Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG ISOLASI DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUBURAYA

DOSEN PEMBIMBING : CAU KIM JIU, Ph. D

DISUSUN OLEH :

Ema Fatturrakhmah SRP 22319010


Shafarudin SRP 22319092
Wulan Isma Utami SRP 22319063
Febria Anggarini SRP 22319031
Jalimah SRP 22319079
Silvia Angelia SRP22319076

INSTITUTE TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH


KALIMANTAN BARAT PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULAR B
TAHUN AJARAN 2023

1
PERSETUJUAN SEMINAR HASIL
PERUBAHAN BERENCANA

HASIL PERUBAHAN BERENCANA DI RUANG ISOLASI


RSUD KABUPATEN KUBU RAYA

Diajukan untuk memnuhi salah satu syarat tugas profesi stase keperawatan manajemen untuk
menempuh NERS Sekolah ITEKES Muhammadiyah Kalimantan Barat

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Mahasiswa Profesi Ners di Ruang Isolasi


Tanggal 06 Februari– 18 Februari 2023

Kepala Ruangan Pembimbing Akademik

Cau Kim Jiu, Ph. D

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb. Banyak nikmat yang Allah berikan, tetap sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahma, taufik, serta hidayah-NYA yang tiada terkira besarnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan laporan dengan judul “LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN
KEPERAWATAN DI RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN KUBURAYA”.
Dalam penyusunannya, kami mempeoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
iu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah
memerikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal smoga semua ini bisa menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Kami sadar, masih banyak kekurangan dalam penyelesaian laporan ini maka dari itu
kami mohon maaf atas kekurangannya dan dimohon kritik serta saran yang sifatnya
membagun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga apa yang diharapkan dari laporan ini
dapat dicapai dengan sempurna. Amiin.

Pontianak. Kubu Raya


2023

Penulis

3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................6
B. Tujuan...........................................................................................................7
C. Waktu............................................................................................................7
D. Peserta...........................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................9
TINJAUAN TEORI...............................................................................................9
BAB III..................................................................................................................32
HASIL PENGKAJIAN........................................................................................32
A. Gambaran Umum RS Bhayangkara Anton Soejarwo.................................32
B. Analisa Swot...............................................................................................47
E. Planning Of Action.....................................................................................53
BAB IV..................................................................................................................60
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI.................................................................60
A. Implementasi...............................................................................................60
B. Analisa dan Pembahasan.............................................................................60
BAB V....................................................................................................................61
PENUTUPAN.......................................................................................................61
A. Kesimpulan.................................................................................................61
B. Saran............................................................................................................61
C. Kesan...........................................................................................................62

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya
mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang optimal. Dengan
memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik perlu diterapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang
memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, 1986).
Sejalan dengan yang dikemukan Nursalam, 2002 bahwa manajemen keperawatan
merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi
dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual
yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan
berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu
mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi terhadao proses.
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen dengan melibatkan semua
anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan rumah sakit.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai salah

5
satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan
asuhan keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien
maupun keluarganya (Depkes, 1987). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan
pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Rumah Sakit umum daerah Kubu Raya Terakreditasi Madya KARS sebagai salah
satu penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain
dibidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat, maka rumah sakit perlu didukung adanya
organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu
pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai
melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan keterampilan manajerial
yang handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan
praktik.
Mahasiswa Program Studi Tinggi Ilmu Keperawatan ITEKES Muhammadiyah
Kalimantan Barat dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan
manajerialnya di Ruang Isolasi yang berlangsung selama 12 hari yaitu pada tanggal 06
Februari 2023 - 18 Februari 2023 dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun dari
pembimbing pendidikan yang intensif. Adanya praktik manajemen ini diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan
dengan pendekatan proses manajemen.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 12 hari di Ruang
Isolasi RSUD Kubu Raya, mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan
baik pengelolaan sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan
dalam hal manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana maupun kegiatan
keperawatan dalam tatanan klinik. Kemampuan managemen diantaranya meliputi :

6
a. Melakukan peran kepemimpinan sebagai kepala ruang dan ketua tim dalam satu
unit.
b. Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan strategi untuk
mempengaruhi individu atau kelompok untuk melakukan perubahan yang positif
dan pencapaian tujuan
c. Mampu melakukan praktik manajemen keperawatan operasional misalnya,
melakukan peran tentang pre conference, post conference, delegasi, operan jaga,
ronde keperawatan, problem solving dan discharge planning.
d. Mampu berkomunikasi efektif saat melakukan asuhan keperawatan
e. Mampu menghitung angka indikator mutu pelayanan (Bed Occupancy Rate /
BOR, Average Length of Stay / ALOS, Turn Over Interval / TOI, infeksi
nosocomial, kejadian cidera)
f. Menjalin kerjasama yang baik dalam tim.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model manajemen
keperawatan yang diaplikasikan diruang isolasi RSUD Kubu Raya
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan model
manajemen keperawatan diruang isolasi RSUD Kubu Raya
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dan menyusun rencana strategi (PoA)
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan
keperawatan professional diruang isolasi RSUD Kubu Raya
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah –
masalah yang ada diruang Isolasi yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen
keperawatan
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim Kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien
d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat

7
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data di Ruang isolasi RSUD Kubu Raya, dalam rangka
identifikasi masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan,
inventaris ruangan dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, managemen ruangan, prosedur tetap
ruangan dan inventaris ruangan.
E. Waktu dan Tempat Praktek
Praktik stase managemen keperawatan ini dilaksanakan di ruang isolasi RSUD
Kubu Raya selama 12 hari yaitu pada tanggal 06 Februari 2023– 18 Februari 2023.

F. Peserta
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Tinggi Ilmu Keperawatan ITEKES
Muhammadiyah Kalimantan Barat yang sedang menjalani tahap profesi manajemen
periode 06 Februari 2023– 18 Februari 2023 di Ruang isolasi RSUD Kubu Raya

8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Manajemen
Rumah sakit merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan rawat darurat (Permenkes No 147 tahun 2010). Rumah sakit adalah suatu
instansi dengan peran utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Rumah
sakit bagian dari tatanan yang memberikan jasa pelayanan kesehatan wajib mengadakan
berbagai jenis pelayanan kesehatan yang berkualitas, lembaga pelayanan kesehatan yang
elusif (Kompleks), padat (Karya pakar modal) (AHA (American Hospital Asosiation) ;
Purwanto, & Pradiptha, 2020).
Manajemen keperawatan menggambarkan serangkaian penerapan pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh praktisi keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan, rasa aman kepada pasien/keluarga serta masyarakat. Pengaruh yang
berintegrasi dari sumber keperawatan dengan mengaplikasikan prosedur manajemen
dalam mencapai target obyektifitas asuahan keperawatan dan pelayanan keperawatan
merupakan suatu langkah manajemen dalam keperawatan. Agar mampu mengaplikasikan
manajemen keperawatan diruang rawat inap dibutuhkan kepala ruangan yang memenuhi
standart. Seorang manajer diahrapkan mampu mengelola pelayanan keperawatan diruang
rawat inap dengan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan (Purwanto, &
Pradiptha, 2020).
Manajemen didefinisikan sebagai tindakan menanganan atau mengendalikan sesu
atu dengan sukses atau penanganan keterampilan atau penggunaan sesuatu sebagai sumber
daya. Kedua definisi tersebut menyiratkan bahwa manajemen adalah poses memimpin dan
mengarahkan semua atau sebagian organisasi, seringkali bisnis, melalui penyebaran dan m
anipulasi sumber daya ( Sihombing et al, 2021).
Manajemen berawal dari kata “To manage” yang mempunyai arti mengatur, men
gurus, atau mengelola. Sehingga secara substantive makna manajemen mengandung unsu
r-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan. Manajemen berhubungan dengan proses peren
canaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang didalamnya terdapat upa
ya anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebu
t ( Athoillah, 2017; Pramana, dkk, 2021).

9
Manajemen dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang terdiri dari konse
p, prinsip, fungsi, dan proses. Pengetahuan yang digunakan untuk mencapai tujuan organis
asi dengan pemanfaatan sumber daya yang efektif dan segala usaha manusia yang terkoord
inasi. Akhirnya, istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai: manajemen adalah proses per
encanaan, pengorganisasian, penempatan staf, pengarahan, dan pengendalian dari upaya m
anusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.(Rudani, 2020).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan r
asa aman kepada pasien/ keluarga serta masyarakat (Triwibowo, 2013)
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka manejemen keperawatan adalah
suatu proses manajemen yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan yang dilakukan
dengan merencanakan, mengorganisasikan danmenggunakan sumber daya manusia secara
efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu
pelayanan keperawatan mempunyai tujuan yaitu dapat meningkatkan dan
mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit, meningkatkan penerimaan masyarakat
akan pelayanan keperawatan, mendidik perawat agar profesional dan bertanggung jawab,
dapat meningkatkan hubungan dengan pasien atau keluarganya dan masyarakat,
meningkatkan kegiatan umum untuk menciptakan kepuasan pasien, mampu meningkatkan
komunikasi antar staf serta mampu meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf.

B. Unsur Dasar Manajemen


Ada 6 unsur-unsur manajemen yang sangat sekali yaitu (6M) adalah man, money,
materials, machines, methods, dan market. Berikut unsur-unsur manajemen. (Amaliya, D.
2017)
1. Manusia (Man)
Manusia atau man adalah unsur manajemen yang pertama, manusia atau setiap
individu memegang peran penting pada suatu manajemen disetiap bidangnya., baik itu
industri maupun ekonomi. Segala sesuatu yang terkait pada perencanaan dan
pelaksanaan produksi sangat bergantung sekali pada manusia atau setiap individunya.
2. Uang (Money)
Pada proses di dalam manajemen, uang sangat dibutuhkan sekal, dalam menjalankan
aktivitas perusahaan, maka diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang sebagai modal
utama perusahaan. Pemgelolaan unag yang terbaik sangat berpengaryh sekali pada
suskses atau tidaknya manajemen.

10
3. Bahan (Material)
Bahan atau material sebagai unsur manajemen selanjutnya. Pengontrolan bahan atau
material yang ada sangat dibutuhkan pada proses manajemen. Individu usaha harus
dapat memanfaatkan bahan-bahan material yang ada untuk sebaik mungkin
memakainya.
4. Mesin (Machines)
Teknologi sebagai bagian penting pada proses manajemen perusahaan, seperti yang
dapat dilihat mesin dan alat. Mesin diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan
produktivitas yang lebih dibandingkan menggunakan tenaga manusia saja.
5. Metode (Methods)
Pada saat melakukan proses manajemen, diperlukan langkah-langkah tertentu yang
disebut sebagai metode. Metode yang baik dan tepat pasti menjadi sebuah unsur
manajemen yang sangat penting agar pada setiap langkahnya berjalan efektif dan
efisien.
6. Pasar (Market)
Pasar tidak dapat dilupakan dan memiliki keterkaitan pada manajemen perusahaan
dan industri. Tujuan pada perusahaan jelas harus mengikuti perkembangan pasar yang
sudah ada pada masyarakat, sehingga pasar dapat dikategorikan sebagai unsur
manajemen.

C. Prinsip Manajemen
Prinsip dalam ilmu manajemen menurut Henry Fayol 2013 :
1. Pembagian Kerja (Division of Work)
Prinsip manajemen yang pertama adalah division of work atau pembagian kerja.
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga
pelaksanaan kerja berjalan efektif. Artinya penempatan karyawan harus disesuaikan
dengan keahlian yang dimiliki, bukan berdasarkan faktor emosional atau faktor non-
teknis lainnya.
2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Selanjutnya ada prinsip authority and responsibility atau wewenang dan
tanggung jawab. Prinsip ini menjelaskan bahwa tiap karyawan harus memiliki
wewenang dan tanggung jawab yang seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat

11
memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dan seimbang dengan wewenang yang
dimilikinya.

3. Disiplin (Dicipline)
Disiplin juga menjadi salah satu prinsip manajemen. Sikap disiplin merupakan
perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Sikap disiplin ini sangat penting untuk ditanamkan bagi tiap karyawan agar
manajemen perusahaan bisa berjalan dengan baik dan benar.
4. Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Unity of command atau kesatuan perintah menerangkan bahwa dalam
melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan kesatuan perintah dalam
perusahaan. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai
dengan wewenang yang diperolehnya dalam struktur perusahaan.
5. Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
Unity of direction atau kesatuan pengarahan berhubugan dengan prinsip
pembagian kerja dan kesatuan perintah. Seorang karyawan harus diarahkan menuju
sasarannya sesuai wewenang yang diberikan. Hal ini karena bisa saja karyawan
memiliki dua perintah yang berlawanan, sehingga harus ada kesatuan pengarahan
yang jelas dalam perusahaan.
6. Mengesampingkan Kepentingan Individu (Subordination of Individual Interest)
Prinsip ini bertujuan untuk mengesampingkan kepentingan individu dan
mendahulukan kepentingan organisasi. Tiap karyawan harus berkomitmen
mengabdikan diri pada perusahaan, sehingga rela untuk mementingkan kepentingan
perusahaan dibanding kepentingan pribadi jika keduanya saling berbenturan.
7. Penggajian (Remuneration)
Selanjutnya juga ada prinsip penggajian pegawai atau remuneration. Pada prinsip
ini menjelaskan bahwa tiap karyawan berhak mendapat gaji atau upah sesuai dengan
pekerjaannya. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan
kedisiplinan dan antusiasme kerja dari para karyawan untuk membuat prestasi yang
lebih besar.
8. Pemusatan (Centralization)
Prinsip manajemen berikutnya adalah centralization atau pemusatan. Adanya
pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu
kegiatan. Pemusatan juga bertujuan untuk menghindari wewenang yang berlawanan
12
satu sama lain, sehingga wewenang dan tanggung jawab menjadi terpusat.
9. Hierarki (Scalar Chain)
Hierarki atau scalar chain dimaksudkan pada rantai hierarki dari atas menuju ke
bawah. Hierarki dalam perusahaan ditentukan berdasarkan wewenang terbesar sampai
yang terkecil. Adanya hierarki membuat tiap karyawan tahu kepada siapa ia
bertanggungjawab dan kepada siapa ia mendapatkan perintah.
10. Ketertiban (Order)
Prinsip ketertiban atau order bertujuan agar tiap karyawan menjalankan
pekerjaannya dengan tertib dan sistematis. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip
disiplin. Dua sikap ini harus dimliki oleh tiap karyawan agar terwujud ekosistem
pekerjaan yang tepat, lancar, dan tenang demi kemajuan perusahaan.
11. Keadilan dan Kejujuran (Equity)
Prinsip equity diartikan sebagai keadilan dan kejujuran atau kesetaraan. Prinsip
ini sangat penting karena berkaitan dengan moral karyawan. Karyawan harus bersikap
jujur dalam memberi laporan dan melaksanakan pekerjaan. Sebaliknya manajer juga
harus adil pada bawahannya. Kesetaraan harus diwujudkan dalam ruang lingkup
pekerjaan.
12. Stabilitas Kondisi Karyawan (Stability of Tenure of Personnel)
Stabilitas kondisi karyawan berkaitan dengan kondisi fisik dan mental dari tiap
sumber daya manusia yang terlibat. Manusia merupakan makhluk yang rentan dan
rapuh, serta bisa mendapat guncangan saat bekerja, baik fisik maupun mental. Untuk
kondisi karyawan harus diperhatikan apakah dalam kondisi baik atau tidak.
13. Prakarsa (Initiative)
Berikutnya ada prinsip prakarsa atau initiative. Dalam prinsip ini, karyawan
didorong untuk mengembangkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif sesuai dengan
inisiatif masing-masing. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu
yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
14. Kesatuan dan Semangat (Esprit de Corps)
Prinsip manajemen yang terakhir adalah esprit de corps atau kesatuan dan
semangat. Tiap karyawan dan staff lainnya harus memiliki rasa kesatuan dalam
semangat perjuangan yang sama. Sikap saling memiliki ini tentu akan mendorong
relasi baik antar individu dan berdampak positif bagi kemajuan perusahaan ke
depannya.

13
D. Fungsi Dasar Manajemen
Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang melekat dalam proses-pro
ses manajerial. Fungsi manajemen selalu dijadikan acuan bagi seorang manajemen dalam
melaksanakan aktivitas organisasi ( Muhfizar et al, 2021).
Secara umum, fungsi dari manajemen dapat dikatakan sebagai serangkaian
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manajemen di dalam hal untuk mencapai
tujuannya. fungsi dari manajemen juga dikenal dengan Istilah POAC menurut Muhfizar e
t al, 2021 yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kegiatan awal yang dilakukan dalam proses manajerial. Peren
canaan sebagai suatu proses penentuan tujuan organisasi yang menyajikan strategi-
strategi beserta taktik dan operasi yang jelas dan diperlukan untuk mencapai tujuan
organisasi secara keseluruhan (Suandy, 2016 ; Muhfizar, 2021).
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai tindakan pengaturan sumber daya manu
sia dan sumber daya lainnya, agar secara efektif dan efisien dapat mengeksekusikan p
erencanaan yang sudah ditetapkan dalam rencana. Pengorganisasian ini memiliki fung
si pembagian tugas secara menyeluruh berdasarkan struktur organisasi.
3. Pengarahan (Actuacting)
Pengarahan adalah suatu tindakan eksekusi terhadap rencana yang telah dituangk
an dalam bentuk plan (dokumen). Eksekusi ini dilakukan setelah fungsi pengorganisas
ian dipersiapkan dengan matang. Kualitas ketercapaian dari tujuan yang tertuang dala
m plan, sangat tergantung pada intensitas tindakan dari pengarahan ini.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah fungsi manajemen yang berperan melakukan koreksi selama
proses manajerial berlangsung, mulai dari planning, organizing hingga actuating. Den
gan adanya pengawasan ini maka kekeliruan dalam fungsi manajemen dapat dihindari
Disamping peran koreksi pengawasan ini juga melakukan evaluasi terhadap kinerja p
egawai dan untuk kerja atau hasil kerjanya. Fungsi pengawasan ini dapat berjalan efek
tif dan efisien,jika tindakan dibawah ini dilaksanakan routing, scheduling dan dispatc
hing.

14
E. Proses Manajemen
Proses manajemen terdiri dari POLC (Planning, Organizing, Leading, Controlling).
Dalam hal ini ada dua ide penting dalam definisi:
1. Empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian
2. Pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien. Empat tahap
dalam proses manajemen, yakni:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan definisi mengenai organisasi di masa depan dan
cara mencapai tujuannya. Perencanaan berarti penentuan sasaran sebagai pedoman
kinerja organisasi di masa depan, ditambah dengan penetapan tugas serta alokasi
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi. Ketiadaan
rencana atau perencanaan yang buruk dapat menjatuhkan kinerja organisasi.
Dalam proses manajemen, rencana jangka panjang untuk kelangsungan organisasi
(usaha) sangat diperlukan. Perkembangan organisasi sangat bergantung salah
satunya oleh perencanaan yang baik dan tepat sasaran untuk organisasi, tanpa
perencanaan, kelangsungan organisasi kedepannya tidak terjamin.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian biasanya mengikuti perencanaan dan mencerminkan
organisasi yang mencoba untuk menyelesaikan rencana itu. Pengorganisasian
melibatkan penetapan dan pengelompokan tugas ke departemen, dan alokasi
berbagai sumber daya ke berbagai departemen. Melalui pengorganisasian
diharapkan organisasi bersifat lebih sistematik dan tim lebih mempunyai tanggung
jawab. Hal itu berguna untuk manajemen pribadi menempati posisi yang
seharusnya.
c. Kepemimpinan
Dalam organisasi memberikan kepemimpinan menjadi fungsi manajemen
yang semakin penting. Kepemimpinan (leading) adalah penggunaan pengaruh
untuk memotivasi karyawan agar mencapai sasaran organisasi. Memimpin berarti
menciptakan budaya dan nilai bersama, mengkomunikasikan sasaran kepada
karyawan, dan memberikan inspirasi agar karyawan berprestasi. Memimpin
termasuk memotivasi seluruh departemen, divisi, dan juga orang yang bekerja
langsung dengan manajer. Kompetisi internasional, dan keragaman yang
meningkat dalam tenaga kerja, kemampuan untuk membentuk budaya,

15
mengkomunikasikan sasaran, dan memotivasi karyawan merupakan hal penting
bagi kesuksesan bisnis. Selain itu, anjuran untuk setiap karyawan memiliki
tanggung jawab kepimpinan, memecahkan masalah, dan membantu memotivasi
orang lain akan membuat para karyawan merasa dihargai. Kepemimpinan yang
buruk akan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sebuah organisasi.

d. Pengendalian
Pengendalian adalah fungsi keempat dalam proses manajemen dan yang
terakhir dalam proses manajemen. Pengendalian (controlling) artinya memantau
aktivitas karyawan, menjaga organisasi agar tetap berjalan ke arah pencapaian
sasaran, dan membuat koreksi bila diperlukan. Para manajer juga harus
memastikan bahwa organisasi yang mereka atur bergerak menuju tujuannya.
Pelimpahan wewenang dan kepercayaan terhadap karyawan telah membuat
banyak perusahaan lebih menekankan pada pelatihan karyawan untuk memantau
dan mengoreksi diri sendiri. Terutama para karyawan pada lini depan dilatih
dengan menanamkan nilai inti dan standar kinerja yang diharapkan. Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk memberikan kebebasan yang besar tanpa harus
membahayakan standar perusahaan yang tinggi. Namun, para manajer harus
menyadari bahwa keberhasilan dalam sebuah perusahaan atau situasi mungkin
tidak sama terhadap yang lainnya.

F. Level Manajemen
Manajer dapat diartikan sebagai salah satu profesi dari suatu perusahaan yang
bertugas menjalankan fungsi dari manajemen dengan cara mengawasi dan
mengkoordinasikan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya, sehingga dapat
mewujudkan tujuan yang diharapkan. Berikut ini beberapa tingkatan atau jenjang dari
seorang manajer, yaitu diantaranya adalah:
1. First-line, ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari kategori manajemen
didalam tingkatan ini, seorang manajer diberikan tugas untuk mengelola suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja lainnya di luar tingkatan manajerial.
2. Middle-line, ini merupakan tingkatan yang berada ditengah-tengah dan bertugas
untuk mengelola pekerjaan dari first-line manajer dan akan mempertanggung jawab
kannya kepada seorang top manajer.

16
3. TOP Manajer, ini merupakan tingkatan yang paling tinggi di dalam suatu organisasi
yang memiliki tanggung jawab di dalam pengambilan keputusan terhadap organisasi
yang ia jalankan serta bertugas untuk menyusun rencana dan tujuan yang akan dicapai
oleh suatu perusahaan.

G. Perencanaan Dalam Manajemen Keperawatan


Dalam Hidaya dkk (2020) Perencanaan diawali dengan perumusan tujuan organisasi
yang dijelaskan dalam visi, misi, filosofi dan tujuan sebagai arah kebijakan organisasi.
Sebagai perawat tentu penting untuk memahami tujuan organisasi supaya dapat bersinergi
dalam mencapai cita-cita atau harapan organisasi.
1. Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan penting sebagai arah kebijakan organisasi untuk menentukan apa
yang harus dilakukan dan cara untuk mencapainya. Oleh karena itu perumusan tujuan
sesuatu hal yang mutlak dan harus ada dalam organisasi pelayanan keperawatan.
Dalam perumusan tujuan harus memenuhi syarat antara lain :
a. Tujuan harus dapat menjelaskan arah
b. Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
c. Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitati
d. Teradapat batasan waktu untuk pencapaian target
e. Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi
f. Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai
g. Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi (Gillies, 1994; Hidaya, 2020).
Contoh Rumusan tujuan :
Meningkatkan kualifikasi SDM (perawat) yang handal dan kompeten dalam
perawatan pada pasien isolasi melalui pendidikan dan pelatihan.

H. Rencana Kerja Dalam Manajemen Keperawatan


Dalam perencanaan di ruang perawatan biasanya yang digunakan adalah
perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. Menurut
waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam: 1) perencanaan reaktif yaitu
perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang dihadapi saat ini. 2)
perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi
terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi, sedangkan
menurut proses penyusunan perencanaan diklasifikasikan menjadi: pendekatan

17
perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treat). (Hardiansyah, 2014).
1. Pendekatan perkembangan yang menguntungkan PGA yaitu perencanaan yang
dilakukan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan .
2. Pendekatan SWOT adalah rencana yang disusun dengan proses perencanaan, dimulai
dengan menganalisa faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan dan
kelemahan, selanjutnya menganalisa faktor eksternal yang berhubungan dengan
peluang dan tekanan/ ancaman.

I. Model Praktik Keperawatan Profesional


Dalam Pranata et al (2021) berikut adalah beberapa model penugasan dalam praktik keper
awatan:
1. Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan fungsional dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang
dunia ke II. Pelaksanaan model asuhan keperawatan tersebut berorientasi pada
tugas di mana maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi
keperawatan saja.
Misalnya perawat A bertugas untuk perawatan luka, perawat B bertugas untuk
pemberian obat-obatan dan perawat C bertugas untuk pemeriksaan TTV pasien.
dalam model ini dijelaskan bahwa tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk perawatan pasien. Prioritas utama yang dilaksanakan adalah pada
kebutuhan-kebutuhan fisik dan kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan
holistik pasien (Suni, 2018).
Setiadi (2016) menjelaskan bahwa pada model asuhan keperawatan fungsional,
seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
bertanggung jawab dengan tugas manajerial dan perawat pelaksana fokus pada
tindakan keperawatan. Model fungsional ini dilaksanakan berdasarkan kriteria
efisiensi, di mana pelaksanaan tugas berdasarkan tingkat kemampuan masing-
masing perawat.
Kepala ruangan selaku manajer keperawatan mengidentifikasi kesulitan tindakan
terlebih dahulu, kemudian akan ditentukan perawat yang akan bertugas
mengerjakan tindakan tersebut.

18
Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan fungsional juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Nursalam (2016) dan Setiadi (2016) menguraikan
kelebihan dan kekurangan model asuhan keperawatan primer sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman
d. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
e. Mudah memperoleh kepuasan kerja perawat setelah selesai kerja.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan keperawatan terpisah pisah, schingga tidak mampu mencrapkan
proses keperawatan.
c. Fokus perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
d. Tanggung jawab dan tanggung gugat perawat tidak begitu diperhatikan.
2. Metode Keperawatan Tim
Model keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950-an. Saat itu, metode
ini dikembangkan guna mengurangi masalah sistem asuhan pasien yang timbul
akibat penggunaan model fungsional. Model ini menekankan bahwa perawat

19
bekerja sama memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien di
bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2010).
Douglas (1992) dalam Sitorus & Panjaitan (2011) mengungkapkan bahwa
metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, dengan seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya
kooperation kolaboratif.
Model tim dipimpin oleh perawat profesional yang memiliki pengalaman
kerja dan pengetahuan yang luas dalam bidang keperawatan. Model asuhan tim
terdiri dari ketua tim dan anggota tim (perawat pelaksana). Ruang perawatan
bangsal umumnya menerapkan model tim dengan jumlah dua atau tiga tim, namun
hal ini disesuaikan lagi dengan rasio perawat yang ada di ruang rawat tersebut.
Pelaksanaan model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota um
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi. Sedangkan perawat yang berperan sebagai ketua um bertanggung jawab
untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada dalam timnya
dan merencanakan perawatan pasien.
Dalam melaksanakan tugasnya, ketua tim juga mengkaji anggota tim,
memberi arahan perawatan untuk pasien, melakukan pendidikan keschatan serta
mengkoordinasikan aktivitas pasien (Setiadi, 2016)

Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan kasus juga memiliki


kelebihan dan kekurangan. Marquis & Huston (2010) dan Suni (2018)

20
menguraikan kelebihan dan kekurangan model asuhan keperawatan primer
sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Memungkinkan anggota tim untuk melakukan keahlian atau keterampilan
yang mereka miliki.
b. Asuhan keperawatan komprehensif dapat diberikan kepada pasien, melalui
komunikasi tim yang luas, meskipun jumlah petugas bantuan relatif banyak.
c. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif.
d. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
e. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
f. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
g. Memungkinkan peningkatan kemampuan anggota tim dalam hubungan
interpersonal.
h. Memungkinkan peningkatan kemampuan anggota tim yang berbedabeda
secara efektif.
i. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim.
j. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
k. Memberikan motivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama bertugas.
Kelemahan:
a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk melakukan koordinasi dan
supervisi sebagai anggota tim, serta harus memiliki keterampilan yang tinggi.
b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya
tidak diimplementasikan dengan total.
c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu.
d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu.
e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.
f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan fungsional karena membutuhkan
tenaga yang memiliki keterampilan tinggi.
3. Keperawatan Primer
Gillies (1996) menjelaskan bahwa model ini merupakan metode yang
dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menerapkan beberapa konsep dan
21
perawatan total pasien. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat (Nursalam, 2016).
Penerapan model ini diterapkan di mana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan total secara langsung kepada pasien. Pada saat perawat primer sedang
tidak bertugas, tugas perawatan didelegasikan kepada perawat asosiet dalam
mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah ditetapkan olch perawat
primer
Setiap perawat primer biasanya bertanggung jawab kepada 4-6 orang pasien,
bertanggung jawab terhadap asuhan - keperawatan pasien. serta
menginformasikan keadaan pasien kepada kepala mangan, dokter dan stat
keperawatan. Salah satu peran penting perawat primer dalam metode ini adalah
membangun komunikasi yang efektit di antara pasien, dokter, perawat pelaksana
dan anggota tim keschatan lain (Setiadi. 2016- Sun, 2018)

22
Dalam pelaksanaannya, model asuhan keperawatan primer juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Suni (2018) menguraikan kelebihan dan kekurangan
model asuhan keperawatan primer sebagai berikut.
Kelebihan:
a. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
b. Memberikan peningkatan otonomi pada pihak perawat, sehingga dapat
meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
c. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.
d. Asuhan keperawatan berfokus pada pasien.
e. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
f. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien; metode ini mendukung
pelayanan profesional.
g. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan,
tetapi harus memiliki kualitas tinggi.
Kelemahan:
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akuntabilitas dan kemampuan untuk mengkaji, serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk pasien.
c. Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh
d. Perlu tenaga cukup banyak dan kemampuan dasar yang sama:
e. Biaya relatif tinggi dibandingkan dengan metode penugasan yang lain

4. Metode Keperawatan Kasus


Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawan terhadap klien te
rtentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu klien dengan pemberian
perawatan konstan untuk periode tertentu. Klien dirawat oleh perawat yang berbed
a untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa klien akan dirawat oleh perawat
yang sama pada hari berikutnya. Penangung jawab dalam model ini yaitu perawat
manajer. Pada model ini perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seoran
g klien secara menyeluruh sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhada
p klien dengan baik, sehingga klien merasa puas dan merasakan lebih aman karen
a mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini sel
23
uruh tenaga keperawatan dituntut mempunyai kualitas professional dan membutuh
kan jumlah tenaga keperawatan yang banyak.
Tujuan dari manajemen kasus adalah menetapkan pencapaian tujuan asuhan keper
awatan yang diharapkan sesuai dengan standar, memfasilitasi ketergantungan klie
n sesingkat mungkin, menggunakan sumber daya seefisien mungkin, memfasilitas
i secara berkesinambunganasuhan keperawatan melalui kolaborasi dengan tim kes
ehatan lainnya, pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja, memfasilitasi
alih ilmu ( Nursalam, 2015; Manalu, et al, 2021).

Kelebihan:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
c. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
d. Memotivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama bertugas.
e. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kelemahan:
a. Perawat penanggung jawab belum dapat diidentifikasi.
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak schingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.

J. Supervisi Dalam Keperawatan


Supervisi merupakan fungsi manajemen pada tahap pengendalian yang dilakukan un
tuk mengarahkan perawat agar bekerja secara efektif, efisien dan menurunkan potensi ma
salah dalam pekerjaan. Supervisi merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengeval
uasi dan mempertahankan upaya penjaminan mutu SDM keperawatan. Supervisi ini juga

24
memainkan peran motivasi, membimbing dan mendukung dalam pengelolaan aset manusi
a, material dan organisasi dari proses kerja keperawatan ( Chaves et al, 2017 ; Yuliana, dk
k, 2021).
Supervisi dalam keperawatan merupakan suatu proses untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran diri dan keterampilan profesional perawat dalam melaksanakan
praktik keperawatan pada pasien sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan aman bagi masyarakat. Supervisi mencakup dimensi perilaku,
pengetahuan dan kemampuan psikomotor perawat juga membangun kesadaran diri
perawat tentang perannya. Supervisi bukan untuk mencari kesalahan seseorang tetapi
untuk meningkatkan kompetensi perawat agar tujuan organisasi tercapai.

K. Komponen Model supervisi Klinis


1. Administrasi atau manajerial
Kadushin menggunakan supervisi administrasi untuk seleksi dan orientasi
pegawai, pengkajian kasus, pengawasan, evaluasi pegawai. Sedangkan proctor
menggunakan istilah normative atau manajerial untuk promotive dalam organisasi.
2. Pendidikan atau formatif
Pendidikan menurut kadishin merupakan aktivitas untuk mengembangkan
kemampuan profesional perawat yang di supervise dengan mengajarkan pengetahuan,
keterampilan dan pengembangan kesadaran diri, sedangkan menurut proctor,
pendidikan dalam sepervise untuk mengembangkan keterampilan praktek perawat.
3. Dukungan atau restorative
Kadushin menggunkan supervisi dukungan untuk membantu pegawai menyelesaikan
pekerjaannya yang berhubungan dengan stress, menormalkan hubungan pegawai,
pemberian penguatan dan melakukan diskusi untuk pengambilan keputusan yang
sulit, komponen ketiga menurut proctor adalah restorasi yang mempunyai pengertian
pemberian dukungan untuk membantu praktisi perawat untuk memanajemen stress
emosional dalam melaksanakan praktek keperawatan.

L. Model Supervise
Metode pelaksanaan supervise klinis menurut center of sdition and mental health,
2008 antara lain:
1. Demonstrasi

25
Supervisior mengadakan pertemuan dengan perawat yang di supervisi dan
mendiskusikan tentang keterampilan yang harus dipelajari lagi oleh staf perawat.
Supervisior bersama perawat yang disupervisi melakukan wawancara bersama-sama
kepasien. Supervisior memberikan kesempatan pada perawat yang disupervise untuk
membandingkan hasil wawancara supervisior.
2. Ko-terapi/ refleksi
Supervisior berada dalam ruangan dengan klien, sedangkan perawat yang di supervise
diluar ruangan mengamati dari luar.
3. Bermain peran
Supervisior dan perawat yang di supervise mengadakan roleplay. Perawat yang
disupervise berperan sebagai pasien sedangkan supervisior sebagai perawat. Dengan
melakukan bermain peran maka perawat yang disupervise akan mendapat gambaran
yang jelas tentang cara melakukan supervise pada klien.
4. Audio atau video
Supervisior menggunakan alat bantu tape atau video untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang suatu keterampilan tertentu. Sedangkan perawat yang disupervise
mengamati atau mendengarkan dengan seksama. Kemudian mendiskusikan dengan
supervisior.

M. Timbang Terima
Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover
dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang
dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang
definisi dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pelayanan, klasifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga
meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutkan
perawatan.

a. Prosedur dalam timbang terima


1. Persiapan
2. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab.

26
b. Faktor-faktor dalam timbang terima
1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan
3. Kemampuan menginterpretasi medical record
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien
5. Pemahaman tentang prosedur klinik

N. Manajemen Konflik
Interaksi yang terjadi dalam ruang perawatan mempunyai kemungkinan terjadinya
konflik. Konfflik dapat terjadi antara individu dan individu, individu dengan kelompok,
atau juga kelompok dengan kelompok. Abidin (2015), menyatakan kegiatan-kegiatan
yang ada di fungsi pengarahan , yaitu delegasi, supervisi, motivasi, manajemen konflik
serta komunikasi dan kolaborasi.
1. Delegasi
Pendelegasian kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain yang bertujuan agar
aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk delegasi
diruang perawatan antara lain kepala ruang mendelegasikan tugas kepada ketua
tim/perawat primer atau penanggung jawab shift. Sedangkan, ketua tim/perawat
primer mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana agar kegiatan pendelegasian
dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, harus dilakukan komunikasi
dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan antara person yang memberikan
delegasi dan person yang diberikan delegasi. Kesumanjaya (2010), menyatakan
beberapa teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi dengan efektif
yaitu tetapkan tujuan, tegaskan tanggung jawab dan wewenang, berikan motivasi
kepada bawahan, manajer dapat memberikan dorongan bawahan melalui perhatian
pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif, meminta penyelesaian kerja, berikan
latihan, adakan pengawasan yang memadai.
2. Supervisi
Asmuji (2014), menyatakan supervisi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan
untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan
untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Supervisi keperawatan, fokus utamanya bukan pada kegiatan pemeriksaan
yang mencari-cari kesalahan, melainkan pada kegiatan supervisi ini lebih mengarah

27
pada pengawasan partisipatif. Kegiatan supervisi keperawatan memungkinkan
terjadinya pemberian penghargaan, diskusi dan juga bimbingan yang bertujuan untuk
mencari jalan keluar jika terjadi kesulitan dalam tindakan keperawatan.
3. Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi merupakan konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang
merangsang perilaku tertentu dan respons intrinsik yang menampakkan perilaku
manusia. Motivasi merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Motivasi sebagai proses yang ikut
menentukan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran.
Motivasi suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Disimpulkan
motivasi suatu dorongan proses psikologis yang menimbulkan perilaku tertentu dan
ikut menentukan intensitas, arah, ketekunan dan ketahanan pada perilaku tersebut
sesuai tujuan yang ditetapkan.
4. Manajemen konflik
Konflik merupakan proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak
lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif.
Konflik merupakan masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat
perbedaan pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dua orang atau lebih. Konflik
merupakan segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak
atau lebih. Disimpulkan konflik merupakan proses yang bermula ketika interaksi
pihak satu dengan yang lain memunculkan masalah internal maupun eksternal sebagai
akibat perbedaan pendapat, nilai - nilai atau keyakinan-keyakinan.
5. Komunikasi dalam kolaborasi
Marwansyah (2010), menyatakan komunikasi merupakan pertukaran pesan antar
manusia dengan tujuan pemahaman yang sama. Asmuji (2014), menyatakan
komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau mengarahkan
bawahan. Amin (2008), menyatakan komunikasi merupakan hubungan kontak antar
manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia
sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Suprapto (2011),
menyatakan komunikasi suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama
manusia. Disimpulkan komunikasi merupakan kegiatan interaksi yang dilakukan dari
28
satu orang ke orang lain untuk menciptakan persamaan makna dan mencapai satu
tujuan yang sama. (Gitosudarmo & Mulyono 1997 dalam Hatta, 2008), menyatakan
kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama yang
selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan.
O. Penjamin Mutu Asuhan Keperawatan
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan
efektif sesuai standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh
sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian
dalam pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal. Persepsi tentang mutu suatu organisasi pelayanan sangat
berbeda-beda karena sangat bersifat subjektif, disamping itu selera dan harapan pengguna
pelayanan kesehatan selalu berubah-ubah.
Menurut Azwar (2006) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien.
Makin sempurna kepuasan tersebut makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.

P. Praktik Keperawatan Berbasis Bukti EBP


Evidence based practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti terbaik yang
jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat
individu pasien. Dalam penerapan EBP harus memenuhi tiga kriteria yaitu berdasar bukti
empiris, sesuai keinginan pasien, dan adanya keahlian dari praktisi.
Model EBP
1. Model Stetler
Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun
1994 dan revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan
EBP nursing.
a. Tahap persiapan
b. Tahap validasi
c. Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan
d. Tahap translasi atau aplikasi
e. Tahap evaluasi
2. Model IOWA

29
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa
knowlage focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas
organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah
minsintesis bukti-bukti yang ada. Apabila bukti yang kuat sudah diperoleh, maka
segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus di evaluasi.
Implikasi EBP bagi perawat
Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan praktik berbasis
fakta. Mereka harus terus menerus mengajukan pertanyaan, “ apa fakta untuk
intervensi ini?” atau “ bagaimana kita memberikan praktek terbaik?” dan “ apakah ini
hasil terbaik yang dicapai untuk pasien, keluarga dan perawat?” perawat juga posisi
yang baik dengan anggota tim kesehatan lain untuk mengidentifikasi masalah klinis
dan menggunakan bukti yang ada untuk meningkatkan praktek. Banyak kesempatan
yang ada bagi perawat untuk mempertanyakan praktik keperawatan saat itu dan
penggunaan buktik untuk melakukan perawatan lebih epektif.
Pentingnya EBP
Mengapa EBP penting untuk praktik keperawatan:
1. Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik kepada pasien
2. Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan
3. Menjadikan standar praktek saat ini dan relevan
4. Meningkatkan kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan
5. Mendukung kebijakan dan prosedur saat ini dan termasuk menjadi penelitian
terbaru
6. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas perawatan pada pasien.
Hambatan untuk menggunakan EBP
Hambatan dari perawat untuk menggunakan penelitian dalam praktek sehari-hari telah
dikutif dalam berbagai penelitian diantaranya (Cliffort & Murray, 2001) antara lain:
1. Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
2. Kesulitan alam mengubah praktek
3. Kurangnya dukungan administratif
4. Kurangnya mentor berpengetahuan
5. Kurangannya waktu untuk melakukan penelitian
6. Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
30
7. Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
8. Laporan penelitian/ artikel tidak tersedia
9. Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
10. Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
11. Kompleksitas laporan penelitian
12. Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel

31
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
Analisis situasional fungsi manajemen dikaji oleh mahasiswa Profesi Ners ITEKES
Muhammadiyah Kalimantan Barat untuk mencapai kompetensi praktek manajemen
keperawatan. Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di ruangan Isolasi
RSUD Kubu Raya yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan
pekerjaan di ruangan isolasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.
A. Gambaran Umum RSUD Kubu Raya
Analisis situasional fungsi manajemen dikaji oleh mahasiswa Profesi Ners ITEKES
Muhammadiyah Kalimantan Barat untuk mencapai kompetensi praktek manajemen
keperawatan. Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen diruangan
isolasi RSUD Kubu Raya yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang
melaksanakan pekerjaan diruangan isolasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi
intervensi.
1. Sejarah dan profil rumah sakit umum daerah Kubu Raya
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan publik di bidang kesehatan dan
lembaga pemerintah yang menjalankan fungsi kesehatan yakni memberikan sarana
dasar, upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang, dimana dalam
penyelenggaraan harus memperhatikan fungsi sosial. Sebagai fungsi sosial di bidang
kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kubu Raya selanjutnya disingkat
RSUD Kabupaten Kubu Raya, merupakan pelayanan publik yang senantiasa
melakukan pemasaran atas peran, fungsi dan manajemen Rumah Sakit. Oleh karena
itu RSUD Kabupaten Kubu Raya terus berbenah diri untuk mengembangkan kualitas
Manajemen Rumah Sakit, melaksanakan tugas dan fungsi rumah sakit secara
profesional.
a. Gambaran Singkat RSUD Kabupaten Kubu Raya
Rumah Sakit Umum Daerah kubu Raya mulai didirikan dengan peletakan bat
pertama pada tanggal 6 Juli 2018, dan diresmikan pada tanggal 5 Januari 2021.
Berdasarkan Peraturan Bupati Kubu Raya Nomor 109 Tahun 2019 Tentang Tata
Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kubu Raya, dibentuk Rumah Sakit

32
Umum Daerah Kabupaten Kubu Raya kelas D. Dan Berdasarkan Keputusan Bupati
Kubu Raya Nomor 20 / Dinkes / 2021, RSUD Kabupaten Kubu Raya sudah
ditetapkan sebagai RSUD dengan status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Kabupaten Kubu Raya.
b. Gambaran Umum
Wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kubu Raya melingkupi
seluruh kecamatan di Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 kecamatan. Beralamat di
Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya, dan
berdiri diatas tanah seluas 6.400 m2, sesuai dengan izin operasional pada tanggal 3
Januari 2020. Posisi RSUD yang terletak di pesisir wilayah Kecamatan Rasau Jaya,
menjadi tempat strategis bagi masyarakat di wilayah perairan seperti Kecamatan
Kubu, Kecamatan Terentang, dan Kecamatan Batu Ampar, sebagai Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) di Kabupaten Kubu Raya. Adapun
batas administratif wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kubu
Raya adalah sebagai berikut :\
Batas Utara : Kecamatan Sungai Raya
Batas Timur : Kecamatan Kubu dan Teluk Pakedai
Batas Selatan : Kecamatan Sungai Raya
Batas Barat : Kecamatan Sungai Kakap
Dasar hukum keberadaan rumah sakit didasarkan pada:
1. Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Praktik Kedokteran
4. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang
Perizinan RumahSakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 129/MENKES/SK/XII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
c. Visi, Misi dan Motto Rumah sakit RSUD Kubu Raya

33
Secara khusus ruangan isolasi RSUD Kubu Raya belum memiliki visi dan misi
secara khusus namun masih mengikuti visi dan misi ruangan rawat inap umum.
Visi RSUD Kubu Raya adalah “Terwujudnya Rumah Sakit Pilihan Masyarakat
dengan memberikan Pelayanan maksimal dan berkualitas”.
Misi RSUD Kubu Raya adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan Pelayanan Rumah Sakit yang berorientasi pada kepuasan


pelanggan dan keselamatan pasien.
2. Mewujudkan pemenuhan standar pelayanan Rumah Sakit sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang bermutu, profesional dan
berintegritas tinggi dengan dukungan sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai.
4. Mewujudkan pelayanan administrasi, akuntanbilitas kinerja dan keuangan
yang bermutu
B. Hasil Pengkajian Ruangan isolasi
1. Data Umum Ruangan
Diruangan isolasi merupakan ruangan yang dibuat untuk pasien yang mengalami
penyakit infeksius yang teridiri dari 3 tenpat tidur dan saat ini terisi 2 tempat tidur
dan masih 1 tempat tidur yag kosong, ruangan isolasi masih bergabung dengan
ruangan rawat inap secara umum sehingga kemungkinan resiko pasien menularkan
masing cukup tinggi.
a. Tenaga dan Pasien (M1 - MAN)
Pengkajian system manajemen dirungan isolasi RSUD Kubu Raya dilakukan
dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 06-09 Februari 2023 melalui metode:
observasi dilakukan oleh kelompok manajemen pada shif pagi, yaitu observasi
situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan saran dan
prasarana, system kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
a. Ketenagaan
Gambaran hasil analisa situasi pada ruangan isolasi RSUD Kubu Raya sebagai
berikut:

34
1) Struktur organisasi ruang Iolasi RSUD Kubu Raya

Kepala Ruangan
Wahono, S. Kep., Ners DPJP Penyakit Dalam
dr Irham Purnomo, Sp. PD

Perawat pelaksana
DPJP Bedah Umum
1. Abd Rahman, S. Kep., Ners dr Racmat Wiardi, Sp. B
2. Adriana Evi, S. Kep., Ners
3. Desi Sulastri, S. Kep, Ners
DPJP THT, KL
4. Devi dwi L, A.Md., Kep
dr Wellanda Andeyeza, Sp/ T.H.T-
5. Asbe’ah, S. Kep Ners KL
6. Eva Fitria Assagaf. Kep,
Ners DPJP Penyakit Kulit dan Kelamin
dr Irvin Aldikha, Sp. KK
7. Yusinta Anggaraini S. Kep,
Ners
8. Sri Wahyuni, S. Kep, Ners
\
9. Rizki ridlo Sambodo, Amd.
Kep
10. Rudiansyah, S.Tr. Kep
11. M Amirudin, A.md., kep
12. Rizki Saputri R, A.Md., Kep

2) Tenaga keperawatan di Ruang Isolasi RSUD Kubu Raya


No Pendidikan Jumlah
1 Ners 8
2 D3 4
3 D4 1
TOTAL 13

3) Jumlah tenaga Non keperawatan di Ruang Isolasi RSUD Kubu Raya


No Kualifikasi

35
1 Cleaning Service
2 Administrasi

4) Tenaga Medis

No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter umum
2 Dokter Spesialis kulit 1
3 Dokter spesialis bedah umum 1
4 Dokter penyakit dalam 1
5 Dokter spesialis THT 1

5) Tenaga Mahasuswa/Siswa Praktek


No Kualifikasi Jumlah
Profesi Ners Reg B ITEKES Muhammadiyah
1 6
Kalimantan Barat

6) Pengelolaan Staf
Dalam hal ini tenaga yang bertugas di ruangan isolasi masih tergabung dengan tenaga
yang bertugas di ruangan perawatan biasa.
Kebutuhan tenaga di ruang Isolasi RSUD Kubu Raya dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a) Metode Depkes
Kebutuhan tenaga perawat di ruang isolasi RSUD Kubu Raya berdasarkan
rumus DepKes, 2005 adalah sebagai berikut:
-BOR (Bed Occupacy Rate) ruangan
- Jumlah tempat tidur
- Rata-rata jam perawatan
- Jam kerja perawat / hari
Kebutuhan Tenaga Perawat Menurut DepKes
DepKes = ( BOR x jumlah TT) x Rata-rata jam perawatan
Jam kerja perawat per hari
BOR (Bed Occupacy Rate)

36
Penilaian BOR ini dilaksanakan pada seminggu terakhir dan dilihat dari
jumlah bed yang terpakai terbanyak yaitu tanggal 6 dan 7 februari 202 dan
menggunakan % .

Jumlah hari perawatan x100%


Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu
Jumlah hari perawatan : Jumlah pasien yang dirawat selama 2 hari
Senin, 6 februari 2023 : 2 pasien
Selasa, 7 februari 2023 : 2 pasien
Rabu, 8 februari 2023 : 2 pasien
Kamis,9 februari 2023 : 2 pasien

Total hari rawat selama 3 bulan : 4 pasien


Jumlah hari persatuan waktu : hari
1037 x 100%
15 TT x 90 hari
BOR = 76%
Ideal perhitungan BOR antara 60 % - 85 % (Depkes, 2005).
Jumlah tempat tidur
Jumlah tempat tidur di ruang isolasi adalah ada 9 tempat tidur
Rata-rata jam perawatan
Rata- rata jam perawatan perhari untuk pasien isolasi adalah 4 jam
Jam Kerja Perawatan Perhari
Diruangan isolasi lamanya jam kerja berdasarkan shift yaitu:
Shift Pagi : Pukul 07.30 – 13.30 WIB ( 7 jam)
Shift Sore : Pukul 13.00 – 19.30 WIB ( 7 jam)
Shift malam : Pukul 19.30 – 07.30 WIB (10 jam)
Berdasarkan kondisi tersebut maka jam kerja yang efektif dan bisa dijadikan
patokan yaitu 7 jam kerja.
Berdasarkan beberapa indikator diatas, maka diperoleh jumlah kebutuhan
tenaga perawat di ruangisolasi yaitu sebagai berikut:
Kebutuhan Tenaga Perawat menurut DepKes
= BOR x Jumlah TT x rata-rata jam perawatan
Jam kerja perawat per hari
37
= 76% x 15x 90
7 jam/ hari
= 14.6 dibulatkan menjadi 15 orang
Dengan, Faktor Koreksi:
Jumlah hari minggu dalam setahun + cuti + hari besar
X jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 13 x 13 orang
365 – 81
= 1001/ 284
= 3,5 menjadi 3

Kebutuhan Tenaga Perawat Menurut Ilyas :


TP = A x B x 365
255 x jam/ hari
Keterangan:
A= jam perawat/ 24 jam
B = sensus harian (BOR x Jumlah TT)
Jam Kerja perhari=
365= jumlah hari kerja selama 1 tahun
255 = hari kerja efektif perawat/ tahun

TP = A x B x 365
255 x jam/ hari
= 10 x ( 76% x 15TT) x 365
255 x 8
= 41610/ 1785
= 10.87 dibulatkan menjadi 11 orang.
Dengan, Faktor Koreksi:
Jumlah hari minggu dalam setahun + cuti + hari besar
X jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif

38
52 + 12 + 13 x 12 orang
365 – 81
= 1001 / 284
= 3,5 menjadi 3

39
b. Pembiayaan (M2 – Money)
Pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS, Pelayanan Gratis, sedangkan sisanya
dari jaminan kesehatan lainnya serta dari umum (biaya sendiri).
a) Besaran tariff pelayanan ranap

TARIF RAWAT INAP (RI)

KOMPONEN TARIF
BIAYA TIDAK
BIAYA
URAIAN LANGSUNG BAKHP/ JUMLAH
NO LANGSUNG
JENIS LAYANAN (JASA SARANA, OBAT (Rp)
(JASA
JASA
PELAYANAN)
PRASARANA)
(Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6
RAWAT INAP UMUM
1.RI KELAS III 90.000,00 90.000,00
2.RI KELAS II 130.000,00 130.000,00
3.RI KELAS I 175.000,00 175.000,00
4.RI VIP 300.000,00 300.000,00
5.RI DOKTER SPESIALIS 80.000,00 80.000,00
6.RI DOKTER UMUM 40.000,00 40.000,00
ASUHAN
KEPERAWATAN/
KEBIDANAN BAKHP/
7.RI KATEGORI I 15.000,00 Obat 15.000,00
menyesu
8.RI KATEGORI II 20.000,00 20.000,00
aikan
9.RI KATEGORI III 30.000,00 dengan 30.000,00
10.RI ASUHAN GIZI 20.000,00 tariff 20.000,00
ASUHAN pelayana
11.RI 80.000,00 n di 80.000,00
FISIOTERAPI
RAWAT INAP NON instalasi
KELAS Farmasi
12.RI PERINATOLOGI
LEVEL I 130.000,00 80.000,00 210.000,00
LEVEL II 175.000,00 125.000,00 300.000,00
LEVEL III 300.000,00 175.000,00 475.000,00
ISOLASI/ISOLASI
13.RI BERSALIN + 150.000,00 100.000,00 250.000,00
OBSERVASI
PERAWATAN
14.RI 300.000,00 175.000,00 475.000,00
INTENSIF
15.RI HCU 175.000,00 125.000,00 300.000,00
16.RI ONE DAY CARE 130.000,00 50.000,00 180.000,00

40
TINDAKAN MEDIS ( TM )

KOMPONEN TARIF
BIAYA TIDAK
BIAYA
URAIAN LANGSUNG JUMLAH
NO LANGSUNG BAKHP/OBAT
JENIS PELAYANAN (JASA SARANA, (Rp)
(JASA
JASA
PELAYANAN)
PRASARANA)
(Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6
1.TM Aspirasi Sumsum Tulang 15.000,00 66.000,00 81.000,00
BAKHP/Obat
2.TM Back Slap 30.000,00 30.000,00 60.000,00
menyesuaikan
3.TM Bladder Training 7.000,00 10.000,00 dengan tarif 17.000,00
4.TM Buka Gipsum 20.000,00 36.000,00 pelayanan di 56.000,00
instalasi Farmasi
5.TM Buka Jahitan (Per Jahitan) 2.500,00 3.500,00 6.000,00
6.TM Circumsisi Tanpa Penyulit 135.000,00 135.000,00 270.000,00
Circumisis dengan
7.TM Penyulit (dengan anastesi 150.000,00 250.000,00 400.000,00
lokal)
C-Pap / Ventilator Non 65.000,00
8.TM 22.000,00 43.000,00
Invasid (perhari)
9.TM CTG 20.000,00 20.000,00 40.000,00
10.TM DC Shock 50.000,00 50.000,00 100.000,00
11.TM Dilatasi Phimosis 28.000,00 27.000,00 55.000,00
12.TM Doppler ( Per kali ) 1.000,00 1.500,00 2.500,00
13.TM EKG 28.000,00 27.000,00 55.000,00
Ekstirpasi Kuku (per
14.TM 28.000,00 27.000,00 55.000,00
kuku)
15.TM Intubasi ETT 80.000,00 700.000,00 780.000,00
Explorasi Corpus
16.TM 55.000,00 40.000,00 95.000,00
Alineum Kecil
Explorasi Corpus
17.TM 87.500,00 80.000,00 167.500,00
Alineum Besar
18.TM Fototerapi/Jam 11.400,00 3.600,00 15.000,00
19.TM Ganti Verban Kecil 2.500,00 3.000,00 5.500,00
20.TM Ganti Verban Sedang 5.000,00 6.000,00 11.000,00
21.TM Ganti Verban Besar 10.000,00 12.000,00 22.000,00
22.TM Gibs Dewasa/Anak 31.000,00 30.000,00 61.000,00
23.TM Gibs Kupu-Kupu 11.000,00 12.000,00 23.000,00
24.TM Infant Warmer (per hari) 30.000,00 36.000,00 66.000,00
25.TM Inkubator (per hari) 30.000,00 36.000,00 66.000,00
Invasif Mekanik
26.TM 80.000,00 90.000,00 170.000,00
Ventilator (per hari)
27.TM Injeksi (Intrakutan, 1.000,00 2.500,00 3.500,00
Subcutan, Intravena,
Intramuskular)

41
Infus Perifer, Tranfusi,
28.TM 5.000,00 10.000,00 15.000,00
OGT, NGT, Cateter
Aff Infus Perifer,
29.TM Transfusi, OGT, NGT, 2.000,00 3.000,00 5.000,00
Cateter
Infus Pump 1-3 alat
30.TM 12.000,00 8.000,00 20.000,00
(perhari)
Infus Pump 4-6 alat
31.TM 25.000,00 15.000,00 40.000,00
(perhari)
32.TM Incisi Abses Besar 45.000,00 75.000,00 120.000,00
33.TM Incisi Abses Kecil 35.000,00 35.000,00 70.000,00
34.TM Jahit Luka (1-5 jahitan) 16.000,00 30.00,00 46.000,00
35.TM Jahit Luka (6-15 jahitan) 28.000,00 50.000,00 78.000,00
36.TM Jahit Luka (16-30 jahitan) 40.000,00 60.000,00 100.000,00
37.TM Jahit Luka > 30 Jahitan 70.000,00 100.000,00 170.000,00
38.TM Klisma 40.000,00 45.000,00 85.000,00
39.TM Kumbah Lambung 39.000,00 70.000,00 109.200,00
40.TM Monitor TTV (perhari) 20.000,00 40.000,00 60.000,00
Monitor Vital Sign dan
41.TM 20.000,00 40.000,00 60.000,00
EGC (perhari)

42.TM Nebulizer 13.000,00 15.000,00 28.000,00


43.TM Ransel Verban 15.000,00 15.600,00 30.600,00
RJP (Resusitasi Jantung
44.TM 16.000,00 30.000,00 46.000,00
Paru)
45.TM Pungsi Blast 39.000,00 37.000,00 76.000,00
46.TM Spalk Infus Anak 8.000,00 8.000,00 16.000,00
47.TM Spalk Kecil (<50cm) 20.000,00 15.000,00 35.000,00
48.TM Spalk Sedang (50-100cm) 25.000,00 20.000,00 45.000,00
49.TM Spalk Besar >100 cm 35.000,00 30.000,00 65.000,00
Suction Perkali (Max 10
50.TM kali, bila lebih dari 10 kali 3.000,00 2.500,00 5.500,00
tetap di hitung 10 kali)
Syringe Pump (1-3 alat
51.TM 12.000,00 8.000,00 20.000,00
perhari)
Syring Pump (4-6 alat
52.TM 25.000,00 15.000,00 40.000,00
perhari)
53.TM Spoolimng WSD/Blast 15.000,00 15.000,00 30.000,00
54.TM Ventilator (perhari) 40.000,00 40.000,00 80.000,00
55.TM Wound Toilet Kecil 11.000,00 10.000,00 21.000,00
56.TM Wound Toilet Sedang 20.000,00 18.000,00 38.000,00
57.TM Wound Toilet Besar 25.000,00 24.000,00 49.000,00
58.TM Infus Umbilical 32.000,00 38.000,00 70.000,00
59.TM Resusitasi Neonatus 15.000,00 35.000,00 50.000,00
60.TM Vena Sectie 48.000,00 72.000,00 120.000,00

42
c. Material (M2-material)
Bahan habis pakai
Material Alat Keperawatan dan jumlah tersedia
No Nama Alat Jumlah
1 Bed 9
2 Troli 1
3 Tempat sampah 5
4 Meja pasien 23
5 Alkohol botol 4
6 Botol isi NACL 1
7 Kulkas pasien 10
8 AC 12
9 Lemari 11
10 Alkohol swab 3 kotak
11 Masker 3 kotak
12 Sarung tangan 2 kotak
13 Stetoskop 3
14 Tecniquet 1
15 Termometer 2
16 Tensi meter 2
17 Kipas angin 10
Persediaan Alat Tenun
No Nama Alat Jumlah
1 Selimut kuning 15
2 Laken 15
3 Sarung bantal 15
4 Bantal 15

43
d. Mesin (M4-alkes)
Terdapat beberapa measin yang dapat meningkatkan kinerja seperti infus pum,
monitor, serta difibrilator.
Sesuai/ Tidak
Standar Ketersediaan Di isolasi
No Nama Alat Sesuai
Depkes RS Jumlah Kondisi
1 Bed Side Monitor/ Bed- √ √ 0 Tidak Sesuai
Patient Monitor/ Patient
Monitor
2 Defibrillator √ 1 Baik Sesuai
4 Emergency Trolley// √ √ 3 Baik Sesuai
Resucitation Crash Cart
5 ENT Examination Set √ 0 Tidak Sesuai
6 Film Viewer √ 0 Tidak Sesuai

7 Infusion Pump √ √ 3 Baik Sesuai


8 Lampu Periksa/ Examination √ 3 Tidak Sesuai
Lamp/ Hanging Lamp
9 Matras Dekubitus √ √ 1 Baik Sesuai
10 Minor Surgery Set √ √ 0 Hilang Sesuai
11 Nebulizer √ √ 2 Baik Sesuai
12 Pen Light/ Medical Flash √ 0 Tidak Sesuai
Light
13 Pulse Oximeter/Pulse √ √ 3 Baik Sesuai
Oximetry/ Oksigen Saturasi
14 Stethoscope/ Stetoskop √ √ 2 Baik Sesuai
15 Suction Pump/ Portable/ √ 3 Tidak Sesuai
Aspirator/ Vacum
16 Syringe Pump √ √ 1 Baik Sesuai
17 Bed Patient Electric/ Tempat √ 0 Tidak Sesuai
Tidur Pasien Elektrik
18 Bed Patient Manual/ Tempat √ √ 30 Baik Sesuai
Tidur Pasien Manual
19 Sphygmomanometer √ 0 Tidak Sesuai
Aneroid/ Tensimeter
Aneroid
20 Sphygmomanometer Digital/ √ √ 2 1 Baik / 1 Sesuai
Tensimeter Digital Rusak
21 Termometer Digital √ √ 2 1 Baik / 1 Sesuai

44
Rusak
22 Timbangan Pasien √ 2 1 Bayi / 1 Tidak Sesuai
Dewasa
23 Set GV √ √ 0 Hilang Sesuai
24 Nierbeken √ 2
25 Accu Cek √ √ 1 Baik Sesuai
26 Reflex Hammer √ 0
27 Intubation Set √ 0
28 Oxygen Set & Flow Meter √ 4 3 Baik Sesuai
1 Rusak
29 Ambu Bag √ √ 0 Baik Sesuai
30 Tromol Besar √ √ 1 Baik Sesuai
31 Tounge Spatel √ 0 Tidak Sesuai
32 Tiang Infus √ √ 30 Baik Sesuai

e. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M5 – Metode)


a) Penerapan Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Metode pemberian asuhan keperawatan pada unit pelayanan di ruangan Isolasi
RSUD Kubu Raya yang dipakai saat ini adalah dengan menggunakan metode
fungsional. Dimana metode fungsional adalah perawat melaksanakan tugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode ini digunakan
sebagai pilihan terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, sehingga setiap
perawat hanya mampu menjalankan 1-2 jenis tindakan/intervensi kepada semua
pasien yang dirawat.
b) Dokumentasi keperawatan menggunanakan SDKI, SIKI, SLKI, belum maksimal
c) Pre and Post Conference
1) Wawancara:
Menurut kepala ruang isolasi pre post confrence jarang dilakuakan hanya
melakukan operan pasien.
2) Observasi:
Hasil pengamatan pre post confrence yang dilakukan oleh perawat ruanagan
setiap pergantian shift
3) Masalah: -
d) Delegasi
1) Wawancara:

45
Menurut kepala ruang saat ia akan melakukan pendelegasian tugasnya
menyerahkan melalui surat pendelegasian atau surat kuasa.
2) Observasi:
Hingga saat ini kepala ruangan belum pernah melakukan pendelegasian tugas
secara resmi dikarenakan kepala ruangan selalu ada diruangan.
3) Masalah: -
e) Hand Over
1) Wawancara:
Menurut kepala ruang isolasi hand over dilakukan setiap hari saat pergantian
shift dalam bentuk aplusan sesuai dengan kondisi pasien yang disupervisi
oleh kepala ruangan dengan menggunakan strategi komunikasi SBAR.
2) Observasi:
Hasil pengamatan hand over yang dilakukan oleh perawat ruangan setiap
pergantian shift sudah dilakukan penerapan komunikasi SBAR. Tetapi belum
optimal.
3) Masalah: -
f) Ronde Keperawatan
1) Wawancara:
Menurut kepala ruang isolasi menerapkan ronde keperawatan yang dilakukan
dengan berkeliling ruangan melihat kondisi pasien,tetapi semenjak pandemi
seperti ini ronde keperawatan tidak dijalankan hanya dilakukan aplusan saja
setiap pergantian shift.
2) Observasi
Hasil pengamatan ronde keperawatan diruangan tidak dilakukan, tetapi
selama praktek diruangan pernah melakukan ronde keperawatan.
3) Masalah: -
g) Problem Solving
1) Wawancara:
Menurut kepala ruangan jika di ruang isolasi menghadapi konflik maka akan
dibicarakan secara baik-baik
2) Observasi
Hasil pengamatan para staf diruangan akan membicarakan secara baik-baik
jika terjadi konflik antar rekan kerja
3) Masalah: -
46
h) Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan
klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan
suatu proses yang menggambarkan usaha bekerjasama antar tim kesehatan, klien
dan keluarga kien. Berdasarkan hasil observasi perawat di ruang isolasi tidak
selalu melakukan discharge planning setiap pasien akan pulang akan tetapi
ruangan isolasi udah memiliki format khusus tentang discharge planning. Selain
itu isi dari discharge planning belum dilakukan secara optimal karena hanya
meliputi pemberian informasi tentang waktu kontrol dan obat yang harus
diminum (keteraturan minum obat) dan tidak tersedianya leaflet yang berguna
bagi pasien sebelum pasien pulang.
f. Pemasaran (M6 – Marketing)
Pemanfaat media sosial yang belum maksimal seperi memasang twibon pada hari-
hari besar.
C. Indikator Mutu
Ruang isolasi telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana telah
terdapat beberapa aspek penilaian penting yang didalamnya:
1. Perhitungan BOR
a) Wawancara
Menurut kepala ruangan dalam perhitungan BOR di ruang isolasi dilakukan oleh
Kepala Ruangan isolasi RSUD Kubu Raya
b) Observasi :
Hasil pengamatan perhitungan BOR dilakukan oleh kepala Ruangan isolasi RSUD
Kubu Raya
1. November 76 %
2. Desember 75%
3. Januari 80 %
Bor secara keseluruhan 76%
c) Masalah : -
2. ALOS (Average Length of Stay)
a) Wawancara
Menurut kepala ruangan dalam perhitungan ALOS di ruang isolasi dilakukan oleh
Kepala Ruangan isolasi RSUD Kubu Raya
b) Observasi :

47
Hasil pengamatan perhitungan ALOS dilakukan oleh kepala Ruangan isolasi
RSUD Kubu Raya 4,39
Masalah : -
3. TOI (Turn Over Interval)
a) Wawancara
Menurut kepala ruangan dalam perhitungan BOR di ruang isolasi RSUD Kubu
Raya dilakukan oleh Kepala Ruangan isolasi RSUD Kubu Raya
b) Observasi :
Hasil pengamatan perhitungan BOR dilakukan oleh kepala Ruangan isolasi RSUD
Kubu Raya 1,09
c) Masalah : -
D. Analisa SWOT di Ruang isolasi
Berdasarkan hasil kegiatan pengumpulan data di ruangan isolasi RSUD Kubu Raya,
maka analisis SWOT dapat disampaikan sebagai berikut:

Strength Weakness Opportunity Threatened

1) Tenaga ners berjumlah 1. Tenaga ASN 1. Tenaga keperawatan 1. Tenaga honorer tidak terikat
13 orang hanya satu orag mendukung jenjang kapan saja dapat melepas
Ners 8 orang sisanya tenaga Pendidikan ners pekerjaan
DIII 4 orang honorer
DIV 1 orang Tenaga
keperawatan
masih gabung
dengan
perawatan
biasa dan
isolasi
2) Unit rawat inap anak, 2. Lingkunagan 2. Tersedianya fasilitas 2. Resiko terjadinya penularan
pria, Wanita, isolasi yang sama tempat tidur yang baik penyakit antara pasien satu
berada pada lingkungan dapat ruangan ber AC sarana dengan pasien yang lain.
yang sama, menimbulkan toilet di dalam ruangan
kebisingan dan masing- masing
mengurangi
privacy klien
3) Pengambilan diangnosa 3. Tidak 3. Tenaga keperawatan 3. Tidak adanya panduan
menggunakan SDKI, tersedianya ners mampu SDKI, SIKI, SLKI
SIKI, SLKI buku panduan mengaplikasikan intervensi keperawatan

48
SDKI, SIKI, penggunaan SDKI, SIKI, yang dilaksanakan tidak
SLKI SLKI sesuai.
4) Ronde keperawatan 4. Tidak ada 4. Tersedia PPJA setiap 4. Perawat pelaksanan tidak
belum dilakukan dengan pembagian Shif fokus dengan pasien yang
optimal pasien kepada dirawat
perawat Tanggungjawab setiap
pelaksana pasien hanya di limpahkan
kepada katim.
5) Tersdia 3 kamar dengan 5. Tidak tersedia 5. Setiap kamar isolasi di 5. Kuranganya udara bersih
9 tempat tidur di poster cara pisah anak, pria, dan disekitar isolasi
ruangan isolasi pemasangan Wanita Jika terdapat aroma bau
dan pelepasan Tersedianya tempat yang tidak sedap tidak
masker dengan pelepasan dan teridentifikasi dengan baik
benar penympanan gown Tekanan ion negative tidak
Tidak tersedia Tersedianya pensterilan teridentifikasi.
heapfilter pada sinar UV
ruangan isolasi

E. MAN
Strength Weakness Opportunity Threatened

6) Tenaga pelaksana di 6. Jumlah tenaga 6. Mayoritas usia perawat 6. Ketidakpuasan pasien


isolasi RSUD Kubu keperawatan di masih produktif terhadap pelayanan rumah
Raya ada 13 orang. ruang isolasi sehingga lebih aktif sakit dikarenakan
S.Kep., Ners 8 orang, yang dalam melakukan kurangnya petugas
D3 4 orang dan D4 1 bergabung tindakan keperawatan keperawatan
orang. dengan ruangan dan memiliki keinginan 7. Ruangan isolasi yang maish
7) Rata-rata perawat di rawat inap untuk melanjutkan bergabung dengan ruangan
ruangan sudah umum total ada pendidikan rawat inap secara umum
melakukan pelatihan 13 orang
BTCLS 7. Kurangnya
8) Penggunaan komunikasi petugas
teraupetik pada pasien keamanan
dalam
menangani
pengunjung

F. money

Strength Weakness Opportunity Threatened

49
1. Adanya BPJS di RS Pemasukan rumah sakit yang
1. Adanya program 1. Persaingan antar
sehingga memberikan hanya bertumpu pada pasien
pemerintah rumah sakit yang
peningkatan pendapatan dengan pengguna BPJS
(Askes/BPJS). melayani BPJS.
rumah sakit Kesehatan/

G. MATERIAL
Strength Weakness Opportunity Threatened
1. Ruangan bersih,wangi, 1. Tidak terdapat poster 1. Adanya kebijakan 1. Persaingan antara
ventilasi cukup, dengan pentingnya menggunakan Rumah Sakit terkait rumah sakit yang
sarana dan prasarana cukup masker dana operasional melayani BPJS
memadai 2. Ruangan isolasi belum untuk memperbaiki 2. pasien BPJS yang
menggunakan Sistem fasilitas yang rusak ingin dirawat lebih
Informasi rekam medis dan membeli fasilitas banyak daripada
yaitu sistem komputerisasi yang tidak ada fasilitas kamar
dalam pemasukan data yang tersedia
3. Adanya kerusakan /
kemacetan sesekali
fasilitas di salah satu
ruangan misalnya, keran
air tidak mengalir,shower.
Sehingga menghambat
kegiatan pasien
4. Belum adanya struktur
organisasi terbaru
5. Belum adanya media
informasi berupa
pencegahan penyakiy
seperti DBD, diare

H. Mesin
Strength Weakness Opportunity Threatened

1. Adanya beberapa fasilitas


1. jumlah yang masih terbatas
mesin yang dapat 1. Adanya program
dan belum standby
mneingkatkan fasilitas program secara berkala
diruangann
kerja

50
I. METHOD
Strength Weakness Opportunity Threatened
1. Penerapan MAKP 1. Operan pre dan post 1. Kerjasaama yang 1. Adanya tuntutan
diruangan menggunakan conference yang belum baik antara intitusi akan pelayanan
metode fungsional optimal pendidikan keperawatan yang
2. Adanya penerapan 2. Penerapan asuahan kesehatan dan lebih baik
komunikasi terapeutik keperawatan menggunakan rumah sakit dalam
padapasien SDKI, SIKI, SLKI yang kegiatan praktek
3. Timbang terima perawat belum maksimal. klinik mahasiswa.
diruang ketika pergantian 2. Peluang perawat
shift sudah terlaksana untuk
4. Adanya kemampuan mensosialisasikan
perawat dalam melakukan penggunaan gelang
sentralisasi obat pasien dan mencuci
tangan

J. MARKETING

Strength Weakness Opportunity Threatened


1. Terdapatnya media sosial 1. Belum maksimalnya Adanya tuntutan
yang dimiliki rumah sakit penggunaan media sosial, persaingan yang
seperi Instagram, youtube seperti pembuatan twibon di Media sosial yang sudah diantara rumah sakit.
serta twiter. hari-hari besar tersedia

K. Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisa data diatas, maka identifikasi masalah yang terdapat di ruang
isolasi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
No. Data Pendukung Sumber Data Masalah
1 1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara  Wawancara Masih menjadi satu antara

51
dengan kepala ruangan isolasi RSUD Kubu
Raya bahwa tenaga perawat untuk ruangan
isolasi masih kurang. Jumlah tenaga perawat
tenaga ruang perawatan umum
13 dengan kepala ruangan, menurut depkes RI  observasi
dengan ruangan isolasi
adalah 14 dengan kepala ruangan dimana
perawat isolasi masih tergabung dengan
perawat rawat umum
1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan isolasi RSUD Kubu
Raya bahwa belum adanya poster mengenai Belum adaya media informasi
 Wawancara
2 cara pemasangan dan pelepasan masker yang tentang pencegahan penularan
 observasi
benar selama pandemi berlangsung, Stuktur penyakit
organisasi masih menggunakan stuktur yang
lama
1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan isolasi bahwa belum Belum optimalnya penggunaan
menerapkan SDKI, SIKI dan SLKI (3S) dan  Wawancara SDKI, SIKI, dan SLKI (3S)
3
belum memiliki buku SDKI, SIKI, SLKI dan  Observasi dalam memberikan asuhan
penerapan pre dan post conference yang keperawatan
belum optimal
1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
Pre dan post conference
dengan kepala ruangan isolasi RSUD Kubu
 Wawancara confrend belum optimal, serta
4 Raya bahwa penerapan pre dan post
 Observasi rode keperawatan yang masih
conference yang belum optimal dan semejak
belum berjalan
covid tidak melakukan ronde keperawatan
Belum tersedianya informasi
1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
 Wawancata struktur organisasi di isolasi
5 belum adanya bagan struktur yang dibuar
 observasi RSUD Kubu Raya yang belum
secara permanen.
di buat secara permanen

L. Prioritas Masalah
Teknik prioritas masalah yang digunakan adalah teknik kriteria matrik (Criteria Matrix
Technique), yaitu teknik pemungutan suara dengan menggunakan kriteria tertentu, secara
sederhana dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu sebagai berikut :
g. Kecendrungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude = Mg)
h. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity = Sv)
i. Bisa dipecahkan (Manageability = Mn)
j. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing Concern = Nc)

52
k. Ketersediaan sumber daya (Affordability = Af)

NO Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas


Belum optimalnya penggunaan
1 SDKI, SIKI, dan SLKI (3S) dalam 5 4 4 5 3 1200 2
memberikan asuhan keperawatan
Pre dan post conference confrend
2 belum optimal dan belum optimalnya 5 4 3 5 5 1500 1
pelaksanaan ronde keperawatan
Belum adaya media informasi tentang
3 5 5 3 3 3 850 3
pencegahan penularan penyakit
Belum tersedianya informasi struktur
organisasi di isolasi RSUD Kubu
4 850 4
Raya yang belum di buat secara 5 5 3 3 3
permanen
Masih menjadi satu antara tenaga
5 ruang perawatan umum dengan 5 2 3 3 2 360 5
ruangan isolasi
Keterangan :
5 = Sangat penting,
4 = Penting,
3 = Kurang penting,
2 = Tidak penting,
1= Sangat tidak penting

53
M. Rencana Strategi dan Perencanaan (POA)
Kegiatan Penanggu
NO Masalah Tujuan Metode Sasaran Waktu Tempat
ng Jawab
Pre dan post Mendemonstrasikan Mampu
conference belum cara pre dan post mengoptimalkan
FGD/ tanya Perawat ruang 13 februari 2023 Ruang
1 optimal dan ronde conference . pre dan post
jawab. siolasi jam 09:00 wib isolasi
keperawatan yang conference di
belum optimal ruangan isolasi
Belum optimalnya Melakukan simulasi
penggunaan SDKI, Bersama perawat
SIKI, dan SLKI ruangan terkait Mampu
(3S) dalam dengan penggunaan menerapkan SDKI,
FGD/ tanya perawat ruang 14 februari 2023 Ruang
2 memberikan serta peneraoan SIKI, SLKI dalam
jawab. isolasi jam 09:00 wib siolasi
asuhan SDKI, SIKI, SLKI, pemberian asuhan
keperawatan serta mengadakan keperawatn
buku referensi di
ruangan isolasi.
Membuat poster
Belum adaya Pengadaan
dan terkait dengan
media informasi kelengkapan Keluarga pasien
media pencegan Meningkatkan 14 februari 2023 Ruang
3 tentang media dan perawat ruang
penularan penyakit Protokol Kesehatan jam 09:00 wib siolasi
pencegahan pendidkan isolasi
seperti diare, DBD,
penularan penyakit kesehatan
serta Asma
4 Belum tersedianya Merekomendasikan Mampermudah Rekomendasi Perawat ruang 12 februari 2023 Ruang
informasi struktur pembuatan struktur proses pengadaan siolasi jam 09:00 wib isolasi
organisasi di organisasi ruangan pendelegasian kelengkapan

54
iso secara permanen kepala ruangan
isolasi RSUD
sesuai dengan
Kubu Raya yang sarana dan pra
wewenang,
belum di buat sanaran
Mempermudah
secara permanen
identifikasi ruangan
Sumber daya Memberikan Mampu
manusia yang rekomendasi memsisahkan
masih belum memisahkan antara ruangan
optimal ruangan rawat iap perawatan umum
biasa dengan dengan ruangan
FGD/ besama perawat ruang
ruangan rawat inap isolasi. Hal ini
kepala ruangan isolasi Bersama 14 februari 2023 Ruang
5 umum dikarenakan
dan pihak bidang jam 09:00 wib siolasi
memang
manajmen keperawatan
seharusnya tenaga
yang di ruangan
isolasi maupun
ruangan rawat inap
umum harus dipisah

55
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A. Implementasi
Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan terhadap hasil dari proses
keperawatan. Implementasi pada suatu kelompok diperlukan suatu kerja sama dari
berbagai pihak agar tercapainya suatu tujuan atau hasil yang optimal sesuai dengan
kriteria hasil dari perencanaan. Implementasi merupakan suatu yang bersifat tekstual
menjadi faktual atau dari persepsi menjadi aksi.
Berdasarkan hasil dari seminar awal dan kesepakatan Kepala Ruangan dan CI di
ruang isolasi RSUD Kubu Raya didapatkan kesepakatan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya, maka dari itu kelompok mencoba melakukan implementasi sesuai dengan
perencanaan yang telah disepakati sesuai dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki
oleh kelompok. Beberapa perencanaan telah kelompok implementasikan dan di
evaluasimencakup dua masalah manajemen yaitu menajemen pengelolaan dan
manajemen asuhan.
Implementasi ini dilakukan dari tanggal 14 Februari 2023 – 18 Februari 2023:

56
Metode
NO Masalah Tujuan Evaluasi
Implementasi
Mendemonstrasikan cara pre Ruangan telah
Pre dan post conference
Mampu mengoptimalkan pre dan post conference dan Telah di menerapkan
belum optimal dan ronde
1 dan post conference di ronde keperawatan demonstrasikan kepada kembali pre dan
keperawatan yang belum
ruangan isolasi perawat ruangan post conference dan
optimal
ronde keperawatan
Belum optimalnya Melakukan simulasi Bersama
Bidang komite
penggunaan SDKI, SIKI, perawat ruangan terkait Dalam proses yang
keperawatan akan
dan SLKI (3S) dalam Mampu menerapkan SDKI, dengan penggunaan serta dibuat oleh tim komite
memasukkan SAK
2 memberikan asuhan SIKI, SLKI dalam pemberian peneraoan SDKI, SIKI, keperawatan SAK
sesuai SDKI,SIKI,
keperawatan asuhan keperawatn SLKI, serta mengadakan sesuai dengan buku
SLKI ke dalam
buku referensi di ruangan SDKI, SLKI,SIKI
SIMRS.
isolasi.
Membuat poster dan terkait Ruangan telah
poster cara
Belum adaya media dengan media pencegan menggunakan masker dibuat poster
informasi tentang Meningkatkan Protokol penularan penyakit seperti serta melepas nya tentang masker ,
3 dengan baik dan benar.
pencegahan penularan Kesehatan diare, DBD, serta Asma Plang tanda resiko plang resiko jatuh,
penyakit jatuh. dan struktur
organisasi
4 Belum tersedianya informasi Mampermudah proses Merekomendasikan Telah Karu dan pihak
struktur organisasi di isolasi pendelegasian kepala ruangan pembuatan struktur direkomendasikan manjamen mencatat
RSUD Kubu Raya yang sesuai dengan wewenang, organisasi ruangan iso secara rekomendasi sebagai masukan
belum di buat secara Mempermudah identifikasi pengadaan

57
permanen kelengkapan sarana
permanen ruangan
dan pra sanaran
Masih menjadi satu antara Mampu memsisahkan antara Memberikan rekomendasi Telah
tenaga ruang perawatan ruangan perawatan umum memisahkan ruangan rawat direkomendasikan
Karu dan pihak
umum dengan ruangan dengan ruangan isolasi. Hal iap biasa dengan ruangan besama kepala ruangan
manjamen mencatat
isolasi ini dikarenakan memang rawat inap umum dan pihak manajmen
5 sebagai masukan
seharusnya tenaga yang di untuk memisahkan
dan akan di tindak
ruangan isolasi maupun tenaga rawat inap
lanjuti
ruangan rawat inap umum umum dengan ruangan
harus dipisah isolasi

58
B. Evaluasi
1. Ruangan telah menerapkan kembali pre dan post conference dan ronde keperawatan
2. Bidang komite keperawatan akan memasukkan SAK sesuai SDKI,SIKI, SLKI ke
dalam SIMRS
3. Ruangan telah dibuat poster tentang masker , plang resiko jatuh, dan struktur
organisasi
4. Karu dan pihak manjamen mencatat sebagai masukan
5. Karu dan pihak manjamen mencatat sebagai masukan dan akan di tindak lanjuti
C. pembahasan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah didapatkan oleh mahasiswa profesi ners
manajemen keperawatan ITEKES Muhammadiyah Kalimantan Barat pada 6 februari
2023-18 februari 2023 di ruangan isolasi RSUD Kubu Raya ditemukan beberapa
masalah. Analisa yang dilakukan dengan mempertimbangkan masalah yang ada serta
kemampuan kelompok, sehingga kelompok memutuskan untuk mengatasi beberapa
masalah yang ada ruangan berdasarkan rencana yang telah di buat bersama. Intervensi
tersebut juga didiskusikan bersama karu yang mendampingi kelompok. Setelah
dilakukannya implementasi, kelompok mengevaluasi kinerja dan membandingkan
kembali dengan konsep teoritis yang ada.
Adapun pemaparan masalah fungsi manajemen yang di lakukan implementasi oleh
kelompok adalah sebagai berikut:
1. Man
Berdasarkan hasil observasi ruangan, bahwa tenaga keperawatan di ruangan 6 februari
2023-18 februari 2023 di ruangan isolasi RSUD Kubu Raya terdiri dari 13 orang
perawat, untuk menilai kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di
ruangan isolasi dan rawat inap umum. Hasil wawancara didapatkan bahwa di ruangan
tersebut tenaga perawat antara rawat inap umum dan isolasi masih tergabung
Implementasi yang dilakukan oleh dengan cara merekomendasikan pemisahan tenaga
antara rawat inap umum dengan isolasi
Kekurangan yang ada diruangan yaitu saat ruangan sedang memiliki banyak pasien,
perawat yang bertugas menjadi lebih sibuk dalam memberikan asuhan keperawatan,
sehingga terkadang nurse station tidak ada yang berjaga, sedangkan untuk kelebihanya
meskipun dengan keterbatasan tenaga perawat tetapi mereka tetap melaksanakan
pelayanan asuhan keperawatan dengan maksimal.
2. Money

59
Pada proses di dalam manajemen, uang sangat dibutuhkan sekal, dalam menjalankan
aktivitas perusahaan, maka diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang sebagai modal
utama perusahaan. Dari hasil observasi Pembiyaaan yang pada ruanga isolasi tetap di
atur secara umum oleh pimpinan rumah sakit dengan beberapa sumber pemasukan
salah satunya dari asuransi Kesehatan (BPJS).
3. Material
Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan diruang 6 februari 2023-18 februari
2023 di ruangan isolasi RSUD Kubu Raya didapatkan bahwa tidak ada poster terkait
informasi. Hal yang ditemukan seperti informasi denah ruangan yang belum
terpasang, keterangan, poster cara memakai masker yang benar
Implementasi yang dilakukan oleh kelompok yaitu dengan membuat dan
memasang cara memakai masker yang benar dan plang puasa serta
merekomendasikan struktur organisasi ruangan yang. Hasil evaluasi setelah dilakukan
implementasi diatas, ruangan tampak lebih banyak informasi penting dan terbaru,
ruangan nurse station sudah dan poster tentang penggunaan masker dengan benar
Kelebihan dari segi material diruangan mempermudah perawat ruangan untuk
memberikan informasi kepada pasien dan keluarga dalam menerima informasi terkait
persiapan rawat inap dan pelaksanaan selama diruangan.
Suatu media untuk memudahkan pemahaman informasi yang diberikan dan dijadikan
sebagai pengingat meskipun tidak dalam proses pemberian pendidikan kesehatan
salah satunya adalah penggunaan poster. Poster merupakan salah satu media
pendidikan kesehatan yang menggunakan huruf dengan ukuran besar dan jelas serta
disertai gambar (Wongsawat, 2015). Hal tersebut dapat minat pembaca dan
memudahkan pemahaman informasi yang terdapat didalamnya. Selain itu, poster juga
dapat ditempel di rumah maupun tempat umum sehingga dapat dijadikan pengingat
(Maharani, 2011)
4. Mesin
Dari hasil observasi terdapat bebrapa mesin penunjang yang dapat meningkatkan
produktifitas kinerje perawat yang berada di ruangan seperti halnya monitor yang
tersedia walpuan jumlahnya masih sangat terbatas. Selain itu terdapat beberapa
kelibihan dan kekurangannya yang terdapat pada poin ini salah satunya kekurangan
yang dapat dilihat adalah beberapa alat dengan jumlah yang terbatas dan tidak dapat
stanby berada di ruangan sehingga ketika dibutuhkan harus mencari alat sehingga
akan mengahambat efektifitas kinerja perawat.
60
5. Metode
Hasil observasi serta wawancara yang dilakukan selama pengkajian6 februari
2023-18 februari 2023 di ruangan isolasi RSUD Kubu Raya, didapatkan bahwa Pre
dan post conference masih belum dilaksanakan secara optimal. Pre dan post
conference merupakan pertemuan serta diskusi saat timbang terima atau operan jaga
pada setiap pergantian shif. Dalam pelaksanaan pre dan post conference di ruangan,
ada beberapa tahap yang tidak dilakukan seperti karu tidak memimpin secara
langsung dalam pelaksanaan conference, pembagian tanggung jawab kepada perawat
yang bertugas, pemberian motivasi dan reinforcment positif kepada perawat yang
telah bertugas maupun perawat selanjutnya. Sehingga dalam pelaksanaan di ruangan
tersebut, belum dilaksanakan pada setiap harinya. Pre dan post conference di ruangan
belum bisa dilakukan dikarenakan dari sebelum pandemi pasien di ruangan yang
cukup ramai membuat perawat memutuskan untuk tidak melakukan kunjungan ke
ruangan pasien.
Pre dan post conference merupakan kegiatan diskusi yang dilakukan oleh ketua tim
dan perawat pelaksana atau bidan pelaksana mengenai kegiatan selama shif sebelum
dilakukan operan shif berikutnya. Kegiatan pre dan post conference sangat diperlukan
dalam pemberian pelayanan keperawatan atau kebidanan karena ketua tim dan
anggotanya harus mampu mendiskusikan pengalaman klinik yang baru dilakukan,
menganalisis, mengklarifikasi keterkaitan antara masalah dengan situasi yang ada,
mengidentifikasi masalah, menyampaikan dan membangun sistem pendukung antar
perawat atau bidan, dalam bentuk diskusi formal dan professional. Proses diskusi pada
pre dan post conference dapat menghasilkan strategi yang efektif dan mengasah
kemampuan berfikir kritis untuk merencanakan kegiatan pada pelayanan keperawatan
selanjutnya agar dapat berkesinambungan (Sugiharto, Keliat, Sri, 2012, hlm 17).
Pelaksanaan pre dan post conference yang dilakukan diruangan isolasi ditemukan
kekurangan dan kelebihan. Untuk kekurangan yang didapatkan yaitu pelaksanaan pre
post conference belum efektif dilakukan setiap hari, sehingga informasi yang disampaikan
dari tim yang bertugas di shift sebelumnya tidak ditersampaikan dengan efektif kepada
semua tim selanjutnya. Sedangkan kelebihan yang didapatkan adalah sejauh ini belum
ditemukan adanya kesalahan dalam pemberian tindakan keperawatan maupun kolaborasi
kepada pasien, hal ini dikarenakan perawat yang mendapat informasi tetap melakukan
konfirmasi kepada tim nya sebelum melakukan tindakan kepada pasien.

61
Berdasarkan analisa yang dilakukan, kelompok memutuskan untuk mengangkat
pelaksanaan pre dan post conference sebagai prioritas masalah utama yang berdampak
pada manajemen ruangan. Kelompok melakukan implementasi dengan menyarankan
penambahan hal yang juga perlu dilakukan didalam pre dan post conference pada
perawat ruangan melalui kepala ruangan serta mendemonstasikan pre dan post
conference untuk melengkapi dan memaksimalkan menyesuaikan dengan teori pada
perawat ruangan. Kelompok bersama kepala ruangan mendiskusikan hal tersebut agar
bisa menjadi wadah merefresh kembali pada perawat yang sudah lama bertugas
diruangan. Apabila pre dan post conference dilakukan dengan tidak baik, maka
informasi yang diberikan pada saat operan menjadi tidak efektif karena didalamnya
berisi tindakan yang sudah dilakukan atau belum dilakukan maupun rencana tindakan
selanjutnya.
Belum terlaksananya secara maksimal pemberian asuhan keperawatan dengan
menggunakan SDKI, SIKI, SLKI, dimana kelompok memberikan implementasi
berupa demostrasi Bersama perawat dalam penggunaan SDKI, SIKI, SLKI dalam
pemberian asuhan keperawatan.

6. Market
Market merupakan pasar tidak dapat dilupakan dan memiliki keterkaitan pada
manajemen perusahaan dan industri. Tujuan pada perusahaan jelas harus mengikuti
perkembangan pasar yang sudah ada pada masyarakat, sehingga pasar dapat
dikategorikan sebagai unsur manajemen. Dari hasil observasi didapatkan bahwa
RSUD Kubu Raya Telah memiliki media soaial baik berupa kanal youtube, instagra,
twiter serta facebook sehingga perlu dilakukan tindakan promosi melalui media
sosial seperti pemasangan twibon pada saat peringkatan hari-hari tertentu.

62
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan rawat inap umum RSUD Kubu
Raya dimulai pada tanggal 06 Februari 2023 s/d 18 Februari 2023. Kelompok melakukan
pengkajian selama 5 hari dari tanggal 06 Februari s/d 18 Februari 2023. Kemudian data
diolah/analisa dan merumuskan masalah dimana kelompok menemukan beberapa masalah
yang perlu diintervensi dan sudah dilakukan implementasinya.
B. Saran
1. Pihak Rumah Sakit
Menindak lanjuti rekomendasi untuk kelengkapan struktur organisasi dan denah
ruangan sehingga dibutuhkan beberapa Ruangan rawat inap umum RSUD Kubu Raya
Pihak perawat ruangan
a. Perawat rawat inap melaksanakan pendokumentasian dengan baik dan benar demi
terpenuhinya kebutuhan pasien
b. Perawat dapat melakukan pre post conference dan ronde keperawatan secara optimal
c. Menyediakan media informasi baik kepada keluarga maupun rumah sakit
d. Mengaktifkan mahasiswa yang dinas di ruangan rawat inap umum untuk melengkapi
Asuhan keperawatan.

63
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, I., & Pradiptha, I. D. A. G. F. (2020). HUBUNGAN KOMPETENSI


(PENGARAHAN) KEPALA RUANG TERHADAP KINERJA PERAWAT
PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. ADJIDARMO KABUPATEN
LEBAK. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1), 477-486.
Pramana dkk, 2021. Dasar Ilmu Manajemen. Bandung: Media Sains Indonesia
Fayol, Hendry. (2013). Pengantar administrasi dan fungsi-fungsi manajemen.
http://PengantarAdministrasi-danfungsimanajemen.htm Diakses tanggal 2 maret 2014.
Amalia, D. (2017), Pengertian fungsi dan Unsur-unsur Manajemen. www.Jurnalid. Diakses
tanggal 15 desember 2018.
Rudani,R.B.(2020). Principles of Management (Second edi). McGraw-Hill educatin.
Suprihanto, J. (2014). Manajemen (Sutarno (ed,) ; Pertama). Gadjah Mada University Press.
Muhfizar et al. 2021. Pengantar manajemen ( Teori dan konsep). Bandung: CV. Media sains I
ndonesia
Yuliana, E., Hariyati, R. T. S., & Rusdiansyah, R. (2021). Supervisi Berjenjang di Era
Pandemi COVID-19 dalam Manajemen Keperawatan. Journal of Telenursing
(JOTING), 3(1), 286-295
Hidaya, Nurman dkk (2020). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Indrama
yu: CV Adanu Abimata
Bakri, Maria H (2017). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Dalam Praktik Keper
awatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Swansburg, R.C., & Swansburg, R.J. 1999. Introductory management and leadership for nurs
es, 2nd ed. Boston: Jones and Bartlett Publisher.
Gillies, D. A. Nursing Management a System Approach. Philadelphia: WB Saunders Compan
y. 1994.
Pranata, Lilik et al (2021). Manajemen Keperawatan “Pengelolaan Metode Tim dan Latihan
Manajemen Konflik". Palembang: Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim.

64
Dokumentasi kegiatan

Simulasi Ronde keperawatan

65
Pre post conference

66
Media informasi

67

Anda mungkin juga menyukai