Anda di halaman 1dari 4

KONSEP MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

Teuku Faisal,S.Sos.I : Nama


197909262011011002 : Nip
Penata Muda Tk.I ( III/b) : Pangkat/Gol
Penyuluh Ahli Pertama : Jabatan
Kec.Jeunieb / Balai Pengajian /Majlis Taklim : Wilayah/Kelompok sasaran
Zakat Fitrah : Topik bahasan
memberikan Pengetahuan tentang zakat Fitrah : Tujuan
Zakat Fitrah dengan makanan Pokok atau Uang : Pokok bahasan

ZAKAT FITRAH: BERAS ATAU UANG

Zakat fitrah tersusun dari dua suku kata zakat dan fitrah, zakat yang artinya sedekah
yang diwajibkan, sedangkan fitrah artinya tabi’at, karakater, pembawaan. Dalam istilah fiqh,
zakat fitrah diartikan sebagai zakat pribadi yang dikeluarkan pada setiap Hari Raya Idul Fitri
sebelum palaksanaan Shalat ‘Id dengan tujuan untuk mensucikan jiwa dan tabiat. Dinamakan
zakat fitrah karena untuk mensucikan jiwa dan tingkah laku.

Zakat Fitrah merupakan salah satu sendi dari rukun Islam dan juga merupakan Fardhu
`Ain yang bersifat ta’abbudiah. Ia termasuk ibadah maliyah ijtimaâiyyah (ibadah yang
berkaitan dengan ekonomi keuangan dan kemasyarakatan), yang mempunyai status dan fungsi
penting dalam syariat Islam, sehingga al-Quran menegaskan kewajiban zakat sering
bergandengan dengan kewajiban shalat. Ini artinya perintah zakat sama pentingnya dengan
perintah shalat. Namun demikian, kenyataannya rukun Islam yang ketiga ini masih belum
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolaan dan ketentuan zakat di masyarakat
masih memerlukan bimbingan, baik dari segi syariat maupun perkembangan sosial. Hal yang
sangat urgen belakangan ini adalah pembolehan pembayaran zakat fitrah dengan uang yang
berlaku di Aceh yang umumnya penganut Mazhab Syafii.

Memasuki hari-hari akhir Ramadhan, amil zakat di berbagai Meunasah dan Mesjid di
Aceh khususnya disibukkan dengan penerimaan zakat fitrah yang disalurkan melalui jasa
amil, ada yang menyerahkan beras dan ada pula yang menyerahkan uang merujuk kepada
kesepakatan kepala kantor Kementerian Agama, Kepala Dinas Syariat Islam dan Ketua MPU
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (meskipun sebagian Kabupaten/Kota mempertegas
keharusan bayar zakat fitrah dengan beras), dalam hal ini tentunya timbulnya pertanyaan besar
tentang boleh serta sahnya zakat dengan uang/nilai harga jual beras dalam konteks masyarakat
Aceh yang umumnya beramal dengan fiqh Syafii?.
Ketentuan Zakat Menurut Fuqaha

Tentang wajibnya zalat fitrah semua fuqaha sepakat dan mereka berbeda pendapat
tentang jenis barang yang dikeluarkan pada zakat fitrah. Hal ini didasari oleh Hadist
Rasulullah s.a.w. “Diriwayatkan dari Rasulullah s.a.w. bahwa Rasulullah mewajibkan zakat
fitrah dari bulan Ramadhan terhadap manusia satu sha’ kurma dan satu sha’ gandum atas
setiap orang merdeka dan hamba yang muslim baik laki-laki dan perempuan.” (Saheh
Muslem, Hadist No. 984)

Abu Hanifah berpandangan, zakat fitrah dikeluarkan dengan menggunakan makanan


pokok dan boleh juga menghargakannya dengan uang. Menurutnya jenis-jenis makanan yang
dikeluarkan dalam zakat fitrah adalah hintah (gandum), syair (padi belanda), tamar (kurma),
zabib (anggur), serta boleh pula mengeluarkan daqiq hintah (gandum yang sudah menjadi
tepung) dan saweq (adonan tepung). Kadar yang dikeluarkan dalam zakat fitrah menurut Abu
Hanifah adalah ½ Sha’ gandum atau satu sha’ syair, satu sha’ kurma. (1 Sha’= 7,6 Kg)

Imam Malek berpendapat zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah qut balad
(makanan pokok suatu daerah), akan tetapi beliau membatasi qut balat tersebut hanya
sembilan macam saja, yaitu: gandum, syair, sulti, jagung, dakhan, kurma, anggur, susu yang
sudah kering yang tidak diambil buihnya serta golongan Malikiyyah berpendapat boleh
mengeluarkan daging bila sudah dijadikan makanan pokok. Kadar yang dikeluarkan adalah
satu sha’ makanan pokok yang telah disebutkan.

Imam Syafii berpendapat bahwa zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah makanan
pokok yang mengenyangkan dan tahan lama serta tidak boleh menggunakan uang, karena
Mansus ‘Alaih Alaih / dalil yang menegaskannya jelas (al-Umm; hal. 174). Kadar yang
dikeluarkan adalah satu sha’ (± 2,6 Kg). Selanjutnya Imam Hambali berpendapat yang
dikeluarkan dalam zakat fitrah hanya gandum, syair, kurma, anggur, susu yang kering. Beliau
juga berpendapat tidak boleh mengeluarkan yang lain seperti daging sekalipun dijadikan
sebagai makanan pokok kadarnya adalah satu sha’ (1 Sha’= 2751 Gr)
Pendapat Rajih Tentang Zakat Fitrah

Dari empat pendapat imam mazhab yang telah diurai di atas, pada dasarnya Syafii,
Maliki dan Hambali memiliki kesamaan pandangan tentang tidak bolehnya berzakat dengan
uang, hanya hanafi saja yang membolehkannya. Dari beberapa argument yang terdapat dalam
al-Umm serta fiqh ‘ala Mazahibil Arba’ah, dapat disimpulkan bahwa pendapat yang rajih
adalah pendapat yang mengatakan bahwa zakat fitrah wajib dikeluarkan dengan mengunakan
qut (makanan pokok yang mengenyangkan) dan dapat disimpan, tidak boleh mengeluarkan
uang. Alasan pentarjihan pendapat ini berdasarkan beberapa alasan, diantarannya hadist Ibnu
umar yang menjelaskan zakat fitrah diwajibkan pada semua jenis qut (makanan pokok yang
mengenyangkan) karena Nabi secara sareh nash menyebutkan jenis-jenis makanan pokok
yang mengenyangkan, jadi tentang mengeluarkan uang tidak disebutkan dalam hadits tersebut.
Kemudian kadar zakat yang dikeluarkan telah maklum pula dalam hadits yaitu satu sha’, maka
rasulullah saw menyamakan kadar yang dikeluarkan dalam zakat fitrah padahal antara satu
jenis dengan yang lain harganya berbeda.

Adapun orang yang berpendapat mengeluarkan uang lebih cocok diterapkan dengan
alasan lebih memudahkan dan mudah dijangkau oleh semua orang, ini merupakan hasil ijtihad
yang tidak dibolehkan karena bila terdapat nash yang sareh (hadist), maka nash lah yang
diutamakan dan zaman harus disesuaikan dengan nash. Hal ini juga didukung oleh pandangan
Kuffal as-Syasyi dalam Mahasini as-Syari’ah bahwa “manusia pada kebiasaan tidak berusaha
di hari Raya dan tiga hari tasyrek karena merupakan hari bahagia bersenang-senang, orang
fakir miskin tidak memiliki makanan yang ia makan pada hari tersebut maka disyariatkan
untuk memberikan makanan satu sha”

Dengan demikian dapat memahami bahwa pensyariatan zakat fitrah adalah bukan
untuk menunaikan kebutuhan yang lain seperti pakaian dan sebagainya akan tetapi hanya
semata-mata untuk membantu kebutuhan perut, oleh sebab itu menunaikan makanan pokok
(qut) lebih manfaat ketimbang dengan uang, sebagaimana yang telah dianjurkan Rasulullah
dan mengeluarkan uang lebih besar kemungkinan tidak memenui kebutuhan yang diinginkan
syara’ oleh karena itu bagi Masyarakat Muslim di Aceh yang akan menunaikan zakat fitrah,
tunaikanlah sesuai dengan tuntunan yang telah dijelaskan dalam Agama Islam sesuai dengan
tuntunan Mazhab yang dianut jangan sampai terjadi talfiq mazhab (Mencampuraduk mazhab
untuk mencari solusi yang mudah dalam pengamalan).
Dan jikapun ingin membayar zakat dengan harga/uang, maka ketentuannya harus
sesuai dengan ketentuan Imam Hanafi, kadar yang dikelurkan adalah harga dari ½ Sha’
gandum atau satu sha’ syair, satu sha’ kurma. (1 Sha’= 3,8 Kg), dan uang haruslah dari harga
hintah (gandum), syair (padi belanda), tamar (kurma) dan zabib (anggur). Tidak sah
membayar zakat fitrah dengan harga beras, karena Imam Hanafi berpendapat tidak sah
mengeluarkan zakat fitrah dari selain empat jenis makanan tersebut.

Bireuen, 30 Mei 2020


Mengetahui Penyuluh Agama,
KETUA POKJALUH

( Drs.Muzakir ) ( Teuku Faisal,S.Sos.I )


Nip196911102007011055 Nip.197909262011011002

Anda mungkin juga menyukai