NIM : 0281702001
Matkul : Management Keuangan dan Keuangan International
Mengapa dollar Amerika tetap menguat? Padahal lebih banyak import daripada export.
Normalnya, sebuah Negara mendapat pendanaan salah satunya dengan memungut pajak
dari rakyatnya. Namun, bagi Negara super power mereka dapat memungut pajak dari Negara-
negara lainnya. Itulah yang berabad-abad kita saksikan terjadi dalam imperium yunani, romawi,
ottoman, dan bahkan hingga Inggris raya.
Namun, untuk pertama kalinya, Amerika serikat pada abad 20 bisa memajaki negara-
negara lain dunia secara tidak langsung melalui beban inflasi penciptaan mata uang dollar yang
tidak didukung dengan logam berharga. Mata uang dollar yang terdistribusi secara luas
menempatkan Amerika pada tempat istimewa. Negara-negara lain harus berkeringat
menyerahkan hasil buminya dari minyak, tuna, rotan, kayu, emas, tembaga sementara sang
superpower cukup menukarnya dengan uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan tanpa
memiliki nilai intrinsik sedikit pun. Risiko terjadinya inflasi dari penciptaan dollar yang
berlebihan dengan cerdik dialihkan kepada 60 % lebih penduduk bumiyang menggunakan mata
uang ini.
Kemampuan Dollar untuk terus bertahan menjadi alat pembayaran utama bisa dideteksi
dari tingkat kepercayaan penggunanya. Kepercayaan tersebut sangat bergantung pada
kemampuan AS dalam memelihara stabilitas dan kesinambungan fundamental ekonominya.
Inflasi, pengangguran, dan tingkat hutang merupakan tiga indikator dasar yang dapat dijadkan
acuan dalam menilai stabilitas fundamental ekonomi suatu Negara.
AS berhasil mengendalikan tingkat inflasinya sejaktahun 1982 dan seterusnya hingga
tahun 2007 berfluktuasi tipis antara 1% hingga 6 %. Tingkat pengangguran dapat dikatakan
dalam posisi yang moderat berkisar antara 4% hingga 9 % dengan catatan semakin menurun dari
tahun ke tahun. Dari 2 indikator tersebut dapat dikatakan bahwa AS tidak memiliki masalah
serius dalam fundamental ekonominya.
Namun bagaimana dengan tingkat hutang luar negerinya?? Total outstanding hutang AS
dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 1998 jumlahnya mencapai 5,5 triliun dollar
lebih dan meningkat menjadi 6,2 triliun di akhir tahun 2002. Bila sebelumnya AS dikenal
sebagai Negara pemberi hutang, saat ini beralih menjadi Negara yang terjerat hutang yang tak
terbayangkan. Bedanya, bila Negara-negara miskin harus berjuang sendirian untuk
melunasihutangnya, AS bisa mendapatkan solusi yang lebih elegan dengan melibatkan seluruh
masyarakat dunia pengguna Dollar untuk bersama-sama menanggung inflasi yang diakibatkan
Dollar tersebut.
Ketika suatu sistem dipimpin oleh pihak yang kurang tepat, maka akan hadir kebijakan
yang tidak adil. Faktanya, AS adalah satu-satunya Negara yang dapat mencetak mata uangnya
sendiri tanpa khawatir akan meroketnya tingkat inflasi.
Sistem ini tidak disia-siakan oleh AS. Kemampuannya mencetak uang tanpa batas telah memicu
kemauan pemimpin Negara tersebut untuk menjadi rakus akan kekuatan yang dibuktikan dengan
menjadi promotor perang Irak, menciptakan konspirasi kemiskinan di Darfur, serta menjaga
ketidakstabilan perdamaian timur tengah yang kesemuanya itu dilakukan melalui mesin-mesin
perangnya.
Menjadikan fiat money yang tak sedikit pun di-back up dengan logam mulia bagaikan
menyimpan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Hal tersebut terjadi ketika disekuilibrium
ekonomi tak tertahankan lagi seperti peristiwa great depression yang melanda AS dan krisis
moneter yang menghantam seluruh Negara Asia tenggara. Ekonom-ekonom dunia memahami
dengan baik fakta tersebut namun yang mereka lakukan justru tetap mempertahankan fiat money
dan sekedar menunda terjadinya krisis keuangan berikutnya.