Kesehatan sampai dengan November 2017 (SOP) yang telah ditetapkan seperti
menunjukkan ada 95 kabupaten dan kota dari kolaborasi dalam pemberian antitoksin,
20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. antibiotik maupun imunisasi, mengisolasi
Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 pasien di unit perawatan intensif guna
diantaranya meninggal dunia. pencegahan difteri agar tidak menular pada
Dengan maraknya kejadian ini makan orang lain terutama pada orang yang tidak
pemerintah mengambil sikap sigap dengan mendapatkan imunisasi difteri. Selain
melakukan tindakan penanggulangan untuk berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain,
menurunkan angka kesakitan dan kematian perawat juga harus menegakkan diagnosa
pada semua kasus difteri. Berbagai upaya keperawatan sendiri dalam mengatasi
dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan permasalahan yang dialami pasien, dengan
masyarakat, seperti menjaga serta begitu sisi medis pasien terobati dan sisi
mempertahankan lingkungan yang bersih perawatan pasien juga terobati.
(Utama et al., 2012). Sari & Zain (2012)
mengatakan bahwa kebersihan lingkungan Definisi Difteri
sangat penting dan kewajiban dari setiap Difteri adalah penyakit yang
orang adalah menjaga kebersihan tersebut diakibatkan oleh serangan bakteri yang
agar tidak dikotori karena sumber dari segala bersumber dari Corynebacterium
penyakit berawal dari lingkungan yang buruk, Diphtheriae. Difteri merupakan penyakit
selain itu pemberian imunisasi akan sangat yang mengerikan dimana telah menyebabkan
membantu dalam pencegahan terjadinya ribuan kematian, dan masih mewabah di
serangan difteri pada anak. Difteri daerah-daerah dunia yang belum berkembang.
merupakan salah satu penyakit menular yang Orang yang selamat dari penyakit ini
dapat dicegah dengan imunisasi (Izza & menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan
Soenarnatalina, 2015). kerusakan permanen pada jantung dan ginjal.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT Anak-anak yang berumur satu sampai
(Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit
difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin ini (Jurnal Pediatri, 2017).
imunisasi difteri diberikan pada anak-anak Dalam Jurnal Pasarpolis (2017)
untuk meningkatkan system kekebalan tubuh Penyakit difteri didefinisikan sebagai
agar tidak terserang penyakit berbahaya ini penyakit yang menyerang saluran pernafasan
(Muryani, Machfoedz, & Hasan, 2013). terutama pada bagian laring, amandel, atau
Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tonsil, dan tenggorokan. Ketika saluran
difteri akan lebih rentan terhadap penyakit pernafasan terinfeksi oleh virus ini, membran
yang menyerang saluran pernafasan. Satu atau lapisan lengket yang berwarna abu-abu
orang penderita difteri saja bisa menularkan akan berkembang di area tenggorokan
satu keluarganya, ayah, ibu, dan saudara. sehingga menyebabkan batuk disertai sesak
Dari percikan ludah saja, difteri bisa nafas akut yang akan berujung kepada
menularkan sejumlah orang yang berada di kematian. Kemudian ada juga resiko
depannya (Faisal, 2017). langsung berupa kerusakan jantung dan
Sebagai tenaga kesehatan yang syaraf (neuro-damage). Bakteri induk Difteri
profesional perawat memiliki peran penting ini juga menghasilkan racun yang berbahaya
dalam memberikan pengetahuan akan bahaya jika menyebar ke bagian tubuh yang lain.
difteri serta membantu meningkatkan Sudoyo (2009) mendefinisikan difteri
kewaspadaan akan penularan penyakit ini sebagai suatu penyakit infeksi yang sangat
(Muryani et al., 2013). kolaborasi perawat menular yang terjadi secara lokal pada
dengan tenaga kesehatan lain juga sangat mukosa saluran pernapasan atau kulit, yang
penting, terutama dalam perawatan pasien disebabkan oleh basil gram positif
yang telah terjangkit difteri agar dapat segera Corynebacterium Diphtheriae, ditandai oleh
dirawat dengan standar operasional prosedur terbentuknya eksudat yang berbentuk
membran pada tempat infeksi, dan diikuti Klasifikasi difteri secara klinis menurut
oleh gejala-gejala umum yang ditimbulkan lokasinya (Sudoyo, 2009):
oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil. 1. Infeksi ringan, jika pseudomembrane
Ciri yang khusus pada difteri ialah hanya terdapat pada mukosa hidung
terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir dengan gejala hanya pilek dan nyeri
pada saluran nafas, serta adanya kerusakan waktu menelan.
otot jantung dan saraf. 2. Infeksi sedang, jika pseudomembrane
Dari beberapa definisi di atas dapat telah menyerang sampai faring dan
diartikan bahwa difteri adalah penyakit laring sehingga keadaan pasien terlihat
infeksi menular berbahaya pada saluran lesu dan agak sesak.
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri 3. Infeksi berat, jika terjadi sumbatan nafas
Corynebacterium Diphtheriae. yang berat dan adanya gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh eksotoksin seperti
Etiologi miokarditis, paralisis, dan nefritis.
Penyebab penyakit difteri adalah jenis
bakteri yang diberi nama Cornyebacterium Patofisiologi
Diphteriae. Bakteri ini bersifat polimorf, Kuman masuk melalui mukosa/kulit,
tidak bergerak dan tidak membentuk spora, melekat serta berbiak pada permukaan
aerobik dan dapat memproduksi eksotoksin mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai
(Sudoyo, 2009). Uji schick merupakan memproduksi toksin yang merembes ke
pemeriksaan untuk mengetahui apakah sekeliling serta selanjutnya menyebar ke
seseorang telah memiliki antitoksin seluruh tubuh melalui pembuluh limfe dan
(Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, & darah. Setelah melalui masa inkubasi selama
Setiowulan, 2007). 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau
Terdapat tiga jenis basil, yaitu bentuk toksin yang mengakibatkan timbulnya panas
gravis, mitis, dan intermedius. Basil dapat dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut
membentuk (Mansjoer et al., 2007) : dengan terbentuknya selaput putih di
1. Pseudomembrane yang sulit diangkat, tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas,
mudah berdarah, dan berwarna putih kerusakan jantung dan saraf. Difteri ini akan
keabu-abuan yang meliputi daerah yang berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe,
terkena; terdiri dari fibrin, leukosit, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain
jaringan nekrotik, dan basil adalah kerusakan otot jantung dan ginjal
2. Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat (Sudoyo, 2009).
meracuni jaringan setelah beberapa jam
diabsorbsi dan memberikan gambaran
perubahan jaringan yang khas terutama
pada otot jantung, ginjal, dan jaringan
saraf. Minimum Lethal Dose (MLD)
toksin ini adalah 0,02 ml.
Patoflow
Meproduksi toksin
Berkembang biak pada permukaan
mukosa saluran nafas bagian atas
Toksin
umur dua bulan sebanyak tiga kali saluran nafas atas dan mengalami pilek
dengan selang satu bulan. dengan sekret bercampur darah
3. Pencarian dan pengobatan pasien. 5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dilakukan dengan uji schick. Bila hasil Adanya keluarga yang mengalami difteri
negatif, dilakukan apusan tenggorokan. 6. Pola Fungsi Kesehatan
Jika ditemukan bakteri Cornyebacterium a. Pola nutrisi dan metabolisme
Diphteriae maka harus diobati. Jumlah asupan nutrisi kurang
4. Biasakan hidup bersih dan selalu disebabkan oleh anoreksia
menjaga kebersihan lingkungan b. Pola aktivitas
(Kartono, 2007). Klien mengalami gangguan aktivitas
karena malaise dan demam
Prognosis lebih buruk pada pasien
dengan usia yang lebih muda, perjalanan c. Pola istirahat dan tidur
penyakit yang lama, letak lesi yang dalam, Klien mengalami sesak nafas
gizi kurang, dan pemberian antitoksin yang sehingga mengganggu istirahat dan
terlambat. tidur
d. Pola eliminasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Klien mengalami penurunan jumlah
PASIEN ANAK DENGAN DIFTERI urin dan feses karena jumlah asupan
nutrisi kurang disebabkan oleh
Pengkajian anoreksia
1. Biodata 7. Pemeriksaan Fisik
Umur : Biasanya terjadi pada a. Tanda-tanda Vital
anak-anak umur 2-10 Nadi : meningkat
tahun dan jarang Tekanan darah : menurun
ditemukan pada bayi Respirasi rate : meningkat
berumur dibawah 6 Suhu : ≤ 38°C
bulan dari pada orang b. Inspeksi :
dewasa diatas 15 tahun Lidah kotor, anoreksia, ditemukan
Suku bangsa : Dapat terjadi diseluruh pseudomembran
dunia terutama di c. Auskultasi :
negara-negara miskin Napas cepat dan dangkal
Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada 8. Pemeriksaan Penunjang
penduduk di tempat- a. Pemeriksaan terhadap apus
tempat pemukiman tenggorokan dan uji schick di
yang rapat-rapat, laboratorium.
higien dan sanitasi b. Untuk melihat kelainan jantung, bisa
jelek dan fasilitas dilakukan pemeriksaan EKG.
kesehatan yang kurang 9. Penatalaksanaan
2. Keluhan Utama Penderita diisolasi sampai biakan negatif
Klien marasakan demam yang tidak 3 kali berturut-turut setelah masa akut
terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, terlampaui. Kontak penderita diisolasi
anoreksia, lemah sampai tindakan-tindakan berikut
3. Riwayat Kesehatan Sekarang terlaksana :
Klien mengalami demam yang tidak a. Biakan hidung dan tenggorok
terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, b. Sebaiknya dilakukan tes schick (tes
anoreksia kerentanan terhadap diphtheria)
4. Riwayat Kesehatan Dahulu c. Diikuti gejala klinis setiap hari
Klien mengalami peradangan kronis sampai masa tunas terlewati.
pada tonsil, sinus, faring, laring, dan
2 00029 Penurunan curah jantung 0414 Status Jantung Paru 2000 Manajemen Elektrolit
b.d edema kongesti, perubahan Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
tekanan darah, perubahan Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Monitor menifestasi ketidakseimbangan
kontraktilitas jantung Skala Indikator : elektrolit
041401 Tekanan darah sistol Pertahankan kepatenan akses IV
1 2 3 4 5 NA Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan
041402 Tekanan darah diastol Pertahankan pencatatan asupan dan huluaran
1 2 3 4 5 NA yang akurat
041403 Denyut nadi Pertahankan pemberian cairan intravenous
perifer 12 3 4 5 berisi elektrolit dengan laju yang lambat
NA
041404 Denyut nadi apikal 4130 Monitor Cairan
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
041405 Irama Jantung Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
1 2 3 4 5 NA serta kebiasaan eliminasi
041406 Tingkat pernapasan Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin
1 2 3 4 5 NA menyebabkan ketidakseimbangan cairan
041407 Irama pernapasan Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan
1 2 3 4 5 NA sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering,
041412 Saturasi oksigen mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan
1 2 3 4 5 NA kedua tangan dan lepaskan (jika kulit turun
kembali dengan cepat apabila terhidrasi dengan
baik)
Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan
respon haus
Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin
Cek grafik asupan dan pengeluaran berkala
3 00103 Gangguan menelan b.d 1010 Status Menelan 1050 Pemberian Makan
abnormalitas jalan napas atas, Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
laring, orofaring, gangguan Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Identifikasi diet yang disarankan
neuromaskular Skala Indikator : Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
101001 Mempertahankan makanan di mulut selama makan
1 2 3 4 5 NA Identifikasi adanya refleks menelan, jika
101003 Produksi ludah diperlukan
1 2 3 4 5 NA Catat asupan dengan tepat
101004 Kemampuan mengunyah Dorong orangtua/keluarga untuk menyuapi
1 2 3 4 5 NA pasien
101009 Durasi makan dengan respek pada
jumlah yang dikonsumsi 2380 Manajemen Obat
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
101010 Reflek menelan sesuai dengan Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
waktunya 1 2 3 4 5 NA sesuai
101016 Penerimaan makanan Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
1 2 3 4 5 NA Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
101011 Perubahan kualitas suara
Monitor efek samping obat
1 2 3 4 5 NA
Ajarkan pasien dan/atau anggota keluarga
101017 Tidak nyaman dengan
mengenai metode pemberian obat yang sesuai
menelan 1 2 3 4 5
NA
1100 Manaejemen Nutrisi
Aktivitas-aktivitas :
Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
Monitor kalori dan asupan makanan
Berikan arahan bila diperlukan
4 00026 Kelebihan volume cairan 0601 Keseimbangan Cairan 4200 Terapi Intravena
b.d gangguan mekanisme regulasi Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Verifikasi perintah untuk terapi IV
Skala Indikator : Intruksikan pasien tentang prosedur
060101 Tekanan darah Jaga teknik aseptik dengan ketat
1 2 3 4 5 NA Berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan,
060122 Denyut nadi radial dan monitor untuk hasilnya
1 2 3 4 5 NA Monitor kecepatan aliran intravena dan area
060102 Tekanan arteri rata-rata intravena selama pemberian infus
1 2 3 4 5 NA Monitor tanda-tanda vital
060103 Tekanan vena sentral Monitor tanda dan gejala plebitis dan infeksi
1 2 3 4 5 NA lokal
060107 Keseimbangan intake dan output dalam Dokumentasikan terapi yang diberikan, sesuai
24 jam prosedur di institusi
1 2 3 4 5 NA
060109 Berat baadan stabil 1260 Manaejemen Berat Badan
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
060116 Turgor kulit
Hitung berat badan pasien
1 2 3 4 5 NA
Hitung persentase lemak ideal pasien
060117 Kelembaban membran mukosa
1 2 3 4 5 NA Bantu pasien membuat perencanaan makanan
060118 serum elektrolit yang seimbang dan konsisten dengan jumlah
1 2 3 4 5 NA energi yang dibutuhkan setiap harinya
060115 Kehausan
1 2 3 4 5 NA 4130 Monitor Cairan
060123 Kram otot Aktivitas-aktivitas :
1 2 3 4 5 NA Cek grafik asupan dan pengeluaran berkala
5 00176 Inkontinensia urine aliran 0502 Kontinensia Urin 0610 Perawatan Inkontinensia Urin
berlebih b.d hiperkontraksilitas Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
detrusor Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Identifikasi faktor apa saja penyebab
Skala Indikator : inkontinensia pada pasien
050201 Mengenali keinginan untuk berkemih Jaga privasi pasien saat berkemih
1 2 3 4 5 NA Jelaskan penyebab terjadinya inkontinensia dan
050202 Menjaga pola berkemih yang rasionalisasi setiap tindakan yang dilakukan
teratur 1 2 3 4 5 NA Monitor eliminasi urin, meliputi frekuensi,
050203 Respon berkemih sudah tepat waktu konsistensi, bau, volume dan warna urin
1 2 3 4 5 NA Diskusikan bersama pasien mengenai prosedur
050204 Berkemih pada tempat yang tindakan target yang diharapkan
tepat 1 2 3 4 5 NA Bantu untuk meningkatkan atau
050209 Mengosongkan kantong kemih mempertahankan harapan pasien
sepenuhnya Sediakan popok kain yang nyaman dan
1 2 3 4 5 NA melidungi
050215 Mengkonsumsi cairan dalam jumlah Bersihkan kulit sekitar area genitalia secara
yang cukup teratur
1 2 3 4 5 NA Berikan umpan balik jika inkontinensia
050207 Urin merembes ketika membaik
berkemih 1 2 3 4 5 NA
Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur
050214 Infeksi saluran kemih
Berikan obat-obatan diuretik sesuai jadwal
1 2 3 4 5 NA
minimal untuk mempengaruhi irama sirkandian
tubuh
Intruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat
pola dan jumlah urin output
Batasi makanan yang mengiritasi kandung
kemih
6 00146 Ansietas b.d pajanan pada 1211 Tingkat Kecemasan 5820 Pengurang Kecemasan
toksin, ancaman pada status terkini, Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
krisis situasi Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Indikator : meyakinkan
121105 Perasaan gelisah Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang
1 2 3 4 5 NA akan dirasakan yang mugkin akan dialami klien
121101 Tidak dapat beristirahat selama prosedur dilakukan
1 2 3 4 5 NA Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif
121122 Gangguan tidur klien
1 2 3 4 5 NA Dorong Keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
2008 Status Kenyamanan Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal
Skala Target Outcomes : kecemasan
Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Berikan objek yang menunjukkan perasaan
Indikator : aman
200806 Dukungan sosial dari keluarga Dengarkan klien
1 2 3 4 5 NA
200808 Hubungan Sosial 5380 Peningkatan Keamanan
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
200812 Mampu mengkomunikasikan kebutuhan Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
1 2 3 4 5 NA Fasilitasi orang tua agar dapat menginap
bersama anak yang dirawat di rumah sakit
Dengarkan ketakutan keluarga pasien
Diskusikan situasi khusus atau individu yang
mengancam pasien atau keluarga
Bantu pasien/keluarga mengidentifikasi faktor
apa yang meningkatkan rasa keamanan
7 00004 Resiko infeksi b.d proses 0702 Status Imunitas 6530 Manajemen Imunisasi/Vaksinisasi
penyakit Skala Target Outcomes : Aktivitas-aktivitas :
Dipertahankan pada ….. Ditingkatkan ke ….. Ajarkan pada orang tua imunisasi yang
Skala Indikator : direkomendasikan bagi anak, cara
070207 Suhu tubuh imunisasinya, alasan dan kegunaan dari
1 2 3 4 5 NA imunisasi, efek samping dari reaksi yang
070211 Imunisasi saat ini mungkin terjadi
1 2 3 4 5 NA Ajarkan pada individu/keluarga mengenai
070221 Skrining untuk infeksi saat vaksinasi yang diperlukan jika ada paparan atau
ini 1 2 3 4 5 NA insiden khusus
070212 Titer antibodi Sediakan informasi mengenai vaksin yang
1 2 3 4 5 NA disampaikan oleh pusat pencegahan dan kontrol
070213 Reaksi uji kulit terhadap penyakit
paparan 1 2 3 4 5 NA Sediakan dan perbarui catatan terkait tanggal
070214 Jumlah sel darah putih absolut dan tipe imunisasi
1 2 3 4 5 NA Jadwalkan imunisasi sesuai tenggang waktu
070215 Jumlah sel darah putih diferensial yang ada
1 2 3 4 5 NA
070201 Infeksi berulang 5602 Pengajaran : Proses Penyakit
1 2 3 4 5 NA Aktivitas-aktivitas :
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga
terkait dengan proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana
hubungannya dengan anatomi dan fisiologi,
sesuai kebutuhan
Review pengetahuan pasien mengenai
kondisinya
Hindari memberikan harapan yang kosong
Pediatri, Jurnal. (2017). Gejala dan Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu
Penanganan Difteri. Diambil 5 Januari Penyakit Dalam Jilid 2 (5 ed.). Internal
2018, dari https://jurnalpediatri.com/ Publishing.
2017/12/09/gejala-dan-penanganan-
difteri/ Utama, F., Chatarina, & Martini, S. (2012).
Determinan Kejadian Difteri Klinis
Rusmil, K., Chairulfatah, A., Fadlyana, E., & Pasca Sub Pin Difteri Tahun Di
Dhamayanti, M. (2011). Wabah Difteri Kabupaten Bangkalan. Jurnal Berkala
di Kecamatan Cikalong Wetan, Epidemiologi, 2(1), 71–82. Diambil dari
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, http://journal.unair.ac.id/download-
Indonesia. Sari Pediatri, 12(6), 397–403. fullpapers-jbe0aa2479ea6full.pdf
Sari, P. M., & Zain, I. M. (2012). Pengaruh
Kondisi Sanitasi Rumah, Status
Imunisasi, dan Pengetahuan Ibu
Terhadap Kejadian Difteri pada Bayi di
Kota Surabaya.