1. Definisi
Kehamilan merupakan matarantai yang bersinambungan dan terdiri dari ovulasi,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba. 2010;hal. 75). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba. 2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika. 2009).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi (Sarwono. 2009;hal. 213). Kehamilan disimpulkan sebagai
masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya
sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan
keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses
konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin. Menurut Saiffudin, dkk. 2014 . Tujuan
asuhan antenatal adalah :
a. Menyiapkan kehamilan yang sehat dengan memantau kemajuan kehamilan
untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi serta mengenali secara dini
adanya ketidak normalan atau komplikasi
b. Mempersiapkan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi saat bersalin.
c. Mempersiapakan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
esklusif.
d. Mempersiapakn peran ibu dan keluarga dalam merawat dan memelihara
bayinya agar tumbuh kembang secara optimal.
2. Fisiologi kehamilan
Menstruasi adalah siklus perubahan sistem reproduksi wanita yang terjadi secara
berkala. Sembilan puluh persen perempuan mempunyai siklus haid 24-35 hari dengan
lama rata-rata 3-7 hari dan jumlah perdarahan 10-80 ml. Menstruasi terbagi menjadi 2
fase, yaitu fase folikel dan luteal. Fase folikular terjadi mulai hari pertama menstruasi
sampai terjadi ovulasi. Fase folikular merupakan fase perkembangan folikel, yang dimulai
dari pemilihan folikel primordial akan 6 berkembang menjadi folikel preantral yang
kemudian berkembang menjadi folikel antral (Irianti, dkk, 2013).
Folikel preantral dikelilingi oleh sel teka dan sel granulose. Dalam masa
1
reproduksi normal hanya sekitar 400 folikel yang akan dilepaskan, sedangkan sisanya
mengalami atresia. Dalam setiap siklus menstruasi, hanya 1 folikel antral yang akan
bertahan menjadi folikel dominan. Perkembangan folikular dimulai dari perekrutan
folikel primordial yang tidak bergantung ganodotropin hingga berbentuk folikel de graff.
Pada tahap ini terjadi peningkatan FSH yang diperlukan untuk pertumbuhan folikel
preantal menjadi folikel antral. Folikel yang mampu bertahan hingga tahap ini akan
menghasilkan esterogen. Dalam fase ini, keberadaan estradiol diperlukan untuk
pertumbuhan folikel dan meningkatkan jumlah sel granulose. Hal ini memberikan umpan
balik pada hipofis untuk meningkatkan sintesis LH (Irianti, dkk, 2013).
Produksi inhibin dan estradiol meningkat seiring dengan pertumbuhan folikel
dominan yang akan menghambat produksi FSH. Penurunan kadar FSH akan menghambat
folikel-folikel lain untuk berkembang menjadi folikel de graff yang akan berovulasi pada
setiap siklusnya. Hanya folikel antral yang responsif terhadap FSH yang berkembang
menjadi folikel dominan yang akan diovulasikan, sedangkan folikel lain mengalami
atresia (Irianti, dkk, 2013).
a. Ovulasi Ovulasi merupakan suatu proses kompleks yang diinduksi oleh LH
dalam melepaskan oosit yang fertil. Folikel praovulasi menstimulasi peningkatan sekresi
ekstradiol. Kenaikan ekstradiol memprakarsai meningkatnya LH. Lonjakan LH terjadi
sekitar 34-36 jam sebelum ovulasi. Puncak sekresi LH terjadi sekitar 10-12 7 jam
sebelum ovulasi. Sebagai respon peningkatan LH, terjadi peningkatan produksi
progesteron dan prostaglandin oleh sel kumulus yang memungkinkan pelepasan oosit
yang fertil. Prostaglandin berperan dalam menstimulasi otot polos pada ovarium melemah
sehingga oosit dapat keluar (Irianti, dkk, 2013). Pada saat ovulasi ovum dibedakan ke
dalam rongga abdomen tapi langsung diambil oleh oviduktus, ditangkap fimbrie. Fimbrie
dilapisi oleh silia yaitu tonjolan-tonjolan halus mirip rambut yang bergetar seperti
gelombang kearah interior oviduktus. Setelah ejakulasi sperma ditampung ke dalam
vagina, sperma-sperma tersebut harus berjalan melewati kanalis servikalis. Rintangan
pertama adalah melewati kanalis servikalis. Sewaktu kadar eksterogen tinggi seperti yang
terjadi saat folikel matang akan berovulasi, mucus serviks menjadi cukup tipis dan encer
untuk dapat ditembus oleh sperma. Setelah sampai uterus, kontraksi miometrium akan
mengaduk sperma, saat mencapai oviduktus sperma akan bergerak melawan silia, gerakan
ini dipermudah oleh kontraksi antipristaltik otot polos oviduktus (Fatimah dan
Nuryaningsih, 2017).
b. Fertilisasi Proses pertemuan antara sel oosit dan sel sperma. Untuk membuahi
2
sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona radiata. Sperma pertama
yang mencapai ovum itu seniri berfusi dengan membrane plasma ovum, memicu suatu
perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak lagi
dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To Polyspermy). Kepala yang berfusi
tertarik dan ekor lenyap.Penetrasi sperma ke dalam sitoplasma memicu pembelahan
meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus sperma 8 dan ovum menyatu membentuk zigot lalu
menjadi morula lalu menjadi blastokista dan terjadi implantasi di dinding endometrium
(Fatimah, dan Nuryaningsih, 2017).
Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma akan
bertemu ditempat ini. Ovum yang telah dibuahi akan mulai membelah diri secara mitosis.
Mekanisme molekuler membuat spermatozoa dapat melewati zona pelusida, dan masuk
ke sitoplasma oosit untuk membentuk zigot.Zigot terdiri atas 2 sel yaitu blastomer dan
badan polar. Zigot mengalami pembelahan secara perlahan selama 3 hari saat berada
dalam tuba uterine. Morula akan memasuki rongga rahim sekitar 3 hari pasca fertilasi
(Fatimah, dan Nuryaningsih, 2017).
c. Implantasi Peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Pada perempuan implantasi terjadi 6-7 hari pascafertilasi. Proses ini terbagi
menjadi 3 fase, yaitu: 1) Aposisi, pelekatan dini blastokista ke dinding uterus dan epitel
uterus 2) Adhesi, meningkatnya kontak fisis antara blastokista dan epitel uterus 3) Invasi
atau penetrasi dan invasi sinsitiotrofoblas ke dalam endometrium yaitu sepertiga bagian
dalam miometrium dan pembuluh darah. Untuk dapat mengimplantasi dengan baik,
diperlukan endometrium reseptif yaitu yang telah disiapkan untuk progresteron dan
esterogen sebagai tempat tumbuhnya mudigah. Uterus dapat menerima blastokista yaitu
pada hari ke 20-24 dari siklus (Irianti, dkk, 2013).
d. Pembentukan plasenta Plasenta yang sudah bebentuk sempurna berbentuk
cakram dengan tebal 2-3 cm pada daerah insersi tali pusat. Berat saat aterm ±500 gram.
Tali pusat berisi dua arteridan satu vena dan diantaranya terdapat wharthon jelly yang
bertindak sebagai pelindung arteri dan vena sehingga tali pusat tidak mudah tetekan atau
terlipat, umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta (Fatimah, dan Nuryaningsih
2017).
3. Usia Kehamilan
Usia kehamilan normal dan sehat selama 280 hari atau 40 minggu, dan dapat di
bagi menjadi tiga trimester.
3
a.Trimester I
Kehamilan trimester pertama adalah keadaan mengandung embrio atau fetus
didalam tubuh 0 – 14 minggu. Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering
terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya timbul pada pagi hari tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi pada usia
kehamilan 6 mingu hinngga 10 mingggu (Wardani, 2012).
Keadaan mual dan muntah ini menyebabkan terjadinya peningkatan suasana asam
dalam mulut. Adanya peningkatan plak karena malas 10 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
memelihara kebersihan, hal ini mempercepat kerusakan gigi (Kemenkes RI,2012).
Menurut Astuti (2015) adapun cara pencegahan yaitu :
1) Pada saat mual, hindari menghisap atau mengulum permen terus menerus
karena akan mendukung terjadinta kerusakan / karies gigi atau memperparah kerusakan
gigi yang sudah ada.
2) Apabila ibu hamil mengalami muntah – muntah, setelah itu berkumur dengan
larutan soda kue (sodium bikarbonat) dan menyikat gigi setelah 1 jam.
3) Hindari minuman obat anti muntah, obat dan jamu penghilang rasa sakit tanpa
persetujuan dokter, karena ada beberapa obat dapat menyebabkan cacat bawaan.
b. Trimester II
Kehamilan trimester kedua adalah mengandung embrio atau fetus dalam tubuh 14-
28 minggu. Pada masa ini ibu hamil akan merasa lebih tenang, tentram tanpa gangguan
berarti. Pada trimester kedua janin berkembang menuju maturasi, maka pemberian obat-
obatan harus dijaga agar jangan menganggu pembentukan gigi geligi janin seperti
antibiotika, tetrasiklin, klindamisin (Wardani, 2012). Pada usia kehamilan trimester kedua
ini biasanya merupakan saat terjadinya perubahan hormonal dan faktor lokal ( plak )
dapat menimbulkan berbagai kelainan dalam rongga mulut, diantaranya : Peradangan
pada gusi, warnanya kemerahan –merahan dan mudah berdarah terutama pada waktu
menyikat gigi. Bila timbul pembengkakan maka dapat disertai dengan rasa sakit. 2)
Timbulnya benjolan pada gusi antar dua gigi yang disebut Epulis Gravidarum, terutama
pada sisi yang berhadapan dengan pipi. Pada keadaan ini, warna gusi menjadi merah
keunguan sampai kebiruan,mudah berdarah dan gigi terasa goyang. Benjolan ini dapat
membesar hingga menutupi gigi (Kemenkes RI, 2012).
c. Trimester III
4
Trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh
pada 28 – 40 minggu. Pada trimester ketiga rasa lelah, ketidaknyamanan, dan depresi
ringan akan meningkat. Tekanan darah ibu hamilbiasanya meninggi, dan kembali normal
setelah melahirkan (Wardani,2012).
Peningkatan hormon estrogen dan progestero nmemuncak pada trimester ini. 4.
Perubahan Hormonal Selama Kehamilan Perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan meliputi peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron.
Progesteron merupakan hormon seks kehamilan yang utama. Kadarnya meningkat sampai
bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normal kembali setelah melahirkan. Kadar
estrogen meningkat secara lambat sampai akhir kehamilan. Pada awal kehamilan,
estrogen dan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian terjadi pergantian
fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada minggu keenam sampai minggu
kedelapan kehamilan, dimana plasenta berperan sebagai organ endokrin yang baru.Pada
akhir trimester ketiga, progesteron dan estrogen mencapai level puncaknya yaitu 100
ng/ml dan 6 ng/ml, yang merupakan 10 dan 30 kali lebih tinggi dari konsentrasinya pada
saat menstruasi (Trisnayati ,2014).
e. Mineral
1) Zat besi Selama kehamilan dibutuhkan 1040 mg zat besi, sehingga kebutuhan
zat besi akan meningkat 200-300 mg. Zat besi untuk memproduksi hemoglobin,
pertumbuhan dan metabolism energy dan mencegah anemia. Kekurangan zat besi
mengakibatkan ibu hamil mudahlelah dan rentan infeksi, resiko persalinan premature dan
BBLR. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 30 mg tiap hari. Zat besi baik dikonsumsi
dengan vitamin
C. tidak dianjurkan mengkonsumsi bersama kopi, teh, dan susu. Sumber zat besi
dapat ditemukan pada daging merah, ikan, kerang, unggas, sereal, dan kaang-kacangan
(Simbolon, Jumiyati, dan Rahmadi, 2018).
2) Zat seng Digunakan untuk pembentukan tulang. Kekurangan zat seng
menyebabkan kelahiran premature dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Kebutuhan
seng pada ibu hamil sekitar 20 mg/hari. Sumber makanan seng antara lain: kerang,
daging, kacang-kacangan, sereal (Simbolon, Jumiyati, dan Rahmadi, 2018).
3) Kalsium Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi, membantu pembuluh
9
darah berkontraksi dan berdilatasi, serta mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot dan
sekresi hormon. Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000 mg/hari. Sumber kalsium dari
ikan, susu, keju, udang, sarden, sayuran hijau, dan yoghurt (Simbolon, Jumiyati, dan
Rahmadi, 2018).
4) Yodium Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar 200 mg dalam
bentuk garam beryodium. Kekurangan yodium menyebabkan hipotirodisme yang
berkelanjutan menjadi kretinisme (Simbolon, Jumiyati, dan Rahmadi, 2018).
5) Vitamin Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia membantu penyerapan
kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah osteomalsia pada ibu.
Sumber vitamin D terdapat pada susu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh tubuh dengan
bantuan sinar matahari. Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta
integrasi sel darah merah. Selama kehamilan dianjurkan mengkonsumsi 2 mg/hari.
Kekuangan vitamin K dapat menyebabkan gangguan perdarahan pada bayi (Simbolon,
Jumiyati, dan Rahmadi, 2018).
10
DAFTAR PUSTAKA
12