Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI EFEKTIF DALAM PENGELOLAAN KELAS

UNTUK MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF

MALIKA UMMI RAHMANIA


NADIA MELIN PUTRIA TAMA
RAFFA NUGRAHA
SAID IBRAHIM
SILVIA BELLA DAMAYANTI
SUKARSIH ADAWIYAH
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 1
BAB 1 ......................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 2
1. Lingkup Sekolah ................................................................................................. 2
2. Karakter Tiap Individu ....................................................................................... 3
3. Pengaruh Terhadap Lingkungan ......................................................................... 4
B. Perkembangan Penciptaan ..................................................................................... 4
1. Lingkungan Kelas ............................................................................................... 4
2. Asalnya Tema ..................................................................................................... 5
3. Alasan Pengambilan Tema ................................................................................. 5
C. Penciptaan Karya Lukis ......................................................................................... 6
1. Konsep Karya Lukis ...........................................................................................
D. Tujuan Pembuatan Karya ..............................................................................................
BAB 2 .....................................................................................................................................
A. Kajian Teori .......................................................................................................................

BAB 3 .........................................................................................................................
1. Keterkaitan Tema ...................................................................................................
2. Biografi Seniman ...................................................................................................
3. Pameran Seniman ...................................................................................................
4. Alasan Pemilihan Seniman ....................................................................................
BAB 4 .........................................................................................................................
1. Alat dan Bahan .......................................................................................................
2. Teknik Lukis ..........................................................................................................
3. Proses Berkarya ......................................................................................................
4. Konsep Karya .........................................................................................................
BAB 5 .........................................................................................................................
1. Kesimpulan ............................................................................................................
2. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

1
BAB 1

A. Latar Belakang
Pengelolaan lingkungan belajar di sekolah memerlukan strategi yang
efektif untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran.
Mengintegrasikan pembelajaran keterampilan sosial ke dalam kurikulum membantu
siswa membangun hubungan yang sehat dan mengelola konflik secara konstruktif.
Pelatihan keterampilan interpersonal, empati, dan komunikasi mendukung
pembentukan lingkungan yang positif.
SMA PGRI 1 Bekasi merupakan sekolah yang diisi dengan siswa siswi
yang tentunya berprestasi dari segi akademik maupun non akademik. Siswa siswinya
yang aktif dalam dunia pembelajaran tidak membuat mereka lupa akan organisasi dan
ekstrakulikuler yang mereka ikuti untuk menambah skill,pengalaman, bahkan prestasi.
Banyak siswa siswi yang awalnya tidak berkembang di prestasi akademik tetapi
mereka berkembang di prestasi non akademik. Para guru yang sangat mendukung
prestasi siswa siwinya membuat SMA PGRI 1 Bekasi sangat dikenal oleh masyarakat
dan sekolah lainnya karena siswa siswinya yang membuat harum nama sekolah lewat
beragam prestasi akdemik maupun non akademiknya.
Walaupun SMA PGRI 1 Bekasi termasuk sekolah swasta itu tidak
menghalangi siswa siswinya untuk berprestasi. Bahkan akreditasi sekolah yang sudah
A membuat banyak siswa siswi SMA PGRI 1 Bekasi yang mendapat jalur undangan
ke perguruan tinggi negeri. Para guru yang berkualitas juga menjadi pendorong utama
siswa siswinya untuk berprestasi.
Pendorong lainnya berupa dari lingkungan sekolah yang bisa menjadi
tempat menyalurkan suatu inovasi dan kreasi melalui sebuah karya. Lingkungan
sekolah dapat memengaruhi kreativitas seni siswa, termasuk karya lukis, melalui
interaksi dengan teman sebaya dan pengaruh dari nilai-nilai sosial yang ditanamkan di
sekolah. Hubungan manusia dengan aspek sosial tercermin dalam karya seni mereka,
menjadi cerminan nilai, norma, dan interaksi di masyarakat sekitar.

Dalam lingkungan sekolah, karya lukis sering kali mencerminkan


pengalaman pribadi siswa, interaksi dengan teman-teman, dan persepsi terhadap nilai-
nilai sosial. Melalui seni, siswa dapat mengungkapkan identitas mereka,

2
menggambarkan kehidupan sehari-hari, atau bahkan mengkritisi isu-isu sosial yang
dianggap penting.

Lingkungan sekolah yang mendukung seni seringkali menciptakan ruang


bagi ekspresi kreatif dan pertukaran ide antar siswa. Hal ini dapat memperkaya
pemahaman mereka tentang hubungan manusia dengan masyarakat sekitar, karena
karya seni mencerminkan keanekaragaman pandangan dan pengalaman dalam
lingkungan sosial yang beragam.

Dalam lingkungan sekolah ini sangat dibutuhkan pembentukan karakter


dari setiap individu yang merujuk pada sifat-sifat, nilai-nilai, dan perilaku yang
membentuk identitas mereka. Setiap orang memiliki karakter unik yang dipengaruhi
oleh faktor genetik, lingkungan, pengalaman hidup, dan nilai-nilai yang dianut.
Penting untuk diingat bahwa karakter seseorang bersifat kompleks dan dapat
berkembang seiring waktu. Beberapa contoh karakter individu melibatkan aspek
seperti kejujuran, ketabahan, empati, kreativitas, dan tanggung jawab. Program
pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dapat
memberikan arahan dan model peran bagi siswa dalam mengembangkan nilai-nilai
seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati. Pendidikan, pengalaman sosial, dan
interaksi dengan lingkungan dapat memainkan peran dalam membentuk karakter
seseorang. Oleh karena itu, karakter seseorang tidaklah statis dan dapat mengalami
perubahan seiring perjalanan hidup.

Individu dengan karakter empatik cenderung lebih peka terhadap perasaan


dan pengalaman orang lain. Kemampuan untuk merasakan dan memahami perspektif
orang lain memperkuat hubungan sosial, menciptakan keterlibatan yang lebih
mendalam. Karakteristik kejujuran dan kepercayaan membentuk pondasi hubungan
yang kuat. Individu yang jujur dan dapat dipercaya cenderung membangun hubungan
yang sehat dan saling mendukung dengan orang launt

Kemampuan berkomunikasi dengan baik adalah aspek kunci dalam


hubungan sosial. Individu dengan karakter yang mendukung keterampilan komunikasi
yang efektif dapat menyampaikan ide, perasaan, dan kebutuhan dengan jelas,
memperkuat interaksi antarmanusia. Karakteristik kerjasama dan kemampuan untuk
berkolaborasi menjadi penting dalam konteks hubungan manusia. Individu yang

3
mampu bekerja sama dengan orang lain cenderung membentuk hubungan yang
konstruktif dan produktif.

Individu dengan karakter yang memahami dan menghargai perbedaan


orang lain menciptakan lingkungan yang inklusif. Keterbukaan terhadap diversitas
memperkaya hubungan sosial dan mempromosikan saling pengertian. Kemampuan
mengelola konflik dengan cara yang positif menciptakan hubungan yang tangguh.
Individu yang memiliki karakter untuk mengatasi konflik dengan baik dapat
mempertahankan keseimbangan dan memperkuat ikatan antarmanusia.

Karakter individu yang bersedia untuk tumbuh dan berkembang pribadinya


menciptakan dinamika positif dalam hubungan. Individu yang terbuka terhadap
pembelajaran dan perubahan mendukung pertumbuhan bersama dan kesejahteraan
sosial.

Dengan karakter yang positif, individu dapat membentuk hubungan sosial


yang saling memperkaya, mendukung, dan memberikan kontribusi pada pembentukan
komunitas yang kokoh. Perilaku dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam karakter tiap
individu berpengaruh secara langsung pada dinamika hubungan manusia dengan
manusia lainnya dalam masyarakat.

B. Perkembangan Ide Pencpitaan

Lingkungan sekolah yang mendukung seni dapat menciptakan dasar


yang kuat untuk kreativitas siswa. Fasilitas seni yang baik, dukungan guru seni, dan
keberadaan program seni yang kaya dapat membentuk lingkungan yang merangsang
kreativitas di seluruh sekolah. Hal ini kemudian berdampak pada lingkungan kelas, di
mana siswa dapat merasakan dorongan untuk mengeksplorasi ekspresi seni dan
berkontribusi dalam suasana yang mendukung.

Dalam lingkungan kelas itulah yang pertama kali membuat siswa siswinya
belajar dengan aktif bersama sama. Metode guru yang mengajarkan siswa siswinya
untuk melakukan tutor sebaya membuat pembelajaran semakin efektif karena di masa
ini para siswa siswi memulai ke aktifannya lewat lingkungan kelas. Beragam cara
dilakukan para guru untuk membuat siswa siswinya aktif mulai dari lingkungan
kelasnya. Lingkungan kelas yang bersih,aktif, dan berprestasi menjadi faktor utama
bagi peningkatan prestasi siswa siswi di lingkungan SMA PGRI 1 Bekasi. Dengan itu,

4
lingkungan pembelajaran efektif di kelas membuat suasana yang positif bagi siapapun
yang berada didalam lingkungan kelas itu. Siswa siswi yang aktif adalah siswa siswi
yang mengikuti pembelajaran, memeberikan pendapatnya, memeberikan jawaban saat
ditanya, dan juga berani bertanya saat mengalami kendala dalam pembelajaran. Bukan
yang hanya aktif berbicara atau bertingkah sehingga membuat kelas menjadi gaduh.
Membuat suasana yang kondusif dan aktif didalam kelas kelas juga membutuhkan
siswa siswi yang terlibat secara inteketual dan emosional dalam kegiatan belajar.
Salah satu metode belajar yang dapat diterapkan yaitu metode active learning (belajar
aktif) setiap materi pembelajarsn yang baru didalam kelas harus dikaitkan dengan
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang
baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada.
Dengan demikian, siswa dam siswi akan tenang pada saat guru
menjelaskan materi pelajaran,mendengarkan dengan baik,mencatat semua materi
yang guru jelaskan. Penataan ruang kelas yang rapi,bersih,nyaman menjadi faktor
pendukung pembelajaran yang kondusif didalam kelas. Menciptakan ruangan yang
berbeda, membuat rencana pembelajaran yang variatif,menghindari pengulangan
materi, dan memperbanyak interaksi di dalam kelas antara murid dengan guru
maupun murid dengan murid. integrasi yang baik antara lingkungan sekolah dan kelas
dapat membentuk fondasi yang positif untuk perkembangan seni siswa dan
pemahaman mereka tentang hubungan manusia dengan masyarakat melalui medium
seni.
Secara keseluruhan, pengaruh lingkungan sekolah dan kelas sangat
berperan dalam membentuk karakter tiap individu dan hubungan manusia dengan
aspek sosial. Lingkungan sekolah yang mendukung seni dan nilai-nilai positif
menciptakan landasan bagi pembentukan karakter siswa. Fasilitas seni yang baik dan
dukungan guru seni dapat memotivasi siswa untuk mengekspresikan diri dan
merangsang kreativitas mereka.
Lingkungan kelas yang memberdayakan siswa untuk berpartisipasi,
berkolaborasi, dan berinteraksi dengan ide-ide sosial dapat memberikan kontribusi
yang signifikan pada pemahaman mereka tentang hubungan manusia dengan
masyarakat. Program pendidikan karakter di dalam kelas, bersama dengan dukungan
guru dan staf sekolah, dapat membentuk nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab,
dan empati. Sejalan dengan itu, interaksi sosial di lingkungan sekolah dan kelas
memainkan peran penting dalam membentuk karakter, mengasah keterampilan sosial,

5
dan mengajarkan toleransi serta kerjasama. Melalui pengalaman ini, siswa dapat
mengembangkan identitas mereka sendiri yang tercermin dalam karakter yang mereka
pilih untuk ditanamkan.
Dengan demikian, hubungan manusia dengan sosial dalam konteks
lingkungan sekolah dan kelas merupakan proses saling memengaruhi di mana nilai-
nilai, norma, dan interaksi sehari-hari membentuk karakter individu dan memberikan
kontribusi pada pemahaman mereka tentang peran mereka dalam masyarakat.

C. Penciptaan Karya Lukis


Lukisan ini menggambarkan sebuah ruangan kelas yang penuh dengan
semangat pembelajaran. Sejumlah siswa terkumpul dalam satu kelompok, duduk
disekitar meja kotak yang dipenuhi dengan buku dan catatan. Ekspresi wajah mereka
mencerminkan dedikasi untuk berkolaborasi dan berbagi ide.
Warna-warna cerah menciptakan suasana yang
menyenangkan,mencerminkan semangat positif dalam diskusi. Setiap siswa memiliki
peranannya masing-masing,terlihat dari gerakan tangan yang menunjukkan penjelasan
dan sorot mata yang penuh konsentrasi.
Detail barang di kelas, seperti papan tulis dengan tulisan materi dan
diagram, menambahkan kedalaman dalam lukisan ini, memeberikan pentunjuk bahwa
mereka sedang memecahkan masalah atau menjelajahi konsep baru. Keseluruhan,
lukisan ini memperlihatkan keindahan kolaborasi dan pembelajaran bersama,
menangkap momen berharga didunia pendidikan.
Guru dengan penuh perhatian berkeliling,memberikan bimbingan dan
menjawab pertanyaan sambil memastikan bahwa pembelajaran berjalan dengan lancar.
Sorotan lampu menyinari ruangan yang penuh dengan semangat.
Di tengah-tengah kegiatan kelompok,terdengar sorak sirai dan suara
diskusi yang ceria. Murid-murid saling berbagi ide dan membantu satu sama lain
dengan antusiasme. Beberapa di antara mereka sibuk mencatat ide-ide kunci,
sementara yang lain mempraktikkan konsep yang baru saj dipelajari. Guru, dengan
senyum ramah, memberikan umpan balik konstruktif kepada kelompok-kelompok
tersebut. Ruang kelas dipenuhi energi positif dan semangat belajar bersama.

6
D. Tujuan
Seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman
dahulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Menerapkan seni kotemporer ini
termasuk kedalam tujuan kita untuk menerapkan srategi efektif dalam pengelolaan
kelas untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode
pembelajaran yang para guru berikan kepada siswa siswi didalam kelas membuat
murid-murid yang mengikuti pembelajaran dengan efektif dengan mengikuti contoh
aliran seperti seni kontemporer yang mengikuti perkembangan zaman. Jadi metode
belajar yang memenuhi unsur emosi dari setiap individu didalam kelas akan
menjadikan situasi lingkungan belajar yang aman,nyaman,tenang dan kondusif.
Tentunya, strategi efektif ini akan membuat kemajuan untuk siswa siswi SMA PGRI
1 Bekasi yang dimulai dari lingkungan kelas bagi kemajuan siswa siswi kedepannya.

7
BAB 2
KAJIAN TEORI

Menurut Jauch dan Glueck (2000) menyatakan bahwa strategi adalah rencana yang
disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan perusahaan dengan
tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahan
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Menurut Chandler (1962) menyatakan bahwa “strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitanya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta
prioritas alokasi sumber daya”.
Menurut Porter (1980) yang menyatakan bahwa “strategi adalah alat yang sangat penting
untuk mencapai keunggulan bersaing.
Menurut Stephanie K. Marrus (2001) yang menyatakan bahwa “strategi adalah proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat
dicapai”.
Menurut Hamel dan Prahalad (2002) yang menyatakan bahwa “strategi merupakan
tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Dengan demikian, strategi selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan.”
Menurut Sondang P. Siagian (2001:24), arti efektif adalah suatu pemanfaatan.
Pemanfaatan sebuah sumber daya, sarana dan prasarana yang dilakukan dalam jumlah
tertentu. Jumlah tersebut ditetapkan dengan keadaan sadar sebelumnya. Jumlah tersebut juga
digunakan untuk menghasilkan beberapa jumlah barang atau jaga kegiatan yang sedang
dijalankan.
Menurut Abdurahmat (2003:92), efektif adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Menurut Hidayat (1986) menjelaskan, arti efektif adalah suatu ukuran yang digunakan
untuk menyatakan target. Melihat dan menyatakan seberapa besar sebuah target telah dicapai.
Target di sini menjelaskan mengenai kuantitas, kualitas dan waktu. Jika target yang dicapai
memiliki persentase yang besar, maka efektifitasnya juga akan besar dan sebaliknya.
Menurut Sudarsana (2017) pengertian pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, pengelolaan kelas ialah
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Yang termasuk kedalam ini misalnya, penghentian

8
tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh anak didik atau penetapan norma kelompok dan
produktif.
Menurut Syaiful Bachri Djamarah dalam Erwin Widiasworo (2018:12) Menyatakan
bahwa “Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila ada gangguan dalam proses
pembelajaran”.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Erwin Widiasworo (2018:13)
menyatakan bahwa “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi
peserta didik untuk belajar sesuai kemampuan”.
Menurut Hamalik dalam jurnal Riezky Rino Dwi Prasetyo, A. Ali Wafa, Ro’ufah,
mengatakan bahwa “Kondisi (suasana) lingkungan sekolah yang kondisuf akan menciptakan
ketenangan dan kenyamanan, motivasi, dan semangat siswa dalam belajar dan berprestasi.
Menurut Sukmadinata dalam jurnal JPE-Volume 9, Nomor 2, mengatakan bahwa,
lingkungan sekolah yang kondusif juga akan sangat mendorong semangat belajar para siswa
apabila memiliki ciri-ciri sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memiliki sarana dan
prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, dan diliputi suasana akademis yang
mendukung”.
Menurut Supardi menyatakan bahwa, Suasana lingkungan sekolah/belajar dinyatakan
kondusif apabila warga sekolah merasakan adanya kenyamanan, ketentraman, kemesraan,
kegembiraan dan antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah memastikan sarana
prasarana seperti kursi, meja, lemari yang terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan.
Bangunan sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik dan
dilengkapi penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi sehingga peserta didik
merasa nyaman ketika pembelajaran berlangsung di kelas.

9
BAB 3

Seni religius adalah satu-satunya bentuk seni visual antara Kristenisasi Rusia
pada abad ke-10 dan perkembangan Parsunas, yang merupakan representasi sekuler dari ikon
tradisional, pada abad ke-16. Pada masa pemerintahannya, Peter the Great mengundang
seniman asing ke negaranya, serta mendanai seniman Rusia untuk menerima pelatihan formal
di luar negeri. Pergeseran penting dari institusi seni yang sudah mapan terjadi
pada Peredvizhnik , juga dikenal sebagai Wanderers atau Itinerants (1863), yang ingin
menjauh dari prinsip-prinsip konservatif Akademi Seni, dan memilih menggunakan seni
untuk mempromosikan reformasi sosial.
Pada tahun 1830-an, Akademi Seni Rusia mulai mengirim pelukis Rusia ke luar
negeri untuk pelatihan. Oleh karena itu, para pelukis Rusia pada abad ke-19 sangat
dipengaruhi oleh Romantisisme Eropa, seperti yang dicontohkan oleh potret romantis Orest
Kiprensky (1782-1836). Namun, tradisi seni lukis nasional baru dimulai pada tahun 1870-an
dengan munculnya Peredvizhniki.

1. Biografi
Ivan Ivanovich Shishkin (bahasa Rusia: Ива́н Ива́нович Ши́шкин; 25 Januari
1832 – 20 Maret 1898) adalah seorang pelukis lanskap Rusia yang terkait erat dengan
gerakan Peredvizhniki. Shishkin lahir di Yelabuga Kegubernuran Vyatka (sekarang Republik
Tatarstan) dan lulus dari gimnasium Kazan. Kemudian ia belajar di Sekolah Lukisan, Patung
dan Arsitektur Moskow selama empat tahun. Setelah itu, ia menghadiri Akademi Seni
Kekaisaran di Saint Petersburg dari tahun 1856 hingga 1860 dan lulus dengan penghargaan
tertinggi dan medali emas. Dia menerima beasiswa kekaisaran untuk studi lebih lanjut di
Eropa. Lima tahun kemudian Shishkin menjadi anggota Akademi Kekaisaran di St.
Petersburg dan menjadi profesor seni lukis dari tahun 1873 hingga 1898. Pada saat yang sama,
Shishkin mengepalai kelas lukisan pemandangan di Sekolah Seni Tertinggi di St. Petersburg.
Untuk beberapa waktu, Shishkin tinggal dan bekerja di Swiss dan Jerman dengan beasiswa
dari Akademi Seni Kekaisaran St. Petersburg. Sekembalinya ke Saint Petersburg, ia menjadi
anggota Lingkaran Pejalan Kaki dan Masyarakat Rusia Pewarna Air. Ia juga mengambil
bagian dalam pameran di Akademi Seni, Pameran Seluruh Rusia di Moskow (1882), Nizhniy
Novgorod (1896), dan Pameran Dunia s (Paris, 1867 dan 1878, dan Wina, 1873). Metode
melukis Shishkin didasarkan pada studi analitis alam. Ia menjadi terkenal karena lanskap
hutannya dan juga seorang penggambar yang luar biasa dan seorang tukang cetak. Ivan
Shishkin memiliki dacha di Vyra, selatan dari St. Petersburg. Di sana ia melukis beberapa
pemandangan terbaiknya. Karya-karyanya terkenal karena penggambaran puitis musim di
hutan, alam liar, hewan dan burung. Pada tahun 1891, ia diangkat sebagai profesor-direktur
kelas lanskap di Sekolah Seni Lanjutan Akademi. Pada tahun 1898, ia menyelesaikan
lukisannya The Pine Grove dan meninggal pada 20 Maret di St. Petersburg, saat mengerjakan
lukisan barunya. Sebuah planet kecil 3558 Shishkin, ditemukan oleh astronom Soviet
Lyudmila Zhuravlyova pada tahun 1978, dinamai menurut namanya.

10
2. Pameran Seniman
Pameran Peredvizhniki, juga dikenal sebagai Kelompok Pelukis Perjalanan,
adalah kelompok seniman Rusia yang aktif pada abad ke-19. Mereka sering melakukan
pameran keliling di berbagai kota di Rusia. Beberapa kota di mana pameran Peredvizhniki
sering diadakan antara lain adalah Moskow, St. Petersburg, Kiev, dan kota-kota besar lainnya
di Kekaisaran Rusia. Pameran mereka sering menjadi sorotan dan mendapat perhatian yang
besar dari publik pada zamannya.
Salah satu contoh lukisan yang dipamerkan oleh Peredvizhniki di Kota Moskow
pada tahun 1889 "Morning in a Pine Forest" (Jutro v sosnovom lesu) yang diciptakan oleh
Ivan Shishkin dan Konstantin Savitsky pada tahun 1889. Lukisan ini menggambarkan
suasana pagi di hutan pinus, dengan dua beruang kutub muda sedang bermain di antara
pohon-pohon pinus yang lebat. Lukisan ini menjadi salah satu karya yang paling terkenal dan
ikonik dari periode Peredvizhniki. Lukisan ini tidak hanya menunjukkan keterampilan teknis
tinggi para seniman, tetapi juga menggambarkan keindahan alam Rusia yang menjadi tema
utama dalam banyak karya Peredvizhniki. Dibuat oleh seniman Ivan Shishkin, Konstantin,
Savitsky tahun 1889 dengan genre lukisan pemandangan, animal painting menggunakan
media berupa cat minyak.
Salah satu contoh lukisan yang dipamerkan oleh Peredvizhniki di Kota St.
Petersburg pada tahun 1900-an adalah "Morning Market in St. Petersburg" (Утренний
рынок в Санкт-Петербурге) karya Boris Kustodiev, yang diciptakan pada tahun 1903.
Lukisan ini menggambarkan suasana pagi di pasar tradisional di St. Petersburg, dengan
orang-orang yang sibuk berbelanja dan menjual barang dagangan mereka. Lukisan ini
menunjukkan kehidupan sehari-hari masyarakat kota pada saat itu dengan detail yang kaya
dan warna yang cerah, dan menjadi salah satu karya yang paling terkenal dari periode
Peredvizhniki. Lukisan ini juga mencerminkan perhatian Peredvizhniki terhadap kehidupan
kota dan kegiatan sehari-hari rakyat biasa. Dibuat oleh seniman Boris Kustodiev pada tahun
1903 dengan genre pemandangan alam menggunakan media berupa cat minyak.
Salah satu contoh lukisan yang dipamerkan oleh Peredvizhniki di Kota Kiev
adalah "Evening in the Village." (Вечер в деревне) karya Konstantin Makovsky, yang
diciptakan pada tahun 1898. Lukisan ini menggambarkan suasana malam di sebuah desa di
Ukraina, dengan penduduk desa yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari mereka di
bawah cahaya bulan. Lukisan ini menampilkan detail yang kaya tentang kehidupan pedesaan
pada saat itu, serta pemandangan alam yang indah dari pedesaan Ukraina. Lukisan ini
mencerminkan perhatian Peredvizhniki terhadap kehidupan masyarakat pedesaan dan
keindahan alam, dan menjadi salah satu karya yang paling terkenal dari periode tersebut.
Dibuat oleh seniman Konstantin Makovsky pada tahun 1898 dengan genre lukisan
pemandangan menggunakan media berupa cat minyak.
Salah satu contoh lukisan yang dipamerkan oleh Peredvizhniki di Kota Odessa
adalah "Middle Section" (Средний отрез) karya Ilya Repin, yang diciptakan pada tahun
1903. Lukisan ini menggambarkan adegan di pasar di Odessa, dengan orang-orang yang
sibuk berbelanja dan berinteraksi di sekitar pasar. Repin menggambarkan adegan ini dengan
detail yang kaya dan menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat kota pada saat itu.
Lukisan ini mencerminkan perhatian Peredvizhniki terhadap kehidupan urban dan keseharian
rakyat, serta keindahan dan dinamika kota Odessa. Dibuat oleh seniman Ilya Repin pada

11
tahun 1903 dengan genre pemandangan dan abstrak, menggunakan media berupa cat minyak,
cat air,dan cat akrilik.
Dari semua lukisan yang di pamerkan oleh seniman Peredvizhniki memiliki aliran Realisme.
Karena hal ini, kami mengambil keterkaitan dengan reformasi sosial dimana
kami ingin menciptakan suatu lingkungan yang kondusif dalam hal belajar mengajar. Kerja
sama guru dan murid sangat memengaruhi keefektivitasan dalam pengelolaan lingkungan
kelas yang kondusif. Perkembangan atau perubahan yang didapat bisa menjadi titik acuan
untuk mempermudah generasi muda dalam mengemukakan pendapatnya dan inovasinya
dengan berdiskusi bersama.

12

Anda mungkin juga menyukai