah yang sering dipakai dalam masakan India adalah cabai (mirch),
biji sesawi hitam (rai), jintan
putih (jeera), kunyit (haldi, manjal), klabet (methi), asafetida (hing, perungayam), jahe (adrak, i
nji), kayu manis (dalchini), ketumbar (dhania), bawang putih (lassan, poondu),
dan ajwain (terutama di Gujarat dan Punjab).
Bumbu siap pakai yang paling populer adalah bubuk garam masala yang terdiri dari
paling tidak lima jenis rempah, ketumbar, jintan, kapulaga, kayu manis, dan cengkih. Garam
masala ditaburkan di atas masakan sewaktu makanan hampir masak agar aroma garam masala
tidak hilang. Setiap daerah memiliki garam masala yang khas, misalnya goda masala yang
populer di Maharashtra. Juru masak juga sering meracik sendiri bahan-bahan untuk garam
masala.
Masakan India juga memakai berbagai daun herba, misalnya, tejpat (daun cassia), daun
ketumbar, daun klabet, dan daun mint (podina). Bumbu atau penyedap lain yang sering
digunakan adalah pala (jaiphal), bubuk mangga (amchur), kuma-kuma (kesari), bubuk paprika
merah (deghi mirch), dan air mawar. Daun salam koja (kari patta) hampir selalu digunakan
dalam masakan India Selatan.
C. Macam-Macam Masakan

Masakan India Utara


Ciri khas masakan India Utara pada penggunaan produk ternak perah,
seperti susu, paneer, minyak samin, dan yogurt. Sejumlah masakan India Utara berasal dari
periode invasi Islam, misalnya kebab. Masakan Pakistan dan masakan India Utara hampir serupa
karena keduanya memiliki budaya dan sejarah yang sama.
Makanan pokok sebagian besar penduduk India Utara adalah lentil dan berbagai
jenis roti dari tepung gandum. Iklim di utara lebih sejuk dan kering sehingga ideal untuk
bertanam gandum. Berbagai jenis acar (achar) seperti murabba dimakan sebagai pelengkap lauk.
Kuah kental pada masakan didapat dari produk ternak perah. Cabai, kuma-kuma, dan kacang-
kacangan umum dipakai dalam masakan.
Di India Utara, orang memanggang roti dan paratha memakai alat masak yang
disebut tawa (plat besi). Oven berbentuk silinder yang disebut tandoor dipakai untuk
memanggang roti seperti naan dan kulcha, serta ayam tandoori. Jenis roti yang lain
seperti puri dan bhatoora digoreng di wajan dengan minyak goreng yang banyak.
Daging kambing dan domba sangat disukai orang India Utara.
Makanan ringan paling populer dari India Utara adalah samosa. Isi samosa adalah
kentang rebus dan sayuran berbumbu kari. Variasi samosa bisa saja diisi paneer, daging cincang,
dan khumbi (jamur). Makanan ringan lain khas India Utara, misalnya: mirchi
bada, bhujiya, chaat, kachori, imarti. Minuman populer dari India Utara adalah sharbat dan aam
panna. Manisan berupa mangga yang diberi gula disebut aam papad. Kue-kue (disebut (mithai)
dan manisan dari India Utara misalnya: gulab jamun, jalebi, peda, petha, rewadi, gajak, bal
mithai, singori, kulfi, falooda, khaja, ras malai, gulkand, dan beberapa variasi dari laddu, barfi,
dan halwa.
Masakan India Timur
Masakan India Timur terkenal dengan hidangan penutup seperti rasagolla, chum
chum, sandesh, rasabali, chhena poda, chhena gaja, chhena jalebi, dan kheer. Sebagian dari
kue-kue yang sekarang populer di India Utara berasal dari Benggala atau Orissa. Di India Timur,
biji poppy banyak digunakan dalam masakan.
Seperti halnya orang India bagian selatan, makanan pokok orang India Timur adalah nasi.
Lauk yang umum berupa kari lentil dan hidangan daging seperti ikan, ditambah beberapa jenis
sayur. Masakan tradisional Orissa, Benggala, dan Assam memakai bumbu dalam jumlah sedang.
Bumbu yang umum dalam masakan Oriya, Benggala, dan Assam adalah biji sesawi, jintan,
jintan hitam, cabai hijau, pasta jintan, dan rempah siap pakai yang disebut panch
phoron atau panch phutana. Pasta mustar, dadih, kadang-kacangan, pasta biji poppy, dan pasta
kacang mete biasanya dimasak di minyak mustar. Kari digolongkan
menjadi bata (pasta), bhaja (goreng), chochchoree (sedikit pedas), dan jhol (kari dengan sedikit
rempah). Lauk berupa kari dimakan bersama nasi putih atau ghonto (nasi berbumbu).
Sarapan tradisional berupa panta bhat atau pakhaal. Makanan pagi lainnya
berupa berondong beras atau beras yang dipipihkan dan dimakan setelah disiram susu dan
dicampur buah-buahan. Masakan Bangladesh sangat mirip dengan masakan India Timur,
khususnya masakan orang Benggala Barat. Penduduk bagian timur India senang makan ikan dan
kerang. Hidangan sayur yang populer di Orissa adalah dalma dan santula, sementara di Benggala
adalah sukto.
Masakan India Selatan
Masakan India Selatan memiliki beraneka ragam hidangan nasi karena nasi adalah
makanan pokok bagi orang India Selatan. Lauk untuk makan nasi adalah sambar dan rasam,
berbagai jenis acar, hidangan dari kelapa parut dan santan, serta hidangan yang memakai minyak
kelapa dan daun salam koja.
Kari sayuran dari India Selatan disebut kozhambu. Hidangan makan pagi di India Selatan
misalnya dosa, poori, idli, vada, bonda, dan bajji. Hidangan India Selatan yang populer
adalah kesaribath, upma, pulao, puliyodharai, dan thengai sadham. Biryani hyderabad sering
disebut masakan yang mewakili India Selatan. [19] Ciri khas masakan India Selatan adalah
penggunaan asam jawa (imli), kelapa, lentil, beras, dan berbagai jenis sayuran. Orang
di Udupi memiliki masakan khas yang disebut masakan Udupi.
Masakan Andhra, masakan Chettinad, masakan Tamil, masakan Hyderabad, masakan
Mangalore, dan masakan Kerala masing-masing memiliki ciri khas sendiri. Setiap negara bagian
di India Selatan memiliki resep sambar yang berbeda-beda. Sambar kerala, sambar tamil, sambar
karnataka, dan pappu chaaru dari Andhra masing-masing memiliki rasayang khas. Hidangan
yang populer dari India Selatan adalah nasi briyani, nasi ghee dengan kari daging, kari makanan
laut (udang, makerel, kerang), dan kue dadar pathiri setipis kertas dari daerah Malabar.
Masakan India Barat
Masakan India Barat terdiri dari masakan Maharashtra, masakan Gujarat, dan masakan
Goa. Masakan Maharashtra masih dibagi menjadi dua kelompok, masakan pesisir dan masakan
pegunungan. Masakan pesisir bergantung kepada beras, kelapa, dan ikan karena memiliki
kondisi geografis seperti di Goa. Masakan pegunungan di dataran tinggi Ghats Barat dan Dataran
Tinggi Dekkan memakai kacang tanah sebagai pengganti kelapa, dan makanan pokok
berupa jowar (sorgum) dan bajra (milet). Di kawasan pesisir Konkan dikenal masakan Saraswat,
sementara mayoritas hidangan dalam masakan Gujarat adalah makanan vegetarian. Sebagian
besar makanan Gujarat terasa manis karena ditambah gula atau gula merah. Pada masa India
Portugis, bermunculan hidangan masakan Goa yang dipengaruhi oleh masakan Portugis.

Masakan India Timur Laut


Makanan di India Timur Laut sangat berbeda dari makanan daerah lain di India. Masakan
India Timur Laut sangat dipengaruhi masakan negara tetangga seperti masakan
Burma dan masakan Cina. Rempah-rempah yang dipakai tergolong eksotik bila dibandingkan
masakan daerah lainnya di India. Daging yak merupakan makanan populer di India Timur Laut.

D. Etika, Cara Penyajian dan Peralatan

Di India, makanan dimakan sambil duduk di kursi, di lantai, di kursi rendah, atau di atas
bantal untuk duduk. Secara tradisional, makanan dimakan langsung dengan tangan, biasanya
dengan jari-jari dan telapak tangan kanan, tanpa sendok dan garpu. Sewaktu makan dengan
tangan, suhu makanan bisa dirasakan dengan tangan sebelum disuap ke mulut. Mulut juga bisa
dicegah dari melepuh akibat makanan panas.
Set menu thali terdiri dari beraneka masakan daerah di India dalam mangkuk-mangkuk
kecil yang disajikan dalam piring logam berukuran besar. Hidangan ini dilengkapi
dengan raita dan beraneka jenis roti-rotian seperti naan, puri, roti, atau nasi.
Alat makan seperti sendok dan garpu dipakai oleh kalangan atas di India. Sendok dan
garpu merupakan pengaruh budaya Romawi pada abad ke-16, dan mulanya hanya dikenal
kalangan atas di India Utara. Perdagangan lada dengan orang Romawi menyebabkan dikenalnya
alat-alat makan di Asia. Hidangan yang mengandung nasi biasanya boleh dimakan dengan
sendok dan garpu, namun memakan roti dengan pisau atau garpu dianggap tidak sopan.
E. Minuman

Air putih selalu disediakan sewaktu makan. Orang India senang minum air putih sewaktu
makan karena dianggap tidak mengacaukan rasa makanan.
Teh adalah minuman utama di seluruh India. Daerah penghasil teh terbaik
adalah Darjeeling and Assam. Teh biasanya direbus bersama rempah-rempah seperti kapulaga,
cengkih, kayu manis, dan jahe sebelum dicampur dengan susu untuk membuat minuman
bernama masala chai yang manis dan kental.
Kopi susu populer di India Selatan. Kopi arabika terbaik ditanam di
sekitar Mysore dan Karnataka. Produknya disebut Mysore Nuggets. Kopi saring india (kaapi)
merupakan minuman populer di India Selatan. Minuman lain yang sering diminum orang India
adalah nimbu pani (lemonade), lassi, chaach, badam doodh (susu badam), sharbat, air kelapa,
dan air tebu. Minuman dingin dalam botol yang populer di India Selatan adalah Panner Soda atau
goli soda (goli berarti kelereng). Keduanya dibuat dari campuran air karbonasi, air mawar, dan
gula. Minuman lain yang populer dari India Selatan adalah susu mawar yang diminum dalam
keadaan dingin.
India juga memiliki sejumlah minuman beralkohol khas India, termasuk anggur
palem, fenny, dan bir India. Bhang juga diminum di India Utara, terutama sewaktu
perayaan Holi dan Vaisakhi.

3. Thailand

A. Sejarah

Masakan Thai atau masakan Thailand mencakup makanan dan minuman serta cara memasak


khas Thailand. Ciri khas masakan Thai adalah rasa pedas dan penuh bumbu, namun dipadu
dengan keseimbangan rasa manis, asin, asam, dan pedas.
Walaupun semuanya disebut masakan Thai, di Thailand terdapat empat jenis masakan daerah
yang berasal dari empat daerah utama: Thailand Utara, Thailand Timur Laut (masakan
Isan), Thailand Tengah, dan Thailand Selatan. Masing-masing masakan daerah mendapat
pengaruh dari masakan Cina dan masakan negara-negara tetangga. Tidak seperti kari khas
Thailand yang menggunakan rempah-rempah segar, kari Thailand Selatan memakai rempah-
rempah kering yang digoreng seperti kari India.[1] Ciri khas lain masakan Thailand Selatan adalah
pemakaian santan dan kunyit segar. Mayoritas penduduk Thailand Selatan beragama Islam.
Nenek moyang mereka datang dari anak benua India lebih dari dua ribu tahun lampau sehingga
masakan Thailand Selatan mirip dengan masakan India.[1] Masakan Thailand Timur Laut (Isan)
sering memakai perasan limau, dan sangat dipengaruhi oleh masakan Laos. Sebagian besar
makanan Thai yang dikenal sekarang merupakan adaptasi dari masakan Cina yang diperkenalkan
di Thailand oleh orang Tio Ciu yang merupakan mayoritas orang Cina-Thai. Masakan yang
mulanya berasal dari Cina, misalnya: jok, kwetiau rad na, khao kha moo (moo pa-
loh), bamii (bahasa Thai: บะหมี,่ mi kuah), dan khao mun gai
Bumbu dan rempah-rempah dipakai dalam keadaan segar (bukan rempah-rempah kering). Di
antara bumbu-bumbu yang umum dalam masakan Thai adalah cabai rawit, cabai
merah, santan, kecap ikan (nam pla), jahe, bawang putih, bawang merah,
daun ketumbar, serai, terasi (kapi), gula jawa, dan asam jawa.
B. Cara Penyajian

Berbeda dari hidangan utama dengan berbagai hidangan sampingan dalam masakan Barat,
masakan Thai biasanya terdiri dari satu jenis makanan atau nasi (khao, bahasa Thai: ข ้าว) dengan
lauk pauk yang dihidangkan secara bersamaan dan dinikmati beramai-ramai.
Makanan Thai dimakan dengan sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri, namun secara
tradisional, orang Thai makan dengan tangan. Hanya masakan mi atau sup berisi mi yang
dimakan dengan sumpit dan sendok. Orang suku pedalaman di Thailand Utara dan Thailand
Timur Laut memakan ketan dengan tangan. Sewaktu makan, ketan dicomot lalu dipulung
menjadi bola kecil sebelum dicocol ke dalam lauk.
Nasi adalah makanan pokok orang Thai. Beras wangi Thai adalah beras kebanggaan
Thailand. Ketan (khao niao, bahasa Thai: ข ้าวเหนีย ว) adalah makanan pokok di Thailand Utara
dan Thailand Timur Laut.
Nasi dimakan dengan kari, masakan tumis, dan hidangan lain yang biasanya memakai
bumbu cabai, limau dan serai. Kari dan sayuran tumis dituangkan ke atas nasi untuk membuat
hidangan yang disebut khao rad gang (bahasa Thai: ข ้าวราดแกง). Hidangan ini dimakan sebagai
makanan praktis ketika orang tidak memiliki waktu banyak untuk makan. Masakan Thailand
Timur Laut dan Thailand Utara banyak dipengaruhi oleh masakan orang Lao.
Kwetiau (bahasa Thai: ก๋วยเตีย
๋ ว) adalah mi yang populer di Thailand, dimasak menjadi kwetiau
goreng pad thai (bahasa Thai: ผ ัด ไ ท ย ) atau kwetiau kuah. Masakan Cina yang diadaptasi
menjadi masakan Thai misalnya kwetiau kuah asam pedas yang disebut kway teow rua (bahasa
Thai: ก๋วยเตีย
๋ วเรือ)
Nam prik (bahasa Thai: น ้ำ พ ร ก
ิ ) adalah sebutan untuk sambal atau saus cabai ala Thailand.
Setiap daerah di Thailand memiliki ragamnya masing-masing. Dengan memakai cobek dan
ulekan, cabai diulek bersama bahan-bahan lain seperti bawang putih dan terasi. Nam prik
dimakan bersama sayuran sewaktu makan nasi, atau dimakan sebagai lauk untuk makan nasi.
Selain nam prik, masakan Thai juga dimakan dengan cabai kering atau irisan cabai segar yang
dicampur dengan cuka beras.
C. Bahan-Bahan
Masakan Thai banyak memakai daging babi dan daging ayam, dan tidak terdapat banyak ragam
masakan dengan daging sapi. Ikan air tawar dan ikan air laut dimasak dengan cara digoreng atau
dibuat sup. Selain ikan, makanan laut yang populer adalah udang, kepiting, dan cumi-cumi.
Sayuran yang populer adalah terung dan kangkung. Thailand sangat kaya dengan buah-buahan
tropis seperti semangka, pisang, durian, manggis, jeruk, nenas, rambutan, pepaya, jeruk bali,
dan lengkeng. Selain dimakan segar, buah-buahan juga dibuat sari buah dan manisan. Pepaya
muda dibuat menjadi salad pepaya yang disebut som tam.
Penyedap yang umum dipakai orang Thai adalah kecap ikan yang disebut nam pla (น้ำปลา)
dan terasi. Dibuat dari fermentasi udang atau ikan-ikan kecil seperti anchovy, nam pla memiliki
rasa asin dan aroma ikan yang kuat.
Masakan Thai Tengah dan Thai Selatan memakai daun jeruk purut (bai makrut, ใบมะกรูด). Daun
jeruk purut dipakai dalam berbagai sup Thai (misalnya tom yam) dan berbagai kari dari Thai
Tengah dan Thai Selatan. Bumbu masak yang umum dipakai adalah bawang
putih, lengkuas, serai, kunyit, dan temu kunci (krachai) yang diulek dengan berbagai jenis cabai
untuk membuat bumbu kari. Selain daun kemangi yang disebut grapow (kraphao), masakan Thai
juga memakai daun kemangi thai untuk beberapa jenis masakan seperti kari hijau.
Di antara bahan-bahan khas untuk masakan Thai adalah pahk chee (daun ketumbar), rahk pahk
chee (akar ketumbar), pasta kari, pong kah-ree (bubuk kari), see-ew dahm (kecap asin
hitam), gung haeng (ebi), pong pa-loh (bubuk lima rempah), nahmahn hoi (saus tiram), nahm
prik pao (pasta cabai), dan tepung beras serta tapioka.
Di Thailand Timur Laut, serangga adalah makanan lezat. Kumbang air raksasa (Lethocerus
indicus) (mang da; bahasa Thai: แ ม ง ด า ) adalah makanan yang sangat populer, digoreng utuh
atau dijadikan bumbu penyedap.[2] Kumbang air raksasa merupakan bahan utama pembuat nam
prik mang da (nam prik kumbang air raksasa).[3]
D. Makanan Khas

Hidangan pembuka[sunting | sunting sumber]

 Tod man pla krai (bahasa Thai: ทอดมันปลา): gorengan pasta ikan.


 Pad Pak-boong (bahasa Thai: ผัดผักบุ ้ง): tumis kangkung.
Sarapan[sunting | sunting sumber]

 Jok (bahasa Thai: โจ๊ก): bubur dari beras.


 Khao Tom (bahasa Thai: ข ้าวต ้ม): sup nasi ala Thai, berisi daging babi, ayam, atau udang.
Hidangan tunggal[sunting | sunting sumber]
Khao mun gai (nasi ayam)

 Khao pad (bahasa Thai: ข ้า ว ผ ัด ): nasi goreng ala Thailand, bisa memakai daging ayam,
daging sapi, daging babi, udang, kepiting, kelapa, dan nanas.
 Pad thai (bahasa Thai: ผัด ไทย): kwetiau goreng isi daging ayam atau makanan laut dengan
bumbu nam pla.
 Rad na (bahasa Thai: ร า ด ห น ้า ): kwetiau lebar yang digoreng daging sapi, daging ayam,
udang, atau makanan laut.
 Khao pad naem (bahasa Thai: ข ้า ว ผ ัด แ ห น ม ): nasi goreng dengan sosis hasil fermentasi
(makanan khas Thailand Timur Laut)
 ี วิ๊ ): mi goreng daging ayam/babi dengan kecap manis kental
Pad see ew (bahasa Thai: ผัด ซ อ
(see ew dum) dan nahm pla.
 Pad kee mao (bahasa Thai: ผัดขีเ้ มา, mi mabuk): mi goreng dengan daun kemangi thai.
 Khao khluk kapi (bahasa Thai: ข ้าวคลุก กะปิ ): nasi goreng terasi, dihidangkan dengan babi
manis dan sayuran.
 Khanom chin namya (bahasa Thai: ข น ม จ น ี น ้ำ ย า ): mi dengan bumbu kecap ikan, dan
dimakan dengan sayuran segar.
 Khao soi (bahasa Thai: ข ้าวซอย): mi garing yang dihidangkan di dalam sup kari ayam yang
rasanya manis (masakan khas Thailand Utara.)
 Khao pad gai (bahasa Thai: ข ้าวผัดไก่): nasi goreng ayam.
 Khao mun gai (bahasa Thai: ข ้า ว ม ัน ไ ก )่ : nasi yang ditanak dengan bawang putih, ayam
rebus, dan kaldu ayam, dihidangkan dengan saus cocol.
 Gai pad grapao (bahasa Thai: ไก่ผ ัด กะเพรา): daging ayam cincang dengan bawang putih,
cabai, dan daun kemangi.
 Gai pad med mamoung himaphan (bahasa Thai: ไก่ผัดเม็ดมะม่วงหิมพานต์): potongan daging
ayam dengan kacang mete dan cabai.
Makanan asal Thailand Tengah[sunting | sunting sumber]
Tod man pla krai, gorengan pasta ikan dengan saus cocol.

 Tom yam (bahasa Thai: ต ้มยำ): sup asam pedas berisi daging. Bila berisi udang disebut tom
yam goong (tom yam kung, bahasa Thai: ต ้มยำก ุ ้ง ). Tom yam berisi makanan laut (udang,
cumi-cumi, dan ikan) disebut tom yam talae (bahasa Thai: ต ้มยำทะเล), sementara tom yam
daging ayam disebut tom yam gai (bahasa Thai: ต ้มยำไก่).
 Gai Pad Khing (bahasa Thai: ไก่ผัดขิง): tumis ayam dengan potongan jahe.
 Tom kha gai (bahasa Thai: ต ้มข่าไก่): sup asam pedas berisi daging ayam dan santan.
 Sate (bahasa Thai: ส ะ เ ต ะ๊ ): sate daging babi atau daging ayam. Sate adalah masakan
Indonesia yang populer sebagai jajanan di Thailand.
 Kari merah (gaeng phet, bahasa Thai: แ ก ง เ ผ ็ด ): kari pedas dengan bumbu cabai merah
kering.
 Kari hijau (gaeng khiew-waan, bahasa Thai: แกงเขียวหวาน): kari dengan bumbu cabai hijau
segar dan daun kemangi thai. Daging yang dipakai bisa daging ayam atau bakso ikan. Kari
hijau sering dianggap sebagai kari terpedas dalam masakan Thai.
 Kari massaman (bahasa Thai: แกงมัส มั่น ): kari gaya India yang biasanya dibuat oleh orang
Islam Thai. Kari jenis ini memakai rempah-rempah kering yang dihaluskan seperti biji
ketumbar.
 Pad prik (bahasa Thai: ผ ัด พ ร ก ิ ): daging sapi yang ditumis dengan cabai, dan juga
disebut neua pad prik (bahasa Thai: เนือ ้ ผัดพริก)
 Pad kraphao (bahasa Thai: ผัด กะเพรา ): daging babi, daging sapi, atau daging ayam yang
ditumis dengan daun kemangi thai.
 Pad pak ruam (bahasa Thai: ผัดผักรวม): tumis berbagai jenis sayuran.
 Phanaeng curry (bahasa Thai: พ ะ แ น ง ): kari kental berisi daging sapi (phanaeng
nuea, bahasa Thai: พ ะ แ น ง เ น อ ื้ ), daging ayam, atau daging babi. Seperti halnya kari
massaman, kari jenis ini juga memakai rempah-rempah kering yang dihaluskan.
 Tod man (bahasa Thai: ทอดมัน): gorengan pasta ikan (tod man pla krai, bahasa Thai: ทอดมั
นปลากราย) atau pasta udang (tod man kung, bahasa Thai: ทอดมันกุ ้ง)
 Boo Jah (bahasa Thai: ปูจ า๋ ): gorengan pasta kepiting dicampur daging babi, bawang putih,
dan merica. Makanan ini dimakan dengan saus pedas seperti saus Sri Rachaa, saus bawang
putih pedas manis, saus nahm prik pao (pasta cabai yang digoreng), atau pasta kari merah
dan irisan daun bawang.
 Choo-Chee Plah Ga-Pong (bahasa Thai: ฉู่ฉี่ปลากระพง): ikan saus kari choo-chee.
Makanan asal Thailand Timur Laut[sunting | sunting sumber]
Masakan Thailand Timur Laut mirip dengan masakan Laos. Orang Isan yang tinggal di Thailand
Timur Laut merupakan keturunan orang Lao. Bahasa mereka juga mirip dengan bahasa Lao.

Som tam (salad pepaya), gai yang (ayam panggang), dan khao niao (nasi ketan) adalah


kombinasi yang sangat populer.

 ้
Som tam (bahasa Thai: สมตำ, IPA: som ɗam) atau disebut dalam bahasa Lao/Isan sebagai ตำ
มักหุง่ (IPA: ɗam mak huŋ) adalah salad pepaya parut yang ditumbuk di cobek dan ulekan.
Ada tiga variasi som tam yang umum: som tam poo (bahasa Thai: ส มตำปู ้ ) dengan kepiting

hitam asin, som tam thai (bahasa Thai: ส มตำไทย) dengan kacang tanah, ebi, dan gula jawa,
serta som tam plara (bahasa Thai: ส ม้ ต ำ ป ล า ร ้า ) dari Thailand Timur Laut, dicampur
ikan gurami asin, terung putih, kecap ikan, dan kacang panjang.
 Larb (bahasa Lao: ລາບ, bahasa Thai: ลาบ ): salad masam yang dibuat dari daging, bawang
bombay, cabai, tepung beras sangrai, dan dihiasi dengan daun mint.
 Nam tok (bahasa Thai: น ้ำ ต ก ): salada daging yang mirip dengan larb, namun daging
dipotong memanjang dan tidak dicincang.
 Yam (bahasa Thai: ยำ): nama umum untuk berbagai salad yang rasanya masam, antara lain
dibuat dari sohun (yam wun sen bahasa Thai: ย ำ ว ุ ้น เ ส น้ ) atau makanan laut (yam
talae, bahasa Thai: ยำทะเล).
 Tom saep (bahasa Thai: ต ้มแซบ): sup pedas dan masam ala Thailand Timur Laut.
 Gai yang (bahasa Thai: ไก่ยา่ ง): ayam panggang
 Suea Rong Hai (bahasa Thai: เสอ ื ร ้องไห ้): daging sapi (sandung lamur) panggang
 Khao niao (bahasa Thai: ข ้า ว เ ห น ย ี ว ): sebutan untuk ketan yang ditanak sebagai makanan
pokok orang Thailand Utara dan Thailand Timur Laut.
 Nam prik num (bahasa Thai: น้ำพร ก ิ หนุ่ม ): saus cocol yang dibuat dari terung asam, cabai
hijau, dan bawang putih.
Hidangan penutup dan minuman[sunting | sunting sumber]
Mo geng, kue dari telur

 Kao niao ma muang (bahasa Thai: ข ้าวเหนียวมะม่วง): ketan dan irisan mangga matang
 Lod chong nam ka ti (bahasa Thai: ล อ ด ช อ ่ ง น ้ำ ก ะ ท )ิ : mi beras beraroma pandan yang
dimasak dengan santan.
 Kanom tan (bahasa Thai: ขนมตาล): kue kelapa.
 Ruam mit (bahasa Thai: ร ว ม ม ต
ิ ร ): buah berangan yang dihidangkan bersama nangka, biji
sagu, dan santan.
 Kanom chun (bahasa Thai: ขนมชน ั ้ ): kue lapis ketan aroma pandan
 Kanom bua loy (bahasa Thai: ขนมบัวลอย): bola-bola talas dalam santan.

Anda mungkin juga menyukai