Anda di halaman 1dari 25

`0

Pertanyaan
1. Tanah Papua masih belum juga dapat lepas dari serangkaian konflik bersenjata.
Dari sejak era Orde Baru hingga Reformasi telah berjalan, rangkaian kejadian kekerasan
yang melibatkan aparat keamanan dan kelompok separatis pendukung kemerdekaan
Papua masih terus terjadi. Tak sedikit warga sipil yang justru jadi korban. Beragam upaya
pendekatan oleh pemerintah dari lintas Presiden, hingga terakhir oleh Presiden Joko
Widodo, masih belum mampu menekan konflik di Bumi Papua. Motif kekerasan semakin
beragam. Tak hanya bermula dari isu kemerdekaan saja, tapi juga rasisme yang masih
kerap menjangkit. Apakah penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan digunakan
untuk mengatasi ancaman nyata yang sering terjadi di Papua akibat masih eksisnya
kelompok KKB Papua yang melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat
Papua. Bagaimana cara terbaik dalam menyelesaikan konflik Papua dan mengapa
konflik Papua masih terus berlanjut seolah tiada akhir ?
Jawab :
Apakah penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan digunakan untuk
mengatasi ancaman nyata yang sering terjadi di Papua akibat masih eksisnya
kelompok KKB Papua yang melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat
Papua ?
Sebagai sebuah doktrin militer, Doktrin TNI AD (KEP) atau Keamanan dan
Pertahanan (KEP) adalah konsep yang menyatakan bahwa keamanan nasional dan
pertahanan negara tidak bisa dipisahkan dan harus dilakukan secara terpadu. Dalam
konteks konflik di Papua, penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan untuk
mengatasi ancaman yang sering terjadi akibat eksistensi kelompok KKB Papua yang
melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat Papua.
Namun, penanganan konflik di Papua tidak hanya bisa dilakukan melalui
pendekatan militer semata, tapi juga memerlukan pendekatan non-militer yang melibatkan
partisipasi aktif masyarakat setempat. Pemerintah harus memperkuat upaya untuk
membangun kepercayaan masyarakat Papua dan meningkatkan kesejahteraan mereka
agar mereka merasa terlibat dalam upaya perdamaian di Papua.
Pendekatan yang komprehensif dan terpadu antara pendekatan militer dan non-
militer juga diperlukan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Papua melalui program pembangunan dan pembangunan infrastruktur yang terintegrasi
dengan pengembangan kawasan ekonomi, serta mengembangkan program-program
pemberdayaan masyarakat akan membantu untuk mengatasi akar masalah konflik di
Papua.
`1

Selain itu, upaya untuk memerangi korupsi dan tindakan pelanggaran hak asasi
manusia harus dilakukan secara tegas dan berkelanjutan. Ini akan membantu
membangun kepercayaan dan meningkatkan legitimasi pemerintah di Papua.
Dalam rangka memperkuat penerapan Doktrin TNI AD (KEP), perlu dilakukan
peningkatan pelatihan dan pemahaman tentang hak asasi manusia dan prinsip-prinsip
penegakan hukum yang berlaku secara internasional bagi aparat keamanan yang
bertugas di Papua. Selain itu, upaya untuk membangun dialog yang terbuka dan
membangun kepercayaan antara aparat keamanan dan masyarakat setempat juga sangat
penting.
Dengan demikian, penerapan Doktrin TNI AD (KEP) masih relevan untuk
mengatasi ancaman nyata yang sering terjadi di Papua akibat masih eksisnya kelompok
KKB Papua yang melakukan intimidasi dan teror terhadap masyarakat Papua. Namun,
pendekatan militer harus dikombinasikan dengan pendekatan non-militer dan upaya untuk
membangun kepercayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

Bagaimana cara terbaik dalam menyelesaikan konflik Papua ?


Papua memiliki kekayaan sumber sosial, budaya dan sumber alam yang berlimpah
namun bertolak belakang dengan tingkat keamanan di kawasan tersebut. Papua terus-
menerus mengalami pertikaian yang timbul dari perbedaan persepsi tentang sejarah
integrasinya ke dalam negara Indonesia, pemiskinan yang terus berlanjut dan kompleks
inferioritas yang diwarnai oleh pelanggaran hak asasi manusia yang merendahkan
martabat orang Papua. Selain itu, ketidakpuasan secara ekonomis juga memunculkan
semangat bagi orang-orang asli Papua untuk berusaha memerdekakan diri yang berujung
gerakan separatisme dan terorisme (Chauvel & Bhakti, 2004). 1
Konflik Papua telah berlangsung selama beberapa dekade dan merupakan
masalah yang kompleks dengan banyak faktor yang terlibat. Menyelesaikan konflik ini
memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa
langkah yang dapat diambil untuk membantu menyelesaikan konflik Papua:
a. Dialog dan rekonsiliasi antara pemerintah dan kelompok-kelompok
Papua yang terlibat dalam konflik. Pemerintah harus berkomunikasi secara
terbuka dengan kelompok-kelompok Papua dan memperhatikan kekhawatiran
mereka. Selain itu, dialog dan rekonsiliasi harus didukung oleh upaya-upaya untuk
memperkuat lembaga-lembaga yang mempromosikan demokrasi dan hak asasi

1
Thomas Agung Kurnianto, dkk, Jurnal tentang Upaya Indonesia Mencegah Konflik Papua dengan
Pendekatan Mediasi Humanistik, Volume 16 | Nomor 2 | Agustus 2022
`2

manusia di Papua.
b. Penghormatan terhadap hak asasi manusia. Pemerintah harus
memastikan bahwa hak asasi manusia di Papua dihormati dan dilindungi. Hal ini
termasuk hak atas kemerdekaan berekspresi, hak atas pendidikan dan kesehatan,
serta hak atas tanah dan sumber daya alam.
c. Pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif dapat membantu mengurangi
ketidaksetaraan ekonomi antara Papua dan wilayah lain di Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan melalui pengembangan infrastruktur, pembukaan akses ke pasar dan
sumber daya, serta pembangunan sektor industri.
d. Penguatan sistem hukum dan keamanan. Pemerintah harus memastikan
bahwa sistem hukum dan keamanan di Papua efektif dan dapat dipercaya. Ini akan
membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan dapat
mengurangi ketegangan dan kekerasan di wilayah tersebut.
e. Keterlibatan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok internasional.
Pemerintah dapat bekerja sama dengan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok
internasional untuk membantu menyelesaikan konflik Papua. Hal ini dapat
dilakukan melalui kerja sama dalam bidang hak asasi manusia, pengembangan
ekonomi, dan rekonsiliasi antara kelompok-kelompok yang terlibat dalam konflik.
f. Menghormati keberagaman budaya Papua. Pemerintah harus
memperhatikan keberagaman budaya Papua dan mempromosikan keberagaman
ini sebagai sumber kekuatan dan kemakmuran bagi Papua dan Indonesia secara
keseluruhan. Ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pengembangan seni dan
budaya Papua.

Terakhir, untuk mencapai perdamaian dan penyelesaian konflik di Papua,


dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat. Ini termasuk pemerintah
Indonesia, kelompok-kelompok Papua, masyarakat sipil, dan kelompok-kelompok
internasional. Hanya dengan bekerja sama dan berkomitmen untuk mencapai tujuan yang
sama, konflik Papua dapat diselesaikan dan perdamaian dapat ditegakkan di wilayah
tersebut.
`3

Mengapa konflik Papua masih terus berlanjut seolah tiada akhir ?


Konflik Papua terus memanas sejak serangan di Nduga akhir 2018 dan unjuk rasa
di Papua pada 2019. Hingga sekarang, pemerintah terus melanjutkan pendekatan
berbasis keamanan di Papua, dengan meningkatkan kehadiran aparat keamanan (TNI
dan Polri) melawan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) seperti TPNPB-OPM.
Seiring dengan pendekatan keamanan ini, jumlah korban di Papua terus meningkat, baik
dari pihak aparat keamanan, KKSB, maupun warga sipil. Sementara itu, akar penyebab
konflik Papua, yaitu sengketa historis terkait integrasi Irian Barat ke Indonesia, kasus
pelanggaran hak asasi manusia yang belum terselesaikan, dan meningkatnya
marginalisasi dan diskriminasi terhadap orang Papua, masih belum terselesaikan.
Konflik Papua telah berlangsung selama bertahun-tahun dan belum terselesaikan
hingga saat ini. Menurut Pendapat Pasis ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan
mengapa konflik Papua masih terus berlanjut :
a. Ketidakpuasan terhadap status politik Papua. Salah satu alasan utama
konflik Papua adalah ketidakpuasan sebagian besar penduduk Papua terhadap
status politik mereka dalam negara Indonesia. Meskipun Papua merupakan bagian
dari Indonesia, banyak warga Papua yang merasa bahwa mereka tidak merdeka
dan tidak memiliki kendali atas nasib mereka sendiri. Hal ini telah memunculkan
tuntutan untuk otonomi yang lebih besar atau bahkan kemerdekaan.
b. Masalah hak asasi manusia. Konflik Papua juga terkait dengan masalah
hak asasi manusia. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah melaporkan
adanya pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh aparat keamanan dan
militer Indonesia di Papua, termasuk penangkapan dan penahanan ilegal,
penyiksaan, dan pembunuhan.
c. Masalah ekonomi. Papua adalah salah satu daerah yang memiliki sumber
daya alam yang melimpah, tetapi sebagian besar penduduk Papua tidak
merasakan manfaat dari kekayaan alam tersebut. Masalah ketidaksetaraan
ekonomi antara Papua dan wilayah lain di Indonesia, dan adanya dugaan korupsi di
Papua, juga menjadi sumber ketegangan dan konflik di wilayah tersebut.
d. Kehadiran militer. Kehadiran militer Indonesia di Papua telah menimbulkan
ketegangan dan konflik dengan sebagian penduduk Papua. Mereka merasa bahwa
kehadiran militer Indonesia di Papua menunjukkan ketidakpercayaan pemerintah
Indonesia terhadap mereka, dan memicu ketakutan dan ketidakamanan di antara
penduduk Papua.
`4

e. Kurangnya dialog dan rekonsiliasi. Selama bertahun-tahun, pemerintah


Indonesia dan kelompok-kelompok Papua belum berhasil menemukan solusi yang
tepat untuk menyelesaikan konflik di Papua. Dialog dan rekonsiliasi yang diperlukan
untuk mengatasi masalah tersebut seringkali tidak terjadi, dan masing-masing pihak
terus mempertahankan pandangan mereka sendiri.

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan konflik Papua, dibutuhkan pendekatan yang
holistik dan berkelanjutan, melibatkan dialog, rekonsiliasi, penghormatan terhadap hak
asasi manusia, pembangunan ekonomi yang inklusif, penguatan sistem hukum dan
keamanan, keterlibatan masyarakat sipil dan kelompok-kelompok internasional, serta
menghormati keberagaman budaya Papua. Hanya dengan pendekatan ini, konflik Papua
dapat diatasi dan perdamaian dapat terwujud.

2. Salah satu fungsi utama TNI AD adalah Pembinaan Teritorial yang juga merupakan
bagian dari strategi militer matra darat. Kemampuan tersebut dititikberatkan pada
penyiapan prajurit dan satuan TNI AD agar memiliki kemampuan untuk mengelola
geografi, demografi, dan kondisi sosial didukung informasi teritorial secara profesional,
proporsional, dan berkesinambungan untuk mewujudkan Ruang, Alat, dan Kondisi (RAK)
juang yang tangguh dengan tujuan terwujudnya kemanunggalan TNI Rakyat sesuai sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata). Dihadapkan dengan
perkembangan kehidupan masyarakat kota modern yang semakin individualistis, memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi, diferensiasi, memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, serta memberlakukan hukum tertulis secara kompleks, hal ini menjadi
tantangan bagi TNI AD untuk melaksanakan tugas pembinaan teritorial dalam rangka
menciptakan ketahanan wilayah, sehingga perlu disusun gelar jaringan siber yang
interelasi dan interdependensi dengan lembaga pemerintah terkait. Pendekatan apa yang
dapat diterapkan agar pembinaan teritorial diwilayah dengan ciri perkembangan
kehidupan masyarakat modern tersebut dapat diproyeksikan untuk kepentingan
operasi militer dalam bentuk perlawanan wilayah ? dan bagaimana cara
menerapkannya serta mengapa pola pembinaan teritorial belum dapat sepenuhnya
mencapai hasil yang optimal?
`5

Jawab :
Pendekatan apa yang dapat diterapkan agar pembinaan teritorial diwilayah
dengan ciri perkembangan kehidupan masyarakat modern tersebut dapat
diproyeksikan untuk kepentingan operasi militer dalam bentuk perlawanan
wilayah ?
Sesuai amanat UU RI No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, terkait dengan operasi
militer selain perang (OMSP), titap-tiap satuan teritorial diberikan tugas yang salah
satunya adalah perbantuan terhadap pemerintah daerah. Tugas tersebut dilakukan
melalui pembinaan teritorial (Binter), yakni upaya pengelolaan pertahanan di daerah
melalui pendekatan atau metode pembinaan dari aspek komunikasi sosial, ketahanan
wilayah dan bakti TNI. Keberadaan institusi teritorial juga berperan dalam menengahi
berbagai kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan yang terkadang
sulit disatukan dan acapkali menimbulkan pergesekan sosial. Karena itu secara sosiologis,
TNI telah berupaya melakukan restrukturisasi fungsi di tengah-tengah masyarakat yaitu
dengan memposisikan diri sebagai pihak yang turut menciptakan keteraturan sosial.
Atas dasar tersebut, dalam menghadapi tantangan pembinaan teritorial di wilayah
dengan ciri perkembangan kehidupan masyarakat modern, TNI AD dapat menerapkan
beberapa pendekatan yang dapat memperkuat kemampuan operasional militer dalam
menghadapi perlawanan wilayah, yaitu :
a. Pendekatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam
menghadapi masyarakat modern yang semakin mengandalkan teknologi informasi
dan komunikasi, TNI AD perlu memanfaatkan TIK sebagai alat untuk memperoleh
informasi teritorial yang lebih cepat, akurat, dan lengkap. Dengan begitu, TNI AD
dapat merespons situasi di lapangan dengan lebih efektif dan efisien.
b. Pendekatan berbasis kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat.
TNI AD perlu membangun kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat dalam
melaksanakan tugas pembinaan teritorial. Dengan cara ini, TNI AD dapat
mengintegrasikan kebijakan dan program pemerintah dalam upaya pembinaan
teritorial, serta memperoleh dukungan masyarakat dalam menjalankan tugas-
tugasnya.
c. Pendekatan berbasis pendidikan dan pelatihan. TNI AD perlu
meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi prajurit dan satuan dalam
menghadapi kondisi sosial yang semakin kompleks. Dalam hal ini, pendidikan dan
pelatihan harus dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan untuk
meningkatkan kemampuan prajurit dan satuan dalam mengelola geografi,
`6

demografi, dan kondisi sosial di wilayah operasi.


d. Pendekatan berbasis kebudayaan. TNI AD perlu memahami dan
menghormati keberagaman budaya di wilayah operasi, serta membangun
kemitraan dengan masyarakat adat dan kelompok-kelompok etnis dalam
menjalankan tugas pembinaan teritorial. Dalam hal ini, TNI AD perlu
mengembangkan pendekatan yang sensitif terhadap keberagaman budaya dan
merespons aspirasi masyarakat secara proporsional dan profesional.

Dalam merancang gelar jaringan siber yang interelasi dan interdependensi dengan
lembaga pemerintah terkait, TNI AD perlu memperhatikan aspek-aspek berikut:
a. Memperoleh informasi teritorial yang akurat dan lengkap melalui sistem
informasi teritorial yang dapat diakses secara online.
b. Menerapkan kebijakan keamanan siber yang tepat untuk mencegah
serangan siber dan menjaga keamanan informasi.
c. Mengintegrasikan kebijakan dan program pemerintah terkait teknologi
informasi dan komunikasi untuk memperkuat kemampuan TNI AD dalam
melaksanakan tugas pembinaan teritorial.
d. Membangun kemitraan dengan lembaga pemerintah terkait dalam
pengelolaan dan pengamanan informasi teritorial.
e. Mengembangkan program pelatihan dan pendidikan bagi prajurit dan
satuan dalam mengelola informasi teritorial dan menghadapi ancaman siber.

Bagaimana cara menerapkannya ?


Beberapa cara menerapkan pendekatan yang disebutkan di atas :
a. Membangun jaringan dengan lembaga pemerintah terkait. TNI AD dapat
membangun kerja sama dan koordinasi dengan lembaga pemerintah terkait seperti
kepolisian, dinas keamanan, dan dinas perhubungan untuk saling bertukar
informasi dan memperkuat kemampuan dalam memantau wilayah yang rentan
terhadap gangguan keamanan. Melalui kerja sama ini, TNI AD dapat memperoleh
informasi yang akurat dan terkini mengenai situasi keamanan di wilayah tersebut.
b. Melakukan survei teritorial. TNI AD dapat melakukan survei teritorial untuk
mengumpulkan informasi terkait kondisi sosial, ekonomi, dan politik di wilayah yang
menjadi target operasi militer. Survei teritorial dilakukan dengan mengirimkan tim ke
lapangan untuk memetakan wilayah, mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas keamanan, dan mengumpulkan data dan informasi terkait
`7

sumber daya alam, infrastruktur, dan potensi konflik di wilayah tersebut.


c. Melakukan pendekatan persuasif. TNI AD dapat melakukan pendekatan
persuasif terhadap masyarakat di wilayah tersebut dengan cara membangun
hubungan yang baik dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat setempat.
Pendekatan persuasif dilakukan dengan cara memperhatikan dan menghargai
kepentingan masyarakat setempat, memberikan bantuan sosial, dan membantu
memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
d. Meningkatkan kemampuan siber. TNI AD dapat meningkatkan
kemampuan siber dalam rangka memantau dan mengidentifikasi ancaman
keamanan yang berasal dari dunia maya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
melatih prajurit TNI AD dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
memperkuat sistem keamanan jaringan, dan membentuk tim siber yang terlatih dan
terampil.
e. Melakukan pembinaan teritorial secara terus-menerus. TNI AD harus
melakukan pembinaan teritorial secara terus-menerus dan berkesinambungan agar
kemampuan prajurit dalam mengelola geografi, demografi, dan kondisi sosial dapat
terus ditingkatkan. Pembinaan teritorial dilakukan dengan memberikan pelatihan
dan pendidikan terkait keamanan, pengelolaan krisis, dan manajemen konflik
kepada prajurit TNI AD. Selain itu, pembinaan teritorial juga dilakukan dengan cara
memperkuat kerja sama antara prajurit TNI AD dan masyarakat setempat, serta
membangun kesadaran bersama akan pentingnya menjaga stabilitas keamanan di
wilayah tersebut.

Dalam penerapannya, TNI AD harus tetap memperhatikan aspek hukum dan


mengikuti aturan yang berlaku dalam menjalankan tugas pembinaan teritorial. TNI AD juga
harus senantiasa memperhatikan hak asasi manusia dan menjaga kemanunggalan TNI
dengan rakyat.
Mengapa pola pembinaan teritorial belum dapat sepenuhnya mencapai hasil
yang optimal ?
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pola pembinaan teritorial belum
dapat sepenuhnya mencapai hasil yang optimal, di antaranya:
a. Masalah Sumber Daya Manusia. TNI AD membutuhkan personel yang
berkualitas, berpengalaman, dan memahami seluk-beluk tugas pembinaan
teritorial. Namun, tidak semua personel TNI AD memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang memadai dalam bidang tersebut. Selain itu, masih terdapat
`8

kendala dalam pemenuhan kebutuhan personel di wilayah-wilayah tertentu,


terutama yang sulit dijangkau.
b. Masalah Komunikasi dan Koordinasi. Pembinaan teritorial membutuhkan
kolaborasi dan koordinasi yang baik antara TNI AD dengan pemerintah,
masyarakat, dan pihak lain yang terkait. Namun, masih terdapat masalah dalam
komunikasi dan koordinasi antarpihak, baik dalam hal pemahaman maupun
perbedaan kepentingan.
c. Masalah Keterbatasan Anggaran. Anggaran yang tersedia untuk
pembinaan teritorial masih terbatas, sehingga terdapat keterbatasan dalam hal
pengadaan sarana dan prasarana, pelatihan dan pendidikan, serta pemenuhan
kebutuhan operasional lainnya.
d. Masalah Persepsi Masyarakat. Terdapat persepsi masyarakat yang belum
sepenuhnya memahami tujuan dan manfaat dari pembinaan teritorial, sehingga
tidak terlalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh TNI AD. Selain
itu, masih terdapat stereotip negatif terhadap TNI AD yang dapat memengaruhi
kerjasama antara TNI AD dengan masyarakat.

Dalam rangka mengatasi masalah-masalah tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya


seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan komunikasi dan
koordinasi antarpihak, peningkatan alokasi anggaran, dan peningkatan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai pentingnya pembinaan teritorial bagi keamanan dan pertahanan
wilayah.
`9

3. Ancaman berdimensi politik ada yang berasal dari luar negeri, yaitu tekanan dan
intervensi politik, dengan menggunakan isu hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup,
demokratisasi, dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Ancaman
yang berasal dari dalam negeri berupa rendahnya tingkat kedewasaan berpolitik yang
berakibat pada mobilisasi massa atau penggalangan kekuatan politik. Menurut Pasis
dengan banyaknya Partai Politik yang ikut kompetisi apakah merupakan ancaman
dalam politik Indonesia dihadapkan juga dengan TNI yang harus bersikap netral,
kemudian mengapa dengan partai-partai politik yang ada tersebut memungkinkan
terjadinya intervensi dari luar negeri dan bagaimana kondisi kehidupan demokrasi
di negara Indonesia saat ini ?
Jawab :
Menurut Pasis dengan banyaknya Partai Politik yang ikut kompetisi apakah
merupakan ancaman dalam politik Indonesia dihadapkan juga dengan TNI yang
harus bersikap netral ?
Sebuah negara yang telah memilih untuk menjadi negara demokratis tentu tak
lepas dari masalah yang berkaitan dengan partai politik dan sisrem pemilihan umumnya.
Partai politik merupakan salah satu pilar demokrasi, sedangkan sistem pemilu merupakan
mekanisme dalam melembagakan kekuasaan secara konstitusional. Indonesia yang dulu
dikenal sebagai negara yang bercirikan negara otoritarian secara radikal beralih menjadi
negara demokratis hingga hampir melampaui Amerika Serikat sebagai peletak dasar
negara demokrasi. Di tengah keberanian itu, sebagian pengamat menganggap bahwa
Indonesia telah "kebablasan" dalam berdemokrasi karena negala kica dianggap belum
matang dalam menjalankan ,'beban berat" demokrasi. sekalipun demikian, sebagian tetap
optimis bahwa Indonesia sedang mengalami masa transisi menuju kedewasaan
berdemokrasi.
Indonesia memiliki sistem politik demokrasi yang mengizinkan berdirinya partai
politik dan adanya kompetisi antarpartai politik. Namun, dalam praktiknya, persaingan
politik yang ketat seringkali menyebabkan munculnya polarisasi dan konflik antarpartai.
Dalam kondisi seperti ini, TNI sebagai institusi militer yang diwajibkan untuk menjaga
keamanan dan ketertiban di Indonesia harus bersikap netral dan tidak terlibat dalam
urusan politik praktis.
Meskipun demikian, TNI tetap memiliki peran dalam mengamankan jalannya proses
demokrasi di Indonesia, termasuk dalam pelaksanaan pemilihan umum. TNI juga memiliki
tugas dalam menjaga keamanan dan stabilitas nasional, termasuk dalam menghadapi
potensi ancaman dari dalam negeri, seperti kerusuhan massa dan penggalangan
`10

kekuatan politik yang tidak bertanggung jawab.


Adanya banyaknya partai politik dan kompetisi politik yang sengit juga dapat
menjadi ancaman dalam politik Indonesia jika tidak diikuti dengan penguatan sistem
demokrasi yang baik dan kualitas politik yang baik pula. Dalam hal ini, peran partai
politik, masyarakat, dan media massa dalam membangun budaya politik yang dewasa dan
menjaga integritas pemilu sangat penting untuk menghindari ancaman dalam politik,
termasuk ancaman yang berdimensi politik dari dalam negeri.

Mengapa dengan partai-partai politik yang ada tersebut memungkinkan


terjadinya intervensi dari luar negeri ?
Partai politik dalam sistem demokrasi di Indonesia memang menjadi jalur untuk
merepresentasikan aspirasi politik dari berbagai kelompok dan individu di dalam negeri.
Namun, dalam praktiknya, partai politik seringkali rentan terhadap pengaruh dari luar
negeri, karena adanya kepentingan negara asing untuk mempengaruhi politik
Indonesia, baik untuk kepentingan ekonomi, politik, maupun keamanan.
Intervensi politik dari luar negeri biasanya dilakukan melalui upaya-upaya
pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada partai politik dan elit
politik di dalam negeri. Upaya tersebut dapat meliputi dukungan finansial, bantuan
teknis dan logistik, propaganda, atau bahkan operasi intelijen. Intervensi politik
dapat dilakukan oleh negara-negara atau kelompok-kelompok yang memiliki
kepentingan terhadap politik Indonesia, seperti negara-negara tetangga, negara
adidaya, atau kelompok-kelompok non-negara yang memiliki agenda tertentu di
Indonesia.
Salah satu alasan mengapa partai politik di Indonesia rentan terhadap
intervensi politik dari luar negeri adalah karena masih lemahnya sistem
pengawasan dan regulasi atas sumber daya politik yang masuk dari luar negeri.
Selain itu, beberapa partai politik juga dianggap kurang memiliki kekuatan dan
kemampuan untuk menjaga independensi dan integritas dalam mengambil
keputusan politik.
Untuk menghindari intervensi politik dari luar negeri, diperlukan sistem pengawasan
dan regulasi yang lebih ketat terhadap sumber daya politik dari luar negeri. Selain itu,
partai politik dan elit politik di Indonesia perlu lebih berperan aktif dalam menjaga
independensi dan integritas dalam mengambil keputusan politik, serta meningkatkan
kualitas politik dan kesadaran politik dalam masyarakat. Dengan cara ini, diharapkan
intervensi politik dari luar negeri dapat diminimalisir dan sistem politik Indonesia dapat
`11

berjalan dengan lebih baik dan lebih mandiri.

Bagaimana kondisi kehidupan demokrasi di negara Indonesia saat ini ?


Kondisi kehidupan demokrasi di Indonesia saat ini relatif stabil. Indonesia telah
mengalami transisi demokrasi yang cukup panjang sejak reformasi pada tahun 1998 dan
secara bertahap berhasil mencapai sejumlah pencapaian positif dalam hal pembangunan
demokrasi. Indonesia masih berada dalam kondisi yang relatif baik dalam hal
kehidupan demokrasi. Pemilihan umum berjalan lancar dan sukses, partisipasi
masyarakat dalam proses demokrasi cukup tinggi, dan kebebasan pers dan hak
asasi manusia diakui dan dihormati Meskipun demikian, masih terdapat beberapa
masalah dan tantangan yang perlu diatasi.
Secara umum, Indonesia memiliki kerangka kelembagaan yang kuat untuk
mendukung sistem demokrasi. Pemilihan umum diadakan secara teratur dan
transparan, dengan partai-partai politik yang dapat bersaing secara bebas.
Pemerintah pusat dan daerah juga relatif terbuka terhadap pengawasan publik dan
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Namun, beberapa isu dan tantangan tetap ada dalam kehidupan demokrasi
Indonesia. Di antaranya adalah korupsi yang masih terjadi di banyak tingkat
pemerintahan dan politik, polarisasi politik yang memperburuk tindakan
diskriminatif terhadap minoritas, terutama agama dan etnis, serta penindasan
terhadap hak-hak sipil dan politik, terutama di Papua.
Selain itu, terdapat juga beberapa masalah struktural, seperti ketidakadilan
ekonomi dan ketimpangan antara wilayah urban dan rural, yang dapat
mempengaruhi partisipasi dan kualitas hidup warga. Namun, dengan adanya upaya
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, seperti
melalui program-program desa, upaya pembangunan partisipatif, dan penggunaan
teknologi informasi, diharapkan dapat memperbaiki situasi.
Secara keseluruhan, Indonesia terus berjuang untuk meningkatkan kualitas
demokrasi, dengan mengatasi tantangan yang ada dan memperkuat institusi dan
kelembagaan demokratis.
`12

4. Salah satu Ancaman di wilayah Indonesia adalah terjadinya bencana alam maupun
bencana sosial. Ancaman bencana alam antara lain tsunami, gempa bumi, banjir, angin
puting beliung, kekeringan, tanah longsor, erupsi gunung berapi dan kebakaran hutan
serta bencana alam lainnya, sedangkan ancaman bencana sosial antara lain kerusuhan,
konflik komunal dan horizontal, pencemaran lingkungan hidup, ancaman kesehatan
berupa pandemi penyakit serta belum maksimalnya infrastruktur penunjang kesehatan
masyarakat. Langkah-langkah apa yang penting dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya ancaman yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana sosial?,
mengapa langkah-langkah tersebut perlu dilakukan? dan bagaimana
mewujudkannya ?
Jawab :
Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia memberikan banyak
pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan dunia bahwa banyaknya korban jiwa dan
harta benda dalam musibah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Di samping itu, kejadian-
kejadian bencana tersebut pun semakin menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya
perencanaan dan pengaturan dalam penanggulangan bencana.
Pengalaman terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias
(Sumatera Utara) tahun 2004 dan Menurut data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), terdapat 3.494 peristiwa bencana alam di Indonesia sejak awal tahun
hingga 29 Desember 2022. Bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir, yakni
1.506 kejadian. Jumlah itu setara 43,1% dari total kejadian bencana secara nasional.
Berikutnya ada 1.045 kejadian cuaca ekstrem, 633 kejadian tanah longsor, 251 kebakaran
hutan dan lahan (karhutla), 28 kejadian gempa bumi, 26 kejadian gelombang
pasang/abrasi, serta 4 kejadian kekeringan. Provinsi yang paling sering mengalami
bencana alam tahun ini adalah Jawa Barat, yakni 817 kejadian. Diikuti Jawa Tengah dan
Jawa Timur masing-masing 477 dan 396 kejadian. Seluruh kejadian bencana itu membuat
lebih dari 5,38 juta orang menderita dan mengungsi, 851 orang meninggal dunia, 8.725
orang luka-luka, dan 46 orang hilang.Bencana tersebut juga mengakibatkan 94.661 rumah
rusak, dengan rincian 19.928 rumah rusak berat, 22.974 rusak sedang, dan 51.759 rusak
ringan.2 Bencana telah membuka wawasan pengetahuan di Indonesia dan bahkan di
dunia. Kejadian tersebut mengubah paradigma manajemen penanggulangan bencana dari
yang bersifat tanggap darurat menjadi paradigma pencegahan dan pengurangan risiko

2
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/12/30/hampir-3500-bencana-alam-terjadi-di-indonesia-
sepanjang-2022
`13

bencana (PRB). Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia dilakukan pada


berbagai tahapan kegiatan, yang berpedoman pada kebijakan pemerintah yaitu Undang-
Undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah
terkait lainnya yang telah memasukkan Pengurangan Risiko Bencana.
Langkah-langkah apa yang penting dilakukan untuk mengantisipasi
terjadinya ancaman yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana sosial ?.
Mengantisipasi terjadinya ancaman yang disebabkan oleh bencana alam maupun
bencana sosial adalah tindakan yang sangat penting untuk dilakukan agar dapat
meminimalisasi kerugian dan dampak yang mungkin timbul. Berikut adalah beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi ancaman tersebut :
a. Identifikasi risiko. Identifikasi risiko adalah langkah awal yang penting
untuk mengantisipasi bencana. Identifikasi risiko meliputi memahami jenis bencana
yang mungkin terjadi di daerah tertentu, sejarah bencana di daerah tersebut, dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bencana.
b. Persiapan. Persiapan sebelum bencana terjadi adalah kunci untuk
mengurangi dampak yang mungkin terjadi. Persiapan meliputi membuat rencana
evakuasi, persediaan makanan dan air bersih, peralatan medis, dan peralatan
keamanan.
c. Pelatihan. Pelatihan tentang tindakan darurat dan evakuasi sangat penting
untuk dilakukan sebelum bencana terjadi. Pelatihan ini dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang tindakan yang harus dilakukan ketika bencana
terjadi.
d. Komunikasi. Komunikasi yang efektif sangat penting selama bencana. Ada
baiknya membuat saluran komunikasi yang jelas dan terbuka untuk memberikan
informasi kepada masyarakat, serta untuk menerima laporan dan permintaan
bantuan.
e. Koordinasi. Koordinasi antara pihak-pihak terkait seperti pemerintah, LSM,
dan masyarakat sangat penting selama bencana. Koordinasi ini dapat memastikan
bahwa bantuan dan dukungan yang dibutuhkan tersedia dengan tepat waktu.
f. Evaluasi dan pemulihan. Setelah bencana terjadi, evaluasi tentang
tindakan yang telah dilakukan selama bencana harus dilakukan untuk memperbaiki
dan memperkuat strategi pengurangan risiko bencana di masa yang akan datang.
Selain itu, langkah pemulihan juga harus segera dilakukan untuk memperbaiki
kondisi yang rusak dan membantu masyarakat memulihkan diri dari bencana.
`14

Demikianlah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi


terjadinya ancaman yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana sosial.
Dengan persiapan dan koordinasi yang baik, kerugian dan dampak yang mungkin timbul
dapat diminimalkan dan keamanan serta keselamatan masyarakat dapat terjamin.

Mengapa langkah-langkah tersebut perlu dilakukan ?


Langkah-langkah untuk mengantisipasi ancaman bencana alam dan sosial perlu
dilakukan karena bencana dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar, baik dari
segi materi maupun jiwa. Berikut adalah penjelasan mengapa langkah-langkah tersebut
perlu dilakukan :
a. Identifikasi risiko. Identifikasi risiko sangat penting untuk memahami
potensi bencana yang mungkin terjadi di suatu daerah, serta faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya bencana. Dengan memahami risiko tersebut,
langkah-langkah persiapan dan mitigasi risiko dapat dilakukan untuk mengurangi
dampak bencana.
b. Persiapan. Persiapan sebelum bencana terjadi sangat penting untuk
memastikan bahwa masyarakat siap menghadapi bencana. Persiapan meliputi
membuat rencana evakuasi, persediaan makanan dan air bersih, peralatan medis,
dan peralatan keamanan. Dengan melakukan persiapan ini, masyarakat dapat
bertindak dengan cepat dan efektif saat bencana terjadi, sehingga dapat
meminimalkan kerugian dan jumlah korban.
c. Pelatihan. Pelatihan tentang tindakan darurat dan evakuasi sangat penting
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tindakan yang harus dilakukan
ketika bencana terjadi. Dengan melakukan pelatihan, masyarakat dapat
mengurangi kepanikan dan bertindak dengan tepat saat bencana terjadi, sehingga
dapat meminimalkan risiko cedera atau kematian.
d. Komunikasi. Komunikasi yang efektif sangat penting selama bencana.
Dengan saluran komunikasi yang jelas dan terbuka, informasi tentang situasi dan
kondisi dapat disampaikan dengan cepat dan tepat, serta dapat menerima laporan
dan permintaan bantuan. Hal ini akan memungkinkan bantuan dan dukungan yang
dibutuhkan tersedia dengan tepat waktu, sehingga dapat meminimalkan risiko
kerusakan dan korban jiwa.
e. Koordinasi. Koordinasi antara pihak-pihak terkait seperti pemerintah, LSM,
dan masyarakat sangat penting selama bencana. Koordinasi ini dapat memastikan
bahwa bantuan dan dukungan yang dibutuhkan tersedia dengan tepat waktu dan
`15

diberikan secara efektif. Selain itu, koordinasi juga dapat meminimalkan tumpang
tindih atau kesalahan dalam memberikan bantuan, sehingga dapat memaksimalkan
penggunaan sumber daya yang ada.
f. Evaluasi dan pemulihan. Evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan
selama bencana harus dilakukan untuk memperbaiki dan memperkuat strategi
pengurangan risiko bencana di masa yang akan datang. Selain itu, langkah
pemulihan juga harus segera dilakukan untuk memperbaiki kondisi yang rusak dan
membantu masyarakat memulihkan diri dari bencana. Hal ini akan meminimalkan
kerusakan jangka panjang dan membantu masyarakat untuk kembali ke kehidupan
normal.

Demikianlah penjelasan mengapa langkah-langkah untuk mengantisipasi ancaman


bencana alam

Bagaimana mewujudkannya ?
Untuk mewujudkan langkah-langkah pengurangan risiko bencana yang telah
dijelaskan sebelumnya, berikut adalah beberapa cara rinci yang dapat dilakukan:
a. Identifikasi risiko. Untuk mengidentifikasi risiko, pemerintah dan LSM dapat
melakukan analisis risiko dan pemetaan daerah yang berpotensi terkena bencana.
Data yang diperoleh dapat digunakan untuk merumuskan strategi pengurangan
risiko bencana. Selain itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam
pengumpulan data melalui survey atau laporan langsung ke pihak berwenang.
b. Persiapan. Untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana, masyarakat
perlu membuat rencana evakuasi dan mempersiapkan persediaan darurat.
Pemerintah dan LSM dapat memberikan edukasi dan bimbingan kepada
masyarakat tentang cara membuat rencana evakuasi dan bagaimana
mempersiapkan persediaan darurat. Selain itu, pemerintah dan LSM juga dapat
membantu membangun fasilitas pengungsian dan menyiapkan sumber daya untuk
membantu masyarakat yang terdampak.
c. Pelatihan. Pelatihan tentang tindakan darurat dan evakuasi dapat dilakukan
oleh pemerintah dan LSM melalui program pelatihan yang terorganisir dengan baik.
Pelatihan ini dapat melibatkan masyarakat, pekerja kesehatan, petugas keamanan,
dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penanggulangan bencana.
d. Komunikasi. Saluran komunikasi yang efektif dapat dibangun oleh
pemerintah dan LSM dengan mengembangkan sistem komunikasi darurat dan
`16

melalui sosial media atau media massa. Selain itu, pemerintah dan LSM juga dapat
melibatkan masyarakat dalam proses komunikasi melalui forum diskusi dan
pertemuan komunitas.
e. Koordinasi. Pemerintah dan LSM dapat mengembangkan program kerja
sama untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana. Program ini
dapat melibatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti relawan,
perusahaan, dan masyarakat setempat. Koordinasi ini harus terus dijaga dan
ditingkatkan untuk memastikan bahwa bantuan dan dukungan yang diberikan
maksimal dan efektif.
f. Evaluasi dan pemulihan. Evaluasi dapat dilakukan oleh pemerintah dan
LSM untuk memperbaiki dan memperkuat strategi pengurangan risiko bencana di
masa yang akan datang. Selain itu, pemulihan dapat dilakukan dengan
membangun kembali infrastruktur yang rusak dan membantu masyarakat
memulihkan diri dari bencana. Pemerintah dan LSM dapat mengembangkan
program pemulihan yang terstruktur untuk membantu masyarakat memulihkan
kondisi fisik dan psikologis.

Demikianlah beberapa cara rinci untuk mewujudkan langkah-langkah pengurangan


risiko bencana. Penting untuk diingat bahwa pengurangan risiko bencana merupakan
proses yang terus menerus dan perlu dukungan dari semua pihak untuk mencapai hasil
yang efektif.
`17

5. Gelar kekuatan TNI AD merupakan bagian integral dari upaya pertahanan negara
aspek darat. Gelar kekuatan TNI AD didasarkan pada strategi pertahanan negara dan
strategi militer secara terpadu dengan matra laut dan udara (trimatra terpadu). Konsep
gelar kekuatan TNI AD didasarkan pada pertahanan pulau- pulau besar yang mampu
menjangkau pulau-pulau kecil, pengamanan pulau- pulau terluar dan perbatasan negara.
Gelar kekuatan TNI AD terdiri dari kekuatan terpusat, kekuatan kewilayahan, dan
kekuatan pendukung. Apakah konsep gelar kekuatan TNI AD yang tertuang dalam
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi sudah sesuai dihadapkan dengan situasi wilayah
RI, bagaimana sesungguhnya konsep gelar kekuatan TNI AD yang tepat untuk
diimplementasikan di wilayah RI? dan mengapa konsep tersebut dianggap tepat ?
Jawab :
Apakah konsep gelar kekuatan TNI AD yang tertuang dalam Doktrin TNI AD
Kartika Eka Paksi sudah sesuai dihadapkan dengan situasi wilayah RI ?
Konsep gelar kekuatan TNI AD yang tertuang dalam Doktrin TNI AD Kartika Eka
Paksi dan relevansinya dengan situasi wilayah Indonesia saat ini.
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi didasarkan pada strategi pertahanan negara
yang meliputi strategi militer secara terpadu dengan matra laut dan udara (trimatra
terpadu) untuk menghadapi ancaman yang muncul dari dalam dan luar negeri.
Konsep gelar kekuatan TNI AD dalam doktrin ini didasarkan pada pertahanan pulau-
pulau besar yang mampu menjangkau pulau-pulau kecil, pengamanan pulau-pulau
terluar dan perbatasan negara.
Dalam situasi wilayah Indonesia saat ini, konsep gelar kekuatan TNI AD masih
relevan karena Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau
dan memiliki perbatasan laut yang sangat panjang. Oleh karena itu, pertahanan
wilayah Indonesia memerlukan kekuatan militer yang mampu menjangkau dan
mengamankan seluruh wilayah Indonesia, terutama wilayah-wilayah yang terisolasi.
Namun, dalam menghadapi situasi wilayah yang terus berkembang, TNI AD perlu
terus melakukan evaluasi terhadap konsep gelar kekuatan TNI AD dan memperbarui
strategi pertahanan negara. Hal ini dilakukan agar TNI AD dapat menghadapi tantangan
keamanan yang semakin kompleks, seperti ancaman terorisme, cyber warfare, dan konflik
di wilayah perbatasan.
Selain itu, TNI AD juga perlu memperkuat kerjasama dan koordinasi dengan matra
lainnya, seperti TNI AL dan TNI AU, dalam mempertahankan keamanan dan kedaulatan
negara. Dalam hal ini, konsep trimatra terpadu masih menjadi pendekatan yang relevan
dalam menghadapi situasi wilayah yang dinamis.
`18

Dalam kesimpulan, konsep gelar kekuatan TNI AD dalam Doktrin TNI AD


Kartika Eka Paksi masih sesuai dengan situasi wilayah Indonesia saat ini, namun
perlu dilakukan evaluasi dan perbaruan strategi secara berkala untuk menghadapi
tantangan keamanan yang semakin kompleks.

Bagaimana sesungguhnya konsep gelar kekuatan TNI AD yang tepat untuk


diimplementasikan di wilayah RI ?
TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat) memiliki berbagai gelar
kekuatan untuk menggambarkan kemampuan dan peranannya dalam menjaga kedaulatan
dan keamanan nasional. Konsep gelar kekuatan TNI AD yang tepat untuk
diimplementasikan di wilayah Indonesia sangat tergantung pada faktor-faktor seperti
ancaman keamanan yang dihadapi, kemampuan dan sumber daya yang tersedia, serta
kebijakan nasional yang diambil.
Namun, secara umum, ada beberapa konsep gelar kekuatan TNI AD yang telah
diadopsi dan terbukti efektif dalam menjaga keamanan dan kedaulatan nasional, yaitu:
Konsep gelar kekuatan TNI AD didasarkan pada pertahanan pulaupulau besar
yang mampu menjangkau pulau-pulau kecil, pengamanan pulaupulau terluar dan
perbatasan negara. Gelar kekuatan TNI AD terdiri dari kekuatan terpusat, kekuatan
kewilayahan, dan kekuatan pendukung.

1. Gelar kekuatan terpusat ditujukan untuk mengatasi trouble spot di seluruh


wilayah untuk melindungi kepentingan nasional. Dalam konsep gelar kekuatan
terpusat, TNI AD akan mengumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya ke wilayah
yang menjadi trouble spot. Kekuatan TNI AD yang terdiri dari pasukan infanteri,
pasukan mekanik, dan pasukan artileri akan dikerahkan ke wilayah tersebut untuk
mengatasi krisis atau konflik yang terjadi.

Tujuan dari konsep gelar kekuatan terpusat adalah untuk memberikan respons
yang cepat, terkoordinasi, dan efektif dalam mengatasi situasi darurat dan konflik.
Dalam pelaksanaannya, TNI AD bekerja sama dengan instansi pemerintah dan
masyarakat setempat untuk mencapai tujuan bersama dalam menjaga keamanan
dan ketertiban wilayah.

2. Gelar kekuatan kewilayahan ditujukan sebagai penindak awal pada setiap


ancaman yang timbul melalui operasi penindakan, perlawanan wilayah, serangan
balas, dan pemulihan keamanan, dimana kekuatan tersebut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan operasi secara mandiri di wilayahnya. Dalam konsep ini, kekuatan
yang terdiri dari satuan-satuan TNI AD yang berada di wilayah tersebut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan operasi secara mandiri dan tidak tergantung pada kekuatan yang berasal
dari luar wilayah. Hal ini memungkinkan TNI AD untuk dapat merespons cepat terhadap
`19

ancaman yang muncul di wilayah-wilayah tersebut dan memberikan perlindungan terhadap


kepentingan nasional di wilayah tersebut.

Gelar kekuatan kewilayahan dianggap penting dalam mengatasi ancaman yang muncul di
wilayah-wilayah tertentu karena satuan TNI AD yang berada di wilayah tersebut memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi di wilayah tersebut. Selain itu,
konsep ini juga memperkuat kedekatan antara TNI AD dengan masyarakat di wilayah tersebut
dan dapat mempercepat proses penyelesaian ancaman yang muncul di wilayah-wilayah tersebut.

3. Selanjutnya gelar kekuatan pendukung ditujukan untuk mendukung


kemampuan kekuatan terpusat dan kekuatan kewilayahan sesuai dengan konsep
penggelaran kekuatan pendukung. Kekuatan pendukung ini memiliki kemampuan
logistik, intelijen, dan teknologi informasi yang diperlukan untuk menunjang operasi
TNI AD. Selain itu, kekuatan pendukung juga dapat memberikan bantuan dalam
bentuk dukungan tembakan, dukungan medis, dan dukungan logistik lainnya
kepada kekuatan terpusat dan kekuatan kewilayahan. Dengan adanya gelar
kekuatan pendukung, diharapkan TNI AD dapat melaksanakan tugas dan fungsi
operasionalnya secara optimal dan efektif.

4. Adapun gelar kekuatan TNI AD di daerah perbatasan, rawan, dan pulau


terluar/terpencil diselaraskan dengan pembangunan nasional yang dilakukan oleh
pemerintah dengan memerhatikan kondisi geografis, demografis, dan kondisi sosial
wilayah masing-masing. Pemenuhan gelar kekuatan dilaksanakan secara proporsional
agar mampu memberikan totalitas dari kekuatan matra darat sebagai kekuatan yang
menentukan (desecieve force) dalam sistem pertahanan negara

Mengapa konsep tersebut dianggap tepat ?

Konsep gelar kekuatan TNI AD yang terpusat, kewilayahan, dan pendukung dianggap
tepat karena mencakup seluruh aspek pertahanan yang diperlukan untuk menjaga
kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia.

1. Konsep tersebut memungkinkan TNI AD untuk mengatasi berbagai ancaman dan


gangguan keamanan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

2. Gelar kekuatan terpusat memungkinkan TNI AD untuk mengatasi trouble spot di


seluruh wilayah Indonesia secara cepat dan efektif, melindungi kepentingan nasional, dan
mempertahankan stabilitas keamanan.

3. Gelar kekuatan kewilayahan memungkinkan TNI AD untuk memberikan respons


yang cepat dan efektif pada setiap ancaman yang timbul di wilayahnya, dan memastikan
operasi dilaksanakan secara mandiri di wilayah tersebut.
`20

4. Sementara itu, gelar kekuatan pendukung memungkinkan TNI AD untuk


mendukung kekuatan terpusat dan kewilayahan sesuai dengan kebutuhan konsep
penggelaran kekuatan pendukung.

5. Konsep gelar kekuatan TNI AD di daerah perbatasan, rawan, dan pulau


terluar/terpencil dianggap tepat karena daerah-daerah tersebut sering kali menjadi
sasaran utama ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. Oleh
karena itu, keberadaan kekuatan TNI AD di daerah tersebut sangat penting untuk
menjaga keamanan dan ketahanan nasional.. keberadaan TNI AD di daerah perbatasan,
rawan, dan pulau terluar/terpencil juga dapat memberikan rasa aman dan perlindungan
kepada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Dengan adanya keberadaan TNI AD,
masyarakat akan merasa lebih terlindungi dari ancaman yang mungkin datang dari luar
wilayah.

Dengan konsep tersebut, TNI AD dapat menyeimbangkan kekuatan yang dimiliki dan
memaksimalkan kemampuan pertahanan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan
wilayah Indonesia. Selain itu, konsep tersebut juga memungkinkan TNI AD untuk
melaksanakan tugas-tugas pertahanan dengan lebih efisien dan efektif, serta
meminimalisir risiko terjadinya kebocoran informasi yang mungkin terjadi jika kekuatan
tidak terpusat.

6. Munculnya pergeseran paradigma ancaman dan keamanan membuat TNI


Angkatan Darat menyadari akan pentingnya memperbaiki doktrin Kartika Eka Paksi,
terlebih pergeseran paradigma ancaman dan keamanan tersebut tidak serta-merta hanya
terjadi di ruang lingkup nasional, melainkan juga secara global maupun regional. Doktrin
Kartika Eka Paksi merupakan doktrin yang berada pada strata strategis yang menjadi
pedoman bagi doktrin pada strata operasional dan taktis di lingkungan TNI AD. Doktrin
TNI AD Kartika Eka Paksi pada dasarnya bersifat dinamis dan fleksibel. Karena sifat
tersebut, penerapan doktrin ini pun perlu terus dievaluasi sehingga ajarannya selalu dapat
disesuaikan, tanpa kehilangan kekhasannya sebagai ciri utama kekuatan matra darat.
Perang saat ini sangat kompleks yang diperankan oleh berbagai aktor yang terlibat di
dalamnya dan telah mengubah militer dalam operasinya. Apakah TNI AD perlu
melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi dengan didasari pertimbangan adanya
pergeseran paradigma global, regional maupun nasional tersebut ?, bagaimana
revisi Doktrin Kartika Eka Paksi tersebut dilakukan ? dan mengapa Doktrin TNI AD
Kartika Eka Paksi perlu dilakukan revisi ?
Jawab :
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman
mengatakan, TNI AD perlu merevisi doktrin Kartika Eka Paksi. Salah satu pertimbangan
`21

doktrin tersebut perlu diperbaiki karena adanya pergeseran paradigma ancaman. Hal itu
disampaikan Dudung saat memberikan sambutan dalam Seminar TNI AD V di Sekolah
Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad), Bandung, Jawa Barat, Senin (27/6/2022).
“TNI AD perlu melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi yang didasari dengan
pertimbangan adanya pergeseran paradigma global, regional maupun nasional,” kata
Dudung dalam siaran pers Dispenad. Kartika Eka Paksi merupakan doktrin pada strata
strategis yang menjadi pedoman bagi doktrin pada strata operasional dan taktis di
lingkungan TNI AD. Doktrin ini merujuk kepada doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma yang
bertujuan mengoptimalkan peran tugas dan fungsi TNI AD sesuai amanat Undang-
Undang (UU). Menurut Dudung, pergeseran paradigma global, regional, maupun nasional
turut pula berdampak pada paradigma ancaman dan keamanan akibat dari kemajuan
pengetahuan dan teknologi teraktual. 3

Apakah TNI AD perlu melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi dengan
didasari pertimbangan adanya pergeseran paradigma global, regional maupun
nasional tersebut ?
TNI AD perlu melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi dengan didasari
pertimbangan adanya pergeseran paradigma global, regional, maupun nasional
dalam ancaman dan keamanan. Seiring dengan perkembangan zaman, ancaman
dan keamanan yang dihadapi oleh TNI AD juga semakin kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu, doktrin Kartika Eka Paksi harus terus diperbarui dan disesuaikan
agar dapat memenuhi tuntutan perubahan situasi strategis yang ada.

Beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai melalui revisi doktrin Kartika Eka Paksi antara
lain:

1. Menyesuaikan diri dengan perubahan situasi keamanan dan ancaman yang


semakin kompleks dan dinamis.
2. Memperkuat kemampuan TNI AD untuk menjaga kedaulatan, keutuhan, dan
keamanan nasional.
3. Mengintegrasikan aspek teknologi dan sumber daya manusia dalam kerangka
konseptual dan strategis doktrin.
4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya TNI AD.
5. Menetapkan prioritas dan strategi dalam pengembangan kekuatan TNI AD.

Dengan melakukan revisi doktrin ini, TNI AD diharapkan dapat memperkuat


kemampuan pertahanan dan keamanan nasional dalam menghadapi berbagai
tantangan yang semakin kompleks dan dinamis.

3
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/27/16335751/ksad-tni-ad-perlu-revisi-doktrin-kartika-eka-paksi
`22

Bagaimana revisi Doktrin Kartika Eka Paksi tersebut dilakukan ?


Proses revisi doktrin Kartika Eka Paksi dilakukan melalui serangkaian tahap yang
terdiri dari analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berikut adalah penjelasan
rinci mengenai tahapan tersebut :
a. Analisis. Tahap analisis dilakukan untuk memahami situasi strategis dan
perubahan paradigma ancaman dan keamanan yang ada. Pada tahap ini,
dilakukan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber, termasuk
pengalaman operasional yang lalu, analisis tren global, regional, dan nasional,
serta kajian kebijakan pertahanan dan keamanan. Hasil analisis tersebut digunakan
sebagai dasar dalam merumuskan rekomendasi perubahan pada doktrin.
b. Perencanaan. Tahap perencanaan melibatkan pembentukan tim khusus
yang terdiri dari ahli strategi, militer, dan akademisi untuk merumuskan
rekomendasi perubahan pada doktrin Kartika Eka Paksi. Rekomendasi tersebut
mencakup perubahan pada konsep operasional, taktik, dan strategi serta
penyesuaian pada penggunaan teknologi dan peralatan. Hasil perencanaan ini
disusun dalam bentuk konsep doktrin baru.
c. Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan melibatkan proses pengujian dan validasi
konsep doktrin baru yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan. Pengujian
dilakukan melalui simulasi atau latihan militer untuk menguji kelayakan dan
efektivitas konsep doktrin baru. Setelah pengujian selesai, maka doktrin baru dapat
disahkan dan diberlakukan sebagai pedoman operasional TNI AD.
d. Evaluasi. Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses revisi
doktrin Kartika Eka Paksi. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus untuk
mengevaluasi keberhasilan implementasi doktrin baru dan mengevaluasi efektivitas
dan kecukupan doktrin dalam menghadapi ancaman dan keamanan yang ada.
Hasil evaluasi akan menjadi masukan dalam proses revisi doktrin di masa depan.

Dalam melakukan revisi doktrin Kartika Eka Paksi, perlu dilibatkan para ahli
strategi, militer, dan akademisi yang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang
pertahanan dan keamanan. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam proses revisi doktrin
juga penting untuk menjaga relevansi doktrin dengan tuntutan keamanan nasional dan
kebutuhan masyarakat. Dengan mengikuti tahapan tersebut, TNI AD akan dapat
memperbarui doktrin Kartika Eka Paksi secara sistematis dan terus-menerus untuk
menjaga kesiapan dan efektivitas operasionalnya dalam menghadapi perubahan ancaman
`23

dan keamanan di masa depan.

Mengapa Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi perlu dilakukan revisi ?


Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi perlu dilakukan revisi karena adanya pergeseran
paradigma ancaman dan keamanan yang terjadi baik di tingkat nasional, regional, maupun
global. Beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran paradigma tersebut antara lain:
a. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi membawa perubahan pada pola
perang yang semakin kompleks dan terintegrasi. Hal ini membuat doktrin lama
perlu disesuaikan dengan teknologi yang ada untuk menghadapi ancaman yang
semakin beragam dan terkait.
b. Ancaman non-militer. Ancaman terorisme, narkoba, cyber attack dan
lainnya yang berasal dari sumber non-militer semakin kompleks dan sulit diatasi
dengan metode militer konvensional. Oleh karena itu, doktrin perlu memasukkan
strategi dan metode yang lebih inklusif.
c. Perubahan geopolitik. Perubahan geopolitik yang terjadi pada tingkat
nasional, regional, dan global memengaruhi paradigma ancaman dan keamanan.
Hal ini membutuhkan adanya penyesuaian doktrin untuk memperkuat pertahanan
dan keamanan.
d. Globalisasi. Globalisasi telah mengubah pola hubungan internasional dan
membawa perubahan pada ancaman dan keamanan nasional. Doktrin perlu
mempertimbangkan perubahan ini dalam rangka menjaga keamanan nasional.

Dalam hal ini, revisi Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi dilakukan untuk memperkuat
dan memperbaharui strategi pertahanan dan keamanan dalam menghadapi ancaman dan
keamanan baru yang muncul. Dengan melakukan revisi doktrin, TNI AD dapat
mempersiapkan diri secara optimal dan efektif dalam menghadapi perubahan ancaman
dan keamanan yang terjadi di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

1. DOKTRIN TNI AD KARTIKA EKA PAKSI, DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN


PANGLIMA TNI NOMOR KEP/1024/XII/2020 TANGGAL 21 DESEMBER 2020.
2. Yulia Sugandi, Analisis Konflik dan Rekomendasi Kebijakan Mengenai Papua,
Friedrich Ebert Stiftung (FES), Jl.Kemang Selatan II No.2A, Jakarta 12730 – Indonesia,
`24

2020.
3. https://ir.binus.ac.id/2020/10/05/konflik-papua-pemerintah-perlu-mengubah-
pendekatan-keamanan-dengan-pendekatan-humanis/
4. https://www.kemhan.go.id/balitbang/2018/11/08/seminar-peningkatan-pembinaan-
teritorial-tni-dalam-rangka-menghadapi-ancaman-non-militer.html
5. Muhadum lobolo, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, Teori
Konsep dan Isu Strategis, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT RajaGrafindo Persada,
JAKARTA, 2015.
6. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/12/30/hampir-3500-bencana-alam-
terjadi-di-indonesia-sepanjang-2022
7. https://nasional.kompas.com/read/2022/06/27/16335751/ksad-tni-ad-perlu-revisi-
doktrin-kartika-eka-paksi

Anda mungkin juga menyukai