Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PENCABUTAN SUBSIDI BBM”

Dosen Pengampu : Dr. Elly Hasan Sadeli, S,Pd., M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 6 Kelas 3E
Bintang Setya Nugroho (2211020300)
Putri Nur Assyifa (2211020311)
Gita Novia Asrinadiva (2211020315)
Fatin Karimatunnisa (2211020327)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
KATA PENGATAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah “PENCABUTAN SUBSIDI BBM” ini
dapat diselesaikan tepat waktu.
Terima kasih kepada Dr. Elly Hasan Sadeli, S.Pd., M.Pd. selaku loordinator dan
dosen pengampu matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah membimbing
kami dalam matakuliah ini hingga makalah ini dapat disusun.
Kami harap makalah ini dapat dibaca semua kalangan dan bermanfaat bagi para
pembacanya. Namun kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari para pembaca.

Sabtu, 21 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Definisi..................................................................................................................................6
B. Perbedaan BBM bersubsidi dan Non-subsidi........................................................................7
C. Dampak positif dan negatif penghapusan BBM bersubsidi..................................................8
D. Alternatif solusi.....................................................................................................................9
BAB III ANALISIS KASUS DAN STUDI KASUS...................................................................11
A. Pro Kontra Pencabutan BBM Bersubsidi............................................................................11
B. Efisiensi Anggaran Pemerintah...........................................................................................12
C. Penghapusan BBM Bersubsidi Mendorong Energi Bersih.................................................13
D. Penghapusan BBM Bersubsidi sebagai Keadilan sosial.....................................................13
BAB IV Kesimpulan dan Saran...................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada era globalisasi yang berkembang pesat di suatu negara, khususnya dalam m
iningkatkan kesejahteraan masyarakat, permasalahan ini masih menjadi isu kontrove
rsial bagi bangsa dan negara. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi dan tugas pokok p
emerintah umum, khususnya memberikan pelayanan pada masyarakat. Dengan mem
berikan pelayanan yang baik dan benar kepada masyarakat maka pemerintah akana
mampu mencapai tujuan negara khususnya dalam menciptakan kesejahteraan masya
rakat. Pelayanan masyarakat di integratiskan ke dalam kegiatan pengelolaan dan pe
mbangunan pemerintah salah satunya yaitu dengan menerapkan subsidi bahan bakar
minyak.
Pada masa Orde Baru, penerapan subsidi BBM yang konsisten memaksa pemeri
ntah menyediakan anggaran rutin untuk penjualan BBM dalam negeri seperti miny
ak tanah, bensin, avgas, avatur dan bahan bakar lainnya.Harga murah lainnya. Deng
an kebijakan tersebut, tentu saja subsidi BBM berdampak pada meningkatnya kebut
uhan BBM sehingga meningkatkan konsumsi energi listrik dalam negeri. Dengan k
onsistensi subsidi bahan bakar, masyarakat dan dunia usaha tergiur untuk membeli b
ahan bakar dalam negeri yang murah tanpa menghiraukan kelangkaan sumber daya
alam. Sekali lagi, hal ini justru mendorong peningkatan konsumsi bahan bakar di dal
am negeri, karena masyarakat sudah terbiasa dengan bahan bakar murah di dalam ne
geri dan pemerintah terkesan semakin tidak realistis terhadap perkembangan harga b
ahan bakar.Menurut data internasional, modal cenderung meningkat.
Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia menghapuskan subsidi BBM sebesar Rp
2.000, harga jual ditetapkan sebesar Rp 6.500. menjadi Rp 8.500, dan harga solar di
patok Rp 5.500. menjadi Rp7.500. . Presiden Jokowi menjelaskan, bahwa jajarannya
mengeksplorasi rencana kebijakan untuk mengalihkan subsidi bahan bakar dari kons
umsi ke produksi. Bahkan dia menjelaskan, kebijakan tersebut dibahas dalam rapat t
erbatas di Istana hingga tingkat teknis Kementerian. Presiden Jokowi kembali mene
gaskan bahwa negara memerlukan anggaran untuk mendanai infrastruktur, pendidik
an, dan kesehatan. Jokowi juga menjelaskan, anggaran tersebut tidak ada karena terb
uang untuk subsidi BBM.
Akibat penghapusan subsidi bahan bakar, masyarakat dan elit politik dihadapkan
pada banyak keuntungan dan kerugian. Salah satu alasan penolakan penghapusan su
bsidi bahan bakar adalah kekhawatiran terhadap kenaikan harga barang dan jasa sert
a meningkatnya angka kemiskinan.
Selain itu, menurut Herman Khaeron (Ketua DPP Partai Demokrat), pemerintaha
n Jokowi-JK mengabaikan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik atau good go
vernance tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR mengenai kebijakan peng
hapusan subsidi BBM, meski itu keputusan presiden namun mekanisme ini kurang t
ransparan dan akuntabilitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tujuan pemerintah melakukan penghapusan subsidi BBM?
2. Apa saja dampak-dampak positif atas penghapusansubsidi BBM terhadap
Negara di Indonesia?
3. Apa saja dampak negatif dari penggunaan subsidi BBM berlebihan di
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tujuan pemerintah melakukan penghapusan subsidi B
BM
2. Untuk mengetahuai apa saja dampak-dampak positif dan negatif atas pen
ghapusan subsidi BBM terhadap Negara di Indonesia
3. Untuk mengetahui tujuan pemerintah melakukan penghapusan subsidi B
BM?
4. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari penggunaan subsidi
BBM yang berlebihan di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Subsidi adalah bantuan uang atau komoditas, perkumpulan atau
masyarakat yang umumnya diberikan oleh pihak pemerintah. Menurut Milton
H. Spencer dan Orley M. Amos, Jr. dalam bukunya yang berjudul
Contemporary Economics, subsidi adalah suatu pembayaran yang dilakukan
oleh pihak pemerintah (pembayaran dalam bentuk apapun) dalam suatu
perusahaan ataupun rumah tangga agar mencapai suatu tujuan tertentuk yang
dapat meringankan beban penerima. Secara Singkatnya, pengertian subsidi
adalah bantuan atau intensif keuangan.
Bentuk subsidi bisa Materi, Uang, Kebutuhan sembako, Barang hingga
keringanan biaya. Biasanya, golongan yang menjadi penerima subsidi adalah
masyarakat golongan menengah ke bawah. Subsidi yang di berikan
pemerintah ini bersumber dari pajak. Jadi, uang pajak yang dipungut oleh
pemerintah kembali lagi ke dalam lingkup masyarakat melalui pemberian
subsidi. Subsidi diberikan oleh pemerintah bagi masyarakat untuk
meningkatkan daya beli masyarakat, daya beli atau purchasing power
(kemampuan masyarakat untuk membeli) adalah kekuatan uang atau jumlah
barang yang dapat dibeli oleh seorang individu dengan jumlah uang tertentu.
Subsidi diberikan oleh pemerintah bagi masyarakat untuk meningkatkan daya
beli masyarakat, daya beli atau purchasing power (kemampuan masyarakat
untuk membeli) adalah kekuatan uang atau jumlah barang yang dapat dibeli
oleh seorang individu dengan jumlah uang tertentu. Contohnya, pemerintah
yang memberikan subsidi kepada masyarakat golongan yang mempunyai
ekonomi menengah ke bawah dengan tujuan agar beban hidup mereka
menjadi lebih ringan, misalnya BBM bersubsidi berguna untuk membantu
masyarakat agar biaya BBM yang mereka keluarkan lebih rendah sehingga
semua kegiatan yang berkaitan dengan BBM misalnya biaya angkut barang
menjadi lebih murah. (Soen, 2022)
BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang
dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak
mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu
untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk di
dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak
mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke
produk-produk seperti naphta, light sulfur wax residue (LSWR) dan aspal.
Pemakaian BBM akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
nasional Indonesia Daryanto ( 2007 ) dan akan berkurang dari waktu ke
waktu sesuai dengan cadangan / persediaan nasional Indonesia kecuali
diketemukan sumber cadangan baru ataupun penggunaan energi baru
terbarukan.
B. Perbedaan BBM bersubsidi dan Non-subsidi
Subsidi BBM , sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan
Nota Keuangan setiap tahun, adalah “pembayaran yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia kepada Pertamina (pemegang monopoli
pendistribusian BBM di Indonesia, sejak tahun 2009 sudah tidak dimonopoli
lagi) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas
menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya
yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia
bernilai positif, seperti dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih
Minyak. Harga BBM Bersubsidi di Indonesia adalah harga sama yang diatur
oleh pemerintah dan berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Pada
dasarnya, pemerintah bersama DPR menetapkan harga BBM setelah
memperhatikan biaya-biaya pokok penyediaan BBM yang diberikan
Pertamina / Badan Usaha lainnya serta tingkat kemampuan (willingness to
pay) masyarakat.
BBM Non-Subsidi adalah BBM yang mana harganya tidak diatur oleh
Pemerintah, Badan Usaha dipersilakan untuk bersaing secara sehat dan
efisien, tentu di dalam koridor Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No.
22 Tahun 2001 beserta turun dan perubahan sampai saat ini. Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 menegaskan bahwa penugasan
khusus kepada Pertamina untuk menyediakan BBM di dalam negeri akan
diakhiri pada (bulan November) 2005 yang dikutip dari Hanan Nugroho,
Penyediaan BBM: Masalah Besar Menghadang, Kompas, 6 Juli 2004.
Pemerintah melalui BPH Migas mempersilakan Badan Usaha yang telah
memiliki Izin Usaha dari Kementerian ESDM untuk bersaing secara terbuka
di pasar domestic Indonesia.
Subsidi BBM , sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan
Nota Keuangan setiap tahun, adalah “pembayaran yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia kepada Pertamina (pemegang monopoli
pendistribusian BBM di Indonesia, sejak tahun 2009 sudah tidak dimonopoli
lagi) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas
menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya
yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia
bernilai positif, seperti dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih
Minyak. Harga BBM Bersubsidi di Indonesia adalah harga sama yang diatur
oleh pemerintah dan berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Pada
dasarnya, pemerintah bersama DPR menetapkan harga BBM setelah
memperhatikan biaya-biaya pokok penyediaan BBM yang diberikan
Pertamina / Badan Usaha lainnya serta tingkat kemampuan (willingness to
pay) masyarakat.
BBM Non-Subsidi adalah BBM yang mana harganya tidak diatur oleh
Pemerintah, Badan Usaha dipersilakan untuk bersaing secara sehat dan
efisien, tentu di dalam koridor Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No.
22 Tahun 2001 beserta turun dan perubahan sampai saat ini. Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 menegaskan bahwa penugasan
khusus kepada Pertamina untuk menyediakan BBM di dalam negeri akan
diakhiri pada (bulan November) 2005 yang dikutip dari Hanan Nugroho,
Penyediaan BBM: Masalah Besar Menghadang, Kompas, 6 Juli 2004.
Pemerintah melalui BPH Migas mempersilakan Badan Usaha yang telah
memiliki Izin Usaha dari Kementerian ESDM untuk bersaing secara terbuka
di pasar domestic Indonesia.

C. Dampak positif dan negatif penghapusan BBM bersubsidi


Setiap kali pemerintah merencanakan untuk mengurangi subsidi harga
BBM, pasti selalu ada pro dan kontra antara masyarakat dan elit politik.
Sebagian masyarakat percaya bahwa subsidi diperlukan untuk membantu
masyarakat miskin. Namun sebagian lainnya berpendapat bahwa dana
bantuan harus diarahkan. Katadata menilai bahwa pemerintah harus segera
menyusun rencana (roadmap) yang jelas terhadap sektor manufaktur yang
tujuan akhirnya juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara
bertahap mengurangi subsidi bahan bakar minyak untuk mengakhiri era
bahan bakar minyak murah.
Adapun dampak penghapusan BBM bersubsidi yang bisa
menimbulkan dampak positif dan dampak negatif di Negara Indonesia.
 Dampak Positif Penghapusan BBM bersubsidi :
1. Entitas pemerintah :
 Entitas Fiskal : Pemerintah dapat mempunyai anggaran
lebih untuk membangun sektor lain seperti sektor
pendidikam, kesehtan, dan infastruktur.Penghapusan BBM
dapat mengurangi beban fiskal pemerintah.
 Efisiensi anggaran : Pemerintah dapat lebih efisien dalam
pengelolaan anggaran dengan mengurangi subsidi BBM,
serta dapat mengurangi pemborosan. Agar perbaikan dari
defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account
Deficit (CAD) dan angka impor BBM akan menyusut dan
menekan defisit anggaran.
2. Penggunaan Energi Alternatif
 Penghapusan BBM bersubsidi akan medorong penggunaan
energi alternatif seperti energi terbarukan (solar, angin)
dan kendaraan listrik lain. Sehingga, akan mengurangi
pencemaran udara dan dapat inovasi teknologi dan industri
energi terbaarukan. Dapat mengurangi emisi karbon
dengan potensi jumlah yang signifikan.serta menghemat
besaran APBN
3. Pemerataan manfaat
 Dampak negatif Penghapusan BBmm bersubsidi :
1. Kenaikan Harga BBM
Penghapusan subsidi BBM akan menybabkan kenaikan
harga BBM yang signifikan. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan biaya hidup bagi masyarakat
2. Inflansi
kenaikan harga BBM akan memicu inflansi karena kenaika
biaya produksi dan transportasi. Inflansi dapat mengurangi
daya beli masyarakat, terutama yang berpenghasilan
rendah.
3. Ketidakpastian Politik :
Penghapusan subsidi BBM dapat memicu ketidakpuasan
dan protes sosial, terutama jika tidak ada upaya yang
memada untukk mengkompensasi dampaknya.
D. Alternatif solusi
Penghapusan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dapat menjadi kebijakan
yang sulit, tetapi ada beberapa alternatif solusi yang dapat diterapkan untuk
mengurangi dampak negatifnya dan memastikan bahwa masyarakat tidak
terlalu terbebani oleh kenaikan harga BBM. Berikut beberapa alternatif
solusi:
1. Transisi ke Energi Bersih:
Mendorong penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan seperti
listrik, energi surya, dan kendaraan listrik. Pemerintah dapat memberikan
insentif seperti keringanan pajak atau insentif pembelian kendaraan
listrik.
2. Bantuan Sosial dan Subsidi Terarah:
Menerapkan program bantuan sosial yang cermat, yang memberikan
dukungan finansial kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama
yang berpenghasilan rendah, untuk mengatasi kenaikan harga BBM.
Subsidi BBM juga bisa diberikan langsung kepada kelompok sasaran
yang memerlukannya.
3. Promosi Transportasi Publik:
Meningkatkan investasi dalam infrastruktur transportasi publik seperti
bus, kereta api, dan angkutan umum lainnya. Dengan memberikan
transportasi publik yang efisien dan terjangkau, masyarakat akan
memiliki alternatif yang lebih baik daripada kendaraan pribadi.
4. Pendidikan dan Kesadaran Energi:
Melakukan kampanye penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat
tentang penggunaan energi yang lebih efisien. Hal ini termasuk praktik
pengemudi hemat energi, penggunaan transportasi berbagi, dan manfaat
dari kendaraan ramah lingkungan.
5. Peningkatan Efisiensi Energi:
Mendorong industri dan bisnis untuk meningkatkan efisiensi energi
mereka. Hal ini dapat dicapai melalui insentif pajak untuk investasi dalam
teknologi efisiensi energi, penggunaan bahan bakar alternatif, dan
pengelolaan energi yang lebih baik.
6. Penyediaan Alternatif BBM yang Terjangkau:
Mengembangkan alternatif BBM yang lebih terjangkau, seperti biofuel
atau gas alam, untuk mengurangi dampak kenaikan harga BBM.
7. Kebijakan Fiskal yang Adil:
Mengimplementasikan kebijakan pajak yang adil dan progresif, yang
memungkinkan pemerintah untuk menghasilkan pendapatan tambahan
tanpa memberatkan terlalu berat pada kelompok berpenghasilan rendah.
8. Pengelolaan Anggaran yang Bijak:
Mengelola anggaran pemerintah dengan efisien dan transparan untuk
memastikan bahwa dana yang dihemat dari penghapusan subsidi BBM
dialokasikan dengan bijak untuk sektor-sektor yang membutuhkan,
seperti pendidikan dan kesehatan.
9. Penghapusan subsidi BBM harus disertai dengan pemikiran matang dan
strategi pelaksanaan yang baik. Dengan mengadopsi solusi alternatif yang
sesuai dan berkelanjutan, pemerintah dapat mengurangi dampak negatif
penghapusan subsidi BBM dan mendukung masyarakat dalam
beradaptasi dengan perubahan tersebut.
BAB III

ANALISIS KASUS DAN STUDI KASUS

A. Pro Kontra Pencabutan BBM Bersubsidi


Diambil dari data yang ada pada tahun 2022, terkait dengan pencabutan
dan pengurangan subsidi BBM menuai pro dan kontra sudah seperti hal yang
lumrah setiap tahunnya mengingat BBM adalah salah satu aspek penting
dimasyarakat yang dapat mempengaruhi berbagai macam aspek penting lainnya
seperti dari aspek ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur negara.
Cakupan efek yang diberikan dari persoalan BBM ini memunculkan efek
negatif dan positif, dikarenakan terdapat berbagai permasalahan yang
membutuhkan solusi untuk menyelesaikannya. Contohnya adalah beberapa
momen terakhir, jutaan warga Indonesia dibuat resah oleh perubahan harga
BBM bersubsidi yang resmi dinaikkan pada 3 September 2022 dan berlaku
mulai 9 september 2022, dengan rincian harga sebagai berikut; Satu liter
Pertalite yang tadinya dihargai Rp7.650 kini naik menjadi Rp10.000 dan satu
liter Solar yang tadinya dihargai Rp5.150 naik menjadi Rp6.800. Hal ini
dipastikan akan berimbas pada masyarakat dan penyedia jasa transportasi yang
harus menghabiskan biaya lebih tinggi untuk memperoleh bahan bakar. Respon
masyarakat menuai pro dan kontra.
Cakupan efek yang diberikan dari persoalan BBM ini memunculkan efek
negatif dan positif, dikarenakan terdapat berbagai permasalahan yang
membutuhkan solusi untuk menyelesaikannya. Contohnya adalah beberapa
momen terakhir, jutaan warga Indonesia dibuat resah oleh perubahan harga
BBM bersubsidi yang resmi dinaikkan pada tanggal 3 september 2022 dan
mulai berlaku mulai tanggal 9 september 2022 dengan rincian harga sebagai
berikut; 1 liter Pertalite yang tadinya dihargai Rp7.650 kini naik menjadi
Rp10.000 dan 1 Solar yang tadinya dihargai Rp5.150 naik menjadi Rp6.800. Hal
ini dipastikan akan berimbas pada masyarakat dan penyedia jasa transportasi
yang harus menghabiskan biaya lebih tinggi untuk memperoleh bahan bakar.
Respon masyarakatpun menuai pro dan kontranya.
Presiden Joko Widodo sendiri mengatakan bahwa langkah untuk menaikkan
harga BBM adalah keputusan sulit yang mau tak mau harus diambil oleh
pemerintah. Pasalnya, Menurut data wakil kementerian keuangan pada tahun
anggaran subsidi tahun 2022 membengkak hingga Rp 502,4 triliun. Angka ini
hampir sepertiga dari APBN yang setiap tahunnya berjumlah sekitar Rp2.000
triliun. Selain membebani APBN, subsidi BBM juga dinilai salah sasaran.
Pemerintah mengatakan 70 persen dari subsidi justru dinikmati oleh
golongan masyarakat mampu. Meski demikian, keputusan ini tetap menuai
banyak kritikan baik dari masyarakat, politisi, maupun akademisi.
B. Efisiensi Anggaran Pemerintah

Penggunaan dana APBN untuk membayar subsidi BBM meluap di


Indonesia alokasi dana yang di anggarkan seharusnya mampu untuk
pembangunan di sektor-sektor yang lebih produktif seperti pembangunan
infrastruktur, pembangunan desa, pengembangan armada perbatasan dan logistic
kelautan, sektor pendidikan, pertanian, perumahan rakyat, dan pekerjaan umum
seperti irigasi, waduk, dan bendungan. Karena menurut data kementerian
keuangan pada tahun 2012 proporsi belanja subsidi BBM terhadap total belanja
negara mencapai 14,2%, angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan
proporsi belanja infrastruktur terhadap total belanja negara yang sebesar 11,7%.
Sangat disayangkan apabila anggaran negara lebih banyak yang menguap begitu
saja untuk subsidi BBM daripada yang digunakan untuk pembangunan
infrastruktur.
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa berupaya sekuat tenaga unt
uk melindungi masyarakat dari gejolak harga minyak dunia. Namun mengingat a
nggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022 telah meningkat dari APBN awal se
besar Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun dalam Peraturan Presiden Nomor
98 Tahun 2022, maka Pemerintah mengambil keputusan untuk mengalihkan seb
agian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk bantuan yang lebih tepat sasar
an.
Subsidi BBM, diatur dalam UU No.12/2014 tentang APBN-P 2014.
Pasal 14 ayat 13 menyebukan, “Anggaran untuk subsidi energi yang merupakan
bagian dari program pengelolaanubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat disesuaikan dengan kebutuhan realisasi harga minyak mentah (ICP) dan
nilai tukar rupiah.” Adapun ayat 1 berisi “Program subsidi dalam tahun anggaran
2014 diperkirakan sebesar Rp403.035.574.556.000.” Anggaran tersebut, telah
ditetapkan sejak Jokowi-Jk dengan alasan mengalihkan segi konsmtif ke segi
produktif. Hal ini juga digunakan untuk meningkatkan produksi energi,
mempercepat pembangunan pembangkit listrik, sektor maritim, dan
pembangunan jalan.
C. Penghapusan BBM Bersubsidi Mendorong Energi Bersih
Penggunaan bahan bakar minyak seperti yang kita ketahui bersama
bahwa BBM digunakan oleh kendaraan bermotor, alat-alat berat, dan barang-
barang domestic lainnya yang menggunakan bahan bakar minyak. Dengan
mengabaikan faktor kelangkaan sumber-sumber alami. Seperti yang kita ketahui
BBM diproduksi menggunakan bahan alam. Pencemaran terjadi karena akibat
yang telah ditimbulkan dari produksi hingga penggunaan langsung BBM ini.
Penggguna motor di Indonesia mencapai 85% dari jumlah total
penduduk, sejalan dengan itu akan banyak pencemaraan udara yang terjadi
akibat polusi udara. Hasil riset menunjukkan bahwa gas buang kendaraan bermo
tor yang menggunakan BBM berkualitas rendah akan menghasilkan beberapa ga
s pencemar seperti karbon monoksida (CO), senyawa hidrokarbon (HC), nitroge
n oksida (NOx), sulfur oksida (SOx), dan materi partikulat (PM) debu termasuk
timbal (Pb). Gas pencemar ini dapat menyebabkan gangguan pada saluran perna
fasan dan menimbulkan pengaruh racun sistemik. Gas buang kendaraan yang me
nggunakan BBM dengan kadar sulfur yang tinggi dapat menjadi salah satu peny
ebab terjadinya hujan asam. Beberapa gas buang kendaraan bermotor juga meru
pakan gas rumah kaca (GRK) yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan gl
obal yang memicu perubahan iklim global.
Ketika BBM bersubsidi dihapus maka orang-orang berpikir kembali
untuk menggunakan kendaraan pribadi sebagai transportasi utama dan akan
beralih ke transportasi umum yang leih ramah lingkungan serta terciptanya
inovasi teknologi baru yang akan muncul akibat desakan tersebut. Secara tidak
sadar, energi bersih akan tercipta polusi akan hilang dan sangat baik untuk
kesehatan masyarakat Indonesia.
D. Penghapusan BBM Bersubsidi sebagai Keadilan sosial
Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Isa Ra
chmatarwata mengatakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) merup
akan upaya pemerintah untuk mengoptimalkan manfaat APBN sebaik-baiknya b
agi masyarakat yang lebih membutuhkan, serta melindungi masyarakat miskin d
an rentan miskin dari dampak kenaikan harga pangan dan energi.

Dalam hal ini, pemerintah telah menaikkan anggaran subsidi dan kompen
sasi BBM tahun 2022 sebesar lebih dari 3 kali lipat, yaitu dari Rp152,5 triliun m
enjadi Rp502,4 triliun. Namun distribusi manfaatnya ternyata lebih banyak dini
kmati oleh kelompok masyarakat mampu, sehingga perlu diberlakukan kebijaka
n pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran dan berkeadilan untuk meringankan
beban APBN 2022 dan meningkatkan ruang fiskal 2023.
kebijakan pengalihan subsidi BBM dilakukan untuk melindungi daya bel
i masyarakat miskin dan rentan melalui penyaluran bantuan sosial (bansos) antar
a lain dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT), bantuan subsidi upah (BSU),
serta 2% dana transfer umum (DTU) untuk subsidi transportasi angkutan umum,
ojek, nelayan dan perlindungan sosial tambahan.
Dalam penyalurannya, pemerintah menjamin penyaluran dana subsidi dil
akukan dengan transparan, yaitu melalui proses verifikasi dan validasi yang dila
kukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dilanjutka
n dengan proses audit anggaran yang di lakukan oleh Badan Pemeriksa Keuanga
n (BPK). Sementara, untuk dana bantuan sosial (bansos) data akan diverifikasi, d
ivalidasi dan diperbaharui oleh Kementerian Sosial melalui Data Terpadu Kesej
ahteraan Sosial (DTKS).
Hal ini sudah sangat jelas menegaskan bahwa Penghapusan BBM
bersubsidi untuk alokasi subsidi kearah yang lebih jelasa dan menguntungkan
keuangan negara serta mensejahterakan rakyat utamanya kelas sosial menengah
ke bawah untuk mencegah penyalahgunaan anggaran. Jika, masyarakat
mengatakan tidak adilan namun perlu diingat bahwa bantuan-bantuan seperti
BLT untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah menjadi hal yang jauh
lebihh bermnafaat dan terorganisir daripada alokasi subsidiuntuk BBM yang
sering disalahgunakan,
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari hal-hal yang telah dikaji terkait pengapusan BBM bersubsidi,
banyak dampak positif dan negatif yang mempengaruhi berbgai aspek.
Penghapusan BBM bersubsidi ini pula merupakan topik pro-kontra yang tak
pernah padam. Namun, perlu diketahui kembali bahwa tujuan dari penghapusan
ini merupakan salah satu cara pemerintah mengatur serta mengalokasikan
anggaran demi mensejahterakan Indonesia. Namun, perspektif penerima mampu
berbeda-beda dan hal tersebut lumrah terjadi terutama yang berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan baru dengan penerimaannya perlu menunggu waktu secara
bertahap.
B. Saran
maklah Kebijakan-kebijakan yang dibuat merupakan suatu hal yang
membutuhkan proses adaptasi serta perlu pemikiran kritis untuk mengkaji hal
tersebut. Diharapkan, pembaca mampu untuk merealisasikn hal tersebut dan
tidak terburu-buru dalam menyimpulkan segala bentuk kebijakan yang telah
ditetaapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Astri. “Dampak Penghapusan BBM Terhadap Surplus Ekonomi”. Jurnal UWGM
Volume 6 No. 2 (2016) Hal. 25-35
Futri, Anis widyanti dkk. “Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Terhadap Pasar Modal Setelah Pandemi Covid-19”. Jurnal COMSERVA Volume
2, No.09 (2022) Hal. 1480 – 1486
Hasan, julian Muhammad. “Dampak Pencabutan Subsidi BBM Bagi Keuangan
Indonesia Dalam Perspektif Good Governance”. Jurnal Renaissance Volume 3,
No. 01 (2018) Hal. 300-309

Anda mungkin juga menyukai