Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

COMMUNITY LANGUAGE LEARNING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Turuq Ta’lim Al-Lughoh Al-Arabiyyah

Dosen Pengampu:

Dr. Naifah, M.SI

Disusun oleh:

Munirotul Ummah (2203026043)

Sofiah Alwi (2203026039)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul "Community Language Learning".

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Turuq Ta'lim Lughoh Al-
Arabiyyah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Naifah M.si selaku dosen pengampu yang
telah membimbing dan juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun para pembaca. Di samping itu,
penulis juga menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan
maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini. Besar harapan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.

10 Desember 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... II


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... III
BAB I ........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang .............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
C. Tujuan ...........................................................................................................................................5
BAB II ......................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................6
1. Sejarah dan Pengertian Pembelajaran Bahasa Komunitas .....................................................6
2. Metode dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa Komunitas ....................................................9
3. Langkah-Langkah......................................................................................................................13
4. Evaluasi .......................................................................................................................................17
BAB III ...................................................................................................................................................20
PENUTUP ..............................................................................................................................................20
Kesimpulan ........................................................................................................................................20
REFERENSI .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................22

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era global ini sudah tidak asing lagi bagi para manusia untuk mengunjungi negara
lain. Banyak dari mereka yang pergi ke luar negeri hanya untuk sekedar liburan. Namun
terkadang banyak juga dari mereka pergi ke luar negeri untuk mencari pekerjaan, pindah
kewarganegaraan, pertukaran pelajar, dan beberapa faktor pendukung lainnya.
Hal inilah yang mendorong mereka untuk belajar bahasa yang akan mereka datangi.
Hingga banyak dari mereka mulai mencari berbagai cara agar dapat meguasai bahasa negara
yang diinginkan. Mulai dari cara dan metode yang paling tradisional hingga yang paling
modern. Dimulai dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks. Hingga mereka berhasil
menemukan cara-cara dan metode yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Termasuk di bidang pendidikan. Banyak lembaga-lembaga pendidikan di berbagai
belahan dunia mencari metode-metode yang sesuai bagi para pelajar yang ingin belajar bahasa
asing. Berbagai media dan metode digunakan agar mengetahui metode manakah yang mampu
merangsang pemahaman para pelajar bahasa asing. Hingga metode yang melibatkan psikologis
para pelajar turut diperhatikan.
Kesulitan yang dialami oleh orang asing dan pembelajar bahasa asing muncul dari masalah
psikologis dan sosial, yang mungkin disebabkan oleh kesulitan pembelajar dalam mengekspresikan
dirinya. Perbedaan budaya dan tradisi di negara lain membuat mereka terkadang kurang percaya diri.
Bahkan perbedaan pada lingkungan mendetail lainnya seperti cuaca, jenis makanan, minuman, serta
tempat tinggal juga turut menjadi beberapa permasalahan yang dialami oleh para pelajar bahasa asing.
Perbedaan tersebut terkadang membuat para pelajar bahasa asing mengalami culture shock yang
berdampak pada psikologis mereka. Bahkan dari masalah-masalah yang terlihat sepele tersebut dapat
menimbulkan masalah yang lebih besar. Seperti para pelajar bahasa asing mulai mengonsumsi obat-
obatan penenang. Oleh karena itu, para peneliti terdahulu menemukan metode yang sesuai untuk
mengatasi hal ini.

4
Para peneliti menemukan metode Pembelajaran bahasa Komunitas, yang mana metode ini
sesuai untuk mengatasi kesulitan yang dialami para pelajar bahasa asing dalam memahami bahasa
sasaran /asing. Dengan memahami permasalahan masing-masing dari komunitas tersebut serta berusaha
mencari solusi dari masalah yang ada, diharapkan mampu mengatasi permasalah psikologi para pelajar
bahasa asing. Dengan adanya metode ini diharapkan para pelajar bahasa asing bisa lebih percaya diri
serta bisa beradaptasi dengan lingkungan negara tujuannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa permasalahan yang dialami oleh para pelajar bahasa asing saat mempelajari bahasa
asing?
2. Bagaimana mengatasi permasalahan psikologis para pelajar bahasa asing?
3. Apa itu Pembelajaran Bahasa Komunitas?
4. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam metode Pembelajaran Bahasa Komunitas?

C. Tujuan
1. Untuk memahami permasalahan yang dialami pelajar bahasa asing dalam mempelajari
bahasa asing.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi permaslahan psikologis para pelajar bahasa asing.
3. Untuk memahami metode Pembelajaran Bahasa Komunitas.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam metode Pembelajaran Bahasa
Komunitas.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah dan Pengertian Pembelajaran Bahasa Komunitas

Pembelajaran bahasa komunitas dikembangkan pada tahun 1970-an oleh C. Curran di Chicago,
Amerika Serikat. Pembelajaran bahasa komunitas, bersama dengan Silent Way dan Suggestopedia1,
merupakan bagian dari pendekatan humanistik dalam pengajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa komunitas didasarkan pada teknik terapeutik dari bidang psikologi konseling.
Metode ini memerlukan dua peran dalam proses belajar mengajar bahasa.
Peran pertama adalah konselor yang diperankan oleh guru, dan peran kedua adalah klien yang
diperankan oleh siswa. Pendekatan ini menekankan perlunya memandang siswa sebagai ``manusia
seutuhnya'' dan bukan sekedar ``makhluk kognitif''.
Pembelajaran bahasa komunitas merupakan suatu pendekatan pengajaran bahasa yang
menekankan peran ranah afektif dalam proses pembelajaran bahasa. Pendekatan ini dikembangkan
oleh pendeta dan profesor psikologi Charles A.Curran dan Paul La Forge dari California. Pendekatan
ini terinspirasi dari psikologi humanistik Carl Rogers dan bertujuan untuk menghilangkan rasa takut
dalam proses pembelajaran dengan mengubah hubungan antara guru dan siswa. Dalam pendekatan
pembelajaran bahasa komunitas, hubungan dengan ``guru,'' yang dikenal sebagai ``pengamat,'' yang
mengetahui bahasa, diberi posisi penting sebagai penasihat bagi siswa. Peran konselor bukanlah
memberi tahu klien apa yang harus dilakukan, namun membantu klien mengeksplorasi dan
memecahkan masalah sambil mempertahankan otonomi pribadi. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa masyarakat perlu dipahami sebagai individu dan didukung dalam mewujudkan nilai-nilai dan
tujuan pribadinya.2
Dalam suatu kelompok yang bersatu terdapat unsur saling menghargai dan menghormati satu
sama lain sebagai individu. Dalam situasi seperti itu, setiap individu membangun hubungan interaktif
dan menghilangkan segala hambatan yang dapat mengganggu seluruh proses komunikasi.

1
Alice Omaggio Hadley, Teaching Language in Contex: Third Edition. (Boston: Thomson Heinle, 2001), h.123 oleh Andri
Wicaksono, ‎Ahmad Subhan Roza, Teori Pembelajaran Bahasa. 2015, h. 201
2
Alice Omaggio Hadley. Op. Cit., h. 234 oleh Andri Wicaksono, ‎Ahmad Subhan Roza, Teori Pembelajaran Bahasa, 2015. h,
202

6
Menghilangkan rasa takut dan khawatir adalah bagian yang penting. Kehadiran guru bukan merupakan
suatu ancaman, melainkan hendaknya memberikan bimbingan dan pertimbangan. Guru juga menjadi
penasihat dalam berbagai kegiatan.
Selain itu, La Forge memperluas model ini dalam bentuk pembelajaran bahasa. Penyesuaian
yang dilakukan telah meletakkan landasan metodologis yang jelas. Para pelajar, yang disebut
kelompok klien, ditugaskan untuk membangun hubungan interpersonal, menggunakan bahasa lisan asli
mereka dan mencoba untuk percaya satu sama lain.

Sebaliknya, guru yang berprofesi sebagai konselor duduk di lingkaran terluar kliennya. Sebagai klien
yang baru pemula dalam pembelajaran bahasa, segala sesuatu kemungkinan besar akan diucapkan
dalam bahasa ibu Anda. Sementara itu, konsultan akan mencoba menerjemahkan ungkapan-ungkapan
yang dijadikan pesan. Pelajar kemudian mencoba mengulangi kalimat yang diterjemahkan untuk
mencapai akurasi yang tinggi. Penasihat akan menjelaskan aturan dasar jika diperlukan. Ulangi untuk
melanjutkan percakapan. Jika memungkinkan, merekam kata tersebut agar dapat didengarkan lagi di
lain waktu.

Meskipun Curran bukanlah seorang ahli bahasa atau ahli dalam bidang linguistik apa pun, ia
menyadari bahwa kesulitan yang dihadapi oleh orang asing dan pembelajar bahasa asing dapat
dikaitkan dengan masalah psikologis dan Hal ini disebutkan karena masalah sosial. Beliau meyakini
bahwa solusi permasalahan tersebut terletak pada terjalinnya hubungan yang erat antara guru sebagai
pembimbing atau psikiater dengan pembelajar sebagai pasien atau klien yang berkunjung ke rumah
sakit jiwa.3 Guru, seperti halnya konselor psikologi ketika merawat pasien di klinik, pertama-tama
mencoba memahami masalah siswanya kemudian memberikan nasehat dan nasehat untuk membantu
mereka memecahkan masalah tersebut.

Meskipun Curran bukanlah seorang ahli bahasa atau pakar dalam bidang linguistik apa pun, ia
menunjukkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh orang asing dan pembelajar bahasa. Dalam
metodenya, Karan bertanggung jawab atas regenerasi, keselamatan, baptisan, pemurnian, Kristenisasi,
transmisi Roh Kudus, dan kebangkitan, dan istilah umum lainnya yang digunakan oleh misionaris dan
pendeta untuk mengungkapkan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat dan solusi terhadap masalah
dalam persiapan Kristenisasi.

3
٠٩١ ،‫للناطقين بلغات أخرى‬: ‫ طرائق تعليم اللغة العربية‬،‫عبد العزيز بن إبراهيم العصيلي وجامعة امام دمحم بن سعود اإلسالمية‬

7
Sejak awal berdirinya, metode ini didasarkan pada doktrin filosofis humanistik yang dikenal
dengan doktrin atau pendekatan humanistik (The Humanistic Approach), dan telah diterapkan dalam
bidang belajar dan mengajar pada umumnya. Pengikut doktrin ini percaya bahwa memahami masalah
peserta didik dan berupaya menyelesaikannya, merasakan kebutuhannya, keinginan dan tujuan mereka,
serta membantu mereka mencapainya; Membantu mencapai pembelajaran yang baik. Pada awal tahun
tujuh puluhan abad ke-20, Curran menerapkan doktrin ini dalam bidang pengajaran bahasa asing,
dengan memberikan kesempatan kepada siswa asing untuk berbicara tentang dirinya sendiri,
mengungkapkan perasaannya, dan bertukar pendapat serta gagasan.

Curran mengatakan bahwa hal ini hanya dapat dicapai melalui kelompok yang merasakan
kebutuhan tersebut dan merasakan emosi tersebut, dan setelah kelompok tersebut dibagi menjadi
kelompok-kelompok yang lebih kecil serupa dengan kelompok bahasa kolaboratif dimana kelompok
tersebut adalah seorang guru, berpendapat bahwa siswa di kelas dapat mewakili dirinya sendiri dan
emosi mereka berpartisipasi secara aktif dan efektif.

Metode ini awalnya tidak didasarkan pada landasan linguistik, juga tidak bertumpu pada teori
linguistik. Karena bukan seorang ahli bahasa dan tidak tertarik pada studi linguistik teoretis, Curran
memulai penelitian di bidang psikologi dan bidang konseling psikologis, khususnya Teori Diri dalam
Kepribadian Carl Rogers, yang kemudian dikenal sebagai : Roger's Self Theory of Personality. La Forge,
salah satu murid Callan yang mengembangkan metode ini, memperkenalkan beberapa konsep
linguistik yang sebagian besar merupakan konsep tradisional. Misalnya, pembelajar perlu memahami
sistem fonetik bahasa target, menentukan makna dasarnya, mendiskusikan pola fonetik dasar bahasa
tersebut dan sebagainya.4

4
٠٩١ ،‫للناطقين بلغات أخرى‬: ‫ طرائق تعليم اللغة العربية‬،‫عبد العزيز بن إبراهيم العصيلي وجامعة امام دمحم بن سعود اإلسالمية‬

8
2. Metode dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa Komunitas

Curran sendiri sedikit menulis tentang teori linguistik. Muridnya La Forge (1983) mencoba
menunjukkan dimensi teori pembelajaran bahasa komunitas. La Forge berpendapat bahwa teori
bahasa harus dimulai, tetapi tidak diakhiri, dengan kriteria ciri fonetik, kalimat, dan model bahasa
abstrak (La Forge 1983: 4). Tantangan bagi pembelajar bahasa asing adalah “memahami sistem bunyi
suatu bahasa asing, menentukan makna dasarnya, dan menyusun tata bahasa dasar”. La Forge
melampaui pandangan para ahli bahasa strukturalis dan mengembangkan teori alternatif tentang bahasa
sebagai bahasa.

Komunikasi lebih dari sekedar pesan yang dikirim dari pembicara ke pendengar. Pada saat
yang sama, pembicara merupakan subjek sekaligus objek dari pesannya sendiri. Melalui komunikasi,
informasi tidak hanya disampaikan satu arah kepada orang lain, tetapi subjek pembicaraan menjalin
hubungan konstitutif dengan orang lain. Komunikasi bukanlah suatu interaksi yang lengkap tanpa
reaksi umpan balik dari penerima pesan.

Pandangan bahasa sebagai suatu proses sosial dijabarkan menjadi enam kualitas atau
subproses. La Forge juga menguraikan pandangan dialogis bahasa yang mendasari komunitas
pembelajar bahasa (lihat Bab 2): ``Bahasa adalah sekelompok orang; Bahasa adalah sekelompok orang
yang saling memberi tanggapan. '' (1983: 9) Ada dua jenis interaksi dasar yang berbeda dalam CLL:
interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan pengetahuan, yaitu interaksi antar manusia. Interaksi
antar siswa adalah sebagai berikut: Meskipun isi percakapan tidak dapat diprediksi, namun seringkali
menghasilkan pertukaran pengaruh, dan komunitas siswa terbentuk ketika siswa bertukar ide dalam
suasana kelas yang sangat erat.

Interaksi antara mahasiswa dan ilmuwan pada awalnya sangat bergantung. Pelajar memberi
tahu orang tersebut bahwa mereka tahu apa yang ingin mereka katakan dalam bahasa target, dan
orang tersebut mengajari pelajar bagaimana mengucapkannya. Pada tahap lanjut, interaksi antara siswa
dan intelektual ditandai dengan rasa percaya diri, kemarahan, toleransi, dan kemandirian. Perubahan
dalam hubungan interaktif ini terkait dengan lima tahap pembelajaran bahasa dan lima tahap konflik
emosional (La Forge 1983: –50). Forge melampaui pandangan ahli bahasa strukturalis dan
mengembangkan teori bahasa alternatif yang mencakup bahasa dan proses sosial: Komunikasi lebih
dari sekedar transmisi pesan dari pembicara ke pembicara atau ke pendengar. Pembicara adalah subjek

9
sekaligus objek, yaitu pesan itu sendiri. Komunikasi bukan sekedar penyampaian data secara sepihak
kepada orang lain, secara konstitusional yang dibicarakan adalah hubungan antara orang lain.

Pengalaman konsultasi Bapak Curran membawanya pada kesimpulan bahwa teknik konsultasi
dapat diterapkan pada pembelajaran secara umum (pembelajaran konsultasi) dan pengajaran bahasa
pada khususnya (pembelajaran bahasa komunitas). Pandangan CLL tentang pembelajaran bersifat
holistik, karena pembelajaran manusia mencakup aspek kognitif dan emosional. Dengan kata lain, ini
adalah pembelajaran komprehensif. Pembelajaran ini berlangsung dalam situasi komunikatif di mana
guru dan siswa terlibat dalam interaksi, mengintegrasikan keduanya ke dalam komunitas secara
keseluruhan (Curran 1972: –90). Dalam hal ini, fokusnya adalah membangun hubungan antara siswa
dan guru. Proses ini dibagi menjadi lima tahap dan dibandingkan dengan perkembangan entogenetik
anak.Terdapat 5 unsur teori psikologi humanistic yang mendasari metode CLL, yaitu:5

1) Feeling (Perasaan)
2) Social Relations (Hubungan Social)
3) Responsibility (Tanggung Jawab)
4) Intellect (Kecerdasan)
5) Self Actualization (Aktualisasi Diri)

CLL menerapkan teori konseling dan pembelajaran dengan pendekatan psikologis, yang
mengharuskan siswa berkolaborasi dalam mengembangkan keterampilan dan kompetensi mempelajari
bahasa target. Mengacu pada nasihat, bantuan, dan dukungan kepada seseorang yang mempunyai
masalah atau membutuhkan bantuan dalam memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, ketika
pembelajaran bahasa asing dengan metode CLL, guru berperan sebagai “konsultan” dan pembelajar
berperan sebagai “klien”. Metode pembelajaran Community Language Learning (CLL) mewakili
siswa sebagai individu seutuhnya. Artinya guru tidak hanya memperhatikan aspek kognitif dan
emosional siswa, tetapi juga minat siswa dan hubungan siswa dengan siswa lainnya.

Tidak ada kurikulum atau buku preskriptif yang disiapkan, namun guru mendengarkan
siswanya, merasakan kebutuhan mereka, dan memahami motivasi dan aspirasi mereka. Dan tujuannya
adalah memilih materi bahasa yang tepat untuk para pelajar bahasa asing. Metode ini menggabungkan
aktivitas kelompok, seperti membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, memberikan ruang

5
Mulyani, Welliam Hamer, Tenri Ugi Irianto, Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris, 2023. h. 85

10
percakapan bebas, dan meminta guru mendengarkan setiap siswa lalu menerjemahkan ucapan mereka
ke dalam bahasa ibu. Kelompok mencakup aktivitas yang ditentukan dalam langkah-langkah metode
dan aktivitas yang dibuat oleh guru. Bahasa sasaran, rekaman percakapan, dikumpulkan, dianalisis dan
dibuat beberapa frasa dan kalimat. Metode ini berlangsung menurut lima tahapan yang serupa dengan
tahapan perkembangan linguistik anak dalam memperoleh bahasa ibunya, yaitu:6

1) Tahap ketergantungan, yaitu tahap mencari bantuan sepenuhnya kepada guru. Dimana
setiap siswa menyampaikan apa yang ingin diungkapkannya dalam bahasa ibunya kepada
guru dengan suara lantang, kemudian guru mendekati siswa tersebut dan membisikkan di
melinganya apa yang diucapkannya dalam bahasa sasaran, kemudian siswa mengulangi
perkataan guru dalam bahasa sasaran, dengan suara keras dan merekam semua pada alat
perekam, sebaiknya alat perekam tidak di tangan guru atau di saku siswa. Proses ini
diulangi pada setiap siswa yang ingin berpartisipasi, dan rekaman materi linguistik
dikumpulkan; Menjadi bahan analisis dan pelatihan.
2) Tahap penegasan diri atau penguatan diri, dimana siswa berusaha mengungkapkan apa
yang diinginkannya sendiri tanpa campur tangan langsung dari guru.
3) Tahap kelahiran, dimana siswa menjadi semakin mandiri dan kemandiriannya dari guru
semakin mengukuhkan. Mereka berbicara dalam bahasa sasaran tanpa memerlukan
intervensi dan bantuan guru dalam penerjemahan, kecuali jika diminta.
4) Tahap remaja, dimana siswa menjadi lebih percaya diri dan percaya diri dibandingkan
sebelumnya. Dimana dia menerima koreksi kesalahan dari guru atau rekannya, dan
mungkin dia memintanya sendiri.
5) Tahap kemandirian penuh, yaitu terjadi interaksi antara siswa dengan gurunya atau guru
di satu pihak, dan antara siswa dengan rekan-rekannya di pihak lain, dan ia berintegrasi
dengan mereka serta berbicara dengan lancar kepada mereka, sehingga ia merasa
nyaman, rasa percaya dirinya meningkat, ia menerima kritik dengan tangan terbuka, serta
menerima saran dan nasehat, Hal ini mendorongnya untuk mulai belajar dan
berkomunikasi dalam bahasa sasaran.

6
٠٩١ ،‫للناطقين بلغات أخرى‬: ‫ طرائق تعليم اللغة العربية‬،‫عبد العزيز بن إبراهيم العصيلي وجامعة امام دمحم بن سعود اإلسالمية‬

11
Curran telah berbicara di berbagai tempat tentang apa yang disebutnya "validasi
konsensus. " Afirmasi, dimana hubungan antara guru dan peserta didik dibangun atas dasar
saling kehangatan, pengertian, dan penilaian positif dari orang lain.Hubungan yang ditandai
dengan validasi dianggap penting untuk proses pembelajaran dan merupakan elemen kunci dari
praktik pedagogi CLL. Seperangkat gagasan tentang syarat psikologis keberhasilan
pembelajaran telah dirangkum dalam akronim SARD, yang dapat dijelaskan sebagai berikut7:

S berarti keamanan. Jika siswa merasa tidak nyaman maka akan sulit mendapatkan
pengalaman belajar yang berhasil. A berarti kehati-hatian dan agresi. CLL harus menyadari
bahwa kurangnya perhatian adalah tanda kurangnya keterlibatan pelajar dalam pembelajaran.
Artinya variasi pemilihan tugas peserta didik meningkatkan perhatian dan meningkatkan
pembelajaran. Agresi mempengaruhi bagaimana, setelah seorang anak mempelajari sesuatu,
mereka mencari peluang untuk menegaskan diri mereka sendiri dengan menggabungkan dan
mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dan menggunakan pengetahuan baru
sebagai alat untuk menegaskan diri. R adalah singkatan dari Keep and Think. Ketika seluruh
pribadi berpartisipasi dalam proses pembelajaran, yang tersisa hanyalah apa yang
terinternalisasi dan menjadi bagian dari proses tersebut.Kepribadian baru bagi pembelajar
bahasa asing. “Retrospeksi adalah tahap memikirkan masa lalu untuk menilai tingkat
perkembangan yang dicapai dan menilai kembali tujuan masa depan8. D berarti diskriminasi.
Begitu siswa memahami inti materi, mereka siap untuk melangkah lebih jauh dan memahami
bagaimana satu hal berhubungan dengan hal lain. Proses diferensiasi disempurnakan dan siswa
mampu menggunakan bahasa untuk tujuan komunikatif di luar kelas.9

7
Charles A. Curran, Counseling-learning in second language, 1976: 6 oleh Nanang Kosim dan Ami Gusmiati, Implementasi
Community Language Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, 2018. h. 125
8
La Forge,1983: 68 oleh Nanang Kosim dan Ami Gusmiati, Implementasi Community Language Learning dalam
Pembelajaran Bahasa Arab, 2018. h. 126
9
La Forge,1983: 69 oleh Nanang Kosim dan Ami Gusmiati, Implementasi Community Language Learning dalam
Pembelajaran Bahasa Arab, 2018. h. 126

12
3. Langkah-Langkah

Saat ini pengajaran bahasa dengan metode ini tidak didasarkan pada kurikulum atau buku
teks, melainkan berdasarkan permasalahan, kebutuhan, dan tujuan siswa. Tentunya setiap
pembelajaran mempunyai metode dan pendekatan yang berbeda-beda. Beberapa peneliti membedakan
antara metode tradisional yang dikemukakan oleh Curran dengan metode yang ditemukan oleh para
pengikut dan muridnya seperti La Forge, Earl Stevic, dan lain-lain.
Baris berikut memberikan contoh apa yang disajikan Earl Stevic10:

1) Siswa akan berkumpul seperti biasa pada setiap awal kelas dengan disaksikan dosen
pembimbing. Pengawas tidak ikut campur dalam urusannya, memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk saling berkonsultasi dan memilih topik yang menarik minatnya.
2) Siswa mengheningkan cipta selama 3 menit. Untuk memikirkan permasalahan dan permasalahan
yang akan menjadi pokok bahasan, salah satu dari mereka mendatangi dan mengemukakan
masalah yang sedang menimpanya, sakit kepala yang dialaminya suatu hari nanti. Ini karena
lingkungan baru berbeda dari lingkungan asli dalam hal cuaca, jenis makanan, dan tempat
tinggal Anda. Ini adalah masalah umum yang dialami sebagian besar pelajar internasional setelah
datang ke negara bahasa target.
3) Kemudian para siswa melanjutkan ceritanya. Dinyatakan meminum obat penenang yang
menyebabkan mual dan kehilangan nafsu makan. Karena dia belum terbiasa menggunakannya di
negara atau tempat lahirnya. Mahasiswa lain telah maju dan mengangkat isu-isu lain yang lebih
penting, namun terkait langsung dengan isu ini: korban obat-obatan beracun, khususnya obat
pereda nyeri yang dijual tanpa resep dokter.
4) Kemudian semua orang meneruskan soal , sehingga masalahnya menjadi topik untuk dialog.
Saat guru duduk bersama, siswa mulai mendiskusikan masalah dan diam, kecuali
memperkenalkan beberapa kata penting dan jika perlu ungkapan mengenai bahasa sendiri,
mencatat dan tidak ikut serta dalam percakapan. Jika sulit dipahami atau digunakan oleh orang
asing, jika Anda merasa ada kesamaan yang sulit dipahami atau diucapkan oleh orang asing.
Guru memperhatikan bahwa meskipun kefasihan dan kebenaran siswa bervariasi, mereka
memahami satu sama lain. Ia juga memperhatikan kesalahan yang dilakukan murid-muridnya,

10
١١٠ ،‫للناطقين بلغات أخرى‬: ‫ طرائق تعليم اللغة العربية‬،‫عبد العزيز بن إبراهيم العصيلي وجامعة امام دمحم بن سعود اإلسالمية‬

13
namun ia tidak menyela atau mengoreksinya kecuali mereka cukup serius untuk mengubah
maknanya.
5) Guru merangkum apa yang terjadi pada saat dialog dan pertanyaan yang dianggap penting dan
berguna untuk dijawab pada tahap ini, terutama beberapa ungkapan dan cara yang perlu
dilakukan siswa untuk menyatakan pendiriannya.
6) Guru menuliskan di papan tulis daftar kata, frasa, dan kalimat yang muncul dalam dialog
berdasarkan catatan yang ditulis di buku catatan. Sekalipun setiap siswa memiliki setidaknya
satu kata atau frasa, daftar ini harus mencakup semua ekspresi siswa yang berpartisipasi dalam
dialog interaksi. Selanjutnya kita mengamati kata, frasa, dan kalimat. Guru dapat memperbaiki
beberapa kesalahan secara tidak langsung, atau menganalisis beberapa bagian kata, termasuk
anteseden, kata benda, dan akhiran . Jika mau, Guru juga dapat menjelaskan beberapa dari aturan
yang mengatur fonetik, morfologi, dan tata bahasa.
7) Tergantung apa yang ditulis guru dan diskusi serta komentar apa yang terjadi dalam dialog
kelompok . Di bawah pengawasan dan bimbingan guru, siswa mengkaji materi dan
mendiskusikan makna serta kegunaannya.
8) Berdasarkan catatan guru, rangkuman siswa, serta latihan frasa dan kalimat dari pelajaran ini dan
pelajaran sebelumnya. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan tiga orang, masing-masing kelompok membuat dan menjawab sejumlah
pertanyaan, dan guru berpindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Dia memantau
pekerjaan mereka dan menjawab pertanyaan atau kekhawatiran apa pun

14
Dieter Stroinigg memberikan catatan pada hari pertama kelas CLL yang digambarkan sebagai
berikut: 11

1) Mengucapkan salam secara informal dan perkenalkan diri Anda.


2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kesepakatannya.
3) Percakapan dalam bahasa asing:
a. Lingkaran tersebut dibentuk agar setiap orang mempunyai kontak visual satu sama lain.
Lingkaran dengan jumlah maksimal 5-6 siswa dinilai sangat ideal dan efektif ketika
pembelajaran bahasa menggunakan metode pembelajaran bahasa komunitas. Maksimal
satu kelas dapat dibagi menjadi 4 hingga 5 kelompok. Keuntungannya adalah seluruh
siswa diharapkan mempunyai kesempatan yang sama untuk berinteraksi dan
menyelesaikan kegiatan belajar selama periode kelas. Disarankan juga agar setiap
kelompok memiliki siswa yang lebih pintar atau berpengetahuan dibandingkan teman
kelompoknya. Dengan cara ini, siswa yang cerdas dapat membimbing dan memotivasi
siswa lainnya untuk aktif. Karena lebih mudah bertanya pada temanmu daripada bertanya
pada gurumu. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa yang berkemampuan rendah
mungkin enggan bertanya kepada gurunya.

b. Seorang siswa memulai percakapan dengan siswa lainnya dengan memberikan pesan
dalam LI (Bahasa Indonesia) atau siswa tersebut memulai pembelajaran dengan membaca
teks narasi.

c. Guru berdiri di belakang siswa untuk mengamati dan membisikkan secara dekat pesan-
pesan dalam bahasa L2 (Arab) kepada teman-temannya dalam kelompok bersama-sama
dengan siswa cerdas (peneliti) dalam kelompok.

d. Siswa kemudian mengulangi pesan L2 kepada siswa sasaran atau ke dalam tape recorder.

11
Stevick, 1980: 185-186 oleh Nanang Kosim dan Ami Gusmiati, Implementasi Community Language Learning dalam
Pembelajaran Bahasa Arab, 2018. h. 128

15
e. Setiap siswa mempunyai kemungkinan untuk menulis dan menyimpan beberapa pesan.

f. Rekaman itu diputar dan diputar ulang segera setelah jeda. Setiap siswa mengulangi
makna yang diucapkan dalam L2 Bahasa Inggris dan membantu menyegarkan ingatan
orang lain.

4) Siswa kemudian berpartisipasi dalam periode refleksi dimana mereka diminta untuk secara jujur
mengungkapkan perasaannya tentang pengalaman masa lalu.
5) Dari materi yang direkam, guru memilih kalimat untuk ditulis di papan tulis yang menekankan
tata bahasa L2.
6) ejaan dan huruf besar. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan tentang salah satu poin di
atas.
7) Siswa didorong untuk menyalin kalimat dari papan tulis dengan catatan arti dan penggunaannya.
Ini menjadi "buku teks" mempelajarinya di rumah.

16
4. Evaluasi

Kelebihan:

1. Memperhatikan dimensi kemanusiaan dan memperhitungkannya dalam pengajaran bahasa.


Sebab, orang asing yang merupakan mayoritas pembelajar bahasa merupakan kelompok yang
paling membutuhkan dan harus memperhatikan aspek-aspek tersebut.
2. Memperhatikan siswa dan memperhatikan bahasa ibu serta latar belakang budayanya. Ini
membantu mengembangkan disposisi dan sikap positif terhadap bahasa target dan budaya
penuturnya.
3. Metode yang selama ini kita bahas adalah metode yang paling memperhatikan permasalahan,
kebutuhan dan tujuan dari siswa. Karena alasan ini, beberapa peneliti percaya bahwa ini
membantu dalam pengembangan awal keterampilan berbahasa
4. Kedekatan hubungan antara guru dan siswanya, hubungan yang dibutuhkan oleh pembelajar
bahasa asing, apalagi guru merupakan satu-satunya dan sumber informasi pertama tentang
masyarakat dan bagaimana hubungan tersebut diperlukan pada tahap awal pembelajaran
tentang cara mengatasinya penutur bahasa sasaran.
5. Metode ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih topik, memulai pembicaraan,
dan berpartisipasi tanpa campur tangan guru. Hal ini akan membantu mengurangi stres dan
menghindari kepekaan dan rasa malu bagi siswa yang ingin hadir.
6. Mengutamakan kelancaran berbahasa dibandingkan kebenaran tata bahasa dan menghindari
koreksi kesalahan merupakan salah satu faktor yang mendorong pembelajar untuk lebih sering
menggunakan bahasa sasaran. Hal ini meningkatkan pendapatan bahasa, yang dapat dimengerti
dan mudah diterjemahkan ke dalam bahasa alami yang diperoleh.
7. Memperhatikan pembelajaran kooperatif dan menyampaikan rasa memiliki terhadap kelas ini
meningkatkan keaktifan siswa, mendorong interaksi dengan guru dan teman sekelas, serta
menumbuhkan peningkatan kreativitas.

17
8. Guru membantu siswa mempelajari sendiri kaidah bahasa melalui pidato dan aktivitas, bukan
melalui teks yang ditugaskan. Ini membantu Anda menggunakan kosakata dan ekspresi
linguistik dalam struktur bahasa yang dapat diterima dan dimengerti.
9. Pengajaran bahasa dengan cara ini mengurangi biaya program. Tidak perlu menyiapkan
kurikulum, kursus, atau menulis buku teks, yang membutuhkan waktu, tenaga, dan uang.

Kekurangan:

1. Metode ini tidak didasarkan pada kurikulum atau buku teks yang terstruktur, tetapi atas
keinginan siswa internasional yang tidak mengetahui banyak aspek bahasa atau budaya target,
sehingga isinya mungkin memiliki kekurangan dan ketidakseimbangan disipliner. Linguistik
dan budaya bahasa menderita. Kecuali jika guru turun tangan dan memberikan bimbingan
sebaik mungkin, siswa tidak akan memperoleh pembelajaran yang berguna.
2. Metode ini tidak memperhitungkan perbedaan individu antar siswa. Hal ini dikarenakan
menekankan aspek kemanusiaan dalam keterampilan lisan dan mengabaikan aspek akademik
dan keterampilan tertulis yang merupakan aspek penting bagi minat dan tujuan mahasiswa
internasional .
3. Hubungan antara metode ini dan konseling psikologis merupakan pendekatan yang asing bagi
siswa bahasa asing, yang mungkin mengalami kesulitan dalam memahami kerja kelompok.
4. Pengajaran bahasa dengan metode ini memerlukan guru yang memiliki keterampilan khusus
dalam menangani siswa dan pengalaman yang cukup dalam konseling psikologis, yang
mungkin memerlukan pelaksanaan kursus khusus, sehingga akan menimbulkan beban baru di
atas pelatihan guru. Kualifikasi sebelumnya dalam aspek linguistik terapan.
5. Banyak ahli yang mempertanyakan keberhasilan filosofi psikologi konseling dalam pendidikan
bahasa asing. Karena berbagai alasan, antara lain: ketidakjelasan pendekatan, serta tujuan dan
sulitnya memeriksa kesesuaian bahasa. Hal ini karena sulitnya menilai kinerja siswa secara
akurat.
6. Menghindari koreksi kesalahan, yang merupakan salah satu kelebihan metode ini, dapat
memudahkan siswa menerima kesalahan tersebut, dan kesalahan tersebut dapat mengakar.

18
7. Belajar bahasa dengan cara ini bukanlah pembelajaran yang tidak lengkap. Siswa
menyelesaikan program dengan penguasaan beberapa konsep budaya umum dan struktur
bahasa yang digunakan dalam komunikasi lisan dalam bahasa target, namun dengan kelemahan
dalam membaca dan menulis, serta kosa kata, tata bahasa, dan morfologi.
8. Sebagaimana telah disebutkan, ketergantungan awal metode ini pada konsep dan metode agama
Kristen mengurangi kegunaannya dalam pengajaran bahasa Arab kepada penutur bahasa lain.

Dengan adanya evaluasi ini diharapkan dapat menjadi tinjauan lebih lanjut lagi bagi para
peneliti, guru maupun para pelajar. Dengan selalu memperhatikan aspek-aspek yang telah dijabarkan
sebelumnya. Dan diharapkan pula dari evaluasi yang ada dapat membantu para guru dan pelajar bahasa
asing megetahui dan tanggap mengoreksi kesalahan.

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa asing merupakan bahasa kedua bagi manusia setelah bahasa ibu. Dengan adanya
pembelajaran bahasa asing mampu memberikan dampak yang sangat besar bagi peradaban dunia saat
ini. Banyak orang-orang pergi keluar negeri. Dal tersebut mendorong mereka untuk mempelajari dan
menguasai bahasa asing yang diinginkan. Menjadikan mereka mencari cara agar dapat mempelajari
bahasa sasaran dengan baik. Mulai dari cara dan metode yang paling tradisional hingga yang paling
modern. Dimulai dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks. Hingga mereka berhasil
menemukan cara-cara dan metode yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Maka dari itu, Curran dan beberapa peniliti lainnya menemukan dan mengembangkan metode
Pembelajaran Bahasa Komunitas ( COMMUNITY LANGUAGE LEARNING) atau biasa disingkat
dengan CLL. Metode ini merupakan metode pembelajaran linguistik yang mementingkan psikologi
dan humanistik para pelajarnya. Kerjasama dan keharmonisan antar guru dan pelajar merupakan aspek
penting dari metode ini. Dengan guru sebagai psikiater/konselor berusaha memahami dan merasakan
perasaan dan masalah yang di alami oleh para pelajar bahasa asing. Memberikan nasihat kepada para
pelajar bahasa asing agar lebih percaya diri serta membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan
baru di negara yang mereka kunjungi.

Metode ini berfokus pada peran ranah afektif dalam pembelajaran kognitif. Oleh karena itu,
pendekatannya mengharuskan guru untuk memandang siswa sebagai kelompok yang membutuhkan
terapi dan konseling, dan dinamika sosial dalam kelompok ini sangatlah penting. Ketika siswa merasa
aman dan akrab dengan guru dan teman dalam kelompoknya, mereka mampu mengemukakan dan
mengemukakan gagasannya. Selain itu, karena merasa lebih dekat dengan lingkungan kelompok, maka
filter emosional yang ada dalam diri (yaitu ketika diri merasa gugup dan tidak berani berbicara)
menjadi berkurang.

Pembelajaran didasarkan pada tingkat kesulitan siswa. Tujuan pembelajaran itu sendiri adalah
untuk membangun hubungan komunikatif dan mengurangi rasa takut siswa ketika mempelajari bahasa
20
kedua. Oleh karena itu, metode pembelajaran CLL bertujuan untuk membantu siswa mempelajari cara
berkomunikasi dengan bahasa sasaran (bahasa yang dipelajari).

Pembelajaran bahasa komunitas (CLL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang
menekankan pada interaksi sosial dan pengembangan hubungan interpersonal dalam proses
pembelajaran. CLL menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran bahasa asing. Proses
pembelajaran tidak hanya melibatkan interaksi guru-siswa tetapi juga interaksi siswa-siswa dan
penggunaan bahasa dalam konteks komunikatif. Pendekatan ini berfokus pada pembentukan hubungan
interpersonal antara guru dan siswa. Hubungan yang positif dapat menciptakan lingkungan yang
mendukung dimana siswa merasa nyaman berbicara dan mengekspresikan ide-ide mereka dalam
bahasa target.

CLL memiliki kurikulum fleksibel yang dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dan minat
siswa. Hal ini memungkinkan adanya keragaman topik pembelajaran dan memberikan siswa kontrol
lebih besar terhadap proses pembelajaran. Siswa tidak hanya mempelajari kosakata dan tata bahasa,
tetapi juga memahami konteks sosial dan budaya seputar penggunaan bahasa target. Hal ini membantu
siswa mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang bahasa dan budaya yang mereka pelajari.

CLL memupuk komunikasi otentik dan bermakna. Siswa dapat belajar menggunakan bahasa
target dalam situasi kehidupan nyata yang relevan bagi mereka dan meningkatkan keterampilan
komunikasi mereka dalam kehidupan sehari-hari. CLL melibatkan seluruh pribadi siswa, bukan hanya
aspek kognitif saja. Pendekatan ini memandang pembelajaran sebagai suatu proses holistik yang
mencakup aspek emosional, sosial, dan kognitif siswa.

21
DAFTAR PUSTAKA

Curran, C. A. (1976). Counseling-learning in second languages. Apple River, IL: Apple River Press.

Defrianti . Lia, METODE PEMBELAJARAN BAHASA KOMUNITAS (COMMUNITY LANGUAGE


LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH QURANIYAH IV PALEMBANG,
http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/15207. Di akses pada 11 Desember 2023

Dr. Cholifah Tur Rosidah, S.Pd., M.Pd., Drs. Bahauddin Azmy, M.Pd., Amelia Widya Hanindita,
S.Pd., M.Pd. · 2022, Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, CV Jejak, anggota IKAPI. Jawa
Barat

Dr. Cholifah Tur Rosidah, S.Pd., M.Pd., Drs. Bahauddin Azmy, M.Pd., Amelia Widya Hanindita,
S.Pd., M.Pd. · 2022. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, CV Jejak, anggota IKAPI. Jawa
Barat

http://www.infodiknas.com/the-use-of- community-language-learning- method-to-improve-speaking-


ability-of-the-first-year-students- at-islamic-vocational-high-school-of-batu.html.

https://www.google.co.id/books/edition/Pembelajaran_Bahasa_Arab_di_Madrasah/CeNeDwAAQBAJ
?hl=id&gbpv=1&dq=pembelajaran%20bahasa%20komunitas&pg=PR5&printsec=frontcover
https://www.google.co.id/books/edition/Pembelajaran_Bahasa_Indonesia_di_SD/j7e1EAAAQBAJ?hl
=id&gbpv=1&dq=pembelajaran%20bahasa%20komunitas&pg=PA81&printsec=frontcover
https://www.google.co.id/books/edition/Teori_Pembelajaran_Bahasa/2HFcCwAAQBAJ?hl=id&gbpv
=1&dq=pembelajaran%20bahasa%20komunitas&pg=PA202&printsec=frontcover

K. Samimy .Keiko, P. Rardin .Jennybelle, Adult Language Learners' Affective Reactions to


Community Language Learning: A Descriptive Study. https://doi.org/10.1111/j.1944-
9720.1994.tb01215.x. Di akses pada 11 Desember 2023

Koba, Naomi. 2000. Using the Community Language Learning Approach to Cope with Language
Anxiety. Retrieved from: http://iteslj.org/Articles/KobaCLL.html.

22
Kosadi Hidayat, S. Pembelajaran Bahasa Komunitas Melalui Media Elek-tronika.

Kosim, N., & Gusmiati, A. (2018). Implementasi community language learning dalam pembelajaran
bahasa arab. Ta'lim al-'Arabiyyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab & Kebahasaaraban, 2(2),
122-132.

La Forge, P. G. (1971). Community language learning: A pilot study. Language Learning, 21(1), 45-
61.

Masbirran .Gunaldi dan fauzi .Andi, SPEAKING SKILL IN USING COMMUNITY LANGUAGE
LEARNING (CLL), http://dx.doi.org/10.24014/ijielt.v3i2.4844. Di akses pada
11 Desember 2023

Monalisa. 2012. The Use of Community Language Learning Method to Improve Speaking Ability of
The First Year Student at Islamic Vocational High School of Batu. Retrieved on April.2014.

Nafisahilm, Metode Pembelajaran Bahasa Komunitas,


https://www.scribd.com/document/341558005/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Komunitas.
Diakses pada 11 Desember 2023

Samimy, K. K., & Rardin, J. P. (1994). Adult language learners' affective reactions to community
language learning: A descriptive study. Foreign Language Annals, 27(3), 379-390.

Wekke .Ismail Suardi, (2016). Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah, CV Budi Utama, anggota
IKAPI. Yogyakarta

Wekke .Ismail Suardi· (2016). Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah, CV Budi Utama, anggota
IKAPI. Yogyakarta

Wicaksono .Andri, Roza .Ahmad Subhan,(2015). Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan
Singkat), Garudhawaca. Yogyakarta

Wicaksono .Andri, & Roza . Ahmad Subhan, (2015). Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan
Singkat), Garudhawaca. Yogyakarta

‫أساسياث تعلين اللغت العربيت للناطقين بلغاث أخري‬. (2002). Arab audi ‫ جاهعت‬،‫ وزارة التعلين العالي‬،‫الوولكت العربيت السعىديت‬
،‫ هركس بحىث اللغت العربيت وٱدابها‬،‫ هعهد البحىث العلويت‬،‫أم القري‬.

23

Anda mungkin juga menyukai