Anda di halaman 1dari 22

MAKAlAH ETIKA PROFESI

ETIKA DAN PERAN AHLI GIZI DALAM PROSES ASUHAN GIZI


TERSTANDAR

DOSEN PENGAMPU: HASRA RYSKA, S.GZ., M.KM

DISUSUN OLEH:
WANDA NURUL FEBRIANI (221350009)
ANUGRAH (221350011)
ULPIANA (221350013)
ADINDA ANATASYA (221350014)
SITI AZIZAH AZZAHRAH S.A (221350017)
DHELA DAZILVA (221350019)

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Dan Peran Ahli Gizi Dalam Proses
Asuhan Gizi”.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Etika Profesi
dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri kami sendiri maupun
para pembaca lainnya.
Dalam menyusun makalah ini, kami berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkan sumber-sumber dan informasi baik dari makalah, jurnal maupun
website yang terpercaya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Palopo, 11 desember 2023

Penulis

1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
A.Latar Belakang ................................................................................................................
B.Rumusan Masalah ...........................................................................................................
C.Tujuan ...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................
A.Konsep Pelayanan prima dalam praktek kegizian .................................................
B.Etika dan peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi di Masyarakat..............
C.Etika dan Peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi individu/klinis............
D.Etika peran ahli gizi dalam penyelenggraaan makanan dan produksi
makanan .......................................................................................................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................................................

2|Page
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika merupakan refleksi jiwa, ungkapan perasaan terhadap perilaku


atau tindakan orang lain atau diri kita berdasarkan nilai-nilai yang disepakati
karena etika berasal dari kata etos yang berarti kebiasaan, karakter, atau
watak.Sedangkan, peran Ahli gizi di rumah sakit bertanggung jawab atas
pelayanan dan pengasuhan gizi pasien rawat inap dengan cara menyiapkan
menu sesuai dengan kondisi penyakit dan memberikan panduan untuk
meningkatkan kesehatan. Ahli gizi perlu untuk mengambil lisensi tambahan
setelah memperoleh ijazah pendidikan gizi.
Pola makan pasien harus diperiksa untuk memastikan sesuai dengan
fungsi organ sebagai bagian dari pengobatan penyakit dan kondisi klinis yang
harus diperhatikan. Pada pasien rumah sakit, nutrisi berdampak pada seberapa
cepat penyakit sembuh. Lamanya terapi, kemungkinan komplikasi penyakit,
meningkatnya biaya pengobatan, dan kematian semuanya dipengaruhi oleh
malnutrisi. Ketidaksesuaian antara asupan makanan dan kebutuhan nutrisi
adalah akar dari penyakit ini. Tenaga kesehatan yang salah satunya adalah ahli
gizi bertanggung jawab melakukan Upaya peningkatan status gizi pasien (Ahli
Gizi). ahli gizi (technical register dietitian/TRD) dan ahli gizi (register
dietitien/RD) dianggap sebagai tenaga gizi. Pelayanan asuhan gizi rawat inap,
pelayanan gizi rawat jalan, administrasi makanan dan diet, serta penelitian dan
pengembangan merupakan empat (empat) tanggung jawab utama Instalasi
Gizi Rumah Sakit. Nutritional Diagnosis, Nutrition Intervention, Nutrition
Monitoring and Evaluation, atau ADIME sebagaimana kadang disebut, adalah
pelayanan gizi yang diawalidengan prosedur pengkajian gizi (nutritional
evaluasi) (Assessment, Diagnosis, Intervention, Monitoring & Evaluation).

Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) digunakan untuk memberikan


dukungan nutrisi jika temuan skrining menunjukkan bahwa status gizi pasien
berisiko menurun (NCP). Nutrition care process (NCP) atau Proses asuhan
gizi Standar telah dibuat oleh American Dietetic Association (ADA) sejak
tahun 2003. (PAGT). Prosedur ini menggunakan nomenklatur standar dan
merupakan prosedur standar. Dengan PAGT, ahli gizi akan dapat memberikan
layanan perawatan gizi yang berkualitas tinggi, aman, dan efisien, dan
hasilnya dapat diprediksi dengan lebih tepat. Sejak 2007, Indonesia telah
menggunakan gagasan PAGT baik di lembaga Pendidikan (Fasyankes)

3|Page
maupun fasilitas kesehatannya Hasil kerja dan kepatuhan terhadap standar
prosedur pelayanan gizi digunakan untuk mengukur kualitas layanan asuhan
gizi. Menurut Institute of Medicine (IOM), kualitas layanan adalah sejauh
mana layanan kesehatan individu dan komunitas berkontribusi pada
pencapaian hasil kesehatan yang ditargetkan.
1. Sejarah perkembangan PAGT
Berbeda dengan metode asuhan gizi sebelumnya yang terdiri dari
Assessment, Perencanaan Diet, Implementasi, Monitoring dan Evaluasi
gizi, diyakini masih ada “missing link” untuk peningkatan mutu dan
keberhasilan asuhan. Pada tahun 2002, American Dietetic Association
(sekarang dikenal sebagai Academy of Nutrition and Dietetics / AND)
mulai mengidentifikasi kebutuhan akan metode pemberian asuhan nutrisi
yang terstandarisasi untuk meningkatkan kualitas dan keberhasilan
asuhan. Kelompok kerja Model Perawatan Nutrisi (Nutrition care Model
workgroup) kemudian dibentuk oleh Komite Manajemen Mutu American
Dietetic Association (ADA). Tugas yang diberikan kepada kelompok kerja
ini adalah untuk menciptakan proses dan model asuhan gizi, yang
menjelaskan prosedur metodis yang digunakan oleh praktisi gizi untuk
memberikan asuhan kepada pasien atau klien. Proses asuhan gizi (NCP)
dimaksudkan untuk meningkatkan konsistensi, kualitas, dan
prediktabilitas asuhan nutrisi untuk pasien dan klien. NCP adalah proses
standar untuk memberikan asuhan gizi, bukan standar asuhan gizi untuk
setiap pasien atau klien.
2. Skrining gizi
Langkah pertama dalam mengidentifikasi pasien yang mungkin
berisiko malnutrisi adalah skrining nutrisi. Setelah pasien ini
diidentifikasi, kondisi mereka dapat dinilai untuk menetapkan terapi
nutrisi yang paling efektif. Profesional medis, seperti ahli diet, sering
melakukan metode pemeriksaan nutrisi yang cepat dan mudah. Karena
kemungkinan perubahan kondisi klinis pasien dan masalah gizi,
pemeriksaan gizi mungkin perlu dilakukan secara teratur.Mengevaluasi
kembali keadaan pasien yang teridentifikasi yang telah menerima
perawatan sangat penting.
3. Assesment Gizi
Assessment gizi merupakan bagian penting dari pengelolaan
daanpengobatan kebutuhan gizi pasien dan klien. Untuk
mengidentifikasi gangguan gizi, penyebabnya, dan gejala/tandanya,
penilaian gizi adalah cara sistematis untuk mendata, memverifikasi, dan
menafsirkan data pasien dan Riwayat keluarga atau kelompok yang
bersangkutan. Setelah pasien atau klien teridentifikasi berisiko
malnutrisi, dilakukan kegiatan evaluasi gizi (hasil proses skrining gizi).

4|Page
4. Diagnosa Gizi
Istilah "diagnosis Gizi" mengacu pada proses diagnosis dan perawatan
masalah nutrisi tertentu, yang merupakan satu-satunya domain dari
profesi dietetika. Berbeda dengan diagnose medis adalah diagnosa gizi.
Diagnosis gizi adalah proses mengidentifikasi dan menamai masalah
gizi yang ada atau yang mungkin berkembang di masa depan. Karena
menentukan intervensi yang akan disampaikan nantinya, tahapan ini
menjadi krusial.
5. Intervensi Gizi
Istilah "intervensi gizi" mengacu pada serangkaian tindakan yang
dibuat khusus untuk mengatasi masalah gizi. Pada langkah ini,
diagnosis gizi diprioritaskan, dan intervensi yang sesuai dipilih,
direncanakan, dan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan gizi
pasien dan klien. Kapan pun memungkinkan, semua intervensi nutrisi
didasarkan pada konsep logis, rasional, dan ilmiah serta bukti dari
penelitian. Berbagai pihak terlibat dalam proses intervensi gizi, antara
lain ahli gizi, pasien/klien, dan professional kesehatan lainnya sesuai
kebutuhan sesuai dengan program, undang-undang, dan prosedur yang
berlaku.
B. Rumusan masalah

1. Apa itu konsep pelayanan prima dalam praktek kegizian


2. Apa itu etika dan peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi di
Masyarakat
3. Apa itu etika dan peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi
individu/klinis
4. Apa etika peran ahli gizi sebagai pelaksana penyelenggaraan makanan
dan produksi makanan

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep pelayanan prima dalam


praktek kegizian
2. Untuk mengetahui dan memahami etika dan peran ahli gizi sebagai
pelaksana asuhan gizi di Masyarakat
3. Untuk mengetahui dan memahami etika dan peran ahli gizi sebagai
pelaksana asuhan gizi individu/klinis
4. Untuk mengetahui dan memahami etika peran ahli gizi sebagai
pelaksana penyelenggaraan makanan dan produksi makanan

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep pelayanan prima dalam praktek kegizian

pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah sakit dan unit


kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
memenuhi standar pelayanan yang optimal dan paripurna. Kesehatan dan gizi
merupakan faktor penting yang tidak dapat terpisahkan, karena merupakan hal
yang langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia suatu
negara. Hal tersebut digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia
harapan hidup dan tingkat pendidikan.Tenaga sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dan berdayasaing yang hebat hanya dapat dicapai oleh
kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya- upaya untuk
perbaikan gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam keluarga dan
pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus
mengalami perawatan di suatu pelayanan kesehatan sebagai contoh pelayanan
kesehatan dirumah sakit.
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian yang sangat vital dari
sistem pelayanan paripurna terhadap pasien di rumah sakit. yang disebut
pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada
pasien untuk mencapai kondisi yang optimal dalam memenuhi kebutuhan gizi
orang yang sakit, baik untuk keperluan metabolisme tubuhnya, peningkatan
kesehatan ataupun mengoreksi kelainan metabolisme dalam rangka
meningkatkan upaya penyembuhan pasien rawat inap dan rawat jalan.
Mengingat pentingnya hal tersebut perlu disadari dengan sepenuhnya bahwa
peranan dan fungsi dari pelayanan gizi di dalam rumah sakit sangatlah
penting, baik dalam segi pelaksanaan rujukan maupun dalam melaksanakan
intervensi gizi secara paripurna atau general terhadap pasien di dalam sebuah
rumah sakit.
Berdasarkan pedoman pelayanan gizi rumah sakit atau disingkat
PGRS, pelayanan gizi rumah sakit meliputi 4 bagian yaitu : asuhan gizi pasien
rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan,
penelitian dan pengembangan gizi. Kempat kegiatan tersebut mencerminkan
mutu pelayanan Kesehatan pada rumah sakit. Kesuksesan dari pelayanan gizi
yang dilaksanakan tesebut tidak terlepas dari berbagai faktor salah satunya
adalah faktor petugas gizi dalam memberikan pelayanan.

6|Page
Pelayanan gizi juga merupakan bagian integral dari pelayanan di
rumah sakit. Menurut informasi yang dihimpun dari Instalasi gizi, pelayanan
gizi RS sudah memenuhi standar yang diterapkan, utamanya standar KARS
(Komite Akreditasi Rumah Sakit). Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan pelayanan asuhan gizi di RS khususnya di pelayanan pasien
rawat inap masih kurang. Pada saat ini pelayanan gizi di RS hanya berupa
pelayanan katering atau pemberian makan saja kepada pasien, tanpa
memperhatikan apakah makanan yang diberikan termakan oleh pasien atau
tidak.Sebagai contoh pada saat dilakukan wawancara pendahuluan di ruang
perawatan Dahlia kelas III bangsal penyakit dalam RS, ditemukan makanan
yang disajikan dari rumah sakit banyak yang tersisa, dan banyak pasien yang
membawa makanan atau membeli makanan dari luar rumah sakit.
Di RS tenaga kesehatan misalnya dokter, perawat, apoteker, belum
membantu proses dalam mengelola pelayanan asuhan gizi. Sebagai contoh
perawat belum sepenuhnya membantu petugas gizi dalam memberikan
pelayanan asuhan gizi. Padahal prawat lebih dekat dengan pasien,
dibandingkan dengan petugas kesehatan lain. Dokterpun tidak sepenuhnya
memperhatikan hal tersebut, sehingga pelayanan gizi kepada pasien tidak
dapat optimal.
Konsep pelayanan prima dalam praktik kegizian dapat diterapkan
melalui beberapa langkah konkret, antara lain:
1. Sikap Keterbukaan : Menunjukkan sikap keterbukaan dan kesediaan untuk
memahami serta menangani kebutuhan pasien dengan penuh perhatian
2. Professionalisme : Memberikan pelayanan dengan kemampuan
profesional, teguh, dan sikap Ikhlas
3. Prosedur Kesederhanaan : Melakukan pelayanan dengan prosedur yang
mudah dan tidak berbelit-belit Beberapa aspek penting dalam penerapan
konsep pelayanan prima dalam praktik kegizian antara lain mendahulukan
kepentingan pasien, memberikan pelayanan dengan sepenuh hati,
menciptakan budaya pelayanan prima, menunjukkan sikap pelayanan
prima, serta memberikan sentuhan pribadi dalam pelayanan. Penerapan
konsep pelayanan prima dalam praktik kegizian sangat penting untuk
meningkatkan kepuasan pasien dan membangun kepercayaan terhadap
layanan kesehatan yang diberikan.
Beberapa contoh pelayanan prima yang dapat diterapkan dalam praktik
kegizian meliputi :
1. Mendahulukan Kepentingan Pasien : Memberikan prioritas pada
kebutuhan dan kenyamanan pasien dalam pelayanan Kesehatan

7|Page
2. Pelayanan dengan Sepenuh Hati : Memberikan pelayanan kesehatan
dengan penuh perhatian dan dedikasi
3. .Budaya Pelayanan Prima : Menciptakan lingkungan kerja yang
mendorong praktik pelayanan kesehatan yang unggul dan peduli
4. Sikap Pelayanan Prima : Menunjukkan sikap profesional, teguh, dan
ikhlas dalam memberikan pelayanan kesehatan
5. Sentuhan Pribadi dalam Pelayanan : Memberikan perhatian pribadi dan
empati kepada pasien untuk meningkatkan pengalaman pelayanan
kesehatan depan.

8|Page
B. Etika dan peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi di
Masyarakat

Gizi kesehatan masyarakat membahas terkait penerapan ilmu


pengetahuan dalam mengatasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi.
Tujuan utama gizi adalah untuk mempertahankan kesehatan dan
kesejahteraan, sehingga ketika berbicara tentang gizi maka hal itu tidak hanya
terkait pangan tetapi ia mencerminkan proses kompleks interaksi makanan
dan fisiologis tubuh untuk mempertahankan fungsinya yang tidak hanya
dipengaruhi faktor biologis individu tetapi juga faktor eksternal berupa aspek
ekonomi dan sosiokultural. Banyak organisasi yang telah merumuskan
definisi gizi kesehatan masyarakat.
United Kingdom Nutrition Society pada tahun 1998
mendefinisikannya sebagai penerapan gizi dan aktivitas fisik untuk
mempromosikan kesehatan yang baik, pencegahan utama penyakit terkait diet
pada tingkat kelompok, komunitas, dan populasi. World Public Health
Nutrition Association mendefinisikannya sebagai promosi dan pemeliharaan
kesehatan dan kesejahteraan populasi terkait gizi melalui upaya terorganisir
dan pilihan masyarakat yang terinformasi dengan baik. Academy of Nutrition
and Dietetics Public Health Nutrition Task Force menyebutkan bahwa gizi
kesehatan masyarakat adalah penerapan prinsip gizi dan kesehatan masyarakat
untuk meningkatkan atau memelihara kesehatan populasi dan 428 kelompok
sasaran yang optimal melalui peningkatan program, sistem, kebijakan, dan
lingkungan.
Ketiga definisi di atas memiliki kesamaan ide bahwa gizi kesehatan
masyarakat merupakan upaya penerapan gizi dan kesehatan masyarakat dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatan di tingkat populasi. Meningkatkan
kesehatan di tingkat populasi tentu melibatkan tim multidisiplin/
interdisipliner/ interprofesional yang memiliki kompetensi yang diperlukan
untuk membantu mengurangi tingkat malnutrisi dan menurunkan tingkat
penyakit kronis terkait gizi lainnya. Pemahaman Model Sosial-Ekologis
bersama dengan teori perilaku lainnya, dan determinan sosial kesehatan
menjadi aspek penting karena perilaku, lingkungan, biologi, masyarakat, dan
faktor ekonomi mempengaruhi kesehatan individu dan kesehatan masyarakat.
Penerapan gizi dalam siklus kehidupan, pengembangan, implementasi, dan
evaluasi kebijakan, epidemiologi gizi, kebijakan publik terkait gizi dan
bantuan pangan, penilaian gizi di tingkat masyarakat, dan perencanaan,

9|Page
pelaksanaan, serta evaluasi program merupakan hal penting dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat.
Beban ganda kekurangan gizi dan kelebihan gizi di negara
berkembang merupakan tantangan kesehatan masyarakat. Negara-negara
berkembang mengalami transisi epidemiologi beban ganda penyakit menular
dan tidak menular yang disertai dengan transisi demografis dan sosial
ekonomi. Negara-negara berkembang sebelumnya memiliki prevalensi
kekurangan gizi yang tinggi, tetapi era transisi ini membawa beban ganda
kekurangan gizi dan kelebihan gizi di negara-negara tersebut.
Pemeriksaan kesehatan terkait gizi pekerja adalah pemeriksaan berkala
oleh tenaga kesehatan untuk pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan
kesehatan dan gizi pekerja. Pemeriksaan kesehatan memberikan data yang
dipersonalisasi untuk setiap karyawan, mengedukasi pekerja tentang faktor
risiko gizi berdasarkan hasil pemeriksaan indeks massa tubuh, tekanan darah,
biokimia darah (glukosa darah, kolesterol, trigliserida, asam urat, hemoglobin
dst). Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan di tempat kerja adalah:
1. Antropometri (berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar
perut)
2. Biokimia (pemeriksaan darah seperti glukosa, asam urat, kolesterol,
trigliserida, dapat pula berupa pemeriksaan urin dan feses)
3. Klinis (pemeriksaan tanda klinis seperti tekanan darah)
4. Diet (pengukuran asupan makan melalui food frequency atau food recall
24 jam)
Konseling individu dapat digabungkan dengan pemeriksaan kesehatan
untuk membantu merencanakan stragegi perubahan gaya hidup dan konseling
tindak lanjut dapat mendukung karyawan untuk memantau kesehatan mereka.
Bukti menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan terkait gizi dapat
membantu pencegahan penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit
jantung. Hal ini terutama terjadi jika pemeriksaan kesehatan dilakukan
bersamaan dengan konseling. Pemeriksaan kesehatan yang digabungkan
dengan konseling mampu meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan diri
pekerja dalam mencapai target kesehatan yang telah ditetapkan.
Hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan program pemeriksaan
kesehatan di tempat kerja adalah aspek pendanaan dan kerahasiaan data para
pekerja. Pendaaan penting untuk keberlangsungan dan pengembangan
program dan kerahasiaan data para pekerja menjamin bahwa data kesehatan
dan laporan kemajuan pekerja hanya dapat diakses oleh tenaga pemeriksa dan
tidak dapat diberikan kepada pihak lain tanpa persetujuan dari pekerja
bersangkutan.

10 | P a g e
peran dan fungsi ahli gizi di masyarakat dan sistem pelayanan gizi
dalam aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta mengacu
kepada tujuan pendidikan sebagai berikut :
1. Menjelaskan secara benar dasar-dasar ilmu gizi dan kaitannya dengan
kesehatan dan pangan;
2. Mengkaji secara menyeluruh keterkaitan gizi, kesehatan, dan pangan
dalam suatu sistem;
3. Mengkaji, menilai, dan mengidentifikasi keadaan gizi individu,
kelompok, atau masyarakat;
4. Membuat perencanaan intervensi dan pelayanan gizi yang sesuai dengan
kebutuhan;
5. Melaksanakan intervensi dan pelayanan gizi sesuai dengan rencana
intervensi
6. Melaksanakan kegiatan monitoring pelaksanaan intervensi dan pelayanan
gizi
7. Melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan intervensi dan pelayanan
gizi
8. Melakukan promosi gizi dan melakukan mobilisasi sosial untuk
pencegahan dan penanganan masalah gizi
9. Memahami pentingnya kerjasama lintas sektor, lintas disiplin dan lintas
profesi dalam menangani masalah gizi
10. Melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk kegiatan advokasi
dalam menangani masalah gizi

11 | P a g e
C. Etika dan Peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi
individu/klinis

Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian yang sangat vital dari
sistem pelayanan paripurna terhadap pasien di rumah sakit. yang disebut
pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada
pasien untuk mencapai kondisi yang optimal dalam memenuhi kebutuhan gizi
orang yang sakit, baik untuk keperluan metabolisme tubuhnya, peningkatan
kesehatan ataupun mengoreksi kelainan metabolisme dalam rangka
meningkatkan upaya penyembuhan pasien rawat inap dan rawat jalan.
Mengingat pentingnya hal tersebut perlu disadari dengan sepenuhnya bahwa
peranan dan fungsi dari pelayanan gizi di dalam rumah sakit sangatlah
penting, baik dalam segi pelaksanaan rujukan maupun dalam melaksanakan
intervensi gizi secara paripurna atau general terhadap pasien di dalam sebuah
rumah sakit
pelayanan gizi rumah sakit meliputi 4 bagian yaitu : asuhan gizi pasien
rawat jalan,asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan,
penelitian dan pengembangan gizi. Kempat kegiatan tersebut mencerminkan
mutu pelayanan kesehatan pada rumah sakit. Kesuksesan dari pelayanan gizi
yang dilaksanakan tesebut tidak terlepas dari berbagai faktor salah satunya
adalah faktor petugas gizi dalam memberikan pelayanan.
Etika dan Sikap ahli gizi saat menjalankan peran yaitu rendah hati,
tidak menakut-nakuti, tetap tenang,sabar,ramah,menyesuaikan karakter
pasien. Peran ahli gizi lainnya yaitu, meningkatan kesadaran pasien terkait
memberi motivasi, dan menguatkan mental pasien. Membangun hubungan
dengan pasien dan keluarga pasien dengan pertemuan intensif. Membuat
pasien merasa puas terhadap pelayanan gizi dan memberikan klarifikasi
terhadap mitos yang beredar.
Peran yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien yaitu memberi
motivasi kepada pasien untuk patuh, berpikir positif dan mendekatkan diri
kepada Tuhan, memberi perhatian dengan menanyakan kabar, memberi

12 | P a g e
penjelasan, melakukan pendekatan persuasif, konseling, evaluasi hasil
intervensi.
Pelaksanaan peran ahli gizi kepada pasien diharapkan dapat membawa
perbaikan kesehatan, walaupun ini dapat memberikan hasil yang berbeda
antara pasien tergantung pada faktor internal dan eksternal pasien.
Upaya yang lebih besar oleh penyedia layanan kesehatan di klinik
kesehatan primer diperlukan untuk membantu lebih banyak pasien mencapai
kontrol glikemik yang baik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
pemberian konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan hal ini
memberikan hubungan yang positif dengan pasien.
Peran ahli gizi terhadap kepatuhan pelaku asuhan gizi klinik,
pengelola layanan gizi di masyarakat, berpartisipasi bersama tim kesehatan
dan tim lintas sektoral, serta pelaku praktek kegizian yang bekerja secara
profesional dengan menjadi edukator dan konselor dalam menjalankan proses
asuhan gizi terstandar, berkolaborasi, dan bersikap profesional kepada tenaga
kesehatan lain dan masyarakat, serta membangun hubungan baik dengan
pasien dan keluarga pasien. Pelaksanaan peran ahli gizi dengan maksimal dan
sikap profesional yang dapat memberikan motivasi dapat meningkatkan
kepatuhan pasien.

13 | P a g e
D. Etika peran ahli gizi dalam penyelenggraaan makanan dan produksi
makanan
Dalam penyelenggaran makanan dan produksi makanan dibutuhkan
pemahaman etika seorang ahli gizi yang dimana Etika berasal dari Bahasa
Yunani yaitu “Ethos” yang berarti watak, sifat atau tingkahlaku, kebiasaan,
atau cara berpikir. Etika mengandung tiga 3 makna yaitu
(1) Ilmu tentang baik atau buruk dan hak serta kewajiban moral
(2) asas/nilai yang berkaitan dengan akhlak
(3) nilai tentang benar salah yang dimiliki oleh golongan atau masyarakat.
Etika adalah suatu usaha tentang tata aturan sosial yang menentukan
atau membatasi tingkahlaku manusia. Etika dikenal sebagai cabang ilmu
filsafat yang terkadang disebut juga filsafat moral. Penilaian perilaku
seseorang baik ataupun buruk, suatu tindakan benar ataupun salah, disebut
moral. Penyelenggaraan makanan merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan
anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan,
pengolahan bahan makanan, pendistribusian makanan kepada konsumen
dalam rangka pencapaian status yang optimal melalui pemberian makanan
yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian
makan yang tepat.
Tujuan penyelenggaraan makanan: menyediakan makanan dalam
jumlah dan mutu yang memenuhi syarat gizi, cita rasa dan selera makan
konsumen, standar hygiene dan sanitasi makanan, serta dapat diterima oleh
konsumen guna mencapai kesehatan ooptimal.

14 | P a g e
 Penyelenggara makanan Sistem
penyelenggaraan makanan ini merupakan sebuah sistem
penyelenggaraan yang di mulai dari input (resources), proses, dan output
(goal). Adapun input dari kegiatan penyelenggaraan makanan adalah tenaga,
dan fasilitas bahan makanan, metode dan pasar/konsumen. Untuk proses
kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi penyusunan standar gizi,
penyusunan anggaran, perencanaan menu, penyusunan kebutuhan bahan
makanan, pembelian, penerimaan dan penyimpanan, pendistribusian,
persiapan, pengolahan dan distribusi makanan, pengawasan, pencatatan dan
pelaporan serta evaluasi penyelenggaraan makanan. Sedangkan output
kegiatan penyelenggaraan makanan yaitu makanan memenuhi syarat gizi, cita
rasa, standar sanitasi, aman di konsumsi, dapat diterima oleh konsumen.
Seluruh komponen tersebut harus menjadi unsur yang harus dikelola dengan
baik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Perencanaan
pelayanan gizi
melalui penyelenggaraan makanan digambarkan sebuah siklus yang terpusat
pada konsumen disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pelaksanaan
kegiatan dan implementasi dan selanjutnya dilakukan evaluasi dari semua
proses kegiatan yang pada akhirnya apakah tujuan yang direncanakan tercapai
atau tidak.
Ruang lingkup kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi
penyusunan standar makanan, perencanaan biaya, perencanaan menu,
perhitungan kebutuhan bahan makanan, perhitungan harga makanan,
pengadaan bahan makanan, pemesanan, penerimaan dan penyimpanan,
pengolahan bahan makanan, serta pendistribusian makanan.
1. Penyusunan Standar Makanan Standar makanan adalah susunan macam
dan jumlah bahan makanan (berat kotor) seorang sehari, disusun
berdasarkan kecukupan gizi dan dana yang tersedia. Tujuannnya adalah
tersedianya acuan macam dan jumlah bahan makanan seorang sehari
sebagai alat untuk merancang kebutuhan macam danjumlah makanan dan
jumlah bahan makanan dalam penyelenggaraan makanan. Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan gizi pasien adalah umur, jenis kelamin, BB, TB,
aktifitas fisik, data kesakitan yang menjadi standar dalam penyusunan
menu makanan pasien
2. Perencanaan Biaya Tersedianya usulan anggaran yang cukup untuk
pengadaan bahan makanan sesuai dengan standar kecukupan gizi yang
ditetapkan dan jumlah Hkonsumen yang dilayani. Tujuannya tersedia
Rencana anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen yang
dilayani sesuai dengan standar yang ditetapkan.

15 | P a g e
3. Perencanaan Menu Merupakan rangkaian kegiatan untuk menyusun suatu
hidangan dalam variasi yang serasi, memenuhi kecukupan gizi, sesuai
dengan selera konsumen bertujuan untuk memberi kepuasan kepada
konsumen. Kegiatan ini sangat penting dalam sistem pengelolaan
makanan. Perencanaan menu tentunya harus memperhatikan faktor-faktor
antaralain kepuasan konsumen, demografi, sosial budaya, standar mutu
gizi, angka kecukupan gizi dan lainlain.
4. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Perencanaan bahan makanan
adalah salah satu langkah penting dalam upaya pengendalian harga
makanan dan sangat membantu kelancaran terlaksananya pengadaan
bahan makanan yang baik. Perhitungan kebutuhan gizi sehari bagi
konsumen, dilakukan dengan memperhatikan jenis kelamin, umur, berat
badan dan tinggi badan dari individu/konsumen tersebut.
5. Pengadaan Bahan Makanan Kegiatan pengadaan bahan makanan
merupakan serangkaian kegiatan penyediaan macam, jumlah, penetapan
spesifikasi, perhitungan bahan makanan, pembelian bahan makanan dan
melakukan survey pasar. Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan
makanan yang ditetapkan oleh unit/instalasi sesuai dengan ukuran, bentuk,
penampilan dan kualitas bahan makanan. Tujuannya adalah memperoleh
bahan makanan yang terkait dengan produk yang benar, jumlah yang tepat
dan harga yang benar.
6. Pemesanan Bahan Makanan Adalah penyusunan permintaan bahan
makanan berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumlah
konsumen/pasien yang dilayani dan persediaan bahan makanan yang ada,
sesuai periode pemesanan yang ditetapkan. Tujuannya adalah tersedianya
daftar pesanan bahan makanan sesuai dengan standar atau spesifikasi yang
ditetapkan. Pemesanan dapat dilakukan sesuai dengan kurun waktu tertenu
misalnya harian, mingguan, bulanan
7. Penerimaan Bahan Makanan Suatu kegiatan yang meliputi memeriksa,
meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan tentang macam dan
jumah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah
ditetapkan, serta waktu penerimaannya. Tujuannya yaitu diterimanya
bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan, waktu Penyimpanan Bahan
Makanan
8. Adalah suatu tata cara menata, menyimpan,memelihara jumlah, kualitas,
dan keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang bahan makanan
kering dan dingin beku.Tujuannya yaitu memelihara dan mempertahankan
kondisi mutu bahan yang disimpan termasuk suhu ruang penyimpanan,
melindungi bahan makanan yang disimpan dari kerusakan, gangguan
lingkungan serta tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam
jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Prinsip dasar
penyimpanan bahan makanan adalah tepat tempat, tepat waktu, tepat
mutu, tepat jumlah dan tepat nilai. pesan dan spesifikasi yang ditetapkan.

16 | P a g e
9. Pengolahan Bahan Makanan Merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.
10. Pendistribusian MakananSerangkaian proses kegiatan penyampaian
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi konsumen/pasien
yang dilayani. Tujuannya adalah tersedia bahan makanan siap pakai
dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai pesanan. Tujuannya adalah
memelihara kualitas makanan, menjamin keamanan pangan untuk
dikonsumsi, penyajian makanan yang menarik dan memuaskan konsumen.

 Produksi makanan
Keamanan makanan merupakan salah satu kriteria yang harus
dipenuhi karena dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Apabila
dalam penanganan makanan tidak memperhatikan higiene dan sanitasi dengan
baik, maka dapat membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat memerlukan perhatian dan pengawasan
yang khusus.
keamanan pangan harus dijaga saat penyelenggaraan makanan. Agar
tidak adanya bakteri yang masuk dalam makanan yang merusak kesehatan
tubuh. Penyelenggaraan makanan dilakukan melalui serangkaian kegiatan
yaitu pengadaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan, dan penyajian
makanan. Penyelenggaraan di rumah sakit harus optimal dan sesuai dengan
mutu pelayanan standar kesehatan pasien.
Good Manufacturing Practices merupakan pengolahan makanan dasar
untuk mendapatkan kualitas yang konsisten dan keamanan pangan. GMP
merupakan sistem yang melakukan penanganan dalam pengolahan makanan
mulai dari pengadaan bahan mentah hingga makanan yang siap dikonsumsi.
Dalam rangka mendapatkan keamanan pangan maka harus melaksanakan
penerapan GMP dengan baik . Pencapaian GMP merupakan tanggung jawab
pemasok bahan makanan dan seluruh pekerja. Aspek GMP yang perlu
diperhatikan dalam penanganan pangan meliputi pekerja, fasilitas dan
lingkungan, peralatan, dan proses pengolahan makanan yang baik.
Instalasi Gizi Rumah Sakit perlu menerapkan prinsip GMP sebagai
salah satu jaminan keamanan pangan bagi pasien dan pencegahan terjadinya
foodborne disease. Selain itu perlu adanya pengawasan terhadap penjamah
makanan, peralatan makanan dan kualitas makanan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifi kasi penerapan GMP di Instalasi Gizi Rumah Sakit.

17 | P a g e
Dalam proses pengolahan makanan perlu di perhatikan pula hal
seperti;
1. Peralatan makanan
Peralatan digunakan saat proses pengolahan makanan. Peralatan harus
selalu dibersihkan dan disimpan ke dalam rak yang terhindar dari debu
dan kontaminasi lainnya
2. Pemeliharaan peralatan
pemeliharaan peralatan merupakan penyimpanan peralatan dan
pencegahan kontaminasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya. Dengan menyimpan peralatan dengan baik, jauh dari jangkauan
serangga dan dalam kondisi kering.
3. Penyimpanan bahan makanan
Komponen pada aspek penyimpanan makanan terdiri dari pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, penyimpanan makanan
jadi, dan pengangkutan makanan. Dalam penyimpanan bahan makanan,
bahan makanan perlu dipisah antara kering dan basah. Bahan makanan
kering disimpan di gudang yang bersih dan selalu dijaga serta terhindar
dari serangga atau hal yang menyebabkan bahan rusak. Sedangkan bahan
makanan basah disimpan di freezer yang bersih dengan suhu tertentu .
4. Penjamaah makanan Dalam etika seorang ahli gizi sebagai produksi
makanan perlu diperhatikan hal seperti :
- Kuku tidak panjang dan selalu bersih
- Tidak merokok
- Menggunakan astribut lengkap saat produksi makanan seperti,
pembungkus kepala, saputangan, masker, clemek dll.
- Tidak menggaruk area badan
- Badan selalu bersih
- mencuci tangan dengan air dan sabun yang bersih sebelum
memproduksi makanan.
- Dalam kondisi sehat.
Hak dan kewajibantenaga gizi :
a. memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan pekerjaannya
sesuai standar profesi tenaga Gizi
b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien atau
keluarganya
c. melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kompetensi
d. menerima imbalan jasa profesi
e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan

18 | P a g e
Kewajiban:
a. Ahli gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta
berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
b. Ahli gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak
mementingkan diri sendiri.
c. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut
standar profesi yang telah ditetapkan.
d. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap
jujur, tulus dan adil.
e. Ahli gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip
keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi
hendaknya obyektif tanpa membedakan individu dan dapat
menunjukkan sumber rujukan yang benar.
f. Ahli gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami
keterbatasannya sehingga dapat bekerja sama dengan pihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan.
g. Ahli gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan
masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik
dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya
h. Ahli gizi dalam bekerja sama dengan para profesional lain di bidang
kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara
pengertian yang sebaik-baiknya.

19 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pola makan pasien harus diperiksa untuk memastikan sesuai dengan


fungsi organ sebagai bagian dari pengobatan penyakit dan kondisi klinis yang
harus diperhatikan. Pada pasien rumah sakit, nutrisi berdampak pada seberapa
cepat penyakit sembuh. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) digunakan
untuk memberikan dukungan nutrisi jika temuan skrining menunjukkan
bahwa status gizi pasien berisiko menurun (NCP).
Dengan PAGT, ahli gizi akan dapat memberikan layanan perawatan gizi
yang berkualitas tinggi, aman, dan efisien, dan hasilnya dapat diprediksi
dengan lebih tepat. Tugas yang diberikan kepada kelompok kerja ini adalah
untuk menciptakan proses dan model asuhan gizi, yang menjelaskan prosedur
metodis yang digunakan oleh praktisi gizi untuk memberikan asuhan kepada
pasien atau klien. Proses asuhan gizi (NCP) dimaksudkan untuk
meningkatkan konsistensi, kualitas, dan prediktabilitas asuhan nutrisi untuk
pasien dan klien.
Dalam proses asuhan gizi standar ( PGAT ) terdapat beberapa poin
pembelajaran seperti : Konsep pelayanan prima dalam praktek kegizian, etika
dan peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi dimasyarakat, etika dan
peran ahli gizi sebagai pelaksana asuhan gizi indifidu/ primis, Etika peran ahli
gizi sebagai pelaksana penyelenggaraan makanan dan produksi makanan.

20 | P a g e
Daftar Pustaka

I. K., Purwati, S. M., Wilujeng, C. S., & Nugroho, F. A. (2022). STUDI KUALITATIF:
PERAN AHLI GIZI DALAM KEPATUHAN DIET DIABETESI. Studi Kualitatif:
Peran Ahli Gizi, 111-118.

Nurbaeti, E. B. (2020). ILMU GIZI DAN PANGAN (Teori dan Penerapan). Bandung: CV.
MEDIA SAINS INDONESIA.

Sulistiyanto, A. D., Kasmini H, O. W., & E. R. (2017). PERAN PETUGAS GIZI DALAM
MEMBERIKAN PELAYANAN ASUHAN. Unnes Journal of Public Health, 75-83.

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai