Anda di halaman 1dari 7

LK 1.

3 Penentuan Penyebab Masalah dan Masalah Terpilih yang akan diselesaikan

Nama : Sandi Rustandi, S.Pd


Asal Sekolah : SMKS 1 Juli Cikajang-Garut
LPTK : Universitas Muhammadiyah Malang

Hasil eksplorasi penyebab Akar penyebab Masalah terpilih yang akan


No. Analisis akar penyebab masalah
masalah masalah diselesaikan
1 Rendahnya minat belajar Kurangnya Berdasarkan hasil analisis akar penyebab masalah rendahnya minat • Rendahnya minat belajar
siswa pada mata penggunaan model dan belajar siswa yaitu : siswa
pelajaran pendidikan media pembelajaran Guru kurang optimal menggunakan model dan media pembelajaran • Rendahnya Keterampilan
pancasila terutama pada yang bervariasi oleh yang bervariasi, guru sering menggunakan model pembelajaran Kolaborasi Siswa
materi peluang dan guru konvensional yang didominasi ceramah dimana siswa mendengarkan
tantangan penerapan penjelasan dari guru tanpa adanya interaksi antara sesama siswa,
pancasila maupun siswa dengan guru. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan menjawab soal-soal yang termuat pada buku teks atau LKS
• Kurangnya penggunaan secara individu. Media pembelajaran yang bervariasi juga jarang
model dan media digunakan. Guru selalu menggunakan media gambar. Pembelajaran
pembelajaran yang yang kurang menarik tersebut, tentu tidak dapat menciptakan suasana
bervariasi oleh guru. belajar yang menggairahkan siswa. Rasa tertarik, perasaan senang,
• Pembelajaran didominasi perhatian, partisipasi, dan keinginan siswa tidak akan muncul selama
metode ceramah pembelajaran berlangsung. Siswa menjadi sibuk sendiri dan bahkan
• Siswa hanya ditugaskan ada yang mengobrol bersama teman sebangku mereka. Jika guru
mengerjakan LKS menerapkan model pembelajaran yang menarik, maka sebaiknya
• Konsep dasar belum disertai penggunaan media pembelajaran yang bervariasi agar
dikuasai oleh siswa mempermudah menstimulus minat belajar siswa. Gambaran di atas
• Pembelajaran belum merupakan akar penyebab minat belajar siswa rendah.
mengakomodasi minat
belajar siswa. Hal ini diperkuat berdasarkan jurnal milik Mulyantini, dkk. 2019.
“Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap
Minat Belajar IPA Siswa Kelas IV SD”. Mimbar PGSD Undiksha.
Volume 7. Nomor 1.
Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/1702
3
dan Agustin, dkk. 2021. “Peranan Media Interaktif Animasi
Terhadap Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 019 Tanjung Sawit Kecamatan
Tapung Kabupaten Kampar Pembelajaran 2020/2021”. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling. Volume 3. Nomor 1. Tersedia pada
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/vie
w/1385
• Mulyantini, dkk. (2019) menyatakan penyebab rendahnya
minat belajar adalah kurangnya penggunaan model
pembelajaran yang menarik oleh guru pada saat mengajar
siswa di dalam kelas. Selain itu, guru lebih banyak
menjelaskan materi dengan cara ceramah atau siswa diminta
membuat tugas yang ada pada LKS.
• Agustin, dkk. (2021) menyatakan minat belajar siswa cukup
rendah karena cara mengajar guru cenderung menjelaskan
dan guru kurang variatif dalam menggunakan media
pembelajaran.
2 Siswa mengalami Dalam proses Berdasarkan hasil analisis akar penyebab masalah kejenuhan yang
kejenuhan (burnout) pembelajaran terjadi pada siswa saat proses pembelajaran Pendidikan Pancasila
pada pelajaran Pendidikan Pancasila yaitu Pembelajaran yang dilakukan tidak berpusat pada siswa.
pendidikan pancasila Guru masih (Teacher Sentris) dan Gaya guru mengajar yang monoton, kurang
menyampaikan materi menantang dan menyenangkan. Guru juga kurang menggunakan
Penyebab siswa mengalami pembelajaran secara strategi pembelajaran yang bervariasi menyebabkan siswa
kejenuhan (burnout) adalah monoton mengalami kejenuhan. Strategi ekspositori digunakan oleh guru
sebagai berikut. secara terus-menerus selama pembelajaran. Materi ajar disampaikan
• Situasi pembelajaran secara verbal oleh guru kepada siswa, dengan maksud agar siswa
yang monoton dapat menguasa materi pelajaran secara optimal. Namun
• Kebisingan pada saat kenyataannya siswa menjadi bosan, lelah, lesu, dan tidak
siswa belajar bersemangat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa
• Terlalu banyak tugas mengalami kejenuhan belajar secara fisik maupun emosional.
yang harus dikerjakan Kondisi siswa seperti itu tentu akan menyebabkan penguasaan materi
siswa siswa menjadi tidak optimal. Siswa perlu ruang untuk
• Stagnasi pada variasi mengekpresikan diri sesuai dengan karakteristik anak seusianya.
strategi pembelajaran Siswa memerlukan berbagai macam variasi kegiatan pembelajaran.
oleh guru. Fokus siswa juga tidak bertahan lama, sehingga guru harus
• Aturan dari guru yang mensiasati situasi tersebut dengan memberikan kegiatan belajar yang
membingungkan siswa. beragam.
• Kurangnya interelasi
siswa dengan guru. Hal ini diperkuat berdasarkan jurnal milik Agustina, dkk. 2019.
• Media pembelajaran “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Kejenuhan Belajar Pada
yang kurang Siswa Dan Usaha Guru BK Untuk Mengatasinya”. Jurnal Ilmiah
mendukung. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Volume 4. Nomor 1.
• Tidak adanya feedback Tersedia pada
positif dari aktivitas http://www.jim.unsyiah.ac.id/pbk/article/view/7153/4834
belajar siswa.
• Guru tidak memberikan Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa kejenuhan belajar dapat
kesempatan bagi siswa berasal dari situasi yang monoton, kebisingan pada saat belajar, tugas
untuk relaksasi ketika terlalu banyak, harapan yang tinggi, kurang adanya kontrol, tekanan
belajar. yang tinggi, tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan kesempatan,
aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan
deadline tugas. Agustina, dkk. (2019)
3 Penyebab rendahnya Guru kurang Berdasarkan hasil analisis akar penyebab masalah rendahnya minat
minat baca siswa adalah menanamkan budaya baca siswa adalah Guru kurang menanamkan budaya membaca
sebagai berikut. membaca kepada kepada siswa. Kegiatan membaca di sekolah hanya sebatas saat
• Kemampuan siswa siswa. pembelajaran berlangsung. Siswa membaca buku hanya jika diminta
membaca rendah. oleh guru. Pemahaman siswa terkait isi bacaan pun masih tergolong
• Siswa tidak memahami kurang, karena belum terbiasa mengasah kemampuan membaca
makna yang terkandung pemahaman. Siswa lebih suka menghabiskan waktu luang atau
dalam bacaan. istirahat untuk bermain dibandingkan membaca. Siswa juga jarang
• Guru kurang mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku. Budaya membaca
menanamkan budaya belum ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan-kegiatan
membaca kepada siswa. pembiasaan. Siswa belum terbiasa membaca buku beberapa menit
• Mading sekolah tidak sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, membaca di pojok baca, dan
pernah diperbaharui. mengisi pohon literasi dengan kertas yang memuat kalimat efektif.
• Sekolah tidak memiliki
tempat khusus untuk Hasil analisis tersebut diperkuat dengan jurnal milik Solahudin, dkk.
membaca selain 2022. “Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca Pada
perpustakaan. Siswa Kelas 5 SD Negeri 4 Tanjung Lago”. Jurnal Pendidikan
• Program literasi belum dan Konseling. Volume 4. Nomor 5.
berjalan maksimal. Tersedia pada
• Tidak tersedianya pojok https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/vie
baca di kelas. w/5465/3978
• Siswa kurang menyadari Dalam jurnal tersebut Solahudin, dkk. (2022) menyatakan
pentingnya membaca. rendahnya minat baca siswa disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor internalnya meliputi: kemampuan membaca dan memahami
makna yang terkandung dalam bacaan, kurangnya membiasakan
membaca, membaca buku atas perintah guru, siswa jarang mencari
buku atau bahan bacaan sesuai dengan kebutuhannya. Faktor
eksternalnya meliputi: budaya membaca yang kurang di lingkungan
sekolah, program literasi belum berjalan maksimal, mading sekolah
yang tidak pernah diperbaharui, dan sekolah tidak memiliki tempat
khusus untuk membaca selain di perpustakaan.
4 Penyebab jarang Guru terbiasa Berdasarkan hasil analisis akar penyebab masalah yang dilakukan
diterapkannya melakukan melalui kegiatan kajian literatur dan wawancara kepada guru, kepala
pembelajaran pembelajaran satu arah sekolah dan pakar, yang menjadi penyebab belum terlaksananya
berdiferensiasi di kelas dan berpusat hanya pembelajaran berdiferensiasi di kelas secara optimal karena Guru
adalah sebagai berikut. pada guru (teacher terbiasa melakukan pembelajaran satu arah menyebabkan
center). pembelajaran berdiferensiasi jarang diterapkan. Pembelajaran di
• Guru belum memiliki kelas selama ini sering berpusat pada guru (teacher center). Siswa
pengetahuan pedagogik dianggap sebagai pembelajar yang pasif. Guru menjelaskan materi
terkait pemilihan media ajar tanpa memperdulikan respon siswa yang nampak selama
sesuai gaya belajar siswa. pembelajaran.
• Guru terbiasa melakukan Padahal, siswa sudah menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan
pembelajaran satu arah ketidakmengertiannya terhadap materi yang disampaikan guru. Guru
dan berpusat hanya pada seharusnya menyadari perbedaan gaya belajar masing-masing siswa.
guru (teacher center). Ada siswa yang gaya belajarnya auditori, visual, atau kinestetik.
• Perbedaan siswa dianggap Siswa yang gaya belajarnya visual jika dibelajarkan dengan
sebagai masalah oleh menggunakan metode ceramah, maka dia tidak akan menaruh minat
guru. pada pembelajaran. Kondisi tersebut akan mempengaruhi hasil
• Guru jarang belajarnya. Jadi, guru harus melaksanakan pembelajaran
memperhatikan profil berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar siswa.
belajar siswa.
Hal ini diperkuat berdasarkan jurnal milik Herwina, Wiwin. 2021.
“Optimalisasi Kebutuhan Siswa Dan Hasil Belajar Dengan
• Guru hanya berfokus Pembelajaran Berdiferensiasi”. Perspektif Ilmu Pendidikan.
pada kecerdasan Volume 35. Nomor 2.
intelektual siswa. Tersedia pada
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pip/article/view/22057
Dalam jurnal tersebut Herwina (2021) menyatakan guru belum bisa
membayangkan pembelajaran diferensiasi karena
1) sudah terbiasa dan sejak lama melakukan suatu proses
pembelajaran satu arah dan berpusat hanya pada guru (teacher
center),
2) perbedaan siswa dianggap sebagai masalah,
3) lebih menonjolkan kecerdasan intelektual,
4) minat siswa jarang diperhatikan, dan
5) profil belajar siswa jarang diperhatikan.
5 Membangun Kurangnya Kurangnya kolaborasi antara guru dan orang tua terkait
relasi/hubungan dengan komunikasi yang baik Pembelajaran merupakan akar penyebab Hubungan
siswa dan orang tua siswa. antara guru dan komunikasi antar guru dan orangtua siswa terkait pembelajaran
• Kebanyakan orangtua orangtua peserta didik yang masih kurang dan terbatas.
sibuk dengan Hasil analisisnya sebagai berikut:
pekerjaannya tanpa Hal ini diperkuat dari jurnal milik Kholil, A. (2021).
memperhatikan Berjudul Kolaborasi Peran serta Orang Tua dan Guru dalam
pendidikan anaknya. Pembelajaran.
Hal ini disebabkan https://jurnal.literasikitaindonesia.com/index.php/jurpendigu/article
karena orangtua peserta /view/191
didik menganggap
bahwa pendidikan 1. Pendidikan saat ini menuntut adanya kolaborasi dengan
anaknya merupakan berbagai pihak dalam berbagai kegiatan pendidikan.
tanggungjawab guru. Kolaborasi adalah kegiatan di mana terjadi kerjasama antara
• Kurangnya komunikasi berbagai pihak dalam mewujudkan tujuan pendidikan, baik
yang baik antara guru pihak dari dalam maupun dari luar lembaga pendidikan.
dan orangtua peserta 2. Dalam pembelajaran ini diperlukannya kolaborasi yang baik
didik antara orangtua dan guru dalam menciptakan suatu proses
pembelajaran yang baik yang dapat membuat para peserta
didik memahami materi pelajaran dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
6 Penyebab rendahnya Guru jarang Guru jarang menerapkan kerja kelompok dalam pembelajaran
keterampilan kalaborasi menerapkan kerja menyebabkan rendahnya keterampilan kalaborasi siswa. Siswa
siswa adalah sebagai berikut. kelompok dalam sering diberi intruksi untuk mengerjakan tugas secara individu.
1. Guru jarang menerapkan pembelajaran. Jawaban siswa hanya memuat pemahamannya terhadap penjelasan
kerja kelompok dalam guru dan materi pada buku ajar.
pembelajaran. Pembelajaran tersebut menyebabkan sifat individualisme siswa
2. Metode pembelajaran lebih menonjol. Siswa kurang menyadari perannya sebagai
yang monoton. makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya.
3. Media pembelajaran Kesempatan untuk belajar dari pengalaman siswa lainnya juga
yang tidak bersifat jarang diperoleh. Padahal, tujuan kegiatan pembelajaran akan lebih
interaktif. mudah tercapai jika siswa saling berinteraksi dalam konteks
4. Guru terlalu fokus pada memperoleh pemahaman. Salah satu keterampilan abad ke 21 yang
pemberian tugas secara harus dimiliki siswa adalah collaboration. Keterampilan ini tidak
individu, tidak melalui akan tumbuh pada diri siswa apabila guru jarang membiasakan
diskusi. siswa bekerja kelompok.
5. Guru masih Hal ini diperkuat berdasarkan Jurnal milik Hamdani, dkk. (2019)
mengganggap dirinya “Penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournamen
sebagai pusat (TGT) pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas 5 untuk
pembelajaran atau Peningkatan Keterampilan Kolaborasi”. Jurnal Ilmiah
teacher center. Sekolah Dasar. Volume 3. Nomor 4. menyatakan guru kelas
jarang menerapkan kerja kelompok dalam menggunakan model
pembelajaran membuat keterampilan siswa tidak berkembang,
salah satunya keterampilan kalaborasi. Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/21778

7 Guru masih belum Pemanfaatan TIK Kurangnya Pemahaman guru tentang penggunaan teknologi dalam
mengoptimalkan dalam pembelajaran media pembelajaran. merupakan akar penyebab Guru masih belum
pemanfaatan Teknologi belum optimal. mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi (TIK) dalam
Informasi (TIK) dalam pembelajaran.
pembelajaran Pendidikan
Pancasila. Hasil analisisnya sebagai berikut:
1. Kurangnya Hal ini diperkuat berdasarkan jurnal milik Ambarwati, D., dkk.
ketersediaan teknologi 2021. Peran Inovasi Pendidikan pada Pembelajaran Berbasis
di sekolah Teknologi Digital. Universitas Negeri Yogyakarta, 8 (2) : 173
2. Guru sudah terbiasa https://journal.uny.ac.id/index.php/jitp/article/view/43560
dengan pembelajaran 1) Dunia pendidikan memerlukan inovasi untuk terus
konvensional. berkembang dan dapat mengikuti perkembangan bidang
3. Kurangnya lainnya (Dewi Ambarwati,dkk, 2021 : 173)
Pemahaman guru 2) Peran inovasi pendidikan pada pembelajaran berbasis
tentang penggunaan teknologi digital sangatlah penting. Inovasi dibutuhkan
teknologi sebagai agar pemanfaatan teknologi digital bisa dilakukan secara
media pembelajaran. optimal dan menyeluruh (Dewi Ambarwati,dkk, 2021 :
4. Kurangnya pelatihan-
173)
pelatihan yang
3) Kehadiran teknologi saat ini, harapannya dapat
mendukung tentang
pemahaman teknologi. dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak seperti
guru dan pelaku pendidikan lainnya (Dewi
Ambarwati,dkk, 2021 : 173)

Anda mungkin juga menyukai