Anda di halaman 1dari 11

4. 5.

Bahan Pakan Ternak Unggas Sumber Energi

4.5.1. Jagung

Jagung merupakan sumber energi utama pada unggas dan menyumbangkan lebih dari 70%
dari kebutuhan energi metabolis pada unggas dan sisanya berasal dari bahan pakan sumber
protein dan nutrien lainnya (Sultana et al., 2016). Jagung merupakan sumber pangan fungsional
dengan empat peran yaitu untuk pangan (food), pakan (feed), bahan bakar indutri (fuel),bahan
baku industri (fiber) dan diperkirakan sekitar 58% kebutuhan jagung dalam negeri
dimanfaatkan untuk pakan, 30% untuk pangan, sisanya untuk industri dan pembenihan (Panikkai
et al., 2017).

4.5.4. Dedak Padi

Dedak padi merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses penggilingan
gabah menjadi beras yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku pakan karena
mengandung kadar nutrien dan energi yang cukup baik (Marbun et al., 2018). Komponen utama
pada dedak padi adalah minyak, protein, karbohidrat dan mineral. Kandungan serat kasar
dedak padi lebih tinggi daripada jagung atau sumber energi yang lain, menyebabkan dedak padi
diberikan dalam jumlah yang terbatas tergantung pada jenis ternaknya (Wizna dan Muis, 2012).

4.5.3. Sorgum

Sorgum merupakan tanaman multiguna yang dapat digunakan untuk pangan, pakan
ternak dan bahan bakar. Sorgum dapat digunakan menjadi sumber energi yang paling
banyak digunakan pada formulasi ransum ayam pedaging, dengan kandungan gizi sorgum
hampir sama dengan kandungan gizi pada jagung (Hidayat, 2021). Sorgum dibedakan menjadi
beberapa tipe yaitu grain sorghum, single cut forage sorghum (silase, dual-purpose (utama untuk
industri), multicut forage sorghum (sorgum sebagai hijauan). Sudan grass dan hibrida (Sorgum
bicolor x Sudan grass) merupakan jenis multicut forage sorghum yang digunakan untuk tanaman
pakan ternak (TPT) (Harmini, 2021).

4.5.4. Tepung Ubi Jalar


Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki
potensi sebagai bahan pangan, bahan baku industri, dan pakan ternak (Susetyo et al., 2016). Ubi
jalar kaya provitamin A dalam bentuk β-carotene, vitamin C, protein dan mineral lainnya yang
sangat dibutuhkan oleh ternak unggas untuk pertumbuhannya, serta mempunyai keunggulan
pada kandungan vitamin C sebesar 23 mg/100 g (Salam et al., 2021). Pemberian tepung ubi jalar
sebagai sumber energi memberikan hasil berat karkas, berat dada, berat paha, dan berat lemak
abdominal yang sama dengan jagung, namun pemberian 10% tepung ubi jalar dari total ransum
cenderung memberikan hasil yang lebih baik.

4.5.5. Minyak Ikan

Salah satu pakan unggas yang memiliki kandungan energi yang dapat digunakan
untuk pakan unggas pedaging dan petelur adalah minyak ikan tuna. Suplementasi minyak ikan
dalam pakan merupakan salah satu metode untuk memenuhi kebutuhan asam lemak tak jenuh
pada pakan unggas karena mengandung asam lemak omega-3 yang tinggi (asam lemak tidak
jenuh/PUFA) (Shin et al., 2011). Ransum yang mengandung lemak yang tinggi akan
meningkatkan waktu retensi pakan dalam usus halus sehingga proses digesti dan absorpsi akan
lebih baik sehingga penambahan minyak ikan tuna dalam ransum diharapkan dapat
meningkatkan performan dilihat dari banyaknya manfaat minyak ikan sebagai pakan ternak (P.
Heldini, 2015).
4. 6. Bahan Pakan Ternak Unggas Sumber Protein

4.6.1. Tepung Ikan

Salah satu penunjang optimalisasi pertumbuhan broiler adalah kualitas pakan


khususnya protein. Bahan pakan yang biasa digunakan dalam ransum unggas sebagai sumber
protein adalah tepung ikan (Baye et al., 2015). Tepung ikan merupakan sumber protein yang
paling utama untuk unggas karena tepung ikan mengandung semua asam amino yang
dibutuhkan oleh ayam, serta kandungan asam amino lisin dan metioninnya baik (Varianti et
al., 2017).

4.6.2. Bungkil Kelapa


Bungkil kelapa merupakan limbah dari pengolahan minyak kelapa dan sudah
banyak digunakan sebagai bahan penyusun ransum unggas. Pemanfaatan bungkil kelapa belum
optimal, karena tingginya kandungan serat kasar dalam bungkil kelapa sehingga
menyebabkan ketersediaan zat gizi yang rendah (Mairizal, 2013). Berdasarkan pengetahuan dan
teknologi pengolahan pakan yang ada, bungkil kelapa dapat dimanfaatkan secara optimal.
Penggunaan teknologi bioproses pada bungkil kelapa dengan mananolitik Eupenicillium
javanicum atau Aspergillus niger NRRL 337 dapat meningkatkan kadar protein secara in
vitro (Rokhayati, 2019).

4.6.3. Bungkil Kacang Tanah

Bahan penyusun pakan alternatif yang dapat digunakan dalam penyusunan formulasi
pakan yaitu bungkil kacang tanah. Bungkil kacang tanah adalah hasil sampingan dari industri
pembuatan minyak kacang yang masih mengandung nutrien yang lengkap (Puspasari et al.,
2015). Bungkil kacang tanah biasanya berasal dari proses pembuatan minyak, dan sebagai
konsekuensinya kandungan protein akan terkonsentrasi sehingga bungkil kacang memiliki
protein yang cukup tinggi (Widodo, 2017).

4.6.4. Daun Lamtoro


Daun lamtoro mengandung banyak nilai gizi terutama protein yang dapat
membantu pertumbuhan ternak, sehingga daun lamtoro dapat dijadikan sebagi tambahan pakan
ternak (Pardede, 2017). Lamtoro penting sebagai sumber bahan pakan karena kaya akan
protein, asam-asam amino esensial, mineral, karotenoid dan vitamin, dengan komposisi
proksimat tepung daun lamtoro adalah 88,2% bahan kering, 21,8% protein kasar, 15,1% serat
kasar, 3,1% abu, 8,6% ekstrak eter, dan 50,7% BETN (Mandey et al., 2015)

4.6.5. Bungkil Kedelai

Perbaikan pakan bisa dilakukan dengan menambah bahan pakan sumber


protein. Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan pakan sumber protein yang sering
digunakan sebagai bahan pakan penyusun ransum unggas (Rosyadi, 2019). Kualitas protein
bungkil kedelai merupakan protein yang terbaik bila dibandingkan dengan bungkil-bungkil yang
lainnya, karena bungkil kedelai masih mengandung glisinin dan glutenin (Widodo, 2017).

4. 7. Formulasi Ransum Ternak Unggas


4.7.1. Metode Bujur Sangkar (Pearson Square Method)

Metode Bujur Sangkar (Pearson Square Method) adalah suatu metode atau prosedur
menentukan formulasi pakan yang baik yaitu formulasi pakan yang mengandung zat-zat gizi
yang diperlukan dan secara ekonomis murah dan mudah diperoleh sehingga dapat memberi
keuntungan (Sukardi,2012). Melalui penggunaan metode bujur sangkar, dapat diketahui bahwa
untuk mencapai berat pakan yang ditentukan dengan konsentrasi zat yang diinginkan, akan
diketahui presentase (%) dari setiap jenis pakan bahkan berat dari setiap jenis pakan. Selanjutnya
jika diketahui harga dari setiap jenis pakan, maka dapat diketahui jumlah pengeluaran untuk
pakan tersebut, dengan demikian akan diketahui formulasi mana yang paling efisien
(Agustiar,2016).
Kelebihan metode Pearson Square adalah menyediakan metode yang sederhana, cepat
untuk menghitung jumlah pakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak
dan hewan lainnya (Sutrisno et al., 2015). Pearson Square dapat digunakan untuk menentukan
kuantitas setiap bahan pakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat gizi tertentu dalam
campuran. Kekurangan metode ini adalah hanya dapat digunakan untuk dua jenis bahan pakan
dengan kedua jenis bahan pakan harus berada diantara nutrien target (Priyono, 2019).
Metode ini hanya cocok untuk mencampur satu atau dua bahan makanan ternak dengan
konsentrat. masih sebatas pada dua jenis bahan pakan.

4.7.2. Metode Coba-Coba (Trial and Error)

Metode coba-coba (trial and error) merupakan metode paling sederhana, yaitu dengan
menghitung beberapa kombinasi pencampuran bahan pakan secara manual dengan coba-coba
untuk mendapatkan kombinasi pencampuran bahan pakan yang paling mendekati, cocok atau
sesuai dengan komposisi nutrisi pakan jadi yang diinginkan. Penyusunan ransum menggunakan
metode trial and error akan menggunakan berbagai macam bahan ransum untuk menghasilkan
ransum dalam bentuk tepung (Destarianto, 2018). Metode trial and error banyak digunakan
untuk menghasilkan ransum komplit yang memperhitungkan beberapa nutrisi sebagai
pembatas. kandungan nutrisi yang dipertimbangkan di dalam melakukan perhitungan, antara
lain energi metabolis, protein dan serat kasar serta lemak (Suci, 2013).
Kelebihan metode trial and error adalah metode yang paling mudah untuk membuat
komposisi ransum, mendapatkan komposisi pakan yang berkualitas dan memiliki biaya yang
efisien Kekurangan penyusunan metode trial and error yaitu harga yang diperoleh tidak
semakin murah, tetapi semakin mahal akibat ketidaktahuan tentang harga pakan, yang
menyebabkan biaya pakan dalam biaya produksi peternakan unggas tidak efisien (Muliantara,
2012).

4.7.3. Metode Program Linear (Linear Programming)

Program linear dapat digunakan untuk menentukan campuran makanan ternak yang
efisien, praktis dan relatif mudah digunakan. Program linear adalah suatu teknik untuk
menentukan kombinasi terbaik diantara pakan yang tersedia, yang mempunyai mempunyai
kandungan nutrisi dan harga yang berbeda, dalam rangka untuk mendapatkan ransum dengan
harga serendah mungkin (Hidayat dan Mukhlash, 2015).
Metode program linear memiliki kelemahan yaitu terlalu kaku dalam perhitungan
terutama pada penerapan kendala persyaratan gizi dan penggunaan bahan pakan tertentu,
sehingga solusi optimum yang dihasilkan sangat dipaksakan atau bahkan dapat menyebabkan
tidak diperolehnya solusi optimum (Lestari, 2016). Metode Program linear memiliki kelebihan,
metode program linear mampu memperhitungkanbanyak kendala nutrisi dan variabel bahan
tanpa mengesampingkan faktor biaya ransum (Hidayat dan Mukhlash, 2015).

4.7.4. Bahan Pakan

4.7.4.1. Jagung

Penggunaan jagung bagi pakan ternak terutama unggas rata-rata berkisar 45-55 %.
4.7.4.2. Dedak Padi
Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang jumlahnya sekitar 10% dari
padi yang digiling. Penggunaan dedak yang tinggi dapat menyebabkan penurunan produksi,
namun pertimbangan ekonomis mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan kadar dedak
yang tinggi dalam ransum (Akhadiarto, 2015).
4.7.4.3.
4.7.4.4.
4.7.4.5.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sultana, F., Khatun, H., Ali, M. A. 2016. Use of potato as carbohydrate source in poultry
ration. Chemical and Biological Technologies in Agriculture, 3(30) : 1-7

2. Panikkai, S., Nurmalina, R., Mulatsih, S., Purwati, H. 2017. Analysis of national corn
availability to become Self-sufficiency throught dynamic mode
approachmen. Informatika Pertanian, 26 (1) : 41-48

3. Wizna, dan Muis, H. 2012. Pemberian dedak padi yang difermentasi dengan Bacillus
amyloliquefaciens sebagai pengganti ransum komersil ayam ras petelur. Jurnal
Peternakan Indonesia, 14 (2) : 398-403

4. Shin, D., C. Narciso-Gaytan, J. H. Park, S. B. Smith, M. X. Sanchez-Plata and C. A.Ruiz-


Feria. 2011. Dietary combination effects of conjugated linoleic acid and flaxseed
or fish oil on the concentration of linoleic and arachidonic acid in poultry meat.
Poult. Sci. 90: 1340-1347

5. P. Heldini A. 2015. Pengaruh penambahan minyak ikan tunadalam ransum basal terhadap
performan ayam broiler. Journal of Rural and Development, 1 (1) : 69-83

6. Hidayat, C., 2021. Review: penggunaan sorgum sebagai bahan pakan sumber energi
pengganti jagung dalam ransum ayam pedaging. Jurnal Peternakan Indonesia, 23
(3) : 262-275

7. Harmini. 2021. Pemanfaatan tanaman sorgum sebagai pakan ternak ruminansia di lahan
kering. Livest. Anim. Res, 19 (2): 159-170

8. Salam, A., B. La Ode, dan H. Hamdan. 2021. Penampilan produksi ayam broiler pada
pemberian tepung ubi jalar merah pada level berbeda dalam pakan. JIPHO (Jurnal
Ilmiah Peternakan Halu Oleo), 3 (1): 81-84

9. Puspasari, T., A. Yuli, dan H. Herman. 2015. Pemanfaatan bungkil kacang tanah dalam
pakan ikan terhadap laju pertumbuhan ikan nila (Orechromis niloticus). Jurnal
Perikanan Kelautan, 2 (1) : 91-100

10. Varianti, N. I., A. Umiyati, dan M. Luthfi Djauhari. 2017. Pengaruh pemberian pakan
dengan sumber protein berbeda terhadap efisiensi penggunaan protein ayam lokal
persilangan. Agripet, 17 (1) : 53-59

11. Baye, A., Sompie, F. N., B. Betty, dan R. Mursye. 2015. Penggunaan tepung limbah
pengalengan ikan dalam ransum terhadap performa broiler. Jurnal Zootek, 35 (1) :
96-105

12. Mairizal. 2013. Pengaruh penggantian sebagian ransum komersil dengan bungkil kelapa
hasil fermentasi dengan Effective Microorganism-4 (Em-4) terhadap bobot karkas
ayam pedaging. Jurnal Peternakan Indonesia, 15 (1) : 47-51

13. Rokhayati, U. A. 2019. Meramu bungkil kelapa sebagai sumber protein nabati untuk
pakan ternak. Gorontalo : UNG Press Gorontalo

14. Widodo, E. 2017. Ilmu bahan pakan ternak & formulasi pakan unggas. Malang : UB
Media

15. Rosyadi, I., R. Tati, dan N. Titin. 2019. Pengaruh substitusi bungkil kedelai dengan
Indigofera zollingeriana hasil fermentasi dalam ransum terhadap performa ayam
broiler. Jurnal Ilmu Peternakan (JANHUS), 3 (2) : 33-41

16. Pardede, N.S. 2017. Pemberian tepung daun lamtoro (Leucaena Leucocephala) dalam
ransum terhadap performans burung puyuh (Coturnix-coturnix Javonica). Jurnal
Peternakan, 1 (1) : 22-26

17. Mendey, J. S., Kumajas, N. J., Leke, J. R., dan Regar, M. N. 2015. Manfaat daun lamtoro
(Leucaena leucocephala) dalam pakan ayam pedaging diukur dari penampilan
produksi. Jurnal Zootek, 35 (1) : 72-77

18. Hidayat, S., M. Imam. 2015. Rancang bangun dan implementasi sistem pendukung
keputusan berbasis web untuk menentukan formulasi ransum pakan ternak.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS, 4 (2) : 43-48

19. Priyono, M.A. 2019. Sistem pakar untuk menyusun ransum konsentrat, kandungan gizi
dan harga pakan ternak sapi potong dengan metode rule base dan pearson square.
JIMP - Jurnal Informatika Merdeka Pasuruan, 4 (1) : 18-24

20. Destarianto, P., S. Anang, dan F. Nurul. 2018. Desain aplikasi penentuan formulasi
ransum pada ternak sapi potong. Jurnal Teknologi Informatika dan Terapan, 5 (1)
: 43-48
21. Sutrisno, A., W.Januar, dan S. H. Bambang. 2015. Rancang bangun aplikasi
pengoptimalan komposisi pakan kambing peranakan etawa menggunakan metode
pearson square pada peternakan Nyoto. JSIKA, 4 (2) : 1-9

22. Muliantara. 2012. Penentuan komposisi bahan pakan ikan lele yang optimal dengan
menggunakan metode IWO-SUBTRACTIVE CLUSTERING. Jurnal Ilmu
Komputer, 5 (2) : 23-28

23. Lestari, S. D. 2016. Penerapan algoritma genetika pada permasalahan Fuzzy Linear
Programming untuk optimasi formulasi ransum unggas. Jurnal Teknik
Informatika Politeknik Hasnur, 2 (1) : 10-19

24. Suci, D. M. 2013. Pakan Itik Pedaging dan Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya

25. Susetyo, Y. A., H. Sri, dan C. M. Novian. 2016. Optimasi kandungan gizi tepung ubi
jalar (Ipomoea batatas L.) terfermentasi ditinjau dari dosis penambahan inoculum
angkak serta aplikasinya dalam pembuatan mie basah. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan, 5 (3) : 56-63

Anda mungkin juga menyukai