Pertanyaan
1. Tanah Papua masih belum juga dapat lepas dari serangkaian konflik bersenjata.
Dari sejak era Orde Baru hingga Reformasi telah berjalan, rangkaian kejadian kekerasan
yang melibatkan aparat keamanan dan kelompok separatis pendukung kemerdekaan
Papua masih terus terjadi. Tak sedikit warga sipil yang justru jadi korban. Beragam upaya
pendekatan oleh pemerintah dari lintas Presiden, hingga terakhir oleh Presiden Joko
Widodo, masih belum mampu menekan konflik di Bumi Papua. Motif kekerasan semakin
beragam. Tak hanya bermula dari isu kemerdekaan saja, tapi juga rasisme yang masih
kerap menjangkit. Apakah penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan digunakan
untuk mengatasi ancaman nyata yang sering terjadi di Papua akibat masih eksisnya
kelompok KKB Papua yang melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat
Papua. Bagaimana cara terbaik dalam menyelesaikan konflik Papua dan mengapa
konflik Papua masih terus berlanjut seolah tiada akhir ?
Jawab :
Apakah penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan digunakan untuk
mengatasi ancaman nyata yang sering terjadi di Papua akibat masih eksisnya
kelompok KKB Papua yang melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat
Papua ?
Sebagai sebuah doktrin militer, Doktrin TNI AD (KEP) atau Keamanan dan
Pertahanan (KEP) adalah konsep yang menyatakan bahwa keamanan nasional dan
pertahanan negara tidak bisa dipisahkan dan harus dilakukan secara terpadu. Dalam
konteks konflik di Papua, penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan untuk
mengatasi ancaman yang sering terjadi akibat eksistensi kelompok KKB Papua yang
melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat Papua.
Namun, penanganan konflik di Papua tidak hanya bisa dilakukan melalui
pendekatan militer semata, tapi juga memerlukan pendekatan non-militer yang melibatkan
partisipasi aktif masyarakat setempat. Pemerintah harus memperkuat upaya untuk
membangun kepercayaan masyarakat Papua dan meningkatkan kesejahteraan mereka
agar mereka merasa terlibat dalam upaya perdamaian di Papua.
Pendekatan yang komprehensif dan terpadu antara pendekatan militer dan non-
militer juga diperlukan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Papua melalui program pembangunan dan pembangunan infrastruktur yang terintegrasi
dengan pengembangan kawasan ekonomi, serta mengembangkan program-program
pemberdayaan masyarakat akan membantu untuk mengatasi akar masalah konflik di
Papua.
`1
Selain itu, upaya untuk memerangi korupsi dan tindakan pelanggaran hak asasi
manusia harus dilakukan secara tegas dan berkelanjutan. Ini akan membantu
membangun kepercayaan dan meningkatkan legitimasi pemerintah di Papua.
Dalam rangka memperkuat penerapan Doktrin TNI AD (KEP), perlu dilakukan
peningkatan pelatihan dan pemahaman tentang hak asasi manusia dan prinsip-prinsip
penegakan hukum yang berlaku secara internasional bagi aparat keamanan yang
bertugas di Papua. Selain itu, upaya untuk membangun dialog yang terbuka dan
membangun kepercayaan antara aparat keamanan dan masyarakat setempat juga sangat
penting.
Dengan demikian, penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan untuk
mengatasi ancaman nyata yang sering terjadi di Papua akibat masih eksisnya kelompok
KKB Papua yang melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat Papua. Namun,
pendekatan militer harus dikombinasikan dengan pendekatan non-militer dan upaya untuk
membangun kepercayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
1
Thomas Agung Kurnianto, dkk, Jurnal tentang Upaya Indonesia Mencegah Konflik Papua dengan
Pendekatan Mediasi Humanistik, Volume 16 | Nomor 2 | Agustus 2022
`2
manusia di Papua.
b. Penghormatan terhadap hak asasi manusia. Pemerintah harus
memastikan bahwa hak asasi manusia di Papua dihormati dan dilindungi. Hal ini
termasuk hak atas kemerdekaan berekspresi, hak atas pendidikan dan kesehatan,
serta hak atas tanah dan sumber daya alam.
c. Pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif dapat membantu mengurangi
ketidaksetaraan ekonomi antara Papua dan wilayah lain di Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan melalui pengembangan infrastruktur, pembukaan akses ke pasar dan
sumber daya, serta pembangunan sektor industri.
d. Penguatan sistem hukum dan keamanan. Pemerintah harus memastikan
bahwa sistem hukum dan keamanan di Papua efektif dan dapat dipercaya. Ini akan
membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan dapat
mengurangi ketegangan dan kekerasan di wilayah tersebut.
e. Keterlibatan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok internasional.
Pemerintah dapat bekerja sama dengan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok
internasional untuk membantu menyelesaikan konflik Papua. Hal ini dapat
dilakukan melalui kerja sama dalam bidang hak asasi manusia, pengembangan
ekonomi, dan rekonsiliasi antara kelompok-kelompok yang terlibat dalam konflik.
f. Menghormati keberagaman budaya Papua. Pemerintah harus
memperhatikan keberagaman budaya Papua dan mempromosikan keberagaman
ini sebagai sumber kekuatan dan kemakmuran bagi Papua dan Indonesia secara
keseluruhan. Ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pengembangan seni dan
budaya Papua.
Oleh karena itu, untuk menyelesaikan konflik Papua, dibutuhkan pendekatan yang
holistik dan berkelanjutan, melibatkan dialog, rekonsiliasi, penghormatan terhadap hak
asasi manusia, pembangunan ekonomi yang inklusif, penguatan sistem hukum dan
keamanan, keterlibatan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok internasional, serta
menghormati keberagaman budaya Papua. Hanya dengan pendekatan ini, konflik Papua
dapat diatasi dan perdamaian dapat terwujud.
2. Salah satu fungsi utama TNI AD adalah Pembinaan Teritorial yang juga merupakan
bagian dari strategi militer matra darat. Kemampuan tersebut dititikberatkan pada
penyiapan prajurit dan satuan TNI AD agar memiliki kemampuan untuk mengelola
geografi, demografi, dan kondisi sosial didukung informasi teritorial secara profesional,
proporsional, dan berkesinambungan untuk mewujudkan Ruang, Alat, dan Kondisi (RAK)
juang yang tangguh dengan tujuan terwujudnya kemanunggalan TNI Rakyat sesuai sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata). Dihadapkan dengan
perkembangan kehidupan masyarakat kota modern yang semakin individualistis, memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi, diferensiasi, memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, serta memberlakukan hukum tertulis secara kompleks, hal ini menjadi
tantangan bagi TNI AD untuk melaksanakan tugas pembinaan teritorial dalam rangka
menciptakan ketahanan wilayah, sehingga perlu disusun gelar jaringan siber yang
interelasi dan interdependensi dengan lembaga pemerintah terkait. Pendekatan apa yang
dapat diterapkan agar pembinaan teritorial diwilayah dengan ciri perkembangan
kehidupan masyarakat modern tersebut dapat diproyeksikan untuk kepentingan
operasi militer dalam bentuk perlawanan wilayah ? dan bagaimana cara
menerapkannya serta mengapa pola pembinaan teritorial belum dapat sepenuhnya
mencapai hasil yang optimal?
`5
Jawab :
Pendekatan apa yang dapat diterapkan agar pembinaan teritorial diwilayah
dengan ciri perkembangan kehidupan masyarakat modern tersebut dapat
diproyeksikan untuk kepentingan operasi militer dalam bentuk perlawanan
wilayah ?
Sesuai amanat UU RI No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, terkait dengan operasi
militer selain perang (OMSP), titap-tiap satuan teritorial diberikan tugas yang salah
satunya adalah perbantuan terhadap pemerintah daerah. Tugas tersebut dilakukan
melalui pembinaan teritorial (Binter), yakni upaya pengelolaan pertahanan di daerah
melalui pendekatan atau metode pembinaan dari aspek komunikasi sosial, ketahanan
wilayah dan bakti TNI. Keberadaan institusi teritorial juga berperan dalam menengahi
berbagai kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan yang terkadang
sulit disatukan dan acapkali menimbulkan pergesekan sosial. Karena itu secara sosiologis,
TNI telah berupaya melakukan restrukturisasi fungsi di tengah-tengah masyarakat yaitu
dengan memposisikan diri sebagai pihak yang turut menciptakan keteraturan sosial.
Atas dasar tersebut, dalam menghadapi tantangan pembinaan teritorial di wilayah
dengan ciri perkembangan kehidupan masyarakat modern, TNI AD dapat menerapkan
beberapa pendekatan yang dapat memperkuat kemampuan operasional militer dalam
menghadapi perlawanan wilayah, yaitu :
a. Pendekatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam
menghadapi masyarakat modern yang semakin mengandalkan teknologi informasi
dan komunikasi, TNI AD perlu memanfaatkan TIK sebagai alat untuk memperoleh
informasi teritorial yang lebih cepat, akurat, dan lengkap. Dengan begitu, TNI AD
dapat merespons situasi di lapangan dengan lebih efektif dan efisien.
b. Pendekatan berbasis kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat.
TNI AD perlu membangun kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat dalam
melaksanakan tugas pembinaan teritorial. Dengan cara ini, TNI AD dapat
mengintegrasikan kebijakan dan program pemerintah dalam upaya pembinaan
teritorial, serta memperoleh dukungan masyarakat dalam menjalankan tugas-
tugasnya.
c. Pendekatan berbasis pendidikan dan pelatihan. TNI AD perlu
meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi prajurit dan satuan dalam
menghadapi kondisi sosial yang semakin kompleks. Dalam hal ini, pendidikan dan
pelatihan harus dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk
meningkatkan kemampuan prajurit dan satuan dalam mengelola geografi,
`6
Dalam merancang gelar jaringan siber yang interelasi dan interdependensi dengan
lembaga pemerintah terkait, TNI AD perlu memperhatikan aspek-aspek berikut:
a. Memperoleh informasi teritorial yang akurat dan lengkap melalui sistem
informasi teritorial yang dapat diakses secara online.
b. Menerapkan kebijakan keamanan siber yang tepat untuk mencegah
serangan siber dan menjaga keamanan informasi.
c. Mengintegrasikan kebijakan dan program pemerintah terkait teknologi
informasi dan komunikasi untuk memperkuat kemampuan TNI AD dalam
melaksanakan tugas pembinaan teritorial.
d. Membangun kemitraan dengan lembaga pemerintah terkait dalam
pengelolaan dan pengamanan informasi teritorial.
e. Mengembangkan program pelatihan dan pendidikan bagi prajurit dan
satuan dalam mengelola informasi teritorial dan menghadapi ancaman siber.
3. Ancaman berdimensi politik ada yang berasal dari luar negeri, yaitu tekanan dan
intervensi politik, dengan menggunakan isu hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup,
demokratisasi, dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Ancaman
yang berasal dari dalam negeri berupa rendahnya tingkat kedewasaan berpolitik yang
berakibat pada mobilisasi massa atau penggalangan kekuatan politik. Menurut Pasis
dengan banyaknya Partai Politik yang ikut kompetisi apakah merupakan ancaman
dalam politik Indonesia dihadapkan juga dengan TNI yang harus bersikap netral,
kemudian mengapa dengan partai-partai politik yang ada tersebut memungkinkan
terjadinya intervensi dari luar negeri dan bagaimana kondisi kehidupan demokrasi
di negara Indonesia saat ini ?
Jawab :
Menurut Pasis dengan banyaknya Partai Politik yang ikut kompetisi apakah
merupakan ancaman dalam politik Indonesia dihadapkan juga dengan TNI yang
harus bersikap netral ?
Sebuah negara yang telah memilih untuk menjadi negara demokratis tentu tak
lepas dari masalah yang berkaitan dengan partai politik dan sisrem pemilihan umumnya.
Partai politik merupakan salah satu pilar demokrasi, sedangkan sistem pemilu merupakan
mekanisme dalam melembagakan kekuasaan secara konstitusional. Indonesia yang dulu
dikenal sebagai negara yang bercirikan negara otoritarian secara radikal beralih menjadi
negara demokratis hingga hampir melampaui Amerika Serikat sebagai peletak dasar
negara demokrasi. Di tengah keberanian itu, sebagian pengamat menganggap bahwa
Indonesia telah "kebablasan" dalam berdemokrasi karena negala kica dianggap belum
matang dalam menjalankan ,'beban berat" demokrasi. sekalipun demikian, sebagian tetap
optimis bahwa Indonesia sedang mengalami masa transisi menuju kedewasaan
berdemokrasi.
Indonesia memiliki sistem politik demokrasi yang mengizinkan berdirinya partai
politik dan adanya kompetisi antarpartai politik. Namun, dalam praktiknya, persaingan
politik yang ketat seringkali menyebabkan munculnya polarisasi dan konflik antarpartai.
Dalam kondisi seperti ini, TNI sebagai institusi militer yang diwajibkan untuk menjaga
keamanan dan ketertiban di Indonesia harus bersikap netral dan tidak terlibat dalam
urusan politik praktis.
Meskipun demikian, TNI tetap memiliki peran dalam mengamankan jalannya proses
demokrasi di Indonesia, termasuk dalam pelaksanaan pemilihan umum. TNI juga memiliki
tugas dalam menjaga keamanan dan stabilitas nasional, termasuk dalam menghadapi
potensi ancaman dari dalam negeri, seperti kerusuhan massa dan penggalangan
`10
4. Salah satu Ancaman di wilayah Indonesia adalah terjadinya bencana alam maupun
bencana sosial. Ancaman bencana alam antara lain tsunami, gempa bumi, banjir, angin
puting beliung, kekeringan, tanah longsor, erupsi gunung berapi dan kebakaran hutan
serta bencana alam lainnya, sedangkan ancaman bencana sosial antara lain kerusuhan,
konflik komunal dan horizontal, pencemaran lingkungan hidup, ancaman kesehatan
berupa pandemi penyakit serta belum maksimalnya infrastruktur penunjang kesehatan
masyarakat. Langkah-langkah apa yang penting dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya ancaman yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana sosial?,
mengapa langkah-langkah tersebut perlu dilakukan? dan bagaimana
mewujudkannya ?
Jawab :
Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak
pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan
harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Di samping itu, kejadian-
kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya
perencanaan dan pengaturan dalam penanggulangan bencana.
Pengalaman terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias
(Sumatera Utara) tahun 2004 dan Menurut data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), terdapat 3.494 peristiwa bencana alam di Indonesia sejak awal tahun
hingga 29 Desember 2022. Bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir, yakni
1.506 kejadian. Jumlah itu setara 43,1% dari total kejadian bencana secara nasional.
Berikutnya ada 1.045 kejadian cuaca ekstrem, 633 kejadian tanah longsor, 251 kebakaran
hutan dan lahan (karhutla), 28 kejadian gempa bumi, 26 kejadian gelombang
pasang/abrasi, serta 4 kejadian kekeringan. Provinsi yang paling sering mengalami
bencana alam tahun ini adalah Jawa Barat, yakni 817 kejadian. Diikuti Jawa Tengah dan
Jawa Timur masing-masing 477 dan 396 kejadian. Seluruh kejadian bencana itu membuat
lebih dari 5,38 juta orang menderita dan mengungsi, 851 orang meninggal dunia, 8.725
orang luka-luka, dan 46 orang hilang.Bencana tersebut juga mengakibatkan 94.661 rumah
rusak, dengan rincian 19.928 rumah rusak berat, 22.974 rusak sedang, dan 51.759 rusak
ringan.2 Bencana telah membuka wawasan pengetahuan di Indonesia dan bahkan di
dunia. Kejadian tersebut mengubah paradigma manajemen penanggulangan bencana dari
yang bersifat tanggap darurat menjadi paradigma pencegahan dan pengurangan risiko
2
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/12/30/hampir-3500-bencana-alam-terjadi-di-indonesia-
sepanjang-2022
`13
diberikan secara efektif. Selain itu, koordinasi juga dapat meminimalkan tumpang
tindih atau kesalahan dalam memberikan bantuan, sehingga dapat memaksimalkan
penggunaan sumber daya yang ada.
f. Evaluasi dan pemulihan. Evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan
selama bencana harus dilakukan untuk memperbaiki dan memperkuat strategi
pengurangan risiko bencana di masa yang akan datang. Selain itu, langkah
pemulihan juga harus segera dilakukan untuk memperbaiki kondisi yang rusak dan
membantu masyarakat memulihkan diri dari bencana. Hal ini akan meminimalkan
kerusakan jangka panjang dan membantu masyarakat untuk kembali ke kehidupan
normal.
Bagaimana mewujudkannya ?
Untuk mewujudkan langkah-langkah pengurangan risiko bencana yang telah
dijelaskan sebelumnya, berikut adalah beberapa cara rinci yang dapat dilakukan:
a. Identifikasi risiko. Untuk mengidentifikasi risiko, pemerintah dan LSM dapat
melakukan analisis risiko dan pemetaan daerah yang berpotensi terkena bencana.
Data yang diperoleh dapat digunakan untuk merumuskan strategi pengurangan
risiko bencana. Selain itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam
pengumpulan data melalui survey atau laporan langsung ke pihak berwenang.
b. Persiapan. Untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana, masyarakat
perlu membuat rencana evakuasi dan mempersiapkan persediaan darurat.
Pemerintah dan LSM dapat memberikan edukasi dan bimbingan kepada
masyarakat tentang cara membuat rencana evakuasi dan bagaimana
mempersiapkan persediaan darurat. Selain itu, pemerintah dan LSM juga dapat
membantu membangun fasilitas pengungsian dan menyiapkan sumber daya untuk
membantu masyarakat yang terdampak.
c. Pelatihan. Pelatihan tentang tindakan darurat dan evakuasi dapat dilakukan
oleh pemerintah dan LSM melalui program pelatihan yang terorganisir dengan baik.
Pelatihan ini dapat melibatkan masyarakat, pekerja kesehatan, petugas keamanan,
dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penanggulangan bencana.
d. Komunikasi. Saluran komunikasi yang efektif dapat dibangun oleh
pemerintah dan LSM dengan mengembangkan sistem komunikasi darurat dan
`16
melalui sosial media atau media massa. Selain itu, pemerintah dan LSM juga dapat
melibatkan masyarakat dalam proses komunikasi melalui forum diskusi dan
pertemuan komunitas.
e. Koordinasi. Pemerintah dan LSM dapat mengembangkan program kerja
sama untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana. Program ini
dapat melibatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti relawan,
perusahaan, dan masyarakat setempat. Koordinasi ini harus terus dijaga dan
ditingkatkan untuk memastikan bahwa bantuan dan dukungan yang diberikan
maksimal dan efektif.
f. Evaluasi dan pemulihan. Evaluasi dapat dilakukan oleh pemerintah dan
LSM untuk memperbaiki dan memperkuat strategi pengurangan risiko bencana di
masa yang akan datang. Selain itu, pemulihan dapat dilakukan dengan
membangun kembali infrastruktur yang rusak dan membantu masyarakat
memulihkan diri dari bencana. Pemerintah dan LSM dapat mengembangkan
program pemulihan yang terstruktur untuk membantu masyarakat memulihkan
kondisi fisik dan psikologis.
5. Gelar kekuatan TNI AD merupakan bagian integral dari upaya pertahanan negara
aspek darat. Gelar kekuatan TNI AD didasarkan pada strategi pertahanan negara dan
strategi militer secara terpadu dengan matra laut dan udara (trimatra terpadu). Konsep
gelar kekuatan TNI AD didasarkan pada pertahanan pulau- pulau besar yang mampu
menjangkau pulau-pulau kecil, pengamanan pulau- pulau terluar dan perbatasan negara.
Gelar kekuatan TNI AD terdiri dari kekuatan terpusat, kekuatan kewilayahan, dan
kekuatan pendukung. Apakah konsep gelar kekuatan TNI AD yang tertuang dalam
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi sudah sesuai dihadapkan dengan situasi wilayah
RI, bagaimana sesungguhnya konsep gelar kekuatan TNI AD yang tepat untuk
diimplementasikan di wilayah RI? dan mengapa konsep tersebut dianggap tepat ?
Jawab :
Apakah konsep gelar kekuatan TNI AD yang tertuang dalam Doktrin TNI AD
Kartika Eka Paksi sudah sesuai dihadapkan dengan situasi wilayah RI ?
Konsep gelar kekuatan TNI AD yang tertuang dalam Doktrin TNI AD Kartika Eka
Paksi dan relevansinya dengan situasi wilayah Indonesia saat ini.
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi didasarkan pada strategi pertahanan negara
yang meliputi strategi militer secara terpadu dengan matra laut dan udara (trimatra
terpadu) untuk menghadapi ancaman yang muncul dari dalam dan luar negeri.
Konsep gelar kekuatan TNI AD dalam doktrin ini didasarkan pada pertahanan pulau-
pulau besar yang mampu menjangkau pulau-pulau kecil, pengamanan pulau-pulau
terluar dan perbatasan negara.
Dalam situasi wilayah Indonesia saat ini, konsep gelar kekuatan TNI AD masih
relevan karena Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau
dan memiliki perbatasan laut yang sangat panjang. Oleh karena itu, pertahanan
wilayah Indonesia memerlukan kekuatan militer yang mampu menjangkau dan
mengamankan seluruh wilayah Indonesia, terutama wilayah-wilayah yang terisolasi.
Namun, dalam menghadapi situasi wilayah yang terus berkembang, TNI AD perlu
terus melakukan evaluasi terhadap konsep gelar kekuatan TNI AD dan memperbarui
strategi pertahanan negara. Hal ini dilakukan agar TNI AD dapat menghadapi tantangan
keamanan yang semakin kompleks, seperti ancaman terorisme, cyber warfare, dan konflik
di wilayah perbatasan.
Selain itu, TNI AD juga perlu memperkuat kerjasama dan koordinasi dengan matra
lainnya, seperti TNI AL dan TNI AU, dalam mempertahankan keamanan dan kedaulatan
negara. Dalam hal ini, konsep trimatra terpadu masih menjadi pendekatan yang relevan
dalam menghadapi situasi wilayah yang dinamis.
`18
Tujuan dari konsep gelar kekuatan terpusat adalah untuk memberikan respons
yang cepat, terkoordinasi, dan efektif dalam mengatasi situasi darurat dan konflik.
Dalam pelaksanaannya, TNI AD bekerja sama dengan instansi pemerintah dan
masyarakat setempat untuk mencapai tujuan bersama dalam menjaga keamanan
dan ketertiban wilayah.
Gelar kekuatan kewilayahan dianggap penting dalam mengatasi ancaman yang muncul di
wilayah-wilayah tertentu karena satuan TNI AD yang berada di wilayah tersebut memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi di wilayah tersebut. Selain itu,
konsep ini juga memperkuat kedekatan antara TNI AD dengan masyarakat di wilayah tersebut
dan dapat mempercepat proses penyelesaian ancaman yang muncul di wilayah-wilayah tersebut.
Konsep gelar kekuatan TNI AD yang terpusat, kewilayahan, dan pendukung dianggap
tepat karena mencakup seluruh aspek pertahanan yang diperlukan untuk menjaga
kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia.
Dengan konsep tersebut, TNI AD dapat menyeimbangkan kekuatan yang dimiliki dan
memaksimalkan kemampuan pertahanan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan
wilayah Indonesia. Selain itu, konsep tersebut juga memungkinkan TNI AD untuk
melaksanakan tugas-tugas pertahanan dengan lebih efisien dan efektif, serta
meminimalisir risiko terjadinya kebocoran informasi yang mungkin terjadi jika kekuatan
tidak terpusat.
doktrin tersebut perlu diperbaiki karena adanya pergeseran paradigma ancaman. Hal itu
disampaikan Dudung saat memberikan sambutan dalam Seminar TNI AD V di Sekolah
Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad), Bandung, Jawa Barat, Senin (27/6/2022).
“TNI AD perlu melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi yang didasari dengan
pertimbangan adanya pergeseran paradigma global, regional maupun nasional,” kata
Dudung dalam siaran pers Dispenad. Kartika Eka Paksi merupakan doktrin pada strata
strategis yang menjadi pedoman bagi doktrin pada strata operasional dan taktis di
lingkungan TNI AD. Doktrin ini merujuk kepada doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma yang
bertujuan mengoptimalkan peran tugas dan fungsi TNI AD sesuai amanat Undang-
Undang (UU). Menurut Dudung, pergeseran paradigma global, regional, maupun nasional
turut pula berdampak pada paradigma ancaman dan keamanan akibat dari kemajuan
pengetahuan dan teknologi teraktual. 3
Apakah TNI AD perlu melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi dengan
didasari pertimbangan adanya pergeseran paradigma global, regional maupun
nasional tersebut ?
TNI AD perlu melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi dengan didasari
pertimbangan adanya pergeseran paradigma global, regional, maupun nasional
dalam ancaman dan keamanan. Seiring dengan perkembangan zaman, ancaman
dan keamanan yang dihadapi oleh TNI AD juga semakin kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu, doktrin Kartika Eka Paksi harus terus diperbarui dan disesuaikan
agar dapat memenuhi tuntutan perubahan situasi strategis yang ada.
Beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai melalui revisi doktrin Kartika Eka Paksi antara
lain:
3
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/27/16335751/ksad-tni-ad-perlu-revisi-doktrin-kartika-eka-paksi
`22
Dalam melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi, perlu dilibatkan para ahli
strategi, militer, dan akademisi yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang
pertahanan dan keamanan. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam proses revisi doktrin
juga penting untuk menjaga relevansi doktrin dengan tuntutan keamanan nasional dan
kebutuhan masyarakat. Dengan mengikuti tahapan tersebut, TNI AD akan dapat
memperbarui doktrin Kartika Eka Paksi secara sistematis dan terus-menerus untuk
menjaga kesiapan dan efektivitas operasionalnya dalam menghadapi perubahan ancaman
`23
Dalam hal ini, revisi Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi dilakukan untuk memperkuat
dan memperbaharui strategi pertahanan dan keamanan dalam menghadapi ancaman dan
keamanan baru yang muncul. Dengan melakukan revisi doktrin, TNI AD dapat
mempersiapkan diri secara optimal dan efektif dalam menghadapi perubahan ancaman
dan keamanan yang terjadi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
2020.
3. https://ir.binus.ac.id/2020/10/05/konflik-papua-pemerintah-perlu-mengubah-
pendekatan-keamanan-dengan-pendekatan-humanis/
4. https://www.kemhan.go.id/balitbang/2018/11/08/seminar-peningkatan-pembinaan-
teritorial-tni-dalam-rangka-menghadapi-ancaman-non-militer.html
5. Muhadum lobolo, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, Teori
Konsep dan Isu Strategis, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT RajaGrafindo Persada,
JAKARTA, 2015.
6. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/12/30/hampir-3500-bencana-alam-
terjadi-di-indonesia-sepanjang-2022
7. https://nasional.kompas.com/read/2022/06/27/16335751/ksad-tni-ad-perlu-revisi-
doktrin-kartika-eka-paksi