Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andry

NIM : 0281702001
Matkul : Management Keuangan dan Keuangan International

Mengapa dollar Amerika tetap menguat? Padahal lebih banyak import daripada export.

Normalnya, sebuah Negara mendapat pendanaan salah satunya dengan memungut pajak
dari rakyatnya. Namun, bagi Negara super power mereka dapat memungut pajak dari Negara-
negara lainnya. Itulah yang berabad-abad kita saksikan terjadi dalam imperium yunani, romawi,
ottoman, dan bahkan hingga Inggris raya.
Namun, untuk pertama kalinya, Amerika serikat pada abad 20 bisa memajaki negara-
negara lain dunia secara tidak langsung melalui beban inflasi penciptaan mata uang dollar yang
tidak didukung dengan logam berharga. Mata uang dollar yang terdistribusi secara luas
menempatkan Amerika pada tempat istimewa. Negara-negara lain harus berkeringat
menyerahkan hasil buminya dari minyak, tuna, rotan, kayu, emas, tembaga sementara sang
superpower cukup menukarnya dengan uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan tanpa
memiliki nilai intrinsik sedikit pun. Risiko terjadinya inflasi dari penciptaan dollar yang
berlebihan dengan cerdik dialihkan kepada 60 % lebih penduduk bumiyang menggunakan mata
uang ini.

Stabilitas Mata Uang


Dalam perdagangan internasional tidak semua jenis mata uang memiliki legitimasi dan
dapat dipergunakan secara luas. Negara berkembang misalnya, jarang yang menggunakan mata
uang local untuk urusan transaksi internasional karena mata uang mereka dianggap volatile
(tidak stabil). Lantaran itu,mereka menggunakan uang yang relative kuat seperti dollar.
Kriteria stabil ini perlu dites dan diteliti lebih lanjut. Apakah dollar benar-benar mewakili
mata uang yang stabil? Banyak ekonom yang berpendapat selama itu masih berupa fiat money,
dimanapun ia akan menyimpan bom waktu ketidakstabilan sepanjang masa. Salah satu argumen
utamanya, karena pemerintah gampang tergoda menerbitkan uang dalam jumlah yang tak
terbatas (unlimited) dengan konsekuensi meroketnya tingkat inflasi.
Bisa disimpulkan bila Amerika menikmati pendapatan yang luar biasa besar dari
penciptaan uang ini atau yang dikenal dengan istilah seigniorage (Pendapatan dari penerbitan
mata uang). Keuntungan dari penciptaan mata uang semakin besar ketika banyak pendukung
yang mensirkulasikan mata uang dollar tersebut ke seluruh penjuru dunia. Karena itu, sangat
tidak adil bagi kebanyakan Negara berkembang di mana para buruh bekerja membanting tulang
hanya untuk mengejar pendapatan $2-$5 per hari, sementara The Fed dengan sangat leluasa bisa
mencetak dollar hampirunlimited untuk membiayaianggaran belanja Negara dengan konsekuensi
orang seluruh dunia pengguna dollar ikut “menyumbang” dengan membayar inflasi yang
diakibatkannya. Dengan kata lain, pemerintah Amerika secara tidak langsung bisa memajaki
pemegang dollar di seluruh dunia melalui skema anggaran yang terinflasi.

Tiga Indikator Dasar


Nama : Andry
NIM : 0281702001
Matkul : Management Keuangan dan Keuangan International

Kemampuan Dollar untuk terus bertahan menjadi alat pembayaran utama bisa dideteksi
dari tingkat kepercayaan penggunanya. Kepercayaan tersebut sangat bergantung pada
kemampuan AS dalam memelihara stabilitas dan kesinambungan fundamental ekonominya.
Inflasi, pengangguran, dan tingkat hutang merupakan tiga indikator dasar yang dapat dijadkan
acuan dalam menilai stabilitas fundamental ekonomi suatu Negara.
AS berhasil mengendalikan tingkat inflasinya sejaktahun 1982 dan seterusnya hingga
tahun 2007 berfluktuasi tipis antara 1% hingga 6 %. Tingkat pengangguran dapat dikatakan
dalam posisi yang moderat berkisar antara 4% hingga 9 % dengan catatan semakin menurun dari
tahun ke tahun. Dari 2 indikator tersebut dapat dikatakan bahwa AS tidak memiliki masalah
serius dalam fundamental ekonominya.
Namun bagaimana dengan tingkat hutang luar negerinya?? Total outstanding hutang AS
dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1998 jumlahnya mencapai 5,5 triliun dollar
lebih dan meningkat menjadi 6,2 triliun di akhir tahun 2002. Bila sebelumnya AS dikenal
sebagai Negara pemberi hutang, saat ini beralih menjadi Negara yang terjerat hutang yang tak
terbayangkan. Bedanya, bila Negara-negara miskin harus berjuang sendirian untuk
melunasihutangnya, AS bisa mendapatkan solusi yang lebih elegan dengan melibatkan seluruh
masyarakat dunia pengguna Dollar untuk bersama-sama menanggung inflasi yang diakibatkan
Dollar tersebut.

Manipulasi Pasar Modal Domestik


Robert Heller, anggota Federal Reserve Board , pada tahun 1989 mengeluarkan
pernyataan bahwa atas nama stabilitas ekonomi, The Fed bisa saja membeli saham di pasar
modal dalam jumlah besar untuk menstabilkan pasar dari ancaman inflasi akibat dari banyaknya
jumlah Dollar yang beredar di masyarakat. Pernyataan ini sangat irasional karena terdapat
berbagai persoalan teknis seperti, bagaimana cara The Fed (sebagai bank sentral) untuk masuk ke
dalam mekanisme pasar modal.
Ide menstabilkan pasar ini mengingatkan kembali tentang keberadaan tim khusus untuk
menangani pasar modal setelah terjadinya market crash 1987. Tim yang dikenal dengan WGFM
(Working Group on Financial Market), didirikan pada tahun 1988, adalah tim ad hoc yang terdiri
dari menteri keuangan, gubernur The Fed, ketua Securities and Exchange Commision (semacam
Bappepam), dan ketua Commodity Futures Trading Commision. Tugas utama dari tim ini adalah
untuk mangambil tindakan yang“dianggap perlu” untuk menjaga daya saing dari pasar uang AS.
Dalam kesempatan lain, Alan Greenspan pernah menyatakan bahwa The Fed juga melakukan
upaya-upaya lain yang disebut “unconventional method” untuk menstabilkan ekonomi. Tidak
menjelaskan secara terperinci apa maksud metode yang tidak konvensional itu, namun sumber
yang tidak mau disebut nama dari The Fed mengakui langkah yang dimaksud adalah
mengordinasikan korporasi-korporasi AS untuk saling memborong saham korporasi AS lainnya
dalam rangka menarik Dollar yang beredar“terlalu banyak” di masyarakat.
Kesimpulan
Nama : Andry
NIM : 0281702001
Matkul : Management Keuangan dan Keuangan International

Ketika suatu sistem dipimpin oleh pihak yang kurang tepat, maka akan hadir kebijakan
yang tidak adil. Faktanya, AS adalah satu-satunya Negara yang dapat mencetak mata uangnya
sendiri tanpa khawatir akan meroketnya tingkat inflasi.
Sistem ini tidak disia-siakan oleh AS. Kemampuannya mencetak uang tanpa batas telah memicu
kemauan pemimpin Negara tersebut untuk menjadi rakus akan kekuatan yang dibuktikan dengan
menjadi promotor perang Irak, menciptakan konspirasi kemiskinan di Darfur, serta menjaga
ketidakstabilan perdamaian timur tengah yang kesemuanya itu dilakukan melalui mesin-mesin
perangnya.
Menjadikan fiat money yang tak sedikit pun di-back up dengan logam mulia bagaikan
menyimpan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Hal tersebut terjadi ketika disekuilibrium
ekonomi tak tertahankan lagi seperti peristiwa great depression yang melanda AS dan krisis
moneter yang menghantam seluruh Negara Asia tenggara. Ekonom-ekonom dunia memahami
dengan baik fakta tersebut namun yang mereka lakukan justru tetap mempertahankan fiat money
dan sekedar menunda terjadinya krisis keuangan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai